Overlord Vol 12 Bab 1

The Demon Emperor Jaldabaoth



Roble Holy Kingdom adalah sebuah negeri yang terletak di semenanjung sebelah barat daya dari Re-EstizeKingdomNegeri itu adalah negeri yang relijius, meskipun tidak serelijius Slaine Theocracy. Ditambah lagi, ada dua ciri khas dari kondisi geografi Holy Kingdom. Pertama adalah tanahnya yang dipisahkan menjadi utara dan selatan oleh laut, namun belahan itu tidaklah benar-benar terpisah. Lebih tepatnya ada sebuah teluk raksasa -- Panjang 4 Km dan Lebar 2,5 Km -- membuat tampang geografinya seperti huruf U yang diputar ke samping. Jadi, beberapa orang menyebut negeri tersebut sebagai Holy Kingdom Utara dan Selatan.
Lalu, ada ciri khas lainnya juga. Pintu masuk dari semenanjung tersebut adalah sebuah dinding raksasa, dengan panjang lebih dari 100 Km. Dibangun untuk tahan terhadap serangan dari gabungan suku-suku demihuman yang mendiami perbukitan di sebelah timur HolyKingdom, antara negeri tersebut dengan Theocracy. Dinding raksasa ini dibangun dengan sumber daya alam dan waktu yang tidak sedikit, memperlihatkan bahwa betapa mengerikannya keberadaan para demihuman terhadap Holy Kingdom.

Ada sebuah perbedaan kekuatan yang besar antara demihuman dan manusia. Memang benar, ada beberapa demihuman tertentu yang lebih lemah daripada manusia, seperti misalnya Goblin. Itulah kenyataannya. Baik tinggi, kekuatan fisik, pengetahuan, atau tingkat rata-rata mereka menghasilkan magic caster, mereka adalah sebuah ras yang lebih lemah daripada manusia dalam segala hal. Meskipun begitu, bahkan Goblin pun memiliki mata yang bisa melihat di dalam kegelapan, jika mereka juga bisa berhati-hati menyembunyikan tubuh yang kecil itu di sudut kegelapan - contoh, ketika meluncurkan serangan malam di dalam hutan - mereka pastinya adalah musuh yang menyusahkan bagi para manusia. Tidak perlu dikatakan lagi, sebagian besar demihuman memiliki tubuh yang lebih kuat daripada manusia, dan ada juga beberapa ras yang dianugerahi kemampuan magis sejak awal. Jika mereka membiarkan demihuman menyerang sesuka hati, mereka harus membayar mahal untuk bisa mengusirnya.
Oleh karena itu, Holy Kingdom lebih memilih memperkuat pertahanan mereka.
Mereka melakukan ini untuk mencegah demihuman melangkahkan kaki ke dalam wilayah manusia.
Mereka melakukan ini untuk memberitahukan dunia bahwa tanah ini bukanlah milik demihuman.
Mereka melakukan ini untuk membuat demihuman paham jika mereka berani menerobos ke dalam wilayah manusia, Mereka akan mendapatkan serangan balik yang mematikan.

Namun, dinding yang dibangun untuk tujuan itu memiliki beberapa masalah. Agar bisa bekerja dengan kapasitas penuh, mereka harus terus mempekerjakan tenaga kerja dalam jumlah besar di sana.
Pemerintah Holy Kingdom pernah memperhitungkan seberapa besar kemampuan tempur yang dibutuhkan untuk bisa mengalahkan suku-suku demihuman yang menyerang. Jawabannya adalah negeri itu akan berada dalam bahaya sebelum demihuman menyerangnya. Meskipun mereka tidak bisa seenaknya saja meningkatkan jumlah pasukan yang tidak digunakan, ada sebuah kebutuhan untuk menempatkan sejumlah tenaga kerja yang tepat di sana.
Di dalam sejarah Holy Kingdom - setelah pembangunan dinding tersebut - penyerangan terbesar ke tanah mereka datang ketika serangan itu berbarengan dengan hujan yang panjang. Itu adalah sebuah serangan malam, diluncurkan oleh sebuah ras yang disebut Srush, yang memiliki tangan seperti cangkir penyedot dan lidah beracun yang bisa menjulur panjang, yang mana anggota yang lebih kuat bahkan bisa merubah warna kulit mereka seakan sedang menggunakan mantra [camouflage]. Srush menyusuri dinding itu dan menuju barat. Banyak desa yang hancur, dan hingga hari ini, masih ada rumor jika Srush masih selamat di dalam perbatasan Holy Kingdom, tragedi semacam itu pernah terjadi di masa lampau.
Mereka ingin menjaga dinding tersebut dengan personel penuh untuk mencegah agar tragedi tersebut tidak terjadi lagi, namun menempatkan pasukan di setiap titik sepanjang dinding akan merepotkan negeri ini. Solusinya adalah dengan membangun pos-pos perbatasan tetap di sepanjang dinding. Titik-titik kuat ini akan diawasi oleh benteng-benteng raksasa. Mereka menempatkan pasukan dalam jumlah kecil di dalam markas-markas ini, tujuannya adalah untuk bertarung dalam waktu lama, hingga nafas terakhir. Jika mereka menemui serangan musuh, mereka akan meluncurkan flare (suar) untuk meminta bantuan. Ditambah lagi, ada kelompok-kelompok prajurit yang akan berjaga dan berpatroli di benteng itu, berfungsi sebagai pasukan cadangan selama keadaan darurat, agar bisa diberangkatkan ketika situasinya membutuhkan. Setelah menerapkan langkah-langkah ini, demihuman-demihuman tersebut tidak berhasil menembus dinding itu lagi.
Namun, ketekunan dan kehati-hatian dari pimpinan Holy Kingdom di masa lampau berubah menjadi sebuah obsesi. Meskipun ada barisan pertahanan yang sudah direncanakan dengan matang masih belum membuat mereka tenang. Memang benar, itu adalah sebuah dinding raksasa - bagi manusia. Namun, bukanlah ancaman sedikitpun bagi ras-ras yang beberapa kali lebih tinggi daripada manusia atau yang memiliki kemampuan untuk terbang. Karena alasan itu, tidak mungkin mereka bisa tenang ketika dihadapkan dengan demihuman dengan banyak kemampuannya, meskipun dengan pertahanan yang sekuat itu. Holy King (Raja Suci) di kala itu adalah seorang pria yang bijaksana, dia bahkan sudah membuat persiapan jika situasi tembusnya dinding tersebut terjadi. Solusi dia adalah menggerakkan seluruh negeri.
Karena alasan tersebut, para penduduk Holy Kingdom diharuskan melakukan wajib militer sebagai sebuah bentuk melayani negara. Selama mereka adalah orang dewasa, seluruh penduduk, pria dan wanita, akan menjadi prajurit dan harus menghabiskan beberapa waktu untuk berlatih, setelah itu mereka akan ditugaskan untuk tugas jaga di dinding. Harapannya mereka akan menjadi tenaga yang akan melindungi tanah mereka sendiri jika demihuman menyeberangi dinding. Seluruh penduduk dengan ukuran tertentu dilatih menjadi lebih kuat. Ini membuat para penduduk desa memiliki kekuatan tempur yang cukup untuk bertahan sampai pasukan reguler datang, dan membiarkan desa tersebut berfungsi sebagai pos penjaga militer. Pada akhirnya, desa-desa di dalam Roble Kingdom jauh lebih terlindungi daripada mereka yang berada di negeri lain, dan bisa berfungsi sebagai markas militer juga.

-----

Garis pertahanan Holy Kingdom terdiri dari tiga dinding yang tersambung. Hanya ada tiga gerbang yang diubah menjadi lebih kuat di sepanjang dinding yang melebihi seratus kilometer panjangnya, dan mereka juga berfungsi sebagai pasukan garnisun untuk memberangkatkan pasukan ke benteng-benteng sekitar. Jika demihuman menyerang dan mobilisasi keseluruhan diberikan, tiga dinding itu akan menjadi tempat dimana para pasukan berkumpul untuk menyerang musuh.
Ini adalah salah satunya.
Saat matahari perlahan tenggelam di bawah cakrawala, tanah yang berwarna kemerahan perlahan diselubungi oleh warna malam.
Seorang pria yang terlihat kuat berdiri dengan satu kaki di atas menara benteng, sedang mengawasi area jauh di sana - lembah sebelah barat. Setelah itu, dia menurunkan kakinya.
Lehernya gemuk, dan otot dadanya cukup besar terasa melewati armor yang tebal. Lengan-lengannya yang berotot kuat menjulur keluar dari lengan pakaiannya yang digulung. Tidak ada kata yang lebih baik untuk menyebutnya selain "fuarking joocy brah".
Wajahnya garang, seperti veteran yang telah melalui kondisi-kondisi yang sulit, janggutnya yang lebat serta kumisnya yang tidak terawat menandakan sifatnya yang liar dan bengis. Tubuhnya yang kuat dan penampilannya yang garang seharusnya sangat cocok, namun matanya membuat semua itu buyar.
Matanya kecil dan bulat, seperti kelereng mirip dengan binatang kecil, dan rasanya agak sedikit tidak cocok dan lucu.
Pria seperti itu sekarang sedang melihat ke langit.
Angin membawa awan-awan tipis dengan kecepatan luar biasa, meskipun dia bisa melihat bintang-bintang dibalik tudung yang tipis itu, mereka tidak bisa menerangi tanah tersebut.
Lubang hidung pria tersebut mengembang, lalu dia mengambil nafas dalam-dalam, mencium aroma malam di udara musim gugur awal, yang dibumbui dengan sebuah tanda dinginnya angin musim dingin. Langit malam yang berwarna magenta menelan cahaya sore yang temaram di cakrawala dengan kecepatan yang bisa diikuti dengan mata telanjang. Pria itu memutar badannya ke arah perbukitan, dan melihat melihat orang-orang di sekitarnya.
Mereka adalah para warrior vetaran yang percaya dan mengikutinya. Karena dikelilingi oleh warrior-warrior seperti itulah dia bisa sedikit tenang. Lagipula, pekerjaan hari ini sudah selesai, dan tak ada yang protes dengan itu.
"-Oi, apakah ada yang sudah tanya kepada peramal cuaca untuk malam ini?"
Pertanyaan itu disuarakan dengan suara keras yang cocok dengan tubuhnya yang kuat. Para prajurit saling melihat satu sama lain, kemudian salah satunya bicara mewakili kelompok tersebut.
"Maafkan saya Tn. Kopral Campano, kelihatannya tidak satupun dari kami yang mendengar laporan tersebut!"
Pria ini - Orlando Campano -  adalah pria yang berpangkat lumayan rendah di dalam hirarki militer Roble Holy Kingdom.
Dari bawah ke atas, pangkat militer Roble Holy Kingdom adalah Anggota baru, Prajurit, Prajurit kelas satu, Kopral, Sersan, Sersan Platon, dan seterusnya, pangkat-pangkat yang berbeda ada di dalam unit yang berbeda, ini hanyalah pangkat dari pasukan infanteri biasa.
Biasanya, Kopral biasa tidak perlu dipanggil dengan "Tn".
Namun, orang-orang Orlando tidak memanggilnya "Tn" untuk menggodanya. Rasa hormat mereka kepada Orlando ditunjukkan dengan sikap dan nada bicara mereka, begitu pula sebaliknya. Setiap prajurit yang hadir, dengan sikap seperti veteran yang ahli dalam banyak peperangan, merasakan hal yang sama kepada Orlando.
"Benarkah."
Orlando perlahan mengusap wajahnya yang berkumis.
"Tn, jika diperbolehkan, maukah anda mengizinkan saya untuk pergi dan segera bertanya?"
"Hm? Tidak, itu tidak perlu. Pekerjaan kita sekarang sudah selesai. Apa yang terjadi selanjutnya adalah urusan yang lain."
Orlando Campano
Dia adalah seorang pria, yang dengan mengandalkan kemampuan bertarungnya sendiri, mendapatkan kehormatan menjadi salah satu dari sembilan warna dari Holy Kingdom oleh Holy King sebelumnya.
Alasan mengapa pria seperti itu tetap pada posisi yang rendah dikarenakan dua masalah yang dimiliki Orlando.
Pertama adalah karena dia adalah orang yang bebas - dia benci diperintah.
Kedua adalah karena dia sangat terobsesi dengan kemampuan bertarung.
Ketika dua poin ini berkumpul, itu akan menjadi sebuah jalan hidup yang berkata, "Jika kamu ingin memerintahku, kalahkan dulu aku." Jika dia bertemu dengan lawan yang layak, dia akan berkata, "Kamu kelihatannya kuat. Tunjukkan kemampuanmu kepadaku," lalu dia akan bertarung sampai salah satunya pingsan.
Kepribadiannya yang seperti ini membuatnya keras terhadap para bangsawan dan atasannya, sehingga pangkat Orlando diturunkan sampai sepuluh kali.
Orang yang tidak bisa mematuhi perintah itu tidak diperlukan dalam militer, dan mereka juga membencinya. Di dalam keadaan biasa, dia mungkin sudah dipenjara atau dikeluarkan dengan tidak hormat. Namun, dia tidak mendapatkan takdir seperti itu semata-mata karena kekuatannya. Ditambah lagi, ada orang-orang yang mengagumi orang seperti dirinya.
Bagi orang-orang kasar yang tidak senang diperintah oleh para bangsawan miskin, Cara hidup Orlando dengan kekuatan tangannya tidak lain merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri.
Unit Orlando adalah sebuah pasukan yang terdiri dari preman-preman semacam itu - tidak, mereka lebih seperti sebuah kelompok geng.
Jumlahnya cukup banyak, jadi menyebutnya sebagai sebuah kelompok tidaklah cocok. Ditambah lagi, para anggotanya mungkin memang tidak setara dengan Orlando, tapi mereka adalah para petarung yang ahli, itu membuatnya bisa mendapatkan posisi tidak resmi yang tidak bisa ditolerir oleh atasannya, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa mengenai hal itu.
Orlando melihat sekelilingnya, dan setelah memastikan identitas dari pria yang sedang mendekat, sebuah senyum muncul di wajahnya, seperti seekor karnivora akan menerkam mangsanya.
Pria itu kelihatannya cukup ramping dibandingkan dengan bentuk tubuh Orlando yang berotot. Akan tetapi, tubuhnya tidaklah sekecil ranting. Namun, dia memiliki tampang yang kokoh dan kuat. Jika seseorang menempa pria berkali-kali , menyingkirkan segala fungsi yang tidak diinginkan, akan menghasilkan contoh kerampingan yang mirip.
Sebagai tambahan dari matanya yang tipis ada sebuah penglihatan yang tajam, seakan-akan dia ingin menyerang setiap saat. Lalu pupil matanya yang tipis, tidak mirip dengan orang yang sibuk dengan pekerjaan yang sah. Dalam istilah sopannya, dia adalah seorang assassin. Sedangkan yang agak kurang sopan adalah pembunuh massal.
"Yang baru saja dibicarakan akhirnya muncul. Senang bertemu denganmu di sini, pak petugas malam. Terima kasih atas kerja kerasmu~"
Pria ramping itu tidak bersuara apapun ketika mendekatinya dengan langkah kaki yang senyap. Dia memakai pakaian yang sangat berbeda dengan Orlando.
Orlando dan orang-orangnya memakai pakaian armor kulit berat, terbuat dari kulit monster yang disebut Lanca Cattle. Ditambah lagi, mereka membawa perisai bulat kecil dan sebuah pedang bermata satu, pakaian standar dari pasukan unggul Holy Kingdom. Kebetulan sekali, Orlando adalah satu-satunya yang memiliki dua pedang di pinggang.
Berlawanan dengan itu, pria ramping itu memakai armor kulit yang sudah diberi mantra. Ada seekor burung hantu yang dijahit di dada kanannya, sementara simbol Holy Kingdom menghiasi dada sebelah kiri.
"..Orlando. Aku masih belum menerima laporan jam kerjamu. Dan juga, apakah itu sikap dari orang yang sedang bicara dengan seorang atasan. Itu jelas sekali insubordinasi. Sudah berapa kali aku harus mengingatkanmu akan hal itu?"
"Yah, maafkan aku, Tuan Sersan Platon."
Saat Orlando memberi hormat dengan seenaknya, bawahannya juga memberi hormat. Mereka memberikan sebuah penghormatan yang benar, mirip dengan yang diberikan kepada seorang bangsawan atau petugas atasan. Itu adalah sikap hormat yang menunjukkan rasa hormat yang sebenarnya.
Pria itu menghela nafas "haaah". Itu adalah sebuah helaan nafas yang dibuat oleh orang yang tahu ini tidaklah bisa ditoleransi, tapi juga tahu jika menasehatinya akan percuma.
Maaf, bos. Kebiasaan lama sulit hilangnya, ucapnya.
Alasan mengapa Orlando memberi hormat kepada pria itu, meskipun agak ogah-ogahan, adalah karena dia pernah mengalahkan Orlando.
Aku ingin mengalahkanmu sekali lagi sebelum aku pergi dari tempat ini. Sesuai persyaratanmu. Bukankah begitu, Sersan Platon Babel Baraja?
Pria ramping tersebut - Babel Baraja - memiliki julukan "The Night Watchman" (Penjaga Malam). Seperti Orlando, dia adalah salah satu dari sembilan warna. Busur yang besar dan indah di punggungnya berkilauan karena cahaya temaram dari magic, dan wadah anak panah yang menggantung di pinggangnya sama mengkilapnya. Dia adalah seorang pemanah, seperti penampilannya, dengan reputasi akurasi sempurna.
"Aku memikirkan ini setiap saat, tapi bekerja di waktu malam tentu sangat sulit. Demihuman tidak masalah dengan kegelapan; tapi cukup sulit untuk menemukan jejak mereka, lebih-lebih bertarung melawannya."
"Orang-orang biasa seperti kita. Satu-satunya cara untuk memperoleh magic dan kemampuan yang bisa dibandingkan dengan demihuman -- kecuali mata mereka -- adalah melalui latihan. Dan kita sudah menerima latihan itu."
"Ya, ya. Sama halnya dengan putri yang sangat kamu banggakan itu, ya kan?"
Wajah Babel berkedut, dan Orlando langsung menyesali pemilihan katanya yang buruk.
Ini adalah seorang pria yang memiliki ekspresi tidak pernah berubah bahkan di tengah-tengah pesta minum. Satu-satunya pengecualian adalah ketika ada topik mengenai putri dan istrinya. Akhirnya bias menjadi masalah yang fatal.
"Oh ya. Dia adalah gadis yang luar biasa."
-- Terjadi lagi. Sudah dimulai.
Babel tidak memperdulikan penyesalan Orlando dan melanjutkan pembicaraannya.
"Meskipun begitu, jujur aku tidak tahu mengapa dia ingin menjadi seorang paladin. Dia hanyalah seorang gadis yang lembut dan rapuh, tentu bukan tipe yang berpikir kekuatan tempur adalah segala-galanya -- jujur saja, dia bahkan ketakutan sampai menangis akibat ulat di masa lalu -- dan meskipun aku berkata seperti itu sekarang ini, itu tidak berlaku untuk istriku.. meskipun istriku agak mirip -- dan dia sangat manis sekali karena tumbuh seperti aku, tidak, aku harus bilang bahwa sayang sekali dia akhirnya tumbuh seperti aku -- tapi yang sangat disayangkan sebenarnya adalah dia tidak memiliki bakat apapun dalam menggunakan pedang. Namun, dia ahli dalam busur. Jika saja dia bisa mengasah kemampuannya dalam bidang tersebut, tetapi dia malahan ingin menjadi paladin dan terus--"
Orlando membiarkan monolog yang berkelok-kelok itu mengalir dari satu telinga lalu keluar dari telinga lain, membuat suara yang tepat ketika dibutuhkan, tapi kelihatannya dia ketahuan.
"Oi, apakah kamu mendengarkanku?"
Pertanyaan itu memang sudah bisa diduga.
Tidak, aku tidak sedang mendengarkan. Kurasa aku sudah berhenti setelah yang ketiga kalinya.
Setelah mendengarkan hal yang sama lima hingga enam kali, dalam keadaan wajar Orlando akan mengeluarkan balasan tidak senang "tentu saja tidak". Namun, mengeluarkan nada bicara seperti itu kepada Babel adalah kesalahan fatal. Itu karena dia tahu dia pasti akan membalas dengan, "Kalau begitu aku akan mengatakannya kepadamu lagi."
Hanya ada satu jawaban benar yang bisa dia berikan.
"Tentu saja aku dengar. Dia benar-benar gadis yang manis!"
Wajah Babel berubah dramatis. Meskipun itu adalah ekspresi yang buruk dan seram hingga membuat Orland bersikap waspada, kenyataannya adalah pria itu hanyalah sedang tersipu malu.
Jika Orlando tidak memanfaatkan pikiran Babel yang sedang menikmati kebahagiaan mendengar putrinya menerima pujian dari orang lain dan membuatnya berusaha menekan keinginannya untuk memuji putrinya lagi, dia akan terjatuh ke dalam neraka itu sekali lagi.
"Dan juga--"
Hanya satu hal yang bisa mengalahkan topik putrinya. itu adalah tentang pekerjaan.
"Bukankah jam kerja malam akan mengacaukan jam biologismu? Apakah tubuhmu tidak jadi aneh?"
Ekspresi pembunuh di wajah Babel kembali menjadi seperti biasa.
"..Sudah berapa kali kamu bertanya seperti itu? Jawabannya juga sama; itu bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Tetap saja, mengapa kamu sangat terobsesi sekali dengan pertanyaan tersebut? Apa yang kamu inginkan?"
Dia tahu penyebabnya, tapi tetap saja, perubahan sikap yang terjadi dengan cepat ini masih membuatnya tidak bisa berkata apapun lagi dan hanya bengong.
Dimana dirimu yang barusan, dia ingin berkata demikian, tapi Orlando tidak ingin kembali ke neraka barusan.
"..Hah. Maksudmu, apa yang sebenarnya ingin aku katakan? Yah, itu adalah pertanyaan yang mengejutkan... Aku hanya berpikir itu akan menyebabkan banyak masalah bagiku jika pria yang mengalahkanku mengacaukan badannya dan akhirnya harus pensiun karena hal sepele. Tentu saja, ketika aku menang, hal sekecil itu tidak masalah lagi."
Di masa lalu, Orlando sangat percaya diri ketika baru ditugaskan ke benteng ini, dan setelah dipikir-pikir kembali di hari-hari itu membuatnya jadi malu. Prajurit ahli semakin banyak berkumpul di sekelilingnya karena kagum, membuat egonya semakin meninggi, dan entah bagaimana, mereka akhirnya melakukan pertarungan latihan dengan Babel. Orlando lebih memilih pedang -- Pertarungan jarak dekat. Sebaliknya, Babel lebih memilih busur - Pertarungan jarak jauh.
Jika keduanya bertarung, pertanyaan tentang jarak saat mereka bertemu akan menjadi hal yang sangat penting. Namun, Babel bisa dengan bangga mendeklarasikan bahwa dia tidak masalah dengan pertarungan jarak dekat.
Kemudian, Orlando kalah.
Orlando menghormati Babel karena alasan tersebut. Di waktu yang sama, dia sangat ingin mengalahkannya di kesempatan berikutnya. Ditambah lagi, dia ingin bertarung melawan Babel di dalam area yang paling dia kuasai, pertarungan jarak jauh, lalu keluar sebagai pemenang dari sana.
"Begitukah. Kamu ingin melawanku, lalu? Ketika aku berada dalam kondisi puncak, tanpa ada syarat berat dariku."
Orlando sangat gembira dengan ucapan Babel, yang diucapkan dengan senyum liar di wajahnya.
Oh ya, pastinya. Bukankah itu sudah jelas? Aku ingin melawanmu. Aku ingin mempertaruhkan hidupku melawanmu. Namun, itu tidak bisa terjadi, ya kan? Meskipun begitu, jika memungkinkan, aku ingin kita bertarung dimana kita berdua bisa mati setiap saat. Begitulah yang aku inginkan.
Namun, Orlando tetap diam. Itu karean nalurinya berkata tidak tahu kemana larinya binatang buas di depannya ini nanti. Dan kenyataannya, apa yang Babel katakan selanjutnya memastikan naluri itu.
"Tetap saja, aku harus minta maaf. Kamu harus tahu mengapa. Sekarang kamu bisa menghitung jumlah orang yang bisa mengalahkanmu dalam pertarungan jarak dekat dengan jari di satu tangan. Aku bukanlah salah satunya."
Kalau begitu mari kita selesaikan dengan pertempuran jarak jauh. Kalimat tersebut tidak keluar dari mulut Orlando. Itu karena dia tahu itu hanya akan menjadi ejekan bagi musuh yang layak.
Dia mengingat kemampuan Babel dalam busur. Dia masih tidak bisa percaya diri bisa menghindari serangan Babel dan memperpendek jarak di waktu yang sama.
--Tidak, masih belum.
"Yah, jika hanya itu, sudah waktunya membuat laporan."
"Tidak perlu terburu-buru bos. Masih belum waktunya untuk perubahan jam kerja, ya kan? Dengar, bel juga belum berbunyi."
Memang benar, dentang yang menandakan perubahan jam kerja masih belum terdengar.
"Kamu masih harus mempersiapkan perubahan jam kerja, ya kanAda hal-hal yang harus dilakukan sebelum lonceng itu berbunyi. Harusnya kamu bersiap jadi kamu bisa berganti ketika lonceng berbunyi."
"Ini masih terlalu dini untuk itu, ya kan bos? Kemarilah dan bicara denganku sebentar."
"Kalau begitu, bolehkah saya yang membuat laporan untuk Wakil dari Sersan Platon?"
Orang yang bicara itu adalah salah satu bawahan Orlando.
"Oh, itu ide yang bagus. Bagus sekali kamu. Bagaimana, bos?"
"...Hah. kamu benar-benar susah dikendalikan hari ini. Kamu ingin mengatakan sesuatu ya kan? Jujur saja... jika kamu ingin berkata sesuatu, katakan saja.
Andai saja dia bisa berkata begitu.
Meskipun dia mengakui Babel adalah orang yang bisa dia ajak bicara karena dia hormat kepadanya, Orlando bukanlah tipe orang yang bicara dahulu kepada orang lain karena memang dia menghormatinya. Dengan kata lain, dia adalah seorang tsundere.
"Yah, itulah kenapa bosnya adalah anda, ya kan?"
"..Hahhh. Jadi, apa? Aku tidak akan biarkan kamu lepas begitu saja karena urusan sepele."
"Yah, tentang itu... " Orlando melepaskan helm dan menggaruk kepalanya. Udara yang dingin anehnya agak terasa nyaman di kulit kepalanya yang semakin panas.
"Sebenarnya aku ingin pergi melakukan perjalanan seorang warrior. Jadi bisakah aku meninggalkan tempat ini?"
Dia bisa mendengar suara terkejut dan terperangah dari sekitarnya. Namun, ekspresi pria ramping di depannya tetap tidak berubah.
"Mengapa mengatakannya kepadaku?"
"Itu karena anda adalah orang yang paling kupercaya di negeri ini, bos. Jika anda tidak ingin menghentikanku meskipun sudah berkata demikian, maka aku tidak akan punya beban."
".. Bukankah kamu adalah Bintara? Jika kamu menyelesaikan pelayanan terhadap negeri ini, aku tidak mungkin bisa menghentikanmu."
Holy Kingdom menerapkan wajib militer bagi rakyatnya. Oleh karena itu, suatu ketika mereka memanggil orang-orang yang memilih menjadi prajurit karir sebagai bintara, agar bisa membedakan mereka dari orang-orang yang terkena wajib militer. Babel dan seluruh bawahannya adalah Petugas resmi, sementara Orlando memiliki beberapa orang bintara dan wajib militer di bawahnya.
“Kalau begitu, anda tidak keberatan aku keluar, ya kan?"
Ini adalah pertama kalinya wajah Babel berubah selain dari topik istri dan putrinya. Orlando hampir berhasil mengetahuinya sekejap karena kekuatannya yang luar biasa dalam menangkap persepsi yang didapatkan setelah menjadi seorang warrior. Tak ada orang lain di sekitar mereka yang menyadarinya.
Dia adalah orang yang Orlando akui sebagai manusia baja, tapi dia sebenarnya gelisah dengan pertanyaan Orlando untuk tinggal atau pergi. Hatinya berputar-putar karena campuran bahagia dan sedih.
"...Yah, jujur saja, aku harus menerimanya. Aku tidak bisa menghentikanmu... meskipun begitu, kami akan merasa sangat berat kehilangan pria kuat sepertimu. Kamu harusnya pergi berkelana sebelum ini, ya kan? Mengapa sekarang? Apakah karena tidak ada serangan demihuman lagi?"
Sejak setengah tahun yang lalu, demihuman telah menghentikan serangannya ke benteng ini. Di masa lalu, mereka akan menyerang setidaknya sekali atau dua kali dalam sebulan, dengan sekitar beberapa lusin jumlahnya setiap kali.
Meskipun mereka hanya berjumlah beberapa lusin, mereka tetaplah demihuman, yang memiliki kemampuan fisik lebih unggul dibandingkan manusia, dan banyak darinya memiliki kemampuan khusus selain dari itu. Jumlah tersebut bisa dengan mudah membantai seluruh pos penjagaan.

Baik Orlando dan Babel telah merasakan banyak situasi dimana mereka harus mengirimkan pasukan elit untuk operasi bantuan.
"Anda tahu aku tidak senang membantai demihuman ya kan? Aku senang bertarung melawan orang-orang kuat dan menjadi kuat."
"Lalu bagaimana dengan Grand King?"
"Ahh, dia.."
"Oh, dan ada juga si Devil Claw, Beast Emperor, Ashen King, Burning Frost Lightning, dan Cyclone Lance."
Babel menyebutkan julukan dari beberapa demihuman yang mencolok, tapi selain dari yang dia sebutkan pertama, tak ada satupun yang bisa menggerakkan hati Orlando.
Grand King Buzzer.
Dia adalah raja dari sebuah suku demihuman tertentu, makhluk yang dikenal sebagai Lord of Destruction (Raja Kehancuran).
Julukan itu datangnya dari fakta bahwa dia ahli dalam bela diri untuk menghancurkan senjata dan gaya bertarungnya berkembang di sekitar teknik yang berubah-ubah seperti itu. Dia adalah musuh bebuyutan dari Holy Kingdom yang telah mengalahkan banyak warrior terkenal, di masa lalu dia pernah melawan Orlando. Dulu, dia telah menghancurkan Longsword (Pedang Panjang) milik Orlando, senjata cadangan shortsword (pedang pendek) dan handaxe (kapak genggam), dan bahkan billhook (gunting kebun) yang digunakan untuk memotong pepohonan untuk dijadikan kayu bakar.
Meskipun dia sudah menghancurkan semua senjata Orlando, Grand King mundur setelah melihat bala bantuan yang dikirimkan dari benteng. Artinya, mampu bertahan sampai bantuan tiba adalah sebuah kemenangan bagi Orlando, dan banyak orang memujinya karena itu. Bagi Orlando, bagaimanapun itu, Grand King tidak melihatnya sebagai lawan yang layak dikalahkan dengan mengambil resiko, jadi yang dia rasakan hanyalah perasaan kalah yang hampa.
"Aku memang ingin melawannya lagi, tapi... kurasa aku tidak bisa mengalahkannya sekarang. Kamu mungkin membutuhkan salah satu dari orang-orang yang mereka sebut para pahlawan untuk mengalahkannya, jika tidak maka akan sangatlah sulit. Oleh karena itu.. ah, kamu juga mendengarnya ya kan boss? Bagaimana warrior hebat, Gazef Stronoff, mati di dalam peperangan."
"Ah, ya, aku dengar. Lagipula para atasan berdebat panas tentang pengaruhnya terhadap negeri-negeri di sekitar."
Kematian dari Gazef Stronoff, yang dikenal sebagai warrior terkuat Re-Estize Kingdom, adalah hal yang sangat menarik bagi para prajurit Holy Kingdom - terutama yang ahli.
"Apakah anda tahu detilnya?"
"Beberapa saja. Kelihatannya, dia berduel dengan seorang magic caster yang dikenal sebagai Sorcerer King dan kalah. Sejujurnya, Kenyataan bahwa dia benar-benar menantang seorang magic caster untuk berduel sangatlah sulit diterima."
Orlando mengangguk setuju.
Meskipun begitu, istilah "magic caster" sangatlah luas. Divine Magic caster biasa, setelah menggunakan mantra-mantra yang memperkuat kemampuan fisik, akhirnya menjadi lebih kuat daripada warrior setengah matang. Ditambah lagi, para paladin yang merupakan kebanggaan negeri ini juga bisa menggunakan magic, jadi sampai titik tertentu, seseorang tidak bisa mengatakan bahwa mereka bukanlah magic caster. Jika begitu, dia bisa memahami alasan duel tersebut.
"...Ditambah lagi, orang lain bilang Sorcerer King membantai seluruh pasukannya. Kelihatannya dia memanggil kambing raksasa, atau domba."
"Yah, ini hal yang baru. Tetap saja, kambing raksasa? magic caster yang aneh."
Menyinggung kambing membawa kenangan tidak menyenangkan bagi Orlando. Meskipun rumor bilang dia memanggil kambing, jelas sekali itu bukan kambing-kambing sembarangan.
"Yah, karena magic caster aneh tersebut. Itulah kenapa aku harus melakukan ini."
"...Itulah kenapa? Aku tidak seberapa paham dengan maksudmu."
"Ini masih belum berubah dari saat aku kalah darimu, tapi aku bukanglah tipe orang yang mengabaikan item-item yang bias memberikan kemampuan terbang, mantra-mantra dan semacamnya. Aku selalu berpikir yang kuperlukan adalah mengalahkan mereka dengan pedang. Namun, setelah Kapten dari Re-Estize Kingdom - yang lebih kuat dariku - kalah dari itu, aku mulai berpikir mungkin tidak seharusnya aku meremehkannya."
"Itu artinya?"
"Itu artinya aku harus pergi melakukan perjalanan seorang warrior."
"...Apakah kamu akan berkata kamu akan menantang orang-orang di negeri kita yang tidak bisa kamu kalahkan itu?"
"Aku tidak akan melakukanya."
Orlando tidak bisa menang dari anggota-anggota lain Sembilan Warna.
Wakil Kapten marinir, Enrikai Belusai, dikenal sebagai "si Biru".
Pimpinan dari orde Paladin, Remedios Custodio, dikenal sebagai "si Putih".
Babel Baraja, dikenal sebagai "si Hitam"
Ran Ji An Rin, salah satu manusia ikan yang hidup di lautan, dikenal sebagai "si Hijau".
Kemudian, di luar dari Sembilan warna, ada priest yang paling kuat di dalam negeri, Kylardo Custodio.
Dengan kata lain, mereka adalah beberapa orang yang berpangkat tinggi di negeri tersebut, dan menantang mereka pastinya akan menimbulkan kegemparan besar di dalam negeri. Jika hanya pertarungan latihan, maka itu tidak masalah, selama tidak melawan sesama anggota Sembilan Warna, tapi duel habis-habisan tidak akan pernah diperbolehkan.
Sebuah pertempuran sejati benar-benar berbeda dari pertempuran latihan. Suatu ketika, yang menang dan kalah bisa sangat terbalik. Banyak orang yang menjadi jauh lebih kuat - atau lebih lemah - ketika beralih dari sebuah latihan menjadi lingkungan tempur sebenarnya. Biasanya, yang kuat diakui sedemikian rupa karena mereka menunjukkan kekuatan mereka di dalam pertarungan sebenarnya. Oleh karena itu, seseorang tidak bisa menganggap perjalanan seorang warrior telah selesai tanpa bertarung dalam pertarungan sebenarnya.
"Baiklah... tetap saja, kemana kamu berencana ingin melatih dirimu?"
"Aku berpikir mengunjungi Sorcerous Kingdom yang kamu sebutkan sebelumnya. Kelihatannya ada undead kuat di sana."
Sorcerous Kingdom Ainz Ooal Gown.
Beberapa orang memang mabuk dengan ego mereka sendiri karena benar-benar menamai sebuah negeri dengan namanya sendiri, tapi bukan berarti orang-orang seperti itu tidak ada. Lebih tepatnya, orang yang melakukan hal tersebut memiliki kekuatan untuk mendukungnya.
"Memang benar, aku dengar itu dari para pedagang yang bepergian diantara Re-Estize Kingdom dan Holy Kingdom."
Ajaran dari para geraja sangat tertanam di hati mereka, jadi orang-orang Holy Kingdom memiliki kebencian dan penolakan yang sama terhadap undead. Bahkan Babel tak terkecuali. Tidak, pikir OrlandoBabel tidak membenci mereka karena mereka musuh Holy Kingdom, tapi karena mereka adalah musuh dari istrinya.
Namun, dia tidak bisa membicarakannya. Meskipun dia tidak tenggelam dalam obrolan tentang istrinya seperti ketika tentang putrinya, dia masih bicara terlalu banyak.
"Posisi Holy Kingdom adalah diam-diam mengakui keberadaan Sorcerous Kingdom, ya kan? Mereka bilang tidak apa bagi orang-orang Holy Kingdom yang ingin pergi kesana.. ya kan?"
Tidak mungkin menyembunyikan kenyataan bahwa Sorcerous Kingdom, dengan pasukan undeadnya, adalah lawan yang bisa ditoleransi Holy Kingdom. Banyak orang mendorong mereka untuk mengirimkan pasukan ketika mereka berpikir bahwa orang-orang di dalam ibukota Sorcerous Kingdom E-Rantel pasti menderita. Namun, Holy Kingdom saat ini dihadapkan oleh ancaman dari demihuman, dan mereka tidak bisa melakukan operasi militer di negara lain tanpa sebelumnya mengamankan perbukitan.
Perasaan orang-orang dikesampingkan dahulu, pimpinan negeri ini hanya bisa menunjukkan sikap tidak setuju mereka kepada Sorcerous Kingdom.

"...Sorcerous Kingdom, hm. Yah, jika kamu mendaftar di orang-orang di atas, harusnya kamu bisa pergi ke sana sebagai anggota pasukan. Mereka melihat Sorcerous Kingdom sebagai ancaman kedua setelah demihuman. Kelihatannya mereka ingin bersekutu dengan Theocracy untuk melawannya."
"Benarkah. Kelihatannya akan ada banyak masalah karena perbedaan relijius, ya kan."
"Ya, tepat sekali. Yah, meskipun begitu, jika sumpahmu tidak berubah, kamu bisa menerima bantuan negara dan kamu bisa melewati cek imigrasi yang tidak menyenangkan itu.. kurasa. Jika kamu pergi kesana, kamu akan menjadi bantuan dari Tuhan bagi orang-orang yang ingin tahu lebih banyak tentang Sorcerous Kingdom."
"Yah, itu bagus juga. Tetap saja, jika aku melakukan itu, aku tidak bisa begitu saja berkeliling lalu cari masalah."
"Kamu.. caramu bicara dengan serius itu benar-benar membuat sakit kepala."
"Kurasa akan sulit bagimu jika itu menjadi peristiwa internasional, huh."
Angin dingin bertiup melewati mereka, Babel terdiam, ekspresinya tidak berubah, namun setelah itu, dia mulai bergumam tidak senang (seperti biasa).
"Aku akan merindukan wajah burukmu itu."
Orlando tersenyum jahat. Itu adalah seringai orang-orang bengis dan kejam, tapi dia tidak seperti biasanya malu. Babel tidak berkata, "Jangan pergi", tapi dia juga tidak berkata, "Pergilah". Dia memutuskan untuk memastikan bahwa dia akan memiliki tempat kembali.
"Maaf.. yah, aku akan kembali setelah menjadi kuat. Apakah kamu ingin aku melatihmu lain kali?"
"Aku senang mendengarmu begitu."
Saat Orlando tersenyum, Babel membalasnya dengan senyum pula. Senyum mereka segalak dua binatang buas yang saling menyeringai satu sama lainnya.
Saat itu juga, lonceng berbunyi. Kelihatannya sudah waktunya berganti jam waktu malam. Mereka sudah bicara panjang, jadi mereka ingin menyelesaikannya dengan satu hal. Saat Orlando berpikir seperti itu, tiba-tiba saja hal tersebut hilang dari otaknya saat bel terus berbunyi.
Babel, diikuti dari dekat oleh Orlando, melihat ke arah perbukitan.
Lonceng itu berarti, "Demihuman terlihat."
Pandangan mereka memanjang hingga lebih dari 400m, dan tidak ada rintangan pada garis pandangannya. Meskipun dulu pernah ada hutan dan pepohonan di sana, negeri itu melakukan proyek perubahan lingkungan besar-besaran sebagai bagian dari pembangunan dinding untuk meratakannya. Namun, pada jangkauan terjauh dari dataran yang membentang - dimana ada perbukitan dan rintangan-rintangan lainnya - mereka melihat kilauan di dalam kegelapan bayangan-bayangan hitam yang bergerak.
"Boss.."
Tidak mungkin bagi Orlando membedakan identitas sebenarnya dari para demihuman itu dari kejauhan ini sementara mereka berada di dalam kegelapan. Oleh karenanya, dia memanggil pria yang memiliki pandangan mata paling tajam.
"Ya, mereka adalah demihuman... Snakemen," Babel langsung menjawab.
Snakemen memiliki kepala seperti kobra dan bersisik, tubuh seperti manusia, begitu juga dengan ekor. Mereka dianggap kerabat dekat dari Lizardmen. Kepala mereka yang seperti ular memiliki gigitan berbisa dan tombak mereka diselimuti oleh racun-racun yang kuat. Pertarungan jarak dekat dengan mereka harus dihindari sebisa mungkin.
Meskipun begitu, Orlando dan bawahannya adalah veteran berpengalaman, dan mereka memiliki resistansi tinggi terhadap racun. Meskipun sisik mereka memberikan semacam perlindungan, itu tidaklah cukup keras untuk bisa mementalkan senjata logam. Mereka mungkin ahli dengan ekornya, tapi seseorang bisa menganggap itu sebagai senjata yang lain. Ditambah lagi, mereka memiliki keunggulan di malam hari karena organ sensor ophidia, tapi bukan itu masalahnya.
Apakah memimpin serangan kepada mereka menjadi tugas kami? Tidak, saat mereka tiba di sini, unit Boss melumat mereka semua.
Snakemen tidak menyukai benda-benda dingin, jadi mereka tidak menggunakan armor logam dan semacamnya. Hasilnya, itu adalah sebuah tugas sederhana bagi para pemanah kelas wahid seperti Babel dan orang-orangnya untuk membuat mereka penuh dengan anak panah.
"Jadi ada berapa banyak mereka, Boss?"
Biasanya ada kurang dari dua puluh saja.
"...Boss?"
Orlando sejenak bingung dengan tidak adanya respon. Dia melihat ke arah Babel, dan melihat sebuah tampang jengkel yang jelas pada wajah yang biasanya datar itu.
"Ada apa, Boss?"
"....Ada lebih banyak lagi? Jangan-jangan - ini gawat! Aku melihat anggota dari spesies yang lain! Pangolinmen, Ogre, dan apakah itu Morlock?"
"Apa katamu?"
Ada berbagai macam demihuman di wilayah perbukitan, tapi mereka tidak memiliki hubungan yang baik satu sama lain. Malahan, mereka sering bertarung memperebutkan wilayah, dan selain dari kasus dimana Ogre memperbudak Goblin dan menggunakan mereka dengan kejam, ras-ras ini sangat jarang bekerja sama satu sama lain.
Ada beberapa kasus dimana beberapa diantara mereka terusir dari wilayahnya dan terpaksa menyerang Holy Kingdom.
Kalau begitu ini sama halnya. Karena jika bukan-
"Sebuah invasi besar-besaran?"
Dia tidak tahu siapa berkata demikian. Mungkin orang yang berkata begitu berpikir dia sedang bicara sendirian, tapi terdengar cukup jelas di telinganya.
"Orlando, aku harus memintamu sesuatu."
Ada tekanan dalam nada bicara Babel. Tidak, itu memang bisa diduga.
Etnis, Kebudayaan dan Agama. Sama seperti adanya banyak negeri yang anggotanya terdiri dari spesies yang sama, menciptakan negeri yang kompak adalah tugas yang sangat sulit. Bahkan lebih sulit ketika ras-ras dari anggota itu berbeda. Oleh karenanya, mempersatukan suku-suku demihuman di perbukitan adalah tugas yang hampir tidak mungkin.
Jika itu adalah yang sedang terjadi, itu artinya ini adalah awal dari peperangan untuk keselamatan HolyKingdom.
Setelah itu - tubuh Orlando bergetar hebat.
Mempersatukan seluruh ras itu membutuhkan kekuatan yang jelas. Diantara manusia, kebajikan dan kekayaan akan menjadi kualifikasi dari sebuah bentuk kekuatan, tapi ras demihuman lebih memilih kekuatan. Dengan kata lain-
Itu artinya mungkin ada lawan yang luar biasa kuat di luar sana, ya kan?
"Katakan kepadaku dengan naluri warriormu. Mengapa mereka memilih untuk menunjukkan diri di benteng seperti ini - di tempat yang terlindung seketat ini? Satu - mereka bertindak sebagai umpan untuk menarik kekuatan agar mengikis pertahanan kita. Dua-"
"Mereka cukup percaya diri bisa menembus dengan serangan terang-terangan. 20% kekuatan tempur Holy Kingdom di tempatkan di sini, dan mereka akan menghancurkan kita seperti kecoak."
Meskipun Orlando merasakan tatapan tajam dari Babel di sampingnya, dia tidak berhenti bicara.
"Di waktu yang sama, mereka akan menggunakan benteng ini sebagai pangkalan. Lalu, mereka akan melumat moral pasukan Holy Kingdom dan meningkatkan moral mereka sendiri. Ya kan?"
"... Mereka mungkin akan mengeluarkan perintah pergerakan masal."
"Haha! sebuah perang yang hanya terjadi sekali sebelumnya dalam sejarah Holy Kingdom, dan sekarang akan terjadi lagi di waktu kita! Apa yang bisa kita katakan tentang hal itu?"
"Aku akan melaporkannya kepada para atasan. Kamu bisa ikut denganku juga."
"Aku mengerti, boss! Oi, kalian semua! Pesta ini akan menggilaaa! Terus kirimkan senjata cadangan!"
Jika musuh adalah sebuah pasukan, mereka harus menghabiskan banyak waktu membentuk formasi pasukan. Ini memang benar jika mereka memasukkan berbagai ras diantaranya. Namun, hal yang sama juga berlaku kepada yang bertahan pula. Karena mereka adalah sebuah pasukan, mereka harus mempersiapkan diri. Ini memang benar bagi barisan depan. Ada jumlah yang mengejutkan dari hal-hal yang harus dilakukan. Tidak ada waktu lagi untuk berdiam saja.
Orlando berlari setelah Babel.



*********


Saat pasukan musuh perlahan membentuk formasi, Babel merasakan sebuah rasa perih yang tajam di tenggorokannya. Semakin pelan serangan musuh, semakin banyak kekuatan yang bisa mereka konsentrasikan ke benteng ini, dan semakin banyak waktu yang mereka miliki untuk memberikan perintah mobilisasi. Ini adalah skenario sempurna untuk komandan mereka, tapi Babel tidak berpikir sama.

Ada demihuman dengan kecerdasan yang melebihi manusia. Tentunya komandan dari pasukan sebesar itu tidaklah bodoh. Jika demikian, dia pasti tahu memberi waktu bagi musuh mereka untuk bersiap adalah hal yang merugikan. Ditambah lagi, sekarang sudah larut malam, dan pertempuran yang akan terjadi akan menguntungkan demihuman. Tidak ada bedanya meskipun mereka sudah menyalakan api unggun.

Babel melihat formasi musuh, 400m di depan.

Meskipun mereka adalah suku-suku yang teratur, kelihatannya mereka tidak mempertimbangkan hal-hal seperti senjata yang mereka gunakan, taktik, karakteristik ras yang beraneka macam dan lain sebagainya.

Kelihatannya, demihuman tidak bergerak di bawah bendera yang sama. Jika tidak mereka pasti akan membentuk barisan yang lebih kompak. Atau apakah ini semacam oligarki, aliansi demihuman yang dipimpin oleh dewan-dewan yang setara.


"Aku tidak menemukannya, Boss. Apakah anda bisa melihat komandan musuh?"

"...Tidak, aku belum melihat pimpinan mereka."

Anak buahnya belum melaporkan penampakan apapun sejauh ini.

Bagaimanapun, mereka seharusnya memiliki komandan. Jika tidak, meskipun sudah membentuk berbagai unit akan sangat mengalami kesulitan.

"Dia tidak bisa terus bersembunyi selamanya. Dia pasti akan muncul di medan perang."

Diantara demihuman, pimpinan mereka yang kuat akan muncul untuk unjuk kekuatan.

Saat itulah Babel harus bekerja.

Babel menggenggam erat busurnya.

Itu adalah busur tipe komposit longbow yang diimbuhi dengan magic yang khusus untuk digunakan melawan demihuman. Ditambah lagi, dia juga memiliki "Mantle of Shadow" (Mantel bayangan), cocok untuk berbaur ke dalam bayangan dan melakukan penyergapan, "Boots of Silence" (Sepatu kesunyian) yang menghilangkan suara langkah kakinya, sebuah "Vest of Resistance" (rompi bertahan) untuk meningkatkan daya pental terhadap berbagai serangan, sebuah "Ring of Deflection" (Cincin Pemantulan) untuk melindungi dirinya dari senjata jarak jauh dan perlengkapan-perlengkapan lain semacam itu. Ini adalah tanda seberapa besar negeri ini menghargai Babel.

"Kalian semua bersiaplah untuk menembak setiap saat," Babel memberi perintah kepada bawahan-bawahannya, yang sedang bersembunyi di sampingnya seakan mereka hilang di dalam malam.

Manusia akan bertukar utusan untuk mengeluarkan deklarasi dan pengumuman; sebuah karakteristik perang antara para bangsawan. Namun tak ada siapapun yang menginginkannya di benteng ini, termasuk jenderalnya, yang ingin melakukan perundingan dengan demihuman dari bukit. Setidaknya, mereka akan melakukan pembicaraan sebagai bagian dari taktik untuk mengelabui mereka, dan ketika komandan musuh terlihat, mereka akan menembaknya langsung di tempat itu.

"Kamu juga seharusnya kembali ke unitmu."

"Aku akan melakukannya. Berhati-hatilah bos."

"Ahh, kamu juga."

Sekelebat perasaan tidak enak lewat di hati Babel saat dia melihat Orlando pergi.

Beberapa demihuman memiliki serangan-serangan spesial yang mematikan.

Contohnya, Mata mistis milik Giant Biclops.

Demihuman ini memiliki sepasang mata besar yang tidak proporsional. Salah mata mistis ini memiliki kemampuan untuk memberikan [Charm] kepada musuhnya. Korban mata ini akan secara tidak sadar mendekat kepadanya. Bahkan pasukan bertahan di dinding akan mengambil jalan terdekat untuk menuju demihuman di depan mereka.

Biasanya, mereka akan memakai item magic yang bisa menangkal kemampuan khusus seperti itu, tapi Orlando tidak dihiasi item seperti itu. Jika keberuntungannya buruk, dia mungkin akan dihabisi dalam sekali tebas.

Babel memejamkan mata untuk menyingkirkan perasaan tidak enaknya, dan seorang figur wanita muncul di pikiran Babel.

Dia adalah salah satu dari Sembilan Warna, Wanita yang dikenal sebagai si Putih.

Dia juga membuatku khawatir, tapi dalam cara yang berbeda. Dia tidak tahu dan sering membuat orang-orang di sekitarnya berada dalam masalah. Itulah kenapa Peach mengalami kesulitan... Mengapa putriku ingin berdiri di sisi wanita seperti itu? Bukankah lebih baik jika wanita tersebut bertemu pria yang baik, jatuh cinta dengannya lalu menikah ya kan!
Babel mengusir kekhawatiran terhadap putrinya yang membengkak di dalam hati.

Di waktu yang sama, dia melihat kembali ke arah pasukan demihuman, untuk mengubah suasana hatinya.

Dia tidak tahu berapa banyak demihuman yang berdiri di lereng bukit, tapi ada banyak bendera yang berkibar di sana. Bendera-bendera itu bukanlah kamuflase; satu-satunya magic caster tingkat tiga di benteng ini sudah memastikannya dari langit.

Dengan kata lain, hari ini memang benar-benar ada banyak unit pasukan yang berkumpul. Situasinya tidak akan berakhir hanya dengan saling tatap saja.

Babel memulai ritual seperti biasanya.

Dia mengeluarkan sebuah boneka kayu yang diukir dari kantung dadanya, lalu menciumnya.

Ini adalah figurin yang dibuat oleh putrinya ketika berusia enam tahun. Itu adalah boneka yang aneh dengan empat batang keluar dari sebuah bola, dibuat untuk bisa terlihat seperti ayah. Dia masih jelas teringat hari-hari dimana dia memujinya dengan berkata "ini benar-benar monster yang keren", lalu dia menangis keras, dan saat itulah istrinya menendang Babel.

Boneka itu sudah lusuh karena berkali-kali menyentuhnya, mata dan mulutnya yang terukir sudah pudar. Putrinya pun sudah tumbuh jauh lebih besar dari waktu itu, jadi Babel ingin putrinya itu membuatkan figurin yang lebih mirip dengannya. Tapi mungkin saja dia tidak tahu akan hal itu di hatinya, karena putrinya tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda ingin membuatnya kembali.

Mungkin itu dikarenakan tur panjang tugas penempatan Babel di sini, sehingga dia jarang sekali melihat istri dan putrinya. Dia merasa semakin jauh dari mereka setiap hari. Di masa lalu putrinya itu akan langsung memeluknya, tapi suatu ketika, dia tidak lagi memeluk Babel ketika dia pulang.

Dia sudah cukup besar untuk bisa lepas dari sang ayah, istrinya tersenyum, tapi ini adalah peristiwa besar bagi Babel.
Jika aku bisa mengambil cuti 2 bulan, aku ingin kemping sekeluarga, seperti dulu.
Putrinya akan mendengarkan dengan serius ketika Babel menceritakan pengetahuannya sebagai seorang ranger. Itulah yang dia inginkan. Meskipun begitu, Babel tahu itu mungkin tidak akan berhasil.

Dia meletakkan boneka tersebut kembali ke sakunya.

Putrinya itu jarang di rumah karena dia ingin menjadi seorang paladin. Ketika Babel pulang setelah absen lama, sang putri juga sering pergi.

Jika dia menikahi seseorang yang tinggal dekat dengan rumah kami itu akan jadi hal yang terbaik... tidak, cuman bagus, atau mungkin cuman sedikit bagus.

Jalan hidup Paladin adalah yang paling tidak cocok dengan sang putri. Babel telah mengamatinya selama ini, jadi dia yakin akan hal itu.

Sang putri telah memilih jalan ini karena dia mengagumi bagaimana sang ibu terlihat sebagai seorang paladin. Namun, itu tidaklah cukup untuk bisa menjadi seorang paladin. 


Hanya seorang knight yang mengekspresikan keadilan yang mereka percayai secara fisiklah yang bisa disebut seorang paladin.

Jadi, sebagian besar alasannya diakibatkan karena istrinya yang sangat menakutkan - dia tidak mengatakannya, tapi bagi Babel, paladin pada dasarnya adalah orang gila.

Aku penasaran apakah putriku tahu itu... Meskipun aku tidak ingin dia tahu...
"-Itu benar-benar jumlah yang tidak masuk akal."

Ucapan dari bawahannya yang dikeluarkan dengan nafas tertahan membuat Babel kembali sadar.

“Ahhh, benar sekali. Tetap saja, tidak usah takut. Cukup bantu aku.”

Suasana hati dari bawahan dan ajudannya agak mengendur.

Benar sekali, begitulah. Ketegangan adalah musuh bagi para penembak jitu.

Dan saat Babel membuyarkan wajahnya yang bengong - meskipun dia tidak tahu apa dia punya ekspresi tersebut - dengan sebuah senyuman tipis, ada perubahan pada barisan musuh.

Seorang demihuman perlahan melangkah maju.

Meskipun ada banyak demihuman di sekitarnya, dia tidak dikawal. Apakah dia tidak memerlukan pengawalan, atau apakah dia penuh kesombongan, atau apakah dia seorang utusan yang kematiannya tidak dapat terhindarkan?

"Apakah kita harus menembaknya?"

"jangan sekarang. Tapi bergeraklah ke tempat dimana mudah untuk menembak dan tunggulah perintahku."

Setelah memberikan perintah dengan suara lirih, bawahannya berbondong-bondong menjauh, seperti bayang-bayang yang memanjang.

Apakah dia adalah Jenderal musuh, atau apakah dia hanyalah utusan biasa? Babel mempelajarinya dengan hati-hati untuk mencari tahu.

Demihuman itu... apa spesiesnya? Aku tak pernah tahu sebelum ini... dan pakaian apa itu? Apakah itu adalah pakaian adat? Ataukah topeng itu juga sama?

Dia pastinya bukan manusia, dilihat dari ekor yang keluar dari belakang pinggangnya.

Masalahnya adalah pakaian demihuman itu. Seseorang akan menganggapnya sebagai pakaian adat, dan memang benar, rasanya memang seperti itu. Namun, bahkan dari jarak sejauh ini, seseorang akan tahu itu adalah pakaian yang dibuat dengan sangat baik, bahkan bisa dibandingkan dengan manusia.

Demihuman yang memiliki peradaban tinggi sangat menyusahkan...

Bukan hanya Babel, tapi semua pasukan yang sedang menunggu di dinding menelan ludah saat mereka melihat setiap gerakan yang dibuat oleh demihuman itu. Di tengah-tengah ketegangan yang ada di udara, demihuman tersebut mendekat hingga jarak 50m dari lokasi Babel.

"Itu sudah cukup! Lebih dekat lagi sudah melewati wilayah Holy Kingdom! Ini bukanlah tempat bagimu demihuman! Cepat pergi!"

Suaranya cukup keras bahkan Babel yang agak jauh merasa suara itu memang keras. Datangnya dari pria yang menjadi komandan benteng ini, salah satu dari lima Jenderal di Holy Kingdom. Dia bisa membayangkan suara dari pria itu yang agak gemetaran, armor yang tidak terasah berdengung di perutnya.

Alasan mengapa dia hanya memiliki satu petugas staf di sampingnya adalah karena dia tidak berniat untuk membuat yang lainnya ikut terkena serangan musuh jika mereka meluncurkannya. Di saat yang sama, ada banyak pasukan dengan perisai besar yang bersembunyi di belakangnya, yang siap bergegas jika ada sesuatu yang terjadi.

Sebaliknya, suara demihuman itu lembut dan enak di dengar, bernuansa dan cukup halus untuk menenangkan hati dari setiap orang. Bahkan dari jarak sejauh ini, masih bisa sampai di telinga Babel.

"Kami sudah tahu itu. Sekarang -- bolehkah aku tahu siapa anda"

"Aku... Aku adalah Jenderal yang bertugas di benteng ini! Siapa kamu?"

Tidak perlu memberitahukan hal itu kepada lawan, Babel mengerutkan dahi, tapi dia sudah tahu jika Jenderal itu bukanlah orang yang pandai. Oleh karenanya, yang bisa dia lakukan adalah menganggap ini sebagai hal yang tak terelakkan.

“Oh begitu, Karena anda sudah memberitahukan nama, saya khawatir tidak sopan jika tidak meresponnya. Perkenalkan, hadirin semuanya dari Holy Kingdom. Nama saya adalah Jaldabaoth.”

“Jangan-jangan?!”

Pria yang berteriak itu adalah staf petugas yang ada di dekat Jenderal.

“Iblis terkutuk Jaldabaoth! Apakah kamu adalah demon yang memimpin pasukan demon dalam keributan di ibukota Re-Estize Kingdom?”

“Ohhh! Saya merasa terhormat ada yang mengetahui nama saya. Memang benar, saya adalah arsitek dari pesta menakjubkan di Re-Estize Kingdom. Namun, gelar iblis terkutuk sangat disayangkan.. ya, saya ingin tahu apakah anda bisa memanggil saya sebagai Demon Emperor (Kaisar Demon) Jaldabaoth.”

Babel mengucapkan kalimat, “Demon Emperor Jaldabaoth.”

Itu benar-benar gelar yang arogan, tapi melihat dari banyaknya demon yang dia pimpin, dan setelah memikirkannya kembali atas apa yang pernah dia dengar tentang keributan di ibukota kerajaan, gelar itu mungkin memang layak.

“Sialan kau! Apakah kamu berniat menerapkan rencanamu itu kepada kami setelah apa yang kamu lakukan kepada Kingdom?”

“Tidak, itu agak salah. Itu dikarenakan aku bertemu dengan warrior menakutkan di dalam Kingdom—”

Jaldabaoth mengangkat bahu dengan bosan. Ada sebuah perasaan yang tak bisa dijelaskan terhadap gaya bergeraknya, dan itu membuat Babel membayangkan dia sedang melihat seorang manusia bangsawan untuk sesaat.

“—Yah, izinkan saya untuk menyimpan pengetahuan itu dalam diri sendiri.”

“Lalu ada urusan apa kamu kemari? Mengapa kamu memimpin demihuman-demihuman itu ke tempat ini?”

“Saya datang kemari untuk mengubah negeri ini menjadi neraka kehidupan. Aku ingin membuat negeri ini menjadi salah satu negeri yang menggaungkan tangisan, umpatan, teriakan yang kekal selamanya. Namun, menggerakkan umat manusia sebanyak itu sendirian adalah hal yang mustahil, oleh karena itu saya membawa serta mereka. Sebagai gantinya, mereka akan membuat kalian umat manusia yang menyedihkan jatuh ke dalam rawa-rawa keputusasaan sedalam bahu, agar bisa memancing keluar ratapan penyesalan dan penderitaan dari kalian semua.”

Jaldabaoth mengatakannya dengan sangat gembira.

Di titik ini, Babel belajar mengenal arti dari kekejaman. Apa yang diteriakkan oleh orang-orang suci tentang “demihuman yang keji” tidak lebih dari propaganda untuk mengangkat semangat tempur. Tidak lebih daripada igauan. Dari sudut pandang yang berbeda, penyerangan demihuman tidak lebih dari pergi ke ladang untuk memberi makan mereka.

Terror memenuhi tubuh Babel. Di waktu yang sama, dia menguatkan pikiran.

Dia tidak akan membiarkan demon itu menginjakkan kaki di tanah Holy Kingdom, tempat istri dan anaknya berada.

Babel mempererat genggaman pada busur di tangannya.

Jika ucapan Jaldabaoth dimaksudkan untuk mengintimidasi mereka, maka itu adalah sebuah kegagalan. Manusia bukanlah makhluk penakut dan lemah. Mereka akan membiarkan dia merasakan kebodohannya karena meremehkan umat manusia dengan serangan balik yang ganas.

Orang-orang yang ada di sini memiliki semangat baja untuk mempertahankan Holy Kingdom, meskipun beberapa tahun yang lalu sedikit berkarat, mereka masih sepenuhnya mengabdikan diri kepada tanah airnya.

“—Apa kamu kira kami akan biarkan kamu melakukan hal semacam itu? Dengarlah Jaldabaoth si bodoh!” gonggongan Jenderal itu.

Memang benar, Dia sedang menggonggong.

“Ini adalah barisan pertama dari pertahanan Holy Kingdom! Dan juga merupakan barisan terakhir pertahanannya! Di belakang kami terdapat kedamaian dari rakyat Holy Kingdom! Apa kamu kira kami akan biarkan dirimu menginjak-injaknya sesuka hati!?”

Para prajurit yang ada di dekatnya berteriak, “Uooooooohhhhh!” merespon raungan Jenderal tersebut. Dalam sekejap, semangat tempur mereka menyala-nyala. Babel juga akan ikut berteriak jika dia tidak sedang menyembunyikan diri, dan mungkin para bawahannya, yang tubuhnya sedikit gemetaran, merasakan hal yang sama.

Namun, sebuah tepuk tangan meredamkan itu. Setelah bertepuk tangan sebentar, demon tersebut berbicara.

“Anjing penjaga yang sedang menjaga tempat buaian, hm? Aku tidak bisa bilang aku tidak setuju. Sangat penting melindungi sesuatu. -Ya, aku sangat setuju. Meskipun begitu, aku akan berikan kepada mereka yang kutangkap di sini sebuah sambutan yang sebaik mungkin.”

Cara dia tertawa saat bicara membuatnya terdengar seperti sedang menikmati ini.

Jaldabaoth tidak berbicara keras. Oleh sebab itu, masih bisa dipahami jika suaranya tidak terdengar ke tempat Babel berada. Meskipun begitu, kalimat tersebut sampai ke telinganya dengan jernih secara misterius, seakan datangnya dari belakang Babel sendiri.

--Jangan mengkhawatirkan itu, mungkin saja itu adalah ulah magic.

Mantra-mantra dan item-item magic yang menguatkan suara memang ada, dan kelihatannya Jaldabaoth sedang menggunakannya. Namun, dia tidak bisa menyingkirkan perasaan tidak enak yang terus menempel di punggungnya.

“Aku tidak akan menerima sikap menyerah atau apapun semacamnya. Hibur aku sebaik-baiknya. Kalau begitu sekarang – mari kita mulai.”

Babel memberikan perintah kepada para bawahannya untuk menembak.

Tidak perlu lagi menunggu perintah Jenderal. Mereka diizinkan sebuah kebebasan, karena kesempatan untuk menembak komandan musuh tidaklah muncul begitu ssaja. Menunggu persetujuan dari atasan mereka mungkin akan memberikan hasil peluang yang terbuang.

Babel berdiri.

Orang-orang di sekitarnya mengikuti.

Hanya butuh sekejap untuk mengunci targetnya. Sebuah jarak 50m pada dasarnya adalah jarak titik tembak yang paling bagus bagi Babel. Dia menarik busurnya, dipenuhi dengan nafsu membunuh – lalu Babel merasakan mata Jaldabaoth bertemu dengannya melewati topeng tersebut.

Kami tidak akan memberimu waktu untuk kabur atau mempertahankan diri. Jika kamu ingin menyalahkan sesuatu, salahkah saja kesombonganmu karena keluar ke garis terdepan sendirian!

“—Tembak!”

51 anak panah meluncur bersamaan dengan suara Babel.

Busur mereka yang sudah dibubuhi mantra melepaskan anak panah magis.

Anak panah api meninggalkan garis merah yang mengambang di udara, jejak biru tetap terlihat di belakang anak panah es, garis edar dari anak panah petir membekas kuning, kilatan hijau mengikuti anak panah beracun, anak panah Holy milik Babel sendiri meninggalkan jejak putih saat mereka meluncur menembus kehampaan.

Anak-anak panah yang terlepas dari busur yang ditarik penuh itu berjalan melewati jalan lurus saat mereka meluncur di udara, masing-masingnya menyerang tubuh Jaldabaoth tanpa melenceng sedikitpun.

Tembakan Babel terutama sangat tepat, dan setelah diperkuat dengan martial art dan skill miliknya, masing-masing anak panah itu memiliki kekuatan yang setara dengan tebasan menurun yang sangat kuat dari prajurit bersenjata berat. Jika dia terkena ini, bahkan seorang pria dengan armor full plate akan terdorong mundur lalu bergulung-gulung di tanah.

Namun – Jaldabaoth bahkan tidak bergeming sedikitpun meskipun sudah menerima 51 anak panah.

Lalu kemudian, ada suatu kejadian yang membuatnya meragukan matanya.

Anak panah yang seharusnya melubangi tubuhnya jatuh ke tanah.

Apa?! Apakah dia tidak bisa ditembus oleh senjata jarak jauh?

Babel cepat-cepat mengambil anak panah kedua saat memikirkan bagaimana Jaldabaoth bertahan dari tembakan-tembakan panah itu.

Beberapa monster memang bisa menetralkan serangan-serangan karena kemampuan khususnya. Contohnya, Lycanthropus dan semacamnya hampir tidak bisa ditembus jika tidak menggunakan senjata perak untuk melawan mereka.

Dia mempertimbangkan kemungkin Jaldabaoth memiliki kemampuan yang mirip. Kalau begitu, serangan macam apa yang bisa menembus pertahanan Jaldabaoth?

Anak panah yang barusan dia luncurkan terbuat dari baja, dan telah dibubuhi oleh mantra kekuatan holy yang sangat efektif terhadap iblis dan semacamnya. Meskipun dikatakan demon tidak bisa bertahan terhadap kekuatan tersebut, tidak disangkal jika Jaldabaoth telah membuktikan kebal terhadapnya. Kalau begitu, Yang terbaik adalah menggunakan anak-anak panah yang lain untuk mempelajari lebih jauh kekuatan lawan, merobohkan tudung misteri itu untuk bisa menulis kemenangan.

Babel mempersiapkan sebuah anak panah perak selanjutnya. Itu juga telah dibubuhi dengan kekuatan kebenaran.

“..Sekarang, izinkan aku membuat sebuah gerakan. Ini adalah hadiah yang remeh, tapi saya akan senang jika kalian menerimanya. Ini adalah mantra tingkat 10: [Meteor Fall].

Babel merasakan ada sesuatu dari atas, mendekatinya dengan kecepatan yang tidak bisa dihindari. Setelah melihat ke atas, dia melihat segerombolan cahaya.

Itu adalah sebuah batu yang panas dan besar – tidak, itu adalah sesuatu yang lebih besar daripada batu.

Cahaya perlahan memenuhi pandangannya, dan dalam sekejap dia melihal sekilas istri dan anaknya di tengah-tengah cahaya itu.

Dia tahu itu hanyalah sebuah ilusi. Putrinya sudah cukup besar sehingga sudah bisa memilih jalan sendiri. Meskipun begitu, putri yang dia lihat masih muda, dan istri Babel sedang menggendongnya masih terlihat sangat muda.

Tidak, jika aku tidak mengatakan dia masih muda sekarang ini, dia mungkin akan membunuhku-

----

Meteor yang berguguran membelah langit itu kemudian menabrak dinding, lalu meledak. Sebuah raungan menggelegar bergema ke sekitarnya. Gelombang kejut raksasa meratakan semua yang disentuhnya dan meluluhlantakkan dinding tersebut.

Saat pasir dan kotoran terlempar oleh gelombang kejut dari ledakan tersebut mulai berjatuhan ke tanah, debu-debu perlahan mulai mereda.

Yang terlihat hanyalah dinding yang hancur, berkeping-keping dan asap yang mengambang.

Setelah melihat benteng yang hancur seperti itu, tidak usah ditanya lagi nasib dari para prajurit yang bertempat di sana.

Manusia tidak mungkin bisa selamat dari kondisi sedemikian rupa.

Tentu saja, Demiurge tahu beberapa manusia bisa bertahan terhadap keadaan demikian. Contohnya, ada saja orang-orang bodoh yang menginjakkan kakinya ke dalam Great Underground Tomb of Nazarick, tanah suci yang diciptakan oleh para Supreme Being. Namun, dia telah melakukan penelitian yang dalam sebelumnya, dan dia telah memastikan bahwa tidak ada manusia semacam itu yang ada di sini.

“Kalau begitu sekarang, ini seharusnya sudah cukup dianggap sebagai persiapan.”

Demiurge membersihkan debu-debu yang menempel di pakaiannya dengan tangan. Dia tidak terkena oleh pasir atau kotoran, tapi debu dari ledakan itu sampai di tempatnya, jadi ada sedikit bau tanah yang menempel di pakaiannya. Tidak – dia pasti akan melakukannya meskipun bukan itu alasannya. Lagipula, ini adalah item yang berharga dari Supreme being yang telah menciptakannya.

Tentu saja, Demiurge memiliki banyak pakaian lainnya selain set yang ini, tapi bukan berarti dia bisa memperlakukan pakaian ini dengan ceroboh karena itu.

Saat dia memikirkan penciptanya yang maha kuasa, Demiurge tersenyum dibalik topengnya, lalu melihat ke arah manusia-manusia yang menyedihkan itu.

Jika dia melanjutkan serangan, kebingungan dari musuh akan lebih terlihat jelas lagi, dan pada titik ini, serangan demihuman akan menyebabkan kemenangan penuh. Namun, dia tidak menggunakan mantra itu karena tujuan tersebut.

Demiurge hanya bisa merapalkan mantra dalam jumlah yang sangat sedikit; hanya ada satu mantra tingkat sepuluh lainnya yang dia miliki. Kekuatan Demiurge yang sebenarnya adalah berada pada skill yang dia miliki, meskipun dia menggunakan mantra barusan dengan membatasi kekuatannya, pemandangan di depan sudah cukup tragis.

Tidak ada tanda-tanda serangan balik. Kelihatannya mereka mati-matian berusaha mengumpulkan informasi dan berkumpul kembali.

Komandannya belum tewas.. dan kebingungan mereka bukan dikarenakan mereka curiga kepada kami… apakah mereka tidak apa-apa?


Demiurge memutar badannya berpaling dari para manusia, berjalan kembali ke arah formasi para budaknya.
Dia bahkan tidak bersiaga terhadap kemungkinan adanya serangan dari belakang.
Dia bisa sesantai ini karena semua informasi yang telah dia kumpulkan.
Demiurge sangatlah kuat.
Memang benar, dia mungkin memiliki peringkat yang rendah diantara para Guardian Floor, tapi dia percaya diri bisa menang dalam pertempuran. Itu karena dia tahu pertempuran itu dilakukan karena seseorang percaya diri bisa menang. Itu artinya seseorang tidak seharusnya memilih untuk bertarung jika dia tidak mampu menang, kecuali diperintah sebaliknya.
Hanya ada satu orang yang Demiurge tidak bisa kalahkan – dengan kata lain, hanya ada satu lawan yang membuatnya tidak bisa memastikan kemenangannya sendiri walaupun memiliki persiapan yang cukup.
Orang itu memiliki kecerdasan yang melampaui dirinya, taktik yang melebihi apa yang bisa dia bayangkan, sebuah pandangan dunia yang kelihatannya melebar hingga selama-lamanya, Puncak akhir yang memegang semuanya di telapak tangan.
Dia adalah penguasa tertinggi dari Great Underground Tomb of Nazarick – Ainz Ooal Gown.
Supreme Being yang menjadi tumpuan loyalitas Demiurge.
Menghasilkan undead dalam jumlah besar adalah salah satu bagian dari rencananya. Ketika rencana itu dijalankan, takkan ada yang mampu melukai Ainz-sama. Betapa menakutkannya beliau. Kelihatannya yang lain masih belum menyadari betapa menyenangkannya dibawah kepemimpinan seorang Supreme Being-
Ada sebuah bunyi gedebug. Ini adalah pertama kalinya sesuatu terjadi kepada Demiurge diluar rencana. Dia berbalik untuk melihat ke arah sumber suara.
Kelihatannya ada seseorang yang meloncat turun dari dinding. Pria yang melakukannya perlahan bangkit berdiri.
“B, Bos sudah mati. Dia, Dia adalah orang yang ingin aku kalahkan!”
Pria itu menghunuskan pedangnya dengan kedua tangan saat berkata demikian.
Demiurge mengevaluasi pria tersebut dari penampilannya. Dia langsung mendapatkan jawabannya.
Level Ancaman – E (Cacing)
Kemungkinan Error – E (Tidak ada sama sekali)
Tingkat Kepentingan – E (Kelinci Percobaan)
Dengan kata lain, dia tidak lebih dari sampah. Tetap saja, dia adalah salah satu dari Sembilan Warna – Memang tidak semuanya menakjubkan, dia pikir tidak ada salahnya menangkap yang satu ini lalu melakukan segala macam percobaan padanya.
“Uoooooooohh!”
Pria yang berteriak itu berlari ke arah Demiurge.
Pelan. Pelan sekali. Jika hanya ini kecepatannya, bukankah dia harusnya lebih memanfaatkan otaknya? Contohnya dengan menggunakan [Silence] untuk mendekat perlahan-lahan lalu mengurangi jarak kami…
Ini adalah jarak yang bisa dilampaui dalam sekejap oleh rekan-rekan Demiurge. Pria itu – perlahan-lahan – berlari ke arah Demiurge.
Menurut informasi yang Demiurge kumpulkan, kemampuan rendahan pria ini kelihatannya menggunakan sebuah serangan spesial yang beberapa kali lebih kuat dari normal dengan imbalan hancurnya senjaga yang dimiliki. Oleh karena itu, dia memiliki sebuah pedang pada masing-masing tangan, dan beberapa pedang lagi di pinggangnya.
Bagaimana aku harus membunuhnya? Jika aku membunuhnya sebersih mungkin, lalu aku bawa dia kembali aku bisa – ah, akhirnya dia sampai.
Setelah memastikan bahwa dia tidak akan terkena cipratan dari darah pria tersebut, Demiurge memberikan sebuah perintah.
“[…Tusuk dirimu sendiri di bagian tenggorokan dengan pedang-pedangmu.]”
Ada sebuah suara tersedak dan suara ingin muntah.
Sebuah tampang kebingungan muncul di dalam mata pria tersebut yang baru saja menusuk tenggorokannya sendiri dengan pedang yang dia genggam. Matanya menjadi kabur saat roboh di tanah.
Teriakan kesakitan muncul dari dinding.
Demiurge berbalik, berjalan ke samping pria tersebut, lalu membawanya dengan memegang kerah bajunya menggunakan satu jari telunjuk sebelum kembali ke formasi pasukannya.
Setelah dia kembali ke dalam barisan, perwakilan dari masing-masing suku – bukan pimpinan mereka – berkumpul di depan Demiurge.
Demiurge membagi para demihuman dalam pikiran menjadi dua kelompok.
Satu jenis menginginkan darah segar dan melihat manusia tidak lebih dari makanan. Mereka akan mematuhi yang kuat, dan mereka akan dengan senang hati melaksanakan perintah Demiurge. Jenis yang lainnya adalah mereka dibuat berlutut di depan terror Demiurge, dan mereka mematuhinya karena pengaruh negatif seperti ketakutan.
Demiurge telah memilih sekelompok dari jenis yang terakhir.
“Kamu telat berkumpul.”
Sambil berkata demikian, dia memegang bahu dari satu demihuman secara acak yang dia pilih dari kelompok tersebut. Spesiesnya dikenal sebagai Zern. Setelah melakukannya, dia merobek kulit dari bahunya.
Meskipun Demiurge lemah diantara para Guardian Floor, dia masih bisa melakukan hal itu.
Demihuman yang kulitnya – dan sedikit dagingnya – dirobek hingga lepas roboh di tanah dengan kesakitan yang luar biasa, berteriak tak beraturan.
“Sekarang, mulailah serangannya. Berhati-hatilah untuk tidak terlalu mengalami banyak korban dari kalian. Hidangan utama akan dimulai setelah kita melewati dinding ini,” Demiurge berkata dengan nada yang lembut.
Kebaikannya memang asli ketika diarahkan kepada sesama penghuni Nazarick. Dia adalah orang yang sangat lembut menyangkut temannya. Namun, bagi orang lain, kebaikannya hanyalah sebatas seperti yang diberikan kepada alat-alatnya.
Setelah menerima perintah, demihuman-demihuman itu berlarian kembali ke berbagai suku-suku mereka. Demihuman yang bergulung-gulung di tanah tidak terkecuali.
Pesan yang mereka terima adalah yang mematuhi perintah Demiurge dan memperoleh hasil yang bagus akan menemui nasib bagus. Tentu saja, itu juga berarti mendapatkan hasil sebaliknya berarti masa depan mereka sama sekali tidak akan menyenangkan.
Demiurge tersenyum lembut saat dia melihat punggung-punggung beastmen yang semakin menjauh.
“-Kalau begitu, mari kita mulai langkah pertama rencana kita. – Para demon.”
Demiurge mengaktifkan salah satu skill miliknya dan memanggil demon dalam jumlah yang besar yang dimaksudkan sebagai pion untuk dikorbankan.
Meskipun demon-demon ini sangat lemah dibandingkan dengan Demiurge, mensummon demon-demon yang lebih kuat itu artinya dia tidak bisa memanggil sebanyak ini. Yang terpenting dalam operasi ini adalah untuk menyebarkan kalimat bahwa pasukan Holy Kingdom telah diserang oleh para demon, itu artinya kuantitas adalah yang diprioritaskan di sini.
“Sekarang dengar baik-baik. Bantulah para demihuman dalam usaha mereka. Dan juga, batasi pengejaran terhadap manusia. Jangan melakukan hal-hal bodoh seperti tidak membiarkan satu orangpun kabur dari benteng itu.”
Demon-demon berperingkat rendah mengangguk, lalu meluncur di langit berbarengan.
Meskipun monster-monster yang di summon seharusnya tahu sebagian dari apa yang diketahui oleh summoner mereka, informasi tersebut secara umum sangatlah samar… yang terbaik adalah menganggapnya sebagai kemampuan untuk membedakan teman dari lawan. Oleh karena itu, penting sekali memberikan perintah secara verbal kepada makhluk-makhluk yang di summon.
Sekarang ini… jika bola sudah mendarat pada targetnya itu adalah hal yang bagus.
Otak Demiurge yang tajam memikirkan segala macam situasi, dan setelah menghitung lusinan kemungkinan, dia membuat koreksi yang tepat untuk memperoleh tujuannya. Sedikit kemelencengan masing di dalam prediksinya. Namun, ada kalanya ketika orang-orang yang bodoh sekali akan menjadikan situasi menjadi berkembang ke arah yang tidak bisa diduga.
Tentunya seseorang dengan kecerdasan seperti Ainz-sama bahkan bisa memprediksi tindakan dari orang-orang bodoh itu… aku masih terlalu jauh. Setelah dipikir-pikir, jika aku bisa berbagi ini dengan Ainz-sama bagus juga…
Saat dia berpikir demikian, jantung Demiurge berdebar keras. Dia telah menghabiskan banyak waktu mempersiapkan panggung ini; jika dia tidak bisa membaginya dengan sang tuan, apa yang akan Demiurge lakukan?
Para hadiri dari Holy Kingdom, Aku memiliki keinginan yang tulus. Aku harap anda semua membiarkan Ainz-sama menikmatinya dengan bentuk-bentuk penderitaan kalian.. Meskipun, bagaimana Ainz-sama akan merubah rencanaku menjadi hasil yang lebih baik?
Seperti seorang murid yang sedang menunggu guru yang dia hormati memberikan instruksinya, Demiurge tersenyum di dalam hati penuh dengan api pengharapan dan kegirangan.
Oh, untuk mempelajari tindakan Ainz-sama, menuju diri yang lebih baik, dan memperdalam loyalitasku. Betapa menakjubkannya hal itu!
Bagi Demiurge, yang dilahirkan untuk melayani Supreme Being, tak ada yang lebih menyenangkan daripada memberikan semuanya untuk sang tuan.
“Ahhh, ini benar-benar luar biasa..”


**********


Berita mengenai aliansi demihuman – yang terdiri dari pasukan dalam jumlah sangat besar – menghancurkan benteng-benteng pusat terkuat dengan jumlah pasukannya yang besar, lalu setelah itu menyeberangi dinding, telah mulai tersebar ke seluruh penjuru Holy Kingdom.

Pimpinan dari aliansi demihuman itu disebut sebagai Demon Emperor Jaldabaoth.

Dia adalah seorang demon yang telah menyebabkan kerusuhan besar di dalam Kingdom Re-Estize, dan dia telah menggunakan magic yang sangat kuat untuk meluluhlantakkan dinding tersebut seperti kertas tisu.

Aliansi demihuman terdiri dari delapan spesies, dan jumlah mereka diperkirakan lebih dari seratus ribu. Pasukan demihuman ini sekarang terfokus untuk menghancurkan dinding-dinding dan yang melindunginya, laju mereka sekarang sedang terhenti.


Setelah mengetahui ini, pimpinan dari Holy Kingdom – Holy Queen – memberikan perintah mobilisasi umum ke seluruh negeri.

Karena wilayah Holy Kingdom melebar di sekitar pinggiran utara dan selatan dari teluk tengah, setiap kekuatan yang digerakkan tentunya akan membentuk dua pasukan – Pasukan Holy Kingdom Utara dan Pasukan Holy Kingdom Selatan.

Pasukan-pasukan tersebut masing-masing bergerak menuju lokasi-lokasi penting mereka – kota Kalinsha di utara, dan kota Debonei di selatan – tempat dimana mereka memata-matai gerakan musuh selama beberapa hari.

Laporan yang mereka terima dari pasukan-pasukan yang sedang mengamati dinding tersebut membuat situasinya semakin mendesak.

-Aliansi demihuman, dengan seluruh kekuatannya, sedang bergerak ke barat-

-Mereka akan tiba di benteng kota Kalinsha utara dalam beberapa hari-

“Benarkah? Pada akhirnya tempat ini akan menjadi medan perang juga…”

Yang berbicara barusan adalah Holy Queen, Calca Bessarez.
Karena posisinya yang rendah dalam urutan sebagai pewaris takhta – hanya pria yang mewarisi Holy Kingdom sampai sekarang –seharusnya dia takkan pernah mendapatkan posisi Holy Queen. Namun, karena dua kualitas yang dia miliki, mahkota tersebut pada akhirnya diletakkan di atas alisnya.

Yang pertama adalah karena parasnya yang cantik. Wajahnya secantik bunga mawar yang baru saja merekah, dipenuhi dengan kecantikan dan kewibawaan, dipuji sebagai “harta karun Roble” sementara rambutnya yang panjang dan bersinar seperti benang pintal emas. Karena mirip dengan halo (lingkaran cahaya di atas kepala) malaikat, banyak orang yang melihat senyumnya yang lembut menyebutnya sebagai orang suci.

Kualitas lainnya adalah kemampuannya yang luar biasa sebagai divine magic caster. Dia adalah seorang jenius yang bisa menggunakan mantra tingkat empat di awal usia lima belas tahun, dan dia menerima takhta berkat dukungan kuat dari Holy King sebelumnya serta dari kuil.

Hampir sepuluh tahun telah berlalu sejak saat itu, meskipun ada suara-suara tertentu yang tidak setuju dengan kebaikannya yang berlebihan, dia tidak membuat kesalahan apapun yang bisa dianggap fatal sehingga dia masih berkuasa di Holy Kingdom hingga hari ini. Namun, kekuasaan ini tidaklah solid, karena bara-bara api muncul di tempat yang tidak kasat mata.

“Aku mengerti kesedihanmu, Calca-sama, tapi orang-orang yang hidup di Kalinsha juga sama karena mereka telah mempersiapkan diri untuk hari seperti ini. Di masa lalu, ada juga… ahem, pertempuran itu, dimana kota ini adalah jantung pertempurannya. Itulah kenapa dinding-dinding di sini bahkan lebih tinggi dan kuat dari tempat lainnya.”

Orang yang mencoba untuk menenangkannya adalah seorang wanita dengan rambut coklat.

Meskipun dia secantik Holy Queen, matanya setajam silet dan dingin, seperti mata pisau. Dia memakai satu stel armor full plate berwarna keperakan dan sebuah jubah. Ini adalah pakaian tradisional dari Kapten Orde Paladin, sebuah benda kuno hasil pekerjaan magis. Yang paling penting adalah pedang di pinggangnya, yang namanya dikenal oleh semua orang yang ada di Holy Kingdom.

Pedang itu dikenal sebagai salah satu dari empat Pedang suci, pedang suci Safalrisia.

Salah satu dari Tiga Belas Pahlawan, yang dikenal sebagai Black Knight, dikatakan memakai empat pedang – Pedang Jahat Hyumilis, Pedang demon Kilineyram, Pedang karat Crocdabal, dan Pedang Fatal Sfeiz. Ini adalah salah satu dari empat pedang yang menjadi tandingan pedang-pedang tersebut. Kebetulan sekali, tiga pedang suci lainnya dikenal sebagai pedang hukum, pedang keadilan, dan pedang kehidupan.

Memakai sebuah pedang yang kuat sering membuat seseorang menjadi mabuk dengan kekuatannya dan mengabaikan teknik berpedang yang paling fundamental. Oleh karena itu, melihat dia membawa pedang tersebut yang biasanya tak pernah dibawa adalah sebuah tanda bahwa dia bertekad untuk bergabung dalam pertempuran yang akan datang, dan untuk memenangkannya.

Namanya adalah Remedios Custodio.

Dia adalah teman dekat dari Calca, dan Kapten Orde terkuat dalam sejarah, sebuah pencapaian yang didasarkan pada kekuatannya. Dia adalah “si putih” dari sembilan warna.

“Yup, yup. Dan kami juga mengirimkan seluruh penduduk yang tak bisa bertarung untuk mengungsi jadi mereka tidak akan menjadi korban. Daripada itu, bukankah masalah yang lebih mendesak setelah perang adalah pengeluaran yang terjadi selama pertempuran?”

Orang yang tertawa ufufufu dengan cara yang tidak sopan adalah seorang wanita.

Meskipun bentuk mata dan mulutnya sedikit berbeda, wajahnya masih menunjukkan sedikit kemiripan dengan Remedios. Namun, perbedaan kecil itu cukup untuk merubah kesan orang lain kepadanya. Dia selalu terlihat seperti sedang merencanakan sesuatu – atau dalam istilah yang kurang sedikit sopan, dia dikelilingi oleh aura jahat.

Dia adalah saudari dari Remedios, lebih muda dua tahun darinya, Queralt Custodio.

Dia adalah seorang high Priest dari kuil, pemimpin kependetaan.

Sudah menjadi berita umum jika dia bisa menggunakan divine magic caster tingkat empat.

Namun, itu tidak lebih dari sebuah tipuan, mereka yang dekat dengannya tahu dia bisa menggunakan mantra tingkat kelima.

Dan kebetulan sekali, dia bukanlah salah satu dari Sembilan Warna. Meskipun kuil berada di bawah Holy Queen, mereka memiliki aturan sendiri untuk tidak memberikan gelar warna kepada salah satu dari anggota mereka, untuk menghindari masalah keseimbangan kekuatan.

Dua orang bersaudari ini dikenal sebagai si jenius Custodio bersaudari, dua sayap dari Holy Queen.

Hingga sekarang, banyak bangsawan yang meragukan pengangkatan Calca sebagai seorang wanita, dan mereka bertanya-tanya apakah dia sudah melakukan sesuatu dengan atau kepada dua saudari ini. Oleh karena itu, mereka sering bicara buruk tentang ketiganya di saat yang sama.

Meskipun banyak rumor mengenai mereka sudah dibersihkan, satu gosip tertentu masih tersisa. Mereka bertiga belum menikah – tanpa sedikitpun kekasih pria – sehingga dikatakan hubungan mereka tidaklah biasa. Meskipun Calca menyangkalnya, dia tidak bisa membebaskan diri dari rumor tersebut, dan itu adalah sumber utama kefrustasiannya.

“Hanya mendengar ini saja membuatku sakit kepala. Serasa masih belum buruk saja ketika nantinya kita tidak akan mendapatkan apapun meski sudah menang.”

“Tetap saja, mereka bilang demihuman kali ini memiliki perlengkapan yang sangat baik. Mengapa tidak menjual perlengkapan mereka saja?”

“Benar sekali – kamu tahu aku tidak setuju untuk itu, nee-sama. Katakan saja kita ingin menjual armor mereka – dimana kita akan menjualnya? Anda belum memikirkan hal itu, ya kan? Kita hanya bisa menjualnya di luar negeri, tapi armor demihuman tidak akan banyak berbeda dari harga armor demihuman yang memang murah. Disamping itu, kita harusnya menghindari perilaku memperkuat arsenal negeri lain sampai dinding yang hancur sudah dibangun lagi. Khususnya, aku harap mereka tidak jatuh ke tangan Sorcerous Kingdom.”

“Huh? Kamu tidak suka dengan Sorcerous Kingdom? Aku tak pernah mendengar kamu berkata seperti itu ketika pertemuan  lho.”

“Tak ada priest yang senang dengan mereka. Kamu juga sama ya kan, Calca-sama?”

Calca merenungkan masalah itu. Sebagai bagian dari kependetaan dan Holy Queen, dia tidak senang dengan mereka. Namaun, sebagai seorang kepala negara-

“-Tugas seorang raja adalah mencintai negerinya, mencintai rakyatnya, dan memberikan mereka kedamaian. Selama dia melakukannya, seharusnya tidak ada masalah, ya kan?”

Dua bersaudari itu saling melihat satu sama lain di depan Calca.

“Cinta? Tidak mungkin, Bisakah seorang makhluk undead berpikir sedemikian rupa?”

“Aku setuju dengan nee-sama. Undead – aku tidak pernah terpikir mereka bisa mencintai seperti anda, Calca-sama.”

“Kalian berdua kasar sekali. Tetap saja, kalian tidak boleh menghina orang lain tanpa terlebih dahulu melihatnya, ya kan?”

Tampang bingung di wajah mereka terlihat sangat mirip. Calca berpikir mereka memang bersaudari ternyata, setelah mengakhiri senyum di wajahnya, suara Calca berubah menjadi serius.

“Apa yang ajudanmu katakan? Queralt, katakan kepadaku rencana kita untuk menghadapi Jaldabaoth.”

Holy Queen tidak ambil bagian dalam rapat strategi. Malahan, dia berkeliling kepara para prajurit untuk meningkatkan moral mereka. Meskipun pasukan Holy Kingdom adalah pasukan yang dilatih lebih baik daripada negeri lain, pada akhirnya mereka cuman rakyat biasa yang diwajib militerkan. Penting sekali untuk memotivasi mereka.

“Baik. Kami sudah mendiskusikan bagaimana cara menghadapi situasi dimana demihuman-demihuman mengepung kota ini, melewatinya, lalu menuju ke selatan, berpencar untuk mencapai tujuan yang berbeda, dan seterusnya.”

Saat seperti inilah Calca memastikan bahwa kedua saudari itu mirip, namun tidak sama. Jika dia bertanya kepada yang tua pertanyaan itu, jawaban yang akan dia dapatkan akan membuatnya ingin memegang kepala karena frustasi.

“Ternyata begitu… kalau begitu, kemungkinan yang mana yang paling besar terjadi?”

“Melihat arah penyerangan dari demihuman sejauh ini, kelihatannya mereka akan memilih untuk mengepung kota ini. Namun, ada satu masalah dengan hal itu.”

“Mm, ya.”

“Apa maksudmu?”

Remedios juga tidak ikut dalam rapat itu, karena dia adalah pengawal Calca. Namun, melihat dia yang tidak tahu jawaban yang langsung disadari oleh Holy Queen dalam sekejap adalah karena alasan lain.

“…Nee-sama. Aku sedang membicarakan tentang demon yang sedang melakukan perusakan di dalam Kingdom, Jaldabaoth. Meskipun tidak ada yang tahu seberapa pandai dia, demon ahli dalam hal perencanaan dan tipuan. Dia mungkin mengadopsi sebuah rencana yang tidak bisa kita terka sebelumnya.”

“Oh begitu… ajudan yang menangani strategi dan perencanaan pasti sangat kesulitan..”

Meskipun banyak yang ingin dia katakan kepada pimpinan dari Order Paladin, Calca menahan diri untuk tidak melakukannya.

“…Ini benar-benar memusingkan. Kalau begitu, jika demihuman mengepung kota ini, apa yang terjadi setelahnya? Meskipun suplai makanan masih besar, melakukan pertempuran bertahan akan memberikan kengerian pada moral mereka. Apakah kamu sudah mempertimbangkan itu pula?”

“Ya, biasanya, yang bisa kita lakukan adalah menunggu bala bantuan dari selatan tiba, tapi kami memiliki laporan bahwa Jaldabaoth menggunakan sebuah kekuatan misterius untuk menghancurkan dinding dalam sekali pukul. Selama faktor tidak menentu yang besar seperti itu masih ada..”

Tiga orang itu mengerutkan dahi berbarengan.

Siapapun akan marah ketika mereka berpikir apa yang telah terjadi dengan dinding tersebut, tapi Calca tahu apa yang terjadi.

Remedios hanya meniru dua orang lainnya.

Remedios tidak suka berpikir, dan dia adalah orang yang sangat keras kepala. Itu adalah sebuah kekurangan, tapi itu juga menjadialasan mengapa dia bisa memiliki keadilan absolut.

Sifat alami dari keadilan sulit untuk dicerna. Contohnya, bayangkan jika ada dua anak, satu manusia dan satu demihuman. Karena masih suci dan tidak bersalah, mereka menjadi teman. Namun, jika anak demihuman itu ditemukan oleh orang-orang dewasa, dia akan ditangkap dan dikunci, dan anak manusia itu akan memohonkan ampunan. Namun, jika mereka membiarkan anak demihuman itu pergi, dia mungkin akan menjadi dewasa sebagai ancaman untuk umat manusia. Apakah membunuh anak-anak demihuman adalah benar atau salah? Ini bukan masalah yang bisa dengan mudah dijawab.

Calca akan mengampuninya tanpa ragu.

Namun, Remedios akan membunuhnya tanpa sedikitpun ragu. Ditambah lagi, dia akan ngotot bahwa dia benar, dan tidak sedikitpun merasa bersalah. Di dalam hatinya, apapun yang dia lakukan adalah demi negeri dan rakyat adalah bisa diterima.

Ketika Calca menerima takhta sebagai Holy Queen, Calca telah mendeklarasikan sesuatu kepada dua orang temannya itu, “Aku akan memberikan kebahagiaan kepada rakyat kecil, dan membuat sebuah negeri dimana tak ada seorangpun yang akan menangis.” Sebagai balasannya, dia berkata, “Aku akan mendukungmu dan menegakkan cita-cita mulia itu.” Dengan bersumpah di dalam hati, dia jauh lebih tegas dari orang lain, hatinya dipenuhi dengan tekad, dan cahaya di matanya seperti orang yang fanatik.

Seseorang yang seperti itu adalah orang yang jelas-jelas berbahaya, namun Calca tidak menjauhkan diri dari temannya. Dorongan hati untuk berbuat kebaikan membuatnya mencintai orang lain, mencintai kedamaian, membenci kejahatan, dan hasrat untuk membantu yang lemah akan dia terima.

Karena sifat seperti itulah apa yang dia pikirkan dan lakukan selalu sama. Karena dia tidak tidak memikirkan ucapannya, semua yang dia katakan datangnya langsung dari hati.

Organisasi manapun – terutama mereka yang telah berdiri lama – akan menjadi lambat karena kekhawatiran dan kebaikan. Ditambah lagi, Tujuan murni mereka yang asli akan ternoda dan semakin gelap.

Karena kekuasaan berada di dalam genggaman satu orang saja, memang wajar jika perebutan kekuasaan terjadi. Meskipun seorang pemenang sudah diputuskan, pertempuran melawan kecurigaan, kecemburuan dan ketakutan akan terus berlanjut, sampai satu pihak pada akhirnya musnah.

Meskipun Calca sudah dibebaskan dari kutukan ini separuh jalan. Itu karena dia telah mendapatkan kekuatan magis yang memiliki peringkat tertinggi meskipun dibandingkan dengan generasi terdahulu dari para Holy King. Orang lain memujinya karena itu, sehingga hatinya menjadi tenang. Oleh sebab itu, Calca bisa mengesampingkan persiapan mentalnya untuk mengambil takhta Holy Queen, namun saudara-saudaranya tidak merasakan hal yang sama.

Hanya ada satu saudara tua diantara kerabatnya yang bisa dia percaya: Caspond.

Karena Calca hidup seperti ini setiap saat, Remedios adalah sebuah oasis spiritual bagi Calca.

“Umu. Kekuatan yang bukan main itu membuatku terbayang akan kekuatan dari Demon God dari cerita-cerita.”

“Nee-sama, bahkan Demon God tidak sekuat ini. Dari semua informasi yang kita tahu, mungkin Jaldabaoth adalah makhluk yang lebih tinggi daripada Demon God.”

“…Menyusahkan saja. Kalau begitu bagaimana cara kita mengalahkannya?”

“Apa yang anda khawatirkaan, Calca-sama! Mereka bilang dia dikalahkan oleh petualang peringkat adamantite dari Kingdom. Bukankah kita juga bisa melakukan hal yang sama?”

“…Itu benar. Jika petualang yang sebanding dengan kita bisa mengalahkannya… tapi masalahnya sekarang terletak pada apakah Jaldabaoth bisa menggunakan kekuatan yang digunakan untuk meluluhlantakkan dinding itu berulang-ulang.”

“Untuk masalah itu, para ajudan merasa bahwa melihat dinding tersebut hanya diserang satu kali saja, kelihatannya dia ada masalah jika menggunakannya berulang kali.”

“Itu bisa dipahami. Jika dia bisa menggunakannya berulang kali, bisa saja dia sudah melakukannya. Dia tidak melakukan itu karena dia hanya bisa menggunakannya sekali.”

Calca setuju dengan pendapat Remedios. Jika ada jalan untuk melakukannya, tidak ada alasan untuk tidak mengulangi serangan itu.

Calca juga sama. Dia mengusap mahkota yang sedang dikenakan. Itu adalah sebuah item magis yang merupakan fokus pengikat sebagai bagian dari ritual besar untuk mantra yang telah diturunkan secara temurun di dalam Holy Kingdom, [Last Holy War].

“..Yah, kita bisa mewajib militerkan para petualang berperingkat tinggi, orang-orang yang terbiasa mengalahkan monster dan semacamnya, sebagai bagian untuk memobilisasi orang-orang kita. Jika kita mengumpulkan kekuatan tempur sepenuhnya, Jaldabaoth bukanlah lawan yang sulit untuk dikalahkan. Kenyataannya adalah, dia sudah pernah dikalahkan sekali sebelumnya.”

Guild Petualang telah memprotes dengan keras mewajib militerkan para petualang ke dalam pasukan, tapi Calca tidak menghapus perintahnya. Memang bisa diduga – ini adalah masalah kepentingan negeri, dan memecah kekuatan mereka adalah tindakan yang luar biasa bodohnya. Ditambah lagi, Guild Petualang tidaklah sekuat Holy Kingdom sendiri, jadi memaksa mereka untuk patuh adalah hal yang sederhana.

“Itu benar. Meskipun aku merasa kita gagal karena tidak mendapatkan informasi intelejen yang detil dari aktifitas Jaldabaoth di dalam Kingdom.”

“Saya minta maaf untuk itu.”

“Tidak, aku tidak mempermasalahkannya, Queralt. Bukan salahmu. Akulah yang salah, karena aku tidak memperhatikan berita dari negeri-negeri lain.”

“Tentu tidak, Calca-sama. Itu jelas kesalahan Queralt.”

“Nee-sama…”

“Yah, jelas itu bukan kesalahanku. Aku sudah menjalankan tugasku melindungi Calca-sama dan membersihkan monster! Aku tidak mengacaukan pekerjaanku. Itulah yang mereka sebut sebagai memanfaat bakat dengan benar!”

Remedios membusungkan dadanya dan bersuara hmph penuh kemenangan.

Dia benar berkata demikian. Meskipun begitu, masih ada yang mengganggunya.

“…Jangan-jangan Jaldabaoth adalah dalang dibalik peristiwa hilangnya beberapa penduduk desa?”

“Mungkin saja benar…”

Beberapa waktu yang lalu, penduduk beberapa desa menghilang. Pada akhirnya, mereka tidak berhasil menemukan informasi apapun yang merujuk pada pelakunya, tapi mungkin saja Jaldabaoth yang menjadi dalangnya.

“kalau begitu, kita harus menyelesaikan masalah ini sebelum mengalahkan Jaldabaoth. Ngomong-ngomong, jika saja Kingdom menghabisinya dengan benar, kita tidak akan kesusahan seperti ini.. Apakah Gazef Stronoff yang melawannya?”

Queralt melihat ke arah Calca dengan tampang bingung.

Matanya terlihat seperti sedang bertanya, Bukankah anda bilang kepada Nee-sama tentang hal itu?Oleh karena itu, Calca memberikan jawaban yang bisa menghilangkan keraguannya, lalu dia tersenyum lelah.

Artinya, Tentu saja aku sudah bilang kepadanya. Aku sudah bilang kepadanya bagaimana Jaldabaoth menyerang ibukota kerajaan, bagaimana para petualang mengalahkan Jaldabaoth, demon-demon lain yang muncul, dan bagaimana Kapten Warrior mengalahkan mereka semua. Aku sudah bilang kepadanya semua… jadi semua itu pasti sudah tertutup oleh hal-hal lain atau masuk dari telinga satu lalu keluar telinga lain.

“…Aku benar-benar merasa kasihan kepada para Wakil Kapten Nee-sama.”

“Hm? Mengapa kamu tiba-tiba berkata begitu?”

Queralt tidak menjawabnya, malahan menggulung sekumpulan rambutnya di jari-jari tangan.

Karena Remedios tidak memikirkan apapun, maka harus ada orang lain untuk melindungi pantatnya (membantunya). Itulah mereka (para wakil kapten Remedios).

Dia sangat mengapresiasi penderitaan yang mereka lalui. Namun, keluguan Remedios – atau kebodohannya, jika seseorang tidak perlu bersikap sopan – juga memiliki efek menyembuhkan bagi jiwa, jadi positif dan negatifnya saling menutupi.

“…Hah. Aku hanya tahu detil kasarnya, tapi kelihatannya, dia melawan demon lain, yang ditutupi sisik.”

“Benarkah. Yah, jika dia mengalahkan Jaldabaoth, keadaannya tidak akan jadi seperti ini. Atau jangan-jangan petualang berpangkat adamantite itu lebih kuat darinya?”

“Aku tidak terlalu yakin dengan itu, tapi kurasa mungkin memang begitu.”

Remedios mengerutkan dahi dengan tidak suka.

Mungkin dia tidak senang karena orang lain yang kekuatannya dia akui diremehkan orang lain.

“Yah, yang dia tahu adalah bagaimana menggunakan pedang. Jika dia memiliki serangan-serangan anti demon seperti kita, keadaannya mungkin berbeda.”

Dalam hal kekuatan tempur murni, paladin berada satu titik di bawah warrior. Namun, itu tidak berarti ketika menghadapi makhluk jahat. Remedios memang benar, tapi Queralt masih menghela nafas lirih.

Barusan, Calca seperti mendengar suara lonceng.

Remedios langsung bertindak. Di saat-saat seperti ini, dia masih menjadi yang pertama untuk bertindak.

Dia membuka jendela-jendela di sana.

Udara di awal musim gugur mengalir ke dalam, dan udara yang dihangatkan oleh tiga tubuh di dalam mengalir keluar.

Udara yang dingin dan menyegarkan membawa serta dentangan lonceng-lonceng. Itu adalah bukti bahwa apa yang dia dengar sebelumnya bukanlah suara hantu karena disebabkan oleh telinga yang mendengung. Tidak, akan lebih baik jika dia salah dengar.

Di waktu yang sama, dia mendengar suara beberapa langkah kaki di lorong.

“Calca-sama, tolong berdiri di belakangku.”

Remedios cepat-cepat menghunus pedang sucinya Safalrisia lalu mengangkatnya, menempatkan dirinya diantara Calca dan pintu.

Jilid ke 12 - Remedios membuka jendela dengan keras


Pintu itu terbuka dengan suara pon.

“Yang Mulia!”

Dia mengenali pria pertama yang masuk ke dalam ruangan tersebut saat dia berteriak dengan suara lantang – dia adalah kepala staf.

“Apa yang terjadi? Mengapa kalian buru-buru?”

“Tidak ada waktu lagi untuk jalan pelan-pelan! Yang Mulia! Jaldabaoth! Jaldabaoth muncul di dalam kota! Dia mulai menghancurkan kota bersama dengan banyak demon pengikutnya! Dan juga, demihuman-demihuman sudah bergerak! Kelihatannya mereka sedang menuju ke tempat ini!’

“Apa katamu?”

“Kami melihat pasukan demihuman di sekitar sini. Kami tidak tahu bagaimana mereka menipu para penjaga kami, tapi kami sudah diberi informasi palsu! Pertempuran akan terjadi beberapa saat lagi!”

Ketika banyak informasi membuatnya bingung, itu hanya bertahan sesaat. Calca langsung melanjutkan sikapnya sebagai seorang ratu dan memberikan perintah.

“Meskipun ini adalah sebuah permulaan yang besar bagi rencana kita, sekarang kita akan mulai bertarung melawan Jaldabaoth. Sementara kami mengulurnya, bersiaplah untuk menghadapi pasukan demihuman. Sampaikan perintahku kepada para petualang!”

Saat dia mendengar ucapan bawahannya, keraguan di hati Calca kembali membanjiri.

Apakah dia sudah meremehkan Jaldabaoth?

Tentu saja, dia tidak berniat meremehkan demon yang bisa dengan mudah menghancurkan dinding itu. Tapi apakah perasaan dia bisa mengalahkannya adalah sebuah kesalahan? Bukankah lebih baik untuk mundur sampai mereka selesai mempelajari musuh?

Tidak. Calca membuyarkan kelemahan yang mulai muncul di dalam hatinya.

Jika mereka tidak bertarung melawannya sekarang, maka kapan lagi? Meskipun penting untuk mengetahui informasi tentang musuh, sekarang adalah satu-satunya kesempatan yang harus mereka ambil dengan segala kekuatan yang dimiliki. Setelah ini, pertempuran untuk mengikis kekuatan lawan secara pelan-pelan akan membuat sumber daya mereka berkurang banyak, dan itu akan membuat mereka semakin sulit untuk bisa mengumpulkan kekuatan yang dapat mereka perintahkan seperti sekarang.

Ditambah lagi, terus-terusan mundur sampai mereka menyelesaikan operasi-operasi pengumpulan intelejen pada dasarnya membiarkan negeri mereka diinjak-injak.

Jika memang begitu, jumlah rakyatnya yang tidak bisa dia bayangkan akan berakhir sengsara.

“…Aku akan biarkan rakyat kecil hidup dengan bahagia, dan membuat sebuah negeri dimana tak ada yang tersakiti.”

“Memang benar, Calca-sama!”

Semuanya tersenyum, Remedios mengikuti gumaman Calca yang ditujukan kepada dirinya sendiri.

Namun, ucapan itu dia keluarkan di masa lalu, sebelum dia tahu kenyataan di dunia ini. Dengan keadaan sekarang, kelihatannya itu adalah sasaran yang hampir mustahil untuk dicapai.

“Hmph! Sekarang dia semakin sombong setelah berhasil melewati dinding itu, tapi tidak kukira dia tidak membawa pasukan demihuman miliknya!” Remedios menggerutu marah.

Apakah memang benar seperti itu? Tidak, seharusnya memang begitu. Namun, dia tidak bisa menyingkirkan perasaan tak terbantahkan akan adanya sesuatu yang salah yang menggulung di dalam hatinya.

“…Jangan lengah, okay? Apakah ini caramu memperlakukan lawan dengan kekuatan seperti itu?”

“Tentu saja, Calca-sama! Saya tidak berniat untuk ceroboh sama sekali! Dengan pedang suci ini, saya akan penggal kepala demon itu dan mempersembahkannya kepada anda!”

Gawat. Aku tidak bisa menenangkannya lagi.

Itulah yang Calca pikirkan, tapi dia tidak khawatir dengannya. Itu karena Remedios adalah orang yang berbeda ketika sudah melangkah di medan perang.

“Ahh~ tidak perlu mempermasalahkan kepalanya, tapi loyalitasmu membuatku sangat senang. Kalau begitu, mengenai rencana untuk mengalahkan Jaldabaoth… bisakah kamu mengulur waktu bagi kami?”

“Tentu saja. Pelayan anda ini sudah memberangkatkan sebuah pasukan terdepan untuk melaksanakan rencana kita.”

Saat itu, Calca merasakan sebuah luka perih di hatinya. Itu karena melaksanakan perintah itu sebenarnya mengirim mereka untuk mati. Para prajurit akan pergi melawan Jaldabaoth, meskipun tidak punya peluang untuk menang.

Salah satu tugasnya sebagai kepala pemerintahan adalah untuk menukar sedikit nyawa dengan banyak nyawa. Oleh karenanya, dia tidak boleh merengek atau menangis di sini. Para prajurit telah mengorbankan nyawa demi dirinya, jadi dia harus menunjukkan tekad kepada mereka bahwa ini adalah tugas mulia.

Dia harus memainkan peran sebagai Ratu Tertinggi, Holy Queen yang paling dihormati.

“Kalau begitu, mari kita berangkat!”

Suara tepukan tangannya adalah sebuah tanda agar semua orang bergerak.


**********


Remedios menggenggam pedang sucinya lalu menebas seorang demon - Wakil kaptennya sudah memberitahukan nama demon itu kepada Remedios, tapi dia sudah lupa sama sekali - menjadi dua. Dengan ditambahi kekuatan suci (holy), pedang tersebut bisa memberikan luka yang pedih terhadap makhluk-makhluk jahat, hingga berakibat fatal. Remedios telah menebas demon-demon yang mengamuk di penjuru kota satu persatu. Demon-demon yang roboh hilang menjadi asap putih yang tebal seperti keluar dari luka mereka. Dalam sekejap, tidak ada lagi jejaknya.

Namun, tanda-tanda akibat dari para demon itu mengamuk di kota tetap ada.

"Bagaimana bisa jadi seperti ini!?"

Dia melihat ke arah seorang prajurit yang roboh - bukan salah satu dari pasukan penjaga barisan depan, tapi seorang polisi patroli biasa - lalu Remedios berteriak marah.

Armor kulitnya terpotong dengan rapi, dan tangannya sedang memegangi perutnya yang berwarna merah gelap. Remedios bahkan bisa melihat warna merah muda organ-organ tubuhnya. Wajahnya jauh melebihi titik kepucatan, sekarang sudah putih seperti tak ada darahnya.

Meskipun Remedios tidak memiliki pengetahuan tentang medis, pengalamannya sendiri sudah cukup memberikan informasi untuk bisa membuat keputusan. Tidak ada waktu baginya untuk mengirimkan para prajurit yang terluka ke titik pengumpulan korban. Dia harus merawat mereka di tempat dengan magic.

Para prajurit itu masih belum tewas, tapi bukan juga selamat secara  ajaib, bukan juga karena para prajurit itu bagus, jadi apakah ini tujuan para demon tersebut? dia tidak tahu apa yang para demon itu rencanakan.

Tetap saja, pilihan untuk sengaja membiarkan para prajurit itu mati tidak ada di dalam hati Remedios. Tak ada siapapun yang akan sengaja membiarkan para prajurit yang telah memilih untuk menjadi sebuah perisai bagi negeri mereka untuk mengulur waktu. Dan yang terpenting adalah dia seorang paladin kebenaran.

"Mulailah menyembuhkan dia!"

Remedios ditemani bukan hanya oleh para elit paladin di belakang, tapi juga beberapa priest. Perintah Remedios diarahkan kepada mereka.

Sebagai balasannya, salah satu wakil Kapten melangkah maju dan berbisik ke telinga Remedios:

"Bukankah lebih baik membiarkan paramedis yang ada di belakang membantunya? Jika kita menggunakan mana dari para priest di sini, kita akan kehabisan ketika melawan Jaldabaoth, mungkin saja itu tujuan para demon-"

"---Ahh, kamu terlalu banyak bicara! Ini adalah perintah! Sembuhkan dia sampai dia bisa bergerak sendiri! Dan juga-"

Sampai sini, Remedios menoleh ke arah ajudan yang ada di sampingnya dan berkata:

"-Aku tidak bisa mendengarmu bergumam dengan memakai helm, jadi bicaralah yang keras!"

"Ah, tidak, tidak apa..."

"Bagus sekali!"

Magic healing (penyembuh) menjahit luka para prajurit itu dengan cepat. Tentu saja, penyembuhan itu belum selesai. Lagipula, ini hanyalah mantra tingkat satu, dan mantra tersebut tidak bisa menyembuhkan prajurit yang sudah di ambang kematian. Meskipun begitu, sudah cukup untuk menyembuhkan para prajurit hingga titik dimana mereka bisa berjalan terhuyung-huyung. Karena para prajurit sudah tidak lagi berada dalam bahaya kematian, tidak perlu lagi menyembuhkan mereka. Remedios masih ingat Omelan saudarinya yang tak hentinya mengingatkan dirinya untuk menghemat penggunaan sumber daya yang terbatas.

"Kalian para pemberani, tetaplah seperti itu dan dengarkan. Kami telah melakukan pertolongan pertama pada luka kalian, jadi mundurlah. Setelah itu biarkan petugas medis di belakang mengobati kalian."

Rasa perih karena berjalan mungkin cukup untuk membuat para prajurit itu berurai air mata. Namun, Remedios tidak lagi punya waktu untuk mendengarkan mereka. Dia harus tiba di tempat tujuan sebelum Jaldabaoth tiba.

Para prajurit itu juga merasakan arti dari tatapan kuat Remedios. Tak ada satupun dari mereka yang protes, mereka semua setuju.

"Baiklah! Kalau begitu sampai jumpa lagi nanti!"

Remedios berlari kecil di depan pasukannya. Armor logamnya lebih ringan dan mudah untuk bergerak daripada yang terlihat, melihat kemampuan fisik Remedios, dia bisa tiba di tempat tujuannya lebih cepat dari yang lain. Namun, adiknya Calca dan ajudannya sering berkata kepada Remedios, "Jangan maju sendiri setiap saat!" jadi Remedios menahan lagi keinginan untuk berlari dengan seluruh tenaga dan membuang keinginannya untuk menebus waktu yang telah terbuang.

Tak lama, Remedios telah tiba di tempat tujuannya, yaitu sebuah sudut kota.

Jalanan membentang di hadapan mereka. Evakuasinya telah lama selesai, jadi tidak ada orang di sana.

"Kapten, jika kita mengikuti jalan besar ini dan belok kanan, lalu kanan lagi, kita akan tiba di plaza tempat menunggu Jaldabaoth. Apakah anda ingin kami mengamatinya terlebih dahulu?"

"Tidak, tunggu Calca-sama dan saudariku - serta para petualang. Setelah itu, lakukan persiapan akhir dan angkat benderanya tinggi-tinggi!"

Patuh terhadap perintah Remedios, para bawahannya mengikatkan sebuah bendera ke sebuah gedung di kejauhan. Ini untuk memberitahukan kepada unit lain bahwa para elit paladin yang dipimpin Remedios telah tiba.

Operasi mereka akan melibatkan Calca dan pasukan pribadinya, Queralt dan para pilihan dari kuil, para petualang peringkat tinggi, dan sebuah pasukan paladin elit Remedios. Empat unit telah berpisah lalu menuju lokasi Jaldabaoth.

Ada sekitar lima ratus paladin di dalam orde. Sebagian besarnya sebanding dengan tingkat kesulitan dari dua puluh monster, dan diantara mereka terdapat para warrior hebat yang mampu membantai satu monster dengan tingkat kesulitan enam puluh satu lawan satu. Keseluruhan, ada dua puluh lima warrior ultra elit, yang membentuk inti dari pasukan Remedios.

Secara tidak sengaja, sisa tiga ratus lebih paladin saat ini sedang berdiri berjaga di dinding kota melawan para demihuman yang bergerak maju.

Awalnya, mereka harus membentuk sebuh kelompok lalu bergerak menjadi satu. Namun, Jaldabaoth memiliki sebuah kemampuan serangan area luas yang bisa meruntuhkan dinding, jadi mereka memilih untuk berpisah menghindari kehancuran akibat terkonsentrasinya pasukan mereka. Alasan mengapa mereka memasang bendera di kejauhan adalah agar meskipun Jaldabaoth melihat bendera itu dan menyerangnya, tidak akan menghalangi kelompok sisanya.

"Bisakah serangan penghancur dinding Jaldabaoth digunakan lebih dari sekali, Isandro?"

Ada dua Wakil Kapten di dalam Orde Paladin.

Salah satu dari mereka adalah seorang ahli pedang rata-rata, tapi ahli di dalam bidang lain, namanya adalah Gustavo Montanjes. Saat ini, dia sedang mengarahkan para paladin yang sedang memperkuat dinding-dinding kota, jadi dia tidak ada di sana.

Ada lagi yang lain, yang saat ini sedang berdiri di samping Remedios. Orang yang merupakan tujuan dari pertanyaan Remedios adalah salah satu dari sembilan warna pula, Isandro Sanchez, yang dipanggil "the Pink"

"Jika dia bisa menggunakannya berkali-kali, maka aku tidak tahu mengapa dia tidak menggunakannya. mungkin lebih masuk akal jika dianggap ada kondisi tertentu atau semacam delay sampai dia bisa menggunakannya lagi."

"Masuk akal. Kurasa memisahkan diri itu terlalu berlebihan."

"Tidak, bukan semacam itu. Mungkin dia sedang menyimpan tenaga untuk mengeluarkan sebuah kekuatan besar. Kita tidak boleh ceroboh."

"Ya ya, aku tahu."

Remedios menghentikan percakapan mereka. Lagipula dia tidak cocok dalam hal berpikir.

Terutama politik membuat kepalanya sakit. Dia benar-benar bingung terhadap alasan mengapa para bangsawan mengerutkan dahi terhadap kenyataan bahwa seorang wanita bisa naik tahta menjadi Ratu Suci (Holy Queen).

Mereka merasakan hal yang sama terhadap gelar Calca, yang merupakan kombinasi dari Raja suci dan Wanita. Mereka protes karena seorang wanita memimpin mereka dan istilah baru harus diciptakan karenanya.

Dengan catatan itu, akan lebih mudah dipahami jika itu adalah masalah siapa yang lebih kuat atau lebih lemah.

"-Kapten Custodio, rombongan priest dan para petualang telah mengangkat bendera mereka."

"Bagaimana dengan Calca-sama?"

"Masih belum."

"Begitukah... yah, sudah waktunya untuk mulai merapalkan mantra-mantra pertahanan yang memiliki durasi lebih lama. Ketika Calca-sama tiba, kita akan menuju Jaldabaoth dulu lalu bertindak seperti umpan untuk menarik perhatiannya. Kuatkan tekadmu dan berhati-hatilah terhadap serangan spesial yang dimiliki musuh."

"Tidak ada gerakan dari plaza".

Mereka telah memastikan bahwa pasukan yang mendahului telah dihabisi, dan jika target mereka berpindah lokasi, para petualang yang bertanggung jawab terhadap pengamatan pasti sudah memberitahu merea. Jika tidak ada kabar dari mereka, itu artinya Jaldabaoth belum bergerak dari plaza tempat dia muncul.

"Dia meremehkan kita, demon kecil menyedihkan itu. Mungkin berpikir bahwa jika dia bisa membunuh kita semua di sini, dia bisa menguasai negeri itu dengan mudah.

"Tidak, Kapten. Kelihatannya dia seperti sedang mengulur waktu. Jika kita terpaku di sini bertarung melawan Jaldabaoth, pasukan demihuman akan bisa mendapatkan kemenangan di tempat lain."

"...Oh begitu. Jadi itu juga memungkinkan... Jaldabaoth ini sangat pandai, huh."

"Kurasa dia sangat ahli dalam perencanaan karena dia adalah seorang demon."

"..Hmph. Dia hanya seorang demon yang terlalu percaya diri, aku akan hajar dia seperti seekor anjing dan membuatnya menangis dengan pahit."

Saat Remedios bersumpah sepert itu kepada para dewa, bendera terakhir telah berdiri. seakan sedang menunggu momen tersebut.

"Wakil kapten!"

"Baik! Semuanya, kita keluar!"

"Baiklah! Ikuti aku!"

Remedios mulai berlari, bertekad untuk menguburkan pedangnya ke wajah demon-demon itu.

Dia berbelok di sudut, berlari lagi, lalu belok  di sudut sekali lagi.

Akhirnya, dia melihat seseorang yang mencurigakan, berdiri di tengah plaza yang berwarna merah cerah dan bertaburan tubuh-tubuh yang roboh. Sebuah ekor keluar dari pinggang orang tersebut.

Deskripsinya hampir mirip dengan yang diberikan oleh para prajurit yang telah kabur.

Dia tidak memiliki sayap yang mirip kelelawar atau tanduk yang melingkar, dan satu-satunya tanda bahwa dia bukanlah manusia adalah ekornya. Dari sudut pandang itu, dia tidak lebih dari seperti seorang pria dengan topeng.

Namun-

"Apakah kamu yang namanya Jaldabaoth?"

"Kami ha - whoa!"

sebuah bau busuk yang tajam memenuhi udara saat mereka memasuki plaza, bau itu adalah bau dari darah dan organ-organ dalam. Ada sebuah suara daging tergencet saat dia melangkah masuk, tapi dia tidak lagi peduli dengan hal semacam itu. Yang tersisa adalah maju dengan kekuatan penuh dan ayunkan pedangnya.

Kejengkelannya bertambah saat Jaldabaoth dengan entengnya mengelak, lalu Remedios mengayunkannya lagi.

Itupun juga dihindari.

Remedios tahu sebanyak apapun waktu yang dihabiskan untuk belajar, dia takkan pernah mampu unggul dalam akademik. Karena alasan itu, dia menghabiskan seluruh waktunya untuk meningkatkan kemampuan bertarung, karena dia paham dirinya lebih berbakat dalam bidang tersebut. Sehingga, dia menjadi terkenal sebagai warrior terhebat di negeri ini.

Dan sekarang, insting paladin Remedios Custodio berteriak kepadanya.

Elakan Jaldabaoth bukanlah sebuah kebetulan. Dia bersikap kesombongan karena memiliki kekuatan untuk mendukungnya. Hanya sedikit manusia yang bisa bertahan dengan pertarungan yang akan terjadi, jadi Remedios harus memperkuat dirinya sendiri dengan magic.

Insting Remedios tak pernah gagal di waktu seperti ini.

"Mundur! Kalian semuanya mundur! - Tidak, bentuk sebuah barisan! Demon ini kuat!"

Setelah berkata demikian, Remedios mundur bersama orang-orangnya. Para bawahannya mundur lebih jauh darinya, tapi dia tidak bisa terlalu jauh. Setidaknya, dia bisa bergerak empat meter ke belakang, pada jarak dimana dia bisa mengambil sebuah langkah lalu menebas Jaldabaoth.

Jaldabaoth mengangkat  bahunya.

"Haaa... Dirimu mirip sekali dengan banteng. Apa ini? Jangan-jangan kamu sudah melihat sesuatu yang merah?"

Remedios mengacuhkan permainan kata demon tersebut, lalu pasukan yang dipimpin oleh Queralt dan Calca muncul di dalam penglihatannya. Terkejut dengan pemandangan Remedios yang menghadapi Jaldabaoth, mereke bergegas.

Jaldabaoth menoleh ke arah Calca, memperlihatkan punggungnya yang tanpa pertahanan kepada Remedios: Namun - insting Remedios bilang kepadanya bahwa Jaldabaoth mungkin sedang menunggu dirinya menyerang dari belakang, jadi Remedios terdiam.

"Kalian berdua! Dia sangat kuat! Jika kalian tidak menarik orang-orang kalian, mereka hanya akan mati sia-sia!"

Dua orang yang baru datang itu langsung merespon teriakan Remedios, dan hanya mereka berdua yang melangkah maju.

Remedios menjaga jaraknya dari Jaldabaoth sambil mengitarinya sampai dia berdiri di depan mereka berdua.

"Remedios, tolong jangan memaksakan diri."

"Dia benar, nee-sama. Bukankah kamu harus menghadapinya dengan semua orang sekaligus?"

Mata Remedios tidak berpindah dari Jaldabaoth meskipun saat sedang mendengarkan ucapan lirih mereka dari belakang. Mungkin Jaldabaoth berencana mengeluarkan kekuatannya yang bisa menghancurkan dinding  jika dia membuat sebuah gerakan, Remedios akan langsung meluncur dan menebasnya.

Namun, Jaldabaoth tidak menunjukkan tanda-tanda ingin melakukan apapun.

Sikapnya yang santai membuat Remedios tidak senang.

Aku harus, aku harus menghajarnya!

"Jadi kamu yang namanya Jaldabaoth?"

Jaldabaoth yang mengangkat bahunya merespon pertanyaan Calca hanya membuat Remedios semakin tidak senang. Setiap hal kecil yang demon itu lakukan hanya membuatnya tambah marah.

"Memang benar... budakmu langsung menyerangku tanpa berkata apapun. Apa yang akan dia lakukan jika nantinya salah serang? Yah, memang aku tertarik dengan orang-orang liar yang tak mampu bicara di dalam Holy Kingdom. Ah, hanya memastikan, bolehkah aku bertanya apakah kamu benar-benar Raja Suci (Holy King) yang saat ini berkuasa?"

"Memang benar."

"Tidak perlu mengatakan nama anda kepadanya, Calca-sama."

Remedios meluruskan pedangnya ke arah Jaldabaoth.

"Yang perlu diketahui adalah dia Jaldabaoth, dan yang perlu kita semua lakukan setelah itu adalah membunuhnya dan mengirimnya kembali ke neraka. Bicara dengannya hanya akan membuat lidahmu ternoda-"

"A-Ah, Remedios. Kita sedang bicara..."

Perkataan Calca yang membingungkan membuat Remedios memiringkan kepalanya. Apakah dia sudah mengatakan sesuatu tentang ini sebelumnya?

Queralat kelihatannya sedang mempersiapkan sebuah mantra di belakang, karena sebuah aliran panas keluar dari dalam tubuhnya, ditemani dengan kekuatan yang luar biasa. Serangan Remedios barusan bisa dihindari, tapi sekarang dia yakin dia bisa menyerang demon tersebut dalam keadaan seperti ini. Saat ini, Remedios berpikir. Jadi itu, bicara dengannya adalah untuk mengulur waktu bagi mereka.

"-Tetap saja, aku adalah orang yang baik hati, jadi aku akan mengobrol dengan kalian sementara waktu. Apakah kalian punya pertanyaan?"

Jaldabaoth menekan area di sekitar matanya pada topeng itu, sebuah gerakan yang telah dilihat oleh Remedios, Calca, Queralt dan Wakil Kaptennya berkali-kali sejak tadi.

"...Dan juga, silahkan, persiapkan diri kalian sampai puas. Pemandangan kalian - yang mati-matian mempersiapkan diri untuk mengalahkan aku - yang diinjak-injak dan dicabut nyawanya oleh sebuah kekuatan yang bahkan melebihi itu; benar-benar sebuah pemandangan yang akan menimbulkan keputusasaan yang lebih hebat bagi siapapun yang melihatnya dengan mata mereka sendiri - Itu akan menjadi pemandangan yang luar biasa."

"Aku tidak akan biarkan itu terjadi!"

"Maat Remedios, tapi bisakah kamu diam sejenak?"

Ada sebuah petunjuk dari nada yang kuat di dalam suara Calca, lalu Remedios terdiam. Itu hanya sebuah perubahan nada suara yang kecil, tapi dari pengalamannya, Remedios tahu bahwa Calca sedang marah.

"Remedios, mundurlah sedikit."

"Tapi, tapi jika aku mundur, aku takkan bisa menebasnya jika dia melakukan sesuatu yang aneh..."

"Ah, tidak apa. Aku tidak akan menyerang sampai kita selesai bicara, atau sampai kalian meluncurkan serangan kalian sendiri."

"Memangnya kita bisa percaya apa yang seorang demon katakan-"

"Remedios!"

"--Aku mengerti."

Remedios mundur sesuai perintah, dan adiknya membisikkan sesuatu melalui helm yang dipakai Remedios.

"Calca-sama sedang mencoba untuk mempelajari lebih banyak tentang lawan. kamu harus mengabaikan apa yang demon itu katakan dan bersabar."

Muu, Remedios meringis, wajahnya terlihat berkata, Aku tidak senang dengan ini.

Lawan mereka adalah seorang demon. Meskipun begitu, mereka harusnya mempertimbangkan jika apapun yang demon itu katakan adalah sebuah kebohongan. Bergegas masuk dan menebasnya adalah menghemat usaha dan sel otak. Namun, mengganggu sang tuan adalah sebuah sikap pengkhianatan terhadap kesetiannya. Jadi, dia menggeretakkan gigi dan menahan diri.

"Kalau begitu sekarang, Demon Emperor Jaldabaoth. Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu. Mengapa kamu kemari? Jika kamu ingin menginjak-injak negeri ini, mengapa tidak bergerak bersama pasukan demihuman dari benteng? Atau jangan-jangan---"

"...Ah, kamu tidak usah berkata apapun lagi. Aku bisa bayangkan apa yang ingin kamu katakan. Kelihatannya kamu salah sangka. Alasan aku kemari sendirian bukanlah untuk berunding denganmu."

Sebuah ucapan lirih "oh begitu," datang dari Calca, yang sedang berdiri di belakang Remedios. Dia terdengar jelas sangat kecewa.

"Ada dua alasan mengapa aku kemari sendirian. Pertama adalah karena meremukkan kalian sendiri akan memperdalam rasa keputusasaan kalian yang jauh lebih besar dibandingkan jika kalian terbunuh di dalam pertempuran yang kacau dengan para pasukan demihuman. Alasan lainnya adalah - untuk menghindari kesalahan yang sama seperti saat di dalam Kingdom. Aku tidak menduga bertemu dengan seorang warrior yang ada di sana yang sekuat diriku. Oleh karena itu, aku datang kemari sendirian untuk melihat apakah ada makhluk yang setara denganku."

"Mungkin saja ada tahu?"

"Untuk hal ini aku yakin - tidak ada. Itulah kenapa aku memberi kalian waktu selama ini. Jika ada orang seperti itu, mereka akan ada di dalam kota ini - di sampingmu, orang terpenting di negeri ini. Namun, aku tidak menemukan seseorang yang seperti itu. Termasuk tikus-tikus ingusan yang sedang menyembunyikan diri mereka."

"Dasar brengsek! Apakah kamu menganggap kami lebih lemah dari warrior itu!?"

Remedios tidak bisa lagi berpura-pura tidak mendengar ucapan tersebut, dan itu membuatnya lupa terhadap kesabarannya dan berteriak marah. Ucapan Calca dan adiknya sudah separuh keluar dari kepalanya, tapi perintah untuk tidak menyerang Jaldabaoth hampir tak bisa ditahan.

"Tepat seperti yang kubilang. Apakah kamu tidak dengar? Apakah hanya itu yang anda inginkan, Holy Queen-sama?"

"Meskipun ada satu hal lagi - Angels, serang!"

Suara Calca yang kuat memenuhi plaza, dan para angel yang ada di sekitar dan sedang bersembunyi di antara para priest melebarkan sayapnya lalu terbang.

Ada lima angel yang memegang pedang api, disummon melalui mantra tingkat tiga - Archangel Flames. Ada dua puluh lebih yang disummon melalui mantra tingkat dua, Angel Guardian. Lalu, ada satu angel yang Calca summon sebelum tiba di sini - Principality of Peace.

Meskipun dia tidak ingat apa kekuatan yang dimiliki oleh para angel, dia ingat bahwa Principality of Peace yang Calca summon bisa menggunakan mantra divine tingkat bawah dan bisa menggunakan kemampuan seperti protection from evilsmite evil, dan mass silence, diantara yang lainnya. Itu karena dia sering melihat Calca mensummonnya.

Merasakan nafsu membunuh di sekitarnya, Remedios mengerti bahwa dia tidak perlu lagi menahan diri, jadi dia menyerang. Biasanya, para priest akan mendukungnya dengan mantra-mantra serangan, tapi tidak ada. Mungkin mereka menyimpan mana untuk mensummon para angel.

Remedios mengaktifkan sebuah skill dari satu job class miliknya, Evil Slayer. Kekuatan Divine di dalam pedang sucinya semakin kuat.

Dalam sekejap, lima petualang tiba-tiba muncul di belakang Jaldabaoth. Mereka pasti telah menggunakan magic yang tak kasat mata untuk bisa mendekat. Dia tidak tahu mengapa mereka tiba-tiba menjadi bisa terlihat. Meskipun dia tahu ada sebuah mantra yang disebut [Invisibility], dia tidak tahu mantra macam apa itu atau bagaimana mantra itu bisa dinetralkan.

Jaldabaoth tidak merespon para petualang yang tiba-tiba muncul. Tidak – kelihatannya dia bahkan tidak menyadari mereka.

Saat itu, Remedios penasaran apakah dia salah duga terhadap aura intimidasi dari Jaldabaoth. Atau lebih tepatnya, apakah ini hanyalah sebuah ilusi atau sebuah bayangan ganda, dan yang asli tidak berada di sini?

Tidak – dia menolak deduksi yang terakhir. Itu tidak mungkin. Instingnya – kemampuannya untuk mencium kejahatan – bilang kepadanya bahwa Jaldabaoth ada di sana.

Para petualang terlihat terkejut, lalu menebas Jaldabaoth dalam kepanikan. Saat dia berpikir senjata mereka akan mampu menyentuhnya, Jaldabaoth mengeluarkan satu set pasang sayap aneh di belakangnya. Sayap-sayap itu menusuk para petualang yang mencoba menyerangnya dari belakang.

Mungkin darah berbusa yang dia keluarkan adalah karena dia tertusuk di dada dan darah mengalir masuk ke dalam paru-parunya, tapi dengan jejak terakhir nyawanya, seorang petualang mengayunkan senjatanya ke arah Jaldabaoth.

Namun, Jaldabaoth membiarkan serangan itu datang. Tanpa ada tanda sedikitpun dia telah terluka.

Karena mereka ada di sini, para petualang itu seharusnya sangat mahir. Memang wajar untuk berasumsi bahwa mereka akan memegang senjata berelemen holy sebagai persiapannya. Meskipun begitu, mereka tidak bisa meninggalkan satu bekas pun padanya, itu menunjukkan demon ini sangatlah tinggi tingkatannya.

Dalam beberapa saat kondisi pertempuran berubah, Remedios menyerang dengan berteriak Yeeeart! Lalu menebas secara diagonal dengan pedang sucinya.

Jaldabaoth melompat satu langkah ke belakang, lalu benda yang mirip tentakel itu – tidak, mungkin itu memang tentakel – sayap – sayap itu melemparkan para petualang yang berlubang tersebut kepadanya.

Remedios tidak berniat untuk menerimanya secara langsung.

Dia melepaskan tangan kirinya dari gagang pedang, lalu memukul mereka semua ke arah samping –

“[Flow Acceleration].”

-lalu mengaktifkan sebuah martial art, melangkah maju, dan menusuk.

Pedang suci yang menusuk ke arah tenggorokan Jaldabaoth itu ditahan oleh sepasang cakar yang tiba-tiba keluar –

“[Holy Strike]”

Remedios menyuntikkan kekuatan suci (holy power) di dalam pedangnya kepada cakar-cakar tersebut sesaat setelah mereka membuat kontak.

Ini adalah teknik dasar bagi paladin, dan pada asalnya ini dimaksudkan untuk digunakan saat pedang seseorang menggigit daging musuhnya, tapi itu bukan berarti tidak bisa digunakan untuk serangan sentuhan. Karena sebagian besar dari kekuatan ilahi (divine power) hanya meledak di permukaan, itu tidak akan memberikan luka yang begitu besar, tapi Remedios masih menggunakannya. Itu karena saat para petualang terbunuh, instingnya sebagai seorang paladin – yang disebut oleh sang adik sebagai insting binatang – berteriak bahwa dia harus menunjukkan mereka masih bisa menahan Jaldabaoth, dan mencegah moral prajurit yang ada di sekitar menjadi jatuh.

“Oh begitu....”

Para angel berdesakan diantara Remedios dan Jaldabaoth saat yang terakhir mundur. Mereka meluncurkan serangan sambil melayang di ketinggian sekitar kepala.

“Tch,” Remedios berdecak lidah.

Suara logam yang terdengar saat pedang sucinya membuat kontak dengan cakar Jaldabaoth menunjukkan seberapa keras cakar tersebut. Ditambah lagi, kenyataannya Jaldabaoth bisa menghindari pukulan dengan mudah dari dirinya yang sudah diperkuat secara magic – meskipun dengan gaya yang agak kikuk – menunjukkan seberapa tinggi kemampuan fisik Jaldabaoth itu.

Hanya ada beberapa orang yang bisa bersaing dengan makhluk hebat seperti itu. Meskipun para angel yang disummon dengan mantra tingkat tiga dan dua biasanya ahli dalam membabat monster, mereka hanya mengganggu saja selama pertarungan ini. Terutama para angel yang maju mundur sangat mengganggu.

“[Penetrate Magic – Holy Ray]”

Adik Remedios merapalkan sebuah mantra. Namun, mantra itu hilang di hadapan Jaldabaoth seakan seperti dipentalkan.

“[Twin Penetrate Magic – Holy Ray]”

Calca mengeluarkan dua sinar cahaya. Dia mungkin berpikir itu tidak masalah selama salah satunya bisa menembus mantra kebal Jaldabaoth, tapi sayangnya serangan Calca sama tidak berdayanya seperti adik Remedios.

Itu artinya Jaldabaoth memiliki resistansi magic yang sangat tinggi. Dengan kata lain-

Aku harus habis-habisan!!

Remedios meneriakkan seruan untuk meningkatkan semangatnya.

“Gunakan kepalamu dan biarkan para angel bertarung! Ini tidak ada gunanya!”

Kenyataannya adalah meskipun para angel memiliki keunggulan dalam hal tinggi dan mengepungnya dari segala arah, Jaldabaoth masih sangat tenang. Tapi itu memang wajar. Meskipun setelah dikelilingi oleh begitu banyak orang, tak ada satupun serangan yang mengenai Jaldabaoth.

Para petualang berlari untuk mengambil rekan-rekan mereka yang telah roboh di kaki Remedios. Meskipun  tubuh mereka yang tidak bergerak jelas terlihat sudah tewas, mereka masih percaya dalam kemungkinan yang sangat kecil akan sebaliknya.

“....Menyusahkan saja. Meskipun mereka tidak lebih daripada serangga, sekumpulan serangga masih merepotkan.”

Jaldabaoth terdengar sangat tenang.

Memang benar, mampu menegasikan mantra-mantra yang diarahkan kepadanya dari belakang dan menghindari serangan fisik dengan sempurna membuat dirinya terlihat sangat unggul jauh sekali. Namun-

Apa kamu kira kami tak pernah bertarung melawan musuh seperti ini sebelumnya?

Kecuali summoner mereka adalah spesialis, monster-monster yang disummon pada dasarnya lebih lemah daripada mereka yang memanggilnya. Oleh karena itu, ada kasus dimana serangan para angel berakhir sia-sia.

Melawan musuh yang kuat, cara terbaik menggunakan para angel adalah—

Para angel yang melayang bergegas menuju Jaldabaoth berbarengan. Mereka tidak menggunakan pedangnya, tapi menjegal Jaldabaoth.

--Untuk mengganggu gerakan lawan dengan cara ini.

Cara ini sangat efektif.

Mungkin Jaldabaoth mulai semakin kaku, tapi Jaldabaoth berubah menyerang, dan dalam satu sapuan cakarnya menyebabkan beberapa angel hilang tak berbekas.

Namun, para angel di belakang mengisi celah tersebut, melanjutkan serangan menggantikan rekan mereka yang sudah tidak ada.

Ini adalah hal yang menakutkan dari monster-monster yang disummon. Karena mereka adalah makhluk-makhluk yang tidak mati meskipun mereka dibunuh, mereka bisa dimanfaatkan sepenuhnya dengan cara ini.

Para angel yang datang seperti air terjun yang ganas, tanpa henti atau istirahat, dan serangan balik Jaldabaoth yang mengalir membuat Remedios menjadi takjub. Namun-

Itu adalah kecerobohan dari pihakmu

Remedios bergrak dengan halus untuk melangkah masuk ke dalam pertahanan Jaldabaoth,  sebuah celah fatal terlihat ketika dia bertahan terhadap para angel yang datang dari depan.

“—Apa!?”

“Yeeeart!”

Remedios mengaktifkan sebuah skill, lalu martial art, menggunakan pedang suci miliknya untuk menyerang dengan seluruh kekuatannya.

Dia telah memilih untuk menghemat kekuatan terbesar pedang suci itu karena instingnya bicara bahwa ini bukan waktunya untuk jurus yang sangat kuat , yang mana hanya bisa digunakan sekali sehari.

Terkena pukulan terkuat yang bisa dikeluarkan oleh Remedios, Jaldabaoth terbang mundur seakan dihempaskan oleh ufuk, hingga menabrak sebuah toko di sisi lain plaza.

Remedios melihat tangan yang sedang menggenggam pedangnya.

“-Oh sial.”

“Nee-sama! Kamu berhasil!”

Dia berteriak marah merespon seruan gembira adiknya.

“Ini masih belum selesai! Bagaimana bisa dia terbang sejauh itu?”

“Menilai dari kekuatan kasarmu, kurasa itu mungkin, Nee-sama...”

“Dia terbang sendiri!”

Memang benar, bukan hanya dia membiarkan Jaldabaoth keluar dari kepungan, Remedios bahkan memberinya peluang untuk bersembunyi di dalam sebuah rumah.

Alasan mengapa mereka bisa menghadapi musuh seperti Jaldabaoth adalah karena mereka bisa mengepung musuh mereka dan memaksanya menghadapi banyak orang sekaligus. Membiarkannya bersembunyi di dalam rumah yang sempit itu terlalu berbahaya.

Ditambah lagi, tindakan Jaldabaoth sekarang berubah. Mungkin saja sekarang dia sudah berhenti bermain-main.

“Remedios! Apa yang harus kita lakukan?” Teriak Calca.

Biasanya, Remedios akan bertanya lalu Calca yang menjawab, tapi sekarang malah sebaliknya. Dalam pertarungan, dia lebih baik dan mampu membuat keputusan yang benar daripada dua orang lainnya.

“Luluh lantakkan rumah itu tanpa harus mendekatinya!”

Setelah mendengarnya, para priest merapalkan mantra penyerang satu persatu.

Mereka merobohkan rumah tersebut dalam sekejap. Namun, sulit dipercaya jika Jaldabaoth hancur karena tertimpa reruntuhan. Bahkan Remedios dengan armor yang diperkuatnya bisa selamat dalam keadaan seperti itu kecuali dia sangat tidak beruntung. Dan juga-

Remedios melihat ke arah pedangnya, yang tidak ternoda oleh darah.

Mungkinkah dia bergulung menjauh dengan terbang? Apakah dia telah menggunakan martial art seperti [Fortress] atau semacamnya? Ataukah itu skill khusus Demon? Ada banyak kemungkinan untuk itu, tapi keadaannya tidak akan menjadi susah jika dia tidak bisa melihatnya.

Diantara suara kehancuran, rumah-rumah yang ada di dekatnya runtuh karena mantra dengan efek luas. Kotoran dan debu memenuhi udara, dan dia pun mau tidak mau terbatuk-batuk.

“Hei Remedios, mengapa Jaldabaoth belum keluar?”

“..Nee-sama, jangan-jangan dia sudah keluar dengan teleportasi?”

Demon  yang bicara dengan searogan itu? Aku tidak bisa membayangkan dia lolos tanpa terluka...

“..Kita harusnya menggunakan api. Siramkan minyak dan nyalakan. Bolehkah saya minta izin anda untuk melakukannya, Calca-sama?”

“Nee-sama, apakah kita mau melakukan ritual api suci? Melakukan ritual semacam itu untuk melukai lawan... apakah itu tindakan yang harus dilakukan oleh paladin?”

“Tidak apa, jika Remedios berpikir itu adalah cara yang terbaik, maka kita akan melakukannya. Tidak, kita harusnya melakukan itu. Karena dia adalah demon, ada alasan mengapa dia tidak terluka.

“Kalau begitu, Calca-sama, persiapan ritualnya..”

“Kita tidak punya waktu untuk itu. Tolong gunakan versi yang simpel.”

Calca melihat lurus saat berkata demikian, lalu dari sudut mata Remedios, dia melihat adiknya yang bertanya-tanya apakah dia harus pergi “Tapi itu—

Menyederhanakan mantra ritual api suci akan memberikan tekanan yang sangat besar pada tubuh penggunanya. Ini bukanlah sesuatu yang dia, sebagai salah satu bawahan Calca yang ditugaskan untuk menjaga keselamatannya, rekomendasikan. Namun, akan lebih parah jika mereka memberikan waktu kepada Jaldabaoth.

“Jika kamu pikir ini adalah cara yang terbaik, maka aku akan melakukannya. Namun, jika aku melakukannya sendirian, aku takkan mampu membantumu setelah itu. Tolong simpan itu dalam pikiran... kalau begitu bisakah kamu nyalakan apinya segera?”

“Mengerti-“

“-Kukuku. Wah, ini cukup menjengkelkan.”

Tiba-tiba, suara Jaldabaoth terdengar dari balik reruntuhan.

“Nee-sama!”

“Aku tahu!”

Remedios langsung berdiri di depan Calca dan mempersiapkan pedangnya.

Lagipula Jaldabaoth telah dikubur di bawah rumah. Oleh karenanya, membawa serta serangan api suci adalah pilihan yang tepat. Mereka tidak berpikir dia mungkin hilang kesadaran karena terkejut dikubur di bawah reruntuhan rumah.

“Kelihatannya sudah waktunya serius.”

“Oh? Kalau begitu harusnya kamu melakukan itu sejak tadi. Aku akan tunggu, mengapa kamu tidak menunjukkan kepadaku kekuatanmu yang sebenarnya?.... Calca-sama, Queralt, mundur.”

Remedios membisikkan arahannya kepada mereka berdua. Di waktu yang sama, Reemedios juga mundur, membiarkan para angel yang disummon membentuk dinding antara dirinya dan Jaldabaoth.

“Oh ya. Kalau begitu, tolong mundurlah. Akan sangat mengecewakan jika kalian mati karena gelombang kejutku.”

Tumpukan kayu dan bata yang roboh menggelembung. Saat mereka roboh ke tanah, sesuatu yang besar perlahan berdiri diantara mereka.

“...Jaldabaoth?” Remebdios pun mau tidak mau bergumam.

Itu karena dia terlihat sama sekali berbeda dari Jaldabaoth sebelumnya. Membuatnya penasaran apakah dia berganti tempat dengan demon lain. Namun, tidak banyak demon yang terlihat seperti itu.

Memang benar, itu adalah Jaldabaoth. Itu adalah bentuk asli Jaldabaoth.

Dia mengepakkan sayapnya, lalu api membakar ujung ekornya yang panjang. Lengannya yang besar dan memenakutkan juga terbakar. Wajahnya yang jahat mengeluarkan ekspresi kemarahan.

“Para Priest, perintahkan para angel untuk maju menyerang!”

Mematuhi perintah Calca, para priest memerintahkan angel yang mereka summon untuk bergegas masuk. Jaldabaoth tidak menyerang balik para angel saat mereka mengayunkan senjata mereka. Dia hanya menahan benturan itu dalam hening. Meskipun dia dikepung dan dipukuli. Kelihatannya tidak terlhat kesakitan sedikitpun. Kelihatannya seperti sekumpulan anak-anak sedang mencoba memukul paladin yang berarmor lengkap dengan tongkat.

“Inilah wujud asliku.”

Jaldabaoth berbicara dengan suara serak, suara yang sangat rendah  seakan menggoyahkan lubang di perut mereka. Dia mengambil langkah ke depan, lalu gerombolan angel yang menekannya dipaksa mundur.

Dia mengabaikan setiap serangan yang dibuat para angel ambil perlahan mengangkat tangannya yang dibalut api, lalu mengepalkan tinjunya. Bentuknya yang berapi mirip dengan bom gunung berapi yang panas dan merah.

“Sekarang, kalian para serangga bodoh dan mengganggu – lenyaplah.

Dengan suara bang, para angel yang seharusnya ada di depan Remedios menghilang.

Jaldabaoth telah memukulnya dengan kecepatan yang luar biasa, bahkan penglihatan Remedios yang terlatih pun tidak bisa menangkap satu frame gerakannya. Hanya dengan satu pukulan cukup untuk memusnahkan seluruh angel yang membentuk dinding bagi Remedios.

Ini adalah wujud sebenarnya Jaldabaoth.

Remedios menelan ludah saat dia menyaksikan kekuatan yang luar biasa yang bisa dengan mudah membantai beberapa angel dalam sekali pukul, lalu dia menggenggam pedang sucinya erat-erat. Keringatnya mengalir keluar dan kelihatannya membuat pakaiannya berubah warna di balik armor itu.

Bi – Bisakah dia memenangkan ini? Tidak-

“-Yeeeeeeeeeeeeeart!”

Remedios berteriak untuk menghilangkan ketakutannya. Meskipun itu gerakan tanpa pikir panjang, jika dia tidak menyerangnya sekarang, sama saja dia sudah mengakui kekalahannya di dalam hati. Remedios menggengam erat pedang sucinya lalu melaompat maju.

Dia menggunakan seluruh kekuatan tubuhnya dalam pukulan memotong yang besar.

Jaldabaoth tidak menahan atau menghindarinya.

Lalu – pukulan itu terpental dengan mudah dan menggelikan.



“…Eh?”

Pedang tersebut terbuat dari logam yang tak dikenal, lebih keras daripada adamantite, terpental oleh kulit Jaldabaoth.

Remedios melihat ke atas namun Jaldabaoth tidak melihat ke arahnya. Mirip dengan bagaimana seorang manusia tidak peduli dengan ulat yang menggeliat di tanah.

“Menghadapi dengan tangan kosong sedikit merepotkan… tidak, ada sebuah senjata yang bagus di sini.”

Jaldabaoth melangkah maju, tidak menghiraukan Remedios. Tubuhnya yang besar membuatnya menyingkir.

“Apa--? Si – Sialan!”

Remedios dan para angel yang baru saja di summon menebas punggung Jaldabaoth. Namun, kulitnya yang berkilauan seperti logam tetap tidak tersentuh oleh pedang-pedang mereka.

Mereka menyerangnya dengan mantra-mantra serangan. Namun, semua mantra itu pun terpental.

Si Brengsek ini tidak berhenti sama sekali, apa yang sedang dia lihat-

Wajah Remedios berubah pucat saat dia melihat ke arah tujuan Jaldabaoth. Calca dan Queralt ada di sana.

“Kalian semua, lakukan sesuatu! Hentikan dia! Cepatlah hentikan dia!”

Remedios meneriakkan perintahnya kepara para paladin yang ada di belakang mereka. Dia tidak terpikirkan apa manfaat mereka, tapi dia membiarkan Jaldabaoth tiba di tempat Calca dan Queralt.

“Biarkan Calca dan Queralt mundur! Dia mengincar mereka berdua!”

Para Paladin dan Priest membentuk barisan tertutup di depan keduanya, membentuk sebuah dinding. Dinding yang rapuh dan menyedihkan.

“Berhenti! Hentikan! HENTIKAN!!” Remedios berteriak saat dia mengayunkan pedangnya lagi dan lagi.

Namun, tak satupun yang dia lakukan bisa menembus kulit Jaldabaoth.

Para Paladin mengayunkan pedang mereka, para priest merapalkan mantra mereka, meskipun begitu, mereka tidak bisa menghalangi Jaldabaoth sedikitpun. Dia berjalan dengan santai, tanpa berkata sepatah katapun.

Orang-orang yang menyentuh api yang melingkar di sekitar Jaldabaoth meraung lalu roboh di tanah, namun Jaldabaoth tidak bermaksud menyerang.

“Kalian berdua, larilah! Kita tidak bisa menghentikannya sekarang ini!” teriak Remedios, kepalanya berada dalam keadaan yang benar-benar bingung.

Jaldabaoth seharusnya diusir oleh para petualang Kingdom. Dia setingkat dengan petualang adamantite, mungkin bahkan lebih kuat. Kalau begitu, mengapa dia tidak berdaya terhadap Jaldabaoth?

Pasti ada sesuatu yang bisa kulakukan! Aku harus menemukannya! Aku harus menemukan sesuatu yang bisa melukainya!

Pasti ada suatu alasan tertentu dari kemampuan Jaldabaoth yang tak terkalahkan. Sama seperti bagaimana beberapa monster yang sangat sangat tahan terhadap semua logam kecuali perak, pasti ada semacam kemampuan bertahan ras yang melindungi tubuhnya.

Tapi kemampuan macam apa!???

Instingnya yang sangat bisa diandalkan tidak berkata apapun.

Sampai saat ini, hanya wakil kaptennya atau Queralt atau Calca yang memberikan perintah. Yang dia lakukan adalah melaksanakan perintah itu. Namun, mereka bertiga tidak berkata apapun sekarang.

Kefrustasian mulai menumpuk di dalam diri Remedios, namun dia hanya memiliki satu hal yang jelas.

Selama mereka berdua bisa kabur, mereka akan bisa menghalangi Jaldabaoth mencapai tujuannya.

Mereka berdua kelihatannya juga paham, karena mereka berdua berputar lalu berlari tanpa melihat ke belakang.

Itu bagus. Tidak ada waktu lagi untuk bengong seperti orang-orang idiot di medan perang yang sebenarnya. Meskipun jika Remedios tewas, selama Holy Queen, kepala negara, selamat, masih ada harapan. Meskipun dalam skenario terburuk Holy Queen tewas, selama adiknya masih hidup dan mereka berhasil membawa jasadnya, mereka bisa membangkitkannya lagi.

Beberapa priest – mungkin mampu melakukan mantra tingkat tiga – berdiri berjaga di samping Calca. Mereka berperang sebagai dinding, yang seharusnya mampu untuk mengulur waktu bagi mereka berdua untuk kabur.

“Hmph [Greater Teleportation]”

Tiba-tiba, Jaldabaoth hilang, lalu pedang di tangannya hanya menebas udara.

“Apa!?”

Remedios panik dan melihat sekitar, lalu jeritan yang memilukan tiba di telinganya. Jantung Remedios meloncat. Suara itu datangnya dari arah tujuan kabur mereka berdua.

Namun, dinding pasukan paladin membuatnya tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi.

Kekuatan item magic yang dia miliki menekan rasa ketakutannya, tapi rasa cemasnya terus membesar. Jika adiknya dan penjaga mereka terbunuh, maka hanya Calca yang bisa berdiri melawan Jaldabaoth. Dia adalah puncak dari Holy Kingdom, jika dia kalah, maka negeri itu akan runtuh bersamanya.

“Minggiiiiiiirrrrrrr!” Remedios berteriak saat dia menembus dinding tersebut dengan berlari. Pasukan Paladin cepat-cepat menyingkir untuk memberinya jalan.

Dia terlalu jauh dari Calca.

Betapa lambatnya tubuh Remedios.

Remedios selalu menganggap kekuatan lengan dan ketangkasan kakinya berada pada puncak kemampuan manusia, dan itu merupakan sumber kebanggaan yang bisu baginya. Namun, saat ini untuk pertama kalinya dia tahu bahwa itu bukan apa-apa kecuali hanyalah kebanggaan palsu.

Yang Remedios harus lakukan adalah selamat dari satu kali pukulan. Seberapa parahpun dia, ada banyak priest di sini. Masih ada jalan, selama dia tidak mati.

Sementara Remedios berkata kepada dirinya sendiri sambil berlari, dia melihat Jaldabaoth telah menggenggam Calca. Dia tidak sanggup lagi memastikan keselamatan Queralt.

Tangan Jaldabaoth yang sangat besar memegang erat kaki Calca. Tangan-tangan itu dilingkari api. Remedios mendengar suara seperti daging Calca yang terbakar dibalik armornya, lalu wajahnya menjadi tidak karuan karena rasa perih sambil menggeretakkan gigi-giginya.

Dasar bajingan brengsek! Dia mengambil sandera!

Apakah Jaldabaoth akan membuat sebuah permintaan – sambil mempersiapkan kuda-kuda, Remedios seperti ragu dengan ucapan Jaldabaoth selanjutnya.

“Sebuah senjata yang bagus.”

“-Huh?”

Remedios melihat pedang suci yang sedang digenggamnya.

Apakah dia menginginkan ini?

“Sejak pertama kali aku melihatnya, aku merasa ini akan menjadi senjata yang bagus.”

Dia mengangkat tangannya, mengangkat Calca setara dengan penglihatannya. Jaldabaoth melenturkan lengannya. Kelihatannya dia seperti sedang latihan mengayunkan pedang.

Ada sebuah suara retakan, dan Calca merintih karena kesakitan yang hampir bisa ditahan.

Tak mampu menahan kekuatan luar biasa Jaldabaoth dan berat badannya sendiri, sendi-sendi di lutunya sekarang bengkok ke arah yang tidak semestinya.

Saat itulah Remedios menyadari maksud Jaldabaoth.

Dia bermaksud menggunakan Holy Queen, Calca Bessarez, sebagai sebuah senjata.

“Kamu, apa yang kamu..”

Remedios tidak bisa memahaminya.

Namun dia tidak punya pilihan lain selalin memahami.

“Baiklah, apakah sekarang giliranku?”

Sebuah senyum keji  muncul di wajah yang berapi itu, lalu Jaldabaoth mendekati Remedios.

Apa yang harus dia lakukan?

Remedios mundur, dan paladin yang ada di belakangnya ikut mundur pula.

Apa, apa yang bisa kulakukan di  saat seperti ini? Apa yang harusnya aku lakukan?

Remedios melihat ke sekeliling untuk mencari bantuan, lalu di belakang Jaldabaoth, dia melihat para priest yang melindungi Calca dan Queralt roboh di tanah.

Sementara para priest itu tidak bergerak, adiknya masih bisa bergerak lirih. Mungkin dia diam-diam merapalkan mantra.

Queralt masih hidup! Tapi siapa yang harus kuselamatkan dahulu – Aku harus bertanya kepada Isandro.

“Isandro! Apa yang harus kita lakukan?!”

“Mundur!”

“Aku mengerti! Semuanya, mundur! Ayo mundur! Cepat mundur!”

“-Apa? Tidak mau bertarung? Dan setelah aku bersusah payah mendapatkan sebuah senjata untuk menghancurkan kalian…[Fireball].”

Jaldabaoth mengulurkan tangan yang tidak sedang menggenggam Calca lalu meluncurkan mantra serangan tingkat tiga. Sebuah bola api meluncur lalu meledak, mengorbankan para paladin di dalam area yang diakibatkannya.

Dilindungi oleh mantra penahan api, para paladin hampir berhasil menghindari luka yang serius. Namun, itu hanya bisa membuat mereka lolos dari kematian.

Calca menggeliat dan berusaha mati-matian, tapi dia tidak bisa lepas dari genggaman Jaldabaoth.

“Benar-benar wanita yang menjengkelkan. Sekarang ini kamu adalah senjata, Bersikaplah seperti senjata.”

Tubuh Jaldabaoth sedikit melentur saat dia mengangkat tangan yang menggenggam Calca.

“HENTIKAN!” Remedios berteriak dengan derita yang menyedihkan saat dia menyadari maksud Jaldabaoth. Lalu, Jaldabaoth mengayunkan lengannya ke bawah, mengabaikan ratapan Remedios.

Splat.

Calca tidak berhasil melindungi dirinya tepat waktu, wajahnya remuk di tanah.

Setelah itu, Jaldabaoth perlahan mengangkat lengannya lagi, Calca tergantung lemas dari tangannya, setelah kehilangan semangat berontak.

Penutup kepalanya terbuka di bagian wajah. Itu adalah untuk meningkatkan moral pasukan dengan kecantikannya.

Namun, wajah cantik itu sekarang tertutup oleh gumpalan darah segar. Kelihatannya hidup Calca menjadi rata, karena bagian dari wajahnya itu sekarang terbentang halus.

“Dasar bajingan!”

“Dasar bodoh! Hentikan!”

Salah satu bawahannya – seorang paladin – tidak bisa menahan diri untuk tidak menghunus pedang lalu merangsek ke arah Jaldabaoth. Remedios ingin menghentikannya, tapi sudah terlambat.

Jaldabaoth mengayunkan pedangnya ke arah paladin tersebut, dengan sebuah kecepatan seperti tidak sedang menggenggam tubuh manusia.

Keduanya berbenturan, lalu paladin tersebut terbang dengan suara logam yang menggelegar.

Armornya bengkok ke dalamseperti dipukul oleh raksasa, menunjukkan seberapa kerasnya benturan dengan Calca yang terjadi.

Mata Remedios tidak bisa terlepas dari tubuh Calca.

Manusia mungkin memiliki kulit yang lebih lembut daripada spesies lain, tapi manusia yang kuat bisa menyelimuti tubuhnya dengan ki atau magic, dan jika mereka masih sadar, mungkin mereka bisa menahan sebuah sabetan tanpa terluka.

Memang benar. Jika mereka masih sadar.

Mungkin penutup kepalanya terlepas akibat benturan tersebut, karena penutup kepalanya itu terbang sehingga rambut panjang Calca berkibas kencang karena angin. Wajahnya yang terbalik kacau bersimbah darah, hidungnya remuk dan gigi depannya hancur, matanya bergulung ke atas dan sebuah erangan lirih keluar dari tenggorokannya. Kecantikannya yang dianggap sebagai harta negara, telah hilang tak berbekas. Keadaannya yang sekarang terlalu tragis untuk diungkapkan dengan kata-kata.

“Apa yang harus kita lakukan, Isandro!? Bagaimana kita bisa menyelamatkan Calca?!”

“A, Aku tidak tahu!”

“Kalau begitu apa gunanya kamu!? Bagaimana kita bisa menyelamatkan Calca!?”

“Aku tak pernah membayangkan hal seperti bisa terjadi! Tak ada yang bisa kita lakukan kecuali mundur!”

“Jadi kamu ingin aku mengabaikan adikku dan Calca di sini!?”

“Apa lagi yang bisa kita lakukan!?”

Lalu Remedios tidak bisa berkata apapun lagi.

“Ya ampun, pemandangan manusia yang sedang bertengkar di depan musuh mereka adalah pemandangan yang menakutkan. Yah, memang sudah saatnya. Waktu bermain sudah habis.”

“Apa?”

Jaldabaoth perlahan melihat ke langit.

“Sudah waktunya pasukanku tiba di kota ini. Aku harus menghancurkan gerbang itu dan mengantarkan masuk badai pembantaian dan pembunuhan besar-besaran.”

“A, Apa kamu kira kami akan mengizinkanmu melakukannya?”

Mengizinkanku? Aku tidak perlu kamu mengizinkanku apapun. Yang bisa kamu lakukan adalah menerimanya. Seperti, hadiah dari bintang.”

Jaldabaoth mengangkat tangan yang sedang tidak menggenggam Calca, Lalu, seperti sedang mencari sesuatu – dia menunjuk ke arah langit.

“-HENTIKAN!!!” Remedios berteriak karena dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan.

Namun, semuanya terdiam di tempat, tangan mereka seperti terikat. Itu karena mereka tidak bisa menyerang Jaldabaoth, yang sedang menggenggam Holy Queen sebagai sandera.

Tidak, semuanya takut jika mereka menyerangnya, dia akan menghadangnya menggunakan tubuh Calca. Apa yang harus mereka lakukan jika Calca mati karena pukulan mereka sendiri?

Tak memperdulikan kebingungan Remedios dan yang lainnya – bintangpun jatuh.


==========

No comments:

Post a Comment

Comments

Contact Us

Name

Email *

Message *