The Large Tomb
Makam Besar
Tim Worker yang dipimpin oleh Parupatra, "Green Leaf", berangkat mereka yang terperangkap dalam harapan dan kegembiraan lalu melihat ke arah sekeliling dari atas tangga masuk makam utama.
Seakan semuanya yang ada di dalam makam sudah ditutupi oleh salju musim dingin, tidak ada apapun yang hidup dan semuanya terlihat seakan telah mati. Hanya ada keheningan dan cahaya bintang. Tim tersebut bertanya kepadanya ketika mereka selesai mendaki tangga.
"Tetua, bukankah ini adalah buang-buang kesempatan? Kita bisa saja pergi menyerahkan pencarian di permukaan kepada tim lain."
"Memang benar. tak perduli tim manapun... kecuali si brengsek itu, seharusnya tidak banyak perbedaan dalam kemampuan. Apapun yang kita lakukan, 'Heavy Masher' atau 'Foresight' juga bisa melakukannya."
"Lalu..."
Parupatra menyela rekannya lalu melanjutkan.
"namun bukankah kita akan mendapatkan hak untuk menjadi pencari pertama besoknya? Kita tidak akan terlalu banyak melewatkan. Ditambah, esok harinya, pencarian di dalam seharusnya sudah selesai. Tim terakhir yang pergi ke dalam akan melewatkan semua hartanya, dan skenario terburuk, terperangkap di markas dengan tugas sebagai penjaga."
"Ah-ha...."
"Terlalu beresiko menjadi yang pertama pergi ke dalam lokasi yang tidak dikenal. Mereka akan menjadi burung-burung kenari kecil kita. Aku berharap mereka kembali dengan selamat."
Parupatra berputar dengan mata yang dingin. Tatapannya terpaku kepada tempat dimana para worker yang masuk ke makam berada. Expresinya yang tulus menghina tidak cocok dengan pria periang dan halus yang memiliki julukan 'Tetua'. Mereka yang tidak banyak mengenalnya akan terkejut, namun rekan-rekannya tahu.
Pak tua yang bernama Parupatra adalah orang yang sangat berhati-hati. Dia adalah seorang pria yang akan memeriksa sebuah jembatan dua kali sebelum menyeberanginya. Itulah cara dia berhasil selamat sebagai seorang petualang dalam waktu yang lama, dan dia bahkan pernah menewaskan seekor naga sekali. Sebaliknya, dia juga melewatkan banyak kesempatan karena sikap hati-hatinya. Namun, karena dia tak pernah kehilangan satu orangpun rekan sejauh ini, yang hanya bisa dilakukan oleh rekan-rekannya adalah mempercayai keputusannya.
Meskipun kehidupan adalah harta yang paling berharga bagi mereka semua, masih ada sedikit penyesalan menggantung yang mungkin mereka lewatkan pada harta jarahan.
"Ini adalah peluang untuk menemukan item-item yang benar-benar luar biasa. Bukankah itu layak dengan resikonya?"
"Kamu tidak salah, namun coba perhatikan makam ini. Bukankah kamu pikir ini terlalu bersih? Jika ada sesuatu yang membersihkan tempat ini, seorang monser mungkin akan muncul untuk mengucapkan halo. Sebaiknya biarkan saja tim lain yang mencari tahu monster macam apa disana. Secara pribadi. Aku benar-benar tidak senang dengan pekerjaan seperti ini. Terlalu banyak hal yang tidak diketahui."
Seorang rekan setim dengan hati-hati merespon protes Parupatra.
"Namun anda mengambilnya juga."
"Itu karena tim lain juga mengambilnya. Di dalam skenario terburuk, kita akan meninggalkan mereka sebagai umpan saat kita kabur."
Tim itu turun dari tangga.
"Apakah itu alasannya mengapa anda menyarankan untuk memeriksa permukaan? Agar kita bisa kabur jika kita mendengarkan teriakan mereka?"
"Itu juga. Namun aku berpikir ini sebagai sebuah perjudian....Seperti yang kamu bilang, kita mungkin akan melewatkan barang jarahannya. Jika kita memiliki informasi lebih banyak, maka akan lebih aman, namun kita tidak tahu jika keuntungannya akan lebih berat dari resikonya. Jika kamu benar, aku minta maaf."
"Jangan khawatir dengan hal itu, tetua. Kami semua mempercayaimu. Lagipula, dalam banyak kasus, anda memang benar."
"Ditambah, meskipun jika kita melewatkan hari ini, kita bisa menemukan pekerjaan lain untuk menghasilkan uang. Anda bilang sendiri, selama kita masih hidup, kesempatan untuk mencari uang akan selalu ada disana. Jadi tidak perlu menyelam ke dalam dengan ceroboh."
"Kangennya. Itu adalah dari saat kita masih muda."
"Haha, anda yakin anda sudah tidak muda?"
"Jangan bercanda seperti itu, tetua. Anda seharusnya tidak berkata seperti itu."
Tim itu menuju salah satu ruang bawah tanah kecil dengan senyum pahit.
"Namun seharusnya aku mendiskusikan hal ini dengan kalian sebelum membuat sebuah keputusan. Aku minta maaf sudah begitu saja memutuskannya sendiri."
"Yah, anda tidak bisa menahannya dalam situasi itu. Ditambah lagi, tetua adalah pimpinan pilihan kami. Jika pimpinan kami yang terpercaya memutuskan begitu, kami akan mengikuti."
"...Meskipun kalian terlihat tidak terlalu senang. Mengapa semuanya tersenyum pahit? Yah, bagaimanapun, mari kita selesaikan survei ini secepatnya dan jika ada waktu yang tersisa, mari kita minta sparring dengan Momon sekali lagi. Ini adalah kesempatan yang bagus bagi kalian juga. Jadi bagaimana?"
"Aku jelas sekali ingat kalian berdua melakukan sparring. Memang benar, itu adalah sebuah duel yang cocok dengan seorang petualang adamantite."
"...Bahkan diantara para petualang adamantite, ada banyak macam orang. Sekarang ini, 'Eight Ripples' di dalam Empire bukan kelompok petualang adamantite yang sesungguhnya. Seseorang seperti Momon adalah petualang adamantite yang benar. Seorang pria yang berhasil mendapatkan sesuatu yang tak pernah bisa kudapatkan."
"Tetua..."
"Tentu saja. Jadi kalian seharusnya bertanya kepadanya untuk memeriksa teknik berpedang kalian. Jika kalian memiliki untuk tetap bertualang setelah aku mati, pengalaman semacam itu akan terbukti sangat berharga di masa depan."
"Aku tidak bisa membayangkan tetua mati. Mungkin akan ada pensiun yang enak."
"Benar. Tetua mungkin akan hidup lama seperti Paradyne."
"Time yang sangat bagus."
Suara seorang wanita muncul begitu saja. Satu-satunya wanita yang bersama mereka adalah dua orang dari 'Foresight' milik Hekkeran dan tiga orang elf budak dari 'Tenmu' milik Eruya. Namun suara itu berbeda dari mereka semua.
Semuanya menoleh dengan senjata bersiap.
Beberapa wanita berdiri di atas tangga mausoleum yang baru saja mereka turuni. Ada lima orang. Mereka memang sangat cantik, namun juga itulah yang membuatnya sangat aneh.
Semuanya memakai pakaian maid, namun pakaian mereka tidak seperti pakaian maid yang pernah mereka lihat sebelumnya. Pakaian itu memiliki kilau metalik dari logam, seperti armor.
"Siapa... kalian? Aku tak pernah melihat kalian sebelumnya...Hmmm, apakah ada terowongan rahasia seperti yang kuduga?"
"Wanita? Mereka memiliki paras yang sama cantiknya dengan The Beauty dari 'Darkness' .... Mereka tidak terlihat seperti orang biasa."
"Mereka tidak terlihat seperti musuh... namun, tidak terlihat seperti orang-orang yang dipekerjakan oleh yang mempekerjakan kita.."
"Apa yang harus kita lakukan, tetua?"
Rekanya bertanya kepada Parupatra sambil mengawasi wanita itu. Bernegosiasi dengan mereka adalah pilihan terbaik, namun tidak mungkin akan berakhir manis.
"Kita memiliki jumlah yang sama... mungkin bisa setara?"
Kekuatan lawan pasti setara atau sedikit di atas mereka. Alasan mengapa mereka tidak menyerang ketika semua worker berkumpul pasti karena mereka tidak cukup kuat untuk menangani semua orang sekaligus atau karena mereka mengira mungkin itu adalah sebuah jebakan. Alasan mengapa akhirnya mereka menampakkan wajah pasti karena mereka percaya diri mereka bisa menang melawan kelompok Parupatra.
Parupatra berkeringat semakin sedikit ketika sudah semakin tua sekarang ini, tangannya yang sedang memegang tombak juga basah.
"Meskipun begitu, meletakkan maid di dalam makam... Seseorang pasti punya selera yang perlu dipertanyakan."
Di dalam sekejap, rekan yang baru saja bercanda itu langsung gemetaran, wajahnya pucat dan alisnya dipenuhi keringat.
Parupatra juga merasakan hawa dingin yang tiba-tiba datang kepadanya, namun alasan dia merinding di sekujur tubuh bukan karena suhu udaranya.
Dinginnya mata dari para maid itu yang berbaris lurus di atas tangga benar-benar jelas terlihat di bawah cahaya rembulan. Hampir seakan mata mereka berkilauan.
"buNUH meREkA."
"...Mereka harus mati."
"Mereka tidak layak mati dengan cepat. Mereka harus menderita hebat sebelum mati."
Sebuah aura nafsu membunuh bergulung di sekitar para maid. Pusaran emosinya sangat kuat, membuat seseorang penasaran apakah dunia mungkin akan ambruk di sekitar mereka.
"Tunggu dulu."
Maid yang kelihatannya seperti yang bertanggung jawab bertepuk tangan lirih.
"Kita diperintahkan untuk tidak membiarkan satupun kembali hidup-hidup, jadi membunuh mereka adalah sebuah hadiah. Namun senang rasanya melihat semua orang bersikap antusias dengan itu."
Klak. Suara metalik terdengar dari tangga, yang kelihatannya terbuat dari marmer. Itu adalah sepatu bertumit tinggi dari para maid tersebut, yang mirip dengan greaves.
TL Note : Greave adalah termasuk dari armor yang melindungi kaki (Mirip Sepatu).
Rekan-rekan Parupatra mundur seakan mereka didorong. Mempertimbangkan lawan mereka yang tidak membawa senjata, mereka pastinya adalah para magic caster. Selain itu, lawan memegang keunggulan tempat yang tinggi. Merekat tidak bisa terus berdiri saja di area yang luas dan terbuka tanpa perlindungan apapun.
Bagi Parupatra dan timnya, memperpendek jarak adalah hal yang menguntungkan. Bagi para maid, itu adalah sebaliknya. Namun mengapa maid-maid itu malahan turun dari tangga? Apakah mereka berencana menggunakan 'Flight' jika situasinya semakin gawat bagi mereka?
Melihat maid-maid itu, yang kelihatannya tanpa emosi seakan mereka memakai topeng-topeng saat dengan angkuhnya turun dari tangga, tim Parupatra berkumpul di belakang perisai dari warrior dan mendiskusikan langkah selanjutnya.
Klak. Membuat suara yang semakin keras, maid-maid itu berhenti separuh tangga.
"Sekarang, aku akan memperkenalkan diriku dulu. Aku adalah sub-leader Pleiades, Yuri Alpha. Kurasa ini akan menjadi pertemuan singkat, namun silahkan berhati-hati. Jika kami memutuskan untuk menghadapimu sendiri, akan cepat selesai, namun kerana situasi tertentu, kami tidak bisa menghadapimu sendiri. Sayang sekali."
Suara yang indah terdengar seperti bunyi bel di tengah angin. Maid-maid yang luar biasa cantik itu tersenyum dipenuhi dengan daya tarik yang bisa membuat pria manapun jatuh cinta dalam sekejap.
Parupatra adalah seorang mantan petualang dan telah melihat banyak hal dalam karirnya sebagai seorang worker. Diantara mereka ada makhluk yang memiliki kecantikan yang jauh melewati manusia biasa, seperti elf. Meskipun begitu, dia tidak pernah melihat wanita secantik ini sebelumnya. Sudah cukup membuat dagu seseorang melongo.
Nada mereka yang sombong dan merasa unggul yang mengalir melalui ucapan mereka hanya bisa dikeluarkan oleh orang-orang yang kuat yang tersembunyi dibalik wajah-wajah cantik itu. Itu adalah sebuah sikap yang tidak cocok dengan para pria yang berkali-kali menerjang bahaya dan percaya diri dengan kemampuan mereka. Itu hampir membuat mereka ingin menasehati maid-maid tersebut.
Namun mempertimbangkan keadaannya, kelihatannya maid-maid itu lebih kuat dan tidak ada yang semangat melawan mereka. Ditambah lagi, salah satu rekan mereka menjadi kaku karena nafgsu membunuh dan masih belum sadar menguasai ketakutannya.
Mungkin pilihan terbaik adalah mundur ke arah para petualang - terutama Momon - dan membawa mereka sebagai bala bantuan.
"Kalau begitu aku akan memperkenalkan lawanmu."
Yuri menepuk tangannya. Seakan merespon suara tepukan, yang mengalir sangat jauh, makam itu gemetar.
"Keluarlah, Penjaga Tua Nazarick.
"Apa?"
Bumi membelah di belakang mereka dan beberapa skeleton muncul.
Apakah ini adalah serangan mengepung?! Ap..
Melihat ke atas tangga, maid-maid tersebut sangat bermusuhan, namun tidak terlihat ingin bertarung sendiri. Mereka muncul sebagai penonton. Dia tidak bisa mengabaikan mereka, namun mereka kelihatannya tidak ingin menyerang, seperti yang diumumkan.
Parupatra memutuskan bahwa lawan sebenarnya adalah para skeleton yang ada di belakang dan berputar untuk menghadapi mereka.
Skeleton-skeleton sendiri bukanlah lawan yang sulit. Meskipun ratusan skeleton menyerang tim Parupatra, mereka akan bisa membersihkannya dengan mudah. Dibandingkan dengan itu, delapan skeleton yang muncul dari tanah bukanlah apa-apa.
Namun ada satu masalah.
Rekan-rekan Parupatra menelan ludan dan secara tidak sadar mengambil langkah mundur.
Suasana di sekitar mereka berbeda dengan skeleton biasa. Meskipun equipment mereka berbeda. Mereka memakai pelindung dada yang indah cocok dengan pasukan kerajaan negeri, memegang perisai berbentuk layang-layang dengan sebuam simbol di salah satunya dan berbagai macam senjata di lainnya. Di punggung mereka ada gabungan busur panjang, dan seluruh equipment mereka memilik kilau magic.
Tidak mungkin skeleton-skeleton yang dilengkapi dengan item magic hanyalah skeleton-skeleton biasa.
"Apa itu?"
"Bahkan anda tidak tahu, tetua? Aku tidak yakin... namun mungkin saja sub-spesies dari 'Skeleton Warrior'"
"Sub-spesies? Merekt tidak terlihat seperti 'Red Skeleton Warrior' pula...."
Lawan yang belum pernah dilihat sebelumnya akan selalu memunculkan ketakutan. Terutama jika mereka dilengkapi dengan senjata magic dengan efek spesial.
"-Mempertimbangkan berapa banyak kalian, aku yakin ini adalah jumlah yang cukup. Silahkan berusaha, dan tunjukkan pada kami kalian bisa lari."
"Suatu kebanggaan bisa menghadapi undead seperti ini. Tapi..."
Parupatra berpikir secara obyektif.
Akan sulit jadinya memiliki terlalu banyak undead yang dilengkapi dengan begitu banyak equipment magic. Rencana mereka mungkin yang terkuat dari awal. Jika tidak, mereka akan menunggu semua orang masuk ke dalam dan terpisah.
"-Ini adalah kekuatan utama dari makam ini, ya kan? Apa kalian pikir bisa menghentikan kami dengan hanya ini?"
Ketika Parupatra melihat ke atas, Yuri melihat ke sekeliling seakan-akan terkejut.
Tepat sekali. Mereka sudah memasang jebakan ini sejak mereka bicara dengan kami.
Cara yang paling pintar untuk menggunakan kekuatan utama mereak adalah untuk memisahkan dan mengalahkan. Mempertimbangkan peluang mereka mungkin tidak menghadapi musuh, strategi terbaik adalah untuk menunggu di pintu masuk, dimana semua orang harus melewatinya ketika mereka secara fisik dan mental sudah kelelahan karena mencari-cari di dalam makam.
Rencana lawan juga jelas. Yuri mungkin berkata "Mari kita lihat seberapa jauh kalian bisa lari" untuk menyemangati mereka kabur, agar dia bisa menyerang dari belakang, yang mana adalah posisi yang menguntungkan baginya. Musuh akan perlu bertarung berkali-kali setelah ini, jadi mereka ingin menghemat tenaga mereak sebanyak mungkin. Maka hanya ada satu hal yang harus dilakukan.
"Jika kita mengalahkan semua skeleton disini dan bisa menembusnya, semuanya akan selesai. Apakah aku salah?"
Demi tim-tim yang akan datang di belakang mereka, mereka harus menghancurkan Penjaga tua Nazarick. Mereka mungkin saja rival, namun rekan dalam satu misi masih merupakan rekan. Terlebih lagi, jika pihak lain sudah memprediksi bahwa mereka akan kabur, tetap tinggal dan bertarung akan memiliki setidaknya peluang untuk jatuh ke dalam jebakan. Jika lawan mereka terlalu kuat, mereka masih memiliki pilihan untuk memanggil Momon sebagai usaha terakhir.
"Tidak kukira malahan kita yang menjadi burung-burung kenari... Bagaimana harus kukatakan, membuat kepala sakit. Tapi apakah kalian berpikir mereka hanya itu?"
"Sulit dibayangkan ada lebih banyak lagi undead bersenjata dengan equipment semacam itu berkeliaran."
"Ini adalah tempat yang harus ditembus oleh penyusup manapun. Secara taktik, memang wajar menempatkan pasukan terkuat disini. Mereka tahua betul tempat ini daripada kita, dan aku ragu mereka akan membuat kesalahan membagi kekuatan mereka terlalu banyak."
"...Tidak, pasti ada lebih banyak lagi di dalam makam itu sendiri. Namun yang ada disana mungkin adalan undead dengan kelas yang lebih rendah."
"Tetua... Ayo lari. Mereka berbahaya. Benar-benar berbahaya."
"Rute kabur kita sudah ditutup saat mereka mengepung kita. Meskipun jika kita terbang, kita mungkin akan ditembak jatuh dengan panah. Kita harus bertahan disini! Tidak ada cara lain selain mengalahkan mereka secara langsung!"
Di tengah-tengah teriakan Parupatra, sebuah suara, sebagian terkejut dan sebagian merendahkan, datang dari atas.
"Yah, kurasa ada cara itu untuk menembusnya. Kami akan menyemangati kalian, jadi silahkan mulai."
Saat ucapan itu semakin hilang, Penjaga Tua Nazarick mulai maju.
Yuri dan kawan-kawannya mengeluarkan wajah bingung saat mereka 'menyemangati mereka'. Mereka tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dengan situasi yang tidak terduga yang muncul. Mereka tidak mengantisipasi hal ini sama sekali.
"Hey, apakah mereka sungguh-sungguh?"
"...Tidak diduga."
"Cocytus-sama juga terkejut."
"JIka teRUs sePERti InI...tiDAk aKAn BERgeraK seSUAI reNCAna"
Sebuah palu terayun di udara ketika Yuri dan rekan-rekannya melihat.
"Kelihatannya mereka tidak akan berhasil. Dia akan mati!"
Saat Lupusregina bicara, seorang pria menerima serangan di dada dan jatuh.
Suara logam yang remuk dan suara dari suatu benda yang berat jatuh bisa terdengar dengan jelas di tengah-tengah pertempuran sengit.
Korban pertama adalah warrior manusia. Penjaga Tua Nazarick yang memegang sebuah palu dengan ditambahkan 'Lightning' bahkan tidak merayakan keberhasilannya dalam membunuh dan hanya bergerak mencari target selanjutnya.
"Cleric-san~ Jika kamu menyembuhkannya dengan cukup cepat, dia tidak akan mati."
CZ menggelengkan kepalanya ke arah Yuri yang terdengar sedikit khawatir.
"...Tidak ada gunanya. Langsung mati. Dan juga, formasi itu sudah runtuh karenanya."
Dua Penjaga Tua Nazarick yang merupakan warrior yang menahan diri akhirnya maju, dengan satu menuju ke arah cleric dan yang lainnya bergerak ke arah belakang formasi. Cleric tersebut sedang bertarung melawan dua orang dari awal, dan sekarang dia harus melawan satu lagi. Dia tidak lagi memiliki ruang untuk menggunakan magicnya. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah mencoba menghindari serangan yang datang dari tiga arah.
Bahkan Parupatra, yang melakukannya dengan baik sendirian, sedang melawan tiga musuh dan tidak bisa menolong yang lainnya.
"Rogue itu tidak memiliki kekuatan api. Bukankah mereka memiliki semacam kartu as di kantung belakangnya?"
Sekarang rogue yang harus melawan sambil melindungi magic caster harus menerima seorang lawan lagi dan dia harus menghadapi dua musuh. Senjata rogue yang ringan tidak mampu memberikan pukulan telak terhadap Penjaga Tua Nazarick - seorang lawan yang tertutup dengan armor berat dan seorang undead, yang tidak memiliki titik kelemahan secara khusus. Dia mencoba menghindar dengan tubuh yang lincah, namun melawan tiga undead yang tanpa lelah, perlawanannya menjadi percuma.
"Dia sedang melihat ke arah sini dengan ekpresi yang sesedih itu~"
"Haruskah kita melambaikan tangan kepadanya?"
"seGItu SEhaRUsNYa tiDAk ApA."
"Jika tidak apa~!"
Lupusregina melambaikan tangannya ke arah Parupatra dengan senyum antusias.
"...Serangan langsung."
"Itu karena Lupu mengalihkan perhatiannya."
"Fuuee~ Kalau begitu itu salahku?"
"...Ya. Salahmu. Tapi memberi semangat kepada mereka memang bagus..... Ayo Tim."
"Ya, aku harap mereka bertarung sama antusiasnya."
Setiap maid mengangguk dengan kalimat Yuri.
Di dalam pertempuran dengan tim worker Parupatra, Penjaga Tua Nazarick benar-benar mengungguli pertarungan dari awal. Yuri dan para maid hampir merasa simpati untuk para worker sambil menonton sebuah permainan yang hanya bisa disebut sebagai pembantaian satu sisi.
Sebelum pertempuran dimulai, mereka mencibir kesombongan yang tidak berguna dari para worker, namun setelah melihat pertempuran yang membosankan, mereka hanya bisa menekan rasa ingin menguap dan mulai menyemangati tim Parupatra.
"Jika memang satu sisi begini, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan."
"...Tak punya kartu as tersembunyi?"
"Bukankah mereka mencoba menggunakan magic summoning sebelumnya?"
"Tingkat yang ke 3?"
"Bukankah itu terlalu lemah dianggap sebagai kartu as? Namun mencoba membuat sebuah dinding dengan monster-monster yang disummon adalah ide yang bagus."
"Aku setuju! Jika mereka tidak terus-terusan mendapat serangan, mereka mungkin memiliki waktu untuk mengatur strategi dan membangung formasi~"
"NamUN menCOBA meNGGUnaKAn FliGHt buKANlah iDE yaNG BAguS SEperTI kaTA si PAk tUA."
"Tidak yakin apakah dia mencoba untuk kabur atau hanya berencana untuk merapalkan mantra dari udara..."
"...Target prioritas. Tidak dilakukan sama sekali."
Magic Caster misterius sudah mendapatkan luka kritis dan roboh. Jika seseorang masih bebas, mereka akan menggunakan entah magic healing atau sebuah potion untuk membuat magic caster kembali ke dalam formasi, namun setiap orang terlalu sibuk. Sebagai hasilnya, satu-satunya yang bisa dilakuakan oleh si Rogue adalah melindunginya terhadap pukulan penghabisan.
"Tapi mengapa mereka berpikir bahwa hanya ada sebanyak itu Penjaga Tua Nazaricknya?"
Itu adalah sebuah misteri.
Apakah mereka berpikir semuanya dengan cara yang menguntungkan bagi mereka? Bukan karena mereka bodoh. Mungkin adalah metode melindungi diri dari beberapa manusia untuk mengumpulkan keberanian dan mencegah dirinya jatuh dalam keputusasaan.
"Kelihatannya tidak ada harapan."
"Kelihatannya begitu. Kelihatannya akan segera berakhir."
"StrATEgi laIN sePERti BERtahaN hiNGGa peNCUri-peNCUri laIN KemBaLI MUngKIn juGA baGUs."
Semuanya melihat ke arah Entoma dengan ekspresi dingin.
"Mengapa kamu berpikir mereka bisa kembali?"
"...Salah mereka sendiri."
"Terlalu sulit bagi mereka mencoba pergi dari Great Tomb of Nazarick."
Suara yang dipenuhi luka dan sesuatu yang roboh terdengar keras. Maid-maid petarung melihat ke arah sumber suara dan berbicara dengan suara yang dipenuhi dengan kekecewaan.
"aH si roGUe juGA RoBOh."
"Kelihatannya akan segera berakhir~"
"Kita seharusnya membiarkan mereka memohon ampun nyawa mereka di tangga..."
"Tapi mereka benar-benar sangat percaya diri. Aku kira mereka punya senjata rahasia."
Tidak yakin jika si rogue menyemprotkannya, namun bau darah segar tajam tercium hingga ke tempat para maid berdiri.
"baUNyA haRUm..."
Yuri menghentikannya.
Perintah dari master adalah untuk mengambil mayat-mayat itu tanpa boleh ada yang terpotong, hidup atau mati. Mereka tidak bisa melakukan sesuatu yang sekurang ajar memberikan mayat itu setelah para serangga sudah mencicipinya.
"DaGInG seGAr.."
"Aku akan meminta kepada Ainz-sama nanti, jadi sabar saja sekarang."
"Tapi bukankah kita nanti akan mendapatkan masalah? Pada dasarnya ini adalah tes untuk melihat seberapa efektifnya mereka dalam memusnahkan yang mencoba kabur."
"Kelihatannya memang begitu! Itulah kenapa banyak undead yang kuat sedang bersembunyi di dinding."
"KeliHATAnnYA CoCYtUs-sAma mEmPErhITunGKan baHWa diA aKAn meNAngKAp meREka DEngAN muDaH."
"...Menyerang langsung. Tidak diduga."
"Itulah yang terjadi ketika kamu tidak menganalisa kekuatan lawanmu dengan benar. Sedangkan untuk satu orang yang masih hidup, mari kita sembuhkan mereka dan kiri ke ruang interogasi. Untuk yang sudah mati.. mari kita laporkan ke Ainz-sama."
Dengan begitu, Parupatra dan timnya hilang dari dunia malam itu.
Seakan semuanya yang ada di dalam makam sudah ditutupi oleh salju musim dingin, tidak ada apapun yang hidup dan semuanya terlihat seakan telah mati. Hanya ada keheningan dan cahaya bintang. Tim tersebut bertanya kepadanya ketika mereka selesai mendaki tangga.
"Tetua, bukankah ini adalah buang-buang kesempatan? Kita bisa saja pergi menyerahkan pencarian di permukaan kepada tim lain."
"Memang benar. tak perduli tim manapun... kecuali si brengsek itu, seharusnya tidak banyak perbedaan dalam kemampuan. Apapun yang kita lakukan, 'Heavy Masher' atau 'Foresight' juga bisa melakukannya."
"Lalu..."
Parupatra menyela rekannya lalu melanjutkan.
"namun bukankah kita akan mendapatkan hak untuk menjadi pencari pertama besoknya? Kita tidak akan terlalu banyak melewatkan. Ditambah, esok harinya, pencarian di dalam seharusnya sudah selesai. Tim terakhir yang pergi ke dalam akan melewatkan semua hartanya, dan skenario terburuk, terperangkap di markas dengan tugas sebagai penjaga."
"Ah-ha...."
"Terlalu beresiko menjadi yang pertama pergi ke dalam lokasi yang tidak dikenal. Mereka akan menjadi burung-burung kenari kecil kita. Aku berharap mereka kembali dengan selamat."
Parupatra berputar dengan mata yang dingin. Tatapannya terpaku kepada tempat dimana para worker yang masuk ke makam berada. Expresinya yang tulus menghina tidak cocok dengan pria periang dan halus yang memiliki julukan 'Tetua'. Mereka yang tidak banyak mengenalnya akan terkejut, namun rekan-rekannya tahu.
Pak tua yang bernama Parupatra adalah orang yang sangat berhati-hati. Dia adalah seorang pria yang akan memeriksa sebuah jembatan dua kali sebelum menyeberanginya. Itulah cara dia berhasil selamat sebagai seorang petualang dalam waktu yang lama, dan dia bahkan pernah menewaskan seekor naga sekali. Sebaliknya, dia juga melewatkan banyak kesempatan karena sikap hati-hatinya. Namun, karena dia tak pernah kehilangan satu orangpun rekan sejauh ini, yang hanya bisa dilakukan oleh rekan-rekannya adalah mempercayai keputusannya.
Meskipun kehidupan adalah harta yang paling berharga bagi mereka semua, masih ada sedikit penyesalan menggantung yang mungkin mereka lewatkan pada harta jarahan.
"Ini adalah peluang untuk menemukan item-item yang benar-benar luar biasa. Bukankah itu layak dengan resikonya?"
"Kamu tidak salah, namun coba perhatikan makam ini. Bukankah kamu pikir ini terlalu bersih? Jika ada sesuatu yang membersihkan tempat ini, seorang monser mungkin akan muncul untuk mengucapkan halo. Sebaiknya biarkan saja tim lain yang mencari tahu monster macam apa disana. Secara pribadi. Aku benar-benar tidak senang dengan pekerjaan seperti ini. Terlalu banyak hal yang tidak diketahui."
Seorang rekan setim dengan hati-hati merespon protes Parupatra.
"Namun anda mengambilnya juga."
"Itu karena tim lain juga mengambilnya. Di dalam skenario terburuk, kita akan meninggalkan mereka sebagai umpan saat kita kabur."
Tim itu turun dari tangga.
"Apakah itu alasannya mengapa anda menyarankan untuk memeriksa permukaan? Agar kita bisa kabur jika kita mendengarkan teriakan mereka?"
"Itu juga. Namun aku berpikir ini sebagai sebuah perjudian....Seperti yang kamu bilang, kita mungkin akan melewatkan barang jarahannya. Jika kita memiliki informasi lebih banyak, maka akan lebih aman, namun kita tidak tahu jika keuntungannya akan lebih berat dari resikonya. Jika kamu benar, aku minta maaf."
"Jangan khawatir dengan hal itu, tetua. Kami semua mempercayaimu. Lagipula, dalam banyak kasus, anda memang benar."
"Ditambah, meskipun jika kita melewatkan hari ini, kita bisa menemukan pekerjaan lain untuk menghasilkan uang. Anda bilang sendiri, selama kita masih hidup, kesempatan untuk mencari uang akan selalu ada disana. Jadi tidak perlu menyelam ke dalam dengan ceroboh."
"Kangennya. Itu adalah dari saat kita masih muda."
"Haha, anda yakin anda sudah tidak muda?"
"Jangan bercanda seperti itu, tetua. Anda seharusnya tidak berkata seperti itu."
Tim itu menuju salah satu ruang bawah tanah kecil dengan senyum pahit.
"Namun seharusnya aku mendiskusikan hal ini dengan kalian sebelum membuat sebuah keputusan. Aku minta maaf sudah begitu saja memutuskannya sendiri."
"Yah, anda tidak bisa menahannya dalam situasi itu. Ditambah lagi, tetua adalah pimpinan pilihan kami. Jika pimpinan kami yang terpercaya memutuskan begitu, kami akan mengikuti."
"...Meskipun kalian terlihat tidak terlalu senang. Mengapa semuanya tersenyum pahit? Yah, bagaimanapun, mari kita selesaikan survei ini secepatnya dan jika ada waktu yang tersisa, mari kita minta sparring dengan Momon sekali lagi. Ini adalah kesempatan yang bagus bagi kalian juga. Jadi bagaimana?"
"Aku jelas sekali ingat kalian berdua melakukan sparring. Memang benar, itu adalah sebuah duel yang cocok dengan seorang petualang adamantite."
"...Bahkan diantara para petualang adamantite, ada banyak macam orang. Sekarang ini, 'Eight Ripples' di dalam Empire bukan kelompok petualang adamantite yang sesungguhnya. Seseorang seperti Momon adalah petualang adamantite yang benar. Seorang pria yang berhasil mendapatkan sesuatu yang tak pernah bisa kudapatkan."
"Tetua..."
"Tentu saja. Jadi kalian seharusnya bertanya kepadanya untuk memeriksa teknik berpedang kalian. Jika kalian memiliki untuk tetap bertualang setelah aku mati, pengalaman semacam itu akan terbukti sangat berharga di masa depan."
"Aku tidak bisa membayangkan tetua mati. Mungkin akan ada pensiun yang enak."
"Benar. Tetua mungkin akan hidup lama seperti Paradyne."
"Time yang sangat bagus."
Suara seorang wanita muncul begitu saja. Satu-satunya wanita yang bersama mereka adalah dua orang dari 'Foresight' milik Hekkeran dan tiga orang elf budak dari 'Tenmu' milik Eruya. Namun suara itu berbeda dari mereka semua.
Semuanya menoleh dengan senjata bersiap.
Beberapa wanita berdiri di atas tangga mausoleum yang baru saja mereka turuni. Ada lima orang. Mereka memang sangat cantik, namun juga itulah yang membuatnya sangat aneh.
Semuanya memakai pakaian maid, namun pakaian mereka tidak seperti pakaian maid yang pernah mereka lihat sebelumnya. Pakaian itu memiliki kilau metalik dari logam, seperti armor.
"Siapa... kalian? Aku tak pernah melihat kalian sebelumnya...Hmmm, apakah ada terowongan rahasia seperti yang kuduga?"
"Wanita? Mereka memiliki paras yang sama cantiknya dengan The Beauty dari 'Darkness' .... Mereka tidak terlihat seperti orang biasa."
"Mereka tidak terlihat seperti musuh... namun, tidak terlihat seperti orang-orang yang dipekerjakan oleh yang mempekerjakan kita.."
"Apa yang harus kita lakukan, tetua?"
Rekanya bertanya kepada Parupatra sambil mengawasi wanita itu. Bernegosiasi dengan mereka adalah pilihan terbaik, namun tidak mungkin akan berakhir manis.
"Kita memiliki jumlah yang sama... mungkin bisa setara?"
Kekuatan lawan pasti setara atau sedikit di atas mereka. Alasan mengapa mereka tidak menyerang ketika semua worker berkumpul pasti karena mereka tidak cukup kuat untuk menangani semua orang sekaligus atau karena mereka mengira mungkin itu adalah sebuah jebakan. Alasan mengapa akhirnya mereka menampakkan wajah pasti karena mereka percaya diri mereka bisa menang melawan kelompok Parupatra.
Parupatra berkeringat semakin sedikit ketika sudah semakin tua sekarang ini, tangannya yang sedang memegang tombak juga basah.
"Meskipun begitu, meletakkan maid di dalam makam... Seseorang pasti punya selera yang perlu dipertanyakan."
Di dalam sekejap, rekan yang baru saja bercanda itu langsung gemetaran, wajahnya pucat dan alisnya dipenuhi keringat.
Parupatra juga merasakan hawa dingin yang tiba-tiba datang kepadanya, namun alasan dia merinding di sekujur tubuh bukan karena suhu udaranya.
Dinginnya mata dari para maid itu yang berbaris lurus di atas tangga benar-benar jelas terlihat di bawah cahaya rembulan. Hampir seakan mata mereka berkilauan.
"buNUH meREkA."
"...Mereka harus mati."
"Mereka tidak layak mati dengan cepat. Mereka harus menderita hebat sebelum mati."
Sebuah aura nafsu membunuh bergulung di sekitar para maid. Pusaran emosinya sangat kuat, membuat seseorang penasaran apakah dunia mungkin akan ambruk di sekitar mereka.
"Tunggu dulu."
Maid yang kelihatannya seperti yang bertanggung jawab bertepuk tangan lirih.
"Kita diperintahkan untuk tidak membiarkan satupun kembali hidup-hidup, jadi membunuh mereka adalah sebuah hadiah. Namun senang rasanya melihat semua orang bersikap antusias dengan itu."
Klak. Suara metalik terdengar dari tangga, yang kelihatannya terbuat dari marmer. Itu adalah sepatu bertumit tinggi dari para maid tersebut, yang mirip dengan greaves.
TL Note : Greave adalah termasuk dari armor yang melindungi kaki (Mirip Sepatu).
Rekan-rekan Parupatra mundur seakan mereka didorong. Mempertimbangkan lawan mereka yang tidak membawa senjata, mereka pastinya adalah para magic caster. Selain itu, lawan memegang keunggulan tempat yang tinggi. Merekat tidak bisa terus berdiri saja di area yang luas dan terbuka tanpa perlindungan apapun.
Bagi Parupatra dan timnya, memperpendek jarak adalah hal yang menguntungkan. Bagi para maid, itu adalah sebaliknya. Namun mengapa maid-maid itu malahan turun dari tangga? Apakah mereka berencana menggunakan 'Flight' jika situasinya semakin gawat bagi mereka?
Melihat maid-maid itu, yang kelihatannya tanpa emosi seakan mereka memakai topeng-topeng saat dengan angkuhnya turun dari tangga, tim Parupatra berkumpul di belakang perisai dari warrior dan mendiskusikan langkah selanjutnya.
Klak. Membuat suara yang semakin keras, maid-maid itu berhenti separuh tangga.
"Sekarang, aku akan memperkenalkan diriku dulu. Aku adalah sub-leader Pleiades, Yuri Alpha. Kurasa ini akan menjadi pertemuan singkat, namun silahkan berhati-hati. Jika kami memutuskan untuk menghadapimu sendiri, akan cepat selesai, namun kerana situasi tertentu, kami tidak bisa menghadapimu sendiri. Sayang sekali."
Suara yang indah terdengar seperti bunyi bel di tengah angin. Maid-maid yang luar biasa cantik itu tersenyum dipenuhi dengan daya tarik yang bisa membuat pria manapun jatuh cinta dalam sekejap.
Parupatra adalah seorang mantan petualang dan telah melihat banyak hal dalam karirnya sebagai seorang worker. Diantara mereka ada makhluk yang memiliki kecantikan yang jauh melewati manusia biasa, seperti elf. Meskipun begitu, dia tidak pernah melihat wanita secantik ini sebelumnya. Sudah cukup membuat dagu seseorang melongo.
Nada mereka yang sombong dan merasa unggul yang mengalir melalui ucapan mereka hanya bisa dikeluarkan oleh orang-orang yang kuat yang tersembunyi dibalik wajah-wajah cantik itu. Itu adalah sebuah sikap yang tidak cocok dengan para pria yang berkali-kali menerjang bahaya dan percaya diri dengan kemampuan mereka. Itu hampir membuat mereka ingin menasehati maid-maid tersebut.
Namun mempertimbangkan keadaannya, kelihatannya maid-maid itu lebih kuat dan tidak ada yang semangat melawan mereka. Ditambah lagi, salah satu rekan mereka menjadi kaku karena nafgsu membunuh dan masih belum sadar menguasai ketakutannya.
Mungkin pilihan terbaik adalah mundur ke arah para petualang - terutama Momon - dan membawa mereka sebagai bala bantuan.
"Kalau begitu aku akan memperkenalkan lawanmu."
Yuri menepuk tangannya. Seakan merespon suara tepukan, yang mengalir sangat jauh, makam itu gemetar.
"Keluarlah, Penjaga Tua Nazarick.
"Apa?"
Bumi membelah di belakang mereka dan beberapa skeleton muncul.
Apakah ini adalah serangan mengepung?! Ap..
Melihat ke atas tangga, maid-maid tersebut sangat bermusuhan, namun tidak terlihat ingin bertarung sendiri. Mereka muncul sebagai penonton. Dia tidak bisa mengabaikan mereka, namun mereka kelihatannya tidak ingin menyerang, seperti yang diumumkan.
Parupatra memutuskan bahwa lawan sebenarnya adalah para skeleton yang ada di belakang dan berputar untuk menghadapi mereka.
Skeleton-skeleton sendiri bukanlah lawan yang sulit. Meskipun ratusan skeleton menyerang tim Parupatra, mereka akan bisa membersihkannya dengan mudah. Dibandingkan dengan itu, delapan skeleton yang muncul dari tanah bukanlah apa-apa.
Namun ada satu masalah.
Rekan-rekan Parupatra menelan ludan dan secara tidak sadar mengambil langkah mundur.
Suasana di sekitar mereka berbeda dengan skeleton biasa. Meskipun equipment mereka berbeda. Mereka memakai pelindung dada yang indah cocok dengan pasukan kerajaan negeri, memegang perisai berbentuk layang-layang dengan sebuam simbol di salah satunya dan berbagai macam senjata di lainnya. Di punggung mereka ada gabungan busur panjang, dan seluruh equipment mereka memilik kilau magic.
Tidak mungkin skeleton-skeleton yang dilengkapi dengan item magic hanyalah skeleton-skeleton biasa.
"Apa itu?"
"Bahkan anda tidak tahu, tetua? Aku tidak yakin... namun mungkin saja sub-spesies dari 'Skeleton Warrior'"
"Sub-spesies? Merekt tidak terlihat seperti 'Red Skeleton Warrior' pula...."
Lawan yang belum pernah dilihat sebelumnya akan selalu memunculkan ketakutan. Terutama jika mereka dilengkapi dengan senjata magic dengan efek spesial.
"-Mempertimbangkan berapa banyak kalian, aku yakin ini adalah jumlah yang cukup. Silahkan berusaha, dan tunjukkan pada kami kalian bisa lari."
"Suatu kebanggaan bisa menghadapi undead seperti ini. Tapi..."
Parupatra berpikir secara obyektif.
Akan sulit jadinya memiliki terlalu banyak undead yang dilengkapi dengan begitu banyak equipment magic. Rencana mereka mungkin yang terkuat dari awal. Jika tidak, mereka akan menunggu semua orang masuk ke dalam dan terpisah.
"-Ini adalah kekuatan utama dari makam ini, ya kan? Apa kalian pikir bisa menghentikan kami dengan hanya ini?"
Ketika Parupatra melihat ke atas, Yuri melihat ke sekeliling seakan-akan terkejut.
Tepat sekali. Mereka sudah memasang jebakan ini sejak mereka bicara dengan kami.
Cara yang paling pintar untuk menggunakan kekuatan utama mereak adalah untuk memisahkan dan mengalahkan. Mempertimbangkan peluang mereka mungkin tidak menghadapi musuh, strategi terbaik adalah untuk menunggu di pintu masuk, dimana semua orang harus melewatinya ketika mereka secara fisik dan mental sudah kelelahan karena mencari-cari di dalam makam.
Rencana lawan juga jelas. Yuri mungkin berkata "Mari kita lihat seberapa jauh kalian bisa lari" untuk menyemangati mereka kabur, agar dia bisa menyerang dari belakang, yang mana adalah posisi yang menguntungkan baginya. Musuh akan perlu bertarung berkali-kali setelah ini, jadi mereka ingin menghemat tenaga mereak sebanyak mungkin. Maka hanya ada satu hal yang harus dilakukan.
"Jika kita mengalahkan semua skeleton disini dan bisa menembusnya, semuanya akan selesai. Apakah aku salah?"
Demi tim-tim yang akan datang di belakang mereka, mereka harus menghancurkan Penjaga tua Nazarick. Mereka mungkin saja rival, namun rekan dalam satu misi masih merupakan rekan. Terlebih lagi, jika pihak lain sudah memprediksi bahwa mereka akan kabur, tetap tinggal dan bertarung akan memiliki setidaknya peluang untuk jatuh ke dalam jebakan. Jika lawan mereka terlalu kuat, mereka masih memiliki pilihan untuk memanggil Momon sebagai usaha terakhir.
"Tidak kukira malahan kita yang menjadi burung-burung kenari... Bagaimana harus kukatakan, membuat kepala sakit. Tapi apakah kalian berpikir mereka hanya itu?"
"Sulit dibayangkan ada lebih banyak lagi undead bersenjata dengan equipment semacam itu berkeliaran."
"Ini adalah tempat yang harus ditembus oleh penyusup manapun. Secara taktik, memang wajar menempatkan pasukan terkuat disini. Mereka tahua betul tempat ini daripada kita, dan aku ragu mereka akan membuat kesalahan membagi kekuatan mereka terlalu banyak."
"...Tidak, pasti ada lebih banyak lagi di dalam makam itu sendiri. Namun yang ada disana mungkin adalan undead dengan kelas yang lebih rendah."
"Tetua... Ayo lari. Mereka berbahaya. Benar-benar berbahaya."
"Rute kabur kita sudah ditutup saat mereka mengepung kita. Meskipun jika kita terbang, kita mungkin akan ditembak jatuh dengan panah. Kita harus bertahan disini! Tidak ada cara lain selain mengalahkan mereka secara langsung!"
Di tengah-tengah teriakan Parupatra, sebuah suara, sebagian terkejut dan sebagian merendahkan, datang dari atas.
"Yah, kurasa ada cara itu untuk menembusnya. Kami akan menyemangati kalian, jadi silahkan mulai."
Saat ucapan itu semakin hilang, Penjaga Tua Nazarick mulai maju.
Yuri dan kawan-kawannya mengeluarkan wajah bingung saat mereka 'menyemangati mereka'. Mereka tidak mampu menyembunyikan keterkejutan dengan situasi yang tidak terduga yang muncul. Mereka tidak mengantisipasi hal ini sama sekali.
"Hey, apakah mereka sungguh-sungguh?"
"...Tidak diduga."
"Cocytus-sama juga terkejut."
"JIka teRUs sePERti InI...tiDAk aKAn BERgeraK seSUAI reNCAna"
Sebuah palu terayun di udara ketika Yuri dan rekan-rekannya melihat.
"Kelihatannya mereka tidak akan berhasil. Dia akan mati!"
Saat Lupusregina bicara, seorang pria menerima serangan di dada dan jatuh.
Suara logam yang remuk dan suara dari suatu benda yang berat jatuh bisa terdengar dengan jelas di tengah-tengah pertempuran sengit.
Korban pertama adalah warrior manusia. Penjaga Tua Nazarick yang memegang sebuah palu dengan ditambahkan 'Lightning' bahkan tidak merayakan keberhasilannya dalam membunuh dan hanya bergerak mencari target selanjutnya.
"Cleric-san~ Jika kamu menyembuhkannya dengan cukup cepat, dia tidak akan mati."
CZ menggelengkan kepalanya ke arah Yuri yang terdengar sedikit khawatir.
"...Tidak ada gunanya. Langsung mati. Dan juga, formasi itu sudah runtuh karenanya."
Dua Penjaga Tua Nazarick yang merupakan warrior yang menahan diri akhirnya maju, dengan satu menuju ke arah cleric dan yang lainnya bergerak ke arah belakang formasi. Cleric tersebut sedang bertarung melawan dua orang dari awal, dan sekarang dia harus melawan satu lagi. Dia tidak lagi memiliki ruang untuk menggunakan magicnya. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah mencoba menghindari serangan yang datang dari tiga arah.
Bahkan Parupatra, yang melakukannya dengan baik sendirian, sedang melawan tiga musuh dan tidak bisa menolong yang lainnya.
"Rogue itu tidak memiliki kekuatan api. Bukankah mereka memiliki semacam kartu as di kantung belakangnya?"
Sekarang rogue yang harus melawan sambil melindungi magic caster harus menerima seorang lawan lagi dan dia harus menghadapi dua musuh. Senjata rogue yang ringan tidak mampu memberikan pukulan telak terhadap Penjaga Tua Nazarick - seorang lawan yang tertutup dengan armor berat dan seorang undead, yang tidak memiliki titik kelemahan secara khusus. Dia mencoba menghindar dengan tubuh yang lincah, namun melawan tiga undead yang tanpa lelah, perlawanannya menjadi percuma.
"Dia sedang melihat ke arah sini dengan ekpresi yang sesedih itu~"
"Haruskah kita melambaikan tangan kepadanya?"
"seGItu SEhaRUsNYa tiDAk ApA."
"Jika tidak apa~!"
Lupusregina melambaikan tangannya ke arah Parupatra dengan senyum antusias.
"...Serangan langsung."
"Itu karena Lupu mengalihkan perhatiannya."
"Fuuee~ Kalau begitu itu salahku?"
"...Ya. Salahmu. Tapi memberi semangat kepada mereka memang bagus..... Ayo Tim."
"Ya, aku harap mereka bertarung sama antusiasnya."
Setiap maid mengangguk dengan kalimat Yuri.
Di dalam pertempuran dengan tim worker Parupatra, Penjaga Tua Nazarick benar-benar mengungguli pertarungan dari awal. Yuri dan para maid hampir merasa simpati untuk para worker sambil menonton sebuah permainan yang hanya bisa disebut sebagai pembantaian satu sisi.
Sebelum pertempuran dimulai, mereka mencibir kesombongan yang tidak berguna dari para worker, namun setelah melihat pertempuran yang membosankan, mereka hanya bisa menekan rasa ingin menguap dan mulai menyemangati tim Parupatra.
"Jika memang satu sisi begini, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan."
"...Tak punya kartu as tersembunyi?"
"Bukankah mereka mencoba menggunakan magic summoning sebelumnya?"
"Tingkat yang ke 3?"
"Bukankah itu terlalu lemah dianggap sebagai kartu as? Namun mencoba membuat sebuah dinding dengan monster-monster yang disummon adalah ide yang bagus."
"Aku setuju! Jika mereka tidak terus-terusan mendapat serangan, mereka mungkin memiliki waktu untuk mengatur strategi dan membangung formasi~"
"NamUN menCOBA meNGGUnaKAn FliGHt buKANlah iDE yaNG BAguS SEperTI kaTA si PAk tUA."
"Tidak yakin apakah dia mencoba untuk kabur atau hanya berencana untuk merapalkan mantra dari udara..."
"...Target prioritas. Tidak dilakukan sama sekali."
Magic Caster misterius sudah mendapatkan luka kritis dan roboh. Jika seseorang masih bebas, mereka akan menggunakan entah magic healing atau sebuah potion untuk membuat magic caster kembali ke dalam formasi, namun setiap orang terlalu sibuk. Sebagai hasilnya, satu-satunya yang bisa dilakuakan oleh si Rogue adalah melindunginya terhadap pukulan penghabisan.
"Tapi mengapa mereka berpikir bahwa hanya ada sebanyak itu Penjaga Tua Nazaricknya?"
Itu adalah sebuah misteri.
Apakah mereka berpikir semuanya dengan cara yang menguntungkan bagi mereka? Bukan karena mereka bodoh. Mungkin adalah metode melindungi diri dari beberapa manusia untuk mengumpulkan keberanian dan mencegah dirinya jatuh dalam keputusasaan.
"Kelihatannya tidak ada harapan."
"Kelihatannya begitu. Kelihatannya akan segera berakhir."
"StrATEgi laIN sePERti BERtahaN hiNGGa peNCUri-peNCUri laIN KemBaLI MUngKIn juGA baGUs."
Semuanya melihat ke arah Entoma dengan ekspresi dingin.
"Mengapa kamu berpikir mereka bisa kembali?"
"...Salah mereka sendiri."
"Terlalu sulit bagi mereka mencoba pergi dari Great Tomb of Nazarick."
Suara yang dipenuhi luka dan sesuatu yang roboh terdengar keras. Maid-maid petarung melihat ke arah sumber suara dan berbicara dengan suara yang dipenuhi dengan kekecewaan.
"aH si roGUe juGA RoBOh."
"Kelihatannya akan segera berakhir~"
"Kita seharusnya membiarkan mereka memohon ampun nyawa mereka di tangga..."
"Tapi mereka benar-benar sangat percaya diri. Aku kira mereka punya senjata rahasia."
Tidak yakin jika si rogue menyemprotkannya, namun bau darah segar tajam tercium hingga ke tempat para maid berdiri.
"baUNyA haRUm..."
Yuri menghentikannya.
Perintah dari master adalah untuk mengambil mayat-mayat itu tanpa boleh ada yang terpotong, hidup atau mati. Mereka tidak bisa melakukan sesuatu yang sekurang ajar memberikan mayat itu setelah para serangga sudah mencicipinya.
"DaGInG seGAr.."
"Aku akan meminta kepada Ainz-sama nanti, jadi sabar saja sekarang."
"Tapi bukankah kita nanti akan mendapatkan masalah? Pada dasarnya ini adalah tes untuk melihat seberapa efektifnya mereka dalam memusnahkan yang mencoba kabur."
"Kelihatannya memang begitu! Itulah kenapa banyak undead yang kuat sedang bersembunyi di dinding."
"KeliHATAnnYA CoCYtUs-sAma mEmPErhITunGKan baHWa diA aKAn meNAngKAp meREka DEngAN muDaH."
"...Menyerang langsung. Tidak diduga."
"Itulah yang terjadi ketika kamu tidak menganalisa kekuatan lawanmu dengan benar. Sedangkan untuk satu orang yang masih hidup, mari kita sembuhkan mereka dan kiri ke ruang interogasi. Untuk yang sudah mati.. mari kita laporkan ke Ainz-sama."
Dengan begitu, Parupatra dan timnya hilang dari dunia malam itu.
**********
"Mulai serang lagi!"
Teriakan Greenham bergema ke seluruh penjuru ruang bawah tanah dipenuhi dengan bau jamur dan kematian.
Ruangan dengan lebar sekitar dua puluh meter dan tinggi lima meter. Di tengah-tengah ruangan itu penuh dengan cahaya yang terbuat dari seorang magic caster dan obor-obor yang dijatuhkan ke tanah, ada siluet manusia.
Bersama dengan Greenham, 'Heavy Masher' disudutkan. Interiornya dipenuhi dengan undead kelas bawah seperti zombie dan skeleton.
Jumlah mereka menakjubkan.
Greenham dan seorang warrior yang memegang perisai mundur dari gelombang kematian yang meluber ke belakang formasi.
Seorang zombie mengayunkan lengannya ke arah armor full plate Greenham. Meskipun jika ada undead yang lebih kuat dari rata-rata manusia biasa, masih tidak bisa membuat lekukan armor baja. Tangan yang membusuk itu meledak dan bercak-bercak daging yang baunya busuk menempel ke armor.
Skeleton-skeleton itu juga sama. Dengan hanya senjata berkarat, mereka tidak bisa menembus armor full plate yang ditambahi dengan magic. Mungkin ada yang beruntung dan bisa menusuk platnya, namun itulah kenapa ditambahi dengan magic.
Greenham mengayunkan kapaknya secara horizontal dan menumbangkan satu orang, namun lebih banyak lagi undead yang datang memenuhi celah tersebut. Gerombolan itu semakin mendekat seakan menginjak-injak mereka dengan jumlahnya.
"Sialan! Mereka terlalu banyak!"
Warrior yang sedang memegang sebuah perisai di samping Greenham berteriak dengan suara tidak wajar. Berkat perisainya yang besar sehingga menutupi seluruh tubuhnya, dia tidak terluka, namun perisai tersebut dituupi dengan segala macam jenis cairan kotor. Dia menghancurkan tengkorak dari skeleton-skeleton tersebut dengan senjata mace miliknya, namun perlahan didorong mundur.
"Darimana mereka semua datangnya?"
Rasa penasaran dari Warrior-warrior memang wajar.
Tim Greenham telah mencari ke beberapa ruangan setelah terpisah dari tim lainnya di persimpangan. Sayangnya, tidak banyak harta karun seperti di mausoleum, namun setelah menemukan potongan benda berharga yang cukup besar tergeletak begitu saja, mereka perlahan mencari lagi lebih jauh. Ketika mereka memasuki ruangan ini untuk melihat-lihat, pintu tersebut tiba-tiba terbuka dan undead mulai mengalir ke dalam.
Satu zombie atau skeleton sendiri bukanlah lawan yang sulit, namun jumlah mereka adalah masalahnya. Meskipun mereka roboh atau terinjak, mereka tidak mati, namun undead akan bisa menggapai sayap belakang. Tentu saja, sayap belakang tidak semudah itu dihancurkan pula, namun melawan jumlah sebanyak ini, sulit dikatakan.
Dengan sedikit kesialan, barisan depan akan segera roboh. Greenham terpikir hal ini, dan memutuskan untuk menggunakan kekuatan yang dia simpan.
"Kita akan menyelesaikan ini dalam sekejap. Aku serahkan padamu."
Penjaga barisan belakang, yang hanya melemparkan bebatuan saja sejauh ini, mulai bergerak.
Bagi 'Heavy Masher' milik Greenham, undead seperti ini bukanlah sebuah ancaman. Namun karena mereka bukanlah ancaman yang sebenarnya, dia mencoba untuk menyimpan tenaga dengan membuat barisan belakang sebagai cadangan. Jika barisan belakang juga menyerang, undead bukan lagi masalah.
"Tuhanku, dewa bumi! Mohon usirlah yang keji ini!"
Cleric yang sedang memegang simbol suci berteriak sambil mengeluarkan kekuatan suci. Udara yang dipenuhi dengan aura negatif langsung bersih dan dipenuhi dengan kesegaran seakan angin segar baru saja lewat. Sebuah gelombang kekuatan suci, lebih kuat dari biasanya, mengalir keluar dari cleric itu.
Segera setelah ability tersebut diaktifkan, undead yang ada di sekitar cleric berubah menjadi abu.
Mengusir undead biasanya hanya membuat mereka kabur, namun jika ada perbedaan kekuatan yang absolut, akan membuat undead tersebut musnah malahan. Namun, sangat sulit sekali memusnahkan jumlah undead yang besar karena membutuhkan kekuatan dengan jumlah yang setara pula.
Sebagai hasilnya, lebih dari dua puluh undead ditumpas.
"Terbanglah! [Fireball]!"
Sebuah bola api terbang dari arah magic caster dan meledak di tengah-tengah gerombolan undead. Sebuah tiang api muncul sesaat dan membakar kehidupan palsu dari undead yang ada di dalam radius efeknya.
"Masih belum selesai! [Fireball]"
"Tuhanku, dewa bumi. Mohon usirlah yang keji ini!"
Serangan dengan efek area menyerang lagi dan jumlah undead yang roboh bertambah drastis.
"Ayo pergi."
"Baiklah!"
Warrior tersebut mengabaikan perisainya, menggenggam dua mace lalu melompat ke dalam gerombolan undead bersama dengan Greenham. Seharusnya mudah saja menyerahkan semuanya kepada magic caster, namun alasan Greenham menerobos agar mereka bisa menyimpan mana sebanyak mungkin. Terutama bagi cleric, yang hanya bisa menangkis undead dengan jumlah tertentu dan hanya beberapa kali dalam sehari. Karena itu adalah sebuah pekerjaan yang sangat ampuh terhadap undead, dia akan menjadi kartu as mereka ketika mereka berada di dalam makam.
Greenham mengayunkan kapaknya ke arah gerombolan zombie. Daripada darah, cairan kental keluar dari luka tebasan itu, -cairan itu akan muncrat jika mereka memiliki jantung- mengalir perlahan keluar. Dari luka tebasan keluar bau yang menjijikkan, namun itu bukanlah hal yang tidak bisa mereka tangani.
Lebih tepatnya, hidung mereka sudah mati rasa.
Bersama dengan para warrior, mereka menyerang, menyerang dan menyerang. Mereka tidak memikirkan pertahanan bahkan sesaatpun. Itu adalah semacam serangan yang mereka bisa lakukan berkata armor mereka yang keras didukung dengan magic, ditambahl lagi undead memang lemah.
Suatu saat, satu undead berhasil menyerang kepala Greenham, namun armor miliknya menyerap seluruh getaran dan tidak ada ketegangan di lehernya. Meskipun dia diserang di daerah dada atau perut, dia hampir tidak merasakannya.
Lawan mereka adalah undead kelas bawah. Mereka hanya menjadi ancaman karena jumlah, namun karena mereka sudah membersihkan begitu banyak undead, mereka menemukan sedikit ruang bernafas sekali lagi. Warrior tersebut berteriak sambil mengayunkan senjatanya.
"Hingga sekarang, kita hanya melawan yang paling lemah, namun mempertimbangkan jumlah mereka, pasti ada banyak di makam ini!"
"Yea, dan juga tidak aneh jika undead yang lebih kuat muncul dan masih merangkak di suatu tempat! Namun aku tidak tahu kenapa mereka belum keluar!"
Orang yang membalas adalah cleric yang mengambil perisai warrior sambil mengaawasi situasinya.
"...Mungkin semua undead ini adalah hasil summon. Mungkin melalui magic summon atau sebuah item."
Karena mayat-mayat undead ini terpecah-pecah setelah beberapa waktu, mereka tidak cukup untuk memenuhi seluruh ruangan dengan mayat-mayat. Mayat-mayat undead ini juga menghilang dengan cara yang mirip dengan monster-monster hasil summon. Itulah kenapa magic caster menyela.
"Semacam mekanisme yang melakukan summon dalam jumlah besar undead rendahan?... Aku tidak ingin berpikir tentang hal itu. Jangan membuatku membayangkan makam ini dipenuhi dengan zombie-zombie dimanapun."
Greenham membalas dan melihat ke sekeliling ruangan sambil membuyarkan kepala skeleton seakan sedang seperti sedang memangkas pohon. Jumlah undead yang tersisa bisa dihitung dengan dua tangan, dan pintu yang terbuka lebar tidak menunjukkan adanya tanda bala bantuan dari undead. Pertarungan tersebut akan segera selesai.
Saat itu, dia merasakan sebuah sensasi hawa dingin yang mengalir dari bawah kakinya.
Dia merasakan sebuah bahaya yang mengatakan kepadanya untuk kabur, namun akan jadi terlambat dalam situasi ini. meskipun begitu-
"Bahaya! Semuanya keluar dari ruangan-"
Rogue berteriak seakan dia merasakan hal yang sama.
Namun sudah terlambat. Lantai yang keras itu tiba-tiba menghilang. Sebuah sensai mengambang menyelimuti tubuh mereka dan beberapa detak jantung kemudian tubuh mereka yang kebingungan mendarat di tanah.
Greenham mendengar suara rintihan dari rekan-rekannya, namun berdiri dengan kapaknya yang tidak dilepaskan ketika terjatuh lalu menyerang skeleton-skeleton yang bergulung-gulung di tanah.
"Habisi mereka!"
karena undead menerima damage saat jatuh - skeleton-skeleton tersebut memang lemah terhadap damage benturan, oleh karena itu mereka menerima damage yang cukup signifikan ketika jatuh - mudah sekali menyapu bersih mereka.
Greenham melihat ke sekeliling ruangan setelah membersihkan seluruh undead.
Mereak telah terjatuh ke dalam jebakan magi yang membuat lantainya hilang. Melihat ke atas, atapnya jauh di atas mereka. Setidaknya dua belas meter di atas. Tiga meter di atas lantai ada sebuah pintu, dan tiga meter diatasnya, total enam meter, ada pintu ketika mereka pertama kali masuk. Mereka jatuh sekitar dua lantai totalnya.
Jika dijelaskan bentuknya secara keseluruhan, seperti pilar yang panjang. Di bagian bawah berbentuk seperti piramid yang terbalik, dan lerengnya cukup curam membuat seseorang terjatuh hingga terjepit ke tengah oleh seluruh zombie yang ikut jatuh.
Menakjubkan tidak ada yang terluka setelah jatuh dari ketinggian seperti itu.
Hal yang aneh tentang layoutnya adalah sekitar tiga meter di atas dari bawah dimana ada pintu tertutup. Ada empat terowongan pada masing-masing sisinya, total ada enam belas.
"Ruangan ini seperti memang hampir didesain untuk menenggelamkan orang. Seakan ada air yang akan mulai mengalir dalam jumlah yang besar dari pintu itu. Tidak, yang lebih buruk, bisa saja adalah monster seperti slime."
"Aku setuju. Kita harus mencari sekitar pintu itu melihat apakah cukup aman keluar."
Namun, sulit memanjat dua lantai ke atas dengan permukaan yang licin tanpa ada sesuatu untuk dijadikan pegangan. Rogue mungkin bisa memanjatnya tanpa halangan, namun bagi seseorang yang memakai armor seperti Greenham, itu tidak mungkin. Sebagai perbandingan, pintu yang ada di bawah tidak diketahui, dan mungkin saja berbahaya, namun akan lebih mudah digapai.
Saat mereka berdiskusi bagaimana cara memanjat, ada sesuatu yang muncul kepalanya dari salah satu enam belas terowongan. Itu adalah mayat yang membengkak, 'Plague Bomber'.
Alasan mengapa dia membengkak karena monster itu dipenuhi dengan energi negatif. Itu adalah undead yang akan meledak sampai mati ketika memberikan damage kepada makhluk hidup dan menyembuhkan undead.
Undead tersebut dibangun seperti sebuah irisan daing yang terlempar sendiri dari terowongan. Membentur lantai dengan suara yang menjijikkan, namun masalahnya adalah yang datang selanjutnya. Tubuhnya yang bundar tidak bisa mendapatkan daya tarik terhadap lantai yang miring dan menabrak tim Greenham seperti sebuah batu besar.
"Awas! Minggir!"
"Jangan berkata seperti itu kepada orang yang bertanggung jawab terhadap seluruh pemikiran."
Semuanya, termasuk magic caster yang hampir menangis, hampir tidak bisa menghindari undead tersebut saat terus bergulung ke arah pusat lantai. Ketika plague bomber selanjutnya mengintip, mereka menyadari yang tadi hanyalah yang pertama dari sebuah gerombolan lalu secara naluri tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Lari! Ruangan ini akan dipenuhi oleh mereka."
Jika siapapun terdorong oleh undead, mereka akan jatuh ke tengah dan tergencet di bawah tubuh-tubuh itu. Meskipun mereka nantinya tidak mati karena tergencet, mereka tidak akan bisa bergerak dan terus-terusan menerima damage negatif yang diberikan oleh plague bomber saat meledak karena serangan rekan-rekan mereka.
"Jebakan ini benar-benar kejam. Seseorang dorong aku naik!"
"Tidak ada artinya, kalau begitu orang itu takkan bisa menghindari serangan apapun."
Meskipun jika mereka menghindari serangan pertama, mereka akan kehilangan keseimbangan dan takkan mampu menghindari dari yang selanjutnya. Meminta seseorang untuk pendorong dalam situasi seperti itu adalah kejam.
"Kalau begitu aku akan menggunakan magic terbang!"
"Tidak usah repot-repot dengan 'Flight'! Kamu takkan bisa menarik kami semua sendirian."
"Bukan begitu! Sialan, mereka berjatuhan! Aku berbicara tentang 'Web Ladder' (Tangga Jaring)."
"Itu kedengarannya bagus! Kalau begitu tolong ke arah pintu yang terdekat. Greenham, tolong lindungi dia!"
"-Jangan, tidak usah! Kita akan pergi ke arah pintu asal! Pintu itu berbahaya!"
Tidak ada waktu untuk bertanya alasan rasional dibalik mengapa dia berpikir pintu itu berbahaya, namun kepercayaan mereka kepada Greenham adalah absolut.
"[Web Ladder!]"
Magic tersebut aktif dan jaring laba-laba menyebar ke dinding.
Jaring laba-laba magic memilingi sifat lengket yang aneh. Jika seseorang tidak ingin bergerak, dia akan menempel di situ, namun jika seseorang ingin bergerak, jaring tersebut akan langsung melepaskannya. Itu adalah sebuah magi yang sangat cocok sebagai pengganti tangga.
Tim Greenham memanjat dengan gerakan sempurna, meskipun dibayangi rasa takut mereka.
Yang hampir tiba di pintu terbuka itu pertama kali pertama adalah mensurvei area. Jika mereka terdorong kembali, maka bisa gawat nantinya.
Dia menghela nafas lega. Skenario terburuk telah dihindari dan tidak ada tanda-tanda undead. Setelah dia menyelesaikan pemeriksaan akan undead, dia melompat ke arah terowongan dan menarik orang-orang yang ada di bawah.
"Kita hidup! Tidak kukira kita hampir mati tergencet oleh undead, itu pasti salah satu kematian yang paling buruk disana."
"Desain tempat ini benar-benar jahat. Kakiku sakit akibat jatuh, berikan sedikit magic healing kepadaku."
"Kurasa energi negatif sedikit menggores ujung kaki ketika makhluk itu meledak. Benar-benar menakutkan."
"Kita beruntung. Namun tolong jangan minta magic caster untuk menghindari serangan lagi."
Semuanya komplen sambil beristirahat mengambil nafas.
"Oi, Greenham, mengapa kamu ingin menghindari pintu itu? Kukira pintu itu adalah yang asli. Mereka biasanya selalu memiliki rute kabur dekat dengan tempat berbahaya."
"Hanya sebuah firasat... Maukah kamu melemparkan senjata tidak berguna ke arah pintu itu?"
Greenham membalas dengan nada biasa lalu rogue tersebut melemparkan sebuah pisau ke arah pintu. Pisau tersebut melayang lurus dan muncul seakan dia mengenai pintu itu, namun sebagai pintu tersebut memuntahkan sebuah tentakel dan mementalkan pisau yang dilempar tadi.
"Itu adalah... sebuah 'Tiruan Pintu'! Tidak, mempertimbangkan warna dari tentakelnya, mungkin saja itu adalah Undead Tiruan Pintu. Sebuah monster yang mengikat lawannya dengan tentakel-tentakel yang lengket sambil menyerang mereka."
"Che, itu adalah jebakan dobel? Kejam sekali. Namun kamu berhasil mengetahuinya."
"Itu hanya firasat. Tidak, lebih tepatnya, aku hanya memilih yang aku tahu daripada yang tidak tahu. Ditambah lagi, pitu itu ada di posisi dimana dia akan terus menerima ledakan energi negatif. Obyek yang bukan makhluk hidup seperti pintu akan menerima damage lebih sedikit dari ledakan, namun aku penasaran mengapa mereka membuat sebuah pintu di bawah sana. Sekarang, ayo bergerak..."
Greenham menutup mulutnya di tengah-tengah kalimat. Rogue yang tadi banyak bicara sekarang mengangkat jarinya ke arah bibir dan fokus mendengarkan.
Ketika Greenham mendengarkan, dia bisa mendengar sebuah suara klak-klak tidak biasa, seperti sesuatu yang sedang dipukulkan ke lantai.
Semua orang berputar ke arah terowongan dimana sumber suara berasal.
"Mungkin musuh.. ya kan? Aku berharap mereka setidaknya membiarkan kita beristirahat sejenak."
"Yea, dan hanya ada satu. Tak ada tanda-tanda mencoba menyembunyikan diri pula. Akan bagus jadinya jika ini adalah yang terakhir...."
Semuanya perlahan mengangkat senjata mereka. Warrior yang berdiri di depan menerima perisai dan menyembunyikan separuh tubuhnya di balik perisai tersebut. Magic caster mempersiapkan tongkatnya yang berkilauan untuk meluncurkan sebuah serangan kapanpun ke arah asal suara. Cleric juga mempersiapkan icon sucinya dan rogue mengarahkan busurnya.
Klak, klak. Suara itu perlahan semakin keras dan musuh menampakkan diri.
Tua, namun jubah mewah menutupi anggota badan, yang mana setipis gadis muda, dan memegang sebuah tongkat di satu tangan. Ini adalah sumber suara itu.
Dengan hanya sebuah lapisan tipis dari kulit yang membusuk, wajah itu seperti memiliki kebijakan yang sangat keji lalu aura negatif yang mengelilingi badan seperti sebuah kabut.
Itu adalah seorang magic caster undead. Namanya adalah-
"-Elder Lich!"
Magic caster yang mengenali monster tersebut berteriak pertama kali.
Itu memang benar. Monster yang muncul ketika mayat magic caster jahat mendapatkan kehidupan yang tidak suci. Itu adalah monster yang keji semacam itu.
Rekan-rekan Greenham langsung merubah formasi ketika mereka mendengar 'Elder Lich'. Tak ada yang berdiri dalam satu barisan dan mereka menjaga jarak satu sama lain untuk berjaga-jaga dari magic dengan efek area yang luas.
Elder Lich adalah lawan yang kuat. Akan sangat menantang bagi petualang dengan peringkat platinum, dan relatif bisa dikalahkan bagi petualang dengan peringkat mythril. Bagi tim Greenham, jika seseorang mengabaikan kelelahan mereka, itu adalah lawan yang bisa dengan mudah mereka kalahkan. Untungnya, mereka juga memiliki seorang anggota yang terutama sangat ampuh terhadap undead, jadi mereka percaya diri.
Ditambah lagi jika lawan sangat jauh sekali, akan berbahaya, namun jarak di antara mereka menguntungkan.
"Kamu pasti tuan dari makam ini."
Greenham mendapatkan kesimpulan itu. Elder Lich adalah penguasa. Suatu ketika mereka menguasai gerombolan undead dan kadang-kadang melakukan pertukaran dengan makhluk hidup.
Ada banyak Elder Lich yang terkenal buruk seperti kapten dari kapal hantu yang meluncur menyeberangi dataran Katze, atau seorang Elder Lich yang menguasai kastil yang dibiarkan. Jika itu adalah Elder Lich, maka tidak aneh untuk berpikir dia adalah tuan dari makam tersebut.
"Kita mendapatkan alamat yang tepat. Untungnya."
"Meskipun membunuh pemilik dari makam ini bukanlah bagian dari permintaan."
"Mari kita tunjukkan padanya kekuatan dari 'Heavy Masher'."
"Berlututlah di hadapan berkah dari Tuhan!"
Seluruh rekan-rekannya berteriak bersama. Itu adalah untuk membuyarkan ketakutan menghadapi seorang lawan yang kuat seperti Elder Lich.
"Magic bertahan-"
Greenham mencoba untuk meneriakkan perintah kepada rekan-rekannya dengan dipenuhi tekad, namun dikelilingi oleh sebuah perasaan mencekam. Sumber dari perasaan mencekam ini adala lawan kuat yang berdiri di depan mereka, Elder Lich.
"...Apa yang dia lakukan?"
"Apakah dia berencana... untuk serangan kejutan?"
Elder Lich tidak menunjukkan tanda-tanda gerakan terhadap tim Greenham. Dia tidak mengangkat tongkatnya, ataupun merapalkan mantra apapun, namun hanya mengamati mereka.
Rekan-rekan Greenham tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut mereka dengan hal ini. Ekspektasi mereka terhadap pertempuran langsung telah hancur. Namun mereka juga ragu-ragu menyerang dahulu.
Undead memiliki perasaan benci terhadap seluruh makhluk hidup. Namun undead dengan kecerdasan tertentu mampu menekan kebencian mereka untuk bernegosiasi. Jika makhluk hidup menawarkan negosiasi, biasanya akan berakhir dengan pertukaran yang buruk, namun jika undead yang membuat penawaran terlebih dahulu atau mungkin menyadari kemampuan mereka dan sedang mencari sebuah jalan untuk menyelesaikan semuanya dengan damai.
Mempertimbangkan faktor-faktor ini, bodoh sekali menyerang dahulu kareka itu akan menghancurkan segala peluang untuk negosiasi. Sebuah pertarungan sulit tanpa memiliki rute keluar membawa resiko besar.
Rekan-rekan Greenham saling melihat satu sama lain seakan mereka tiba pada kesimpulan yang sama.
Itu adalah tugas pemimpin untuk bicara sebagai perwakilan.
"Permisi, kami yakin kamu adalah pemilik dari makam ini. Kami adalah-"
Elder Lich memalingkan wajah buruk rupanya ke arah Greenham dan mengangkat jari yang tinggal tulang miliknya ke arah bibir.
Artinya : Diamlah.
Itu bukan sebuah tindakan yang cocok dengan seorang Elder Lich, namun tak ada yang cukup beranir, tidak, tak ada yang cukup bodoh berkata sesuatu seperti itu ke arah lawan yang kuat.
Greenham menutup mulutnya dengan patuh. Di dalam lorong yang dipenuhi dengan keheningan, dia meragukan telinganya ketika dia mendengar 'suara itu' lagi.
suara klak-klak yang dia dengar tak lama. Suara seperti sesuatu yang dipukulkan ke arah lantai. Dan ada enam.
Tim Greenham saling melihat satu sama lain. Mereka tidak percaya dengan telingat mereka.
Dan semuanya akhirnya menjadi panik.
"Siapa itu! Siapa yang bilang Elder Lich adalah tuan dari makam ini?"
"Maafkan aku! Itu aku!"
"Apa ini? Bagaimana mungkin ini adalah wajar?"
"Oiiiii, bagaimana kita bisa menang melawan ini!"
"Bahkan berkah Tuhan memiliki batas!"
Di belakang Elder Lich pertama, monster-monster yang mirip menampakkan dirinya. Ada enam orang.
Total ada tujung magic caster undead yang sangat kuat.
Selama mereka adalah monster dengan tipe yang sama, mereka memiliki metode yang mirip dalam serangan. Dengan kata lain, jika seseorang memiliki jalan menetralkan serangan mereka, secara teori memungkinkan untuk mengalahkan mereka semua. Namun, tak ada yang memiliki metode seperti itu, ataupun mungkin memiliki metode seperti itu.
Di dalam situasi putus asa ini, Greenham dan rekan-rekannya kehilangan seluruh semangat bertarung.
"Kalau begitu, ayo mulai."
Diikuti dengan suara Elder Lich yang bahkan tidak menunjukkan sedikitpun keinginan untuk bernegosiasi, tujung tongkat naik perlahan-lahan. Di waktu yang sama, teriakan Greenham bergema.
"Lari!"
Seakan menunggu perintah itu, mereka semua berlari dengan seluruh kekuatan di arah yang berlawanan dari para Elder Lich. tentu saja mereka tidak memiliki waktu berpikir lagi apa yang ada di balik terowongan tersebut. Mereka hanya mencari peluang meningkatkan keselamatan melawan serangan gencar dari para Elder Lich.
Rogue berlari di depan, lalu Greenham, lalu magic caster, lalu cleric dan akhirnya warrior.
Mereka semua berlari tanpa ragu.
Sebuah sudut. Biasanya mereka akan waspada dengan monster yang ada di sekitar sudut, namun mempertimbangkan langkah kaki yang datang dari belakang mereka, tidak ada waktu lagi untuk berhati-hati melihat sekeliling sebelum pergi. Mereka mnyerahkan semuanya kepada keberuntungan dan hanya berlari.
Di sisi lain dari lorong tersebut, ada sebuah pintu yang terbuat dari batu, namun mereka takut bertemu dengan jalan buntu dan tidak ingin repot-repot membukanya.
Suara logam yang keras menggema di seluruh lorong dari orang yang memakai armor full plate, yang bisa menarik monster lain, namun tidak ada waktu lagi merapalkan mantra 'Silence'.
Mereka berlari dan lari dan lari.
Setelah berbelok dari sudut ke sudut dan berlari menuruni terowongan dengan kecepatan penuh, mereka sudah kehilangan arah dan tak bisa lagi mengenali dimana mereka berada. Jika memungkinkan, mereka ingin berlari kembali ke pintu masuk, namun mereka belum bisa bersantai.
"Apakah mereka masih mengejar kita?"
Greenham bertanya sambil masih berlari. Balasan yang datang dari warrior yang ada di belakang.
"Yea! Mereka juga lari!"
"Sialan!"
"Berhentilah mengejar kami! Gunakan saja magic flight!"
"Jika mereka menggunakan magic terbang, maka mereka bisa menyerang sambil mengikuti kita, dasar bodoh!"
"Mari kita kunci diri di sebuah ruangan dan bernegosiasi..."
Magic caster berteriak sambil megap-megap. Dia yang paling lemah fisiknya dari seluruh anggota dan terliaht seakan mau roboh. Greenham memutuskan ini bukan jalan untuk pergi. Mereka tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi.
Monster-monster undead seperti Elder Lich tidak merasakan apapun seperti kelelahan. Kalau begini, mereka pasti akan bisa mengejar dan menghabisi para worker yang sudah kelelahan.
"Bagaimana bisa begitu banyak Elder Lich..."
Itu adalah sesuatu yang sudah menolak hal yang wajar.
"Apakah tuan dari makam ini adalah sesuatu yang bahkan lebih kuat dari Elder Lich!?"
Hanya itu penjelasan yang bisa terpikirkan. Namun apakah undead semacam itu ada? Greenham tidak punya jawaban.
"Sialan! Makam sialan!"
Warrior yang ada di belakang berteriak sambil bernafas keras.
Seakan menunggu saat ini, lantai itu mulai bersinar membentuk sesuatu. Cukup besar untuk mengepung seluruh kelompok Greenham.
"Argh!"
Suara seseorang terdengar dengan suara seperti sebuah teriakan-
-lalu ada sebuah sensai melayang, berbeda dari saat mereka jatuh sebelumya.
-----
Penglihatan Greenham tidak menampilkan apapun kecuali hanya kegelapan. Ada sesuatu yang berderak keras di bawah kakinya dan dia merasakan sensasi tenggelam yang pelan, seakan dia sedang disedot ke dalam rawa. Dia sedikit panik, namun kelihatannya tidak terlalu dalam saat dia berhenti tenggelam setelah dia terendam sekitar pinggang.
Greenham mengeluarkan suara di dalam dunia yang didominasi oleh kegelapan dan keheningan, seperti seorang anak kecil yang tersesat mencari orang tuanya.
"...Apakah ada seseorang disini?"
"Sebelah sini, Greenham."
Suara dari salah satu rekannya, si rogue, terdengar. Dia tidak terdengar terlalu jauh. Mungkin dalam jarak yang sama seperti saat mereka berlari.
"...Apakah ada yang lainnya?"
Tidak ada balasan. Itu adalah jawaban yang diduga. Mempertimbangkan tidak adanya cahaya, magic caster atau warrior ketlihatannya tidak ada disini. Dia seharusnya menganggap beruntung setidaknya ada rogue yang bersamanya.
"...Kelihatannya hanya ada kita."
"Itu artinya... Che, kurasa kamu memang benar."
Dia melihat sekeliling dengan mengambil satu langkah maju. Dalamnya kegelapan berada dimana-mana dan membuat sebuah ketakutan yang tidak bisa dia kenali dimana dia sekarang berada dan dimana kegelapan ini dimulai. Tidak ada tanda-tanda gerakan dimanapun.
"Apakah kita harus menyalakan lampu?"
"Tentu."
Dia bertanya-tanya jika gerakan mereka akan memecah keheningan ini, atau mengaktifkan sebuah jebakan, dan pemikiran negatif lain yang merangkak masuk, mata manusia tidak bisa melihat di dalam kegelapan dan mereka membutuhkan semacam sumber cahaya.
"Tunggu sebentar."
Dengan suara Rogue, semacam suara gerakan datang dari kegelaan dan ada sebuah cahaya.
Pemandangan rogue sedang memegang sebuah batang yang bersinar adalah yang pertama tampak. Dan berbagai objek yang memantulkan cahaya. Mengingatkan dirinya dengan harta karun yang ada di dalam mausoleum.
Namun bukan itu.
Greenham hampir tidak bisa menahan teriakannya dan si rogue terlihat seakan dia akan serangan jantung.
Cahaya tersebut membawa berbagai macam pantulan. Serangga-serangga yang memenuhi seluruh ruangan dan identitasnya adalah pantulan dari banyak kecoak. Ruangan itu dipenuhi dengan kecoak dengan berbagai macam dari yang berukuran sebesar jari kelingking hingga yang memiliki panjang lebih dari satu meter. Terlebih lagi, mereka saling bertumpuk satu sama lain berlapis-lapis.
Sensai remuk dan suara di kakinya adalah kecoak. Menganggap mereka sudah memanjat hingga pinggannya, dia tidak ingin membayangkan berapa banyak mereka.
Ruangan itu sangat besar, cahaya bahkan tidak sampai pada dinding-dindingnya. Memperhitungkan area efektif dari batang yang bercahaya tersebut sekitar lima belas meter luasnya, dia bisa secara kasar menganggap seberapa luas interiornya. Ketika dia melihat ke atas atap, dia bisa melihat gerombolan besar dari kecoak-kecoak yang terpantul oleh cahaya.
"Tempat... apa ini?"
Rogue itu bergumam dengan nada mengerang. Greenham bisa mengerti bagaimana rasanya. Dia merasa jika dia berbicara, mereka semua akan mulai bergerak sekaligus.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Sambil melihat sekeliling ketakutan, Greenham teringat dengan saat-saat terakhir sebelum mereka di teleportasi ke dalam kegelapan. Dia terpikirkan dengan lingkaran magic yang berpendar dan bertanya kepada rogue.
"...Apakah tadi adalah jebakan lantai?"
"Mungkin bukan begitu. Apakah tadi adalah hal yang lain? Sebuah mantra yang berbeda...?"
"Sebuah jebakan magic dengan tipe teleportasi... Mungkin Elder Lich yang mengaktifkannya?"
Magic Teleportasi memang ada. Sebagai contoh, magic tingkat 3 yang digunakan untuk kabur, 'Dimensional Move', adalah salah satunya, namun si perapalnya hanya bisa menggunakan itu pada dirinya. Magic seperti ini, yang bisa digunakan kepada orang lain, dan banyak orang malahan...
"Ada magic tingkat 5 dan 6 yang bisa menteleportasi sekelompok orang sekaligus, ya kan?"
"Yea... kurasa begitu."
"Tidak kukira mereka bisa menggunakan magic semacam ini..."
Makhluk yang bisa menggunakan magic tingkat 5 setidaknya. Tidak pernah terdengar. Namun Greenham menganggapnya wajar. Jika ada orang sekuat itu, maka wajar saja dia bisa menguasai banyak Elder Lich sekaligus dan karena mereka cerdas, mereka akan lebih mudah dikendalikan dan diperintah juga.
Greenham menyadari bahaya sebenarnya yang ada di dalam makam ini dan sebuah sensasi dingin memenuhi tubuhnya. Di waktu yang sama, kebencian terhadap Earl yang telah membuat pekerjaan ini mulai mendidih jauh di dalam tubuhnya. Tentu saja, orang-orang yang mengambil pekerjaan ini adalah Greenham dan para worker lain, dan mereka harus mempertaruhkan nyawat mereka sebagai chip taruhan terhadap semua resikonya. Mereka tidak bisa berkata apapun lagi tentang hal itu.
Namun Earl pasti memiliki beberapa informasi mengenai makam tersebut. Jika tidak, dia tidak akan menawarkan jumlah uang yang sangat signifikan tersebut untuk mengumpulkan para worker.
"Apakah dia sengaja menyimpannya dari kita? Sialan... Mari kita cepat-cepat keluar dari sini. Tempat ini... bukanlah sesuatu yang seharusnya kita kotori."
"Baiklah, Greenham. Kamu memimpin, aku akan mengikutimu."
Rogue itu kelihatannya tidak sadar, atau mungkin lebih baik jika dia tidak menyadarinya.
Kecoak-kecoak itu tidak bergerak sama sekali.
Greenham melihat sekeliling ke arah kecoak-kecoak yang mengelilinginya. Mempertimbangkan antena-antena mereka yang sedikit bergerak, mereka tidak mati, namun mereka tidak bergerak pula. Penuh dengan bahaya yang tidak diketahui.
"Tidak, kalian tidak bisa kabur."
Suara dari orang ketiga terdengar.
"Siapa disana?"
Greenham dan rogue melihat ke sekelilingnya, namun tak ada tanda-tanda gerakan dimanapun.
"Ah, aku minta maaf. Ini adalah Kyouhukou, yang dipercayakan menjaga teritori ini oleh Ainz-sama. Senang berkenalan denganmu."
Di arah asal suara itu, mereka melihat pemandangan aneh. Mendorong gerombolan kecoak, sesuatu sedang mencoba memanjat.
Itu bukan jarak yang bisa dicapai dengan senjata tempur jarak dekat. Rogue diam-diam mempersiapkan busurnya dan Greenham mencoba mengeluarkan ketapel dan batunya, namun memutuskan hal lain. Dia akan segera menyeberangi kecoak-kecoak yang memanjat ke arah pinggangnya dan langsung menebas musuh.
Yang muncul setelah mendorong seluruh kecoak itu adalah kecoak lainnya.
Namun sangat berbeda dengan spesies lainnya. Kecoak ini memiliki tinggi sekitar tiga puluh sentimeter dan berdiri dengan dua kaki.
Memakai jubah merah cerah dengan hiasan benang emas mewah di pinggirannya dan mahkota emas kecil yang imut di kepalanya. Kaki depannya menggenggam sebuah scepter (tongkat kecil yang umum dipegang oleh raja) dengan permata putih murni yang menempel di ujungnya.
Hal yang paling aneh dari itu semua adalah meskipun berdiri dengan dua kaki, kepalanya menghadap Greenham dan Rogue. Jika serangga biasa berdiri, kepalanya pasti akan menghadap langit. Namun makhluk aneh di depan mereka tidak seperti sama sekali.
Greenham dan rogue bertukar tatapan dan memutuskan bahwa Greenham akan bertanggung jawab dengan negosiasinya. Setelah memastikan rogue sudah memasang sebuah anak panah dan mengarahkannya ke arah bawah, dia berbicara ke arah Kyouhukou.
"Siapa... kamu?"
"Hmmm... Kelihatannya kamu tidak dengar aku tadi. Apakah kamu ingin aku memperkenalkan diri sekali lagi?"
"Tidak, bukan itu masalahnya..."
Greenham menyadari ini bukan semacam makhluk yang bisa diajak bicara ataupun ditanya.
"...Aku akan jujur. Apakah kamu ingin melakukan pertukaran?"
"Oh-ho, kamu ingin melakukan pertukaran. Karena aku merasa sangat berterima kasih kepada kalian berdua, tidak adalasan mengapa aku tidak mendengarkan penawaranmu."
Kalimat misterius, "merasa berterima kasih", membuatnya tidak enak terhadap apa yang membuatnya berterima kasih, namun itu bukan sesuatu yang bisa dia tanyak di dalam situasi yang tidak menguntungkan seperti itu.
"..Apa yang kami inginkan.. adalah agar kamu melepaskan kami tanpa luka dari tempat ini."
"Tentu saja, itu adalah sesuatu yang kamu inginkan. Namun meskipun kamu memang meninggalkan ruangan ini, saat ini kamu berada pada lantai 2 dari Great Tomb of Nazarick. Aku harus menasehatimu bahwa akan sulit sekali kembali ke atas tanah."
Lantai kedua-
Mata Greenham terbuka lebar dengan kalimat itu.
"Jadi pintu dibalik mausoleum di permukaan menuju ke lantai 1?"
"Apakah itu tidak biasa?"
"Tidak, aku hanya ingin memastikan."
"Haha, karena kalian sudah diteleportasi dari lantai 1, aku bisa memahami kebingunganmu."
Melihat ke arah Kyouhukou yang sedang mengangguk terhadap layout dari strukturnya, Greenham merasakan sebuah hawa dingin mengalir ke tulang belakangnya, seakan sebuah tetesan air beku menusuk punggungnya. Itu adalah ketakutan yang muncul karena menyadari teori dia sebelumnya memang benar.
Dengan kata lain, sesuatu entah bagaimana menggunakan magic teleportasi sebagai sebuah jebakan. Magic macam apa itu dan kemampuan magic macam apa yang dibutuhkan? Dia bukan seorang magic caster, namun dia menyadari penuh implikasinya.
"...Tentu saja, jika kamu bisa memberitahukan kepada kami jalan keluar dari makam ini pula... Hmmm, tidak kami tidak meminta sebanyak itu. Biarkan kami keluar dari ruangan ini."
"Hmmm hmmm."
"Kami akan... memberimu apapun yang kamu inginkan."
"Begitukah..."
Kyouhukou mengangguk dan terlihat seakan dia sedang berkonsentrasi berpikir.
Beberapa saat berlalu dengan keheningan mutlak. Lalu Kyouhukou mengangguk seakan dia mengerti dan mulai berbicara.
"Yang ini sudah memiliki apapun yang diinginkan di tangannya. Aku ragu kamu bisa memberikan apa yang aku inginkan."
Kyouhukou menghentikan Greenham, yang akan bicara, dengan mengangkat kaki depannya dan melanjutkan.
"Tapi kelihatannya kamu bingung mengapa aku berterima kasih tadi, jadi aku ingin memberimu sebuah penjelasan. Tahukah kamu, bawahanku sudah lelah dengan kanibalisme. Bagimu, yang akan menjadi makanan akan menjadi solusinya, Aku berterima kasih sekali sekali lagi."
"Apa!"
Saat rogue mengerti apa yang telah dikatakan dia menembakkan anak panahnya. Anak panah itu mengalir di udara namun dililit oleh jubah merah Kyouhukou dan jatuh ke tanah.
Ruangan itu mulai gemetar.
Berbagai suara mulai datang dari segala penjur dan semakin keras.
Sebuah gelombang pasang meledak. Itu adalah gelombang lautan hitam.
"Mungkin sayang sekali bagi kalian berdua, namun sekarang adalah waktunya kalian menjadi makan malam."
Gelombang pasang raksasa menelan Greenham dan rogue. Benar-benar seperti mereka disapu oleh arus.
Sambil bergulung-gulung di pusaran hitam, Greenham menepuk kecoak-kecoak yang berhasil merangkak ke celah di armornya. Tidak ada senjata yang bisa bekerja dengan baik melawan gerombolan serangga sekecil itu, ataupun memiliki metode untuk serangan dengan efek area. Lebih cepat menggunakan tangan-tangan daripada yang lainnya. Karena itu, mereka sudah mengabaikan senjata mereka yang sudah lama menghilang.
Dia mencoba sebisa mungkin berusaha dan melambaikan tangan dengan liar, namun karena jumlah kecoak-kecoak yang tidak bisa dihitung lagi yang menempel kepadanya, dia hampir tidak bisa bergerak. Itu adalah sebuah gerakan yang mirip dengan seseorang yang sedang tenggelam. Satu-satunya suara yang bisa didengar oleh Greenham adalah kecoak-kecoak yang tidak bisa dihitung jumlahnya itu sedang merangkak.
Rogue sudah tersapu oleh gelombang tersebut dan suaranya sudah tak terdengar lagi. Tidak, memang wajar Greenham tidak bisa mendengar suaranya. Rogue itu tidak bisa bicara dengan semua kecoak yang merangkak di mulutnya, tenggorokan dan perut.
Greenham merasakan sensasi menusuk yang menyakitkan dari sekujur tubuhnya. Itu adalah rasa sakit dari kecoak-kecoak yang masuk ke dalam armornya dan perlahan menggigit dirinya.
"Henti-"
Greenham mencoba berteriak namun langsung tersedak oleh banyaknya kecoak yang membanjiri mulutnya dan menyumbat tenggorokannya. Dia mencoba memuntahkannya dengan seluruh tenaga, namun kecoak-kecoak tersebut terus merangkak masuk dari lubang kecil di mulutnya. Lalu mereka mengorek-ngorek di dalam mulutnya.
Saat salah satunya merangkak ke dalam telinganya, suara gemerisik sangat jelas dan cukup keras memberinya ketakutan.
kecoak-kecoak yang tak terhitung jumlahnya merangkak dan menggigiti wajahnya. Dia merasa kesakitan di kelopak mata, namun tidak berani membuka matanya. Jelas sekali apa yang terjadi jika dia sekali saja membuka matanya.
Greenham mengerti apa yang akan terjadi pada dirinya. Kalau begini, dia akan dimakan hidup-hidup oleh kecoak-kecoak yang kelaparan ini.
"Aku tidak ingin ini!"
Dia berteriak putus asa dan kecoak-kecoak mengalir masuk ke mulutnya sekali lagi. Mereka merangkak, mencoba bergerak ke dalam tenggorokannya. Lalu sesuatu yang lembek, sebuah sensasi sesuatu yang berjatuhan ke dalam perutnya membuatnya ingin muntah.
Greenham bertahan dengan segala kekuatannya. Dia tidak menginginkan kematian semacam ini.
Dia sudah berusaha untuk status yang dia dapatkan dengan satu tujuan untuk memamerkan kepada saudara-saudaranya.
Dia sudah mengumpulkan cukup banyak uang untuk bisa hidup nyaman tanpa harus bekerja lagi. Berkat ketenarannya, dia bisa menikahi gadis cantik yang tak pernah bisa ditemukan di desa biasa. Dia telah menjadi pemenang di dalam hidup yang sejauh ini melampaui saudara-saudaranya yang sudah tidak memberi sedikitpun kekayaan mereka dan mengusir dirinya.
Dia tidak ingin mati disini.
"Abrrwargagh! Aku akan kembali hidup-hidup!"
Dia berteriak sambil memuntahkan kecoak-kecoak yang remuk di mulutnya.
"...Kamu menahan diri dengan gagah. Kalau begitu aku akan beri kamu lebih banyak lagi."
Bahkan teriakan Greenham terkubur dibalik pusaran hitam dalam sekejap.
----
Matanya terbuka.
Apa yang muncul di dalam penglihatannya adalah sebuah atap yang aneh. Terbuat dari batu dan memiliki objek yang berkilau putih tertancap disana. Dia mencoba melihat sekeliling untuk memahami bagaimana dia bisa sampai disana, namun menyadari kepalanya tidak bergerak sama sekali. Tidak, bukan hanya kepalanya, namun tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya. Seakan ada sesuatu yang mengikat di pergelangan tangan, kaki, pinggang dan dadanya.
Situasi yang tidak dapat dimengerti ini memenuhi dirinya dengan ketakutan dan dia ingin berteriak, namun sesuatu sepertinya menancap di mulut, jadi dia tidak bisa bicara ataupun menutup mulutnya.
Ketika dia berusaha mati-matian mencoba untuk melihat sekeliling dengan matanya yang dipaksa, sebuah suara berbicara.
"Oh ya ampun, kamu sudah bangun sekarang?"
Itu adalah suara yang parau. Sulit diketahui apakah suara itu milik seorang pria atau seorang wanita.
Yang muncul di dalam pandangannya yang tidak bergerak adalah sebuah monster yang menjijikkan.
Monster itu memiliki tubuh manusia, namun kepala gurita yang cacat. Enam tentakel yang panjang menggeliat menempel di kepalanya memanjang hingga ke paha.
Warna kulitnya putih susu, seperti daging lunak dari seseorang yang telah tenggelam. Pada tubuh yang membengkak seperti mayat itu ada pakaian yang terbuat dari kulit hitam yang hampir tidak bisa menutupi apapun. Pakaian yang membungkus ketat di sekeliling tubuhnya, seperti tukang potong daging yang melilitkan daging, dan hanya bisa disebut aneh sekali. Jika seorang wanita cantik memakainya, akan terlihat menarik, namun untuk monster seperti ini membuat ingin muntah.
Pada masing-masing tangannya ada empat jari-jari yang memiliki selaput. Berkuku panjang, dengan seni kuku yang aneh disana.
Makhluk heteromorfik yang aneh ini memutar mata biru susu yang tidak memilik pupuil itu kepadanya.
"Fufufu, apakah kamu tidur dengan nyenyak?"
"Hff, hff, hff hff."
Takut dan panik. Tercengkeram oleh dua emosi itu, dia hanya bisa mengeluarkan suara nafas yang kasar. Monster itu menyentuh pipihnya dengan lembut seperti seorang ibu yang mencoba untuk menenangkan anaknya yang ketakutan. Namun perasaan dingin dan lembek dari tangan tersalurkan ke seluruh tubuhnya.
Wajar jika bau darah tajam atau daging yang membusuk melayang disana, namun makhluk itu berbau seperti bunga yang beraroma. Ini hanya meningkatkan ketakutannya.
"Wah, tidak kukira mengkerut sebanyak ini. Tidak perlu takut."
Tatapan monster itu ke arah bagian bawah tubuhnya. Dari sensasi udara di kulitnya, dia menyadari sedang telanjang.
"Hmm, bolehkah aku tanya namamu?"
Monster itu meletakkan jari-jarinya yang ramping di pipinya dan memiringkan kepalanya sambil bertanya. Pose itu akan terlihat bagus jika dilakukan oleh wanita cantik, tapi seorang monster yang terliat seperti mayat yang tenggelam dengan kepala gurita hanya membuat rasa jijik dan takut.
"...."
Monster itu tersenyum kepada dirinya, yang hanya bisa menggerakkan mata. Tentakel-tentakel itu menutupi mulutnya dan ekspresinya hampir tidak berubah. Meskipun begitu, dia tahu monster itu sedang tersenyum karena matanya yang seperti kelereng semakin mengecil.
"Ufufu, kamu tidak ingin bicara ya kan? Manis sekali. Jangan malu."
Ujung jari monster itu meluncur menyeberangi dadanya seakan seperti menulis sesuatu, namun yang hanya bisa dia rasakan adalah ketakutan yang terasa seakan jantungnya dirobek keluar.
"Onee-san akan mengatakan kepadamu namanya D.A.H.U.L.U."
Itu adalah nada yang manis dan menggoda yang terdengar seperti simbol hati akan keluar beterbangan darinya.
"Aku adalah Spesialist pengumpul informasi dari Great Tomb of Nazarick, Neuronist. Hehe, mereka juga menyebutku 'Penginterogasi'."
Tentakel panjang menggeliat terpisah dan menunjukkan mulut bundar di dasar tentakel tersebut. Di tengah-tengah gigi-gigi setajam silet, sebuah tabung yang mirip dengan lidah keluar. Benar-benar terlihat seperti sedotan merah.
"Aku akan menyedotmu hingga kering dengan ini sedikit."
Apa yang dimaksud oleh makhluk itu dengan 'menyedot hingga kering'? Dia mencoba menggerakkan tubuh kakunya yang panik, namun tubuh itu dijepit erat.
"Wah, wah. kamu sudah tertangkap oleh kami."
Itu benar. Ingatan terakhirnya adalah Greenham dan rogue menghilang tepat di depannya. Lalu dia pingsan dan bangun dengan keadaan berbahaya saat ini.
"Kamu seharusnya tahu dimana kamu berada, ya kan?"
Neuronist tertawa sebelum melanjutkan.
"Ini adalah Great Tomb of Nazarick. Tempat dimana yang terakhir dari 41 Supreme Being, Momon - maksudku Ainz-sama, tinggal. Ini adalah tempat tersuci."
"Heinhu sawa?"
"Ya, Ainz-sama."
Neuronist memahaminya dengan sempurna meskipun dia tidak bisa bicara dengan benar dan meluncurkan jarinya ke sekujur kulitnya.
"Salah satu dari 41 Supreme Being. Dia memimpin Supreme Being yang lain di masa lalu, dan dia sangat, sangat keren. Jika kamu melihatnya sekali, kamu akan ingin bersumpah setia dengan seluruh hati juga. Jika Ainz-sama sekali saja memanggilku ke tempat tidurnya, aku tidak keberatan menawarkan malam pertamaku kepadanya."
Dia gelisah, tidak, terguncang seakan malu-malu.
"Hey, apakah kamu ingin mendengar sesuatu?"
Seperti gadis malu-malu yang sedang bermain dengan jari-jarinya, dia menulis kalimat di tubuhnya yang telanjang.
"Ada satu waktu Ainz-sama menatap tubuhku. Itu adalah tatapan dari seorang pria yang memilih target buruannya. Lalu dia memalingkan wajahnya seakan malu. Itu membuat dadaku semakin ketat dan mengirimkan hawa dingin ke punggungku."
Monster itu tiba-tiba berhenti dan mendekatkan wajahnya seakan sedang mencoba melihat jauh ke dalam matanya. Dia mencoba dengan seluruh tenaganya untuk bisa lepas dari wajah yang aneh itu, namun dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali.
"Meskipun sibocah Shalltear dan si labu jelek Albedo sedang membidik perhatian Ainz-sama, aku masih lebih menarik, Bukankah begitu?"
"Wevs E wnph mahs hoo" (Ya, aku juga meras begitu.)
Apa yang terjadi jika dia tidak setuju? Ketakutan itu memaksanya mengerang gumaman setuju.
Neuronist menepukkan tangannya dan melihat ke atas dengan gembira ke udara. Monster itu terlihat seperti sedang berdoa ke langit.
"Fufufu, kamu adalah bocah yang baik. Atau apakah kamu bicara dengan fakta yang ada? Tapi mengapa Ainz-sama tidak memanggilku.. Ah~ Ainz-sama... bahkan anda menahan diri terlihat sangat menakjubkan..."
Cara tubuhnya berubah karena gembira mirip dengan gerakan dari belatung raksasa yang menggeliat.
"..Ha, itu membuat tubuhku merasa seperti tersengat listrik. Ara, aku minta maaf. Aku sudah bicara tentang diri sendiri."
Jangan menghiraukanku. Neuronist mengabaikan pemikirannya dan melanjutkan.
"Sekarang, apakah aku harus mengatakan kepadamu nasibmu nantinya? Apakah kamu tahu apa paduan suara itu?"
Dia berkedip dengan pertanyaan yang tidak terduga. Melihat ke arah ekspresi yang terkejut, Neuronist berasumsi dia tidak tahu apa itu paduan suara dan menjelaskan.
"Sebuah paduan suara adalah sebuah kelompok orang yang menyanyikan hymne memuji cinta dewa dan kebesarannya. Aku ingin kamu menjadi salah satu dari mereka, bersama dengan semua teman-teman kecilmu."
Jika hanya itu, maka itu bukan masalah. Dia memang sangat tidak percaya diri dengan nyanyiannya, namun dia bukan orang yang buta nada pula. Namun monster ini benar-benar membicarakan tentang sesuatu seperti menyanyi? Dia tidak bisa menyembunyikan perasaan tidak enaknya yang muncul seperti gelombang dan menatap Neuronist.
"Benar sekali, sebuah paduan suara. Bahkan orang-orang bodoh sepertimu yang belum bersumpah setia kepada Ainz-sama bisa mendedikasikan suara mereka untuk menyanyikan pujian baginya. Tujuanya adalah sebuah paduan suara. Ah, betapa mengejutkannya! Itu adalah musik suci dari Neuronist yang didedikasikan kepada Ainz-sama."
Sebuah warna berawan menyebar di dalam matanya yang menjijikkan. Apakah itu karena monster tersebut gembira dengan pemikirannya? Jari-jarinya bergoyang seperti cacing-cacing.
"Fufufu, sekarang aku akan memperkenalkan kepadamu siapa yang akan membantumu dalam paduan suara darimu."
Seakan mereka sedang menunggu di pojokan, beberapa figur muncul di penglihatannya.
Dia berhenti bernafas saat dia melihat mereka. Jelas sekali mereka adalah makhluk keji.
Celemek kulit hitam menggantung erat di tubuh mereka, Kulit mereka pucat mengerikan, hampir transparan, dan pembuluh darah ungu terlihat seakan darah mereka berwarna ungu.
Mereka memakai topeng kulit hitam yang ketat tanpa lubang yang terlihat, yang membuatnya penasaran bagaimana mereka bisa melihat atau bernafas. Lengan-lengan mereka juga panjang. Mereka memiliki tinggi sekitar dua meter, namun lengan-lengan mereka cukup panjang hingga sampai lutut.
Masing-masing figur itu memakai sabuk di pinggang mereka, dengan berbagai peralatan yang menggantung di ikat pinggang tersebut.
Ada empat jumlahnya.
"Mereka adalah 'Torturers' (Para penyiksa). Mereka akan membantuku membuatmu menyanyikan lagu yang indah."
Firasat bahaya. Dia akhirnya menyadari apa artinya menyanyi dan berusaha kabur. Namun, dia masih tidak bisa bergerak.
"Percuma~. Tidak akan bisa hancur dengan kekuatan dari orang sepertimu. Mereka akan memberikan magic healing lagi dan lagi, jadi kamu bisa mendapatkan banyak kesempatan melakukan praktek."
Neuronist mengatakan hal ini seakan dia mengulurkan tangan pengampunan kepadanya, namun dia melakukannya dengan nada yang keji.
"Thnd du mus!" (Jangan lakukan ini!)
"Mmm? Mengapa kamu berkata demikian? Apakah kamu ingin aku berhenti?"
Neuronist bertanya dengan lirih kepada pria yang air matanya mengalir ke bawah dari matanya. Lalu enam tentakel menggeliat.
"Dengar baik-baik. Karena dia tetap tinggal, kami, yang merupakan ciptaan dari 41 Supreme Being, diperbolehkan tetap ada. Keberadaan kami adalah untuk melayaninya. Apa kamu kira kami akan menunukkan sedikitpun ampunan kepada pencuri-pencuri kotor yang sudah melempar lumpur ke dalam tempat suci dimana Yang Mulia tinggal? Apa kamu berpikir begitu?"
"Auf lirru gwpph!" (Aku benar-benar minta maaf!)
"Hehehe, benar sekali. Menyesal adalah hal yang berharga."
Neuronist mengambil tongkat tipis dari suatu tempat. Di ujung tongkat itu ada duri yang memiliki panjang sekitar lima milimeter.
"Mari kita mulai dengan ini."
Neuronist dengan baik hati menjelaskan setiap detil kecil kepada pria yang tidak mengerti apapun dengan alat ini.
"Penciptaku terbiasa menderita karena masalah kecil yang disebut 'batu ginjal'. Untuk menghormatinya, kita akan mulai dengan ini. Karena menjadi kecil sekali, Kukira kita tidak ada masalah memasukkannya."
"Thnd du mus!" (Jangan melakukan ini!)
Neuronist membuat wajahnya semakin dekat ke arah pria yang berteriak karena menyadari apa yang terjadi dengan dirinya.
"Kita akan menghabiskan masa yang panjang dan panjang sekali bersama. Kamu seharusnya tidak usah menangis, karena ini hanya awalnya."
Teriakan Greenham bergema ke seluruh penjuru ruang bawah tanah dipenuhi dengan bau jamur dan kematian.
Ruangan dengan lebar sekitar dua puluh meter dan tinggi lima meter. Di tengah-tengah ruangan itu penuh dengan cahaya yang terbuat dari seorang magic caster dan obor-obor yang dijatuhkan ke tanah, ada siluet manusia.
Bersama dengan Greenham, 'Heavy Masher' disudutkan. Interiornya dipenuhi dengan undead kelas bawah seperti zombie dan skeleton.
Jumlah mereka menakjubkan.
Greenham dan seorang warrior yang memegang perisai mundur dari gelombang kematian yang meluber ke belakang formasi.
Seorang zombie mengayunkan lengannya ke arah armor full plate Greenham. Meskipun jika ada undead yang lebih kuat dari rata-rata manusia biasa, masih tidak bisa membuat lekukan armor baja. Tangan yang membusuk itu meledak dan bercak-bercak daging yang baunya busuk menempel ke armor.
Skeleton-skeleton itu juga sama. Dengan hanya senjata berkarat, mereka tidak bisa menembus armor full plate yang ditambahi dengan magic. Mungkin ada yang beruntung dan bisa menusuk platnya, namun itulah kenapa ditambahi dengan magic.
Greenham mengayunkan kapaknya secara horizontal dan menumbangkan satu orang, namun lebih banyak lagi undead yang datang memenuhi celah tersebut. Gerombolan itu semakin mendekat seakan menginjak-injak mereka dengan jumlahnya.
"Sialan! Mereka terlalu banyak!"
Warrior yang sedang memegang sebuah perisai di samping Greenham berteriak dengan suara tidak wajar. Berkat perisainya yang besar sehingga menutupi seluruh tubuhnya, dia tidak terluka, namun perisai tersebut dituupi dengan segala macam jenis cairan kotor. Dia menghancurkan tengkorak dari skeleton-skeleton tersebut dengan senjata mace miliknya, namun perlahan didorong mundur.
"Darimana mereka semua datangnya?"
Rasa penasaran dari Warrior-warrior memang wajar.
Tim Greenham telah mencari ke beberapa ruangan setelah terpisah dari tim lainnya di persimpangan. Sayangnya, tidak banyak harta karun seperti di mausoleum, namun setelah menemukan potongan benda berharga yang cukup besar tergeletak begitu saja, mereka perlahan mencari lagi lebih jauh. Ketika mereka memasuki ruangan ini untuk melihat-lihat, pintu tersebut tiba-tiba terbuka dan undead mulai mengalir ke dalam.
Satu zombie atau skeleton sendiri bukanlah lawan yang sulit, namun jumlah mereka adalah masalahnya. Meskipun mereka roboh atau terinjak, mereka tidak mati, namun undead akan bisa menggapai sayap belakang. Tentu saja, sayap belakang tidak semudah itu dihancurkan pula, namun melawan jumlah sebanyak ini, sulit dikatakan.
Dengan sedikit kesialan, barisan depan akan segera roboh. Greenham terpikir hal ini, dan memutuskan untuk menggunakan kekuatan yang dia simpan.
"Kita akan menyelesaikan ini dalam sekejap. Aku serahkan padamu."
Penjaga barisan belakang, yang hanya melemparkan bebatuan saja sejauh ini, mulai bergerak.
Bagi 'Heavy Masher' milik Greenham, undead seperti ini bukanlah sebuah ancaman. Namun karena mereka bukanlah ancaman yang sebenarnya, dia mencoba untuk menyimpan tenaga dengan membuat barisan belakang sebagai cadangan. Jika barisan belakang juga menyerang, undead bukan lagi masalah.
"Tuhanku, dewa bumi! Mohon usirlah yang keji ini!"
Cleric yang sedang memegang simbol suci berteriak sambil mengeluarkan kekuatan suci. Udara yang dipenuhi dengan aura negatif langsung bersih dan dipenuhi dengan kesegaran seakan angin segar baru saja lewat. Sebuah gelombang kekuatan suci, lebih kuat dari biasanya, mengalir keluar dari cleric itu.
Segera setelah ability tersebut diaktifkan, undead yang ada di sekitar cleric berubah menjadi abu.
Mengusir undead biasanya hanya membuat mereka kabur, namun jika ada perbedaan kekuatan yang absolut, akan membuat undead tersebut musnah malahan. Namun, sangat sulit sekali memusnahkan jumlah undead yang besar karena membutuhkan kekuatan dengan jumlah yang setara pula.
Sebagai hasilnya, lebih dari dua puluh undead ditumpas.
"Terbanglah! [Fireball]!"
Sebuah bola api terbang dari arah magic caster dan meledak di tengah-tengah gerombolan undead. Sebuah tiang api muncul sesaat dan membakar kehidupan palsu dari undead yang ada di dalam radius efeknya.
"Masih belum selesai! [Fireball]"
"Tuhanku, dewa bumi. Mohon usirlah yang keji ini!"
Serangan dengan efek area menyerang lagi dan jumlah undead yang roboh bertambah drastis.
"Ayo pergi."
"Baiklah!"
Warrior tersebut mengabaikan perisainya, menggenggam dua mace lalu melompat ke dalam gerombolan undead bersama dengan Greenham. Seharusnya mudah saja menyerahkan semuanya kepada magic caster, namun alasan Greenham menerobos agar mereka bisa menyimpan mana sebanyak mungkin. Terutama bagi cleric, yang hanya bisa menangkis undead dengan jumlah tertentu dan hanya beberapa kali dalam sehari. Karena itu adalah sebuah pekerjaan yang sangat ampuh terhadap undead, dia akan menjadi kartu as mereka ketika mereka berada di dalam makam.
Greenham mengayunkan kapaknya ke arah gerombolan zombie. Daripada darah, cairan kental keluar dari luka tebasan itu, -cairan itu akan muncrat jika mereka memiliki jantung- mengalir perlahan keluar. Dari luka tebasan keluar bau yang menjijikkan, namun itu bukanlah hal yang tidak bisa mereka tangani.
Lebih tepatnya, hidung mereka sudah mati rasa.
Bersama dengan para warrior, mereka menyerang, menyerang dan menyerang. Mereka tidak memikirkan pertahanan bahkan sesaatpun. Itu adalah semacam serangan yang mereka bisa lakukan berkata armor mereka yang keras didukung dengan magic, ditambahl lagi undead memang lemah.
Suatu saat, satu undead berhasil menyerang kepala Greenham, namun armor miliknya menyerap seluruh getaran dan tidak ada ketegangan di lehernya. Meskipun dia diserang di daerah dada atau perut, dia hampir tidak merasakannya.
Lawan mereka adalah undead kelas bawah. Mereka hanya menjadi ancaman karena jumlah, namun karena mereka sudah membersihkan begitu banyak undead, mereka menemukan sedikit ruang bernafas sekali lagi. Warrior tersebut berteriak sambil mengayunkan senjatanya.
"Hingga sekarang, kita hanya melawan yang paling lemah, namun mempertimbangkan jumlah mereka, pasti ada banyak di makam ini!"
"Yea, dan juga tidak aneh jika undead yang lebih kuat muncul dan masih merangkak di suatu tempat! Namun aku tidak tahu kenapa mereka belum keluar!"
Orang yang membalas adalah cleric yang mengambil perisai warrior sambil mengaawasi situasinya.
"...Mungkin semua undead ini adalah hasil summon. Mungkin melalui magic summon atau sebuah item."
Karena mayat-mayat undead ini terpecah-pecah setelah beberapa waktu, mereka tidak cukup untuk memenuhi seluruh ruangan dengan mayat-mayat. Mayat-mayat undead ini juga menghilang dengan cara yang mirip dengan monster-monster hasil summon. Itulah kenapa magic caster menyela.
"Semacam mekanisme yang melakukan summon dalam jumlah besar undead rendahan?... Aku tidak ingin berpikir tentang hal itu. Jangan membuatku membayangkan makam ini dipenuhi dengan zombie-zombie dimanapun."
Greenham membalas dan melihat ke sekeliling ruangan sambil membuyarkan kepala skeleton seakan sedang seperti sedang memangkas pohon. Jumlah undead yang tersisa bisa dihitung dengan dua tangan, dan pintu yang terbuka lebar tidak menunjukkan adanya tanda bala bantuan dari undead. Pertarungan tersebut akan segera selesai.
Saat itu, dia merasakan sebuah sensasi hawa dingin yang mengalir dari bawah kakinya.
Dia merasakan sebuah bahaya yang mengatakan kepadanya untuk kabur, namun akan jadi terlambat dalam situasi ini. meskipun begitu-
"Bahaya! Semuanya keluar dari ruangan-"
Rogue berteriak seakan dia merasakan hal yang sama.
Namun sudah terlambat. Lantai yang keras itu tiba-tiba menghilang. Sebuah sensai mengambang menyelimuti tubuh mereka dan beberapa detak jantung kemudian tubuh mereka yang kebingungan mendarat di tanah.
Greenham mendengar suara rintihan dari rekan-rekannya, namun berdiri dengan kapaknya yang tidak dilepaskan ketika terjatuh lalu menyerang skeleton-skeleton yang bergulung-gulung di tanah.
"Habisi mereka!"
karena undead menerima damage saat jatuh - skeleton-skeleton tersebut memang lemah terhadap damage benturan, oleh karena itu mereka menerima damage yang cukup signifikan ketika jatuh - mudah sekali menyapu bersih mereka.
Greenham melihat ke sekeliling ruangan setelah membersihkan seluruh undead.
Mereak telah terjatuh ke dalam jebakan magi yang membuat lantainya hilang. Melihat ke atas, atapnya jauh di atas mereka. Setidaknya dua belas meter di atas. Tiga meter di atas lantai ada sebuah pintu, dan tiga meter diatasnya, total enam meter, ada pintu ketika mereka pertama kali masuk. Mereka jatuh sekitar dua lantai totalnya.
Jika dijelaskan bentuknya secara keseluruhan, seperti pilar yang panjang. Di bagian bawah berbentuk seperti piramid yang terbalik, dan lerengnya cukup curam membuat seseorang terjatuh hingga terjepit ke tengah oleh seluruh zombie yang ikut jatuh.
Menakjubkan tidak ada yang terluka setelah jatuh dari ketinggian seperti itu.
Hal yang aneh tentang layoutnya adalah sekitar tiga meter di atas dari bawah dimana ada pintu tertutup. Ada empat terowongan pada masing-masing sisinya, total ada enam belas.
"Ruangan ini seperti memang hampir didesain untuk menenggelamkan orang. Seakan ada air yang akan mulai mengalir dalam jumlah yang besar dari pintu itu. Tidak, yang lebih buruk, bisa saja adalah monster seperti slime."
"Aku setuju. Kita harus mencari sekitar pintu itu melihat apakah cukup aman keluar."
Namun, sulit memanjat dua lantai ke atas dengan permukaan yang licin tanpa ada sesuatu untuk dijadikan pegangan. Rogue mungkin bisa memanjatnya tanpa halangan, namun bagi seseorang yang memakai armor seperti Greenham, itu tidak mungkin. Sebagai perbandingan, pintu yang ada di bawah tidak diketahui, dan mungkin saja berbahaya, namun akan lebih mudah digapai.
Saat mereka berdiskusi bagaimana cara memanjat, ada sesuatu yang muncul kepalanya dari salah satu enam belas terowongan. Itu adalah mayat yang membengkak, 'Plague Bomber'.
Alasan mengapa dia membengkak karena monster itu dipenuhi dengan energi negatif. Itu adalah undead yang akan meledak sampai mati ketika memberikan damage kepada makhluk hidup dan menyembuhkan undead.
Undead tersebut dibangun seperti sebuah irisan daing yang terlempar sendiri dari terowongan. Membentur lantai dengan suara yang menjijikkan, namun masalahnya adalah yang datang selanjutnya. Tubuhnya yang bundar tidak bisa mendapatkan daya tarik terhadap lantai yang miring dan menabrak tim Greenham seperti sebuah batu besar.
"Awas! Minggir!"
"Jangan berkata seperti itu kepada orang yang bertanggung jawab terhadap seluruh pemikiran."
Semuanya, termasuk magic caster yang hampir menangis, hampir tidak bisa menghindari undead tersebut saat terus bergulung ke arah pusat lantai. Ketika plague bomber selanjutnya mengintip, mereka menyadari yang tadi hanyalah yang pertama dari sebuah gerombolan lalu secara naluri tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Lari! Ruangan ini akan dipenuhi oleh mereka."
Jika siapapun terdorong oleh undead, mereka akan jatuh ke tengah dan tergencet di bawah tubuh-tubuh itu. Meskipun mereka nantinya tidak mati karena tergencet, mereka tidak akan bisa bergerak dan terus-terusan menerima damage negatif yang diberikan oleh plague bomber saat meledak karena serangan rekan-rekan mereka.
"Jebakan ini benar-benar kejam. Seseorang dorong aku naik!"
"Tidak ada artinya, kalau begitu orang itu takkan bisa menghindari serangan apapun."
Meskipun jika mereka menghindari serangan pertama, mereka akan kehilangan keseimbangan dan takkan mampu menghindari dari yang selanjutnya. Meminta seseorang untuk pendorong dalam situasi seperti itu adalah kejam.
"Kalau begitu aku akan menggunakan magic terbang!"
"Tidak usah repot-repot dengan 'Flight'! Kamu takkan bisa menarik kami semua sendirian."
"Bukan begitu! Sialan, mereka berjatuhan! Aku berbicara tentang 'Web Ladder' (Tangga Jaring)."
"Itu kedengarannya bagus! Kalau begitu tolong ke arah pintu yang terdekat. Greenham, tolong lindungi dia!"
"-Jangan, tidak usah! Kita akan pergi ke arah pintu asal! Pintu itu berbahaya!"
Tidak ada waktu untuk bertanya alasan rasional dibalik mengapa dia berpikir pintu itu berbahaya, namun kepercayaan mereka kepada Greenham adalah absolut.
"[Web Ladder!]"
Magic tersebut aktif dan jaring laba-laba menyebar ke dinding.
Jaring laba-laba magic memilingi sifat lengket yang aneh. Jika seseorang tidak ingin bergerak, dia akan menempel di situ, namun jika seseorang ingin bergerak, jaring tersebut akan langsung melepaskannya. Itu adalah sebuah magi yang sangat cocok sebagai pengganti tangga.
Tim Greenham memanjat dengan gerakan sempurna, meskipun dibayangi rasa takut mereka.
Yang hampir tiba di pintu terbuka itu pertama kali pertama adalah mensurvei area. Jika mereka terdorong kembali, maka bisa gawat nantinya.
Dia menghela nafas lega. Skenario terburuk telah dihindari dan tidak ada tanda-tanda undead. Setelah dia menyelesaikan pemeriksaan akan undead, dia melompat ke arah terowongan dan menarik orang-orang yang ada di bawah.
"Kita hidup! Tidak kukira kita hampir mati tergencet oleh undead, itu pasti salah satu kematian yang paling buruk disana."
"Desain tempat ini benar-benar jahat. Kakiku sakit akibat jatuh, berikan sedikit magic healing kepadaku."
"Kurasa energi negatif sedikit menggores ujung kaki ketika makhluk itu meledak. Benar-benar menakutkan."
"Kita beruntung. Namun tolong jangan minta magic caster untuk menghindari serangan lagi."
Semuanya komplen sambil beristirahat mengambil nafas.
"Oi, Greenham, mengapa kamu ingin menghindari pintu itu? Kukira pintu itu adalah yang asli. Mereka biasanya selalu memiliki rute kabur dekat dengan tempat berbahaya."
"Hanya sebuah firasat... Maukah kamu melemparkan senjata tidak berguna ke arah pintu itu?"
Greenham membalas dengan nada biasa lalu rogue tersebut melemparkan sebuah pisau ke arah pintu. Pisau tersebut melayang lurus dan muncul seakan dia mengenai pintu itu, namun sebagai pintu tersebut memuntahkan sebuah tentakel dan mementalkan pisau yang dilempar tadi.
"Itu adalah... sebuah 'Tiruan Pintu'! Tidak, mempertimbangkan warna dari tentakelnya, mungkin saja itu adalah Undead Tiruan Pintu. Sebuah monster yang mengikat lawannya dengan tentakel-tentakel yang lengket sambil menyerang mereka."
"Che, itu adalah jebakan dobel? Kejam sekali. Namun kamu berhasil mengetahuinya."
"Itu hanya firasat. Tidak, lebih tepatnya, aku hanya memilih yang aku tahu daripada yang tidak tahu. Ditambah lagi, pitu itu ada di posisi dimana dia akan terus menerima ledakan energi negatif. Obyek yang bukan makhluk hidup seperti pintu akan menerima damage lebih sedikit dari ledakan, namun aku penasaran mengapa mereka membuat sebuah pintu di bawah sana. Sekarang, ayo bergerak..."
Greenham menutup mulutnya di tengah-tengah kalimat. Rogue yang tadi banyak bicara sekarang mengangkat jarinya ke arah bibir dan fokus mendengarkan.
Ketika Greenham mendengarkan, dia bisa mendengar sebuah suara klak-klak tidak biasa, seperti sesuatu yang sedang dipukulkan ke lantai.
Semua orang berputar ke arah terowongan dimana sumber suara berasal.
"Mungkin musuh.. ya kan? Aku berharap mereka setidaknya membiarkan kita beristirahat sejenak."
"Yea, dan hanya ada satu. Tak ada tanda-tanda mencoba menyembunyikan diri pula. Akan bagus jadinya jika ini adalah yang terakhir...."
Semuanya perlahan mengangkat senjata mereka. Warrior yang berdiri di depan menerima perisai dan menyembunyikan separuh tubuhnya di balik perisai tersebut. Magic caster mempersiapkan tongkatnya yang berkilauan untuk meluncurkan sebuah serangan kapanpun ke arah asal suara. Cleric juga mempersiapkan icon sucinya dan rogue mengarahkan busurnya.
Klak, klak. Suara itu perlahan semakin keras dan musuh menampakkan diri.
Tua, namun jubah mewah menutupi anggota badan, yang mana setipis gadis muda, dan memegang sebuah tongkat di satu tangan. Ini adalah sumber suara itu.
Dengan hanya sebuah lapisan tipis dari kulit yang membusuk, wajah itu seperti memiliki kebijakan yang sangat keji lalu aura negatif yang mengelilingi badan seperti sebuah kabut.
Itu adalah seorang magic caster undead. Namanya adalah-
"-Elder Lich!"
Magic caster yang mengenali monster tersebut berteriak pertama kali.
Itu memang benar. Monster yang muncul ketika mayat magic caster jahat mendapatkan kehidupan yang tidak suci. Itu adalah monster yang keji semacam itu.
Rekan-rekan Greenham langsung merubah formasi ketika mereka mendengar 'Elder Lich'. Tak ada yang berdiri dalam satu barisan dan mereka menjaga jarak satu sama lain untuk berjaga-jaga dari magic dengan efek area yang luas.
Elder Lich adalah lawan yang kuat. Akan sangat menantang bagi petualang dengan peringkat platinum, dan relatif bisa dikalahkan bagi petualang dengan peringkat mythril. Bagi tim Greenham, jika seseorang mengabaikan kelelahan mereka, itu adalah lawan yang bisa dengan mudah mereka kalahkan. Untungnya, mereka juga memiliki seorang anggota yang terutama sangat ampuh terhadap undead, jadi mereka percaya diri.
Ditambah lagi jika lawan sangat jauh sekali, akan berbahaya, namun jarak di antara mereka menguntungkan.
"Kamu pasti tuan dari makam ini."
Greenham mendapatkan kesimpulan itu. Elder Lich adalah penguasa. Suatu ketika mereka menguasai gerombolan undead dan kadang-kadang melakukan pertukaran dengan makhluk hidup.
Ada banyak Elder Lich yang terkenal buruk seperti kapten dari kapal hantu yang meluncur menyeberangi dataran Katze, atau seorang Elder Lich yang menguasai kastil yang dibiarkan. Jika itu adalah Elder Lich, maka tidak aneh untuk berpikir dia adalah tuan dari makam tersebut.
"Kita mendapatkan alamat yang tepat. Untungnya."
"Meskipun membunuh pemilik dari makam ini bukanlah bagian dari permintaan."
"Mari kita tunjukkan padanya kekuatan dari 'Heavy Masher'."
"Berlututlah di hadapan berkah dari Tuhan!"
Seluruh rekan-rekannya berteriak bersama. Itu adalah untuk membuyarkan ketakutan menghadapi seorang lawan yang kuat seperti Elder Lich.
"Magic bertahan-"
Greenham mencoba untuk meneriakkan perintah kepada rekan-rekannya dengan dipenuhi tekad, namun dikelilingi oleh sebuah perasaan mencekam. Sumber dari perasaan mencekam ini adala lawan kuat yang berdiri di depan mereka, Elder Lich.
"...Apa yang dia lakukan?"
"Apakah dia berencana... untuk serangan kejutan?"
Elder Lich tidak menunjukkan tanda-tanda gerakan terhadap tim Greenham. Dia tidak mengangkat tongkatnya, ataupun merapalkan mantra apapun, namun hanya mengamati mereka.
Rekan-rekan Greenham tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut mereka dengan hal ini. Ekspektasi mereka terhadap pertempuran langsung telah hancur. Namun mereka juga ragu-ragu menyerang dahulu.
Undead memiliki perasaan benci terhadap seluruh makhluk hidup. Namun undead dengan kecerdasan tertentu mampu menekan kebencian mereka untuk bernegosiasi. Jika makhluk hidup menawarkan negosiasi, biasanya akan berakhir dengan pertukaran yang buruk, namun jika undead yang membuat penawaran terlebih dahulu atau mungkin menyadari kemampuan mereka dan sedang mencari sebuah jalan untuk menyelesaikan semuanya dengan damai.
Mempertimbangkan faktor-faktor ini, bodoh sekali menyerang dahulu kareka itu akan menghancurkan segala peluang untuk negosiasi. Sebuah pertarungan sulit tanpa memiliki rute keluar membawa resiko besar.
Rekan-rekan Greenham saling melihat satu sama lain seakan mereka tiba pada kesimpulan yang sama.
Itu adalah tugas pemimpin untuk bicara sebagai perwakilan.
"Permisi, kami yakin kamu adalah pemilik dari makam ini. Kami adalah-"
Elder Lich memalingkan wajah buruk rupanya ke arah Greenham dan mengangkat jari yang tinggal tulang miliknya ke arah bibir.
Artinya : Diamlah.
Itu bukan sebuah tindakan yang cocok dengan seorang Elder Lich, namun tak ada yang cukup beranir, tidak, tak ada yang cukup bodoh berkata sesuatu seperti itu ke arah lawan yang kuat.
Greenham menutup mulutnya dengan patuh. Di dalam lorong yang dipenuhi dengan keheningan, dia meragukan telinganya ketika dia mendengar 'suara itu' lagi.
suara klak-klak yang dia dengar tak lama. Suara seperti sesuatu yang dipukulkan ke arah lantai. Dan ada enam.
Tim Greenham saling melihat satu sama lain. Mereka tidak percaya dengan telingat mereka.
Dan semuanya akhirnya menjadi panik.
"Siapa itu! Siapa yang bilang Elder Lich adalah tuan dari makam ini?"
"Maafkan aku! Itu aku!"
"Apa ini? Bagaimana mungkin ini adalah wajar?"
"Oiiiii, bagaimana kita bisa menang melawan ini!"
"Bahkan berkah Tuhan memiliki batas!"
Di belakang Elder Lich pertama, monster-monster yang mirip menampakkan dirinya. Ada enam orang.
Total ada tujung magic caster undead yang sangat kuat.
Selama mereka adalah monster dengan tipe yang sama, mereka memiliki metode yang mirip dalam serangan. Dengan kata lain, jika seseorang memiliki jalan menetralkan serangan mereka, secara teori memungkinkan untuk mengalahkan mereka semua. Namun, tak ada yang memiliki metode seperti itu, ataupun mungkin memiliki metode seperti itu.
Di dalam situasi putus asa ini, Greenham dan rekan-rekannya kehilangan seluruh semangat bertarung.
"Kalau begitu, ayo mulai."
Diikuti dengan suara Elder Lich yang bahkan tidak menunjukkan sedikitpun keinginan untuk bernegosiasi, tujung tongkat naik perlahan-lahan. Di waktu yang sama, teriakan Greenham bergema.
"Lari!"
Seakan menunggu perintah itu, mereka semua berlari dengan seluruh kekuatan di arah yang berlawanan dari para Elder Lich. tentu saja mereka tidak memiliki waktu berpikir lagi apa yang ada di balik terowongan tersebut. Mereka hanya mencari peluang meningkatkan keselamatan melawan serangan gencar dari para Elder Lich.
Rogue berlari di depan, lalu Greenham, lalu magic caster, lalu cleric dan akhirnya warrior.
Mereka semua berlari tanpa ragu.
Sebuah sudut. Biasanya mereka akan waspada dengan monster yang ada di sekitar sudut, namun mempertimbangkan langkah kaki yang datang dari belakang mereka, tidak ada waktu lagi untuk berhati-hati melihat sekeliling sebelum pergi. Mereka mnyerahkan semuanya kepada keberuntungan dan hanya berlari.
Di sisi lain dari lorong tersebut, ada sebuah pintu yang terbuat dari batu, namun mereka takut bertemu dengan jalan buntu dan tidak ingin repot-repot membukanya.
Suara logam yang keras menggema di seluruh lorong dari orang yang memakai armor full plate, yang bisa menarik monster lain, namun tidak ada waktu lagi merapalkan mantra 'Silence'.
Mereka berlari dan lari dan lari.
Setelah berbelok dari sudut ke sudut dan berlari menuruni terowongan dengan kecepatan penuh, mereka sudah kehilangan arah dan tak bisa lagi mengenali dimana mereka berada. Jika memungkinkan, mereka ingin berlari kembali ke pintu masuk, namun mereka belum bisa bersantai.
"Apakah mereka masih mengejar kita?"
Greenham bertanya sambil masih berlari. Balasan yang datang dari warrior yang ada di belakang.
"Yea! Mereka juga lari!"
"Sialan!"
"Berhentilah mengejar kami! Gunakan saja magic flight!"
"Jika mereka menggunakan magic terbang, maka mereka bisa menyerang sambil mengikuti kita, dasar bodoh!"
"Mari kita kunci diri di sebuah ruangan dan bernegosiasi..."
Magic caster berteriak sambil megap-megap. Dia yang paling lemah fisiknya dari seluruh anggota dan terliaht seakan mau roboh. Greenham memutuskan ini bukan jalan untuk pergi. Mereka tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi.
Monster-monster undead seperti Elder Lich tidak merasakan apapun seperti kelelahan. Kalau begini, mereka pasti akan bisa mengejar dan menghabisi para worker yang sudah kelelahan.
"Bagaimana bisa begitu banyak Elder Lich..."
Itu adalah sesuatu yang sudah menolak hal yang wajar.
"Apakah tuan dari makam ini adalah sesuatu yang bahkan lebih kuat dari Elder Lich!?"
Hanya itu penjelasan yang bisa terpikirkan. Namun apakah undead semacam itu ada? Greenham tidak punya jawaban.
"Sialan! Makam sialan!"
Warrior yang ada di belakang berteriak sambil bernafas keras.
Seakan menunggu saat ini, lantai itu mulai bersinar membentuk sesuatu. Cukup besar untuk mengepung seluruh kelompok Greenham.
"Argh!"
Suara seseorang terdengar dengan suara seperti sebuah teriakan-
-lalu ada sebuah sensai melayang, berbeda dari saat mereka jatuh sebelumya.
-----
Penglihatan Greenham tidak menampilkan apapun kecuali hanya kegelapan. Ada sesuatu yang berderak keras di bawah kakinya dan dia merasakan sensasi tenggelam yang pelan, seakan dia sedang disedot ke dalam rawa. Dia sedikit panik, namun kelihatannya tidak terlalu dalam saat dia berhenti tenggelam setelah dia terendam sekitar pinggang.
Greenham mengeluarkan suara di dalam dunia yang didominasi oleh kegelapan dan keheningan, seperti seorang anak kecil yang tersesat mencari orang tuanya.
"...Apakah ada seseorang disini?"
"Sebelah sini, Greenham."
Suara dari salah satu rekannya, si rogue, terdengar. Dia tidak terdengar terlalu jauh. Mungkin dalam jarak yang sama seperti saat mereka berlari.
"...Apakah ada yang lainnya?"
Tidak ada balasan. Itu adalah jawaban yang diduga. Mempertimbangkan tidak adanya cahaya, magic caster atau warrior ketlihatannya tidak ada disini. Dia seharusnya menganggap beruntung setidaknya ada rogue yang bersamanya.
"...Kelihatannya hanya ada kita."
"Itu artinya... Che, kurasa kamu memang benar."
Dia melihat sekeliling dengan mengambil satu langkah maju. Dalamnya kegelapan berada dimana-mana dan membuat sebuah ketakutan yang tidak bisa dia kenali dimana dia sekarang berada dan dimana kegelapan ini dimulai. Tidak ada tanda-tanda gerakan dimanapun.
"Apakah kita harus menyalakan lampu?"
"Tentu."
Dia bertanya-tanya jika gerakan mereka akan memecah keheningan ini, atau mengaktifkan sebuah jebakan, dan pemikiran negatif lain yang merangkak masuk, mata manusia tidak bisa melihat di dalam kegelapan dan mereka membutuhkan semacam sumber cahaya.
"Tunggu sebentar."
Dengan suara Rogue, semacam suara gerakan datang dari kegelaan dan ada sebuah cahaya.
Pemandangan rogue sedang memegang sebuah batang yang bersinar adalah yang pertama tampak. Dan berbagai objek yang memantulkan cahaya. Mengingatkan dirinya dengan harta karun yang ada di dalam mausoleum.
Namun bukan itu.
Greenham hampir tidak bisa menahan teriakannya dan si rogue terlihat seakan dia akan serangan jantung.
Cahaya tersebut membawa berbagai macam pantulan. Serangga-serangga yang memenuhi seluruh ruangan dan identitasnya adalah pantulan dari banyak kecoak. Ruangan itu dipenuhi dengan kecoak dengan berbagai macam dari yang berukuran sebesar jari kelingking hingga yang memiliki panjang lebih dari satu meter. Terlebih lagi, mereka saling bertumpuk satu sama lain berlapis-lapis.
Sensai remuk dan suara di kakinya adalah kecoak. Menganggap mereka sudah memanjat hingga pinggannya, dia tidak ingin membayangkan berapa banyak mereka.
Ruangan itu sangat besar, cahaya bahkan tidak sampai pada dinding-dindingnya. Memperhitungkan area efektif dari batang yang bercahaya tersebut sekitar lima belas meter luasnya, dia bisa secara kasar menganggap seberapa luas interiornya. Ketika dia melihat ke atas atap, dia bisa melihat gerombolan besar dari kecoak-kecoak yang terpantul oleh cahaya.
"Tempat... apa ini?"
Rogue itu bergumam dengan nada mengerang. Greenham bisa mengerti bagaimana rasanya. Dia merasa jika dia berbicara, mereka semua akan mulai bergerak sekaligus.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Sambil melihat sekeliling ketakutan, Greenham teringat dengan saat-saat terakhir sebelum mereka di teleportasi ke dalam kegelapan. Dia terpikirkan dengan lingkaran magic yang berpendar dan bertanya kepada rogue.
"...Apakah tadi adalah jebakan lantai?"
"Mungkin bukan begitu. Apakah tadi adalah hal yang lain? Sebuah mantra yang berbeda...?"
"Sebuah jebakan magic dengan tipe teleportasi... Mungkin Elder Lich yang mengaktifkannya?"
Magic Teleportasi memang ada. Sebagai contoh, magic tingkat 3 yang digunakan untuk kabur, 'Dimensional Move', adalah salah satunya, namun si perapalnya hanya bisa menggunakan itu pada dirinya. Magic seperti ini, yang bisa digunakan kepada orang lain, dan banyak orang malahan...
"Ada magic tingkat 5 dan 6 yang bisa menteleportasi sekelompok orang sekaligus, ya kan?"
"Yea... kurasa begitu."
"Tidak kukira mereka bisa menggunakan magic semacam ini..."
Makhluk yang bisa menggunakan magic tingkat 5 setidaknya. Tidak pernah terdengar. Namun Greenham menganggapnya wajar. Jika ada orang sekuat itu, maka wajar saja dia bisa menguasai banyak Elder Lich sekaligus dan karena mereka cerdas, mereka akan lebih mudah dikendalikan dan diperintah juga.
Greenham menyadari bahaya sebenarnya yang ada di dalam makam ini dan sebuah sensasi dingin memenuhi tubuhnya. Di waktu yang sama, kebencian terhadap Earl yang telah membuat pekerjaan ini mulai mendidih jauh di dalam tubuhnya. Tentu saja, orang-orang yang mengambil pekerjaan ini adalah Greenham dan para worker lain, dan mereka harus mempertaruhkan nyawat mereka sebagai chip taruhan terhadap semua resikonya. Mereka tidak bisa berkata apapun lagi tentang hal itu.
Namun Earl pasti memiliki beberapa informasi mengenai makam tersebut. Jika tidak, dia tidak akan menawarkan jumlah uang yang sangat signifikan tersebut untuk mengumpulkan para worker.
"Apakah dia sengaja menyimpannya dari kita? Sialan... Mari kita cepat-cepat keluar dari sini. Tempat ini... bukanlah sesuatu yang seharusnya kita kotori."
"Baiklah, Greenham. Kamu memimpin, aku akan mengikutimu."
Rogue itu kelihatannya tidak sadar, atau mungkin lebih baik jika dia tidak menyadarinya.
Kecoak-kecoak itu tidak bergerak sama sekali.
Greenham melihat sekeliling ke arah kecoak-kecoak yang mengelilinginya. Mempertimbangkan antena-antena mereka yang sedikit bergerak, mereka tidak mati, namun mereka tidak bergerak pula. Penuh dengan bahaya yang tidak diketahui.
"Tidak, kalian tidak bisa kabur."
Suara dari orang ketiga terdengar.
"Siapa disana?"
Greenham dan rogue melihat ke sekelilingnya, namun tak ada tanda-tanda gerakan dimanapun.
"Ah, aku minta maaf. Ini adalah Kyouhukou, yang dipercayakan menjaga teritori ini oleh Ainz-sama. Senang berkenalan denganmu."
Di arah asal suara itu, mereka melihat pemandangan aneh. Mendorong gerombolan kecoak, sesuatu sedang mencoba memanjat.
Itu bukan jarak yang bisa dicapai dengan senjata tempur jarak dekat. Rogue diam-diam mempersiapkan busurnya dan Greenham mencoba mengeluarkan ketapel dan batunya, namun memutuskan hal lain. Dia akan segera menyeberangi kecoak-kecoak yang memanjat ke arah pinggangnya dan langsung menebas musuh.
Yang muncul setelah mendorong seluruh kecoak itu adalah kecoak lainnya.
Namun sangat berbeda dengan spesies lainnya. Kecoak ini memiliki tinggi sekitar tiga puluh sentimeter dan berdiri dengan dua kaki.
Memakai jubah merah cerah dengan hiasan benang emas mewah di pinggirannya dan mahkota emas kecil yang imut di kepalanya. Kaki depannya menggenggam sebuah scepter (tongkat kecil yang umum dipegang oleh raja) dengan permata putih murni yang menempel di ujungnya.
Hal yang paling aneh dari itu semua adalah meskipun berdiri dengan dua kaki, kepalanya menghadap Greenham dan Rogue. Jika serangga biasa berdiri, kepalanya pasti akan menghadap langit. Namun makhluk aneh di depan mereka tidak seperti sama sekali.
Greenham dan rogue bertukar tatapan dan memutuskan bahwa Greenham akan bertanggung jawab dengan negosiasinya. Setelah memastikan rogue sudah memasang sebuah anak panah dan mengarahkannya ke arah bawah, dia berbicara ke arah Kyouhukou.
"Siapa... kamu?"
"Hmmm... Kelihatannya kamu tidak dengar aku tadi. Apakah kamu ingin aku memperkenalkan diri sekali lagi?"
"Tidak, bukan itu masalahnya..."
Greenham menyadari ini bukan semacam makhluk yang bisa diajak bicara ataupun ditanya.
"...Aku akan jujur. Apakah kamu ingin melakukan pertukaran?"
"Oh-ho, kamu ingin melakukan pertukaran. Karena aku merasa sangat berterima kasih kepada kalian berdua, tidak adalasan mengapa aku tidak mendengarkan penawaranmu."
Kalimat misterius, "merasa berterima kasih", membuatnya tidak enak terhadap apa yang membuatnya berterima kasih, namun itu bukan sesuatu yang bisa dia tanyak di dalam situasi yang tidak menguntungkan seperti itu.
"..Apa yang kami inginkan.. adalah agar kamu melepaskan kami tanpa luka dari tempat ini."
"Tentu saja, itu adalah sesuatu yang kamu inginkan. Namun meskipun kamu memang meninggalkan ruangan ini, saat ini kamu berada pada lantai 2 dari Great Tomb of Nazarick. Aku harus menasehatimu bahwa akan sulit sekali kembali ke atas tanah."
Lantai kedua-
Mata Greenham terbuka lebar dengan kalimat itu.
"Jadi pintu dibalik mausoleum di permukaan menuju ke lantai 1?"
"Apakah itu tidak biasa?"
"Tidak, aku hanya ingin memastikan."
"Haha, karena kalian sudah diteleportasi dari lantai 1, aku bisa memahami kebingunganmu."
Melihat ke arah Kyouhukou yang sedang mengangguk terhadap layout dari strukturnya, Greenham merasakan sebuah hawa dingin mengalir ke tulang belakangnya, seakan sebuah tetesan air beku menusuk punggungnya. Itu adalah ketakutan yang muncul karena menyadari teori dia sebelumnya memang benar.
Dengan kata lain, sesuatu entah bagaimana menggunakan magic teleportasi sebagai sebuah jebakan. Magic macam apa itu dan kemampuan magic macam apa yang dibutuhkan? Dia bukan seorang magic caster, namun dia menyadari penuh implikasinya.
"...Tentu saja, jika kamu bisa memberitahukan kepada kami jalan keluar dari makam ini pula... Hmmm, tidak kami tidak meminta sebanyak itu. Biarkan kami keluar dari ruangan ini."
"Hmmm hmmm."
"Kami akan... memberimu apapun yang kamu inginkan."
"Begitukah..."
Kyouhukou mengangguk dan terlihat seakan dia sedang berkonsentrasi berpikir.
Beberapa saat berlalu dengan keheningan mutlak. Lalu Kyouhukou mengangguk seakan dia mengerti dan mulai berbicara.
"Yang ini sudah memiliki apapun yang diinginkan di tangannya. Aku ragu kamu bisa memberikan apa yang aku inginkan."
Kyouhukou menghentikan Greenham, yang akan bicara, dengan mengangkat kaki depannya dan melanjutkan.
"Tapi kelihatannya kamu bingung mengapa aku berterima kasih tadi, jadi aku ingin memberimu sebuah penjelasan. Tahukah kamu, bawahanku sudah lelah dengan kanibalisme. Bagimu, yang akan menjadi makanan akan menjadi solusinya, Aku berterima kasih sekali sekali lagi."
"Apa!"
Saat rogue mengerti apa yang telah dikatakan dia menembakkan anak panahnya. Anak panah itu mengalir di udara namun dililit oleh jubah merah Kyouhukou dan jatuh ke tanah.
Ruangan itu mulai gemetar.
Berbagai suara mulai datang dari segala penjur dan semakin keras.
Sebuah gelombang pasang meledak. Itu adalah gelombang lautan hitam.
"Mungkin sayang sekali bagi kalian berdua, namun sekarang adalah waktunya kalian menjadi makan malam."
Gelombang pasang raksasa menelan Greenham dan rogue. Benar-benar seperti mereka disapu oleh arus.
Sambil bergulung-gulung di pusaran hitam, Greenham menepuk kecoak-kecoak yang berhasil merangkak ke celah di armornya. Tidak ada senjata yang bisa bekerja dengan baik melawan gerombolan serangga sekecil itu, ataupun memiliki metode untuk serangan dengan efek area. Lebih cepat menggunakan tangan-tangan daripada yang lainnya. Karena itu, mereka sudah mengabaikan senjata mereka yang sudah lama menghilang.
Dia mencoba sebisa mungkin berusaha dan melambaikan tangan dengan liar, namun karena jumlah kecoak-kecoak yang tidak bisa dihitung lagi yang menempel kepadanya, dia hampir tidak bisa bergerak. Itu adalah sebuah gerakan yang mirip dengan seseorang yang sedang tenggelam. Satu-satunya suara yang bisa didengar oleh Greenham adalah kecoak-kecoak yang tidak bisa dihitung jumlahnya itu sedang merangkak.
Rogue sudah tersapu oleh gelombang tersebut dan suaranya sudah tak terdengar lagi. Tidak, memang wajar Greenham tidak bisa mendengar suaranya. Rogue itu tidak bisa bicara dengan semua kecoak yang merangkak di mulutnya, tenggorokan dan perut.
Greenham merasakan sensasi menusuk yang menyakitkan dari sekujur tubuhnya. Itu adalah rasa sakit dari kecoak-kecoak yang masuk ke dalam armornya dan perlahan menggigit dirinya.
"Henti-"
Greenham mencoba berteriak namun langsung tersedak oleh banyaknya kecoak yang membanjiri mulutnya dan menyumbat tenggorokannya. Dia mencoba memuntahkannya dengan seluruh tenaga, namun kecoak-kecoak tersebut terus merangkak masuk dari lubang kecil di mulutnya. Lalu mereka mengorek-ngorek di dalam mulutnya.
Saat salah satunya merangkak ke dalam telinganya, suara gemerisik sangat jelas dan cukup keras memberinya ketakutan.
kecoak-kecoak yang tak terhitung jumlahnya merangkak dan menggigiti wajahnya. Dia merasa kesakitan di kelopak mata, namun tidak berani membuka matanya. Jelas sekali apa yang terjadi jika dia sekali saja membuka matanya.
Greenham mengerti apa yang akan terjadi pada dirinya. Kalau begini, dia akan dimakan hidup-hidup oleh kecoak-kecoak yang kelaparan ini.
"Aku tidak ingin ini!"
Dia berteriak putus asa dan kecoak-kecoak mengalir masuk ke mulutnya sekali lagi. Mereka merangkak, mencoba bergerak ke dalam tenggorokannya. Lalu sesuatu yang lembek, sebuah sensasi sesuatu yang berjatuhan ke dalam perutnya membuatnya ingin muntah.
Greenham bertahan dengan segala kekuatannya. Dia tidak menginginkan kematian semacam ini.
Dia sudah berusaha untuk status yang dia dapatkan dengan satu tujuan untuk memamerkan kepada saudara-saudaranya.
Dia sudah mengumpulkan cukup banyak uang untuk bisa hidup nyaman tanpa harus bekerja lagi. Berkat ketenarannya, dia bisa menikahi gadis cantik yang tak pernah bisa ditemukan di desa biasa. Dia telah menjadi pemenang di dalam hidup yang sejauh ini melampaui saudara-saudaranya yang sudah tidak memberi sedikitpun kekayaan mereka dan mengusir dirinya.
Dia tidak ingin mati disini.
"Abrrwargagh! Aku akan kembali hidup-hidup!"
Dia berteriak sambil memuntahkan kecoak-kecoak yang remuk di mulutnya.
"...Kamu menahan diri dengan gagah. Kalau begitu aku akan beri kamu lebih banyak lagi."
Bahkan teriakan Greenham terkubur dibalik pusaran hitam dalam sekejap.
----
Matanya terbuka.
Apa yang muncul di dalam penglihatannya adalah sebuah atap yang aneh. Terbuat dari batu dan memiliki objek yang berkilau putih tertancap disana. Dia mencoba melihat sekeliling untuk memahami bagaimana dia bisa sampai disana, namun menyadari kepalanya tidak bergerak sama sekali. Tidak, bukan hanya kepalanya, namun tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya. Seakan ada sesuatu yang mengikat di pergelangan tangan, kaki, pinggang dan dadanya.
Situasi yang tidak dapat dimengerti ini memenuhi dirinya dengan ketakutan dan dia ingin berteriak, namun sesuatu sepertinya menancap di mulut, jadi dia tidak bisa bicara ataupun menutup mulutnya.
Ketika dia berusaha mati-matian mencoba untuk melihat sekeliling dengan matanya yang dipaksa, sebuah suara berbicara.
"Oh ya ampun, kamu sudah bangun sekarang?"
Itu adalah suara yang parau. Sulit diketahui apakah suara itu milik seorang pria atau seorang wanita.
Yang muncul di dalam pandangannya yang tidak bergerak adalah sebuah monster yang menjijikkan.
Monster itu memiliki tubuh manusia, namun kepala gurita yang cacat. Enam tentakel yang panjang menggeliat menempel di kepalanya memanjang hingga ke paha.
Warna kulitnya putih susu, seperti daging lunak dari seseorang yang telah tenggelam. Pada tubuh yang membengkak seperti mayat itu ada pakaian yang terbuat dari kulit hitam yang hampir tidak bisa menutupi apapun. Pakaian yang membungkus ketat di sekeliling tubuhnya, seperti tukang potong daging yang melilitkan daging, dan hanya bisa disebut aneh sekali. Jika seorang wanita cantik memakainya, akan terlihat menarik, namun untuk monster seperti ini membuat ingin muntah.
Pada masing-masing tangannya ada empat jari-jari yang memiliki selaput. Berkuku panjang, dengan seni kuku yang aneh disana.
Makhluk heteromorfik yang aneh ini memutar mata biru susu yang tidak memilik pupuil itu kepadanya.
"Fufufu, apakah kamu tidur dengan nyenyak?"
"Hff, hff, hff hff."
Takut dan panik. Tercengkeram oleh dua emosi itu, dia hanya bisa mengeluarkan suara nafas yang kasar. Monster itu menyentuh pipihnya dengan lembut seperti seorang ibu yang mencoba untuk menenangkan anaknya yang ketakutan. Namun perasaan dingin dan lembek dari tangan tersalurkan ke seluruh tubuhnya.
Wajar jika bau darah tajam atau daging yang membusuk melayang disana, namun makhluk itu berbau seperti bunga yang beraroma. Ini hanya meningkatkan ketakutannya.
"Wah, tidak kukira mengkerut sebanyak ini. Tidak perlu takut."
Tatapan monster itu ke arah bagian bawah tubuhnya. Dari sensasi udara di kulitnya, dia menyadari sedang telanjang.
"Hmm, bolehkah aku tanya namamu?"
Monster itu meletakkan jari-jarinya yang ramping di pipinya dan memiringkan kepalanya sambil bertanya. Pose itu akan terlihat bagus jika dilakukan oleh wanita cantik, tapi seorang monster yang terliat seperti mayat yang tenggelam dengan kepala gurita hanya membuat rasa jijik dan takut.
"...."
Monster itu tersenyum kepada dirinya, yang hanya bisa menggerakkan mata. Tentakel-tentakel itu menutupi mulutnya dan ekspresinya hampir tidak berubah. Meskipun begitu, dia tahu monster itu sedang tersenyum karena matanya yang seperti kelereng semakin mengecil.
"Ufufu, kamu tidak ingin bicara ya kan? Manis sekali. Jangan malu."
Ujung jari monster itu meluncur menyeberangi dadanya seakan seperti menulis sesuatu, namun yang hanya bisa dia rasakan adalah ketakutan yang terasa seakan jantungnya dirobek keluar.
"Onee-san akan mengatakan kepadamu namanya D.A.H.U.L.U."
Itu adalah nada yang manis dan menggoda yang terdengar seperti simbol hati akan keluar beterbangan darinya.
"Aku adalah Spesialist pengumpul informasi dari Great Tomb of Nazarick, Neuronist. Hehe, mereka juga menyebutku 'Penginterogasi'."
Tentakel panjang menggeliat terpisah dan menunjukkan mulut bundar di dasar tentakel tersebut. Di tengah-tengah gigi-gigi setajam silet, sebuah tabung yang mirip dengan lidah keluar. Benar-benar terlihat seperti sedotan merah.
"Aku akan menyedotmu hingga kering dengan ini sedikit."
Apa yang dimaksud oleh makhluk itu dengan 'menyedot hingga kering'? Dia mencoba menggerakkan tubuh kakunya yang panik, namun tubuh itu dijepit erat.
"Wah, wah. kamu sudah tertangkap oleh kami."
Itu benar. Ingatan terakhirnya adalah Greenham dan rogue menghilang tepat di depannya. Lalu dia pingsan dan bangun dengan keadaan berbahaya saat ini.
"Kamu seharusnya tahu dimana kamu berada, ya kan?"
Neuronist tertawa sebelum melanjutkan.
"Ini adalah Great Tomb of Nazarick. Tempat dimana yang terakhir dari 41 Supreme Being, Momon - maksudku Ainz-sama, tinggal. Ini adalah tempat tersuci."
"Heinhu sawa?"
"Ya, Ainz-sama."
Neuronist memahaminya dengan sempurna meskipun dia tidak bisa bicara dengan benar dan meluncurkan jarinya ke sekujur kulitnya.
"Salah satu dari 41 Supreme Being. Dia memimpin Supreme Being yang lain di masa lalu, dan dia sangat, sangat keren. Jika kamu melihatnya sekali, kamu akan ingin bersumpah setia dengan seluruh hati juga. Jika Ainz-sama sekali saja memanggilku ke tempat tidurnya, aku tidak keberatan menawarkan malam pertamaku kepadanya."
Dia gelisah, tidak, terguncang seakan malu-malu.
"Hey, apakah kamu ingin mendengar sesuatu?"
Seperti gadis malu-malu yang sedang bermain dengan jari-jarinya, dia menulis kalimat di tubuhnya yang telanjang.
"Ada satu waktu Ainz-sama menatap tubuhku. Itu adalah tatapan dari seorang pria yang memilih target buruannya. Lalu dia memalingkan wajahnya seakan malu. Itu membuat dadaku semakin ketat dan mengirimkan hawa dingin ke punggungku."
Monster itu tiba-tiba berhenti dan mendekatkan wajahnya seakan sedang mencoba melihat jauh ke dalam matanya. Dia mencoba dengan seluruh tenaganya untuk bisa lepas dari wajah yang aneh itu, namun dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali.
"Meskipun sibocah Shalltear dan si labu jelek Albedo sedang membidik perhatian Ainz-sama, aku masih lebih menarik, Bukankah begitu?"
"Wevs E wnph mahs hoo" (Ya, aku juga meras begitu.)
Apa yang terjadi jika dia tidak setuju? Ketakutan itu memaksanya mengerang gumaman setuju.
Neuronist menepukkan tangannya dan melihat ke atas dengan gembira ke udara. Monster itu terlihat seperti sedang berdoa ke langit.
"Fufufu, kamu adalah bocah yang baik. Atau apakah kamu bicara dengan fakta yang ada? Tapi mengapa Ainz-sama tidak memanggilku.. Ah~ Ainz-sama... bahkan anda menahan diri terlihat sangat menakjubkan..."
Cara tubuhnya berubah karena gembira mirip dengan gerakan dari belatung raksasa yang menggeliat.
"..Ha, itu membuat tubuhku merasa seperti tersengat listrik. Ara, aku minta maaf. Aku sudah bicara tentang diri sendiri."
Jangan menghiraukanku. Neuronist mengabaikan pemikirannya dan melanjutkan.
"Sekarang, apakah aku harus mengatakan kepadamu nasibmu nantinya? Apakah kamu tahu apa paduan suara itu?"
Dia berkedip dengan pertanyaan yang tidak terduga. Melihat ke arah ekspresi yang terkejut, Neuronist berasumsi dia tidak tahu apa itu paduan suara dan menjelaskan.
"Sebuah paduan suara adalah sebuah kelompok orang yang menyanyikan hymne memuji cinta dewa dan kebesarannya. Aku ingin kamu menjadi salah satu dari mereka, bersama dengan semua teman-teman kecilmu."
Jika hanya itu, maka itu bukan masalah. Dia memang sangat tidak percaya diri dengan nyanyiannya, namun dia bukan orang yang buta nada pula. Namun monster ini benar-benar membicarakan tentang sesuatu seperti menyanyi? Dia tidak bisa menyembunyikan perasaan tidak enaknya yang muncul seperti gelombang dan menatap Neuronist.
"Benar sekali, sebuah paduan suara. Bahkan orang-orang bodoh sepertimu yang belum bersumpah setia kepada Ainz-sama bisa mendedikasikan suara mereka untuk menyanyikan pujian baginya. Tujuanya adalah sebuah paduan suara. Ah, betapa mengejutkannya! Itu adalah musik suci dari Neuronist yang didedikasikan kepada Ainz-sama."
Sebuah warna berawan menyebar di dalam matanya yang menjijikkan. Apakah itu karena monster tersebut gembira dengan pemikirannya? Jari-jarinya bergoyang seperti cacing-cacing.
"Fufufu, sekarang aku akan memperkenalkan kepadamu siapa yang akan membantumu dalam paduan suara darimu."
Seakan mereka sedang menunggu di pojokan, beberapa figur muncul di penglihatannya.
Dia berhenti bernafas saat dia melihat mereka. Jelas sekali mereka adalah makhluk keji.
Celemek kulit hitam menggantung erat di tubuh mereka, Kulit mereka pucat mengerikan, hampir transparan, dan pembuluh darah ungu terlihat seakan darah mereka berwarna ungu.
Mereka memakai topeng kulit hitam yang ketat tanpa lubang yang terlihat, yang membuatnya penasaran bagaimana mereka bisa melihat atau bernafas. Lengan-lengan mereka juga panjang. Mereka memiliki tinggi sekitar dua meter, namun lengan-lengan mereka cukup panjang hingga sampai lutut.
Masing-masing figur itu memakai sabuk di pinggang mereka, dengan berbagai peralatan yang menggantung di ikat pinggang tersebut.
Ada empat jumlahnya.
"Mereka adalah 'Torturers' (Para penyiksa). Mereka akan membantuku membuatmu menyanyikan lagu yang indah."
Firasat bahaya. Dia akhirnya menyadari apa artinya menyanyi dan berusaha kabur. Namun, dia masih tidak bisa bergerak.
"Percuma~. Tidak akan bisa hancur dengan kekuatan dari orang sepertimu. Mereka akan memberikan magic healing lagi dan lagi, jadi kamu bisa mendapatkan banyak kesempatan melakukan praktek."
Neuronist mengatakan hal ini seakan dia mengulurkan tangan pengampunan kepadanya, namun dia melakukannya dengan nada yang keji.
"Thnd du mus!" (Jangan lakukan ini!)
"Mmm? Mengapa kamu berkata demikian? Apakah kamu ingin aku berhenti?"
Neuronist bertanya dengan lirih kepada pria yang air matanya mengalir ke bawah dari matanya. Lalu enam tentakel menggeliat.
"Dengar baik-baik. Karena dia tetap tinggal, kami, yang merupakan ciptaan dari 41 Supreme Being, diperbolehkan tetap ada. Keberadaan kami adalah untuk melayaninya. Apa kamu kira kami akan menunukkan sedikitpun ampunan kepada pencuri-pencuri kotor yang sudah melempar lumpur ke dalam tempat suci dimana Yang Mulia tinggal? Apa kamu berpikir begitu?"
"Auf lirru gwpph!" (Aku benar-benar minta maaf!)
"Hehehe, benar sekali. Menyesal adalah hal yang berharga."
Neuronist mengambil tongkat tipis dari suatu tempat. Di ujung tongkat itu ada duri yang memiliki panjang sekitar lima milimeter.
"Mari kita mulai dengan ini."
Neuronist dengan baik hati menjelaskan setiap detil kecil kepada pria yang tidak mengerti apapun dengan alat ini.
"Penciptaku terbiasa menderita karena masalah kecil yang disebut 'batu ginjal'. Untuk menghormatinya, kita akan mulai dengan ini. Karena menjadi kecil sekali, Kukira kita tidak ada masalah memasukkannya."
"Thnd du mus!" (Jangan melakukan ini!)
Neuronist membuat wajahnya semakin dekat ke arah pria yang berteriak karena menyadari apa yang terjadi dengan dirinya.
"Kita akan menghabiskan masa yang panjang dan panjang sekali bersama. Kamu seharusnya tidak usah menangis, karena ini hanya awalnya."
********
Meskipun masing-masing tim mengambil jalan mereka sendiri-sendiri saat di persimpangan, asumsi tak berdasar dari Eruya jika lawan yang lebih kuat akan berada di bagian yang lebih dalam dari makam ini itulah mengapa dia memilih untuk jalan terus lurus.
Dia menemui banyak pojokan dan pintu-pintu batu, namun dia terus berjalan tanpa bicara. Kenyataannya, dia bosan karena tak ada yang terjadi. Tak ada satupun monster ataupun jebakan. Mungkin dia mengambil rute yang salah. Eruya berpikir sambil berdecak lidah.
"Maju, dasar lambat. Jalan lebih cepat!"
Eruya memerintahkan kepada elf yang sedang berjalan sepuluh meter di depannya dengan suara memaksa. Elf tersebut berhenti setiap beberapa kali, namun setelah diperintahkan, dia sedikit gemetar dan mulai berjalan lagi. Dia sudah berjalan terus sejak dia datang ke dalam makam ini.
Elf itu memang beruntung sejauh ini, namun jika ada jebakan satupun, pasti dia akan mati.
Daripada mencari jebakan-jebakan, perlakuan yang dia terima mirip dengan burung kenari yang sering digunakan oleh para penambang. Tim Eruya terdiri dari Eruya dan tiga budak efl dengan skill-skill berbeda - ranger, cleric dan druid. Menggunakan seseorang yang memiliki skill pendeteksi seperti burung kenari untuk pertambangan adalah sebuah perintah tidak masuk akal untuk diberikan.
Namun Eruya memiliki alasan tersendiri. Dia hanya lelah dengan elf yang berjalan di depan.
Banyak orang akan terkejut jika mereka mendengarnya. Bukan karena alasan moral, namun karena alasan uang.
Budak-budak dari Slane Theocracy tidaklah murah. Terutama elf, yang harganya bervariasi secara drastis tergantung penampilan atau skill mereka. Elf biasanya memiliki harga yang bisa membuat mata seseorang melompat karena mahalnya dan diperdagangkan dengan harga yang jauh diluar kemampuan orang biasa.
Seorang elf yang memiliki skill akan memiliki kisaran harga yang sama dengan sebuah senjata yang diberi tambahan magic khusus. Bahkan bagi Eruya, mereka bukanlah sesuatu yang bisa dibeli karena iseng.
Namun karena Eruya mengambil seluruh pembayaran Tenmu untuk dirinya sendiri, dia bisa menutupi kerugian dengan cepat jika pekerjaannya berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dia tidak perduli jika salah satu dari budak-budak itu mati setelah dia lelah dengan mereka.
lain kali, aku harus mendapatkan yang memiliki dada besar.
Eruya memikirkan itu sambil melihat ke punggung elf yang berjalan perlahan di depan.
Aku senang dengan cara mereka berteriak ketika aku meremas dada mereka dengan keras.
Karena pekerjaan ini adalah operasi gabungan antara banyak tim, dia tidak bisa meniduri elf-elf tersebut selama beberapa hari. Tak ada yang berani protes meskipun dia melakukannya, namun kecemburuan bisa memicu segala macam kejadian yang tidak menyenangkan. Eruya memiliki cukup pikiran sehat sebagai worker untuk bisa menyadari kerugian macam apa nantinya yang ditimbulkan.
Nafsu Eruya yang sudah tertahan membuatnya mengeluarkan pemikiran-pemikiran alternatif.
Tidak, mungkin aku harus mendapatkan seseorang seperti wanita itu.
Yang datang ke dalam pikiran Eruya adalah anggota dari 'Foresight'. Half-elf yang melihat ke arah Eruya dengan mata yang penuh kebencian.
Dia benar-benar wanita yang menjengkelkan.
Ada seorang gadis kecil di sampingnya di dalam kelompok itu, namun Eruya bisa mengerti bahwa gadis cilik mau tidak mau akan melihatnya dengan rasa permusuhan yang terang-terangan. Wajar bagi seorang wanita untuk tidak mengerti hasrat para pria, dan terutama seseorang dengan usia seperti gadis cilik itu, masih bisa dimengerti jika gadis itu memiliki kebencian tertentu terhadap tindakan-tindakan seksual. Namun tidak bisa diterima bagi makhluk rendahan melihat manusia dengan mata kebencian seperti itu.
Hanya memikirkannya saja sudah membuat wajah Eruya marah.
Aku ingin menghajar wajah menjengkelkan itu sampai tidak bisa melawan lagi...
Bagi budak-budak elf, mereka dihancurkan dengan segala macam metode sebelum dikirimkan kepada customer. Tidak mungkin budak-budak elf akan menunjukkan perlawanan yang berarti.
Di lain pihak, jika dia menargetkan si half-elf tersebut, dia akan melawan seperti binatang buas yang menggila. Bagi Eruya, tidak sulit untuk menghancurkan dan menguasai binatang buas, namun dia tidak akan keluar dengan badan mulus dan dia tidak memiliki rasa percaya diri yang besar untuk bisa menaklukkan mangsanya hidup-hidup. Sambil membayangkan dirinya menampar Imina terus-terusan di kepalanya, dia tidak sadar jika elf yang sedang memimpin jalan telah berhenti.
"Siapa yang bilang kepadamu untuk berhenti? Teruslah jalan."
"[Sesenggukan]...! Aku mendengar suara dari sana."
"Suara?"
Eruya mengkonsetrasikan pendengarannya sambil mengerutkan dahi kepada elf tersebut. Keheningan itu hampir seperti membuat tuli.
"...Aku tidak mendengar apapun."
Biasanya dia pasti akan menghajar elf tersebut, namun para elf memiliki pendengaran yang lebih unggul daripada manusia. Meskipun Eruya tidak mendengar apapun, ada peluang bagus elf-elf bisa mendengar sesuatu. Untuk memastikan, dia bertanya kepada dua elf di belakangnya.
"Bagaimana denganmu? Apakah kamu mendengarnya?"
"Y-Ya. Saya bisa mendengarnya."
"It-Itu seperti suara logam yang berbenturan dengan logam."
"...Begitukah."
Tidak mungkin suara benturan logam terdengar secara wajar. Pasti ada orang yang membuat suara itu. Dengan kata lain, peluang pertamanya mendapatkan pertarungan sejak masuk ke dalam makam ini. Dia menjadi senang dengan bayangan itu.
"Ayo maju ke tempat dimana suara ini berasal."
"Y-Ya."
Dengan budak elf yang memimpin jalan, Eruya menuju ke tempat dimana suara itu datang. Segera setelahnya, Eruya bisa mendengar suara logam pula. Itu diikuti dengan suara sesuatu yang keras menyerang material keras lainnya dan suara teriakan pertempuran.
"Yah, kurasa itu hanya worker lainnya. Terowongannya kelihatannya tidak berbelok di titik tertentu, namun kurasa kita akan bertemu dengan tim lain."
Seakan ada seseorang yang menyiramkan air dingin kepada kegembiraannya. Dia menghela nafas seakan sudah kehilangan seluruh motivasi.
"Yah, kurasa tak ada salahnya. Aku bisa bertarung sebagai bala bantuan mereka."
Ketika Eruya tiba di tempat suara itu berasal, dia memiliki perasaan aneh. Itu adalah perasaan aneh dengan sebuah pertempuran. Itu seperti-
Rasa penasarannya terjawab ketika dia berbelok dari pojok tersebut.
Ruangannya termasuk lebar, cukup besar untuk bisa memuat sepuluh orang yang berlarian dengan bebas. Di dalamnya ada sepuluh lizardmen yang memakai armor indah. Mereka semua memakai kalung di lehernya, dengan masing-masing terdapat rantai rusak yang menggantung.
Mereka saling mengayunkan pedang satu sama lain. Mereka saling menyerang dengan teriakan melengking dan adu pukul yang dipenuhi dengan tekad. Terjadi di seluruh ruangan. meskipun terlihat seperti pertempuran sengit, Eruya bisa tahu ini hanyalah latihan.
Salah satu makhluk lainnya di dalam ruangan itu adalah figur raksasa dengan perisai berbentuk seperti menara, mengenakan armor full plate hitam dengan dekorasi yang terlihat seakan ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah. Dan yang terakhir- bukan, yang terakhir lebih akuratnya.
Itu adalah binatang buas raksasa yang tertutup bulu perak, dengan kearifan yang berkilauan di matanya.
"Anda telah tiba, tn. penyusup."
Ada banyak monster-monster menjengkelkan diantara mereka yang bisa berbicara. Binatang buas magis cenderung menyerang menggunakan tenaga fisik, namun yang memiliki kecerdasan sering menggunakan magic.
Eruya tahu dia adalah ahli pedang jenius, namun dia tidak percaya diri dalam magic. Dia memperkuat tekadnya dan menguatkan hatinya untuk melawan magic.
"Dan kamu adalah?"
Tidak perlu ditanya. Jika dia sudah menunggu disini, maka dia pasti adalah sesuatu yang menjaga makam ini. Satu-satunya pertanyaan adalah seberapa kuat dia sebenarnya.
Dari penampilannya, bisa jadi itu adalah tuan dari makam ini. Jika dia mengalahkan binatang buas ini, dia akan memiliki kontribusi teratas. Itu artinya tim miliknya akan menjadi yang terbaik dari seluruh tim worker. Karena 'Tenmu' sejatinya adalah Eruya sendiri, itu artinya dia adalah worker terbaik. Bahkan keberuntungan adalah kualitas penting bagi seorang worker.
"Raja ini diperintahkan untuk menghadapimu disini. Aku harus menguji ini dan itu... namun kelihatannya kamu bukan lawan yang pantas."
Eruya merasa kecewa dan jengkel bersamaan.
Kecewa karena nyatanya binatang buas ini bukan apa-apa melainkan hanya anjing penjaga dan jengkel karena nyatanya anjing penjaga ini menganggap remeh dirinya.
"Tidak kukira akan menjadi seperti ini bahkan sebelum kita beradu pedang... Kamu."
"Y-Ya."
Elf itu gemetar ketika Eruya memanggilnya dengan suara renda. Eruya merasa puas dengan pemandangan itu. Itu adalah sikap yang pantas ditunjukkan kepada dirinya. Meskipun hanya beberapa hari, setelah menghabiskan beberapa waktu dengan Momon, yang dianggap tinggi oleh semuanya, dia menjadi semakin murah hati.
"Monster apa itu?"
"Sa-saya minta maaf, namun itu bu-bukan monster yang saya tahu."
"Cih, tidak berguna."
Eruya memukul elf yang tidak berguna itu dengan sarung pedangnya. Eruya mengabaikan elf yang roboh di lantai dan meminta maaf berkali-kali untuk mempelajari binatang buas itu.
Karena ukurannya, menghadapinya langsung kelihatannya tidak menguntungkan, namun monster-monster memang seperti itu. Dan Eruya telah membunuh banyak monster tanpa ada masalah. Dia merasa bodoh sesaat ketakutan karena seekor binatang buas yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Selalu dibutuhkan sikap waspada, namun terlalu waspada dan ketakutan adalah tidak kompeten di tingkatnya sendiri.
"Aku akan tanya sekali lagi. Apa yang membuatmu berpikir kamu bisa menang melawanku?"
"Aku bisa tahu jika kamu lemah dengan sekali tatap..."
Eruya mengerutkan dahi dan menggenggam erat pedangnya.
"...kelihatannya matamu memang tidak berguna. Mau kukorek untukmu."
"Silahkan kamu coba. Namun perintah kepadaku berkata tidak masalah jika aku membunuhmu disini... Jadi mengapa kita tidak mulai saja."
Nada yang tenang itu. Membuat Eruya marah sekali lagi.
Dia ingin mengayunkan pedangnya tanpa berkata apapun, namun berlari ke arah binatang buas yang sama sekali tidak khawatir akan membuat seperti orang yang lebih lemah. Jadi dia menahan diri dan mencemoohnya.
"Kalau begitu ayo, binatang."
"Lalu mengapa kamu hanya berdiri disana seperti itu? Apakah kamu tidak ingin mempersiapkan elf-elf yang ada di sebelah sana?"
"Tidak perlu. Ngmong-ngomong, apa kamu tidak ingin mempersiapkan para kadal yang berdiri di belakangmu?"
"Ah, itu tidak apa. Mereka disini hanya untuk mengamati pertarungan raja ini. jangan khawatir dengan mereka."
"Kamu berani sekali sudah membuat peluang satu-satunya untuk menang."
"Aku sangat berterima kasih atas pujianmu."
Sarkasme tidak berhasil disni. Mungkin binatang itu cukup cerdas berbicara, namun tidak secerdas itu? Saat Eruya berpikir demikian, binatang itu menggerakkan kumisnya dan berbicara.
"Namun aku berencana untuk membunuhmu tanpa ampun, jadi aku harap kamu melawanku dengan seluruh kekuatan penuh milikmu. Seperti yang kukatakan sebelumnya, ini juga adalah ujian yang diberikan kepada aku ini."
"Ujian? Ujian untuk anjing penjaga?"
"Hmm~ Ini adalah sebuah ujian untuk melihat jika aku sudah meningkat sebagai warrior. Sekarang, apakah kamu sudah siap mulai? Aku akan membiarkan para elf di belakang dan menghadapimu saja sekarang."
"Sesukamu saja."
"Nama raja ini adalah Hamsuke! Pergilah ke dunia lain mengingat nama dari orang yang membunuhmu! Katakan namamu juga!"
"...Aku tidak punya nama untuk diberikan cuma kepada binatang."
"Kalau begitu akan akan menghapusmu dari ingatanku sebagai orang bodoh yang tak punya nama!"
Figur raksasa itu melompat ke depan.
Tidak disangka itu adalah gerakan yang gesit setelah memperhitungkan ukurannya. Warrior yang acak-acakan akan kewalahan dengan tekanan saat dia mendekat dan menerima damage yang besar dari serangan tersebut.
Aku berbeda dengan para pecundang itu.
Eruya masuk menyerang ke arah Hamsuke yang juga maju lalu meluncur ke samping tanpa menggerakkan kakinya.
Itu adalah versi peningkatan dari martial art yang disebut 'Shukuchi', yaitu 'Shukuchi Kai'.
Biasanya, 'Shukuchi' hanya bisa digunakan untuk memperpendek jarak dengan lawan, namun, versi yang ini membuat pemakainya bisa bergerak bebas di seluruh arah. Penampilan saat meluncur tanpa menggerakkan kakinya terlihat aneh, namun itu benar-benar berguna.
Menghindarinya akan memindahkan pusat gravitasi seserang dan merusak keseimbangan mereka. namun, jika seseorang tidak perlu bergerak untuk bisa menghindar, maka dia bisa langsung menyerang dengan kekuatan penuh dari tubuh bagian bawah mereka.
"Tyaaht!"
Pedangnya terayun ke bawah-
"-Kehut!"
Eruya terbang ke belakang seakan dia terpental dari tubuh Hamsuke.
Itu adalah tubuh yang luar biasa keras, Eruya secara tidak sadar memeriksa seluruh tubuhnya untuk melihat jika dia masih bisa bergerak. Dia mendapatkan goresan-goresan ringan, namun kelihatannya tidak ada tulang yang terdislokasi. Dia masih bisa terus bertarung.
Kenyataannya dia jatuh ke lantai dan membiarkan serangan musuh menyentuhnya paling membuatnya marah, namun warrior di dalam diri Eruya berkata bahwa sekarang bukanlah waktunya untuk memikirkan hal semacam itu.
Segera setelah Eruya bangun, dia mencari Hamsuke dan bersiap untuk menerima serangannya sekali lagi dengan mengulurkan pedangnya.
Sesuatu yang lengket mengalir dari hidungnya. Ketika dia mengusapnya, dia memastikan bahwa itu adalah darah sesuai yang dia duga.
"Sialan..."
Hamsuke menatap Eruya, yang sedang mencoba berdiri, dengan mata yang tenang. Lebih tepat dikatakan jika Hamsuke mengamatinya.
Berbeda dengan tatapan dari binatang buas pada umumnya yang berkata 'Bisakah aku memakannya?' atau 'Bisakah aku menang melawannya?'. Itu adalah mata dari seorang warrior yang mencoba untuk memutuskan metode terbaik untuk bertarung dari adu pukulan yang mereka lakukan tadi.
Aku adalah boneka ujian untuk melihat jika seekor monster sudah tumbuh sebagai warrior? Bukan orang lain, tapi aku?
Rasanya sangat tidak mengenakkan, namun mempertimbangkan kegesitan monster itu, Eruya harus mengakui bahwa dia bukanlah monster biasa. Dalam sekejap, monster ini memprediksi bahwa dia akan mencoba untuk mengapit serangannya, namun Hamsuke hanya bisa memperoleh respon semacam itu setelah melalui latihan yang sangat ketat.
"Kelihatannya memang begitu... Jika terus seperti ini, Aku akan menang dengan mudah. Ah, tolong tidak usah memikirkan raja ini. Raja ini tak pernah melihat seorang manusiapun yang pernah menang melawanku."
"Seharusnya kamu simpan saja kata-katamu hingga akhir. Tidak seperti binatang buas biasa, seorang warrior bisa menggunakan martial art!"
Eruya berpikir dia bisa menang dengan mudah. Itulah kenapa dia menahan diri, namun sekarang, dia harus serius.
"Martial Arts! [Ability Boost], [Greater Ability Boost]!"
Ini adalah martial art yang paling dia banggakan. Terutama [Greater Boost Ability], yang mana bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari oleh orang setingkat Eruya.
Aku adalah jenius karena itu aku mampu mempelajari sesuatu seperti ini! Aku kuat!
Dia mengayunkan pedangnya dan bisa merasakan betapa ringan dan lembut gerakannya. Pedang itu bergerak tepat seperti yang dia bayangkan.
Eruya tersenyum sinis. Ronder selanjutnya akan menjadi miliknya.
"Hmmm~ Aku diajari untuk menjaga jarak ketika tidak yakin dengan kekuatan lawan, namun aku harus bertarung sebagai seorang warrior... Kurasa mau bagaimana lagi."
Hamsuke bergegas lari dengan dua kaki belakangnya dan mendekat.
"Apakah akan menjadi pertarungan jarak dekat? Apakah aku harus menerima seranganmu?"
"Jangan menganggapku remeh, binatang."
Saat Hamsuke masuk dalam jangkauan, Eruya meluncurkan serangannya.
Hamsuke hampir tidak bisa mementalkan serangan pedang yang ditambah dengan 'Ability Boost' dengan menggunakan cakarnya. Atau lebih tepatnya, lebih akurat dikatakan Hamsuke mencoba mementalkan serangan, karena pedang itu masih menuju lengan Hamsuke. Namun, pedang tersebut telah kehilangan kekuatannya setelah menyentuh cakar-cakar tersebut dan gagal membelah bulu yang mengeras serta daging di bawahnya.
Eruya tidak menarik pedangnya dan langsung menusukkan pedang itu ke arah mata Hamsuke. Beberapa monster dengan penutup mata yang mengeras yang mana bisa mementalkan bahkan pedang-pedang yang ditambahkan dengan ki atau aura. Namun Hamsuke kelihatannya tidak memiliki apapun yang seperti itu.
Itulah kenapa Hamsuke tidak membiarkan serangan itu terjadi.
Hamsuke menghindarinya dengan memutar tubuhnya dan mengayunkan ekornya di saat yang bersamaan.
Eruya menahan ekor tersebut dengan pedangnya, namun jumlah tenaga yang mengejutkan membuat mati rasa lengannya.
"Khh-urk!"
Dia melihat Hamsuke memutar badannya sekali lagi. Itu artinya kekuatan yang sama akan menyerang Eruya lagi.
Eruya melompat mundur. Dia tidak bisa menghitung dengan tepat seberapa panjang ekor itu, namun berencana untuk memperpendek jarak dengan 'Shukichi Kai' saat ekor itu sudah lewat.
Namun ekor yang dia kira akan lewat berhenti di tengah udara.
"Urk."
Itu adalah sebuah tipuan. Di saat yang bersamaan, Hamsuke memperoleh posturnya kembali lalu menarik ekornya pula. Wajah Eruya berkedut karena kenyataannya dia melewatkan kesempatan untuk menyerang.
Dia bisa melihat ekor dan tubuh itu bergerak hampir secara sendiri-sendiri. Seperti ekor dari tikus, namun bisa bergerak sendiri-sendiri seperti ekor ular atau chimaera.
"Kamu bisa menggunakan ekormu dengan bebas pula!"
Eruya mematri detil dari monster yang disebut Hamsuke ke dalam otaknya dan menyerang. Hamsuke, yang sedang menunggu sebuah celah, bergegas maju menemui serangan.
Pedang dan cakar beradu. Eruya yang pertama kali terluka ketika beradu serangan. Hamsuke, yang bisa menyerang dengan dua cakar, menggenggam keunggulan dalam jumlah serangannya terhadap Eruya, yang hanya bisa menggunakan satu pedang. Pertarungan jarak dekat berubah menjadi tidak menguntungkan. Meskipun sudah meningkatkan kemampuan fisiknya, Hamsuke masih menang. Jika itu masalahnya-
Eruya langsung mundur dengan 'Shukichi Kai'.
"Hmph, seperti yang kubilang!"
Sebelum Hamsuke mengejarnya, Eruya mengambil peluang tersebut, mengangkat pedangnya di udara dan mengayunkan pedang itu ke bawah.
"[Void Cutter]!"
Tebasan itu membelah udara dan melayang ke arah Hamsuke.
Hamsuke menguatkan diri unuk melindungi wajahnya dan serangan itu terpental oleh bulunya.
Serangan tersebut hanya memberikan damage yang semakin sedikit ketika targetnya semakin jauh. Sulit untuk bisa memberikan damage yang berarti seperti ini. Namun-
"Kelihatannya kamu tidak bisa menahannya. Ini adalah perbedaan antara binatang biasa dan seorang manusia."
"Ini memang... menyusahkan."
Eruya menggunakan 'Void Cutter' berkali-kali.
Bulu Hamsuke memang keras dan sulit dibelah. Itulah kenapa Eruya menyerang wajahnya dan menggunakan martial art berulang kali.
Hamsuke tetap diam di tempat namun berbicara melalui celah kecil di antara cakarnya yang sedang menutupi wajah.
"Tolong tunggu sebentar-"
"Apakah kamu mencoba untuk memohon ampunan nyawamu? Seperti yang kuduga dari hanya binatang."
"Bukan begitu - Ini menjengkelkan. Di dalam mulut rajat ini ada - Ah, aku menyerah!"
Eruya tidak mengerti.
Kurasa memang bisa diduga jika seorang manusia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh seekor binatang... kelihatannya dia akan menyerang sekarang.
"Ah- Berisik sekali dan menjengkelkan! Mari kita selesaikan ini!"
"Datanglah."
Hamsuke tidak memiliki metode serangan jarak jauh, jadi dia mencoba untuk memperpendek jerak dengan segala cara. Ini adalah yang diinginkan oleh Eruya.
Sulit memberikan damage kritis dengan 'Void Cutter', jadi dia harus memberikan serangan langsung agar bisa mengirimkan serangan mematikan. Ketika Hamsuke menunjukkan wajahnya seperti seekor binatang buas dan menyerang masuk, Eruya akan menekannya dengan martial art yang lebih kuat daripada 'Void Cutter' dan terus menarget wajah di dalam jarak dekat dan menang.
Saat Eruya tersenyum jahat, yakin dengan kemenangannya, ekor Hamsuke bergerak dan-
"Gyaaaaaaaaaahhhhhhhh!!"
Ekor itu menyerang bahu Eruya sepeti sebuah cambuk dengan kecepatan yang tidak bisa dipercaya.
Armor di bahu melengkung dan daingnya menjadi lepuh. Di waktu yang sama, suara tulang yang patah bisa terdengar dan rasa luka yang mengalir ke sekujur tubuhnya dengan kecepatan kilat, Eruya terhuyung-huyung ke belakang sambil mengeluarkan air liur.
Di belakang Hamsuke, ekor yang seperti ular menggeliat. Ekor itu terjulur keluar dengan panjang yang tidak biasa.
"Ekorku terlalu kuat seperti yang kuduga. Itulah kenapa aku mencoba untuk menyelesaikan ini dengan hanya pertempuran jarak dekat."
Gawat.
Eruya hampir tidak bisa menahan diri berteriak.
Jika dia terus diserang seperti ini, dia akan kalah.
"Kamu! Untuk apa kamu berdiri seperti orang idiot begitu saja! Gunakan magic milikmu! Sembuhkan aku! Aku bilang sembuhkan aku! Cepat, dasar budak bodoh! Lakukan sekarang!"
Salah satu elf mulai merapalkan mantranya ketika Eruya berteriak kepadanya.
Luka di bahunya mulai luntur hingga hilang.
"Lagi! Berikan mantra untuk memperkuat!"
Memperkuat kemampuan fisik, meningkatkan magic kepada pedang sementara, mengeraskan kulit, memperkuat kemampuan sensor.. Meskipun banyak mantra-mantra yang dirapalkan untuk memperkuat Eruya, Hamsuke melihat tanpa bersuara.
Dengan magic sebanyak itu memperkuat dirinya, sebuah senyum kembali ke wajah Eruya.
Kekuatan yang luar biasa mengalir di sekujur tubuhnya.
Eruya tak pernah kalah setelah menerima begitu banyak mantra untuk memperkuat. Tidak masalah lawannya seperti apapun.
Dibandingkan dirinya yang biasa, dia sekarang mengayunkan pedang dengan kecepatan ekstrim. Dia percaya diri bisa bertarung dengan setara sekarang.
"Karena monster dan manusia memiliki kemampuan fisik yang berbeda, Aku akan memenuhi lubang itu dengan ini!"
"Aku berencana untuk melawan kalian semua dari awal, jadi tidak begitu banyak berbeda bagiku. Raja ini berpikir bahwa akhirnya pertarungan ini akan menjadi pertarungan yang bagus!"
"Omong kosong!"
Eruya menyerang. Dia akan menghancurkan monster tersebut dengan kekuatan luar biasa yang mengalir di tubuhnya. Dia tidak akan membiarkan binatang ini bicara sombong lagi. Sambil menggunakan 'Shukuchi Kai', Eruya meluncurkan 'Void Cutter' untuk membuatnya sibuk.
"Terima ini!"
Dia mengayunkan pedangnya dengan berteriak. Jika bulu itu keras, dia hanya perlu menyerang dengan lebih keras agar bisa membelahnya.
"Terima raja ini [Slashing Strike]!"
Sesuatu yang tajam menancap di lengan Eruya dari atas pedangnya yang terangkat tinggi.
Sesuatu melayang di udara dan menancap di tanah. Dengan suara cairan seperti karung basah, diikuti dengan benturan logam.
Eruya tidak mengerti
Dua lengannya, yang sedang menggenggam pedang, telah hilang. Meskipun lukanya memuncratkan darah dari bagian yang puntung bersamaan dengan detak jantungnya, dia masih tidak mengerti.
Dia bisa melihat dua lengannya yang menggenggam erat pedang itu di tanah. bersamaan dengan luka yang perlahan terasa sakit di sisa lengannya.
Saat Eruya melihat lengan-lengan itu, Eruya akhirnya menyadari apa yang terjadi.
Terhuyung-huyung ke belakang dari Hamsuke, dia berteriak dengan suara bernada tinggi.
"Tangankuuuuuuuuuuuu! Sembuhkan! Aku bilang sembuhkan sekarang! Untuk apa kalian berdiri saja?"
Para elf itu tidak bergerak.
Apa yang terpantulkan dari mata mereka yang berawan adalah kegembiraan tersembunyi karena telah diperlakukan dengan kejam.
"Baiklah! Berhasil! Akhirnya aku bisa menggunakan martial art! Sekarang akhirnya aku bisa menerima pujian dari tuanku!"
"Hiiii!"
Eruya membuat jeritan yang membelah udara.
Bagi seorang manusia, yang hidup di dunia ini dengan makhlukyang lebih kuat, bertualang artinya hidup dengan luka terus menerus. Dia harus menahan begitu banyak luka sekarang. Dia telah disambar petir, dibakar dengan api, dibekukan dengan es, dipatahkan tulangnya, digigit oleh taring-taring, diiris dan dihajar. Namun dia tak pernah kehilangan senjatanya. Kehilangan senjata di dunia ini berarti mati. Atau lebih tepatnya, dia percaya diri bisa keluar dari situasi apapun jika dia memiliki senjatanya.
Dan sekarang kepercayaan diri ini sudah dihancurkan.
Itu adalah pertama kalinya Eruya menerima kejutan yang sedemikian rupa sejak dia lahir.
"Tanganku! Apa yang kalian tunggu lagi!"
Darah mengucur tanpa henti dan dia bisa merasakan tubuhnya semakin dingin dan berat, dimulai dari area yang terluka. Para elf hanya tersenyum lebar dengan teriakan Eruya, yang mirip dengan suara lonceng yang rusak.
Eruya tidak tahu bagaimana harus mengeluarkan pusaran emosi yang ada di dalam dirinya, namun dia bisa mendengar sebuah suara yang bisa disebut murah hati.
"Aku benar-benar berterima kasih padamu! Aku tidak senang memberikan luka yang tidak perlu, jadi aku akan mengakhirinya disini!" Sccchk, sesuatu membelah udara.
Segera setelah itu, sebuah kejutan menyerang wajah Eruya. Itu adalah semacam luka yang terasa seakan sudah menghancurkan setiap tulang di tubuhnya dan cukup membuatnya lupa dengan tangan-tangannya.
Itu adalah luka terakhir yang dirasakan oleh Eruya.
----
Dengan separuh wajah yang hilang, mayat itu roboh.
"Hmmmm hmmm."
hamsuke memutar kepalanya dan perlahan mundur. Jika dia tetap di dekat mayat tersebut, para elf akan waspada dan tidak mendekati mayat itu. Elf-elf tersebut terlihat seperti magic caster namun bisa memutuskan menggunakan pedang Eruya untuk bertarung. Hamsuke tidak ingin menghentikan mereka melakukannya.
"Sekarang, apakah kalian ingin bertarung pu-?"
Hamsuke menggumamkan kalimatnya karena terkejut. Para elf itu menendang mayat tersebut, yang diasumsikan oleh Hamsuke adalah rekan mereka, dengan wajah mereka yang menyeringai.
"Apa ini? Apakah ini cara dari elf mengubur yang mati?"
Hamsuke meragukannya saat bicara. Di mata mereka yang berawan dan tiada terdapat kilatan kebencian. Itu pasti kemarahan yang meluap-luap.
"-Ini benar-benar membingungkan."
Perintahnya adalah menggunakan skill-skill yang telah dia pelajar sejauh ini kepada para penyusup dan menunjukkan hasil dari latihannya. Namun jika dia bertarung dengan lawan yang tidak enggan, bisakah itu disebut sebagai 'menunjukkan hasil dari latihan'? Jika mereka setidaknya berdiri melawan, akan lebih baik daripada tidak sama sekali.
"Aku dengar mengejek adalah strategi yang bagus pula... Apa yang harus kulakukan?Entahlah... Kurasa mau bagaimana lagi. Aku akan menunggu perintah dari tuanku. Tapi-"
Hamsuke berputar untuk menghadap salah satu yang menilai pertempuran itu.
"Bagaimana tadi, Zaryusu-dono? Apakah aku lulus?"
"Ya, itu sangat indah. Martial art benar-benar aktif."
Hamsuke tersenyum cerah kepada warrior yang mengajarinya martial art.
"Ini benar-benar kesempatan bergembira! Kalau begitu apakah aku akhirnya akan mulai melakukan latihan tempur dengan mengenakan armor?"
"Itu akan menjadi langkah selanjutnya. Kita akan mulai dengan armor ringan dahulu lalu bergerak ke yang lebih berat."
Hamsuke tidak memakai armor hingga sekarang. Rasanya terlalu aneh dan sulit untuk bergerak bebas sambil memakainya. Tidak ada banyak masalah ketika berlari biasa, namun di dalam bertarung, dia kehilangan keseimbangan ketika mengayunkan ekornya dan tidak bisa menyerang dengan akurat. Itulah kenapa Hamsuke belajar dari lizardmen dan meniru latihan mereka untuk belajar bertarung.
"Tolong saksikan Hamsuke menjadi lebih kuat untuk tuanku! Berapa lama waktunya untuk bisa menyebut diriku seorang warrior dengan benar? Warrior Hamsuke."
"Mari kita lihat.... jika itu adalah Hamsuke-san, anda akan bisa memanggil diri seorang warrior sekitar satu bulan, tidak, dua bulan."
"Lamanya!"
"Kurasa itu sangat cepat. Hamsuke-san, biasanya memakan waktu satu tahun untuk mempelajari martial art. Mempertimbangkan hal itu, anda mempelajari martial art dengan sangat cepat."
Lizardmen lain di samping Zaryusu, Zenberu, berbicara.
"Begitukah?"
"Itu benar. Pengalaman bertarung yang sebenarnya, menyembuhkan diri ketika terluka, bertarung melawan musuh yang lebih kuat dengan magic untuk memperkuat, dll. Itu mungkin akan menjadi latihan yang mengerikan, namun akan membuahkan hasil."
Hamsuke gemetar. Lizardmen lain juga begitu saat mereka teringat latihan mereka sejauh ini.
"...Bagaimana aku harus menyebutnya. Aku harap itu bukan semacam latihan yang akan membuat kita berada di dalam jangkauan satu lengan dari kematian."
"Secara pribadi, aku merasa anda akan menjadi lebih kuat lebih cepat di dalam situasi antara hidup dan mati, namun... aku kira setiap orang berbeda. Ditambah, jika suami dari pengantin baru tiada, akan menyedihkan."
"Oooh! Aku sekarang ingat kamu sudah menikah!"
"Ya, dan dia kelihatannya sedang mengandung."
"Seperti yang kuduga dari warrior yang terlatih, akurasinya memang tinggi! Berapa kali? Dua atau tiga kali?"
Tinju Zaryusu menyerang Zenberu.
"Cukup. Jika kita tidak mulai latihan lagi, kita akan mendapatkan omelan. Dan juga, bagaimana dengan para elf itu?"
"Bukankah lebih baik kita biarkan saja mereka seperti itu?"
Para elf yang telah menendang mayat itu hanya terduduk lemah di lantai seperti boneka yang talinya putus. Tidak ada tanda-tanda keinginan untuk bertarung, jadi Hamsuke memutuskan untuk menunggu perintah tuannya kecuali mereka mencoba untuk lari.
Dia menemui banyak pojokan dan pintu-pintu batu, namun dia terus berjalan tanpa bicara. Kenyataannya, dia bosan karena tak ada yang terjadi. Tak ada satupun monster ataupun jebakan. Mungkin dia mengambil rute yang salah. Eruya berpikir sambil berdecak lidah.
"Maju, dasar lambat. Jalan lebih cepat!"
Eruya memerintahkan kepada elf yang sedang berjalan sepuluh meter di depannya dengan suara memaksa. Elf tersebut berhenti setiap beberapa kali, namun setelah diperintahkan, dia sedikit gemetar dan mulai berjalan lagi. Dia sudah berjalan terus sejak dia datang ke dalam makam ini.
Elf itu memang beruntung sejauh ini, namun jika ada jebakan satupun, pasti dia akan mati.
Daripada mencari jebakan-jebakan, perlakuan yang dia terima mirip dengan burung kenari yang sering digunakan oleh para penambang. Tim Eruya terdiri dari Eruya dan tiga budak efl dengan skill-skill berbeda - ranger, cleric dan druid. Menggunakan seseorang yang memiliki skill pendeteksi seperti burung kenari untuk pertambangan adalah sebuah perintah tidak masuk akal untuk diberikan.
Namun Eruya memiliki alasan tersendiri. Dia hanya lelah dengan elf yang berjalan di depan.
Banyak orang akan terkejut jika mereka mendengarnya. Bukan karena alasan moral, namun karena alasan uang.
Budak-budak dari Slane Theocracy tidaklah murah. Terutama elf, yang harganya bervariasi secara drastis tergantung penampilan atau skill mereka. Elf biasanya memiliki harga yang bisa membuat mata seseorang melompat karena mahalnya dan diperdagangkan dengan harga yang jauh diluar kemampuan orang biasa.
Seorang elf yang memiliki skill akan memiliki kisaran harga yang sama dengan sebuah senjata yang diberi tambahan magic khusus. Bahkan bagi Eruya, mereka bukanlah sesuatu yang bisa dibeli karena iseng.
Namun karena Eruya mengambil seluruh pembayaran Tenmu untuk dirinya sendiri, dia bisa menutupi kerugian dengan cepat jika pekerjaannya berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dia tidak perduli jika salah satu dari budak-budak itu mati setelah dia lelah dengan mereka.
lain kali, aku harus mendapatkan yang memiliki dada besar.
Eruya memikirkan itu sambil melihat ke punggung elf yang berjalan perlahan di depan.
Aku senang dengan cara mereka berteriak ketika aku meremas dada mereka dengan keras.
Karena pekerjaan ini adalah operasi gabungan antara banyak tim, dia tidak bisa meniduri elf-elf tersebut selama beberapa hari. Tak ada yang berani protes meskipun dia melakukannya, namun kecemburuan bisa memicu segala macam kejadian yang tidak menyenangkan. Eruya memiliki cukup pikiran sehat sebagai worker untuk bisa menyadari kerugian macam apa nantinya yang ditimbulkan.
Nafsu Eruya yang sudah tertahan membuatnya mengeluarkan pemikiran-pemikiran alternatif.
Tidak, mungkin aku harus mendapatkan seseorang seperti wanita itu.
Yang datang ke dalam pikiran Eruya adalah anggota dari 'Foresight'. Half-elf yang melihat ke arah Eruya dengan mata yang penuh kebencian.
Dia benar-benar wanita yang menjengkelkan.
Ada seorang gadis kecil di sampingnya di dalam kelompok itu, namun Eruya bisa mengerti bahwa gadis cilik mau tidak mau akan melihatnya dengan rasa permusuhan yang terang-terangan. Wajar bagi seorang wanita untuk tidak mengerti hasrat para pria, dan terutama seseorang dengan usia seperti gadis cilik itu, masih bisa dimengerti jika gadis itu memiliki kebencian tertentu terhadap tindakan-tindakan seksual. Namun tidak bisa diterima bagi makhluk rendahan melihat manusia dengan mata kebencian seperti itu.
Hanya memikirkannya saja sudah membuat wajah Eruya marah.
Aku ingin menghajar wajah menjengkelkan itu sampai tidak bisa melawan lagi...
Bagi budak-budak elf, mereka dihancurkan dengan segala macam metode sebelum dikirimkan kepada customer. Tidak mungkin budak-budak elf akan menunjukkan perlawanan yang berarti.
Di lain pihak, jika dia menargetkan si half-elf tersebut, dia akan melawan seperti binatang buas yang menggila. Bagi Eruya, tidak sulit untuk menghancurkan dan menguasai binatang buas, namun dia tidak akan keluar dengan badan mulus dan dia tidak memiliki rasa percaya diri yang besar untuk bisa menaklukkan mangsanya hidup-hidup. Sambil membayangkan dirinya menampar Imina terus-terusan di kepalanya, dia tidak sadar jika elf yang sedang memimpin jalan telah berhenti.
"Siapa yang bilang kepadamu untuk berhenti? Teruslah jalan."
"[Sesenggukan]...! Aku mendengar suara dari sana."
"Suara?"
Eruya mengkonsetrasikan pendengarannya sambil mengerutkan dahi kepada elf tersebut. Keheningan itu hampir seperti membuat tuli.
"...Aku tidak mendengar apapun."
Biasanya dia pasti akan menghajar elf tersebut, namun para elf memiliki pendengaran yang lebih unggul daripada manusia. Meskipun Eruya tidak mendengar apapun, ada peluang bagus elf-elf bisa mendengar sesuatu. Untuk memastikan, dia bertanya kepada dua elf di belakangnya.
"Bagaimana denganmu? Apakah kamu mendengarnya?"
"Y-Ya. Saya bisa mendengarnya."
"It-Itu seperti suara logam yang berbenturan dengan logam."
"...Begitukah."
Tidak mungkin suara benturan logam terdengar secara wajar. Pasti ada orang yang membuat suara itu. Dengan kata lain, peluang pertamanya mendapatkan pertarungan sejak masuk ke dalam makam ini. Dia menjadi senang dengan bayangan itu.
"Ayo maju ke tempat dimana suara ini berasal."
"Y-Ya."
Dengan budak elf yang memimpin jalan, Eruya menuju ke tempat dimana suara itu datang. Segera setelahnya, Eruya bisa mendengar suara logam pula. Itu diikuti dengan suara sesuatu yang keras menyerang material keras lainnya dan suara teriakan pertempuran.
"Yah, kurasa itu hanya worker lainnya. Terowongannya kelihatannya tidak berbelok di titik tertentu, namun kurasa kita akan bertemu dengan tim lain."
Seakan ada seseorang yang menyiramkan air dingin kepada kegembiraannya. Dia menghela nafas seakan sudah kehilangan seluruh motivasi.
"Yah, kurasa tak ada salahnya. Aku bisa bertarung sebagai bala bantuan mereka."
Ketika Eruya tiba di tempat suara itu berasal, dia memiliki perasaan aneh. Itu adalah perasaan aneh dengan sebuah pertempuran. Itu seperti-
Rasa penasarannya terjawab ketika dia berbelok dari pojok tersebut.
Ruangannya termasuk lebar, cukup besar untuk bisa memuat sepuluh orang yang berlarian dengan bebas. Di dalamnya ada sepuluh lizardmen yang memakai armor indah. Mereka semua memakai kalung di lehernya, dengan masing-masing terdapat rantai rusak yang menggantung.
Mereka saling mengayunkan pedang satu sama lain. Mereka saling menyerang dengan teriakan melengking dan adu pukul yang dipenuhi dengan tekad. Terjadi di seluruh ruangan. meskipun terlihat seperti pertempuran sengit, Eruya bisa tahu ini hanyalah latihan.
Salah satu makhluk lainnya di dalam ruangan itu adalah figur raksasa dengan perisai berbentuk seperti menara, mengenakan armor full plate hitam dengan dekorasi yang terlihat seakan ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah. Dan yang terakhir- bukan, yang terakhir lebih akuratnya.
Itu adalah binatang buas raksasa yang tertutup bulu perak, dengan kearifan yang berkilauan di matanya.
"Anda telah tiba, tn. penyusup."
Ada banyak monster-monster menjengkelkan diantara mereka yang bisa berbicara. Binatang buas magis cenderung menyerang menggunakan tenaga fisik, namun yang memiliki kecerdasan sering menggunakan magic.
Eruya tahu dia adalah ahli pedang jenius, namun dia tidak percaya diri dalam magic. Dia memperkuat tekadnya dan menguatkan hatinya untuk melawan magic.
"Dan kamu adalah?"
Tidak perlu ditanya. Jika dia sudah menunggu disini, maka dia pasti adalah sesuatu yang menjaga makam ini. Satu-satunya pertanyaan adalah seberapa kuat dia sebenarnya.
Dari penampilannya, bisa jadi itu adalah tuan dari makam ini. Jika dia mengalahkan binatang buas ini, dia akan memiliki kontribusi teratas. Itu artinya tim miliknya akan menjadi yang terbaik dari seluruh tim worker. Karena 'Tenmu' sejatinya adalah Eruya sendiri, itu artinya dia adalah worker terbaik. Bahkan keberuntungan adalah kualitas penting bagi seorang worker.
"Raja ini diperintahkan untuk menghadapimu disini. Aku harus menguji ini dan itu... namun kelihatannya kamu bukan lawan yang pantas."
Eruya merasa kecewa dan jengkel bersamaan.
Kecewa karena nyatanya binatang buas ini bukan apa-apa melainkan hanya anjing penjaga dan jengkel karena nyatanya anjing penjaga ini menganggap remeh dirinya.
"Tidak kukira akan menjadi seperti ini bahkan sebelum kita beradu pedang... Kamu."
"Y-Ya."
Elf itu gemetar ketika Eruya memanggilnya dengan suara renda. Eruya merasa puas dengan pemandangan itu. Itu adalah sikap yang pantas ditunjukkan kepada dirinya. Meskipun hanya beberapa hari, setelah menghabiskan beberapa waktu dengan Momon, yang dianggap tinggi oleh semuanya, dia menjadi semakin murah hati.
"Monster apa itu?"
"Sa-saya minta maaf, namun itu bu-bukan monster yang saya tahu."
"Cih, tidak berguna."
Eruya memukul elf yang tidak berguna itu dengan sarung pedangnya. Eruya mengabaikan elf yang roboh di lantai dan meminta maaf berkali-kali untuk mempelajari binatang buas itu.
Karena ukurannya, menghadapinya langsung kelihatannya tidak menguntungkan, namun monster-monster memang seperti itu. Dan Eruya telah membunuh banyak monster tanpa ada masalah. Dia merasa bodoh sesaat ketakutan karena seekor binatang buas yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Selalu dibutuhkan sikap waspada, namun terlalu waspada dan ketakutan adalah tidak kompeten di tingkatnya sendiri.
"Aku akan tanya sekali lagi. Apa yang membuatmu berpikir kamu bisa menang melawanku?"
"Aku bisa tahu jika kamu lemah dengan sekali tatap..."
Eruya mengerutkan dahi dan menggenggam erat pedangnya.
"...kelihatannya matamu memang tidak berguna. Mau kukorek untukmu."
"Silahkan kamu coba. Namun perintah kepadaku berkata tidak masalah jika aku membunuhmu disini... Jadi mengapa kita tidak mulai saja."
Nada yang tenang itu. Membuat Eruya marah sekali lagi.
Dia ingin mengayunkan pedangnya tanpa berkata apapun, namun berlari ke arah binatang buas yang sama sekali tidak khawatir akan membuat seperti orang yang lebih lemah. Jadi dia menahan diri dan mencemoohnya.
"Kalau begitu ayo, binatang."
"Lalu mengapa kamu hanya berdiri disana seperti itu? Apakah kamu tidak ingin mempersiapkan elf-elf yang ada di sebelah sana?"
"Tidak perlu. Ngmong-ngomong, apa kamu tidak ingin mempersiapkan para kadal yang berdiri di belakangmu?"
"Ah, itu tidak apa. Mereka disini hanya untuk mengamati pertarungan raja ini. jangan khawatir dengan mereka."
"Kamu berani sekali sudah membuat peluang satu-satunya untuk menang."
"Aku sangat berterima kasih atas pujianmu."
Sarkasme tidak berhasil disni. Mungkin binatang itu cukup cerdas berbicara, namun tidak secerdas itu? Saat Eruya berpikir demikian, binatang itu menggerakkan kumisnya dan berbicara.
"Namun aku berencana untuk membunuhmu tanpa ampun, jadi aku harap kamu melawanku dengan seluruh kekuatan penuh milikmu. Seperti yang kukatakan sebelumnya, ini juga adalah ujian yang diberikan kepada aku ini."
"Ujian? Ujian untuk anjing penjaga?"
"Hmm~ Ini adalah sebuah ujian untuk melihat jika aku sudah meningkat sebagai warrior. Sekarang, apakah kamu sudah siap mulai? Aku akan membiarkan para elf di belakang dan menghadapimu saja sekarang."
"Sesukamu saja."
"Nama raja ini adalah Hamsuke! Pergilah ke dunia lain mengingat nama dari orang yang membunuhmu! Katakan namamu juga!"
"...Aku tidak punya nama untuk diberikan cuma kepada binatang."
"Kalau begitu akan akan menghapusmu dari ingatanku sebagai orang bodoh yang tak punya nama!"
Figur raksasa itu melompat ke depan.
Tidak disangka itu adalah gerakan yang gesit setelah memperhitungkan ukurannya. Warrior yang acak-acakan akan kewalahan dengan tekanan saat dia mendekat dan menerima damage yang besar dari serangan tersebut.
Aku berbeda dengan para pecundang itu.
Eruya masuk menyerang ke arah Hamsuke yang juga maju lalu meluncur ke samping tanpa menggerakkan kakinya.
Itu adalah versi peningkatan dari martial art yang disebut 'Shukuchi', yaitu 'Shukuchi Kai'.
Biasanya, 'Shukuchi' hanya bisa digunakan untuk memperpendek jarak dengan lawan, namun, versi yang ini membuat pemakainya bisa bergerak bebas di seluruh arah. Penampilan saat meluncur tanpa menggerakkan kakinya terlihat aneh, namun itu benar-benar berguna.
Menghindarinya akan memindahkan pusat gravitasi seserang dan merusak keseimbangan mereka. namun, jika seseorang tidak perlu bergerak untuk bisa menghindar, maka dia bisa langsung menyerang dengan kekuatan penuh dari tubuh bagian bawah mereka.
"Tyaaht!"
Pedangnya terayun ke bawah-
"-Kehut!"
Eruya terbang ke belakang seakan dia terpental dari tubuh Hamsuke.
Itu adalah tubuh yang luar biasa keras, Eruya secara tidak sadar memeriksa seluruh tubuhnya untuk melihat jika dia masih bisa bergerak. Dia mendapatkan goresan-goresan ringan, namun kelihatannya tidak ada tulang yang terdislokasi. Dia masih bisa terus bertarung.
Kenyataannya dia jatuh ke lantai dan membiarkan serangan musuh menyentuhnya paling membuatnya marah, namun warrior di dalam diri Eruya berkata bahwa sekarang bukanlah waktunya untuk memikirkan hal semacam itu.
Segera setelah Eruya bangun, dia mencari Hamsuke dan bersiap untuk menerima serangannya sekali lagi dengan mengulurkan pedangnya.
Sesuatu yang lengket mengalir dari hidungnya. Ketika dia mengusapnya, dia memastikan bahwa itu adalah darah sesuai yang dia duga.
"Sialan..."
Hamsuke menatap Eruya, yang sedang mencoba berdiri, dengan mata yang tenang. Lebih tepat dikatakan jika Hamsuke mengamatinya.
Berbeda dengan tatapan dari binatang buas pada umumnya yang berkata 'Bisakah aku memakannya?' atau 'Bisakah aku menang melawannya?'. Itu adalah mata dari seorang warrior yang mencoba untuk memutuskan metode terbaik untuk bertarung dari adu pukulan yang mereka lakukan tadi.
Aku adalah boneka ujian untuk melihat jika seekor monster sudah tumbuh sebagai warrior? Bukan orang lain, tapi aku?
Rasanya sangat tidak mengenakkan, namun mempertimbangkan kegesitan monster itu, Eruya harus mengakui bahwa dia bukanlah monster biasa. Dalam sekejap, monster ini memprediksi bahwa dia akan mencoba untuk mengapit serangannya, namun Hamsuke hanya bisa memperoleh respon semacam itu setelah melalui latihan yang sangat ketat.
"Kelihatannya memang begitu... Jika terus seperti ini, Aku akan menang dengan mudah. Ah, tolong tidak usah memikirkan raja ini. Raja ini tak pernah melihat seorang manusiapun yang pernah menang melawanku."
"Seharusnya kamu simpan saja kata-katamu hingga akhir. Tidak seperti binatang buas biasa, seorang warrior bisa menggunakan martial art!"
Eruya berpikir dia bisa menang dengan mudah. Itulah kenapa dia menahan diri, namun sekarang, dia harus serius.
"Martial Arts! [Ability Boost], [Greater Ability Boost]!"
Ini adalah martial art yang paling dia banggakan. Terutama [Greater Boost Ability], yang mana bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari oleh orang setingkat Eruya.
Aku adalah jenius karena itu aku mampu mempelajari sesuatu seperti ini! Aku kuat!
Dia mengayunkan pedangnya dan bisa merasakan betapa ringan dan lembut gerakannya. Pedang itu bergerak tepat seperti yang dia bayangkan.
Eruya tersenyum sinis. Ronder selanjutnya akan menjadi miliknya.
"Hmmm~ Aku diajari untuk menjaga jarak ketika tidak yakin dengan kekuatan lawan, namun aku harus bertarung sebagai seorang warrior... Kurasa mau bagaimana lagi."
Hamsuke bergegas lari dengan dua kaki belakangnya dan mendekat.
"Apakah akan menjadi pertarungan jarak dekat? Apakah aku harus menerima seranganmu?"
"Jangan menganggapku remeh, binatang."
Saat Hamsuke masuk dalam jangkauan, Eruya meluncurkan serangannya.
Hamsuke hampir tidak bisa mementalkan serangan pedang yang ditambah dengan 'Ability Boost' dengan menggunakan cakarnya. Atau lebih tepatnya, lebih akurat dikatakan Hamsuke mencoba mementalkan serangan, karena pedang itu masih menuju lengan Hamsuke. Namun, pedang tersebut telah kehilangan kekuatannya setelah menyentuh cakar-cakar tersebut dan gagal membelah bulu yang mengeras serta daging di bawahnya.
Eruya tidak menarik pedangnya dan langsung menusukkan pedang itu ke arah mata Hamsuke. Beberapa monster dengan penutup mata yang mengeras yang mana bisa mementalkan bahkan pedang-pedang yang ditambahkan dengan ki atau aura. Namun Hamsuke kelihatannya tidak memiliki apapun yang seperti itu.
Itulah kenapa Hamsuke tidak membiarkan serangan itu terjadi.
Hamsuke menghindarinya dengan memutar tubuhnya dan mengayunkan ekornya di saat yang bersamaan.
Eruya menahan ekor tersebut dengan pedangnya, namun jumlah tenaga yang mengejutkan membuat mati rasa lengannya.
"Khh-urk!"
Dia melihat Hamsuke memutar badannya sekali lagi. Itu artinya kekuatan yang sama akan menyerang Eruya lagi.
Eruya melompat mundur. Dia tidak bisa menghitung dengan tepat seberapa panjang ekor itu, namun berencana untuk memperpendek jarak dengan 'Shukichi Kai' saat ekor itu sudah lewat.
Namun ekor yang dia kira akan lewat berhenti di tengah udara.
"Urk."
Itu adalah sebuah tipuan. Di saat yang bersamaan, Hamsuke memperoleh posturnya kembali lalu menarik ekornya pula. Wajah Eruya berkedut karena kenyataannya dia melewatkan kesempatan untuk menyerang.
Dia bisa melihat ekor dan tubuh itu bergerak hampir secara sendiri-sendiri. Seperti ekor dari tikus, namun bisa bergerak sendiri-sendiri seperti ekor ular atau chimaera.
"Kamu bisa menggunakan ekormu dengan bebas pula!"
Eruya mematri detil dari monster yang disebut Hamsuke ke dalam otaknya dan menyerang. Hamsuke, yang sedang menunggu sebuah celah, bergegas maju menemui serangan.
Pedang dan cakar beradu. Eruya yang pertama kali terluka ketika beradu serangan. Hamsuke, yang bisa menyerang dengan dua cakar, menggenggam keunggulan dalam jumlah serangannya terhadap Eruya, yang hanya bisa menggunakan satu pedang. Pertarungan jarak dekat berubah menjadi tidak menguntungkan. Meskipun sudah meningkatkan kemampuan fisiknya, Hamsuke masih menang. Jika itu masalahnya-
Eruya langsung mundur dengan 'Shukichi Kai'.
"Hmph, seperti yang kubilang!"
Sebelum Hamsuke mengejarnya, Eruya mengambil peluang tersebut, mengangkat pedangnya di udara dan mengayunkan pedang itu ke bawah.
"[Void Cutter]!"
Tebasan itu membelah udara dan melayang ke arah Hamsuke.
Hamsuke menguatkan diri unuk melindungi wajahnya dan serangan itu terpental oleh bulunya.
Serangan tersebut hanya memberikan damage yang semakin sedikit ketika targetnya semakin jauh. Sulit untuk bisa memberikan damage yang berarti seperti ini. Namun-
"Kelihatannya kamu tidak bisa menahannya. Ini adalah perbedaan antara binatang biasa dan seorang manusia."
"Ini memang... menyusahkan."
Eruya menggunakan 'Void Cutter' berkali-kali.
Bulu Hamsuke memang keras dan sulit dibelah. Itulah kenapa Eruya menyerang wajahnya dan menggunakan martial art berulang kali.
Hamsuke tetap diam di tempat namun berbicara melalui celah kecil di antara cakarnya yang sedang menutupi wajah.
"Tolong tunggu sebentar-"
"Apakah kamu mencoba untuk memohon ampunan nyawamu? Seperti yang kuduga dari hanya binatang."
"Bukan begitu - Ini menjengkelkan. Di dalam mulut rajat ini ada - Ah, aku menyerah!"
Eruya tidak mengerti.
Kurasa memang bisa diduga jika seorang manusia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh seekor binatang... kelihatannya dia akan menyerang sekarang.
"Ah- Berisik sekali dan menjengkelkan! Mari kita selesaikan ini!"
"Datanglah."
Hamsuke tidak memiliki metode serangan jarak jauh, jadi dia mencoba untuk memperpendek jerak dengan segala cara. Ini adalah yang diinginkan oleh Eruya.
Sulit memberikan damage kritis dengan 'Void Cutter', jadi dia harus memberikan serangan langsung agar bisa mengirimkan serangan mematikan. Ketika Hamsuke menunjukkan wajahnya seperti seekor binatang buas dan menyerang masuk, Eruya akan menekannya dengan martial art yang lebih kuat daripada 'Void Cutter' dan terus menarget wajah di dalam jarak dekat dan menang.
Saat Eruya tersenyum jahat, yakin dengan kemenangannya, ekor Hamsuke bergerak dan-
"Gyaaaaaaaaaahhhhhhhh!!"
Ekor itu menyerang bahu Eruya sepeti sebuah cambuk dengan kecepatan yang tidak bisa dipercaya.
Armor di bahu melengkung dan daingnya menjadi lepuh. Di waktu yang sama, suara tulang yang patah bisa terdengar dan rasa luka yang mengalir ke sekujur tubuhnya dengan kecepatan kilat, Eruya terhuyung-huyung ke belakang sambil mengeluarkan air liur.
Di belakang Hamsuke, ekor yang seperti ular menggeliat. Ekor itu terjulur keluar dengan panjang yang tidak biasa.
"Ekorku terlalu kuat seperti yang kuduga. Itulah kenapa aku mencoba untuk menyelesaikan ini dengan hanya pertempuran jarak dekat."
Gawat.
Eruya hampir tidak bisa menahan diri berteriak.
Jika dia terus diserang seperti ini, dia akan kalah.
"Kamu! Untuk apa kamu berdiri seperti orang idiot begitu saja! Gunakan magic milikmu! Sembuhkan aku! Aku bilang sembuhkan aku! Cepat, dasar budak bodoh! Lakukan sekarang!"
Salah satu elf mulai merapalkan mantranya ketika Eruya berteriak kepadanya.
Luka di bahunya mulai luntur hingga hilang.
"Lagi! Berikan mantra untuk memperkuat!"
Memperkuat kemampuan fisik, meningkatkan magic kepada pedang sementara, mengeraskan kulit, memperkuat kemampuan sensor.. Meskipun banyak mantra-mantra yang dirapalkan untuk memperkuat Eruya, Hamsuke melihat tanpa bersuara.
Dengan magic sebanyak itu memperkuat dirinya, sebuah senyum kembali ke wajah Eruya.
Kekuatan yang luar biasa mengalir di sekujur tubuhnya.
Eruya tak pernah kalah setelah menerima begitu banyak mantra untuk memperkuat. Tidak masalah lawannya seperti apapun.
Dibandingkan dirinya yang biasa, dia sekarang mengayunkan pedang dengan kecepatan ekstrim. Dia percaya diri bisa bertarung dengan setara sekarang.
"Karena monster dan manusia memiliki kemampuan fisik yang berbeda, Aku akan memenuhi lubang itu dengan ini!"
"Aku berencana untuk melawan kalian semua dari awal, jadi tidak begitu banyak berbeda bagiku. Raja ini berpikir bahwa akhirnya pertarungan ini akan menjadi pertarungan yang bagus!"
"Omong kosong!"
Eruya menyerang. Dia akan menghancurkan monster tersebut dengan kekuatan luar biasa yang mengalir di tubuhnya. Dia tidak akan membiarkan binatang ini bicara sombong lagi. Sambil menggunakan 'Shukuchi Kai', Eruya meluncurkan 'Void Cutter' untuk membuatnya sibuk.
"Terima ini!"
Dia mengayunkan pedangnya dengan berteriak. Jika bulu itu keras, dia hanya perlu menyerang dengan lebih keras agar bisa membelahnya.
"Terima raja ini [Slashing Strike]!"
Sesuatu yang tajam menancap di lengan Eruya dari atas pedangnya yang terangkat tinggi.
Sesuatu melayang di udara dan menancap di tanah. Dengan suara cairan seperti karung basah, diikuti dengan benturan logam.
Eruya tidak mengerti
Dua lengannya, yang sedang menggenggam pedang, telah hilang. Meskipun lukanya memuncratkan darah dari bagian yang puntung bersamaan dengan detak jantungnya, dia masih tidak mengerti.
Dia bisa melihat dua lengannya yang menggenggam erat pedang itu di tanah. bersamaan dengan luka yang perlahan terasa sakit di sisa lengannya.
Saat Eruya melihat lengan-lengan itu, Eruya akhirnya menyadari apa yang terjadi.
Terhuyung-huyung ke belakang dari Hamsuke, dia berteriak dengan suara bernada tinggi.
"Tangankuuuuuuuuuuuu! Sembuhkan! Aku bilang sembuhkan sekarang! Untuk apa kalian berdiri saja?"
Para elf itu tidak bergerak.
Apa yang terpantulkan dari mata mereka yang berawan adalah kegembiraan tersembunyi karena telah diperlakukan dengan kejam.
"Baiklah! Berhasil! Akhirnya aku bisa menggunakan martial art! Sekarang akhirnya aku bisa menerima pujian dari tuanku!"
"Hiiii!"
Eruya membuat jeritan yang membelah udara.
Bagi seorang manusia, yang hidup di dunia ini dengan makhlukyang lebih kuat, bertualang artinya hidup dengan luka terus menerus. Dia harus menahan begitu banyak luka sekarang. Dia telah disambar petir, dibakar dengan api, dibekukan dengan es, dipatahkan tulangnya, digigit oleh taring-taring, diiris dan dihajar. Namun dia tak pernah kehilangan senjatanya. Kehilangan senjata di dunia ini berarti mati. Atau lebih tepatnya, dia percaya diri bisa keluar dari situasi apapun jika dia memiliki senjatanya.
Dan sekarang kepercayaan diri ini sudah dihancurkan.
Itu adalah pertama kalinya Eruya menerima kejutan yang sedemikian rupa sejak dia lahir.
"Tanganku! Apa yang kalian tunggu lagi!"
Darah mengucur tanpa henti dan dia bisa merasakan tubuhnya semakin dingin dan berat, dimulai dari area yang terluka. Para elf hanya tersenyum lebar dengan teriakan Eruya, yang mirip dengan suara lonceng yang rusak.
Eruya tidak tahu bagaimana harus mengeluarkan pusaran emosi yang ada di dalam dirinya, namun dia bisa mendengar sebuah suara yang bisa disebut murah hati.
"Aku benar-benar berterima kasih padamu! Aku tidak senang memberikan luka yang tidak perlu, jadi aku akan mengakhirinya disini!" Sccchk, sesuatu membelah udara.
Segera setelah itu, sebuah kejutan menyerang wajah Eruya. Itu adalah semacam luka yang terasa seakan sudah menghancurkan setiap tulang di tubuhnya dan cukup membuatnya lupa dengan tangan-tangannya.
Itu adalah luka terakhir yang dirasakan oleh Eruya.
----
Dengan separuh wajah yang hilang, mayat itu roboh.
"Hmmmm hmmm."
hamsuke memutar kepalanya dan perlahan mundur. Jika dia tetap di dekat mayat tersebut, para elf akan waspada dan tidak mendekati mayat itu. Elf-elf tersebut terlihat seperti magic caster namun bisa memutuskan menggunakan pedang Eruya untuk bertarung. Hamsuke tidak ingin menghentikan mereka melakukannya.
"Sekarang, apakah kalian ingin bertarung pu-?"
Hamsuke menggumamkan kalimatnya karena terkejut. Para elf itu menendang mayat tersebut, yang diasumsikan oleh Hamsuke adalah rekan mereka, dengan wajah mereka yang menyeringai.
"Apa ini? Apakah ini cara dari elf mengubur yang mati?"
Hamsuke meragukannya saat bicara. Di mata mereka yang berawan dan tiada terdapat kilatan kebencian. Itu pasti kemarahan yang meluap-luap.
"-Ini benar-benar membingungkan."
Perintahnya adalah menggunakan skill-skill yang telah dia pelajar sejauh ini kepada para penyusup dan menunjukkan hasil dari latihannya. Namun jika dia bertarung dengan lawan yang tidak enggan, bisakah itu disebut sebagai 'menunjukkan hasil dari latihan'? Jika mereka setidaknya berdiri melawan, akan lebih baik daripada tidak sama sekali.
"Aku dengar mengejek adalah strategi yang bagus pula... Apa yang harus kulakukan?Entahlah... Kurasa mau bagaimana lagi. Aku akan menunggu perintah dari tuanku. Tapi-"
Hamsuke berputar untuk menghadap salah satu yang menilai pertempuran itu.
"Bagaimana tadi, Zaryusu-dono? Apakah aku lulus?"
"Ya, itu sangat indah. Martial art benar-benar aktif."
Hamsuke tersenyum cerah kepada warrior yang mengajarinya martial art.
"Ini benar-benar kesempatan bergembira! Kalau begitu apakah aku akhirnya akan mulai melakukan latihan tempur dengan mengenakan armor?"
"Itu akan menjadi langkah selanjutnya. Kita akan mulai dengan armor ringan dahulu lalu bergerak ke yang lebih berat."
Hamsuke tidak memakai armor hingga sekarang. Rasanya terlalu aneh dan sulit untuk bergerak bebas sambil memakainya. Tidak ada banyak masalah ketika berlari biasa, namun di dalam bertarung, dia kehilangan keseimbangan ketika mengayunkan ekornya dan tidak bisa menyerang dengan akurat. Itulah kenapa Hamsuke belajar dari lizardmen dan meniru latihan mereka untuk belajar bertarung.
"Tolong saksikan Hamsuke menjadi lebih kuat untuk tuanku! Berapa lama waktunya untuk bisa menyebut diriku seorang warrior dengan benar? Warrior Hamsuke."
"Mari kita lihat.... jika itu adalah Hamsuke-san, anda akan bisa memanggil diri seorang warrior sekitar satu bulan, tidak, dua bulan."
"Lamanya!"
"Kurasa itu sangat cepat. Hamsuke-san, biasanya memakan waktu satu tahun untuk mempelajari martial art. Mempertimbangkan hal itu, anda mempelajari martial art dengan sangat cepat."
Lizardmen lain di samping Zaryusu, Zenberu, berbicara.
"Begitukah?"
"Itu benar. Pengalaman bertarung yang sebenarnya, menyembuhkan diri ketika terluka, bertarung melawan musuh yang lebih kuat dengan magic untuk memperkuat, dll. Itu mungkin akan menjadi latihan yang mengerikan, namun akan membuahkan hasil."
Hamsuke gemetar. Lizardmen lain juga begitu saat mereka teringat latihan mereka sejauh ini.
"...Bagaimana aku harus menyebutnya. Aku harap itu bukan semacam latihan yang akan membuat kita berada di dalam jangkauan satu lengan dari kematian."
"Secara pribadi, aku merasa anda akan menjadi lebih kuat lebih cepat di dalam situasi antara hidup dan mati, namun... aku kira setiap orang berbeda. Ditambah, jika suami dari pengantin baru tiada, akan menyedihkan."
"Oooh! Aku sekarang ingat kamu sudah menikah!"
"Ya, dan dia kelihatannya sedang mengandung."
"Seperti yang kuduga dari warrior yang terlatih, akurasinya memang tinggi! Berapa kali? Dua atau tiga kali?"
Tinju Zaryusu menyerang Zenberu.
"Cukup. Jika kita tidak mulai latihan lagi, kita akan mendapatkan omelan. Dan juga, bagaimana dengan para elf itu?"
"Bukankah lebih baik kita biarkan saja mereka seperti itu?"
Para elf yang telah menendang mayat itu hanya terduduk lemah di lantai seperti boneka yang talinya putus. Tidak ada tanda-tanda keinginan untuk bertarung, jadi Hamsuke memutuskan untuk menunggu perintah tuannya kecuali mereka mencoba untuk lari.
================