Enri's Upheaval and Hectic Days
Kesibukan dan Kehebohan sehari-hari Enri
Enri Emmot bangun sebelum matahari terbit untuk membuat sarapan. Ada banyak makanan yang harus disiapkan, dan masakannya tidak sebaik ibunya yang telah tiada.
Menghitung Nemu, Enri sendiri dan sembilan belas goblin yang setia kepadanya, dia harus membuat sarapan untuk dua puluh satu orang. Memasak dua lagi sebagai tambahan akan membuatnya berjumlah dua puluh tiga. Mempersiapkan makanan sebanyak itu adalah pekerjaan yang berat, dan bisa dianggap sebagai suatu pertempuran dalam caranya sendiri. Enri gemetar ketika melihat jumlah makanan yang banyak di depannya dan menyadari bahwa itu semua akan habis dalam sekali lahap.
"Ini hampir enam kali lebih banyak dari sebelumnya..."
Setelah mengambil nafas dalam-dalam, dia menyingsingkan lengan bajunya, menguatkan diri dan mulai mengerjakannya.
Dia membelah sayuran tanpa suara, lalu dagingnya. Proses itu sudah tertanam dalam otak Enri saat ini.
Meskipun Enri tidak berbakat dalam hal memasak, faktanya bahwa dia telah belajar menangani pekerjaan yang luar biasa besar itu dalam waktu yang singkat adalah sebuah contoh buku tulis dari proses bagaimana berlian dibuat di bawah tekanan.
Nemu bangun akibat suara yang dibuat oleh Enri yang sedang membuat sarapan dan menggosok-gosok matanya setelah bangun.
"Selamat Pagi, onee-chan. Biarkan aku membantumu juga!"
"Selamat Pagi, Nemu, aku baik-baik saja disini, tapi masih ada sesuatu yang kemarin aku minta bantuannya kepadamu..."
Rasa tidak senang berkelebat di wajah Nemu untuk sesaat, tapi pada akhirnya, dia tidak protes, meskipun dia memang menurunkan kepalanya dan menjawab "kay" saat dia mengikuti permintaan Enri.
Enri berhenti di tengah-tengah saat memotong.
Hatinya sakit.
Nemu sekarang sudah sepuluh tahun, dan dia pernah menjadi gadis yang periang dan penuh semangat. Setelah insiden itu, Nemu yang dulu naif dan riang menjadi patuh sekali kepada kakaknya, tanpa adanya sifat ngambek dan marah yang umumnya ada pada anak kecil seusianya. Dia sekarang menjadi gadis yang baik - baik sekali sampai sakit rasanya.
Wajah tersenyum dari orang tuanya muncul di dalam ingatan Enri. Meskipun beberapa bulan sudah lewat, luka dari insiden itu masih belum sembuh.
Jika mereka tewas karena penyakit, dia bisa mempersiapkan diri untuk hal itu. Jika mereka tewas karena sebuah kecelakaan atau bencana alam, dia tidak akan membenci orang lain karena itu, dan mungkin dia tidak akan terluka pula. Namun orang tuanya telah dibunuh di depan matanya, dan hatinya sekarang dipenuhi dengan kebencian. Tidak mungkin dia merasa sebaliknya.
Enri menutup matanya rapat-rapat. Jika ada orang di dekatnya, maka dia bisa bekerja keras sehingga mereka tidak akan melihat kelemahan dirinya. Namun ketika dia sendirian, kesepian itu membuka luka di hatinya.
"-Bukankah itu memang benar?"
Bahkan ketika dia membuka matanya, senyum orang tuanya masih mengambang di depannya. Dia mengingat kembali momen-momen lembut masa lalu di dalam ingatannya.
Setelah ingatan lembut itu menjadi kekacauan di hatinya. Terdorong oleh kebencian untuk orang-orang yang telah membunuh orang tuanya, Enri menghujamkan dengan keras pisau yang digunakan untuk memotong daging itu sehingga membelahnya menjadi dua.
Namun, karena dia terlalu banyak menggunakan tenaga, dia juga mencongkel kayu yang menjadi landasannya, akhirnya membuat alisnya mengerut karena frustasi.
Jika pisau itu cuil, maka sulit memperbaikinya... Maafkan aku, i-ibuuu.
enri terbayang saat dia meminta maaf karena telah merusak pisau pembelahnya yang menjadi satu-satunya benda penghubung kepada ibunya yang telah tiada.
Dia dengan lembut memeriksa mata pisau tersebut dengan jari-jarinya untuk memastikan pisau itu baik-baik saja, dan saat itu, pintu yang ada di belakang Enri, yang menghubungkan ke ruang tamu, terbuka.
Orang yang masuk bukanlah manusia, namun seseorang yang lebih pendek - salah satu demihuman yang umum dikenal sebagai goblin.
"Selamat Pagi Ane-san. hari ini giliran kami untuk... ada apa?"
(dari Aneki / Panggilan kepada kakak Perempuan)
Goblin itu terdiam sejenak di tengah-tengah membungkuk sempurna untuk memalingkan matanya yang penuh perhatian kepada lengan Enri.
Enri hanya seorang gadis desa, namun para goblin melayaninya tanpa ragu karena dia adalah orang yang memanggil (summon) mereka.
Setelah insiden itu, ketika para penduduk desa bingung apakah mereka perlu bergantian berjaga, Enri teringat tanduk yang diberikan kepadanya lalu menggunakannya untuk memanggil goblin.
Pada penduduk desa pada awalnya terkejut dan takut dengan goblin karena mereka tiba-tiba muncul entah darimana, namun akhirnya mereka kembali tenang ketika Enri bilang kepada mereka bahwa dia memanggil goblin itu dengan item pemberian dari penyelamat mereka, Ainz Ooal Gown. Tak usah dikatakan lagi, ini karena rasa terima kasih dan kepercayaan mereka terhadap Ainz. Oleh karena itu, pekerjaan yang telah dilakukan oleh goblin-goblin itu cukup untuk membuat kecurigaan para penduduk tersingkir dan menyambut mereka dari lubuk hati yang paling dalam.
"Selamat pagi, Kaijali-san, aku hanya menggunakan sedikit terlalu banyak tenaga untuk pisau itu..."
Saat salah satu goblin yang dipanggil oleh Enri, Kaijali, terlihat seperti seekor beruang yang baru saja bangun tidur dari tidur panjangnya di musim dingin, mengerutkan dahinya dan memberikan ekspresi khawatir di wajahnya sebelum berkata.
"Itu tidak baik, anda harus menjaga pisau itu. Penduduk desa tidak memiliki tukang penempa (Blacksmith), jadi kita tidak bisa memperbaiki equipment kita pula."
"Oh begitu.."
"Yah, tidak apa. Kita akan memikirkan solusinya ketika waktunya tiba."
Kaijali berbicara dengan suara riang dan tulus sambil membantu menyiapkan sarapan. Dia memeriksa cairan yang berasap yang dia ambil dari panci yang sedang dia pegang, dan dengan gerakan yang sering dilatih, mengangkat kompor itu. Lalu dengan cekatan dan mudah membuat bara api yang samar menjadi kobaran api yang menderu menunjukkan bukti bahwa dia memang terampil.
Namun mereka tidak bisa masak.. mengapa bisa begitu?
Para goblin bahkan tidak bisa memasak makanan yang paling sederhana. Karena mereka memakan daging mentah dan sayuran tanpa protes, Enri mengira mereka lebih menyukai makanan mentah, namun sekarang menjadi jelas bahwa mereka lebih memilih makanan yang sudah dimasak - meskipun mereka masih bisa memakan makanan mentah tanpa ada masalah.
Apakah itu karena mereka adalah makhluk hasil summon sehingga mereka tidak tahu bagaimana cara memasak?
Seorang gadis desa biasa seperti dirinya tidak memiliki jawaban terhadap pertanyaan ini, dan dengan begitu dia menenggelamkan diri ke dalam pekerjaan lagi menjadi semakin dalam. Untungnya, mata pisau itu masih utuh.
Akhirnya, sarapan pun sudah siap.
Ada berbagai macam jenis makanan di meja dibandingkan dengan hari-hari ketika ibu Enri yang memasak.
Seperti contohnya, ada daing. Meskipun Ranger disana sering berbagi hasil buruna mereka di masa lalu, jumlah yang bisa mereka bahwa pulang tidak sebanding dengan yang sekarang. Alasan mengapa mereka memiliki begitu banyak daging sekarang adalah karena para penduduk desa telah memperluas area aktivitas mereka.
Great Forest of Tob telah menyediakan hadiahnya kepada mereka dalam bentuk kayu bakar, sayuran liar dan buah-buahan untuk dimakan, para binatang untuk daging dan bulunya, dan bahkan tumbuhan obat-obatan.
Meskipun hutan memang tepat dianggap sebagai peti harta karun, juga berperan sebagai rumah bagi binatang liar dan monster-monster, yang mana bisa saja menuju ke desa itu. Sebagai hasilnya, hutan tersebut bukanlah sebuah tempat dimana para penduduk desa bisa dengan mudahnya masuk. Bahkan para ahli seperti pemburu-pemburu profesional dipaksa untuk menyelinap seperti bandit di pinggiran teritori dari Wise King of Forest. Namun, dengan tidak adanya kemunculan dari Wise King of the Forest dan pasukan goblin, situasinya berubah drastis.
Perubahan besar adalah para penduduk desa sekarang bisa dengan mudah memasuki hutan dan memanen hasilnya. Para goblin adalah kunci dari hal ini; daing, yang mana sebelumnya sulit didapatkan, sekarang bisa dengan mudah diperoleh, dan meja mereka sekarang penuh dengan buah-buahan dan sayuran segar. Sebagai hasilnya, situasi makanan di dalam desa telah meningkat dengan dramatis.
Di tambah lagi, karena para goblin adalah bawahan dari Enri, mereka mengirimkan hasil buruan mereka dalam jumlah banyak ke rumahnya.
Sebagai tambahan, salah satu tambahan penduduk yang paling baru adalah seorang ranger yang telah membuat kontribusi dalam bahan pangan.
Dia adalah seorang wanita yang dulunya menjadi seorang petualang di E-Rantel. Karena berbagai alasan, dia pindah ke desa ini, dan belajar cara berburu dari ranger yang hidup di desa itu. Karena dulunya dia adalah seorang warrior selama hari-harinya berpetualang, kemampuannya dengan busur juga luar biasa, dan dia bisa mengalahkan lawan terbesar hanya dengan beberapa anak pana. Sebagian karena usahanya sehingga distribusi daing di dalam desa menjadi meningkat.
Standard yang meningkat dalam hidup membawa perubahan, yang mana terpantul dalam tubuh para penduduk desa.
Enri menekuk bisep miliknya, meregangkan otot-ototnya.
Tambahan di tubuhnya cukup menakjubkan.
Ah, aku merasa sangat semangat ~ otot-otot ini semakin besar...
Para goblin memuji Enri dalam setiap kesempaan dengan kalimat seperti 'Ane-san benar-benar sudah matang!' 'yeah, pompa lagi!' 'Dia terlalu besar untuk dikendalikan!' 'Tujuannnya adalah sixpack!' 'Potongan yang bagus!'. Kebanyakan bermaksud baik, namun sebagai seorang gadis, sulit untuk bisa menerima pujian seperti itu.
Jika aku nantinya menjadi seperti yang disebutkan oleh para goblin, bisa gawat...
Enri menyingkirkan bayangan yang ideal bagi goblin, bentuk akhir yang sangat berotot dari dirinya muncul di dalam otak, dan mulai menyiapkan sarapan.
Itu juga adalah tugas yang membosankan. Meskipun para goblin tidak protes terhadap perbedaan kecil terhadap ukuran porsi mereka, jumlah daging yang ada di dalam sup mereka adalah masalah yang besar. Enri memastikan piring dan mangkuk semuanya memiliki jumlah daging yang sama sebelum bergerak ke tugas selanjutnya.
Keringat menetes dari keingnya ketika waktu sarapan sudah siap.
"Kalau begitu, mari kita panggil semua orang dan Nfirea."
"Aku mengerti~"
"Aku akan pergi! Biarkan aku yang mengerjakannya! Aku ingin melakukannya!"
Saat Enri memutar badan, dia melihat Nemu yang sedang berdiri di belakangnya dengan mata berbinar.
"Apakah kamu sudah menyelesaikan tugas-tugasmu?" Adiknya itu mengangguk untuk membalasnya, dan begitu pula Enri.
"Benarkah? Kalau begitu panggil Nfi-"
"Tidak! Aku ingin memanggil para goblin!"
Enri tidak tahu bagaimana cara menjawab ledakan dari adiknya yang tiba-tiba. Kaijali mengangguk dengan lembut ke arah Nemu, agaknya mengindikasikan bahwa dia akan memberikan tugas itu kepadanya.
"Aku akan serahkan itu padamu, kalau begitu, aku akan pergi memanggil Nfirea."
"Itu lebih baik! Ide yang sangat bagus! Ane-san, biarkan aku pergi denganmu."
Meskipun ini akan membiarkan rumah menjadi kosong, Enri tidak perduli. Lagipula, tak pernah ada masalah kemalingan yang masuk kemari sebelumnya.
Bersama dengan Kaijali, Enri meninggalkan rumah itu tepat setelah Nemu.
Angin yang berhembus ke wajah Enri, membawa aroma rerumputan dan dihangatkan oleh sinar matahari yang lembut dari matahari pagi. Enri menghirup nafas dalam-dalam, dan ketika dia memutar badan ke arah Kaijali, dia juga menghirup aroma itu. Enri tidak tahan tertawa dengan pemandangan itu, dan Kaijali cemberut, mencoba memperoleh kewibawaannya kembali dengan ekspresi garang, Mungkin Enri di masa lalu akan ketakutan, namun Enri sudah terbiasa hidup dengan Goblin sekarang, dan dia tahu beginilah Kaijali tersenyum.
Di hari yang cerah, dingin dan segar ini, Enri meneruskan perjalanan ke arah rumah disamping rumahnya.
Rumah itu ditinggalkan tanpa penghuninya sejak tragedi yang menimpa desa mereka baru-baru ini, dan menjadi rumah dari para alchemist (ahli kimia) dari E-Rantel, keluarga Bareare.
Rumah itu ditempati oleh dua orang, Lizzie Bareare, wanita tua yang sudah keriput serta cucunya, teman baik Enri yaitu Nfirea Bareare. Dua orang itu menghabiskan hari-hari mereka terkungkung di dalam rumah, memproses tumbuh-tumbuhan untuk membuat ramuan atau potion serta obat-obatan lain.
Tidak bekerja bersama dengan penduduk lain adalah alasan yang bagus untuk dijauhi, dan dalam kasus terburuk, ditendang keluar dari desa. Tapi berbeda bagi mereka berdua.
Di setiap desa, seorang apoteker - seseorang yang bisa mempersiapkan obat-obatan untuk menangani penyakit atau luka - sangat berharga. Mereka bisa dikatakan cukup penting sampai-sampai para penduduk akan memohon, "anda tak perlu melakukan apapun kecuali membuat obat bagi kami".
Ini semakin berharga hingga dua kali lipat bagi desa seperti desa Carne, yang mana tak memiliki akses kepada para priest yang bisa menggunakan magic penyembuh. Bagi desa yang lebih besar, para priest akan bertugas ganda sebagai apoteker desa.
Para priest akan menarik biasa yang sesuai atas magic penyembuh mereka. Atau lebih tepatnya, mungkin lebih baik dikatakan bahwa mereka harus menarik biasa. Jika para penduduk tidak bisa membayar, maka mereka malahan akan menawarkan tenaga kasar. Bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan bahkan untuk melakukan itu, para priest akan menggunakan obat-obatan yang diracik dari tumbuh-tumbuhan, karena penyembuhan secara herbal lebih murah daripada penyembuhan magic.
Salah satu goblin yang ada di desa ini adalah seorang cleric, dan dia bisa menyembuhkan luka kecil dengan mudah, namun para penduduk desa sama-sama memiliki pendapat jika dia harus menyimpan kekuatannya untuk keadaan darurat, setidaknya sampai ada seseorang yang terluka parah. Apalagi, mantra-mantra penyembuh milik cleric sangat terbatas dan kurang memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit atau menetralisir racun.
Meskipun Bareare melakukan pekerjaan yang vital, para penduduk tidak berani mendekati mereka.
Alasan terhadap hal ini sangatlah jelas saat salah satunya mendekati kediaman Bareare.
Enri menutup hidungnya, begitu juga Kaijali. Rumah yang mereka dekati diselimuti oleh bau yang tajam. Setelah semua diperhitungkan, sebenarnya tidaklah buruk, namun masih tetap terasa tidak enak. Bau yang dikeluarkan dari tanaman-tanaman yang dihancurkan mungkin memang menyengat, namun pada akhirnya itu hanyalah bau dari tanaman, dan tidak berbahaya.
Bernafas melalui mulut, Enri mengetuk pintu itu.
Dia mengetuknya beberapa kali, namun tak ada yang menjawab pintu tersebut. Saat dia mengira tak ada orang di dalam rumah, suara seseorang yang mendekat datang dari sisi yang lain, dan setelah sebuah kunci dibuka dengan buru-buru, pintu itu terbuka.
-?!
Enri tidak bereaksi dengan ekspresi maupun kata-kata, namun bau yang datang dari dalam rumah benar-benar mengerikan.
Sebuah rasa sakit yang keras menyengat matan, hidung dan mulutnya. Yang lebih parah, bau busuk dari dalam rumah menandakan bahwa racun yang ada di sekeliling rumah tidak lain berasal dari apa yang keluar dari dalam.
"Selamat pagi, Enri!"
Mata Nfirea, yang terlihat dari celah diantara rambutnya yang panjang, terbuka lebar dan berwarna merah darah. Dia pasti begadang semalaman karena percobaan kimia lagi.
Enri tidak ingin membuka mulutnya untuk berbicara ketika dia diselimuti oleh gas yang membuat mata perih, namun tidak sopan jika tidak membalas sapaan.
"Se-Selamat pagi, Enfi."
Enri merasa tenggorokannya kering saat dia mengatakan itu.
"Pagi, Ani-san." (dari Aniki / Panggilan kepada kakak laki-laki)
"Ah, selamat pag, Kai...Kaijali-san...Huh, sudah pagi? Aku terlalu keras bekerja sampai-sampai tidak menyadarinya. Melihat matahari membuatku sadar bagaimana waktu berlalu dengan cepatnya... ahhh, aku sudah melakukan banyak percobaan baru-baru ini, aku harus keluar dari rumah."
Nfirea merentangkan badannya seperti seekor kucing di tengah malam dan menguap.
"Kelihatannya kamu sudah menghabiskan minyak untuk malam hari, huh-"
Enri waktu itu akan menambahi "sarapan sudah siap, datanglah dengan Obaa-chan" (Nenek), namun Nfirea menyela. Atau lebih tepatnya, daripada berkata dia menyela Enri, mungkin lebih baik jika disebut Enri terpana akan antusiasnya sebagai seorang pria.
"Menakjubkan sekali, Enri!"
Nfirea bergegas ke arahnya. Pakaian kerjanya mengeluarkan bau menyengat yang sama dengan seisi rumahnya. Mesipun Enri ingin sekali mundur darinya, dia memaksa diri untuk bertahan, karena Nfirea adalah teman dekatnya.
"Apa, apa yang terjadi, Enfi?"
"Kamu harus mendengar ini! Kami akhirnya berhasil menyempurnakan prosedur memasak potion tipe baru. Ini akan merubah dunia! Meskipun yang hanya kami lakukan adalah mencampurkan tanaman obat yang kami kumpulkan ke dalam sebuah ramuan, kami berhasil memproduksi sebuah potion ungu!"
Balasan yang hanya dia terima adalah "Hah?"
Enri tidak tahu jika itu memang hebat. Apakah potion ungu karena mereka menambahkan kubis ungu ke dalamnya?
"Dan itu bisa digunakan untuk menyembuhkan luka! Kecepatan penyembuhannya setara dengan potion yang diproses secara kimia!"
Enri mengangkat tangannya, menunjukkan tangannya yang kurus dan rapuh namun tak ada luka sama sekali. Enri berpikir, "Aku memilki bisep yang lebih besar darinya", tapi Nfirea tidak berhenti disana.
"Itu artinya!"
"Ya, ya, itu menakjubkan, ceritakan kepada kami nanti."
Kaijali berbicara saat dia mengambil langkah ke depan.
"Ani-san disini kelihatannya dia terlalu sedikit tidurnya dan terlalu banyak berpesta. Mungkin dia sedang tinggi atau apalah? Ane-san, biarkan aku yang menangani ini. Mengapa tidak kembali saja dahulu?"
"Apakah itu tidak apa-apa?"
"Tentu saja. Aku akan mengguyurkan sedikit air dingin ke wajahnya dahulu lalu saat dia sudah tenang, aku akan membawanya kesana. Jika Ane-san terlau lama disini, yang lainnya mungkin akan khawatir. Kalau begitu, ada apa dengan Obaa-chan?"
"Obaa-chan masih sedang memendam diri dalam penelitian.. Kukira dia tidak akan datang untuk sarapan. Maafkan aku, kamu sudah bersusah payah seperti ini mempersiapkan sarapan untuk kami..."
"Ah, tidak usah khawatir dengan hal itu. Aku tadi juga berpikir Lizzie-sama mungkin akan melakukan hal itu."
Situasi seperti ini sudah datang berkali-kali, jadi itu bukan hal yang mengejutkan.
"Kalau begitu, Ane-san, segeralah kembali dahulu."
Dengan begitu, tidak ada apapun lagi selain pergi.
"Kalau begitu, aku akan serahkan dia padamu."
Saat dia melihat Enri pergi, Kaijali memutar badan dengan tatapan dingin kepada Nfirea.
"Apakah kamu tahu yang barusan kamu lakukan? Satu-satunya waktu seorang gadis mendengarkan seorang pria sedang bicara tentang apa yang dia sukai adalah jika dia menyukai orang itu. Jika dia tidak menyukai orang itu, maka ocehan itu tadi hanya akan membuatnya bosan!"
"Maafkan aku, aku hanya berpikir bahwa karena kami sudah berhasil membuat penemuan menakjubkan itu... namun itu benar-benar menakjubkan! Bahkan revolusioner!"
Kaijali menyela ocehan mulut yang seperti motor tersebut dengan gerakan seperti memotong. Jelas sekali, Nfirea tidak mendapatkan pesan dari yang coba Kaijali sampaikan.
"Dengar, Ani-san. Apakah kamu tidak apa dengan hal ini? Kamu jatuh cinta dengan Ane-san, ya kan?"
Nfirea membalasnya dengan sebuah "Mm," lalu menganggukkan kepalanya semangat.
"Kalau begitu kamu harus membuatnya sebagai orang yang paling penting di hatimu. Lebih penting daripada potion milikmu."
"...Aku mengerti. Aku akan mencobanya."
"Lakukan, atau tidak usah dilakukan. Tidak ada mencoba. Kamu harus memenangkan hatinya. Aku dan anak-anak lainnya akan melakukan hal yang terbaik untuk mendukungmu. Ditambah, bukan hanya kami, bahkan imouto-san (dari imouto / adik perempuan) setuju membantu. Aku harap menguatkan diri dan melakukan bagianmu, Ani-san."
"Mmm..."
"Jika kamu hanya menunggu Ane-san berkata 'aku menyukaimu' duluan, maka kelihatannya itu tidak akan terjadi, orang lain pasti akan mencurinya! Kamu harus berusaha mengumpulkan keberanian untuk bilang kepadanya bagaimana sebenarnya perasaanmu."
Barisan itu menusuk hati Nfirea seperti sebuah pisau diantara tulang rusuknya.
"Tetap saja, dari segala hal yang aku ucapkan, kelihatannya kamu sudah melakukan dengan sangat baik bagianmu itu, Ani-san. Dulu kamu bahkan tidak bisa berkata satu patah katapun di depannya. Sekarang kamu bisa membawa diri bercakap-cakap seperti biasa, ya kan?"
"Itu karena aku tidak memiliki banyak kesempatan untuk bicara dengan Enri kecuali aku datang kemari untuk mengumpulkan tanaman obat... Sekarang aku sudah pindah ke desa ini, aku lebih sering ada di sekitarnya."
"Itu dia, itulah semangatnya. Yang tersisa bagimu adalah mengumpulkan keberanian dan maju selangkah. Mungkin kamu harus memamerkan kekuatanmu dahulu. Menurut para penduduk desa, pria yang kuat masih tetap yang paling populer. Yah, bagi wanita berusia empat puluh sembilan tahu di desa ini."
"Aku tidak terlalu percaya diri dengan kekuatan lenganku. Mungkin aku harus melakukan pekerjaan ladang lebih banyak lagi atau sesuatu?"
"Nah, apa yang seharusnya kamu gunakan adalah ini, Ani-san" Kaijali berbicara sambil secara lembut mengetuk kepalanya.
"Selesaikan dengan ini. Lalu keluarkan semua keajaibanmu. Jika aku atau anak-anak berpikir apa yang kamu katakan itu bagus, kami akan berpose seperti ini. Saat itulah ketika kamu harus berkata atau melakukan sesuatu yang akan membuatnya jatuh cinta padamu dalam sekejap."
"Seperti itu. Dan jika perlu demonstrasi yang lebih menakjubkan..."
Selanjutnya, Kaijali meregangkan hiasan dadanya. Meskipun dia memang pendek, tubuhnya yang atletik dan berotot membuktikan kenyataan bahwa dia terlahir sebagai seorang warrior.
Nfirea penasaran Mengapa pose semacam ini? namun dia tidak bisa sama sekali mengatakan itu, karena dia sudah menerima niat baik Kaijali. Tetap saja, ada satu pertanyaan yang ingin dia tanyakan.
"Aku...Aku penasaran, mengapa kalian melakukan hal ini? Maksudku, aku tahu kamu adalah bawahan Enri dan kamu setia kepadanya, namun aku tidak mengerti mengapa kamu membantuku."
"Yah, itu sederhana," Kaijali membalas dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dimengerti. Dengan nada yang lebih cocok digunakan untuk membujuk anak kecil bersikap lebih baik, dia membalas, "Itu karena kami semua ingin Ane-san bahagia. Dan dari tempat kami memandang, kamu cocok dengan itu. Jadi semakin cepat kalian berdua menikat, semakin baik."
"Ti-Tidak perlu setergesa-gesa itu! Ka-Kami berdua bisa perlahan mengurangi jarak diantara kami, ya kan?"
"...Salah, sebenarnya. Maksudku, bukankah manusia memakan waktu panjang antara hamil dan memiliki anak?"
"I-Itu sekitar sembilan bulan?"
"Hm, kalau begitu akan memakan waktu yang sangat lama untuk sepuluh anak anjing - maksudku, sepuluh anak kecil, ya kan?"
"Sepuluh?! Bukankah itu terlalu banyak?!"
Lima anak adalah jumlah rata-rata dari keluarga petani desa. Di masa yang sulit ketika sulit bertahan hidup hingga dewasa, jumlah ini akan terus meningkat. Di dalam kota, jumlah ini biasanya berkurang, dengan bantuan dari para priest untuk menyembuhkan penyakit atau menggunakan kontrasepsi.
Jadi, seorang wanita melahirkan sepuluh anak adalah terlalu berlebihan, Itu sangat terlalu banyak.
"Apa yang kamu bicarakan? Sepuluh adalah jumlah normal bagi kami para goblin."
"Kami bukan goblin!"
"Baiklah, aku mengerti maksudmu, ras kami memiliki perbedaan... tapi tetap saja, kamu harus memiliki banyak anak agar bisa membuat Ane-san bahagia."
"...Baiklah, aku tidak bisa menyangkal jika dia mungkin akan bahagia dengan rumah yang penuh dengan anak-anak... tapi kelihatannya masih agak salah..."
"Benarkah?"
Nfirea kehilangan kata-kata saat dia melihat Kaijali yang sedang meliahtnya dengan kepala miring. Namun secara menyeluruh, Nfirea masih tetap berterima kasih atas bantuannya...
"Kalau begitu, ayo pergi, Ani-san. Aku harap kamu segera membuat gerakan. Kendati membuatnya menunggu terlalu lama mungkin akan menyebabkan masalah..yah, aku berpikir sebuah taktik maju yang tetap pada tujuan utama adalah sebuah strategi yang layak dikejar."
"Darimana kamu belajar semua ini?" Nfirea menggelengkan kepalanya. "Oi, Obaa-chan, aku akan pergi sarapan ke Enri, bagaimana denganmu?"
Balasan yang datang dari dalam rumah adalah penolakan terhadap pertanyaan Nfirea.
Kelihatannya, dia sedang berada di dalam percobaan berulang-ulang, dan tidak punya waktu memikirkan hal-hal remeh seperti makan.
Nfirea mengerti perasaan itu.
Peralatan alhemical dan perlengkapan khusus yang lain di dalam rumah adalah tingkat yang sangat tertinggi, dan mereka tidak tahu bagaimana menggunakan kebanyakannya. Pelayan yang telah melayani Magic caster hebat Ainz Ooal Gown membawanya untuk mereka kemari. Dua orang itu diperintahkan untuk menggunakan material-material ini untuk memproduksi potion baru dan item-item alchemical. Oh, dan maid itu bahkan membawa beberapa tanaman yang semacam bisa menyembuhkan segalanya.
Ketika dia menanyainya tentang larutan dan penggunaan instrumen-instrumen yang benar, yang hanya dia dapatkan adalah "cari tau saja sendiri su~", yang tidak membantu sama sekali.
Jadi, mereka berdua harus mengabaikan makan dan tidur dalam tugas mereka yang tak ada hentinya mempelajari bagaimana menggunakan alat-alat ini untuk percobaan. Itu adalah proses yang lambat, namun mereka akhirnya membuat sebuah progress. Tentu saja, mereka juga membuat kesalahan pula - Nfirea melakukan banyak kesalahan itu - namun selama dua bulan yang lalu adalah beberapa momen yang paling sibuk bagi kehidupan Lizzie yang lama. Buah dari kerja keras mereka berdiri di atas meja, botol potion berwarna ungu itu, yang Lizzie periksa tanpa henti dan membuat Nfirea penuh dengan kebahagiaan.
"Aku akan menangani makanannya kalau begitu," Nfirea berbicara saat dia menutup pintu di belakangnya. Lalu, berpaling ke arah Kaijali, dia berkata, "Ayo pergi."
----
Meskipun seharusnya semua orang makan sama-sama, rumah Enri tidaklah cukup besar untuk bisa menampung mereka semua. Oleh karena itu, mereka biasanya makan di luar ketika cuaca sedang bagus.
Karena berada di luar, sejumlah keributan memang bisa diduga akan terjadi dan bisa ditolerir. Jika mereka ada di dalam, mungkin keributan itu takkan bisa dibiarkan, meskipun berada dalam situasi saat ini, cepat sekali berubah menjadi situasi yang menjengkelkan.
"Itulah kenapa aku bilang, Enri-nee-san akan menjadi istriku!"
"Hey, bocah, apakah kamu sudah lupa perjanjian yang telah kita semua buat untuk tidak menyentuh Ane-san?!"
"Benar sekali, jika kamu coba-coba melakukan sesuatu di belakang kami maka aku juga akan membuat gerakan!"
"Kamu akan apa teman? Aku duluan!"
Beberapa goblin saling menendang kursi mereka saat tiba-tiba berdiri, dan beberapa diantaranya bahkan melompat ke atas meja. Berusahan menahan amarahnya dengan hanya semangat, Enri bicara dalam nada yang lembut.
"Semuanya, aku mohon tenanglah."
Itu seperti memiliki efek sebesar sebuah bola salju di saat matahari sedang cerah. Perselisihan di dalam mata para goblin tidak mereda sedikitpun.
"Menyerah saja, bung. Yang menang sudah diputuskan. Sambutlah, sebongkah daging yang bersinar dan luar biasa!"
Salah satu goblin, Kuunel, mengangkat sendoknya untuk membuktikan maksudnya, mempertontonkan sebuah daging ayam yang mungkin akan dianggap oleh yang menontonnya hanyalah sebuah kacang. Tidak lebih dari sedikit bagian tambahan yang ditambahkan oleh Eri ketika membagi makanan kepada semuanya.
"Aku telah menghabiskan dagingku, namun masih ada lagi di dasar supnya! Apakah kalian memiliki hal semacam itu! Kurasa tidak! Ini tidak lain adalah bukti dari cinta!"
"Kamu pasti bercanda! Itu tida lebih dari sebiji kecil daging yang salah dianggap sebagai sebongkah sayuran!"
"Mungkin itu hanyalah bayangan pemikiran dari dirimu saja? Mungkin 'daging' yang kamu makan hanyalah kentang atau apalah, dan daging yang sebenarnya hanyalah benda kecil itu. Kamu sebaiknya hati-hati, itu adalah bukti bahwa Ane-san tidak menyukaimu. Ditambah lagi, Tuhanku dengan jelas bilang kepadaku, 'Kamu harus membuat Enri bahagia'."
"Bukankah Tuhan yang kamu yakini adalah yang jahat, Cona!?"
Separuh goblin berdiri, dan separuh lainnya duduk dan bertengkar, seperti mengipas api konflik. Bahkan Nemu entah bagaimana bergabung dalam kelompok yang bertengkar. Hanya beberapa orang yang tidak bergabung dalam battle royale ini. Kepala orang-orang itu menunduk ke meja, dan yang paling mencolok adalah Nfirea.
"...Powdered Ruby (Bubuk Rubi)... Arcane Feathers (Bulu-bulu misterius)... ashwood pestle (Alat penumbuk dari kayu ashwood)..mor...mortar...tar..tatas?"
Nfirea bergumam sendiri saat menyendokkan sesuap makanan ke dalam mulutnya, namun makanan di sendok itu bahkan belum sampai di mulutnya akhirnya kembali ke mangkuk. Matanya tidak tampak karena rambutnya yang panjang, namun kelihatannya dia sedang berjalan diantara garis tipis antara mimpi dan kenyataan.
"Enfi, apakah kamu baik-baik saja?"
Para goblin masih berdebat, dan meskipun mungkin tidak aman untuk meninggalkan mereka dalam waktu lama karena mungkin saja konflik itu akan di luar kendali, Nfirea benar-benar keluar dari hal itu, dan Enri tidak bisa mengabaikannya. Nfirea kelihatannya sangat menderita karena kurang tidur, melihat caranya mulai terhuyung-huyung saat dia duduk, seakan dia bisa saja setiap saat terjatuh ke samping. Ketika Nfirea mulai benar-benar sarapan, dia terlihat seperti seorang zombie, benar-benar kehilangan kehidupan atau semangat.
"Ah... jangan... mengkhawatirkanku... Enri..hu..."
"Hey, Enfi, sadarlah!"
"Bukankah kamu yang bilang kalau 'Nemu adalah istriku' dan semua itu sebelumnya?"
"Itu dulu, sekarang ya sekarang. Aku hanya baru saja menyadari barusan. Dulu aku mengira Nemu-san sudah berusia sepuluh tahun dan memiliki tinggi yang sama dengan kita, dan sudah menginjak usia pernikahan. Tapi manusia.. mereka hanya menganggap diri mereka dewasa pada usia lima belas tahun!"
"Eh? benarkah itu...? Ane-san bukan sebuah spesies seperti hob-human?"
Para goblin melompat dari topik ke topik dengan kecepatan yang tak bisa dibandingkan. Enri ingin bertanya kepada mereka apa itu hob-human, namun sebelum dia bisa membuka mulutnya, para goblin sudah lelah dengan diskusi itu dan mulai argumen baru seluruhnya yang diikuti oleh semuanya.
"Ah! Kamu telah mencuri rotiku!"
"Serigalaku masih lapar, jangan sepelit itu!"
"Semuanya!"
Meskipun Enri saat ini sedang berteriak, suaranya masih kalah dari para goblin yang sedang berdebat. Sendok-sendok dan piring berterbangan, sambil berteriak dan mengerang marah lalu terjatuh seperti gelombang di dalam badai yang menghempas teluk. Tentu saja, semua yang dilemparkan dalam keadaan kosong, karena tak ada satupun goblin yang bahkan bermimpi saja membuang makanan yang sudah dibuat oleh Enri untuk mereka. Tapi tetap saja, itu masih tidak bisa dibiarkan.
Menguatkan dirinya, Enri mengerutkan dahinya dan mengambil nafas dalam-dalam.
"Bukankah serigala makan daging? Hanya karena kamu memiliki level yang lebih tinggi dariku, jangan berpikir aku tidak bisa menghajarmu dengan tinju ini!"
"Dengan tinju, katamu? karena kamu sangat lapar, bagaimana kalau sandwich knuckle?"
Dan saat Enri berdiri, semuanya langsung kembali ke tempat duduk mereka dan dengan tenang melanjutkan makan mereka seakan tidak ada masalah apapun.
"KALIAN SEMUA, BERHENTILAH MEMBIKIN KERIBUTAN!"
Raungan kemarahan Enri bergema ke seluruh penjuru udara yang hening di meja sarapan.
"Ah..."
Karena terkejut, Enri melihat ke sekelilingnya, namun satu-satunya yang bisa dia lihat adalah para goblin yang sedang melihat ke arahnya dengan ekspresi di wajah mereka yang berkata, "Kami semua sedang sarapan dengan tenang, apa ada masalah", atau "tiba-tiba saja dibentak tanpa alasan benar-benar menjengkelkan". Setelah bediri tanpa suara sesaat, Enri menghempaskan dirinya kembali ke tempat duduknya, dengan wajah merah.
"Pfhahahahahaha!"
Yang pertama memecah keheningan itu adalah Nemu. Lalu, tak mampu menahan diri, Enri mengikutinya, memegang perutnya saat dia tertawa lalu para goblin bergabung pula.
Koordinasi waktu tanpa celah itu tidak akan bisa terjadi tanpa adanya diskusi dan persiapan yang hati-hati. Memang menakjubkan seberapa seriusnya mereka mempersiapkan gurauan seperti ini.
"Ah, itu tadi memang aneh. Apakah kalian semua berencana menggodaku dari awal?"
Meskipun Enri hampir kelelahan karena tertawa terlalu keras, Enri membuat penampilan seperti marah dan bertanya.
"Tentu saja, Ane-san. Kami takkan berdebat tentang hal ini dengan sungguh-sungguh."
"Benar sekali, Ane-san."
"Yup, yup!"
Para goblin tidak menyesali ocehan mereka, mementalkan pertanyaan Enri dengan ekspresi riang di wajah mereka. Merespon hal itu, Enri terfokus pada Kaijali, mengarahkan tatapan sengit pada dirinya. Di bawahan tatapannya yang kuat, Kaijali menjadi layu, mengalihkan matanya saat dia merespon dalam suara yang kecil seperti berpaling dari tanggung jawab.
"Begini, bagaimana aku harus mengatakan hal ini... kami kira Ane-san terlihat sedikit murung."
Beberapa goblin menyusut menjauh, kepala mereka diturunkan saat mereka melihat ke sekeliling tidak tenang tanpa berkata apapun.
"Semuanya-"
"Itu karena... kami semua adalah bodyguard dari Ane-san."
"Benar sekali."
"Yep! Bodyguards!"
"Kami mencurahkan semuanya ke dalam bagaimana kami terlihat bagus sebagai pengawalmu."
"Benar sekali, benar sekali. Sekarang, Ane-san dan Nemu-san, berdirilah disini, di tengah-tengah, seperti ini.."
"Eh? Aku harus pergi kesana juga?"
"Tentu saja, sekarang, kalian berdua, angkat kedua tangan kalian seperti ini, benar sekali, dengan cara yang benar-benar keren dan menakjubkan..."
Meskipun Enri memberikan keraguan pada mereka, pose ini membuat mereka terlihat seperti katak yang sedang menjulurkan tangan mereka ke atas langit.
"Dengar, Aku mengerti niat baik kalian, dan sebagai awalnya, kalian tak perlu menjadi bodyaguardku.. benar khan, Enfi?"
Enri memalingkan kepalanya ke arah teman masa kecilnya yang sedang duduk di sampingnya untuk meminta bantuan, namun tidak menemukan siapapun disana.
Enri merasa tidak enak dengan hal ini, namun masih tetap memindahkan pandangannya sedikit ke bawah.. dan menemukan kepala Nfirea yang sedang beristirahat dengan muka menghadap ke bawah di dalam mangkuk sup.
"Enfi!"
Enri langsung mengangkat Enfi yang tumbang, berteriak saat wajahnya menjadi pucat. Cona bergegas mendekat, lalu membuka mata Nfirea dengan jarinya.
"...Dia hanya tertidur. Jika kamu membiarkannya seperti hingga sore, dia pasti baik-baik saja."
"Enfi... apa yang harus kulakukan padamu?"
Enri sedang berpikir bahwa dia seharusnya mengembalikan Nfirea ke tempat tidurnya sendiri. Jadi dia menggendongnya, lalu mulai berjalan keluar, meninggalkan percakapan berharga yang seperti itu saat "Bukankah seharusnya posisi mereka terbalik?" "Nemu-san, kamu tak boleh berkata seperti ini..." "Ani-san, kamu.."
Setelah gandung telah dipanen, pengumpul pajak akan datang ke desa itu.
Enri jelas sekali khawatir dengan bagaimana dia akan menjelaskan kehadiran goblin di desa itu.
Apakah dia harus berkata mereka adalah binatang buas yang disummon, atau mereka adalah bawahannya, atau mungkin dia seharusnya berkata...
Enri berpikir jika mereka selalu khawatir terhadap dirinya.
Tidak hanya sebatas khawatir dengan keamanannya, mereka berpikir tentang perasaannya juga. Apa yang bisa dia lakukan untuk para goblin ini?
Apa yang bisa dia lakukan kepada anggota-anggota keluarganya yang baru dan liar itu...
----
Dengan menggunakan punggung tangannya yang masih bersih untuk mengusap keringat yang mengalir turun di lehernya, Enri mengikat rumput-rumput yang baru saja selesai dia potong. Tumpukan besar dari sisa-sisa tanaman mengeluarkan aroma yang seperti rumput yang baru saja dipotong.
Tubuhnya lelah karena bekerja dalam waktu lama di ladang dan dari keringat yang membuat bajunya menempel di tubuh membuat Enri tidak nyaman.
Untuk mengangkat suasana hati, Enri meregangkan badan.
Saat dia melakuakn itu, matanya menyapu ke seluruh ladang yang terhampar.
Tanaman gandum yang mereka tanam telah tumbuh perlahan namun pasti, dan saat musim panen mendekat, gandum-gandum itu perlahan berubah menjadi keemasan. Meskipun tanaman gandum yang berwarna keemasan merupakan pemandangan yang indah, pekerjaan mencabuti ilalang sebelumnya merupakan pekerjaan yang penting dan juga menjengkelkan. Jika tidak dilakukan, ladang keemasan itu juga akan menjadi sangat sepi.
Pekerjaannya sekarang seluruhnya adalah demi musim panen yang akan datang.
Dia mengencangkan badan untuk meregangkan otot-ototnya yang tegang, dan untuk membiarkan tubuhnya yang terasa kaku menjadi rileks. Angin yang bertiup terasa dingin menyegarkan di kulitnya yang sudah lama kepanasan karena lamanya pekerjaan di ladang itu.
Angin itu juga membawa suara keributan dari arah desa ke telinganya.
Kedengarannya ada sesuatu yang dibenturkan atau sesuatu, dan teriakan dari orang-orang yang digabungkan dengan kekuatan mereka. Ini adalah suara yang tak pernah dia dengar sebelumnya di desa. Saat ini, desa itu sedang bekerja untuk merubah seluruh rencana dan ide menjadi kenyataan.
Dari salah satu rencana, yang merupakan prioritas paling tinggi adalah dinding yang mengelilingi desa, dan pembangunan menara pengawas. Tak usah dikatakan lagi jika semua proyek ini dimaksudkan untuk merubah desa menjadi sebuah benteng.
Desa Carne berdiri di perbatasan dari Great Forest of Tob, dan hutan itu adalah rumah bagi banyak sekali binatang buas yang liar, atau dengan kata lain, area yang berbahaya. Tidak mungkin bisa hidup damai tanpa perlindungan dinding yang kokoh.
Namun, desa Carne berdiri dengan barisan yang rapi terdiri dari rumah-rumah yang memancar dari pusat desa di seluruh penjuru. Tanpa sesuatu sedikitpun yang menyerupai dinding, siapapun bisa dengan mudah memasuki desa. Hingga baru saja, desa itu mendapatkan kembali kedamaian dan binatang buas tidak masuk, meskipun berada di samping hutan.
Itu karena makhluk yang kuat yang dikenal dengan Wise King of the Forest terus melebarkan lingkaran pengaruhnya, dan oleh karena itu, tak ada binatang buas yang berani berkeliling di dalam hutan di dekat desa. Jadi pertahanan desa itu sebanding dengan dinding baja.
Lalu, semua ini berubah karena ikut campurnya manusia.
Para knight dari Empire menyerang desa dan membunuh orang tua Enri. Sebagai hasilnya, tak ada seorangpun di desa yang menduga keadaan akan kembali seperti sedia kala.
Sebaliknya, pimpinan tertinggi dari goblin, Jugem, telah menawarkan penguatan desa sebagai pencegahan terhadap kembalinya skenario seperti itu lagi. Ketika dia menyebutkan bahwa goblin tidak akan mampu melindungi desa jika diserang lagi karena kurangnya jumlah mereka, saran itu langsung mendapatkan persetujuan secara serentak dari seluruh pihak yang khawatir. Ini karena bahkan hingga sekarang, banyak penduduk yang masih bermimpi buruk dan membuat mereka terbangun dari tidurnya.
Langkah pertama adalah merobohkan rumah-rumah yang tidak dihuni dan menggunakannya untuk membangun sebuah dinding. Tentu saja, bahan-bahan ini kurang, jadi mereka harus masuk ke dalam hutan memotong pepohonan untuk diambil kayunya. Karena memasuki dalamnya hutan mungkin saja berarti mendekati teritori dari Wise King of Forest, ladang mereka harus melebar mengikuti batas pinggiran hutan di kejauhan.
Sewajarnya, para goblinlah yang memberikan keamanan untuk para penduduk desa yang sedang memotong kayu.
Sebagai hasilnya mereka mengerjakan hal itu, rasa tidak percaya para penduduk terhadap para goblin hampir hilang sepenuhnya. Sebagai dari itu karena para knight manusia, yang merupakan ras yang sama dengan mereka sendiri, telah menyerang mereka. Meskipun mereka adalah ras yang sama, mereka telah mencoba mengambil nyawa para penduduk desa. Sebaliknya, para goblin yang bekerja di bawah Enri memberikan kontribusi kepada desa, meskipun mereka adalah spesies yang berbeda. Keputusan untuk sisi yang mana yang lebih dipercayai tidak lagi berdasarkan keputusan ras yang sama.
Dan alasan yang terpenting adalah para goblin yang kuat. Mereka bisa berguna sebagai para warrior untuk melakukan tugas berjaga, dan ketika orang-orang itu terluka, goblin yang bernama Cona bisa menyembuhkan mereka.
Sulit sekali membenci goblin yang seperti ini.
Dengan cara seperti ini, para goblin berhasil tinggal di desa hanya dalam waktu yang singkat dan cepat-cepat menjadi bagian yang tak tergantikan dari kehidupan desa. Ini bisa terlihat dari rumah yang ditinggali oleh para goblin; tak ada perhitungan yang dibuat dari kenyataan bahwa mereka dari ras lain, dan sebuah rumah yang besar dibangung dekat dengan rumah Enri sendiri di tengah desa.
Meskipun para penduduk dan para goblin telah bekerja bersama-sama dalam rencana pertahanan desa, hanya saja tidak cukup tenaga untuk membuat pekerjaan itu menjadi lebih cepat. Oleh karena itu, pada awalnya mereka hanya membangun pagar sederhana.
Ketika takdir berjalan, Wise King of the Forest, yang telah menjaga para monster dari pinggiran hutan dari desa, menjadi pengikut bagi seorang warrior dengan armor hitam tertentu lalu meninggalkan teritorinya. Meskipun mereka berhasil menyelesaikan pagar-pagar itu dengan usaha besar, para penduduk desa tidak bisa bergembira dengan hasil tersebut, namun malahan menghela nafas dengan nasib mereka yang memburuk.
Namun, sebuah dinding yang kokoh sekarang berdiri melindungi desa.
Penyebab perubahan menjadi lebih baik ini adalah pekerjaan yang dibuat oleh golem-golem batu yang telah dibawa ke desa oleh pelayan cantik yang melayani penyelamat desa itu - Ainz Ooal Gown.
Para golem itu adalah tenaga pembangun yang tak kenal lelah; ketika diperintahkan mereka akan bekerja tanpa bicara sedikitpun, dan kekuatan mereka jauh melebihi manusia biasa. Meskipun ketrampilan mereka kurang artinya mereka tidak bisa melakukan tugas tertentu yang membutuhkan presisi, partisipasi mereka dalam pekerjaan itu telah membuatnya berjalan dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Dengan usaha dari golem-golem batu yang tak kenal lelah dan tak butuh tidur itu, pembangunan dinding praktis terus berjalan.
Mereka bisa menyelesaikan tugas-tugas yang tidak bisa dilakukan oleh para penduduk desa dan para goblin, seperti memotong pepohonan dan mengangkutnya dengan jumlah yang besar, menggali parit, atau mendirikan pondasi dinding-dinding itu. Apa yang seharusnya memakan waktu bertahun-tahun dalam teorinya malahan selesai hanya dalam hitungan hari, dan dinding yang dibangun bahkan lebih besar dan lebih kokoh dari yang diduga.
Bukan hanya dinding saja; bahkan pembangunan menara pengawas juga semakin dipercepat. Tugas mereka adalah menyelesaikan menara pengawas di sisi timur dan barat dari desa.
"Ane-san, aku sudah selesai dengan yang disini."
Lamunan Enri dihentikan oleh goblin yang membantunya dalam mencabuti rumput, seorang goblin yang disebut Paipo.
"Ah, terima kasih."
"Tidak, tidak, ini bukan sesuatu yang layak mendapatkan terima kasih dari Ane-san."
Meskipun Paipo melambaikan tangannya yang kotor oleh lumpur dan rumput untuk menolak terima kasih Enri, Enri masih merasa bahwa dia berhutang kepada goblin itu hutang yang takkan pernah bisa dia bayar.
Setelah kehilangan orang tuanya, Enri berada dalam situasi yang buruk sekali, dimana menyelesaikan ladang keluarganya sendirian adalah hal yang tidak mungkin. Dia ingin meminta bantuan penduduk desa yang lain, namun karena kurangnya tenaga di dalam desa itu, sudah cukup sulit bagi setiap anggota keluarga untuk menangani ladang mereka sendiri. Dengan bantuan goblin-goblin itu, masalah itu dengan mudahnya diselesaikan. Di tambah lagi, dia bukan satu-satunya yang dibantu oleh para goblin itu.
Berputar ke arah dimana namanya dipanggil, Enri melihat seorang wanita yang gembuk berdiri di ladang. Di sampingnya ada seorang goblin.
"Terima kasih banyak, Enri-chan. Karena bantuan Goblin-san, pekerjaan ladang hampir selesai."
"Benarkah? Itu menakjubkan. Itu adalah ide mereka untuk membantu tugas sehari-hari penduduk desa, jadi jika ingin berterima kasih kepada seseorang, anda seharusnya berterima kasih kepada mereka."
"Ah, aku sudah berterima kasih kepada Goblin-san. Dia bilang jika dia hanyalah bawahanmu, jadi dia berharap jika aku juga berterima kasih kepada Ane-san juga."
Mendengar kata "Ane-san" membuat Enri mengerutkan dahinya, yang mana akhirnya diikuti oleh tawa pura-pura untuk menghilangkannya.
Goblin sendiri telah menyarankan jika mereka seharusnya membantu anggota keluarga yang kehilangan ladang akibat serangan, dan wanita di depannya adalah salah satu dari orang itu.
Tidak mungkin para penduduk akan mengelak dari kontribusi para goblin. Di desa Carne, pendapat para goblin sangat bagus sehingga kalimat seperti 'para goblin bahkan adalah tetangga yang lebih baik dari manusia' sering terdengar.
"Ngomong-ngomong, apakah ada goblin-san lain di sekitar? Aku ingin mentraktir semua orang makan sebagai rasa terima kasih."
"Yang lain seharusnya sedang berpatroli di desa atau membantu orang-orang yang baru saja pindah ke desa. Namun karena obaa-san memintanya, kalau begitu aku akan memastikan untuk menyampaikannya kepada mereka."
"Kalau begitu aku serahkan itu padamu, Enri-chan. Ketika waktunya datang, aku akan memastikan semuanya mendapatkan pesta yang dibuat dengan seluruh kemampuanku. Sementara itu, kurasa aku akan membuat makan siang untuk Goblin-san dulu."
"Benarkah? Kalau begitu, karena aku sudah diundang, tidak sopan jika aku menolaknya. Ane-san, aku harus minta maaf karena aku tidak bisa bergabung denganmu, aku akan makan siang di tempat Morga-san."
Enri menggangguk, dan wanita itu kembali ke desa dengan goblin di belakangnya.
"Jika orang-orang yang baru saja datang menyadari jika kalian bukan orang jahat, itu pasti bagus."
"Yah, banyak dari mereka yang tidak terlihat senang melihat kami. Lagipula, di hati mereka kami seharusnya adalah musuh."
"Selain dari desa kami, menganggap demi human sebagai musuh adalah hal biasa, ya khan..."
"Itulah kenapa kami mengirimkan banyak sekali orang untuk membantu para penduduk desa dengan pekerjaan mereka. Itu tidak mudah."
"Tapi, kita sudah sedikit menyingkirkan rasa curiga mereka. Aku baru saja melihat bagaimana mereka bisa menyapamu dengan normal."
"Tentang itu, yah, cukup banyak orang-orang ini yang seperti para penduduk desa dan memiliki kenangan akan anggota keluarganya yang diserang dan tewas. Atau lebih tepatnya, kenangan yang mereka miliki bahkan mungkin lebih berat dari itu"
Meskipun desa Carne hancur lebur karena serangan, sekitar separuh dari para penduduk desa berhasil bertahan hidup. Di lain pihak, banyak penduduk desa lain yang telah diserang oleh para knight kehilangan sejumlah besar orang-orang mereka.
Ketika Desa Carne mulai menerima para imigran, banyak yang datang adalah mereka yang selamat dari penduduk desa yang diserang itu.
Dua orang itu menjadi terdiam.
Enri meregangkan pinggangnya sekali lagi dan melihat ke langit. Meskipun lonceng makan siang belum berbunyi, kelihatannya sudah waktunya. Mereka sudah cukup bekerja di ladang dan sudah saatnya beristirahat pula.
"Kalau begitu, mari kita makan siang?"
Meskipun penampilannya mengerikan, Paipo berhasil mengeluarkan apa yang dikenal dengan senyuman dalam sekejap.
"Itu bagus sekali, masakan Ane-san selalu lezat."
"Oh, masakanku itu tidak terlalu kok." balas Enri, dengan sedikit malu.
"Tidak, tidak, aku serius. Membantu Ane-san di ladang adalah salah satu posisi hot yang diperebutkan oleh kami. Itu karena kami bisa mendapatkan makan siangmu yang enak."
"Ahaha, kalau begitu aku harus membuat makan siang untuk semua orang pula? Seperti sarapan?"
Ada beberapa alasan mengapa itu sulit dilakukan. Misalnya, ada perbedaan antara makan siang untuk tiga orang dan makan siang untuk dua puluh. Hanya mengiris sayuran akan menjadi tugas berat tersendiri. Ditambah lagi, dia harus memastiakn setiap orang memiliki porsi yang cukup, yang mana adalah tugas yang melelahkan. Meskipun begitu, dibandingkan dengan jumlah kerja keras yang telah dilakukan oleh para goblin dan pujian yang mereka terima sebagai imbalannya, itu bukan apa-apa.
"Oh, tidak, kami tidak bisa menyusahkanmu untuk itu. Ditambah lagi, menikmati makan siang buatan Ane-san sendiri seperti hak khusus untuk orang yang memenangkan hak untuk membantumu."
Enri hanya bisa tersenyum sebagai balasan kepada demihuman yang relatif kecil. Meskipun dia tahu para goblin memutuskan siapa yang mengambil pekerjaan itu dengan batu-gunting-kertas, Enri tidak tahu apakah dia sedang memasak sesuatu yang layak mendapatkan seluruh pujian itu.
"Kalau begitu, mari kita istirahat makan siang?"
"Ah, itu bagus sekali..."
Kata-kata Paipo disela di tengah-tengah saat dia melihat ke arah kejauhan dengan matanya yang tajam. Dengan menghirup nafas dalam-dalam, demihuman yang tadinya santai dan riang itu menjadi warrior veteran dalam sekejap. Enri mengikuti tatapan Paipo di kejauhan.
Apa yang sedang mereka lihat adalah seorang goblin yang sedang mengendarai serigala hitam. Mereka kelihatannya seperti menggelinding menyeberangi daratan saat mereka mendekati desa dengan kecepatan tinggi.
"Itu adalah Kiumei..."
Dari pasukan goblin yang disummon oleh Enri, dua belas diantaranya adalah goblin level 9, dua goblin archer (pemanah) level 10, satu goblin mage (penyihir) level 10, satu goblin priest (pendeta) level 10, dua goblin wolf rider (pengendara serigala) level 10 dan satu pemimpin goblin level 12. Total jumlahnya, ada 19 goblin.
Kaijali yang tadi pagi dan Paipo yang membantu tugas sehari-hari adalah level 8, sementara Kiumei, yang memakai armor kulit dan membawa sebuah tombak, adalah goblin wolf rider level 10.
Pekerjaan dari goblin rider adalah berpatroli di dataran dan bertindak sebagai pengintai. Para pengendara setiap saat kembali ke desa untuk mengirimkan laporan pemandangan yang umum dilihat.
"...Kelihatannya begitu."
Namun, nada Paipo sangat suram. Itu membuat Enri berpikir ada sesuatu yang buruk yang terjadi.
"Ada apa?"
"...Dia kembali sedikit lebih awal. Dia seharusnya mengitari hutan hari ini... apakah ada sesuatu yang terjadi?"
Setelah mendengar penjelasan Paipo, sebuah rasa kejutan yang tidak menyenangkan muncul di hati Enri, dan dia takut jika bencana berdarah menunggu mereka.
Ketika dua orang itu menunggu tanpa bicara, serigala besar yang dikendarai oleh Kiumei tiba di depan Enri. Dari nafasnya yang terengah-engah, dia bisa menduga seberapa buru-burunya dia untuk kembali kemari.
"Ada masalah apa?"
Mendengar pertanyaan Paipo, Kiumei membungkuk kepada Enri dari atas serigalanya sambil membalas, "Ada sesuatu yang terjadi di hutan."
"...Apa?"
"Aku tidak terlalu yakin, tapi kurasa tidak seperti sebelumnya. Sekelompok orang yang tidak dikenal bergerak ke arah utara."
"Apakah mereka para knight?"
Enri secara tidak sadar menyela dua orang itu. Meskipun dia tidak berdaya merubah apapun, dia masih tidak bisa mengabaikan percakapan tersebut. Dia masih tidak bisa melupakan ketakutannya ketika desa itu diserang.
Percakapan tentang "sekelompok orang tak dikenal menuju utara" yang sedang mereka bicarakan maksudnya adalah jejak yang mereka temukan dari ribuan orang-orang yang bergerak ke utara. Meskipun jejak itu mirip dengan ukuran dari manusia, mereka dibuat oleh kaki telanjang, jadi pada akhirnya mereka menyimpulkan bahwa orang-orang itu bukanlah manusia.
"Aku tidak memiliki bukti yang kuat, tapi kurasa berbeda dari waktu itu. Jika kamu tanya padaku, aku bilang sesuatu sedang terjadi jauh di dalam hutan."
"Begitukah."
Mendengar itu, Enri akhirnya menghela nafas lega.
"...Kalau begitu, aku sebaiknya pergi melaporkannya kepada bos."
"Baiklah. Terima kasih atas kerja kerasmu."
"Senang sekali melayani anda."
Setelah melambaikan tangan kepada mereka berdua, Kiumei memacu serigalanya dan berangkat. Enri dan Paipo melihatnya masuk ke pintu desa yang perlahan terbuka.
"Kalau begitu, mari kita kembali juga?"
"Ya, ayo."
Setelah membersihakn tangan mereka di sumur samping, Enri dan Paipo baru saja tiba di rumah ketika mereka mendengar suara seorang gadis kecil.
"Selamat datang kembali, onee-chan."
Bersamaan dengan suara itu ada suara batu yang bertumbukan dengan batu. Diikuti sumber suaranya, Enri melihat Nemu yang sedang memutar batu giling di belakang rumah.
Sebuah aroma tajam datang dari batu gilingan itu. Meskipun itu mirip dengan aroma yang menempel di tangan Enri sebelumnya, aroma ini beberapa kali lebih kuat, cukup kuat untuk sampai di kejauhan.
Nemu terbiasa dengan aroma tersebut, yang mana memang bagus, namun mata Enri hampir menangis dengan aroma yang menyerangnya. Paipo, yang berdiri di belakangnya, kelihatannya tidak terpengaruh sebagai perbandingan. Tidak diketahui apakah memang bau itu hanya berefek kepada spesies tertentu, atau karena akan menjadi tidak sopan membuat wajah seperti itu kepada adik dari majikannya.
"Aku pulang. Bagaimana keadaannya? Apakah kamu sudah menggilingnya seperti yang kubilang?"
"Mm, sudah. Lihatlah."
Mengikuti garis pandang Nemu, Enri melihat tanaman obat yang telah dia kumpulkan sebelum dia meninggalkan rumah telah menjadi kecil-kecil.
"Bukankah aku hebat? Sisanya sudah tidak banyak."
Sebelum Enri meninggalkan rumah, Enri meminta Nemu membantunya menggiling tanaman obat menjadi pasta. Itu karena beberapa tanaman obat harus dikeringkat sebelum digunakan, namun yang lainnya harus dihancurkan sebelum digunakan.
"Uwah, Nemu sudah bekerja sangat keras!"
Enri membuka lengannya untuk memuji Nemu, dan sebuah ekspresi sombong merekah di wajah Nemu. Aakah dia dipuji oleh Nfirea, atau hanya karena dia ingin membantu kakaknya, Nemu dengan rajin dan cekatan membantu kakaknya menyelesaikan tugasnya.
Tanaman obat menjadi pendapatan mayoritas dari desa Carne. Bisa dikatakan menjadi barang ekspor khusus yang tidak membutuhkan banyak tenaga untuk desa pinggiran.
Karena itu adalah metode yang penting bagi mereka untuk mendapatakan mata uang yang berharga, semua penduduk desa Carne tahu setidaknya sedikit tanaman obat dan dimana mereka tumbuhnya.
Enri tanpa bicara menghitungnya sesaat. Tanaman obat dari desa Carne memang sangat menguntungkan. Namun, mereka hanya bisa mengumpulkannya dalam jangka waktu yang pendek sebelum bunganya mekar, dan hanya bisa dianggap sebagai pendapatan sementara paling baiknya. Meskipun seluruh tempat yang mereka tahu sudah dipanen semua, jika mereka mau masuk sedikit lebih ke dalam hutan, mereka mungkin bisa menemukan gerombolan tanaman obat yang memang belum tersentuh.
Tentu saja, hutan itu adalah tempat dimana hal-hal liar berada, dan mereka sulit sekali menjadi tempat dimana orang-orang seperti Enri bisa dengan mudahnya masuk untuk piknik. Namun, sekarang mereka memiliki para goblin dan pengalaman luas dari Nfirea sebagai herbalist. Jika saja dia bisa mendapatkan bantuan mereka, mereka seharusnya bisa mendapatkan jumlah yang uang yang besar.
Setelah ragu-ragu sejenak, Enri membicarakan rencananya kepada Paipo.
"Aku ingin pergi ke tempat baru untuk memetik tanaman obat, bisakah kalian datang bersamaku?"
Bicara secara logis, tidak perlu Enri pergi sendiri. Yang dia perluka hanyalah meminta kepada para goblin, yang bisa menjaga diri sendiri, pergi ke dalam hutan lebat sendiri untuknya. Namun, para goblin yang dia summon memiliki kelemahan aneh.
Itu adalah, mereka sama sekali tidak tahu cara memetik tanaman obat, menyembelih binatang, dan pekerjaan semacam itu.
Mirip dengan bagaimana mereka menangani masakan, meskipun jika seseorang menyerahkan sebuah contoh tanaman obat kepada goblin, mereka tidak akan mampu mencocokkannya dengan tanaman obat yang mirip dengan yang ada di depan mereka. Hal mengejutkan lainnya adalah, seakan mereka dilahirkan tidak mampu melakukan hal semacam itu, atau bahkan mempelajarinya, seakan ada orang yang telah mencabut kapasitas kemampuan mereka untuk melakukannya.
Oleh karena itu, jika mereka ditugaskan untuk memetik tanaman obat, para goblin butuh orang lain bersama mereka.
"Seharusnya tidak apa, tapi mungkin akan sedikit sulit bagi Ane-san untuk datang bersama kami."
"Hm? Mengapa bisa begitu?"
"Yah seperti yang dibilang Kiumei, ada semacam perubahan di dalam hutan. Jika itu masalahnya, di dalam hutan sedang kacau sekarang."
Melihat ekspresi terkejut di wajah Enri, Paipo dengan sabar menjelaskan sendiri.
"Bahkan yang paling hati-hati pasti ingin memperlebar teritori mereka. Jika itu masalahnya, maka untuk sesaat, teritori mereka akan bertumpukan dengan yang lainnya, dan itu akan menyebabkan semacam keributan. Secara sederhana, peluang bertemu monster akan meningkat, dan begitu juga dengan bahayanya. Dan jika kamu tidak beruntung, kamu mungkin akan bertemu dengan sesuatu di luar hutan. Ane-san memang tidak kenal takut dan keren, tapi tidak perlu berjalan menuju bahaya sendiri."
"Begitukah..."
Meskipun dia tidak begitu yakin dengan bagian tidak kenal takut dan kerennya, itu mungkin cara goblin berbicara kepadanya diantara mereka sendiri, pikir Enri.
"Juga ada gerakan besar baru-baru saja. Apa yang terjadi disana?"
"Entahlah. Biasanya, kita seharusnya mengirimkan seseorang yang familiar dengan kondisi hutan lebat untuk menyelidikinya... tapi jika kami pergi, pertahanan desa akan melemah.. ah, aku tahu! Mengapa tidak mempekerjakan para petualang untuk memeriksanya?"
"Itu akan sangat sulit," kata Enri, mengerutkan alisnya, "Menurut Enfi, biaya mempekerjakan sekelompok petualang sangat tinggi. Meskipun pimpinan dari E-Rantel akan mensubsidi sedikit biayanya, masih akan sangat sulit bagi seorang penduduk desa seperti kami untuk membayar para petualang dari kantung kami sendiri."
"Ternyata begitu..."
"Mengumpulkan banyak tanaman obat dan menjualnya setelah itu seharusnya membantu satu bagian dari masalah itu... jika tidak, yang hanya bisa kita lakukan adalah menjual beberapa item yang kita dapatkan dari Gown-sama."
Enri telah menerima dua tanduk dari Ainz Ooal Gown. Meskipun salah satunya telah hilang setelah dia menggunakannya, yang lain masih disimpan dengan aman di dalam rumah Enri.
"Lupakan itu, Ane-san. Kami lebih memilih kamu tiup saja tanduk yang lain."
"Tentu saja, tidak mungkin aku bisa menjualnya."
Enri tidak ingin menjadi semacam orang yang hina yang akan menjual hadiah yang diberikan kepadanya dengan niat baik. Ada juga kemungkinan jika itu mungkin tidak laku dijual, jadi dia memutuskan untuk tidak melakukannya. Bahkan sekarang mereka masih mendapatkan untung dari kebaikan pelayan yang telah membawa para golem ke desa. Dia tidak akan pernah melakukan hal yang tidak berterima kasih seperti itu.
"Tapi itu akan menjadi masalah. Tanaman obat hanya bisa dikumpulkan di musim ini, jadi meskipun itu sedikit berbahaya, aku masih harus..."
Enri tersenyum kepada Nemu, yang memasang wajah khawatir. Dia tidak ingin menyakiti anggota keluarganya yang terakhir selamat, ataupun ingin melewatkan kesempatan untuk mendapatkan banyak uang ini. Meskipun, ketika dia memperhitungkan prioritasnya, itu jelas-jelas adalah kesalahan. Agaknya, dia seharusnya mempertaruhkan nyawanya demi kebaikan seluruh desa dan membalas jasa goblin yang telah menganggapnya sebagai majikan mereka.
Aku harus mendapatkan lebih banyak uang dan melihat perlengkapan macam apa yang bisa kubeli untuk para goblin. Armor full body kelihatannya bisa melindungi dengan sangat bagus. Ngomong-ngomong tentang armor full body, ada juga pria yang memakai armor berwarna hitam itu.. siapa namanya dulu?
Meskipun dia tidak tahu banyak tentang biaya armor dan senjata, dia cukup yakin jika itu bukanlah jumlah yang sedikit. Saat ini, Paipo menahan tangannya di depan Enri, menunjukkan bahwa dia seharusnya sedikit bertahan.
"Erm.. meskipun ini hanya pendapat pribadiku, mungkin kamu seharusnya bicara ini dengan bos? Ane-san tidak perlu membuat keputusan cepat-cepat. Aku tidak ingin dimarahi oleh bos karena aku membuka mulut tanpa berpikir dahulu. Ditambah lagi, kurasa Ani-san juga ingin mendapatkan bahan-bahan tanaman obat itu juga."
Saat masalah Enri memenuhi kepalanya, sebuah suara gemuruh datang dari sampingnya. Berputar untuk melihatnya, dia melihat Nemu sedang melihatnya dengan muka cemberut.
"Onee-chan, aku lapar, ayo makan."
"Mm, maaf. Kalau begitu, cuci tanganmu setelah kita mengepaknya. Aku akan menyiapkannya."
"Kay~"
Respon Nemu penuh energi. Setelah melepas batu giling itu, dia mengumpulkan pasta hijau yang terkumpul ke dalam panci kecil. Enri kembali ke rumah, berpikir apa yang harus dia buat untuk makan siang.
Menghitung Nemu, Enri sendiri dan sembilan belas goblin yang setia kepadanya, dia harus membuat sarapan untuk dua puluh satu orang. Memasak dua lagi sebagai tambahan akan membuatnya berjumlah dua puluh tiga. Mempersiapkan makanan sebanyak itu adalah pekerjaan yang berat, dan bisa dianggap sebagai suatu pertempuran dalam caranya sendiri. Enri gemetar ketika melihat jumlah makanan yang banyak di depannya dan menyadari bahwa itu semua akan habis dalam sekali lahap.
"Ini hampir enam kali lebih banyak dari sebelumnya..."
Setelah mengambil nafas dalam-dalam, dia menyingsingkan lengan bajunya, menguatkan diri dan mulai mengerjakannya.
Dia membelah sayuran tanpa suara, lalu dagingnya. Proses itu sudah tertanam dalam otak Enri saat ini.
Meskipun Enri tidak berbakat dalam hal memasak, faktanya bahwa dia telah belajar menangani pekerjaan yang luar biasa besar itu dalam waktu yang singkat adalah sebuah contoh buku tulis dari proses bagaimana berlian dibuat di bawah tekanan.
Nemu bangun akibat suara yang dibuat oleh Enri yang sedang membuat sarapan dan menggosok-gosok matanya setelah bangun.
"Selamat Pagi, onee-chan. Biarkan aku membantumu juga!"
"Selamat Pagi, Nemu, aku baik-baik saja disini, tapi masih ada sesuatu yang kemarin aku minta bantuannya kepadamu..."
Rasa tidak senang berkelebat di wajah Nemu untuk sesaat, tapi pada akhirnya, dia tidak protes, meskipun dia memang menurunkan kepalanya dan menjawab "kay" saat dia mengikuti permintaan Enri.
Enri berhenti di tengah-tengah saat memotong.
Hatinya sakit.
Nemu sekarang sudah sepuluh tahun, dan dia pernah menjadi gadis yang periang dan penuh semangat. Setelah insiden itu, Nemu yang dulu naif dan riang menjadi patuh sekali kepada kakaknya, tanpa adanya sifat ngambek dan marah yang umumnya ada pada anak kecil seusianya. Dia sekarang menjadi gadis yang baik - baik sekali sampai sakit rasanya.
Wajah tersenyum dari orang tuanya muncul di dalam ingatan Enri. Meskipun beberapa bulan sudah lewat, luka dari insiden itu masih belum sembuh.
Jika mereka tewas karena penyakit, dia bisa mempersiapkan diri untuk hal itu. Jika mereka tewas karena sebuah kecelakaan atau bencana alam, dia tidak akan membenci orang lain karena itu, dan mungkin dia tidak akan terluka pula. Namun orang tuanya telah dibunuh di depan matanya, dan hatinya sekarang dipenuhi dengan kebencian. Tidak mungkin dia merasa sebaliknya.
Enri menutup matanya rapat-rapat. Jika ada orang di dekatnya, maka dia bisa bekerja keras sehingga mereka tidak akan melihat kelemahan dirinya. Namun ketika dia sendirian, kesepian itu membuka luka di hatinya.
"-Bukankah itu memang benar?"
Bahkan ketika dia membuka matanya, senyum orang tuanya masih mengambang di depannya. Dia mengingat kembali momen-momen lembut masa lalu di dalam ingatannya.
Setelah ingatan lembut itu menjadi kekacauan di hatinya. Terdorong oleh kebencian untuk orang-orang yang telah membunuh orang tuanya, Enri menghujamkan dengan keras pisau yang digunakan untuk memotong daging itu sehingga membelahnya menjadi dua.
Namun, karena dia terlalu banyak menggunakan tenaga, dia juga mencongkel kayu yang menjadi landasannya, akhirnya membuat alisnya mengerut karena frustasi.
Jika pisau itu cuil, maka sulit memperbaikinya... Maafkan aku, i-ibuuu.
enri terbayang saat dia meminta maaf karena telah merusak pisau pembelahnya yang menjadi satu-satunya benda penghubung kepada ibunya yang telah tiada.
Dia dengan lembut memeriksa mata pisau tersebut dengan jari-jarinya untuk memastikan pisau itu baik-baik saja, dan saat itu, pintu yang ada di belakang Enri, yang menghubungkan ke ruang tamu, terbuka.
Orang yang masuk bukanlah manusia, namun seseorang yang lebih pendek - salah satu demihuman yang umum dikenal sebagai goblin.
"Selamat Pagi Ane-san. hari ini giliran kami untuk... ada apa?"
(dari Aneki / Panggilan kepada kakak Perempuan)
Goblin itu terdiam sejenak di tengah-tengah membungkuk sempurna untuk memalingkan matanya yang penuh perhatian kepada lengan Enri.
Enri hanya seorang gadis desa, namun para goblin melayaninya tanpa ragu karena dia adalah orang yang memanggil (summon) mereka.
Setelah insiden itu, ketika para penduduk desa bingung apakah mereka perlu bergantian berjaga, Enri teringat tanduk yang diberikan kepadanya lalu menggunakannya untuk memanggil goblin.
Pada penduduk desa pada awalnya terkejut dan takut dengan goblin karena mereka tiba-tiba muncul entah darimana, namun akhirnya mereka kembali tenang ketika Enri bilang kepada mereka bahwa dia memanggil goblin itu dengan item pemberian dari penyelamat mereka, Ainz Ooal Gown. Tak usah dikatakan lagi, ini karena rasa terima kasih dan kepercayaan mereka terhadap Ainz. Oleh karena itu, pekerjaan yang telah dilakukan oleh goblin-goblin itu cukup untuk membuat kecurigaan para penduduk tersingkir dan menyambut mereka dari lubuk hati yang paling dalam.
"Selamat pagi, Kaijali-san, aku hanya menggunakan sedikit terlalu banyak tenaga untuk pisau itu..."
Saat salah satu goblin yang dipanggil oleh Enri, Kaijali, terlihat seperti seekor beruang yang baru saja bangun tidur dari tidur panjangnya di musim dingin, mengerutkan dahinya dan memberikan ekspresi khawatir di wajahnya sebelum berkata.
"Itu tidak baik, anda harus menjaga pisau itu. Penduduk desa tidak memiliki tukang penempa (Blacksmith), jadi kita tidak bisa memperbaiki equipment kita pula."
"Oh begitu.."
"Yah, tidak apa. Kita akan memikirkan solusinya ketika waktunya tiba."
Kaijali berbicara dengan suara riang dan tulus sambil membantu menyiapkan sarapan. Dia memeriksa cairan yang berasap yang dia ambil dari panci yang sedang dia pegang, dan dengan gerakan yang sering dilatih, mengangkat kompor itu. Lalu dengan cekatan dan mudah membuat bara api yang samar menjadi kobaran api yang menderu menunjukkan bukti bahwa dia memang terampil.
Namun mereka tidak bisa masak.. mengapa bisa begitu?
Para goblin bahkan tidak bisa memasak makanan yang paling sederhana. Karena mereka memakan daging mentah dan sayuran tanpa protes, Enri mengira mereka lebih menyukai makanan mentah, namun sekarang menjadi jelas bahwa mereka lebih memilih makanan yang sudah dimasak - meskipun mereka masih bisa memakan makanan mentah tanpa ada masalah.
Apakah itu karena mereka adalah makhluk hasil summon sehingga mereka tidak tahu bagaimana cara memasak?
Seorang gadis desa biasa seperti dirinya tidak memiliki jawaban terhadap pertanyaan ini, dan dengan begitu dia menenggelamkan diri ke dalam pekerjaan lagi menjadi semakin dalam. Untungnya, mata pisau itu masih utuh.
Akhirnya, sarapan pun sudah siap.
Ada berbagai macam jenis makanan di meja dibandingkan dengan hari-hari ketika ibu Enri yang memasak.
Seperti contohnya, ada daing. Meskipun Ranger disana sering berbagi hasil buruna mereka di masa lalu, jumlah yang bisa mereka bahwa pulang tidak sebanding dengan yang sekarang. Alasan mengapa mereka memiliki begitu banyak daging sekarang adalah karena para penduduk desa telah memperluas area aktivitas mereka.
Great Forest of Tob telah menyediakan hadiahnya kepada mereka dalam bentuk kayu bakar, sayuran liar dan buah-buahan untuk dimakan, para binatang untuk daging dan bulunya, dan bahkan tumbuhan obat-obatan.
Meskipun hutan memang tepat dianggap sebagai peti harta karun, juga berperan sebagai rumah bagi binatang liar dan monster-monster, yang mana bisa saja menuju ke desa itu. Sebagai hasilnya, hutan tersebut bukanlah sebuah tempat dimana para penduduk desa bisa dengan mudahnya masuk. Bahkan para ahli seperti pemburu-pemburu profesional dipaksa untuk menyelinap seperti bandit di pinggiran teritori dari Wise King of Forest. Namun, dengan tidak adanya kemunculan dari Wise King of the Forest dan pasukan goblin, situasinya berubah drastis.
Perubahan besar adalah para penduduk desa sekarang bisa dengan mudah memasuki hutan dan memanen hasilnya. Para goblin adalah kunci dari hal ini; daing, yang mana sebelumnya sulit didapatkan, sekarang bisa dengan mudah diperoleh, dan meja mereka sekarang penuh dengan buah-buahan dan sayuran segar. Sebagai hasilnya, situasi makanan di dalam desa telah meningkat dengan dramatis.
Di tambah lagi, karena para goblin adalah bawahan dari Enri, mereka mengirimkan hasil buruan mereka dalam jumlah banyak ke rumahnya.
Sebagai tambahan, salah satu tambahan penduduk yang paling baru adalah seorang ranger yang telah membuat kontribusi dalam bahan pangan.
Dia adalah seorang wanita yang dulunya menjadi seorang petualang di E-Rantel. Karena berbagai alasan, dia pindah ke desa ini, dan belajar cara berburu dari ranger yang hidup di desa itu. Karena dulunya dia adalah seorang warrior selama hari-harinya berpetualang, kemampuannya dengan busur juga luar biasa, dan dia bisa mengalahkan lawan terbesar hanya dengan beberapa anak pana. Sebagian karena usahanya sehingga distribusi daing di dalam desa menjadi meningkat.
Standard yang meningkat dalam hidup membawa perubahan, yang mana terpantul dalam tubuh para penduduk desa.
Enri menekuk bisep miliknya, meregangkan otot-ototnya.
Tambahan di tubuhnya cukup menakjubkan.
Ah, aku merasa sangat semangat ~ otot-otot ini semakin besar...
Para goblin memuji Enri dalam setiap kesempaan dengan kalimat seperti 'Ane-san benar-benar sudah matang!' 'yeah, pompa lagi!' 'Dia terlalu besar untuk dikendalikan!' 'Tujuannnya adalah sixpack!' 'Potongan yang bagus!'. Kebanyakan bermaksud baik, namun sebagai seorang gadis, sulit untuk bisa menerima pujian seperti itu.
Jika aku nantinya menjadi seperti yang disebutkan oleh para goblin, bisa gawat...
Enri menyingkirkan bayangan yang ideal bagi goblin, bentuk akhir yang sangat berotot dari dirinya muncul di dalam otak, dan mulai menyiapkan sarapan.
Itu juga adalah tugas yang membosankan. Meskipun para goblin tidak protes terhadap perbedaan kecil terhadap ukuran porsi mereka, jumlah daging yang ada di dalam sup mereka adalah masalah yang besar. Enri memastikan piring dan mangkuk semuanya memiliki jumlah daging yang sama sebelum bergerak ke tugas selanjutnya.
Keringat menetes dari keingnya ketika waktu sarapan sudah siap.
"Kalau begitu, mari kita panggil semua orang dan Nfirea."
"Aku mengerti~"
"Aku akan pergi! Biarkan aku yang mengerjakannya! Aku ingin melakukannya!"
Saat Enri memutar badan, dia melihat Nemu yang sedang berdiri di belakangnya dengan mata berbinar.
"Apakah kamu sudah menyelesaikan tugas-tugasmu?" Adiknya itu mengangguk untuk membalasnya, dan begitu pula Enri.
"Benarkah? Kalau begitu panggil Nfi-"
"Tidak! Aku ingin memanggil para goblin!"
Enri tidak tahu bagaimana cara menjawab ledakan dari adiknya yang tiba-tiba. Kaijali mengangguk dengan lembut ke arah Nemu, agaknya mengindikasikan bahwa dia akan memberikan tugas itu kepadanya.
"Aku akan serahkan itu padamu, kalau begitu, aku akan pergi memanggil Nfirea."
"Itu lebih baik! Ide yang sangat bagus! Ane-san, biarkan aku pergi denganmu."
Meskipun ini akan membiarkan rumah menjadi kosong, Enri tidak perduli. Lagipula, tak pernah ada masalah kemalingan yang masuk kemari sebelumnya.
Bersama dengan Kaijali, Enri meninggalkan rumah itu tepat setelah Nemu.
Angin yang berhembus ke wajah Enri, membawa aroma rerumputan dan dihangatkan oleh sinar matahari yang lembut dari matahari pagi. Enri menghirup nafas dalam-dalam, dan ketika dia memutar badan ke arah Kaijali, dia juga menghirup aroma itu. Enri tidak tahan tertawa dengan pemandangan itu, dan Kaijali cemberut, mencoba memperoleh kewibawaannya kembali dengan ekspresi garang, Mungkin Enri di masa lalu akan ketakutan, namun Enri sudah terbiasa hidup dengan Goblin sekarang, dan dia tahu beginilah Kaijali tersenyum.
Di hari yang cerah, dingin dan segar ini, Enri meneruskan perjalanan ke arah rumah disamping rumahnya.
Rumah itu ditinggalkan tanpa penghuninya sejak tragedi yang menimpa desa mereka baru-baru ini, dan menjadi rumah dari para alchemist (ahli kimia) dari E-Rantel, keluarga Bareare.
Rumah itu ditempati oleh dua orang, Lizzie Bareare, wanita tua yang sudah keriput serta cucunya, teman baik Enri yaitu Nfirea Bareare. Dua orang itu menghabiskan hari-hari mereka terkungkung di dalam rumah, memproses tumbuh-tumbuhan untuk membuat ramuan atau potion serta obat-obatan lain.
Tidak bekerja bersama dengan penduduk lain adalah alasan yang bagus untuk dijauhi, dan dalam kasus terburuk, ditendang keluar dari desa. Tapi berbeda bagi mereka berdua.
Di setiap desa, seorang apoteker - seseorang yang bisa mempersiapkan obat-obatan untuk menangani penyakit atau luka - sangat berharga. Mereka bisa dikatakan cukup penting sampai-sampai para penduduk akan memohon, "anda tak perlu melakukan apapun kecuali membuat obat bagi kami".
Ini semakin berharga hingga dua kali lipat bagi desa seperti desa Carne, yang mana tak memiliki akses kepada para priest yang bisa menggunakan magic penyembuh. Bagi desa yang lebih besar, para priest akan bertugas ganda sebagai apoteker desa.
Para priest akan menarik biasa yang sesuai atas magic penyembuh mereka. Atau lebih tepatnya, mungkin lebih baik dikatakan bahwa mereka harus menarik biasa. Jika para penduduk tidak bisa membayar, maka mereka malahan akan menawarkan tenaga kasar. Bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan bahkan untuk melakukan itu, para priest akan menggunakan obat-obatan yang diracik dari tumbuh-tumbuhan, karena penyembuhan secara herbal lebih murah daripada penyembuhan magic.
Salah satu goblin yang ada di desa ini adalah seorang cleric, dan dia bisa menyembuhkan luka kecil dengan mudah, namun para penduduk desa sama-sama memiliki pendapat jika dia harus menyimpan kekuatannya untuk keadaan darurat, setidaknya sampai ada seseorang yang terluka parah. Apalagi, mantra-mantra penyembuh milik cleric sangat terbatas dan kurang memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit atau menetralisir racun.
Meskipun Bareare melakukan pekerjaan yang vital, para penduduk tidak berani mendekati mereka.
Alasan terhadap hal ini sangatlah jelas saat salah satunya mendekati kediaman Bareare.
Enri menutup hidungnya, begitu juga Kaijali. Rumah yang mereka dekati diselimuti oleh bau yang tajam. Setelah semua diperhitungkan, sebenarnya tidaklah buruk, namun masih tetap terasa tidak enak. Bau yang dikeluarkan dari tanaman-tanaman yang dihancurkan mungkin memang menyengat, namun pada akhirnya itu hanyalah bau dari tanaman, dan tidak berbahaya.
Bernafas melalui mulut, Enri mengetuk pintu itu.
Dia mengetuknya beberapa kali, namun tak ada yang menjawab pintu tersebut. Saat dia mengira tak ada orang di dalam rumah, suara seseorang yang mendekat datang dari sisi yang lain, dan setelah sebuah kunci dibuka dengan buru-buru, pintu itu terbuka.
-?!
Enri tidak bereaksi dengan ekspresi maupun kata-kata, namun bau yang datang dari dalam rumah benar-benar mengerikan.
Sebuah rasa sakit yang keras menyengat matan, hidung dan mulutnya. Yang lebih parah, bau busuk dari dalam rumah menandakan bahwa racun yang ada di sekeliling rumah tidak lain berasal dari apa yang keluar dari dalam.
"Selamat pagi, Enri!"
Mata Nfirea, yang terlihat dari celah diantara rambutnya yang panjang, terbuka lebar dan berwarna merah darah. Dia pasti begadang semalaman karena percobaan kimia lagi.
Enri tidak ingin membuka mulutnya untuk berbicara ketika dia diselimuti oleh gas yang membuat mata perih, namun tidak sopan jika tidak membalas sapaan.
"Se-Selamat pagi, Enfi."
Enri merasa tenggorokannya kering saat dia mengatakan itu.
"Pagi, Ani-san." (dari Aniki / Panggilan kepada kakak laki-laki)
"Ah, selamat pag, Kai...Kaijali-san...Huh, sudah pagi? Aku terlalu keras bekerja sampai-sampai tidak menyadarinya. Melihat matahari membuatku sadar bagaimana waktu berlalu dengan cepatnya... ahhh, aku sudah melakukan banyak percobaan baru-baru ini, aku harus keluar dari rumah."
Nfirea merentangkan badannya seperti seekor kucing di tengah malam dan menguap.
"Kelihatannya kamu sudah menghabiskan minyak untuk malam hari, huh-"
Enri waktu itu akan menambahi "sarapan sudah siap, datanglah dengan Obaa-chan" (Nenek), namun Nfirea menyela. Atau lebih tepatnya, daripada berkata dia menyela Enri, mungkin lebih baik jika disebut Enri terpana akan antusiasnya sebagai seorang pria.
"Menakjubkan sekali, Enri!"
Nfirea bergegas ke arahnya. Pakaian kerjanya mengeluarkan bau menyengat yang sama dengan seisi rumahnya. Mesipun Enri ingin sekali mundur darinya, dia memaksa diri untuk bertahan, karena Nfirea adalah teman dekatnya.
"Apa, apa yang terjadi, Enfi?"
"Kamu harus mendengar ini! Kami akhirnya berhasil menyempurnakan prosedur memasak potion tipe baru. Ini akan merubah dunia! Meskipun yang hanya kami lakukan adalah mencampurkan tanaman obat yang kami kumpulkan ke dalam sebuah ramuan, kami berhasil memproduksi sebuah potion ungu!"
Balasan yang hanya dia terima adalah "Hah?"
Enri tidak tahu jika itu memang hebat. Apakah potion ungu karena mereka menambahkan kubis ungu ke dalamnya?
"Dan itu bisa digunakan untuk menyembuhkan luka! Kecepatan penyembuhannya setara dengan potion yang diproses secara kimia!"
Enri mengangkat tangannya, menunjukkan tangannya yang kurus dan rapuh namun tak ada luka sama sekali. Enri berpikir, "Aku memilki bisep yang lebih besar darinya", tapi Nfirea tidak berhenti disana.
"Itu artinya!"
"Ya, ya, itu menakjubkan, ceritakan kepada kami nanti."
Kaijali berbicara saat dia mengambil langkah ke depan.
"Ani-san disini kelihatannya dia terlalu sedikit tidurnya dan terlalu banyak berpesta. Mungkin dia sedang tinggi atau apalah? Ane-san, biarkan aku yang menangani ini. Mengapa tidak kembali saja dahulu?"
"Apakah itu tidak apa-apa?"
"Tentu saja. Aku akan mengguyurkan sedikit air dingin ke wajahnya dahulu lalu saat dia sudah tenang, aku akan membawanya kesana. Jika Ane-san terlau lama disini, yang lainnya mungkin akan khawatir. Kalau begitu, ada apa dengan Obaa-chan?"
"Obaa-chan masih sedang memendam diri dalam penelitian.. Kukira dia tidak akan datang untuk sarapan. Maafkan aku, kamu sudah bersusah payah seperti ini mempersiapkan sarapan untuk kami..."
"Ah, tidak usah khawatir dengan hal itu. Aku tadi juga berpikir Lizzie-sama mungkin akan melakukan hal itu."
Situasi seperti ini sudah datang berkali-kali, jadi itu bukan hal yang mengejutkan.
"Kalau begitu, Ane-san, segeralah kembali dahulu."
Dengan begitu, tidak ada apapun lagi selain pergi.
"Kalau begitu, aku akan serahkan dia padamu."
Saat dia melihat Enri pergi, Kaijali memutar badan dengan tatapan dingin kepada Nfirea.
"Apakah kamu tahu yang barusan kamu lakukan? Satu-satunya waktu seorang gadis mendengarkan seorang pria sedang bicara tentang apa yang dia sukai adalah jika dia menyukai orang itu. Jika dia tidak menyukai orang itu, maka ocehan itu tadi hanya akan membuatnya bosan!"
"Maafkan aku, aku hanya berpikir bahwa karena kami sudah berhasil membuat penemuan menakjubkan itu... namun itu benar-benar menakjubkan! Bahkan revolusioner!"
Kaijali menyela ocehan mulut yang seperti motor tersebut dengan gerakan seperti memotong. Jelas sekali, Nfirea tidak mendapatkan pesan dari yang coba Kaijali sampaikan.
"Dengar, Ani-san. Apakah kamu tidak apa dengan hal ini? Kamu jatuh cinta dengan Ane-san, ya kan?"
Nfirea membalasnya dengan sebuah "Mm," lalu menganggukkan kepalanya semangat.
"Kalau begitu kamu harus membuatnya sebagai orang yang paling penting di hatimu. Lebih penting daripada potion milikmu."
"...Aku mengerti. Aku akan mencobanya."
"Lakukan, atau tidak usah dilakukan. Tidak ada mencoba. Kamu harus memenangkan hatinya. Aku dan anak-anak lainnya akan melakukan hal yang terbaik untuk mendukungmu. Ditambah, bukan hanya kami, bahkan imouto-san (dari imouto / adik perempuan) setuju membantu. Aku harap menguatkan diri dan melakukan bagianmu, Ani-san."
"Mmm..."
"Jika kamu hanya menunggu Ane-san berkata 'aku menyukaimu' duluan, maka kelihatannya itu tidak akan terjadi, orang lain pasti akan mencurinya! Kamu harus berusaha mengumpulkan keberanian untuk bilang kepadanya bagaimana sebenarnya perasaanmu."
Barisan itu menusuk hati Nfirea seperti sebuah pisau diantara tulang rusuknya.
"Tetap saja, dari segala hal yang aku ucapkan, kelihatannya kamu sudah melakukan dengan sangat baik bagianmu itu, Ani-san. Dulu kamu bahkan tidak bisa berkata satu patah katapun di depannya. Sekarang kamu bisa membawa diri bercakap-cakap seperti biasa, ya kan?"
"Itu karena aku tidak memiliki banyak kesempatan untuk bicara dengan Enri kecuali aku datang kemari untuk mengumpulkan tanaman obat... Sekarang aku sudah pindah ke desa ini, aku lebih sering ada di sekitarnya."
"Itu dia, itulah semangatnya. Yang tersisa bagimu adalah mengumpulkan keberanian dan maju selangkah. Mungkin kamu harus memamerkan kekuatanmu dahulu. Menurut para penduduk desa, pria yang kuat masih tetap yang paling populer. Yah, bagi wanita berusia empat puluh sembilan tahu di desa ini."
"Aku tidak terlalu percaya diri dengan kekuatan lenganku. Mungkin aku harus melakukan pekerjaan ladang lebih banyak lagi atau sesuatu?"
"Nah, apa yang seharusnya kamu gunakan adalah ini, Ani-san" Kaijali berbicara sambil secara lembut mengetuk kepalanya.
"Selesaikan dengan ini. Lalu keluarkan semua keajaibanmu. Jika aku atau anak-anak berpikir apa yang kamu katakan itu bagus, kami akan berpose seperti ini. Saat itulah ketika kamu harus berkata atau melakukan sesuatu yang akan membuatnya jatuh cinta padamu dalam sekejap."
"Seperti itu. Dan jika perlu demonstrasi yang lebih menakjubkan..."
Selanjutnya, Kaijali meregangkan hiasan dadanya. Meskipun dia memang pendek, tubuhnya yang atletik dan berotot membuktikan kenyataan bahwa dia terlahir sebagai seorang warrior.
Nfirea penasaran Mengapa pose semacam ini? namun dia tidak bisa sama sekali mengatakan itu, karena dia sudah menerima niat baik Kaijali. Tetap saja, ada satu pertanyaan yang ingin dia tanyakan.
"Aku...Aku penasaran, mengapa kalian melakukan hal ini? Maksudku, aku tahu kamu adalah bawahan Enri dan kamu setia kepadanya, namun aku tidak mengerti mengapa kamu membantuku."
"Yah, itu sederhana," Kaijali membalas dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dimengerti. Dengan nada yang lebih cocok digunakan untuk membujuk anak kecil bersikap lebih baik, dia membalas, "Itu karena kami semua ingin Ane-san bahagia. Dan dari tempat kami memandang, kamu cocok dengan itu. Jadi semakin cepat kalian berdua menikat, semakin baik."
"Ti-Tidak perlu setergesa-gesa itu! Ka-Kami berdua bisa perlahan mengurangi jarak diantara kami, ya kan?"
"...Salah, sebenarnya. Maksudku, bukankah manusia memakan waktu panjang antara hamil dan memiliki anak?"
"I-Itu sekitar sembilan bulan?"
"Hm, kalau begitu akan memakan waktu yang sangat lama untuk sepuluh anak anjing - maksudku, sepuluh anak kecil, ya kan?"
"Sepuluh?! Bukankah itu terlalu banyak?!"
Lima anak adalah jumlah rata-rata dari keluarga petani desa. Di masa yang sulit ketika sulit bertahan hidup hingga dewasa, jumlah ini akan terus meningkat. Di dalam kota, jumlah ini biasanya berkurang, dengan bantuan dari para priest untuk menyembuhkan penyakit atau menggunakan kontrasepsi.
Jadi, seorang wanita melahirkan sepuluh anak adalah terlalu berlebihan, Itu sangat terlalu banyak.
"Apa yang kamu bicarakan? Sepuluh adalah jumlah normal bagi kami para goblin."
"Kami bukan goblin!"
"Baiklah, aku mengerti maksudmu, ras kami memiliki perbedaan... tapi tetap saja, kamu harus memiliki banyak anak agar bisa membuat Ane-san bahagia."
"...Baiklah, aku tidak bisa menyangkal jika dia mungkin akan bahagia dengan rumah yang penuh dengan anak-anak... tapi kelihatannya masih agak salah..."
"Benarkah?"
Nfirea kehilangan kata-kata saat dia melihat Kaijali yang sedang meliahtnya dengan kepala miring. Namun secara menyeluruh, Nfirea masih tetap berterima kasih atas bantuannya...
"Kalau begitu, ayo pergi, Ani-san. Aku harap kamu segera membuat gerakan. Kendati membuatnya menunggu terlalu lama mungkin akan menyebabkan masalah..yah, aku berpikir sebuah taktik maju yang tetap pada tujuan utama adalah sebuah strategi yang layak dikejar."
"Darimana kamu belajar semua ini?" Nfirea menggelengkan kepalanya. "Oi, Obaa-chan, aku akan pergi sarapan ke Enri, bagaimana denganmu?"
Balasan yang datang dari dalam rumah adalah penolakan terhadap pertanyaan Nfirea.
Kelihatannya, dia sedang berada di dalam percobaan berulang-ulang, dan tidak punya waktu memikirkan hal-hal remeh seperti makan.
Nfirea mengerti perasaan itu.
Peralatan alhemical dan perlengkapan khusus yang lain di dalam rumah adalah tingkat yang sangat tertinggi, dan mereka tidak tahu bagaimana menggunakan kebanyakannya. Pelayan yang telah melayani Magic caster hebat Ainz Ooal Gown membawanya untuk mereka kemari. Dua orang itu diperintahkan untuk menggunakan material-material ini untuk memproduksi potion baru dan item-item alchemical. Oh, dan maid itu bahkan membawa beberapa tanaman yang semacam bisa menyembuhkan segalanya.
Ketika dia menanyainya tentang larutan dan penggunaan instrumen-instrumen yang benar, yang hanya dia dapatkan adalah "cari tau saja sendiri su~", yang tidak membantu sama sekali.
Jadi, mereka berdua harus mengabaikan makan dan tidur dalam tugas mereka yang tak ada hentinya mempelajari bagaimana menggunakan alat-alat ini untuk percobaan. Itu adalah proses yang lambat, namun mereka akhirnya membuat sebuah progress. Tentu saja, mereka juga membuat kesalahan pula - Nfirea melakukan banyak kesalahan itu - namun selama dua bulan yang lalu adalah beberapa momen yang paling sibuk bagi kehidupan Lizzie yang lama. Buah dari kerja keras mereka berdiri di atas meja, botol potion berwarna ungu itu, yang Lizzie periksa tanpa henti dan membuat Nfirea penuh dengan kebahagiaan.
"Aku akan menangani makanannya kalau begitu," Nfirea berbicara saat dia menutup pintu di belakangnya. Lalu, berpaling ke arah Kaijali, dia berkata, "Ayo pergi."
----
Meskipun seharusnya semua orang makan sama-sama, rumah Enri tidaklah cukup besar untuk bisa menampung mereka semua. Oleh karena itu, mereka biasanya makan di luar ketika cuaca sedang bagus.
Karena berada di luar, sejumlah keributan memang bisa diduga akan terjadi dan bisa ditolerir. Jika mereka ada di dalam, mungkin keributan itu takkan bisa dibiarkan, meskipun berada dalam situasi saat ini, cepat sekali berubah menjadi situasi yang menjengkelkan.
"Itulah kenapa aku bilang, Enri-nee-san akan menjadi istriku!"
"Hey, bocah, apakah kamu sudah lupa perjanjian yang telah kita semua buat untuk tidak menyentuh Ane-san?!"
"Benar sekali, jika kamu coba-coba melakukan sesuatu di belakang kami maka aku juga akan membuat gerakan!"
"Kamu akan apa teman? Aku duluan!"
Beberapa goblin saling menendang kursi mereka saat tiba-tiba berdiri, dan beberapa diantaranya bahkan melompat ke atas meja. Berusahan menahan amarahnya dengan hanya semangat, Enri bicara dalam nada yang lembut.
"Semuanya, aku mohon tenanglah."
Itu seperti memiliki efek sebesar sebuah bola salju di saat matahari sedang cerah. Perselisihan di dalam mata para goblin tidak mereda sedikitpun.
"Menyerah saja, bung. Yang menang sudah diputuskan. Sambutlah, sebongkah daging yang bersinar dan luar biasa!"
Salah satu goblin, Kuunel, mengangkat sendoknya untuk membuktikan maksudnya, mempertontonkan sebuah daging ayam yang mungkin akan dianggap oleh yang menontonnya hanyalah sebuah kacang. Tidak lebih dari sedikit bagian tambahan yang ditambahkan oleh Eri ketika membagi makanan kepada semuanya.
"Aku telah menghabiskan dagingku, namun masih ada lagi di dasar supnya! Apakah kalian memiliki hal semacam itu! Kurasa tidak! Ini tidak lain adalah bukti dari cinta!"
"Kamu pasti bercanda! Itu tida lebih dari sebiji kecil daging yang salah dianggap sebagai sebongkah sayuran!"
"Mungkin itu hanyalah bayangan pemikiran dari dirimu saja? Mungkin 'daging' yang kamu makan hanyalah kentang atau apalah, dan daging yang sebenarnya hanyalah benda kecil itu. Kamu sebaiknya hati-hati, itu adalah bukti bahwa Ane-san tidak menyukaimu. Ditambah lagi, Tuhanku dengan jelas bilang kepadaku, 'Kamu harus membuat Enri bahagia'."
"Bukankah Tuhan yang kamu yakini adalah yang jahat, Cona!?"
Separuh goblin berdiri, dan separuh lainnya duduk dan bertengkar, seperti mengipas api konflik. Bahkan Nemu entah bagaimana bergabung dalam kelompok yang bertengkar. Hanya beberapa orang yang tidak bergabung dalam battle royale ini. Kepala orang-orang itu menunduk ke meja, dan yang paling mencolok adalah Nfirea.
"...Powdered Ruby (Bubuk Rubi)... Arcane Feathers (Bulu-bulu misterius)... ashwood pestle (Alat penumbuk dari kayu ashwood)..mor...mortar...tar..tatas?"
Nfirea bergumam sendiri saat menyendokkan sesuap makanan ke dalam mulutnya, namun makanan di sendok itu bahkan belum sampai di mulutnya akhirnya kembali ke mangkuk. Matanya tidak tampak karena rambutnya yang panjang, namun kelihatannya dia sedang berjalan diantara garis tipis antara mimpi dan kenyataan.
"Enfi, apakah kamu baik-baik saja?"
Para goblin masih berdebat, dan meskipun mungkin tidak aman untuk meninggalkan mereka dalam waktu lama karena mungkin saja konflik itu akan di luar kendali, Nfirea benar-benar keluar dari hal itu, dan Enri tidak bisa mengabaikannya. Nfirea kelihatannya sangat menderita karena kurang tidur, melihat caranya mulai terhuyung-huyung saat dia duduk, seakan dia bisa saja setiap saat terjatuh ke samping. Ketika Nfirea mulai benar-benar sarapan, dia terlihat seperti seorang zombie, benar-benar kehilangan kehidupan atau semangat.
"Ah... jangan... mengkhawatirkanku... Enri..hu..."
"Hey, Enfi, sadarlah!"
"Bukankah kamu yang bilang kalau 'Nemu adalah istriku' dan semua itu sebelumnya?"
"Itu dulu, sekarang ya sekarang. Aku hanya baru saja menyadari barusan. Dulu aku mengira Nemu-san sudah berusia sepuluh tahun dan memiliki tinggi yang sama dengan kita, dan sudah menginjak usia pernikahan. Tapi manusia.. mereka hanya menganggap diri mereka dewasa pada usia lima belas tahun!"
"Eh? benarkah itu...? Ane-san bukan sebuah spesies seperti hob-human?"
Para goblin melompat dari topik ke topik dengan kecepatan yang tak bisa dibandingkan. Enri ingin bertanya kepada mereka apa itu hob-human, namun sebelum dia bisa membuka mulutnya, para goblin sudah lelah dengan diskusi itu dan mulai argumen baru seluruhnya yang diikuti oleh semuanya.
"Ah! Kamu telah mencuri rotiku!"
"Serigalaku masih lapar, jangan sepelit itu!"
"Semuanya!"
Meskipun Enri saat ini sedang berteriak, suaranya masih kalah dari para goblin yang sedang berdebat. Sendok-sendok dan piring berterbangan, sambil berteriak dan mengerang marah lalu terjatuh seperti gelombang di dalam badai yang menghempas teluk. Tentu saja, semua yang dilemparkan dalam keadaan kosong, karena tak ada satupun goblin yang bahkan bermimpi saja membuang makanan yang sudah dibuat oleh Enri untuk mereka. Tapi tetap saja, itu masih tidak bisa dibiarkan.
Menguatkan dirinya, Enri mengerutkan dahinya dan mengambil nafas dalam-dalam.
"Bukankah serigala makan daging? Hanya karena kamu memiliki level yang lebih tinggi dariku, jangan berpikir aku tidak bisa menghajarmu dengan tinju ini!"
"Dengan tinju, katamu? karena kamu sangat lapar, bagaimana kalau sandwich knuckle?"
Dan saat Enri berdiri, semuanya langsung kembali ke tempat duduk mereka dan dengan tenang melanjutkan makan mereka seakan tidak ada masalah apapun.
"KALIAN SEMUA, BERHENTILAH MEMBIKIN KERIBUTAN!"
Raungan kemarahan Enri bergema ke seluruh penjuru udara yang hening di meja sarapan.
"Ah..."
Karena terkejut, Enri melihat ke sekelilingnya, namun satu-satunya yang bisa dia lihat adalah para goblin yang sedang melihat ke arahnya dengan ekspresi di wajah mereka yang berkata, "Kami semua sedang sarapan dengan tenang, apa ada masalah", atau "tiba-tiba saja dibentak tanpa alasan benar-benar menjengkelkan". Setelah bediri tanpa suara sesaat, Enri menghempaskan dirinya kembali ke tempat duduknya, dengan wajah merah.
"Pfhahahahahaha!"
Yang pertama memecah keheningan itu adalah Nemu. Lalu, tak mampu menahan diri, Enri mengikutinya, memegang perutnya saat dia tertawa lalu para goblin bergabung pula.
Koordinasi waktu tanpa celah itu tidak akan bisa terjadi tanpa adanya diskusi dan persiapan yang hati-hati. Memang menakjubkan seberapa seriusnya mereka mempersiapkan gurauan seperti ini.
"Ah, itu tadi memang aneh. Apakah kalian semua berencana menggodaku dari awal?"
Meskipun Enri hampir kelelahan karena tertawa terlalu keras, Enri membuat penampilan seperti marah dan bertanya.
"Tentu saja, Ane-san. Kami takkan berdebat tentang hal ini dengan sungguh-sungguh."
"Benar sekali, Ane-san."
"Yup, yup!"
Para goblin tidak menyesali ocehan mereka, mementalkan pertanyaan Enri dengan ekspresi riang di wajah mereka. Merespon hal itu, Enri terfokus pada Kaijali, mengarahkan tatapan sengit pada dirinya. Di bawahan tatapannya yang kuat, Kaijali menjadi layu, mengalihkan matanya saat dia merespon dalam suara yang kecil seperti berpaling dari tanggung jawab.
"Begini, bagaimana aku harus mengatakan hal ini... kami kira Ane-san terlihat sedikit murung."
Beberapa goblin menyusut menjauh, kepala mereka diturunkan saat mereka melihat ke sekeliling tidak tenang tanpa berkata apapun.
"Semuanya-"
"Itu karena... kami semua adalah bodyguard dari Ane-san."
"Benar sekali."
"Yep! Bodyguards!"
"Kami mencurahkan semuanya ke dalam bagaimana kami terlihat bagus sebagai pengawalmu."
"Benar sekali, benar sekali. Sekarang, Ane-san dan Nemu-san, berdirilah disini, di tengah-tengah, seperti ini.."
"Eh? Aku harus pergi kesana juga?"
"Tentu saja, sekarang, kalian berdua, angkat kedua tangan kalian seperti ini, benar sekali, dengan cara yang benar-benar keren dan menakjubkan..."
Meskipun Enri memberikan keraguan pada mereka, pose ini membuat mereka terlihat seperti katak yang sedang menjulurkan tangan mereka ke atas langit.
"Dengar, Aku mengerti niat baik kalian, dan sebagai awalnya, kalian tak perlu menjadi bodyaguardku.. benar khan, Enfi?"
Enri memalingkan kepalanya ke arah teman masa kecilnya yang sedang duduk di sampingnya untuk meminta bantuan, namun tidak menemukan siapapun disana.
Enri merasa tidak enak dengan hal ini, namun masih tetap memindahkan pandangannya sedikit ke bawah.. dan menemukan kepala Nfirea yang sedang beristirahat dengan muka menghadap ke bawah di dalam mangkuk sup.
"Enfi!"
Enri langsung mengangkat Enfi yang tumbang, berteriak saat wajahnya menjadi pucat. Cona bergegas mendekat, lalu membuka mata Nfirea dengan jarinya.
"...Dia hanya tertidur. Jika kamu membiarkannya seperti hingga sore, dia pasti baik-baik saja."
"Enfi... apa yang harus kulakukan padamu?"
Enri sedang berpikir bahwa dia seharusnya mengembalikan Nfirea ke tempat tidurnya sendiri. Jadi dia menggendongnya, lalu mulai berjalan keluar, meninggalkan percakapan berharga yang seperti itu saat "Bukankah seharusnya posisi mereka terbalik?" "Nemu-san, kamu tak boleh berkata seperti ini..." "Ani-san, kamu.."
Setelah gandung telah dipanen, pengumpul pajak akan datang ke desa itu.
Enri jelas sekali khawatir dengan bagaimana dia akan menjelaskan kehadiran goblin di desa itu.
Apakah dia harus berkata mereka adalah binatang buas yang disummon, atau mereka adalah bawahannya, atau mungkin dia seharusnya berkata...
Enri berpikir jika mereka selalu khawatir terhadap dirinya.
Tidak hanya sebatas khawatir dengan keamanannya, mereka berpikir tentang perasaannya juga. Apa yang bisa dia lakukan untuk para goblin ini?
Apa yang bisa dia lakukan kepada anggota-anggota keluarganya yang baru dan liar itu...
----
Dengan menggunakan punggung tangannya yang masih bersih untuk mengusap keringat yang mengalir turun di lehernya, Enri mengikat rumput-rumput yang baru saja selesai dia potong. Tumpukan besar dari sisa-sisa tanaman mengeluarkan aroma yang seperti rumput yang baru saja dipotong.
Tubuhnya lelah karena bekerja dalam waktu lama di ladang dan dari keringat yang membuat bajunya menempel di tubuh membuat Enri tidak nyaman.
Untuk mengangkat suasana hati, Enri meregangkan badan.
Saat dia melakuakn itu, matanya menyapu ke seluruh ladang yang terhampar.
Tanaman gandum yang mereka tanam telah tumbuh perlahan namun pasti, dan saat musim panen mendekat, gandum-gandum itu perlahan berubah menjadi keemasan. Meskipun tanaman gandum yang berwarna keemasan merupakan pemandangan yang indah, pekerjaan mencabuti ilalang sebelumnya merupakan pekerjaan yang penting dan juga menjengkelkan. Jika tidak dilakukan, ladang keemasan itu juga akan menjadi sangat sepi.
Pekerjaannya sekarang seluruhnya adalah demi musim panen yang akan datang.
Dia mengencangkan badan untuk meregangkan otot-ototnya yang tegang, dan untuk membiarkan tubuhnya yang terasa kaku menjadi rileks. Angin yang bertiup terasa dingin menyegarkan di kulitnya yang sudah lama kepanasan karena lamanya pekerjaan di ladang itu.
Angin itu juga membawa suara keributan dari arah desa ke telinganya.
Kedengarannya ada sesuatu yang dibenturkan atau sesuatu, dan teriakan dari orang-orang yang digabungkan dengan kekuatan mereka. Ini adalah suara yang tak pernah dia dengar sebelumnya di desa. Saat ini, desa itu sedang bekerja untuk merubah seluruh rencana dan ide menjadi kenyataan.
Dari salah satu rencana, yang merupakan prioritas paling tinggi adalah dinding yang mengelilingi desa, dan pembangunan menara pengawas. Tak usah dikatakan lagi jika semua proyek ini dimaksudkan untuk merubah desa menjadi sebuah benteng.
Desa Carne berdiri di perbatasan dari Great Forest of Tob, dan hutan itu adalah rumah bagi banyak sekali binatang buas yang liar, atau dengan kata lain, area yang berbahaya. Tidak mungkin bisa hidup damai tanpa perlindungan dinding yang kokoh.
Namun, desa Carne berdiri dengan barisan yang rapi terdiri dari rumah-rumah yang memancar dari pusat desa di seluruh penjuru. Tanpa sesuatu sedikitpun yang menyerupai dinding, siapapun bisa dengan mudah memasuki desa. Hingga baru saja, desa itu mendapatkan kembali kedamaian dan binatang buas tidak masuk, meskipun berada di samping hutan.
Itu karena makhluk yang kuat yang dikenal dengan Wise King of the Forest terus melebarkan lingkaran pengaruhnya, dan oleh karena itu, tak ada binatang buas yang berani berkeliling di dalam hutan di dekat desa. Jadi pertahanan desa itu sebanding dengan dinding baja.
Lalu, semua ini berubah karena ikut campurnya manusia.
Para knight dari Empire menyerang desa dan membunuh orang tua Enri. Sebagai hasilnya, tak ada seorangpun di desa yang menduga keadaan akan kembali seperti sedia kala.
Sebaliknya, pimpinan tertinggi dari goblin, Jugem, telah menawarkan penguatan desa sebagai pencegahan terhadap kembalinya skenario seperti itu lagi. Ketika dia menyebutkan bahwa goblin tidak akan mampu melindungi desa jika diserang lagi karena kurangnya jumlah mereka, saran itu langsung mendapatkan persetujuan secara serentak dari seluruh pihak yang khawatir. Ini karena bahkan hingga sekarang, banyak penduduk yang masih bermimpi buruk dan membuat mereka terbangun dari tidurnya.
Langkah pertama adalah merobohkan rumah-rumah yang tidak dihuni dan menggunakannya untuk membangun sebuah dinding. Tentu saja, bahan-bahan ini kurang, jadi mereka harus masuk ke dalam hutan memotong pepohonan untuk diambil kayunya. Karena memasuki dalamnya hutan mungkin saja berarti mendekati teritori dari Wise King of Forest, ladang mereka harus melebar mengikuti batas pinggiran hutan di kejauhan.
Sewajarnya, para goblinlah yang memberikan keamanan untuk para penduduk desa yang sedang memotong kayu.
Sebagai hasilnya mereka mengerjakan hal itu, rasa tidak percaya para penduduk terhadap para goblin hampir hilang sepenuhnya. Sebagai dari itu karena para knight manusia, yang merupakan ras yang sama dengan mereka sendiri, telah menyerang mereka. Meskipun mereka adalah ras yang sama, mereka telah mencoba mengambil nyawa para penduduk desa. Sebaliknya, para goblin yang bekerja di bawah Enri memberikan kontribusi kepada desa, meskipun mereka adalah spesies yang berbeda. Keputusan untuk sisi yang mana yang lebih dipercayai tidak lagi berdasarkan keputusan ras yang sama.
Dan alasan yang terpenting adalah para goblin yang kuat. Mereka bisa berguna sebagai para warrior untuk melakukan tugas berjaga, dan ketika orang-orang itu terluka, goblin yang bernama Cona bisa menyembuhkan mereka.
Sulit sekali membenci goblin yang seperti ini.
Dengan cara seperti ini, para goblin berhasil tinggal di desa hanya dalam waktu yang singkat dan cepat-cepat menjadi bagian yang tak tergantikan dari kehidupan desa. Ini bisa terlihat dari rumah yang ditinggali oleh para goblin; tak ada perhitungan yang dibuat dari kenyataan bahwa mereka dari ras lain, dan sebuah rumah yang besar dibangung dekat dengan rumah Enri sendiri di tengah desa.
Meskipun para penduduk dan para goblin telah bekerja bersama-sama dalam rencana pertahanan desa, hanya saja tidak cukup tenaga untuk membuat pekerjaan itu menjadi lebih cepat. Oleh karena itu, pada awalnya mereka hanya membangun pagar sederhana.
Ketika takdir berjalan, Wise King of the Forest, yang telah menjaga para monster dari pinggiran hutan dari desa, menjadi pengikut bagi seorang warrior dengan armor hitam tertentu lalu meninggalkan teritorinya. Meskipun mereka berhasil menyelesaikan pagar-pagar itu dengan usaha besar, para penduduk desa tidak bisa bergembira dengan hasil tersebut, namun malahan menghela nafas dengan nasib mereka yang memburuk.
Namun, sebuah dinding yang kokoh sekarang berdiri melindungi desa.
Penyebab perubahan menjadi lebih baik ini adalah pekerjaan yang dibuat oleh golem-golem batu yang telah dibawa ke desa oleh pelayan cantik yang melayani penyelamat desa itu - Ainz Ooal Gown.
Para golem itu adalah tenaga pembangun yang tak kenal lelah; ketika diperintahkan mereka akan bekerja tanpa bicara sedikitpun, dan kekuatan mereka jauh melebihi manusia biasa. Meskipun ketrampilan mereka kurang artinya mereka tidak bisa melakukan tugas tertentu yang membutuhkan presisi, partisipasi mereka dalam pekerjaan itu telah membuatnya berjalan dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Dengan usaha dari golem-golem batu yang tak kenal lelah dan tak butuh tidur itu, pembangunan dinding praktis terus berjalan.
Mereka bisa menyelesaikan tugas-tugas yang tidak bisa dilakukan oleh para penduduk desa dan para goblin, seperti memotong pepohonan dan mengangkutnya dengan jumlah yang besar, menggali parit, atau mendirikan pondasi dinding-dinding itu. Apa yang seharusnya memakan waktu bertahun-tahun dalam teorinya malahan selesai hanya dalam hitungan hari, dan dinding yang dibangun bahkan lebih besar dan lebih kokoh dari yang diduga.
Bukan hanya dinding saja; bahkan pembangunan menara pengawas juga semakin dipercepat. Tugas mereka adalah menyelesaikan menara pengawas di sisi timur dan barat dari desa.
"Ane-san, aku sudah selesai dengan yang disini."
Lamunan Enri dihentikan oleh goblin yang membantunya dalam mencabuti rumput, seorang goblin yang disebut Paipo.
"Ah, terima kasih."
"Tidak, tidak, ini bukan sesuatu yang layak mendapatkan terima kasih dari Ane-san."
Meskipun Paipo melambaikan tangannya yang kotor oleh lumpur dan rumput untuk menolak terima kasih Enri, Enri masih merasa bahwa dia berhutang kepada goblin itu hutang yang takkan pernah bisa dia bayar.
Setelah kehilangan orang tuanya, Enri berada dalam situasi yang buruk sekali, dimana menyelesaikan ladang keluarganya sendirian adalah hal yang tidak mungkin. Dia ingin meminta bantuan penduduk desa yang lain, namun karena kurangnya tenaga di dalam desa itu, sudah cukup sulit bagi setiap anggota keluarga untuk menangani ladang mereka sendiri. Dengan bantuan goblin-goblin itu, masalah itu dengan mudahnya diselesaikan. Di tambah lagi, dia bukan satu-satunya yang dibantu oleh para goblin itu.
Berputar ke arah dimana namanya dipanggil, Enri melihat seorang wanita yang gembuk berdiri di ladang. Di sampingnya ada seorang goblin.
"Terima kasih banyak, Enri-chan. Karena bantuan Goblin-san, pekerjaan ladang hampir selesai."
"Benarkah? Itu menakjubkan. Itu adalah ide mereka untuk membantu tugas sehari-hari penduduk desa, jadi jika ingin berterima kasih kepada seseorang, anda seharusnya berterima kasih kepada mereka."
"Ah, aku sudah berterima kasih kepada Goblin-san. Dia bilang jika dia hanyalah bawahanmu, jadi dia berharap jika aku juga berterima kasih kepada Ane-san juga."
Mendengar kata "Ane-san" membuat Enri mengerutkan dahinya, yang mana akhirnya diikuti oleh tawa pura-pura untuk menghilangkannya.
Goblin sendiri telah menyarankan jika mereka seharusnya membantu anggota keluarga yang kehilangan ladang akibat serangan, dan wanita di depannya adalah salah satu dari orang itu.
Tidak mungkin para penduduk akan mengelak dari kontribusi para goblin. Di desa Carne, pendapat para goblin sangat bagus sehingga kalimat seperti 'para goblin bahkan adalah tetangga yang lebih baik dari manusia' sering terdengar.
"Ngomong-ngomong, apakah ada goblin-san lain di sekitar? Aku ingin mentraktir semua orang makan sebagai rasa terima kasih."
"Yang lain seharusnya sedang berpatroli di desa atau membantu orang-orang yang baru saja pindah ke desa. Namun karena obaa-san memintanya, kalau begitu aku akan memastikan untuk menyampaikannya kepada mereka."
"Kalau begitu aku serahkan itu padamu, Enri-chan. Ketika waktunya datang, aku akan memastikan semuanya mendapatkan pesta yang dibuat dengan seluruh kemampuanku. Sementara itu, kurasa aku akan membuat makan siang untuk Goblin-san dulu."
"Benarkah? Kalau begitu, karena aku sudah diundang, tidak sopan jika aku menolaknya. Ane-san, aku harus minta maaf karena aku tidak bisa bergabung denganmu, aku akan makan siang di tempat Morga-san."
Enri menggangguk, dan wanita itu kembali ke desa dengan goblin di belakangnya.
"Jika orang-orang yang baru saja datang menyadari jika kalian bukan orang jahat, itu pasti bagus."
"Yah, banyak dari mereka yang tidak terlihat senang melihat kami. Lagipula, di hati mereka kami seharusnya adalah musuh."
"Selain dari desa kami, menganggap demi human sebagai musuh adalah hal biasa, ya khan..."
"Itulah kenapa kami mengirimkan banyak sekali orang untuk membantu para penduduk desa dengan pekerjaan mereka. Itu tidak mudah."
"Tapi, kita sudah sedikit menyingkirkan rasa curiga mereka. Aku baru saja melihat bagaimana mereka bisa menyapamu dengan normal."
"Tentang itu, yah, cukup banyak orang-orang ini yang seperti para penduduk desa dan memiliki kenangan akan anggota keluarganya yang diserang dan tewas. Atau lebih tepatnya, kenangan yang mereka miliki bahkan mungkin lebih berat dari itu"
Meskipun desa Carne hancur lebur karena serangan, sekitar separuh dari para penduduk desa berhasil bertahan hidup. Di lain pihak, banyak penduduk desa lain yang telah diserang oleh para knight kehilangan sejumlah besar orang-orang mereka.
Ketika Desa Carne mulai menerima para imigran, banyak yang datang adalah mereka yang selamat dari penduduk desa yang diserang itu.
Dua orang itu menjadi terdiam.
Enri meregangkan pinggangnya sekali lagi dan melihat ke langit. Meskipun lonceng makan siang belum berbunyi, kelihatannya sudah waktunya. Mereka sudah cukup bekerja di ladang dan sudah saatnya beristirahat pula.
"Kalau begitu, mari kita makan siang?"
Meskipun penampilannya mengerikan, Paipo berhasil mengeluarkan apa yang dikenal dengan senyuman dalam sekejap.
"Itu bagus sekali, masakan Ane-san selalu lezat."
"Oh, masakanku itu tidak terlalu kok." balas Enri, dengan sedikit malu.
"Tidak, tidak, aku serius. Membantu Ane-san di ladang adalah salah satu posisi hot yang diperebutkan oleh kami. Itu karena kami bisa mendapatkan makan siangmu yang enak."
"Ahaha, kalau begitu aku harus membuat makan siang untuk semua orang pula? Seperti sarapan?"
Ada beberapa alasan mengapa itu sulit dilakukan. Misalnya, ada perbedaan antara makan siang untuk tiga orang dan makan siang untuk dua puluh. Hanya mengiris sayuran akan menjadi tugas berat tersendiri. Ditambah lagi, dia harus memastiakn setiap orang memiliki porsi yang cukup, yang mana adalah tugas yang melelahkan. Meskipun begitu, dibandingkan dengan jumlah kerja keras yang telah dilakukan oleh para goblin dan pujian yang mereka terima sebagai imbalannya, itu bukan apa-apa.
"Oh, tidak, kami tidak bisa menyusahkanmu untuk itu. Ditambah lagi, menikmati makan siang buatan Ane-san sendiri seperti hak khusus untuk orang yang memenangkan hak untuk membantumu."
Enri hanya bisa tersenyum sebagai balasan kepada demihuman yang relatif kecil. Meskipun dia tahu para goblin memutuskan siapa yang mengambil pekerjaan itu dengan batu-gunting-kertas, Enri tidak tahu apakah dia sedang memasak sesuatu yang layak mendapatkan seluruh pujian itu.
"Kalau begitu, mari kita istirahat makan siang?"
"Ah, itu bagus sekali..."
Kata-kata Paipo disela di tengah-tengah saat dia melihat ke arah kejauhan dengan matanya yang tajam. Dengan menghirup nafas dalam-dalam, demihuman yang tadinya santai dan riang itu menjadi warrior veteran dalam sekejap. Enri mengikuti tatapan Paipo di kejauhan.
Apa yang sedang mereka lihat adalah seorang goblin yang sedang mengendarai serigala hitam. Mereka kelihatannya seperti menggelinding menyeberangi daratan saat mereka mendekati desa dengan kecepatan tinggi.
"Itu adalah Kiumei..."
Dari pasukan goblin yang disummon oleh Enri, dua belas diantaranya adalah goblin level 9, dua goblin archer (pemanah) level 10, satu goblin mage (penyihir) level 10, satu goblin priest (pendeta) level 10, dua goblin wolf rider (pengendara serigala) level 10 dan satu pemimpin goblin level 12. Total jumlahnya, ada 19 goblin.
Kaijali yang tadi pagi dan Paipo yang membantu tugas sehari-hari adalah level 8, sementara Kiumei, yang memakai armor kulit dan membawa sebuah tombak, adalah goblin wolf rider level 10.
Pekerjaan dari goblin rider adalah berpatroli di dataran dan bertindak sebagai pengintai. Para pengendara setiap saat kembali ke desa untuk mengirimkan laporan pemandangan yang umum dilihat.
"...Kelihatannya begitu."
Namun, nada Paipo sangat suram. Itu membuat Enri berpikir ada sesuatu yang buruk yang terjadi.
"Ada apa?"
"...Dia kembali sedikit lebih awal. Dia seharusnya mengitari hutan hari ini... apakah ada sesuatu yang terjadi?"
Setelah mendengar penjelasan Paipo, sebuah rasa kejutan yang tidak menyenangkan muncul di hati Enri, dan dia takut jika bencana berdarah menunggu mereka.
Ketika dua orang itu menunggu tanpa bicara, serigala besar yang dikendarai oleh Kiumei tiba di depan Enri. Dari nafasnya yang terengah-engah, dia bisa menduga seberapa buru-burunya dia untuk kembali kemari.
"Ada masalah apa?"
Mendengar pertanyaan Paipo, Kiumei membungkuk kepada Enri dari atas serigalanya sambil membalas, "Ada sesuatu yang terjadi di hutan."
"...Apa?"
"Aku tidak terlalu yakin, tapi kurasa tidak seperti sebelumnya. Sekelompok orang yang tidak dikenal bergerak ke arah utara."
"Apakah mereka para knight?"
Enri secara tidak sadar menyela dua orang itu. Meskipun dia tidak berdaya merubah apapun, dia masih tidak bisa mengabaikan percakapan tersebut. Dia masih tidak bisa melupakan ketakutannya ketika desa itu diserang.
Percakapan tentang "sekelompok orang tak dikenal menuju utara" yang sedang mereka bicarakan maksudnya adalah jejak yang mereka temukan dari ribuan orang-orang yang bergerak ke utara. Meskipun jejak itu mirip dengan ukuran dari manusia, mereka dibuat oleh kaki telanjang, jadi pada akhirnya mereka menyimpulkan bahwa orang-orang itu bukanlah manusia.
"Aku tidak memiliki bukti yang kuat, tapi kurasa berbeda dari waktu itu. Jika kamu tanya padaku, aku bilang sesuatu sedang terjadi jauh di dalam hutan."
"Begitukah."
Mendengar itu, Enri akhirnya menghela nafas lega.
"...Kalau begitu, aku sebaiknya pergi melaporkannya kepada bos."
"Baiklah. Terima kasih atas kerja kerasmu."
"Senang sekali melayani anda."
Setelah melambaikan tangan kepada mereka berdua, Kiumei memacu serigalanya dan berangkat. Enri dan Paipo melihatnya masuk ke pintu desa yang perlahan terbuka.
"Kalau begitu, mari kita kembali juga?"
"Ya, ayo."
Setelah membersihakn tangan mereka di sumur samping, Enri dan Paipo baru saja tiba di rumah ketika mereka mendengar suara seorang gadis kecil.
"Selamat datang kembali, onee-chan."
Bersamaan dengan suara itu ada suara batu yang bertumbukan dengan batu. Diikuti sumber suaranya, Enri melihat Nemu yang sedang memutar batu giling di belakang rumah.
Sebuah aroma tajam datang dari batu gilingan itu. Meskipun itu mirip dengan aroma yang menempel di tangan Enri sebelumnya, aroma ini beberapa kali lebih kuat, cukup kuat untuk sampai di kejauhan.
Nemu terbiasa dengan aroma tersebut, yang mana memang bagus, namun mata Enri hampir menangis dengan aroma yang menyerangnya. Paipo, yang berdiri di belakangnya, kelihatannya tidak terpengaruh sebagai perbandingan. Tidak diketahui apakah memang bau itu hanya berefek kepada spesies tertentu, atau karena akan menjadi tidak sopan membuat wajah seperti itu kepada adik dari majikannya.
"Aku pulang. Bagaimana keadaannya? Apakah kamu sudah menggilingnya seperti yang kubilang?"
"Mm, sudah. Lihatlah."
Mengikuti garis pandang Nemu, Enri melihat tanaman obat yang telah dia kumpulkan sebelum dia meninggalkan rumah telah menjadi kecil-kecil.
"Bukankah aku hebat? Sisanya sudah tidak banyak."
Sebelum Enri meninggalkan rumah, Enri meminta Nemu membantunya menggiling tanaman obat menjadi pasta. Itu karena beberapa tanaman obat harus dikeringkat sebelum digunakan, namun yang lainnya harus dihancurkan sebelum digunakan.
"Uwah, Nemu sudah bekerja sangat keras!"
Enri membuka lengannya untuk memuji Nemu, dan sebuah ekspresi sombong merekah di wajah Nemu. Aakah dia dipuji oleh Nfirea, atau hanya karena dia ingin membantu kakaknya, Nemu dengan rajin dan cekatan membantu kakaknya menyelesaikan tugasnya.
Tanaman obat menjadi pendapatan mayoritas dari desa Carne. Bisa dikatakan menjadi barang ekspor khusus yang tidak membutuhkan banyak tenaga untuk desa pinggiran.
Karena itu adalah metode yang penting bagi mereka untuk mendapatakan mata uang yang berharga, semua penduduk desa Carne tahu setidaknya sedikit tanaman obat dan dimana mereka tumbuhnya.
Enri tanpa bicara menghitungnya sesaat. Tanaman obat dari desa Carne memang sangat menguntungkan. Namun, mereka hanya bisa mengumpulkannya dalam jangka waktu yang pendek sebelum bunganya mekar, dan hanya bisa dianggap sebagai pendapatan sementara paling baiknya. Meskipun seluruh tempat yang mereka tahu sudah dipanen semua, jika mereka mau masuk sedikit lebih ke dalam hutan, mereka mungkin bisa menemukan gerombolan tanaman obat yang memang belum tersentuh.
Tentu saja, hutan itu adalah tempat dimana hal-hal liar berada, dan mereka sulit sekali menjadi tempat dimana orang-orang seperti Enri bisa dengan mudahnya masuk untuk piknik. Namun, sekarang mereka memiliki para goblin dan pengalaman luas dari Nfirea sebagai herbalist. Jika saja dia bisa mendapatkan bantuan mereka, mereka seharusnya bisa mendapatkan jumlah yang uang yang besar.
Setelah ragu-ragu sejenak, Enri membicarakan rencananya kepada Paipo.
"Aku ingin pergi ke tempat baru untuk memetik tanaman obat, bisakah kalian datang bersamaku?"
Bicara secara logis, tidak perlu Enri pergi sendiri. Yang dia perluka hanyalah meminta kepada para goblin, yang bisa menjaga diri sendiri, pergi ke dalam hutan lebat sendiri untuknya. Namun, para goblin yang dia summon memiliki kelemahan aneh.
Itu adalah, mereka sama sekali tidak tahu cara memetik tanaman obat, menyembelih binatang, dan pekerjaan semacam itu.
Mirip dengan bagaimana mereka menangani masakan, meskipun jika seseorang menyerahkan sebuah contoh tanaman obat kepada goblin, mereka tidak akan mampu mencocokkannya dengan tanaman obat yang mirip dengan yang ada di depan mereka. Hal mengejutkan lainnya adalah, seakan mereka dilahirkan tidak mampu melakukan hal semacam itu, atau bahkan mempelajarinya, seakan ada orang yang telah mencabut kapasitas kemampuan mereka untuk melakukannya.
Oleh karena itu, jika mereka ditugaskan untuk memetik tanaman obat, para goblin butuh orang lain bersama mereka.
"Seharusnya tidak apa, tapi mungkin akan sedikit sulit bagi Ane-san untuk datang bersama kami."
"Hm? Mengapa bisa begitu?"
"Yah seperti yang dibilang Kiumei, ada semacam perubahan di dalam hutan. Jika itu masalahnya, di dalam hutan sedang kacau sekarang."
Melihat ekspresi terkejut di wajah Enri, Paipo dengan sabar menjelaskan sendiri.
"Bahkan yang paling hati-hati pasti ingin memperlebar teritori mereka. Jika itu masalahnya, maka untuk sesaat, teritori mereka akan bertumpukan dengan yang lainnya, dan itu akan menyebabkan semacam keributan. Secara sederhana, peluang bertemu monster akan meningkat, dan begitu juga dengan bahayanya. Dan jika kamu tidak beruntung, kamu mungkin akan bertemu dengan sesuatu di luar hutan. Ane-san memang tidak kenal takut dan keren, tapi tidak perlu berjalan menuju bahaya sendiri."
"Begitukah..."
Meskipun dia tidak begitu yakin dengan bagian tidak kenal takut dan kerennya, itu mungkin cara goblin berbicara kepadanya diantara mereka sendiri, pikir Enri.
"Juga ada gerakan besar baru-baru saja. Apa yang terjadi disana?"
"Entahlah. Biasanya, kita seharusnya mengirimkan seseorang yang familiar dengan kondisi hutan lebat untuk menyelidikinya... tapi jika kami pergi, pertahanan desa akan melemah.. ah, aku tahu! Mengapa tidak mempekerjakan para petualang untuk memeriksanya?"
"Itu akan sangat sulit," kata Enri, mengerutkan alisnya, "Menurut Enfi, biaya mempekerjakan sekelompok petualang sangat tinggi. Meskipun pimpinan dari E-Rantel akan mensubsidi sedikit biayanya, masih akan sangat sulit bagi seorang penduduk desa seperti kami untuk membayar para petualang dari kantung kami sendiri."
"Ternyata begitu..."
"Mengumpulkan banyak tanaman obat dan menjualnya setelah itu seharusnya membantu satu bagian dari masalah itu... jika tidak, yang hanya bisa kita lakukan adalah menjual beberapa item yang kita dapatkan dari Gown-sama."
Enri telah menerima dua tanduk dari Ainz Ooal Gown. Meskipun salah satunya telah hilang setelah dia menggunakannya, yang lain masih disimpan dengan aman di dalam rumah Enri.
"Lupakan itu, Ane-san. Kami lebih memilih kamu tiup saja tanduk yang lain."
"Tentu saja, tidak mungkin aku bisa menjualnya."
Enri tidak ingin menjadi semacam orang yang hina yang akan menjual hadiah yang diberikan kepadanya dengan niat baik. Ada juga kemungkinan jika itu mungkin tidak laku dijual, jadi dia memutuskan untuk tidak melakukannya. Bahkan sekarang mereka masih mendapatkan untung dari kebaikan pelayan yang telah membawa para golem ke desa. Dia tidak akan pernah melakukan hal yang tidak berterima kasih seperti itu.
"Tapi itu akan menjadi masalah. Tanaman obat hanya bisa dikumpulkan di musim ini, jadi meskipun itu sedikit berbahaya, aku masih harus..."
Enri tersenyum kepada Nemu, yang memasang wajah khawatir. Dia tidak ingin menyakiti anggota keluarganya yang terakhir selamat, ataupun ingin melewatkan kesempatan untuk mendapatkan banyak uang ini. Meskipun, ketika dia memperhitungkan prioritasnya, itu jelas-jelas adalah kesalahan. Agaknya, dia seharusnya mempertaruhkan nyawanya demi kebaikan seluruh desa dan membalas jasa goblin yang telah menganggapnya sebagai majikan mereka.
Aku harus mendapatkan lebih banyak uang dan melihat perlengkapan macam apa yang bisa kubeli untuk para goblin. Armor full body kelihatannya bisa melindungi dengan sangat bagus. Ngomong-ngomong tentang armor full body, ada juga pria yang memakai armor berwarna hitam itu.. siapa namanya dulu?
Meskipun dia tidak tahu banyak tentang biaya armor dan senjata, dia cukup yakin jika itu bukanlah jumlah yang sedikit. Saat ini, Paipo menahan tangannya di depan Enri, menunjukkan bahwa dia seharusnya sedikit bertahan.
"Erm.. meskipun ini hanya pendapat pribadiku, mungkin kamu seharusnya bicara ini dengan bos? Ane-san tidak perlu membuat keputusan cepat-cepat. Aku tidak ingin dimarahi oleh bos karena aku membuka mulut tanpa berpikir dahulu. Ditambah lagi, kurasa Ani-san juga ingin mendapatkan bahan-bahan tanaman obat itu juga."
Saat masalah Enri memenuhi kepalanya, sebuah suara gemuruh datang dari sampingnya. Berputar untuk melihatnya, dia melihat Nemu sedang melihatnya dengan muka cemberut.
"Onee-chan, aku lapar, ayo makan."
"Mm, maaf. Kalau begitu, cuci tanganmu setelah kita mengepaknya. Aku akan menyiapkannya."
"Kay~"
Respon Nemu penuh energi. Setelah melepas batu giling itu, dia mengumpulkan pasta hijau yang terkumpul ke dalam panci kecil. Enri kembali ke rumah, berpikir apa yang harus dia buat untuk makan siang.
**********
Enri berdiri di depan Great Forest of Tob. Tentu saja, dia tidak sendirian. Di sampingnya ada anggota-anggota dari pasukan Goblin yang telah dikumpulkan.
Para goblin memakai equipment dengan baju rantai, perisai bundar dan golok yang kokoh, yang mana menggantung di ikat pinggang mereka. Mereka memakai Jubah berwarna coklat di bawah armor mereka dan sepatu boot kulit berbulu di kaki mereka. Pada ikat pinggang itu ada banyak kantung untuk item-item kecil. Tak ada yang tahu apakah mereka cocok atau tidak.
Goblin yang memakai armor lengkap membuat pemeriksaan terakhir mereka kepada equipment masing-masing. Mereka mengisi penuh kantong-kantong kulit untuk air dan memastikan goloknya sudah ditajamkan.
Setiap orang memakai perlengkapan yang baik, namun mereka membawa sedikit barang bawaan. Itu karena rencananya hanyalah untuk segera menyelesaikan pekerjaan mereka, dan tidak melakukan ekspedisi perjalanan yang panjang di dalam hutan.
Tidak semua dari pasukan itu ditugaskan untuk melindungi Enri. Tujuan mereka adalah untuk mengamati secara menyeluruh area sekeliling dan memastikan informasi yang dikumpulkan oleh goblin wolf rider lebih jauh. Itu artinya, mereka sedang mengamati dengan hati-hati situasi saat ini di dalam Great Forest of Tob. Untuk melindungi desa, para goblin memutuskan untuk melakukan pengamatan sekeliling dan pedalaman.
Hanya tiga goblin yang menemani Enri.
Mereka dan satu orang lain: Nfirea. Dia telah membuat persiapan juga, memakai pakaian yang cocok untuk mengumpulkan tanaman obat di dalam hutan. Dengan Nfirea bersama mereka, perjalanan untuk mengumpulkan tanaman obat pasti akan sukses.
Mungkin dia telah merasa Enri sedang melihatnya, lalu membalikkan badan, bertanya "Ada apa?" Meskipun Enri melambaikan tangannya seakan berkata "Bukan apa-apa, tidak ada apa-apa," salah satu goblin yang ada di dekatnya mengetahui dan semakin mendekat ke samping Enri.
Dia adalah goblin yang memiliki tubuh berotot dan atletik sehingga sulit bagi orang yang melihatnya menganggap dia sebagai goblin. Dadanya dilindungi oleh pelindung dada yang kasar namun bisa diandalkan, dan sebuah pedang besar yang dia gunakan tersarungkan di punggungnya.
Ini adalah Jugem, pemimpin dari para goblin, diberi nama seperti goblin ranger dalam cerita dongeng yang disebut 'Jugem Jugem' oleh Enri. Selain itu, ada nama-nama knight lain yang juga melakukan pertempuran bersama dengan goblin ranger tersebut, dan nama mereka juga digunakan untuk goblin lain.
"Seharusnya tidak ada masalah... ada apa?"
"Tidak, memang tidak ada apa-apa, tidak ada masalah! Aku hanya sedang melihatnya."
"Itu bagus, lagipula, ketika kamu berada di dalam hutan, kamu bisa kehilangan nyawamu hanya karena sedikit meleng. Jika ada yang aneh, apapun itu, kamu bilang padaku."
"Benar sekali, Ane-san. Seperti yang kita setujui sebelumnya, kami semua sedang mengamati hutan, jadi jika ada apapun yang terjadi dan kami tidak bisa disana tepat waktu.... tidak apa, ya khan?"
Wajah brutal Jugem mengkerut dengan tampang yang mirip khawatir, dan dia menatap wajah Enri. Melihat itu, Enri tersenyum dan membalasnya.
"Tidak apa. Kita tidak akan masuk terlalu dalam, dan mereka akan melindungiku."
"Itu bagus..."
Jugem mengikuti garis pandangan Enri ke arah tiga goblin di depan mereka. Lalu dia berteriak.
"Oi! Kalian! Sebaiknya kalian tidak membiarkan Ane-san mendapatkan goresan sedikitpun, paham?!"
"Paham!"
Tiga goblin, Gokoh, Kaijali dan Unlai, merespon dengan teriakan sepenuh hati.
"Dan Ani-san, kamu akan menjaga Ane-san juga, ya kan?"
Enri tiba-tiba menyadari jika Kaijali, entah kenapa, melonggarkan ototnya dengan pose dua bisep di depannya.
"Maksudmu aku harus mengambil alih disini?..kah! Tentu saja! kamu bisa mengandalkanku untuk melindungi Enri!"
Untuk sesaat, Enri membayangkan Nfirea sedang menunjukkan giginya yang berkilau saat dia memancarkan rasa percaya dirinya melalui senyumnya. Sikapnya sekarang sangat berbeda dari biasanya, dan sejujurnya terasa seperti menjijikkan. Namun, itu mungkin hanyalah kegembiraannya karena akan berjalan masuk ke hutan.
Seperti seorang bocah, Enri tersenyum, merasa seperti seakan dia adalah seorang kakak.
"Terima kasih Enfi. Aku akan mengandalkanmu."
Aneh, apakah dia melakukan pose membusungkan dada barusan...? Apa maksudnya?
"Ahhh, itu lagi.. oh, tentang itu, aku sudah mempersiapkan banyak item-item kimia yang kubuat sendiri, jadi serahkan itu padaku!"
Setelah melihat senyum berkilauan Nfirea sekali lagi, senyum pun runtuh dari wajah Enri.
"Uh...mm. Lakukan saja itu."
"Ah, ya, kalau begitu sudah diputuskan...meskipun. Sejujurnya, meskipun kita tidak akan melakukan pekerjaan yang berbahaya, ini..."
Jugem berputar memandang kepada Enri, menunjukkan ekspresi masamnya. Enri mulai sedikit jengkel setelah mendengarkan pertanyaan ini lagi setelah berkali-kali menjawabnya di desa, namun karena dia anya bertanya karena khawatir, Enri tidak bisa mengabaikannya.
"Mungkin itu memang benar, namun kenyataan yang ada jika tak ada tanaman obat, kita tidak akan bisa mendapatkan uang..."
"Bagaimana dengan kulit binatang? Kita bisa mendapatkan itu."
"Itu bukan ide yang buruk, tapi tanaman obat adalah yang paling berharga."
Kulit binatang dan tanaman obat benar-benar berada dalam kategori harga yang sangat berbeda. Perbedaannya jika dibandingkan seperti langit dan bumi. Memang benar, beberapa binatang tertentu terutama binatang langka memiliki kulit yang layak dengan harga mahal, namun itu hanya beberapa.
"Jika Ani-san bisa berbagi miliknya..."
"Kita sedang menggabungkan milik Bareare dan milik kita sendiri. Kita bekerja sama dan membagi keuntungannya. Kita tidak bisa mengambil itu semua sendiri."
Saling membantu di dalam situasi yang sulit adalah kunci dari kehidupan desa - seperti itu, memang nantinya delapan puluh persen pendapatan mereka akan diperuntukkan untuk manfaat masyarakat desa. Ini juga mengapa anggota keluarga yang tamak dan egois takkan bisa betah disini, karena sikap demikian tidak akan pernah diperbolehkan. Swasembada adalah syarat yang ketat.
Dua orang itu mulai membuang muka dari Nfirea, yang sedang berkata dengan lirih, "Kaijali-san, tolong perhatikan suasana hati yang ada disini dan berhentilah membuat pose aneh itu..."
"Jika itu masalahnya, maka pastinya... dan memang akan begitu juga... yah, jika kamu tinggal dengan Ani-san, kamu bisa dan harus mengumpulkan kekayaan... tapi... kelihatannya tak ada yang menghalangi itu..."
Kaliamat Jugem perlahan kehilangan kekuatannya. Dia tahu jika dia tidak bisa menghentikan Enri yang ingin masuk ke dalam hutan.
Meskipun Enri tidak ingin membuat ini menjadi sulit bagi Jugem dan yang lainnya yang perduli dengannya, dia tidak akan berpaling dari arah yang dia tuju.
Lagipula, dia sudah memutuskan untuk masuk ke dalam hutan meskipun tahu itu berbahaya karena dia pernah mendengar Jugem berkata, "kami tidak bisa memperbaiki perlengkapan kami."
Mengasah dengan batu memang membantu, tentu saja, namun merawat dan memperbaiki senjata logam membutuhkan jasa dari seorang ahli tempa profesional (professional blacksmith). Itu artinya bahaya yang hampir tak kentara mengancam seluruh goblin. Jika perlengkapan mereka memburuk, itu artinya nyawa mereka akan dalam bahaya. Merawat perlengkapan tempur mereka adalah hal yang penting.
Apa yang bisa dia lakukan untuk mereka, yang telah mempertaruhkan nyawa untuk melindunginya? Enri tidak bisa terus bersembunyi dan menikmati hasil kerja keras mereka. Saat mereka telah memberikan segalanya untuknya, dia juga harus melakukan apapun yang dia bisa untuk mereka. Itu adalah keputusan Enri.
Para goblin bukan hanya bodyguard Enri, mereka adalah penjaga desa. Jika dia memutuskan untuk menekankan hal itu, dia mungkin bisa memeras uang yang dibutuhkan itu untuk melengkapi goblin dari para penduduk desa. Namun, Enri memutuskan untuk menyerah terhadap ide itu.
Tak perduli bagaimana, Enri hanya mencoba untuk membalas budi kepada para goblin melalui usahanya sendiri. Ekspedisi ini adalah bukti itu.
"Biasanya, hal yang paling aman untuk dilakukan adalah untuk memastikan area itu bersih dari bahaya sebelum masuk..."
Menyela dari belakang ada seorang goblin yang berprofesi sebagai mage, Dyno.
Dia adalah seorang magic caster arcane yang memakai tulang tengkorak makhluk mirip manusia sebagai penutup kepala.
Di tangannya ada sebuah tongkat yang bahkan lebih panjang dari tubuhnya, terbuat dari kayu sederhana yang bengkok-bengkok. Dia berpakaian seperti kostum tribal seluruh tubuh yang eksotik yang berhasil menonjolkan dadanya yang amat kecil. Wajahnya kelihatannya lebih lembut dari goblin pria. Enri bisa mengenalinya karena dia adalah pemimpin wanita mereka, tapi orang biasa mungkin tidak akan mampu melihat detil itu.
"Namun, kamu tak bisa memastikan itu aman, ya kan?"
"Mm, itu benar. Sayangnya, kita tidak bisa melakukan itu. Paling banter yang bisa kita lakukan adalah memastikan jika hutan kelihatannya tenang, namun itupun perlu waktu. Dan jika kita ingin mencari tahu ketika ketegangan meninggi lagi, itu pun akan memakan waktu yang lebih banyak lagi."
Jika mereka melakukan itu, mereka akan melewatkan kesempatan untuk mengumpulkan tanaman obat yang diinginkan. Setelah mendengarkan kalimat Dyno. sebuah tekad kuat berkumpul di matanya dan dia membalasnya.
"Tidak apa, kita tidak akan pergi terlalu dalam."
Setelah mendengar dia mengulang itu beberapa kali, Jugem menyadari bahwa dia tidak bisa merubah pemikiran Enri. Malahan, dia melihat ke tiga goblin yang akan pergi dengannya. Apa yang dia bilang ada mereka sama dengan apa yang dia harus katakan kepada mereka sebelumnya.
"Kami takkan bisa melindungi Ane-san, jadi kalian harus melakukan itu untuk kami. Kamu sebaiknya menjaganya tetap aman! Dan Ani-san juga!"
"Aku mengerti!"
"Yang paling aman adalah kita semua tetap bersama-sama seperti biasanya. Membagi kekuatan tempur kita hanya mencari masalah."
Dyno berguman sambil bernafas.
"Jika kita melakukan itu, maka kita akan terpaksa menghadapi musuh, ya kan?"
"Benar sekali. Jika ada monster yang datang ke desa memutuskan untuk tinggal di dalam hutan, menyingkirkannya selamanya akan sangat susah. Sekali saja mereka membangun sarang, mereka takkan pernah mau pergi. Meskipun kita mengusir mereka, mereka akan datang kembali setelah beberapa saat."
Karena keseimbangan kekuatang di dalam hutan telah berubah, memantau Hutan - terutama area yang mengelilingi desa - adalah hal yang sangat penting.
"Bagus. kalau begitu, mari kita bergerak! Selesaikan yang ada di sini dan bertemu dengan Ane-san!"
Merespon panggilan Jugem, pasukan goblin serentak berseru setuju.
----
Di dalam Great Forest.
Meskipun mereka sudah berjalan sekitar seratus lima puluh meter ke dalam, suhu udaranya sudah turun beberapa derajat. Ini terjadi hanya karena tidak ada sinar matahari yang menembus sampai ke dalam hutan. Meskipun begitu, di dalam hutan tersebut tidak sepenuhnya gelap gulita, dan Enri masih bisa melihat apa yang terjadi di sekitarnya. Itu seperti berada di dalam ruangan dengan AC yang menyala penuh. Dengan cara seperti ini, Enri dan empat anggota lain dari kelompoknya maju ke dalam hutan.
Saat ini, hutan tersebut didominasi oleh keheningan. Selain dari suara lembut cabang pepohonan yang bergoyang dan suara teriakan dari burung-burung dan hewan liar, tidak ada yang lain. Langkah kaki Enri dan rekan-rekannya bergema keras. Tim lain yang dipimpin oleh Jugem sudah masuk jauh ke dalam, dan mereka tidak lagi terdengar.
Enri dan rekan-rekannya membentuk formasi segitiga secara kasar saat mereka maju ke dalam hutan. Di tengah formasi ada Enri dan Nfirea.
Sangat sulit untuk mempertahankan formasi yang luas di dalam hutan. Biasanya, mereka akan pergi dengan hanya satu baris, namun agar bisa melindungi keduanya, para goblin bersikeras melakukannya seperti ini. Sebagai hasilnya mereka kehilangan kecepatan, namun itu tidak bisa dihindari.
Saat mereka semakin maju ke dalam, Nfirea mulai melihat ke atas dan ke arah utara.
Dia sedang mencari harta karun yang tertidur di dalam hutan yang lebat - tanaman obat-obatan.
Enri bukanlah seorang pemula dalam mengumpulkan tanaman obat. Seorang gadis seusianya akan mengetahui semua hal tentang tanaman obat yang bisa diambil dengan mulut atau dioleskan pada area yang terkena, atau tanaman obat biasa yang digunakan sebagai bahan potion. Namun, di dalam hal ini dia benar-benar kalah dari Nfirea. Bukan hanya karena Nfirea yang sangat akrab dengan tanaman-tanaman obat, dia bahkan tahu yang mana yang berguna sebagai dasar dari senyawa alkimia.
"Ketemu tanaman obat langka?"
Dari seluruh pertanyaan yang ditanyakan Enri, Ini kelihatannya adalah satu pertanyaan yang sudah sangat dia tunggu. Para goblin yang mengelilingi mengambil pose mereka.
Sebuah pose meregangkan dua otot bisep lagi... apa ini tren terbaru atau bagaimana?
Enri yang memiringkan kepalanya tidak menyadari ekspresi jengkel yang samar dari wajah Nfirea.
"Mengapa aku tidak berhenti bilang pada mereka untuk berhenti membuat pose... menyebalkan sekali tidak memiliki keberanian. Kalau begitu, apakah ada lumut coklat di sebelah sana?"
Ternyata, ada lumut coklat yang tumbuh di tempat yang ditunjuk oleh Nfirea.
"Itu adalah Bebeyamokugoke. Campur sedikit tanaman itu dengan potion healing dan itu akan sedikit meningkatkan efeknya."
"Oh, benarkah? Aku kira itu hanya lembaran lumut biasa dan melewatkannya. Tanpa Enfi, aku mungkin akan mengabaikannya sama sekali. Seperti yang kuduga dari Enfi."
"Benar sekali, sekarang Ani-san memang sangat mengagumkan. Apakah lumut itu bernilai mahal?"
"Nilai cukup mahal..ah, tunggu. Jangan diambil. Apa yang diincar oleh Enri dan diriku bahkan bernilai lebih mahal. Jika kita tidak menemukannya, maka kita bisa mengambil yang ini saat kembali."
"Ternyata begitu. Yeah, kami paham. Ngomong-ngomong, bagi Ani-san, hutan ini pasti seperti kotak harta karun, karena sangat mudah mendapatkan kekayaan disini. Ah! Dengan Ani-san aku merasa jauh lebih tenang."
"Hal seperti ini--"
Pose para goblin yang ada di sekeliling berubah.
"Ya, hm, mungkin memang seperti itu. Satu hal yang pasti, orang-orang yang bepergian denganku tidak akan kesulitan. Aku sangat yakin dengan hal itu."
"Mmm. Enfi pasti bisa melakukan itu."
Suasana hati yang canggung mengalir ke dalam hutan yang sedang tidur.
"Kalau begitu, Ane-san, apakah hanya itu?"
"Hm? Kaijali-san, apa maksudmu?"
"Hm? Tidak, aku sebenarnya, bukan apa-apa...ah... setelah dipikir-pikir, ada pertanyaan yang aku lupa tanyakan. Tanaman macam apa yang sedang kamu cari?"
"Apakah kami tidak bilang padamu? Itu adalah tanaman obat yang disebut Enkashi. Lagipula kami akan biarkan Nemu menumbuknya nanti."
"Ah, jadi itu. Aku tahu. Meskipun sudah dijelaskan kepada kami, kami takkan bisa membedakan perbedaannya. Kalau begitu, ayo maju."
Selangkah demi selangkah, mereka semakin masuk jauh ke dalam hutan. Saat mereka semakin masuk ke dalam, hidung mereka mulai gatal karena aroma tebal dari hutan tersebut.
Tidak ada tanda-tanda aktifitas manusia di sini sama sekali. Tenggelam di tempat ini, Nfirea merasa ini adalah sebuah dunia dimana manusia terlihat lemah dan kecil. Lalu, dia membuka mulut untuk bicara.
"Mari kita mulai mencari di sekitar sini. Kami sedang mencari tempat-tempat dengan banyak naungan dan kelembaban... apakah ada sumber air di dekat sini? Tumbuhan obat itu biasanya tumbu di dekatnya. Tidak ada tanda-tanda aktifitas monster disini, untung sekali."
Dengan pengalamannya yang besar sebagai seorang herbalist, jarang sekali Nfirea membuat kesalahan... Para goblin dan Enri mengangguk setuju.
Kelompok itu meletakkan barang bawaannya sehingga beban mereka turun drastis.
"Ahhhh... Ane-san, bisakah kamu bantu Ani-san?"
"Ah, ya, benar sekali. Enfi pasti sangat kerepotan sendirian."
Enri berjalan ke tempat Nfirea meletakkan barang bawaannya dan membantunya bekerja.
"Terima kasih, Enri."
"Tidak masalah Enfi. Meskipun setelah kupikir-pikir, seluruh perlengkapan spesialis ini memang menakjubkan. Kamu punya banyak barang...."
Di luar sudut matanya, Enri bisa melihat para goblin yang mengangguk menandakan sikap 'bagus sekali, bagus sekali'. Meskipun dia terkejut dengan mengapa mereka terlihat begitu senang, dia akhirnya memutuskan prioritasnya yang pertama adalah menyelesaikan pekerjaan.
"Kalau begitu, mari kita mulai pencarian!"
Dengan sebuah seruan "Oh!" untuk menurunkan volume suaranya, mereak mulai. Para goblin mengawasi garis pertahanan, sementara Enri dan Nfirea mulai mengumpulkan tanaman obat.
Meskipun Enri sudah siap dengan pekerjaan yang akan menjadi sulit, mereka beruntung dan segera menemukan tumbuhan Enkaishi. Lembaran yang padat tumbuh dengan lebat di celah-celah batang pepohonan.
"Sebelah sana. Kami menemukan dimana tempat mereka tumbuh dengan cepat. Seperti yang kuduga, memang yang paling baik adalah ketika aku bersama Enfi."
"Tidak, bukan seperti itu. Kita beruntung menemukannya di area yang sepi. Jika ada jejak-jejak monster, bisa gawat."
Bagi dua orang manusia, jumlah tanaman obat yang banyak, memang tidak mirip dengan harta karun itu sendiri, lebih mirip seperti gunung kecil koin. Enri mati-matian melawan hasrat yang terbakar di dalam hatinya. Tempat ini berbahaya, sebaiknya dia menyingkirkan sikap tamaknya dahulu dan terus bekerja menyelesaikannya.
Namun, Enri berlutut, dan mulai mencabuti akar dari tanaman obat dengan hati-hati.
Nilai obat dari Enkaishi ada di akarnya. Tapi tidak bisa begitu saja mencabut akarnya seperti itu. Tumbuhan seperti ini memang sangat keras, dan mereka akan tumbuh lagi selama akarnya tetap ada. Memang sangat disayangkan, tapi menguras gerombolan tanaman obat ini (yang memang sangat menantang dalam menemukannya sejak awal) dengan memanen berlebihan itu seperti membunuh angsa yang mengeluarkan telur emas.
Sebuah aroma kuat memanggang hidungnya saat Enri melakukan pencabutan, namun karena dia terbiasa dengan hal semacam itu, bau tersebut tidak menghalangi pekerjaannya. Dibandingkan dengan rumah Nfirea, bau ini seperti surga.
Dia mencabut tanaman obat tersebut setangkai demi setangkai, menggenggam hasil panennya di bawah ketiak untuk mencegah tanaman itu hancur karena kecelakaan, lalu dengan hati-hati meletakkan ke dalam tas. Jika para goblin datang membantu, mereka akan selesai lebih cepat, tapi mereka terlalu sibuk mengawasi keadaan sekeliling. Enri bukanlah orang yang cukup bodoh untuk membuat mereka meninggalkan tugas jaga mereka hanya untuk membantunya.
Sebagai perbandingan, metode panen Nfirea seperti sebuah puisi yang bergerak. Dia dengan cepat menarik tanaman-tanaman itu dari tanah tanpa henti, dengan cara yang tidak merusak potensi tumbuhan tersebut sebagai obat. Teknik ini bahkan akan membuat kagum beberapa orang sesama proesi dalam hal ini.
Enri tanpa bicara melihat Nfirea, yang sedang menatap tanaman obat itu dengan ekspresi tekun di wajahnya. Wajah yang telah menjadi sangat akrab itu terlihat seperti orang lain di depannya.
...Dia sudah jadi seorang pria sekarang.
"..Ada apa?"
Nfirea tiba-tiba mengangkat kepalanya. Dia pasti telah merasakan pekerjaan Enri yang terhenti.
Meskipun Enri tidak melakukan apapun, Enri masih menundukkan kepalanya karena malu.
"Ah, itu, kurasa Enfi memang menakjubkan..."
"Benarkah? kurasa ini bukan hal yang fantastis. Aku hanya orang amatir dalam hal herbalist. Level seperti ini setara dengan level kursus."
"..Begitukah."
"Kurasa."
Percakapan itu terhenti begitu saja, dan dalam alur waktu yang pelan, stok tanaman obat di dalam tas punggung mereka semakin banyak. Setelah memenuhi lebih banyak dari separuh tas mereka, para goblin merunduk di dekat mereka, seakan sedang mencari tempat untuk bersembunyi.
Melihat wajah Enri yang terkejut, Kaijali memberikan isyarat tangan tanpa suara. Ini adalah keadaan darurat. Enri, yang mengerti, mengarahkan telinganya. Dari kejauhan datang suara tanaman yang sedang diinjak di bawah kaki.
"Ini adalah.."
"Ada sesuatu yang datang. Datang ke arah kita... atau lebih tepatnya, sedang maju dan kelihatannya akan berakhir di sini, jadi kita harus sedikit menyingkir dari sini."
"...kalau begitu, kita tidak akan memerlukan umpan untuk membuat keributan?"
"Benar sekali, Ani-san. Sebaiknya kita tidak menggunakan itu, rasanya keadaan akan bertambah buruk jika kita melakukannya. Ayo bergerak sekarang."
Limat orang itu mulai bergerak menjauh dari arah suara tersebut, bersembunyi di dalam bayangan pohon yang ada di dekat. Mereka tidak pergi lebih jauh karena mereka tidak ingin membuat suara pada tumbuhan yang ada di dekat sana. Jika kelompok lain hanya bergerak maju, tidak perlu mengambil resiko ditemukan seperti itu.
Karena pohon itu tidak seberapa besar, tidak bisa menyembunyikan mereka semua. Yang paling bisa mereka lakukan adalah membungkuk di akarnya dan berharap mereka tidak terlalu kelihatan.
Seperti ini, lima orang itu menahan nafas dan berdoa agar sumber suara itu akan berputar balik. Tapi sayangnya, ini tidak terjadi, dan figur yang membuat suara itu akhirnya datang ke dalam area pandangan Enri.
"Eh?!"
Sedikit rasa terkejut keluar dari mulut Enri.
Itu adalah goblin kecil yang terlihat berantakan.
Tubuhnya dipenuhi dengan luka-luka kecil yang terus berdarah. Nafasnya cepat dan tidak beraturan, dan bau darah dan keringatnya menyebar ke seluruh area.
Meskipun goblin itu mirip dengan manusia, goblin ini termasuk kecil dibandingkan goblin lain. Bagi Enri dan gobli yang memiliki kemampuan observasi yang terlatih, mereka mendapatkan kesimpulan yang sama yaitu "anak-anak".
Goblin yang masih anak-anak itu terlihat sangat ketakutan terhadap arah di belakangnya, yaitu di arah tempat dia datang. Tidak perlu lagi mendengarkan suara tanaman hidup yang terinjak yang mengikuti di belakangnya. Dari keadaannya, mereka adalah pemburu dan mangsa.
Dia menggerakkan kakinya yang kejang dengan penuh ketakutan, berlindung di bawah naungan rerimbunan tanaman yang berbeda dari milik Enri.
"Itu-"
"-Diam."
Gokoh bahkan tidak melihat Enri saat dia menyelanya. Mata itu tak henti-hentinya terpaku pada arah dimana anak itu datang.
Setelah sepuluh detik kemudian, pemburu itu menunjukkan diri.
Itu adalah binatang buas magis yang besar mirip dengan dark wolf (serigala gelap). Alasan mengapa mereka bisa dengan sekejap mengetahui itu bukanlah serigala biasa adalah karena rantai yang mengelilingi tubuhnya. Rantai yang membelit itu tidak menghalangi gerakannya sama sekali, seakan itu hanyalah ilusi. Dan dua tandung muncul dari kepalanya.
Nfirea menggumamkan nama dari binatang buas itu sendiri.
"Barghest..."
Meskipun binatang itu tidak mungkin bisa mendengarnya, barghest itu menyalak seperti anjing. Lalu - wajahnya berubah. Seperti seringai jahat yang tak bisa dibuat oleh binatang buas biasa. Perlahan binatang buas itu melihat sekelilingnya dan matanya terpaku pada pohon dimana goblin kecil tadi tersembunyi.
Seperti binatang buas yang mirip dengannya, barghest tersebut memiliki kemampuan mencari bau darah. Tidak mungkin binatang itu tidak bisa mencium bau darah dari goblin kecil yang berdarah-darah tadi hingga kemari.
Dari situasinya, alasan mengapa goblin itu berhasil sampai disini bukanlah karena dia bisa menahan si barghest. Namun lebih kepada karena barghest tersebut adalah makhluk yang sadis; atau mungkin itu karena dia adalah pemburu yang senang bermain-main dengan makanannya.
Tiba-tiba saja, barghest itu berhenti bergerak, rasa terkejut terlihat di wajahnya, dan mulai menatap ke tempat dimana mereka mengumpulkan tanaman obat tadi.
Ah-
Enri menarik wajahnya kembali. Yang lain cepat-cepat mengikutinya.
Dibalik batang pohon tersebut, Enri membuka tangannya. Kulitnya hijau dan belang-belang karena sisa-sisa tanaman. Di sampingnya, Nfirea juga sama.
Getah dan cairan dari tanaman yang dia ambil...
Ini adalah bau yang sama dengan bau saat Nemu menggiling tanaman obat. Meskipun mereka yang memiliki hidung yang mati rasa (seperti goblin-goblin itu) tidak keberatan, tapi bau yang kuat masih mengambang di udara. Jantung Enri berdebar keras, dan Enri menganggap itu menjengkelkan.
"Barghest itu mulai bergerak.. apakah dia kemari? Belum menyadari keberadaan kita, ya khan?"
Unlai, dengan telinga yang menempel di pohon, memberikan isyarat dengan tangan dalam sekejap.
"...apakah kamu bilang padaku binatang itu tidak bisa menggunakan indera penciumannya?"
"Apa maksudmu Ani-san? Bukankah monster-monster memiliki hidung yang sensitif..?"
"Itu karena bau itu." kata Nfirea saat menjelaskan sendiri.
Titik kuncinya adalah karena memang hidungnya yang sensitif terhadap baulah, aroma yang mengambang di area ini efektif terhadapnya. Barghest itu bingung dengan bau tangan dan tas Enri dengan bau yang ada di area yang sudah dipanen. Bahkan lebih baik, bau itu telah menutupi bau asli mereka.
Mungkin juga barghest itu merusak tanaman obat tersebut untuk membuat goblin anak-anak tadi keluar.
Meskipun bau yang kuat ada dimana-mana, jika mereka tergesa-gesa kabur, udara yang tidak tenang saat mereka kabur mungkin akan menangkap perhatian barghest tersebut.
"Kalau begitu, mari kita gunakan anak-anak itu sebagai korban dan menyelesaikannya. Kita tidak tahu seberapa kuat barghest itu, dan menghadapinya tanpa pengetahuan yang lebih besar terlalu beresiko."
Kalimat yang dingin ini membuat Enri melihat ke wajah Gokoh.
Namun ini adalah kalimat yang logis. Para goblin meletakkan keselamatan Enri sebagai prioritas mereka yang teratas. Dengan berpikiran seperti itu, menghindari pertarungan melawan binatang magis memang bisa diperkirakan. Mereka akan mengorbankan salah satu makhluk jenis mereka sendiri tanpa berpikir panjang.
Kalimat yang dia katakan, dinilai dari tekad mereka, tidak salah sama sekali.
Namun, Enri benci dengan hal semacam itu. Meskipun mereka adalah spesies yang berbeda, tidak membantu seseorang yang bisa kamu bantu adalah hal yang memalukan dirinya sebagai seorang manusia.
Siapa yang tahu, jika dia bukanlah seorang gadis desa yang bodoh yang tak pernah tahu serangan goblin dan kurang awas terhadap bahaya, dia mungkin tidak akan berpikir demikian.
Enri melihat ke yang lainnya. Para goblin tahu apa yang diinginkan Enri. Mereka hanya tidak ingin mengucapkannya. Setelah itu, Enri melihat kembali ke arah Nfirea.
"Enfi..."
"Haa.. Aku akan bantu. Siapa yang tahu, goblin anak-anak itu mungkin akan menjadi sumber informasi yang berharga. Jika kita tidak mencari tahu mengapa dia kabur hingga kemari, itu mungkin akan membuat desa dalam bahaya."
Para goblin mengerutkan dahi mereka.
"Apakah ada peluang kamu kalah?"
"Pastinya. Tapi jika itu memang barghest, kita beruntung. Barghest yang semakin besar memang sangat kuat. Tapi dari rantainya dan ukuran tanduknya, kurasa dia bukan tipe itu. Jika itu hanya barghest, kita pasti bisa menang."
"Tunggu sebentar. Ane-san akan tetap disini, ya kan? Ane-san harusnya menghindari bahaya."
Enri menelan ludah. Dia tahu apa yang dia katakan hanyalah memuaskan egonya semata, dan perkataannya yang bodoh akan membuat bahaya bukan hanya bagi dirinya sendiri tapi bagi orang lain di sekelilingnya. Tapi meskipun begitu, Enri masih membuat mulutnya untuk berbicara.
"...Jika kita mengabaikan seseorang yang bisa kita bantu, itu akan sama buruknya seperti menyiksa diri sendiri. Aku tidak ingin seperti orang-orang itu yang melukai yang lemah. Tolonglah!"
Kaijali, yang telah mengamati ekspresi tulus Enri, menghela nafas kalah. Di waktu yang sama, gonggongan aneh monste ritu terdengar. Mereka bisa mendengar dengan jelas suara dari tawa yang mengejek dari dalamnya. Sebagai balasan muncullah ratapan menyedihkan dari goblin anak-anak itu.
Tidak ada waktu lagi bingung dan berdebat.
"Mau bagaimana lagi. Hajar dia, anak-anak!"
Para goblin itu mengambil inisiatif melompat keluar, diikuti oleh Nfirea.
Enri merasakan luka yang sangat menyakitkan datang dari dalam hatinya saat dia menyaksikan para warrior itu pergi ke medan perang untuk memenuhi permintaannya.
Yang hanya bisa dia lakukan adalah melihat mereka dari belakang.
Lalu, Enri berpikir, setidaknya aku harus tetap disini dan mengamati mereka, tanpa membiarkan diriku kehilangan fokus sedikitpun.
Empat orang yang melompat tadi melihat barghest yang sedang menekan goblin anak-anak di bawah kakinya. Goblin kecil itu mengeluarkan luak bau namun belum mati, karena barghest memiliki kebiasaan bermain-main dengan mangsanya.
Gerakan Barghest terhenti, dan mulai menatap sekelompok orang yang yang telah melompat keluar lalu kepada goblin kecil itu. Mungkin binatang itu ketakutan jika mangsanya telah menuntunnya ke dalam jebakan.
"Hey hey, ayo" kata Unlai, menunjuk diri sendiri dengan ibu jarinya. "Ingin bermain-main? Aku akan main denganmu. Ayolah."
Barghest itu mengerang, penuh kebencian.
Dengan gerakan yang mengalir secara alami, Kaijali menghunuskan belati machete miliknya dari pinggang. Goblin lain mengikutinya serupa.
"Tidak berpikir panjang. Aku akan ajari anjing tua sepertimu ini trik baru. Bagaimana kalau mulai dengan ' pura-pura mati?'"
"Ashaaaa!"
Merespon pancingan goblin-goblin itu, barghest tersebut semakin menekan goblin kecil yang dia injak tadi, dan dia mengeluarkan raungan marah.
Meskipun binatang itu tidak bisa bicara, tindakannya sudah jelas. Sekali saja bergerak akan kubunuh bocah ini. Namun-
"Bagus sekali! Silahkan saja dan bunuh dia!"
Tiga goblin itu mengabaikan pancingan barghest tersebut, melangkah maju dengan meraung sendiri.
Balasan yang tidak terduga ini membuatnya sebuah kebingungan di mata si barghest.
Barghest itu tidak tahu jika goblin-goblin tersebut muncul dengan niat menyelamat goblin anak-anak. Mereka kemari hanya karena keinginan Enri, dan sikap mereka adalah "Selama kami mencoba menyelamatkannya, itu sudah cukup."
Karena mereka sudah muncul untuk bertarung, jika mereka tidak membunuh barghest itu, Enri yang sangat berharga bagi mereka mungkin akan terluka. Karena hal itu, mereka harus menghabisi barghest tersebut selamanya. Jadi jika goblin kecil itu terbunuh, jika itu membuat tindakan pertama lawan mereka terbuang sia-sia dan membuat mereka bisa mendapatkan tindakan inisiatif, maka para goblin itu akan dengan senang hati membiarkan bocah itu tewas.
Melihat sendiri wajahnya yang terpantul pada belati dari tiga machete, barghest tersebut mengerti jika goblin kecil itu tidak bisa digunakan sebagai sandera melawan mereka dan berhenti bergerak. Barghest itu bingung apakah dia harus membunuh bocah itu atau hanya menekannya.
Menghabisi nyawa adalah hal yang mudah. Goblin kecil itu pasti akan habis dengan sekali gigitan. Namun, jika barghest itu melakukannya, tidak usah ditanyakan lagi dia pasti akan diterjang hingga berkeping-keping oleh senjata lawan.
Ancaman terhadap nyawanya membuat barghest itu mengambil keputusan.
Mengabaikan goblin cilik itu, barghest melompat ke arah para goblin untuk menemui serangan mereka.
Seekor barghest yang lebih berat dari seorang goblin. Barghest itu berharap untuk menekan lawannya di bawah tubuhnya dan menghabisi mereka dengan mengoyak tenggorokan mereka dengan cakarnya.
Namun, ini adalah pilihan yang salah.
Goblin yang disasar dengan mudah berputar menghindari dari percobaan serangan, dan di waktu yang sama dua goblin lain di kiri dan kanan menebas barghest tersebut dengan belati mereka.
Satu belati dipentalkan oleh rantai barghest itu, tapi belati lain mengoyak tubuhnya, mengirimkan darah itu kemana-mana.
Di waktu yang sama, sebuah botol kecil yang dilemparkan pecah setelah menabrak ujung hidung barghest tersebut.
"Shaaaa!"
Racun yang busuk sekarang mengurung mata dan hidung barghest itu menarik raungan merintih dari barghest tersebut.
Dan di dalam momen itu, tiga buat luka yang mengejutkan mengalir di seluruh tubuhnya.
Binatang itu bisa merasa sedang dalam bahaya dari aliran darah itu sendiri. Barghest itu menangis, pandangannya bergetar dan kabur, dan bergerak. Targetnya adalah orang yang telah melemparkan botol itu - seorang manusia.
Namun, Barghest itu hanya mengambil beberapa langkah ketika kakinya terperangkap ke dalam sesuatu yang ada di bawah dan tidak bisa bergerak.
Melihat ke bawah, dia melihat tanah yang ditutupi oleh cairan yang mirip dengan lem yang aneh. Cairan aneh itu tidak diserap oleh tanah.
"Lem itu tidak akan bertahan lama! Habisi dalam sekali serang!"
Merespon suara manusia itu, para goblin berteriak penuh semangat bertarung dan menyerang. Sebagai tambahan, manusia itu melepaskan sebuah mantra yang kuat dari arahnya.
"SHAAAAAAAA!!!"
Barghest tersebut telah menghabiskan seluruh kekuatannya untuk mencoba menarik kakinya dari tanah. Meskipun gerakannya menjadi pelan karena kakinya masih dibungkus oleh perekat dan kotoran, dia masih mampu melawan.
Melihat goblin yang semakin mendekat untuk membunuhnya lagi, barghest tersebut menggunakan kecerdasannya yang unggul (dibandingkan dengan binatang buas biasa) untuk menerima kenyataan bahwa "goblin ini adalah lawan yang kuat."
Dia mengakui jika ini berbeda dengan goblin biasa dalah satu hal yang krusial - mereka adalah lawan yang bisa membunuhnya.
Barghest tersebut mengetahui tiga metode serangan. Menanduk, menusuk lawannya dengan tanduk. Menggigit, merobohkan lawannya dengan menggaruknya dengan cakarnya. Tidak seperti barghest yang lebih kuat, dia tidak memiliki kemampuan khusus. Namun sebenarnya, dia mempunyai kartu as.
Taktik ini akan mengabaikan pertahanan sama sekali, dan jika dia gagal, sudah pasti tewas. Tapi sekarang bukanlah saatnya mengkhawatirkan menahan diri. Dia harus memanfaatkan dengan sepenuhnya apa yang bisa dianggap sebagai detik-detik terakhir dari hidupnya.
Barghest tersebut meraung dengan liar, menatap goblin-goblin yang menyerang maju.
"[Reinforce Armor]!"
Mantra itu datang dari belakang, dirapalkan oleh manusia tadi, membuat armor goblin tersebut bersinar dengan cerah. Barghest tersebut panik, menduga bahwa itu semacam mantra untuk menguatkan, tapi goblin-goblin di depannya itu hanya menyeraingai.
Mungkin itu membuat mereka ceroboh, tapi dengan armor yang diperkuat, goblin-goblin itu maju bersatu. Mungkin bisa disebut sebagai gerakan yang bodoh, tapi bisa juga disebut itu adalah langkah yang berani untuk segera mengakhir apa yang disebut sebagai pertempuran yang lama.
Itulah yang seharusnya terjadi - jika barghest tersebut tidak menduga mereka melakukan ini.
Jika seekor barghest bisa merubah mimik wajahnya semudah manusia, dia pasti akan tersenyum sendiri.
Rantai di tubuhnya membuat suara seperti seekor ular. Lalu, rantai-rantai yang mengikat barghest itu tiba-tiba menjadi hidup.
Belenggu yang tebal dan kasar mulai berputar dengan tenaga yang luar biasa.
Kemampuan khusus 'Chain Cyclone' akan membuat para goblin terluka parah, jika tidak langsung membunuh mereka.
Barghest tersebut sudah habis-habisan. Ini adalah gerakan besar yang hanya bisa digunakan sekali sehari, dan setelah rantai itu digunakan maka tidak akan bisa digunakan lagi sebagai armor setidaknya sepuluh detik. Resikonya sangat tinggi.
Serangan yang tak terduga itu membuat penghindaran para goblin telat satu detik. Ini adalah kesalahan yang fatal. Namun-
"Merunduk!"
Sebuah perintah menggelegar menembus udara sebelum rantai itu datang.
Barghest yang telah mempertaruhkan segalanya pada serangan ini melihat ke arah manusia lain, yang berteriak, dan matanya melebar.
Para goblin yang seharusnya telat dalam menghindarinya dengan gesit jatuh ke tanah, seakan suara itu telah menyuntikkan vitalitas dalam dosis baru kepada mereka.
Barghest tersebut menatap komandan yang berdiri di belakang magic caster.
Lalu, kaki depan barghest tersebut dan satu kaki depannya putus dari badannya. Barghest tersebut meraung kesakitan. Dia mencoba menarik kembali rantainya, memamerkan taringnya, mengancam, namun para goblin tak sedikitpun ketakutan.
"Ani-san, tidak perlu dukungan magic. Untuk keamanan, pasang saja alarm di sekitar tempat ini."
Barghest yang sudah tahu sudah kalah, berusaha mati-matian untuk kabur.
Tubuhnya yang biasanya lentur sekarang menjadi beban dan lambat. Itu adalah hal yang wajar mempertimbangkan tiga kakinya sekarang yang sudah buntung. Meskipun begitu, barghest tersebut ingin kabu dengan seluruh tenaganya.
namun para goblin berpikir sebaliknya.
Darah yang lengket menyelimuti rumput di sekeliling dan bau besi tenggelam ke dalam aroma tanaman.
Goblin-goblin itu melihat ke arah goblin anak-anak dari tempat mereka berdiri, darah mengotori belati di tangannya, cipratan darah setinggi lutut dan organ dalam bertebaran dari mayat si barghest.
Bocah itu terluka berat dan sudah kehilangan kekuatannya untuk lari, tapi dia masih memaksa tubuh bagian atasnya bersandar ke pohon.
"Hey, siapa kalian? Dari suku mana asal kalian?"
Goblin-goblin saling melihat satu sama lain, bingung bagaimana merespon pertanyaan dari seorang anak yang separuh ketakutan dan separuh curiga.
Pada masing-masing mata itu, mereka mendiskusikan strategi untuk sikap macam apa yang paling menguntungkan dan informasi macam apa yang seharusnya mereka buka tanpa suara, namun Enri merasa baha ada masalah yang lebih mendesak dari itu.
"Kita harus merawat lukanya dahulu. Apa yang bisa kita lakukan, Enfi?"
Bocah itu terluka sangat berat dan dia sudah kehilangan banyak darah. Jika dibiarkan, dia pasti akan mati. Meskipun Enri tidak tahu bagaimana menolongnya, dia berharap teman sejak kecilnya akan tahu apa yang harus dilakuakn.
"Hal terbaik yang bisa dilakukan oleh tanaman obat biasa adalah menghentikan pendarahan, itu tidak akan membantu kehilangan darah. Namun..."
Nfirea mulai mengaduk-aduk ke dalam kantungnya.
" Ini ada potion healing yang baru diciptakan. Aku ingin menyerahkannya kepada Gown-san, tapi... bisakah kamu menunjukkan lukamu padaku?"
Nfirea berjalan ke depan, menarik botol kecil potion itu dari jubahnya.
"Tu-Tunggu, apa cairan yang kelihatannya berbahaya ini? Apakah itu racun?"
Rasa permusuhan berkelebat di wajah bocah yang ketakutan itu saat dia melihat potion berwarna ungu. Dari sudut pandang Enri - mungkin bahkan dari sudut pandang Nfirea - ini adalah reaksi yang biasa. Potion itu sangat terlihat mirip dengan racun baginya sehingga wajar berhati-hati. Namun, goblin-goblin sangat marah dengan perkataan bocah itu, dan mereka langsung menatap lebih dekat kepadanya.
"-Oi, bocah. Ane-san adalah yang memutuskan untuk menyelamatkanmu, beserta Ani-san. Kamu sebaiknya menjaga ucapanmu terhadap orang-orang yang sudah membantumu. Itu demi kebaikanmu juga, mengerti?"
Bocah itu menoleh ke arah belati yang dihunuskan di depannya. meskipun dia hanya seorang anak kecil, dia masih tahu itu adalah ide yang buruk membuat marah goblin-goblin di depannya. Dia terlihat menunduk, seperti sebuah boneka yang putus dari talinya.
Enri merasa bahwa akan lebih baik jika mereka tidak mengintimidasi anak kecil itu, tapi dia tahu goblin-goblin memiliki peraturan sendiri yang harus mereka patuhi. Tidak baik baginya untuk ikut campur dengan kepekaan manusiawinya.
"A-Aku minta maaf."
"Ah, tidak apa, jangan khawatir."
Saat dia menjawab, Nfirea membubuhkan potion tersebut di tubuh anak kecil itu. Luka-luka tersebut terlihat menutup.
"Uuuooooh! Apa ini? warnanya memang menjijikkan tapi menakjubkan!"
Bocah itu merasakan tatapan dari goblin yang mengelilinginya dan gemetar.
"Ah... tidak, aku, ah, te-terima ka-kasih ba-banyak..."
"Oh, kelihatannya gova ini punya sopan santun juga."
"Bagus sekali. Dengan begini, aku bisa bilang kepada Gown-san jika percobaannya selesai tanpa celah."
Nfirea melihat sekeliling, mencari persetujuan. Enri dan para goblin, yang paham artinya, mengangguk kepadanya.
Potion yang Nfirea buat dari bahan-bahan yang disediakan oleh magic caster hebat Ainz Ooal Gown, yang telah menyelamatkan desa Carne. Bukan hanya tidak perlu menghabiskan uang untuk biaya penelitian, tapi dia bahkan menyediakan seluruh bahan yang dibutuhkan. Dengan pemikiran seperti itu, arti dan nilai dari potion yang dia ciptakan sudah jelas sekali.
Fakta bahwa Nfirea memutuskan untuk menggunakannya sendiri adalah masalah besar, tapi mungkin dia bisa menyampaikannya sebagai evaluasi praktek dari efek potion itu.
Jika aku menjelaskannya kepada Gown-san setelah tahu kenyataannya, dia mungkin akan memperbolehkannya... lagipula percobaan adalah prinsip fundamental dari farmasist.
"Kamu, kamu menggunakanya sebagai kelinci percobaan!"
Tak mampu membaca suasana, bocah itu terperangah karena terkejut, sementara Enri dan Nfirea meringis membalasnya. Sebuah reaksi seperti ini adalah hal yang wajar dari seseorang yang tidak tahu detil penuh dari situasinya.
Meskipun dua orang itu setidaknya berhasil tersenyum dalam menyikapinya, orang lain yang hadir disana tidaklah sepemaaf itu. Goblin-goblin yang hadir tidak bisa membendung kemarahan mereka, dan meludahkan ucapan seperti, "bajingan cilik itu!" dan seterusnya.
Enri menggenggam tangannya untuk mencoba menenangkan mereka. Reaksi ini memang wajar bagi bocah yang tak tahu apa-apa, dan karena dia seorang anak-anak, bereaksi berlebihan tidak akan membuatnya tenang.
"Yah, jika Ane-san berkata demikian.. lagipula, kita seharusnya segera bergerak. Siapa yang tahu monster lain apa yang akan tertarik oleh bau darah."
"Dan, meskipun kita menang... Ane-san. Tolong jangan melakukan hal seperti ini lagi, okay? Tugas kami adalah melindungimu."
"Berantakan sekali. Tetap saja, mendengar suara Enri seperti itu benar-benar membuatku takut."
"...Yah, itu karena suara itu kita baik-baik saja - oi, bocah, kamu sebaiknya tidak kabur. Kami punya banyak pertanyaan untukmu dan jika kamu tidak ingin pulang dalam keadaan berkeping-keping sebaiknya kamu jawab dengan jujur."
"Unlai-san..."
"-Ane-san, ini demi desa juga... kemarilah, bocah."
Bocah itu bangun, perlahan dan tertatih-tatih. Lukanya suda sembuh, jadi seharusnya tidak menghalangi gerakannya, tapi sifat keras kepalanya membuat gerakannya pelan.
Gokoh, yang belatinya berlumuran darah, meludah ke tanah.
Enri menoleh ke arah Nfirea untuk meminta bantuan. Namun, dia tanpa suara menggelengkan kepalanya. Saat dia memalingkan muka untuk melihat ke arah goblin, dia melihat ada sebuah tekad sekuat baja di mata mereka, dan dengan itu, setuju tanpa suara dengan tindakan rekan mereka.
"..Ane-san, jangan khawatir, aku tidak akan membunuhnya. Aku hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan tentang apa yang terjadi. Disamping itu, bukankah dia bisa mati jika kita biarkan dia disini?"
Kelihatannya pertanyaan tersebut lebih banyak diarahkan kepada goblin kecil itu daripada Enri sendiri. Dia kelihatannya paham, lalu perlawanan di hatinya seketika menjadi padam.
"Aku mengerti... Aku tidak akan lari..."
"Bagus sekali. Kalau begitu kita sebaiknya bergerak. Bocah, bisakah kamu memastikan jika hanya ada satu barghest?"
"...Aku tak bisa. Selain mereka, ada beberapa ogre juga. Aku tidak tahu jika salah satunya mengejarku. Dan aku bukan bocah, Namaku Agu, anak keempat dari Ah, kepala dari suku Gigu."
"Agu-kun, hm."
"Kukira 'bocah' sudah cukup baginya..."
"Kita akan diskusikan itu nanti. Kelihatannya itu bukan hal yang cukup penting untuk diperdebatkan sekarang. Karena Agu ingin kita menggunakan namanya, mungkin sebaiknya kita melakukannya, agar bisa membangung rasa percaya diantara kita?"
"Ani-san benar-benar dewasa. Kalau begitu mari kita kumpulkan barang-barang kita dan pergi."
Sesuai dengan ucapan Kaijali, kelompok tersebut pergi tanpa suara sambil memperhatikan sekitar mereka dengan waspada. Suasana yang berat di sekitar mereka hampir terlihat oleh mata telanjang.
Meskipun Enri ingin mencerahkan suasana hati dengan percakapan, hutan bukanlah tempat bagi manusia. Dia tidak bisa bertindak gegabah disini, terutama mempertimbangkan kemungkinan adanya para pemburu yang mengejar mereka.
----
Tekanan yang telah memenuhi tubuh mereka kelihatannya seakan telah mencari saat mereka menapakkan kaki keluar dari hutan yang gelap dan penuh bayang-bayang, lalu digantikan oleh perasaan lembut dan tenang. Saat itu, mereka merasa bahwa mereka akhirnya kembali ke dunia dimana mereka terbiasa.
Nfirea, yang berjalan di samping Enri, menghela nafas lega dengan sebuah "Uwah~"
Gerakan para goblin sudah tidak lagi ada tekanan, namun ekspresi Agu masih terlihat kaku. Dia kelihatannya bingung dengan sinar matahari dan padang yang luas, dan itu diperlihatkan di wajahnya. Dia memang sudah lama berada dalam bayang-bayang hutan di tempat dia tumbuh besar.
"Disana, desa itu ada disana."
Wajah Agu mengkerut saat dia mengikuti jari yang ditunjuk oleh Enri di kejauhan.
"Apa? Tembok itu? Rasanya... rasanya seperti Monumen Kehancuran."
"Monumen Kehancuran?"
"Benar sekali. Itu adalah tempat baru yang menakutkan di dalam Hutan. Siapapun yang pergi mendekatinya akan binasa. Mereka bilang ada undead disana juga."
"Kamu bilang siapapun yang mendekatinya akan mati, tapi kamu kelihatannya tahu banyak tentang itu."
"...Ketika Monumen Kehancuran masih dalam pembangunan, para pemberani dari suku kami pergi kesana dan melihat monster-monster tengkorak yang membangunnya."
"Apakah kamu tentang hal ini?"
"Tidak, maafkan aku, tapi ini juga hal baru bagi kami. Jika kita pergi terlalu dalam ke dalam hutan mungkin kita akan bertemu musuh yang bahkan bos kami takkan bisa kalahkan. Jadi kami tidak pergi terlalu jauh."
"...Hey, dari suku mana kalian bertiga berasal? Kalian lebih kuat dari goblin manapun yang pernah aku temui, jadi dari mana-"
Agu mencuri pandang kepada Enri, lalu menggumamkan sesuatu tentang 'Biasanya Manusia adalah...' sendirian.
"Apakah kalian melayani manusia?"
"Apakah itu aneh? Bukankah hal yang biasa bekerja untuk seseorang yang kuat?"
"Tapi orang yang kuat... tidak, maksudku, aku pernah dengar jika manusia adalah sebuah ras yang memiliki anggota yang kuat dan lemah.. tapi kamu seorang wanita, ya kan? Dan yang rambutnya menutupi wajahnya adalah pria, ya kan?"
Enri mendapatakn sebuah jawaban yang bisa dia terima dari Nfirea, yang sedang bergumam di sampingnya.
"Enri, kurasa bocah ini tak pernah melihat manusia sebelumnya. Setidaknya, dia tahu apa yang dibilang oleh teman goblinnya. Dan juga... apakah sulit sekali bagi goblin untuk membedakan kami?"
"Yah, pakaian kita.. memang berbeda..."
"Seperti yang kubilang, dia tidak tahu hal-hal semacam itu. Bukankah seluruh goblin memakai hal yang sama? Tentu saja, suatu ketika ada goblin yang memiliki peradaban dengan sebuah negara mereka sendiri, tapi dia bukan salah satu dari mereka."
Enri mengerti, namun saat dia memikirkan tentang hal itu, dia menyadari dia tidak menjawab pertanyaan dari Agus.
"Benar sekali, aku seorang wanita."
"Jadi apakah kamu seorang magic caster?"
"Tidak, ada yang salah?"
Sebuah ekspresi seperti kebingungan mendalam muncul di wajah Agu.
"Akulah magic caster. Seorang magic caster arcane."
"...Kalian berdua suami istri, ya kan?"
"Ehhhh?!"
Dua orang itu berseru berbarengan.
"Tidak, maksudku, di dalam beberapa ras, istri bisa menggunakan kekuatan dan kekuasaan dari suami mereka.. apakah bukan seperti itu?"
"Tidak, tidak, sama sekali bukan seperti itu!"
Goblin yang ada di sekitar kelihatannya ingin mengatakan sesuatu merespon penolakan kuat dari Enri, tapi semua yang terlihat dari mereka hanyalah menggoyangkan bahu mereka tanpa suara.
"Kalau begitu... apa yang terjadi? Bagaimana bisa wanita itu adalah yang terkuat?"
"Kami memanggilmu bocah karena kamu tidak mengerti kenapa. Kekuatan dari Ane-san bukanlah sesuatu yang bisa dilihat oleh mata."
Enri ingin menyangkal itu, namun mata Agu yang jujur melihat ke arahnya dengan tekanan yang kuat sehingga membuatnya tidak bisa berbicara. Ketika Enri sedang bingung, Kaijali bertanya sesuatu.
"Kalau begitu, ada pertanyaan untukmu. Mengapa kamu dikejar-kejar oleh mereka? Apa yang terjadi?"
"Ini-"
"...Bagaimana, bisakah ini menunggu hingga kita tiba di desa?"
Dan yang menjawab tawaran Enri dengan, 'Benar sekali~ itu adalah ide yang lebih baik, -su.'
- Seorang wanita yang tak pernah bersama mereka selama ini.
Semuanya berseru terkejut, lalu melihat ke arah sumber suara.
Apa yang mereka lihat adalah seorang wanita cantik yang mencengangkan. Dia adalah seorang wanita dnegan dua kepang dan kulit coklat. Dia berpakaian dalam pakaian yang dia sebut sebagai pelayan, dan dia membawa sebua senjata yang kelihatannya aneh di punggungnya.
Dia adalah individu yang terlihat mencurigakan, dan di waktu yang sama seorang yang sudah akrab.
Lupusregina Beta.
Dia adalah seorang pelayan yang melayani Ainz Ooal Gown, penyelamat desa Carne, dan dia bertanggung jawab mengirimkan item-item alkimia dan peralatan kepada Bareare dan juga memerintah golem-golem batu. Sikapnya yang periang dan ceria membuatnya sangat terkenal di kalangan penduduk desa.
Namun, dia memiliki kebiasaan muncul secara tiba-tiba entah darimana seperti yang barusan. Para penduduk percaya bahwa itu adalah hal yang wajar bagi seorang pelayan yang melayani magic caster hebat juga memiliki magic sendiri, dan Enri juga memiliki pendapat yang sama. Meskipun begitu, muncul tiba-tiba seperti itu masih sangat menakutkan.
"Lupu-san, da-darimana kamu...?"
"Yang benar saja, masa baru sekarang, En-chan, aku sudah mengikuti kalian dari belakang sejak awal ~su. Aneh, apakah kalian tidak menyadari? Kukira semuanya mengabaikanku karena aku tak bisa dirasakan~su"
"Eh? Ehhhh?"
Meskipun dia terdengar seperti bercanda, nadanya sangat serius. Enri melihat sekeliling untuk meminta bantuan dari yang lainnya.
"Kalau begitu - Lupu-nee, bisakah kamu berhenti main-main?"
"Uwaaaa~ orang-orang mengira aku seorang pelawak~su. Kalian, tolong ingat ini~ ahh, lagipula aku hanya bercanda~su. Tak usah diperdulikan, tak usah~su."
Keheningan berlanjut, hingga seseorang menghela nafas lelah dengan "Haaaa"
"Yah, kelihatannya tidak ada masalah dengan itu. Jadi siapa goblin cilik ini?... Jangan, jangan-jangan!"
Enri merasa para goblin yang diantara dia dan Lupusregina bertukar tampang jengkel.
"Fufu - Enfi-chan, kamu disaingi oleh seorang goblin? Fufufu."
Sementara semua mata menjadi sayu dan tak bernyawa, Lupusregina menertawakannya.
"Kalau begitu apa ini~su. Sebuah cinta murni seorang bocah, diinjak seperti itu~su. Ah, kacau sekali~su! Fuha!... Baiklah, sudah cukup bercandanya, apa yang sebenarnya terjadi?"
Tubuh Agu bergetar keras, seakan dia sedang melihat semacam monster.
Meskipun Enri bisa mengerti kenapa. Ekspresi ceria dari Lupusregina berubah tanpa henti, seperti orang yang berperasaan halus sedang dalam stres. Saat senyum tersebut berubah, menunjukkan wajah sebenarnya yang ada di dalam dari seorang Lupusregina, yang mana memang menakutkan jika dibandingkan dengan ekspresinya yang sebelumnya.
"Aw, jangan khawatir, aku tidak akan memakanmu~su. Tidak apa~su. Ayolah, katakan kepada kakak semua tentang itu~su."
"Lupu-nee. Kita seharusnya bicara tentang ini nanti saja. Bukankah kamu setuju dengan itu?"
"Oya? Hm, aku pasti ingat pernah berkata demikian~su"
"..."
"...Ah! Aku harap Beta-san bisa menyerahkan potion ini kepada Gown-sama. Ini baru dikembangkan, tapi efeknya sudah dites dan dibuktikan."
"..Oh? Enfi-chan akhirnya berhasil?"
"Benar sekali. Sayangnya, masih belum benar-benar merah, tapi kurasa kami sudah membuat progress yang signifikan."
"-Wah, bagus sekali. Aku yakin Ainz-sama akan sangat senang mendengarnya."
Dengan itu, sikap Lupusregina kelihatannya menjadi orang biasa, dan bukan gadis yang ceria dan tidak tetap seperti sebelumnya. Namun, ekspresi itu hanya bertahan sesaat. Selanjutnya, dia kembali kepada dirinya semula.
"Ahhh, benar-benar menyenangkan sekali, aku mengambil hari yang baik untuk berkunjung~su. Dan juga, tidak perlu memanggilku Beta. Lupusregina tidak apa ~su. Hanya untukmu~"
Dengan Lupusregina (yang kelihatannya) bersemangat tinggi di belakang, mereka masuk ke dalam gerbang desa.
Para penduduk tidak berkata apapun ketika mereka melihat goblin cilik yang asing. Bisa dikatakan mereka tidak gugup, tapi juga bisa dikatakan mereka percaya kepada Enri. Dia mungkin menjadi semacam keluarga bagi para goblin yang melindungi desa.
Mereka berjalan melalui desa dan melewati rumah Enri. Tujuan mereka adalah rumah goblin.
"Permisi sebentar. Aku akan memanggil Brita-san kemari untuk mendengarkan apa yang akan Agu katakan."
"Kedengarannya bagus, Ani-san. Dia masuk ke dalam hutam sambil berlatih menjadi seorang ranger, jadi mungkin lebih baik jika dia mendengar bocah ini.. Jadi apa yang harus kita lakukan, Ane-san?"
"Eh? Aku?"
Enri sedikit panik, tidak diduga namanya akan dipanggil ketika bercakap-cakap. Tanpa alasan tertetu menolaknya, dia hanya menganggukkan kepalanya.
"Mm. Kalau begitu, memang tidak banyak tapi mungkin lebih baik, namun aku harap dia mendengarkan apa yang akan dia katakan. Sampai nanti, Enfi."
Dengan sebuah 'aku mengerti', Nfirea meninggalkan kelompok itu.
"Meskipun menunggu disini tidak apa.. mungkin aku harus membuat minuman."
"Bagus sekali ~su! Aku haus~"
"..Lupu-nee, bukankah kamu seorang pelayan? Itu artinya kamu tahu bagaimana membuat minuman yang enak, ya kan?"
"Welp, aku adalah pelayan dari Ainz-sama, dan Supreme Being yang lain, jadiiiii... aku tidak ingin bekerja untuk orang lain ~su. Aku hanya ingin bermalas-malasan su~. Mari kita tidak bicara tentang pekerjaan dan yang lainnya."
"Begitukah...yah, sayang sekali."
Meskipun percakapan Unlai dan Lupusregina kelihatannya normal, Enri masih bisa merasakan sebuah hawa dingin yang mengalir di dirinya.
Saat mereka berjalan dan bicara, mereka tiba di rumah goblin.
Ini adalah sebuah tempat dengan halaman yang luas dimana kamu bisa mengembangbiakkan dan membiarkan serigala berlarian, mampu memberikan tempat teduh bagi hampir dua puluh orang. Itu adalah bangunan yang besar dimana mereka bisa berlatih dan merawat senjata mereka.
Para goblin membuka intu, dan memimpin jalan bagi Enri dan Lupusregina.
"Fueeeeeee- Aku tidak tahu jika ada tempat seperti ini~"
"Hmmmm? Lupusregina-san, kamu tidak masuk?"
"Yup yup~ Tidak bisa masuk tanpa undangan. Yah, hanya masalah etika, bukan berarti aku benar-benar tidak bisa masuk. Kurasa satu-satunya orang lain dengan legenda yang aneh seperti itu hanya 'si dada rata-san'~"
"Dada rata-san...?"
"Benar sekali, En-chan. Itu adalah nama dari kencantikan yang tragis. Yah, kelihatannya bukan benar-benar tidak bisa masuk. Legenda, cerita rakyat dan mitos - Weeeeelll, mari kita bicara tentang hal itu lagi~ Kita disini untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh goblin ini, benar kan?"
"Ah, ya. Kalau begitu, minuman..ehm, bagaimana kalau jus herbal dan jus buah? Ada teh rumput hitam dan air Hyueri..."
Agu dan Lupusregina benar-benar terlihat bingung dengan pertanyaan Unlai, jadi Enri menjelaskan kepada mereka.
"Hyueri adalah buah jeruk, kamu bisa memotongnya dan mencampurkannya ke dalam air dan rasanya benar-benar jernih dan enak. Teh rumput hitam sedikit pahit."
"Aku ingin air Hyueri kalau begitu."
"Jus Hyueri juga untukku~"
"Aku mengerti. Bagaimana dengan Ane-san?"
"Kurasa aku juga air Hyueri. Dan... bagaimana dengan cuci tangan? Meskipun hidung kita sudah terbiasa dengannya..."
"Ah, itu seharusnya tidak apa. Oi, bocah- maksudku, Agu, kemarilah juga. Kamu harus membersihkan diri. Dan bro, maaf tentang ini, tapi maukah kamu meletakkan senjata kita yang kotor di tempat lain?"
"Apakah tidak apa?"
"Tentu saja. Kelihatannya dia tidak bisa melakukan apapun. Peraturan kami disini sangat sederhana."
"Jika itu masalahnya.... ayo pergi."
Kaijali meninggalkan ruangan itu dengan tiga set senjata.
"Agu, cepatlah kemari."
"Mengapa aku harus membersihkan diri? Apakah itu akan membuatku cantik?"
Enri menyadari jika tangan Agu sangat kotor; sama sekali tidak memiliki arti bersih.
"Pendapatmu tidak relevan. Ini adalah pemilik rumah yang bilang padamu untuk membersihkan diri. Atau apakah kamu ingin mengatakan kamu menolak pemilik dari rumahnya sendiri?"
Agu menggelembungkan pipinya, dan berusaha menuju sisi Enri.
Enri menuangkan air dari tangki besar ke dalam ember. Setelah mempersiapkan empat set, dia mencelupkan tangannya ke dalam air yang tidak diduga dingin dan mulai membersihkannya. Warna hijau di tangannya mencair seperti salju di sinar matahari. Saat dia selesai, dia meletakkan tangannya ke depan wajah. Baunya sudah hilang.
Enri melihat di sekelilingnya. Gokoh dan Unlai juga membasuh tangan mereka, dan air itu berubah menjadi merah oleh darah barghest.
Selanjutnya, dia melihat ke arah Agu, tapi apa yang dia lihat membuatnya terbengong.
Bahkan seorang anak-anak akan tahu cara membersihkan diri yang lebih baik dari ini. Dia mencelupkan tangannya ke dalam air, menggoyang-goyangkannya sedikit, dan selesai. Dia bahkan tidak mengeringkannya.
Meskipun Enri sudah membasuh bau tanaman dari tangannya, Agus masih penuh bau dedaunan. Bagi goblin hutan, bau seperti ini adalah bentuk dari pertahanan diri terhadap binatang buas dengan indera penciuman yang tajam. Oleh karena itu, mereka mungkin takkan pernah bisa memiliki kebiasaan membersihkan diri secara menyeluruh.
Meskipun begitu-
"Kamu melakukannya seperti ini."
Agu membuat wajah jengkel saat Enri mengajarinya. Namun, dia memikirkan posisinya sendiri dan apa yang dikatakan oleh goblin lain sebelumnya dan menahan diri, dia mulai membersihkan diri secara menyeluruh sendiri.
"Benar sekali, kamu melakukannya dengan baik..."
"Hey, setelah ini, gunakan ini untuk mengusap tubuhmu. Pastikan kamu membersihkan seluruh darah."
Agu tidak terlihat senang dengan itu, tapi dia masih membersihkan dirinya dengan handuk yang basah.
"jadi kita buang air yang kotor itu keluar?"
"Yeah, seperti itu. Ane-san, silahkan duduk. Kita akan menangani sisanya."
Dengan itu, Enri menuju ke meja terdekat. Meja itu sudah dikelilingi oleh kursi-kursi karena banyak sekali goblin yang tinggal disini. Saat dia memilih tempat untuk duduk, tiba-tiba dia menyadari seberapa lelahnya dirinya. Lengan dan kakinya seperti batang kayu, dan kepalanya sangat berat.
Meskipun sebagian alasan adalah mengumpulkan tanaman obat, apa yang benar-benar membuatnya lelah adalah pertempuran melawan barghest.
Yang hanya kulakukan hanya mengamati...Enfi dan para goblin sedang bertarung, tapi mereka masih bisa seaktif ini.... kelihatannya aku takkan pernah bisa menjadi seorang warrior...atau lebih tepatnya, Enfi sudah menjadi benar-benar kuat...
Meskipun dia tahu jika teman sejak kecilnya bisa menggunakan magic, dia tidak menduga jika magic bisa sangat kuat.
Dia menakjubkan.
Saat dia tiba-tiba mengingat teman sejak kecilnya, Hati Enri membengkak karena emosi yang tidak bisa dia ungkapkan dalam kata-kata. Kelihatannya memang mengejutkan, tapi sekali lagi seluruhnya benar-benar terlihat berbeda.
Sebuah suara yang jernih membawah Enri kembali sadar, dan matanya jatuh ke cangkir keramik di meja. Cangkir-cangkir itu dipenuhi oleh cairan transparan yang mengeluarkan aroma jeruk, dan Enri memutuskan untuk minum langsung dari sebuah cangkir.
Rasa yang dingin, manis dan asam membasuh seluruh tubuhnya, dan dia merasa seperti dipenuhi dengan energi. Agu duduk di sampingnya, dan dia meneguk miliknya dalam sekali teguk dan langsung minta lagi.
Namun, Lupusregina tidak menyentuh miliknya.
Setelah dipikir-pikir, aku tidak pernah melihat Lupusregina makan atau minum.
"..Hm? Ada yang aneh? Kamu berkali-kali mencuri pandang tadi. Apakah kamu jatuh cinta padaku? Ahhh, membingungkan~ wah, mengejutkan, tidak kukira En-chan adalah seorang lesbian~su. Kelihatannya aku harus membuat semua orang tahu~su"
"Apa- tidak! Bukan seperti itu!"
"Wahahaha~ cuma bercanda. Aku tahu En-chan menyukai laki-laki."
Sambil memikirkan bagaimana membalasnya, mata Enri mengecil menjadi satu garis lurus.
"Meskipun, agak lambat... hm? Kelihatannya mereka sudah tiba."
Enri menoleh ke arah pintu, tapi dia merasa tidak ada orang di luar.
"Benarkah? Tapi aku tidak mendengar apapun."
Agu mengarahkan telinganya ke depan dengan tangan.
"Hey, apakah ras manusia memiliki pendengaran yang bagus?"
"Itu, itu, aku tidak tahu dengan hal itu, tapi kurasa Lupusregina-san tidak akan berbohong tentang hal semacam itu... meskipun dia mungkin... sedikit bercanda dengan orang lain."
Kalau begitu apakah dia sedang berbohong? Agu berpikir saat dia menatap Lupusregina dengan mata yang lebar.
"Tidak, benar kok, aku mendengar mereka. Mereka benar-benar datang. Kamu benar-benar menakjubkan."
"Hm? Ah, itu bukan masalah sama sekali. Dibandingkan Enri-san yang ada disini, aku bukan apa-apa."
Agu kelihatannya seperti menelan mentah-mentah, dan melihat ke arah Enri kembali dengan ekspresi terkejut.
Tidak, bukan begitu. Senyum di wajah Lupusregina sangat palsu! Enri penasaran bagaimana dia harus bilang pada Agu yang sebenarnya, tapi sebelum itu, sebuah ketukan datang dari arah pintu.
Segera setelahnya, Nfirea dan seorang wanita dalam balutan armor kulit masuk ke dalam ruangan.
Brita, mantan petualang, telah pindah ke dalam desa setelah Nfirea. Dulunya, dia adalah seorang petualang di E-Rantel, tapi pensiun setelah suatu peristiwa. Meskipun begitu, dia masih membuatuhkan pekerjaan untuk hidup, dan akhirnya dia merespon kepada permohonan penduduk desa dan pindah kemari.
Dia sedang belajar menjadi seorang ranger, dan dia memiliki potensi. Meskipun dia lebih lemah dari Jugem, dia masih menjadi salah satu orang terkuat di desa dan pemimpin dari pasukan pertahanan desa (meskipun masih tidak berada pada level dimana dia bisa disebut demikian).
Dia dipanggil juga karena dia adalah pemimpin dari pasukan pertahanan, dan karena dia pernah masuk ke dalam hutan sambil berlatih sesuai keahliannya.
"Ah - ternyata memang benar ada goblin baru... tidak, hm, aku terus berpikir dari sudut pandang petualang... dia bukan musuh."
Brita tersenyum pahit. Bukan seakan Enri tidak mengerti darimana dia datang. Dari cerita-cerita, goblin adalah musuh dari umat manusia. Membunuh mereka ketika kamu melihatnya adalah hal yang biasa, tapi di desa ini berbeda. Kenyataan yang sulit diterima adalah manusia terlihat sebagai musuh yang sebenarnya.
"Kalau begitu, karena semuanya ada di sini, mari kita dengarkan apa yang akan dia katakan. Agu, bisakah kamu beritahu kepada kami mengapa kamu lari sambil terluka sebanyak itu."
"Jawaban sederhananya adalah aku diserang."
"Itu terlalu sederhana.. monster macam apa yang menyerangmu?"
"Bawahan dari Giant of the East (Raksasa Timur)"
"Giant of the Easat? siapa itu?"
"...Bagaimana biasanya kalian menyebutnya?"
"Kami-kami tidak tahu, sejak awal, kami bahkan tidak tahu dia ada... Brita-san, apakah kamu tahu?"
Orang yang paling berpengetahuan luas di tempat ini adalah Nfirea, tapi ketika yang dimaksud adalah hutan, Brita masih tahu lebih banyak darinya. Meskipun begitu, yang hanya bisa dia lakukan adalah menggelengkan kepala.
"Maafkan aku. Aku tak pernah dengar apapun mengenai Giant of the East ini. Dan aku kira Master Latimon juga tahu. Kami tak pernah bertualang masuk ke dalam hutan hingga jauh dan tidak tahu banyak dengan penghuninya."
"Kalau begitu, Agu, katakan pada kami tentangnya."
"Jika yang kamu katakan adalah dasarnya, maksudmu..."
Enri mengerti dengan kebingungan Agus. Di dalam situasi ini, memang lebih baik untuk bertanya satu persatu, jadi akan lebih mudah baginya untuk menjawab.
"Kalau begitu, bisakah kamu katakan kepada kami seberapa kuat monster-monster di dalam hutan?"
"Yah, bagiku barghest dan ogre semuanya kuat... tapi jika kamu ingin membicarakan monster lain dengan level Giant of the east, maka di dalam hutan, ada yang kuat yang disebut Tiga monster. Pertama adalah Beast of the east (Binatang buas selatan). Mereka bilang dia luar biasa yang akan membantai siapapun yang menginjakkan kaki di daerahnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Lalu ada Giant of the East. Markasnya di dalam hutan yang layu. Akhirnya ada Serpent of the West (Naga Barat). Aku dengar dia adalah ular yang menjijikkan yang bisa menggunakan magic."
"Aneh... bagaimana dengan yang di utara?"
"Kelihatannya adalah sebuah danau di utara dengan bermacam-macam ras. Sedangkan siapa yang memerintah mereka.... aku tidak tahu. Tapi kelihatannya ada dua penyihir kembar di rawa. Dan ketika beast of the south hilang, hutan menjadi aneh. Aku tidak terlalu yakin apa yang sebenarnya terjadi, kelihatannya beberapa orang yang mengerikan muncul, dan keseimbangan kekuatan menjadi berubah..."
"Apakah itu adalah Monumen Kehancuran?"
"Benar sekali. Aku juga dngar jika Tuan dari Monumen Kehancuran bisa memerintah undead, bayangan hitam kecil yang bisa bergerak menembus kegelapan. Itulah yang dikatakan oleh mereka yang selamat kepada kami."
Semuanya - dengan pengecualian Lupusregina - terlihat tidak tenang satu sama lain.
Hal pertama adalah Beast of the South. Karena daerahnya seharusnya dekat, pasti itu adalah binatang magis yang dijinakkan oleh para petualang yang menemani Nfirea disini - atau lebih tepatnya, orang yang memakai armor hitam legam. Memang memiliki tampang kuat dan tenaga yang besar, jadi deskripsinya cocok sekali.
"Beast tersebut... Wise King of the Forest, Hamsuke-san."
"Itu dia! Ahh, ya, itulah binatang buas itu..."
Saat dia mendengar Nfirea, Brita, yang belum pindah ke desa ini kala itu, membuat suara.
Menurut dia, dia pernah melihatnya di E-Rantel, dari kejauhan.
Dan ada lagi dua makhluk raksasa yang setara dengannya. Tak ada yang tidak kaget dan ketakutan dengan kenyataan ini.
"Kalau begitu, bagaimana kamu bisa lepas?"
"Hingga sebelumnya, tiga makhluk itu saling menjaga satu sama lain. Beast of the South tidak meninggalkan wilayahnya, tapi tak ada yang bisa menjamin itu akan terus terjadi. Jika Timur dan Barat bertarung, tak perduli siapapun yang menang, akan selalu ada peluang yang di saat menang itu, mereka pasti akan dihabisi oleh Beast yang lain pada posisi yang lemah. Oleh karena itu, tak ada dari ketiganya yang benar-benar masuk dalam pertarungan."
"Baiklah, aku bisa menerima itu. namun, jika Timur dan Barat bekerja sama dan ... tidak, Beast of the South tidak meninggalkan wilayahnya, jadi tidak perlu bekerja sama untuk mengalahkannya. Dan tentu saja, mereka tidak bisa membuat gerakan provokasi..."
"Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan. Mereka hanya ingin memiliki daerah mereka dan merubahnya menjadi kerajaan mereka sendiri. Namun, pemilih dari Monumen Kehancuran mengacaukan distribusi kekuatan. Karena itu, Timur dan Barat memutuskan untuk perang melawan Raja Kehancuran, dan mereka memilih jalur peperangan."
Agu terus bicara dan bicara, tanpa sedikitpun berhenti.
"Dia memaksa kami untuk menjadi rekannya dalam perang. Meskipun itu adalah lelucon yang buruk. Kami para goblin tidak berguna bagi mereka. Mereka memanfaatkan kami sampai habis lalu membuang kami, dan jika kami mengacaukan, kami akan menderita. Karena itu, kami kabur. Namun..."
"Itu percuma, ya kan?"
"Ya, benar sekali. Barghest dan ogre mengejak kami. Kami tidak bisa melawan mereka, jadi kami berpencar. Aku kabur ke arah ini dengan beberapa orang ke dalam wilayah Beast of the South, tapi kami tidak menduga mereka datang mengejar kami tanpa ragu."
Dia bilang ada beberapa orang, tapi tidak ada tanda-tanda siapapun selain Agu.
Sebuah ekspresi terluka tergambar di wajah Enri, dan Gokoh berbicara.
"...Kami memiliki orang yang mengintai di hutan, jika ada yang hidup, kami bisa membawa mereka kembali kemari selama mereka tidak melawan."
"Ya, begitulah, hitung serigala memang sangat sensitif. Lalu... pertanyaannya adalah, disamping barghest, apa yang lainnya disana? Apakah mereka memiliki teman-teman yang datang kemari juga? Jika keadaan memburuk, para pengejar mungkin akan bisa hingga kemari. Oi, Agu. Monster lain apa di sana?"
"Ada barghest, ogre, boggart, bugbear, dan semacam serigala..."
"Itu sih monster-monster yang sudah umum. Aku ingin mendengar lebih banyak tentang Giant of the East dan Serpent of the West, terutama, tampang mereka, kemampuan mereka, semacam itu. Apakah kamu tahu sesuatu?"
Agu menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak tahu detilnya. Hanya saja Giant of the East membawa sebuah pedang besar, dan Serpent of the West memiliki sebuah kepala sepertimu, tetapi magic macam apa yang dia gunakan, aku tidak tahu."
Nfirea, yang menjadi pusat perhatian, menggelengkan kepalanya. Informasi yang ada terlalu sedikit untuk bisa digunakan.
"Pertanyaannya sekarang adalah apa yang harus kita lakukan? Jika sesuatu yang bisa setara melawan Beast itu muncul, sejujurnya, kita akan habis. Hal terbaik yang bisa dilakukan oleh pasukan keamanan adalah membawa wanita dan anak-anak ke tempat yang aman."
"Memang benar. Jika yang hanya kita butuhkan adalah pertahanan yang kokoh maka itu tidak masalah, atau mungkin kita seharusnya memikirkan beberapa metode lain. Jika keributan di dalam hutan dengan sendirinya mereda, itu akan baik."
Bagi orang-orang yang hidup di luar hutan, jika masalah di dalam hutan selesai dengan sendirinya, mereka tidak akan perlu bergerak. Namun, jika mereka benar-benar tak mampu masuk ke dalam hutan, itu akan menyebabkan sebuah masalah yang besar dengan sendirinya. Yang paling parah, mereka akan terpaksa membuat pengorbanan menyakitkan untuk bisa terus hidup.
"...Namun, jika musuh bisa dengan mudah menghabisi suku hutan, itu artinya mereka pasti sudah mengumpulkan banyak kekuatan tempur."
"Salah!.. Pada awalnya, suku kami jauh lebih kuat. Namun, ketika kami pergi mencari tempat baru untuk tinggal, suku kami mengirimkan tim-tim campuran yang terdiri dari ogre dan goblin-goblin dewasa. Jika mereka masih hidup, kami masih bisa melawan balik!"
"Kalau begitu para goblin dewasa masih belum kembali?"
Saat Brita bicara, Nfirea memiringkan kepalanya, seakan sedang memikirkan sesuatu.
"Tentang itu.. meskipun ini benar-benar berada di topik yang berbeda, bisakah aku menanyakan sesuatu yang sedang menggangguku? Apakah kamu berbicara dengan cara yang sama seperti goblin-goblin lainnya?"
"Apa maksudmu?"
"Ah, kamu tidak tahu? Di masa lalu, aku juga pernah bertemu goblin sendiri, dan jangan salah sangka, tapi mereka bicara seperti orang yang bodoh. Namun di desa ini, Jugem-sam dan yang lainnya berbicara normal. Sama halnya denganmu - karena kamu juga bicara dengan lancar. Karena itu, aku penasaran jika yang kulihat adalah suku goblin yang terpisah atau apalah."
"Tidak, hanya saja aku termasuk cerdas untuk seorang goblin. Kebanyakan goblin berbicara dalam satu suku kata. Itu membuat percakapan di dalam suku benar-benar menyusahkan, aku bisa bilang padamu begitu. Aku benar-benar penasaran jika aku memang berasal dari suku yang lain malahan. Sekarang, untuk amannya, biar kutanya padamu hal ini, apakah aku dilahirkan i dlaam suku dari sekitar sini? Apakah kamu pernah mendengar apapun tentangku?"
"Tidak, kami tidak tahu... kamu bocah.. jangan-jangan.. Ane-san, Ani-san, bisakah kalian kemari sebentar?"
Nfirea dan Enri mengikuti Kaijali ke sudut ruangan.
"Si bocah Agu itu, jangan-jangan dia bukan seorang goblin, tapi seorang hobgoblin?"
Hobgoblin adalah cabang dari ras goblin, dan mereka lebih unggul dari goblin-goblin dalam segala hal. Goblin sebesar anak manusia ketika mereka dewasa, tapi hobgoblin bisa mencapai tinggi seperti manusia dewasa.
Mereka mirip dengan manusia dalam hal kemampuan fisik dan kecerdasan. Agar bisa kawin dengan goblin lain, banyak suku cenderung hidup dalam area yang sama. Namun, agar tidak membuat populasinya meningkat terlalu besar, banyak yang ditinggal sebagai bodyguard atau pimpinan tim di dalam suku.
"Tapi jika ayah atau ibuku adalah hobgoblin, bukankah mereka tahu dengan sendirinya?"
"Kedua orang tuanya adalah goblin dan dia adalah seorang hobgoblin."
"Eh? Bukankah itu tampak seperti plot yang aneh yang muncul di dalam drama?"
"..Ini adalah pertama kalinya aku melihat Enri membuat ekspresi seperti itu... tapi sayangnya, aku pikir itu bukan jawabannya. Seperti manusia yang mengadopsi anak, kurasa goblin juga melakukan hal yang mirip."
"Itu juga suatu kemungkinan. Yah, kalau begitu, kita tidak usah terlalu khawatir tentang itu."
Tiga orang itu kembali ke meja, dan saat mereka kembali, Lupusregina yang sampai sekarang terdiam membuka mulutnya untuk berbicara.
"Welp, sudah buat keputusan? Jika ada apa-apa, kamu selalu bisa meminta bantuan Ainz-sama. Mintalah kepadanya untuk membantu menyelesaikan masalah dan semua itu."
Itu akan menjadi suatu berkah dari Tuhan.
Jika pahlawan yang telah menyelamatkan desa memutuskan untuk membuat gerakan, bahkan monster yang paling kuatpun takkan bisa berharap bisa melawannya. Namun-
"Itu terlalu naif."
Enri bergumam sendiri, dan para goblin setuju. Hanya Brita dan Agu, yang tidak tahu Ainz, menjadi bingung. Nfirea memiliki ekspresi yang rumit di wajahnya.
"Desa ini adalah desa kami. Itu artinya kami harus melakukan sebisa mungkin apa yang bisa kami lakukan sendiri. Meskipun beberapa orang akan berpikir jika aku tidak seharusnya mengeluarkan perkataan manis karean aku sendiri tidak bisa bertarung dan tidak memiliki pengalaman bertempur..."
"Tidak, aku setuju dengan pendapat Ane-san. Desa ini adalah Ane-san-"
"Kaijali?"
"Hm?"
Dia memiringkan kepalanya untuk mengkoreksi diri.
"Ane-san dan kami.. tidak, itu juga salah."
"Kamu ingin bilang bahwa desa ini adalah milik semua orang yang hidup disini, ya kan?"
"Benar sekali, Ani-san. kamu paham juga! Yah, meskipun begitu, kurasa meminjam kekuatan dari Tuan Magic caster seharusnya menunggu hingga kami benar-benar kehabisan pilihan."
"Tapi jika kita melakukan itu, semua orang mungkin akan mati~su... Diterjang luka itu menyakitkan tahu ~ su"
"Ha! Lupusregina-san, kami takkan biarkan itu terjadi. Kami akan mengorbankan diri kami agar orang-orang memiliki waktu untuk kabur dahulu."
Sebuah tampang kecewa muncul di wajah Lupusregina.
"Begitukah? Sebaiknya kamu bekerja keras kalau begitu~su."
"Dan aku juga ingin mengkomunikasikan niat desa kepada Guild Petualang di E-Rantel - atau mungkin melaporkan adalah kata yang lebih baik untuk digunakan. Jika guild menerima permintaan kami, mereka akan mengirimkan seorang anggota untuk datang dan mengukur situasi saat ini. Akan jadi menjengkelkan jika kami meletakkan permintaan setelah keadaan benar-benar gawat."
Brita melanjutkan saran Nfirea.
"Itu benar. Guild Petualang tidak ingin dikejutkan dengan monster yang tidak terduga. Meskipun para worker dan sejenisnya mungkin akan berkata lain, ucapan dari orang-orang yang dibutakan oleh ketamakan tidak layak disebutkan. Adalah hal yang biasa bagi sebuah organisasi yang ingin melindungi anggota mereka sendiri."
"Brita-san, meskipun aku tidak ingin berbicara buruk tentang para petualang, tapi ketika keadaan darurat, pembayarang yang diminta akan meningkat hingga tinggi, apa yang terjadi jika mereka akhirnya menolaknya nanti?"
"Para petualang tidak ingin mati, dan Guild tidak akan membiarkannya juga. Karena itu, ketika masalahnya adalah permintaan darurat, harganya pun akan meningkat, itu artinya Guild akan cenderung menugaskan para petualang dengan peringkat tinggi unguk menghadapi mereka, bahkan jika situasinya secara teknis tidak menjanjikan sebaliknya."
Yang hanya bisa dilakukan oleh Enri ketika mendengar ucapan dari mantan petualang adalah menerimanya. Memang sulit menerima ini ketika mereka ditekan hingga ke sudut. Namun, ketika dia melihatnya dari sudut pandang petualang, memang masuk akal.
"Yah, meskipun jika Guild memeriksanya, orang-orang mungkin masih akan tetap tewas bagaimanapun juga, hal semacam itu sering terjadi..."
Brita menggigit bibirnya.
"-Ketika aku memikirkan serangan vampir itu, aku juga tidak bisa menahan diri yang terus gemetar... bahkan aku sering tidak bisa tidur tanpa obat karenanya..."
"Vampir? Apa itu?"
Agus bertanya tanpa berpikir, dan Brita tersenyum pahit.
"Itu adalah rahasia. Yah, lebih tepatnya aku tidak ingin memikirkan tentang hal itu. Kamu pasti akan terkencing-kencing karenanya."
"Tapi aku yang berta-"
"Kamu tidak adalam posisi untuk bertanya, bocah."
"Kalau begitu kita akan melakukan rencana ini untuk sementara dan melaporkannya kepada Guild, dan membuat permintaan jika semuanya berjalan dengan baik, begitukah? Meskipun biaya permintaan tidak murah, kita mungkin harus memecah tabungan untuk ini. Bilang pada Jugem-san dan kepala tentang ini nantinya. Bisakah kamu melakukan itu, Enri?"
"Aku akan menangani pasukan beladiri. Sejujurnya, aku berpikir inilah caranya juga."
Nfirea mengangguk saat Brita bicara.
"Kalau begitu, kurasa aku akan pergi meninggalkan desa sebentar su~ kamu benar-benar tidak ingin meminta bantuan kepada Ainz-sama?"
"Ya, Ya, kami ingin melakukannya sebisa mungkin sendiri. Jika mungkin, kami ingin kamu bilang pada Gown-sama seperti itu."
"Aku mengerti su~"
Saat Agu melihat kepada Enri dan Nfirea, yang sedang menjauh, sebuah perasaan yang sulit dijelaskan menggelayut di dalam dirinya.
"Memangnya apa yang hebat dari wanita itu?"
"Hah?!"
Ada bahaya di dalam suara goblin dewasa, dan itu membuat tubuh Agu gemetar.
Agu merasa bahwa goblin dewasa lebih kuat dari siapapun di desanya. Adalah hal yang biasa baginya untuk menjadi berdebar ketika diancam oleh mereka.
Namun, ini masih tidak bisa menutupi rasa penasarannya yang kekanak-kanakan.
"Apakah wanita benar-benar sehebat itu desa Carne ini?"
Dari sudut pandang Agu, Enri tidak terlihat kuat. Meskipun dia memiliki beberapa otot di lengan dan kakinya, itu tidak cukup sama sekali. Memang dia tidak perlu sebesar ogre, tapi jika dia memang kuat, seharusnya dia lebih dari itu.
Jika dia seorang magic caster dia masih bisa memahaminya. Pemimpin wanita dari suku goblin sering menggunakan kekuatan misterius itu. Namun, wanita itu tidak terlihat sama sekali seperti seorang magic caster.
Sejujurnya, Agu tidak mengerti mengapa Enri ditempatkan di atas para goblin.
"Bukan seperti itu."
"Apakah wanita hunter yang datang telat tadi sangat kuat?"
"Yah, Brita memang tidak buruk. Tapi kami lebih baik."
Opini Agu dan goblin dewasa di depannya meningkat satu titik lagi. Meskipun dia masih pendek, Agu merasa bahwa ada alasan yang bagus atas kepercayaan dirinya.
"Lalu, wanita yang muncul dari belakangmu, dia tidak kuat, ya kah? Aku ketakutan sampai mati."
Goblin dewasa tiba-tiba terdiam, dan menatap Agu.
Tidak yakin apa yang dia rasakan di dalam, Agu dengan gugup bertanya.
"A-Apa? Ada apa dengan wanita itu?"
"Wanita yang tiba-tiba muncul itu... Namanya adalah Lupusregina, dan dia.. dia sangat berbahaya. Jika kamu ingin hidup di desa ini, jangan pernah pergi dekat-dekat dengannya atau bicara kepadanya. Itu demi kebaikanmu."
"Ah. Ahhh. aku mengerti."
"Dan aku harus bilang ini di depan. Meskipun itu jelas-jelas sekali walaupun tanpa dilihat. Jika kamu melakukan apapun terhadap orang-orang di desa ini.. Jujur saja, kamu takkan bisa kabur hanya dengan omelan saja, sebaiknya kamu bersiap-siap untuk mati."
"Aku, aku mengerti. Begitulah yang terjadi kepada suku yang kalah, ya kan? Aku janji aku tidak akan melukai siapapun dari desa Carne."
"Baiklah, itu bagus... menjauhlah dari Lupusregina, okay?"
Agu mengerti campuran dari kehati-hatian dan ketakutan di dalam hati goblin dewasa, dan dia menancapkan peringatan itu ke dalam hatinya. Dengan begitu, dia menyadari dia tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya yang pertama, dan dia bertanya lagi.
"Mengapa Enri-san begitu hebat?"
Agu telah belajar untuk bersikap sopan. Atau lebih tepatnya, mudah baginya untuk belajar, karena dia adalah yang terpintar di sukunya dan tidak bisa banyak bicara dengan goblin-goblin lain.
"Ha.....Enri....sejujurnya, dia sangat kuat."
"Eh?!"
"Itu karena kamu terlalu lemah sehingga kamu tidak menyadarinya. Jika Ane-san serius, dia bisa menghabisi seekor barghest atau apapun dengan hanya satu tangan, dan memerah darah keluar ke dalam cangkir untuk diminum. Kamu tahu?"
"Benarkah?!"
"Oh ya, ya, tentu saja benar."
Agu berpikir tentang Enri. Melihatnya dengan tenang, dia mampu memberikan perintah yang efektif dan memaksa. Mungkin itu hanya pucuk dari gunung esnya?
"Ane-san hanya pura-pura lemah. Jika dia mendengar apapun yang lucu darimu, dia akan meremukkan tubuhmu hingga mati dengan satu tangan. Setelah itu, membersihkannya bisa jadi masalah. Akan ada darah dimana-mana."
"Be, begitukah.. kalau begitu mengapa, mengapa dia harus pura-pura lemah? Jika dia memang kuat, bukankah akan ada lebih sedikit masalah?"
"Jika kamu memamerkan kekuatanmu, beberapa orang bodoh akan datang dan menantangmu. Bukankah itu akan menyebabkan tambah masalah juga?"
Agu berpikir bahwa kekuatan adalah solusi dari semua masalah, tapi ternyata bukan.
Terkunci di dalam labirin cerminan diri, dia tidak menyadari jika goblin dewasa di depannya mengeluarkan ekspresi main-main di wajahnya.
----
Di tengah malam, Enri tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Meskipun kelihatannya tidak ada apapun di sekitar sana, Enri tetap terdiam sambil menggerak-gerakkan matanya untuk memeriksa yang ada di sekitarnya. Dunia di depannya gelap gulita, diterangi hanya dengan sebuah cahaya kecil dari sinar rembulan yang datang dari celah-celah penutup jendela. Dia tidak bisa melihat apapun yang aneh di cahaya yang lemah ini.
Tapi telinga Enri dalam keadaan baik-baik saja.
Tidak ada suara kuda meringkik, para knight berarmor yang beradu, atau orang-orang yang berteriak. Itu hanya malam yang biasa.
Enri menghela nafas dengan lembut, dan menutup matanya. Dia memang tidur terlelap, jadi dia masih agak terhuyung-huyung dan tidak bisa langsung bangun.
Banyak hal yang terjadi hari ini. Setelah pembicaraan dengan Agu, dia harus pergi menjelaskan keadaan kepada kepala desa dan Jugem, yang telah kembali dari pengintaiannya.
Keadaan akan baik-baik saja, ya kan?
Agar bisa memastikan informasi baru, Jugem harus pergi ke dalam hutan lagi dan mereka pergi di malam hari. Bergerak malam hari di dalam hutan memang terlalu berbahaya. Para goblin berbeda dari manusia; mereka bisa melihat dengan cahaya yang kecil, jadi mereka bisa bergerak dengan bebas. Namun, ada banyak binatang buas magis dan monster yang nokturnal, dan mereka akan menjadi aktif setelah matahari terbenam.
Itu jauh lebih berbahaya daripada siang hari.
Jika memang tidak perlu memastikan adanya monster lagi yang mengejar Agu, Jugem takkan pernah pergi keluar.
Memang benar goblin kuat, tapi itu hanya jika dibandingkan dengan Enri. Seperti binatang buas, banyak makhluk di dalam hutan yang lebih kuat daripada goblin.
Sebuah perasaan takut dan kehilangan menerpa Enri, membuatnya gemetar dan karena itu, adiknya mengerang di dalam tidurnya, semakin mendekat ke tubuh Enri.
Enri membuka matanya separuh, dan mengintip ke arah adiknya.
Kelihatannya dia masih belum bangun. Dia bahkan masih bisa mendengar dengkurannya yang lembut.
Hehe...
Saat Enri tertawa di dalam tenggorokannya, suara dari ketukan lembut terdengar di pintu. Ini pasti bukan sebuah trik akibat angin.
Enri mengerutkan dahi. Apa yang ada disana di malam selarut ini? Sekali lagi, tepat karena selarut ini itu artinya pasti sangat penting.
Dia dengan hati-hati memisahkan diri dari Nemu dan selimut serta perlahan bangun dari tempat tidur, bergerak secara hati-hati agar tidak membangunkan adiknya.
Papannya berderit saat dia bangkit dari tempat tidur, membuat jantung Enri berdebar lebih kencang karena khawatir membangunkan Nemu.
Setelah insiden itu, Nemu harus tidur dengan Enri di malam hari, segitu parahnya trauma yang dia derita.
Enri tidak berniat untuk mengomelinya karena itu. Jika ditekan dengan alasan mengapa, itu karena Enri merasa aman ketika dia tidur dengan adiknya.
Tapi dia tahu, bahkan ketika dua orang itu bersama-sama, Nemu seuatu ketika terbangun karena mimpi buruk. Karena itu, Enri memaksa untuk bisa bersama dengan Nemu meskipun ketika dia sedang terlelap.
Tanpa suara, dan perlahan-lahan, dia beringsut menuju pintu, namun ketukan itu tidak berhenti.
Enri dengan gugup mengintip keluar jendela, dan siluet Jugem diterangi oleh cahaya bulan. Dia menghela nafas lega.
Agar tidak membangungkan Nemu, Enri diam-diam bicara keluar jendela.
"Jugem-san, kamu selamat."
"Yeah, Ane-san. Pada akhirnya, tidak ada masalah. Maafkan aku sudah membangunkanmu, tapi ada suatu hal yang kukira harus kamu ketahui segera."
Enri membuka pintu sedikit, dan menyelipkan tubuhnya melalui celah itu. Dia khawatir cahaya bulan yang datang akan masuk ke dalam dan membangunkan Nemu. Memahami dari gerakannya, Jugem menurunkan suaranya dan bicara.
"Ada sesuatu yang kami butuhkan dari Ane-san."
"Sekarang?" Enri tersenyum. "Tentu saja."
"Aku benar-benar maaf tentang ini."
Enri mengikuti langkah kaki Jugem sambil bilang padanya untuk tidak usah minta maaf. Mungkin lebih baik bagi Nemu untuk bangun tidur karena ini, dan dia telah mempertimbangkannya, tapi Jugem telah datang setelah mengetahui orang lain sudah tidur. Pasti ada alasan untuk itu.
"Aku akan jelaskan sambil berjalan."
Mungkin dia lebih lelah dari biasanya, tapi ini adalah pekerjaan - setelah Jugem menguatkan pikiran, ucapannya ada benarnya.
Meskipun Enri merasa tidak apa untuk bersikap biasa dengan gadis desa sederhana seperti dirinya, Jugem tak pernah membiarkan dirinya santai hingga sekarang, jadi Enri menyerah dengan ide itu.
"Pertama, kami menemukan beberapa anggota suku dari Agu."
"Itu menakjubkan!"
"...tapi mereka secara emosional masih rapuh, dan kurasa mereka butuh istirahat untuk beberapa hari. Kami perlu meminjam Ani-san untuk ini."
Menyadari ekspresi terkejut dari Enri, Jugem mengikutinya dengan sebuah penjelasan.
"Ketika kami menemukan yang selamat dari suku Agu, mereka sedang ditahan oleh ogre dari Giant of the East, dan digunakan sebagai makanan. Meskipun Cona sudah menyembuhkan luka di tubuh mereka, pikiran mereka masih terluka. Ani-san memiliki beberapa obat untuk menenangkan mereka, dan kami ingin dia membantu merawat mereka. Setelah itu, kelihatannya ada beberapa masalah yang menyusahkan."
Jugem melihat ekspresi Enri sebelum melanjutkan.
"Ketika kami menyelamatkan mereka, kami menangkap lima ogre. Meskipun kami hanya melakukan itu untuk menanyai mereka... kelihatannya ogre terbiasa hidup berdampingan dengan goblin, dan sementara ogre bertarung, para goblin menyediakan makanan, tempat berlindung dan seterusnya, di dalam hubungan yang saling menguntungkan. Karena itu, mereka bilang mereka bersedia bertarung untuk suku kita. Menurut Agu, ini tidak aneh.. jadi, apa yang arus kami lakukan?"
"Bisakah kita mempercayai mereka?"
"Agu bilang kita bisa. Para ogre tidak akan bertarung untuk siapapun selain dari para goblin suku mereka, mereka mengkhianati Giant of the East karena dia bukan dari suku mereka. Sesuatu seperti itu."
"Mm. Tapi, ogre kedengarannya menakutkan..."
"Ketika mereka sudah menerima orang-orang desa sebagai bagian dari suku mereka, yang hanya kamu perlukan adalah memberi mereka makan dan semuanya akan baik-baik saja. Kamu bisa memberi mereka makanan apapun juga. Ogre cenderung makan apapun adalah hal yang sangat membantu disini."
Sejujurnya, keputusan ini sangat sulit bagi seorang gadis desa.
"Bagaimana kalau membunuh mereka?"
Ini diucapkan dengan nada yang biasa.
"Sejujurnya, aku tidak ada masalah membunuh mereka langsung. Itu akan membuat kami menghindari tumpukan masalah besar. Pada awalnya, orang-orang seperti mereka yang akan mengkhianati orang lain mungkin akan berbalik kepada kita jika keadaan menjadi buruk. Agu bilang mereka tidak akan melakukannya, tapi percaya begitu saja apapun yang dikatakan bocah itu sedikit..."
"Dan bagaimana menurutmu, Jugem-san?"
"Jika mereka bisa bertarung untuk kita, akan sangat membantu. Kita tidak tahu berapa banyak pengejar yang mungkin akan datang dari hutan, jadi beberapa perisai daging tambahan akan sangat membantu."
"Kalau begitu, satu pertanyaan lagi, apakah mereka makan manusia?"
"..Ane-san. Meskipun ogre memiliki reputasi karena memakan manusia, mereka hanyalah monster yang makan daing. Satu-satunya hal adalah lebih mudah menangkap manusia untuk dimakan daripada binatang liar."
Bagi ogre, lebih baik menangkap manusia daripada katakanlah, kelinci. Jadi wajar ketika mereka menganggap manusia lebih mudah ditangkap dan memberikan lebih banyak daging pula.
"Yah, jika kamu memberi mereka sesuatu untuk dimakan, mereka tidak akan menyerang penduduk desa. Pada awalnya, mereka hanya menyerang orang-orang untuk mengisi perut mereka. Aku janji kami akan berburu cukup banyak binatang untuk memenuhi perut mereka. Tentu saja, mereka masih harus diawasi dan kami akan melihat nantinya. Aku janji kami tidak akan membiarkan siapapun di desa terluka."
"...Kalau begitu, baik sekali jika kita bisa mempercayai mereka untuk bisa membuat mereka sebagai bawahan. Tidak hanya untuk sekarang, tapi untuk masa depan pula."
"Aku lega kamu mengerti. Hanya saja, ada perbedaan kecil dengan apa yang kukatakan sebelumnya. Jika mereka gagal nantinya, kami akan membantai mereka sampai habis. Sejujurnya, aku sedang berpikir bagaimana membuat ogre-ogre itu terkesan Ane-san adalah yang terkuat."
"Eh?!"
Enri mengeluarkan sebuah suara yang terdengar seakan dia sedang dibalik dari atas ke bawah. Ini adalah lompatan yang terlalu besar baginya. Mengapa seorang gadis desa sederhana sepertinya harus menjadi pemimpin dari sekelompok ogre? Bukankah cukup Jugem bos mereka?
"Ini adalah rencana untuk masa depan. Akan menyusahkan jika ogre berpikir Ane-san sebagai manusia biasa seperti lainnya. Meskipun kami mendengarmu, para ogre tidak akan mendengarkan siapapun kecuali kami, dan itu berpotensi sangat berbahaya. Jika ada sesuatu yang terjadi pada kami di garis depan, aku harap ada seseorang di belakang yang bisa memerintahkan ogre."
Enri memutar otaknya yang seorang gadis desa saat dia memikirkan masalah ini.
"Itu artinya kamu perlu dua orang yang bisa memerintah mereka?"
Jugem mengangguk.
"Kalau begitu, Enfi bisa-"
"Ani-san mungkin juga akan berakhir ada di garis depan juga."
"Oh begitu..."
Enri mengerti, dan mengangguk. Seseorang yang ada di tempat aman seperti diriya seharusnya juga berguna. Itulah yang juga diinginkan Enri. Namun-
"Tapi... bisakah aku mengendalikan ogre?"
"Itulah yang akan kita lakukan, Ane-san. Seberapa bagus kau berakting?"
----
Jugem membawa mereka ke gerbang desa lalu ke pintu samping. Di baliknya ada lima ogre yang sedang berlutut di tanah. Mereka juga menjadi sumber bau yang menggantung di udara.
Mengelilingi mereka ada pasukan goblin, seluruhnya hadir dan tidak terluka.
Di satu sisi pintu ada panggung untuk mengamati, yang biasanya dijaga oleh penduduk desa atau goblin, tapi tidak sekarang. Para goblin sementara membiarkannya.
Nfirea juga ada disana, bersama dengan Agu yang entah kenapa menjauh.
"Yo, Enri. Malam yang indah?"
"Yeah, Enfi. Bulannya sangat cantik."
"Memang benar. Jernih sekali."
"Yah, maaf sudah menyela. Kita tiba agak awal, tapi mari mulai."
Jugem berteriak saat dia mendengar ucapan Enri.
"Oi! Kalian semua! Ane-san kami ada disini! Dia memegang nyawa kalian!"
Ketika lima ogre mendengar ini, mereka mengangkat kepala melihat kepada Enri. Rasanya seperti ada tekanan yang jelas meremuknya, tapi Enri memaksa dirinya untuk tidak mengambil satu langkah mundur. Jika dia menyerah, rencananya akan gagal, dan para goblin akan menyingkirkan potensi masalah itu nantinya dengan membunuh ogre-ogre itu di tempat.
Enri bisa melihat tangan-tangan goblin yang mulai bersiap dengan senjata mereka. Enfi dengan tenang mengeluarkan sebuah botol potion sendiri.
Sebuah keabadian kelihatannya telah lewat di bawah tekanan yang merontokkan.
Enri menahan tatapan mata dari ogre-ogre itu dan mengembalikannya dengan salah miliknya. Tatapannya kokoh dan tak bisa digoyahkan.
Di matanya, ogre-ogre itu bertumpuk dengan bayangan dari para knight yang dahulu.
Enri mengepalkan tinjunya, mengingat dorongan hebat yang dulu dia rasakan, karena ingin mengoyak penutup kepala knight-knight itu agar dia bisa menghajarnya hingga mati.
Jangan menganggapku remeh. Yang lainnya menjaga desa, jadi aku harus melindungi tempat ini pula!
Setelah beberapa detik - satu detik yang kelihatannya memanjang hingga selamanya bagi Enri - ogre-ogre itu gemetar.
Mereka saling menatap, lalu kepada Jugem.
"Sudah kubilang, ya kan. Bos kami adalah yang terkuat."
"Merunduklah, kalian semua!"
Enri berteriak saat Jugem selesai berkata.
Suara Enri yang memaksa bahkan membuatnya terkejut sendiri, dan Agu yang ada di ujung pandangannya gemetar tidak karuan, tapi itu tidak apa. Apa yang penting adalah ogre-ogre itu telah merendahkan kepala mereka kepadanya.
Untuk sementara, ogre-ogre itu telah mengakui kelebihan dari Enri.
"Kalau begitu, apa yang harus kamu katakan kepada bos kami, kepala desa Carne, Ane-san kami?"
Dengan kepala mereka yang masih merunduk, apa yang muncul dari ogre itu adalah semburan suara yang bingung.
"Me, Menakutkan, bos kecil. Maaf."
"Maaf, kami sudah menyerang sukumu. Tolong maafkan."
"Suku milikmu" yang dimaksud ogre artinya adalah suku Agu. Meskipun realitasnya adalah entah bagaimana berbeda. Lebih muda bagi mereka untuk memahami situasi dengan orang-orang Agu sebagai bagian dari suku Carne, untuk menghindari otak ogre yang sudah kepayahan berpikir.
"kami akan, bekerja untukmu."
"Benar sekali! Bekerjalah untukku dan sukuku!"
Kalimat terakhir itu dibuat dengan mengeluarkan seluruh semangat yang masih tersisa. Meskipun dia hanya mengatakan satu atau dua kalimat, Enri sudah sangat lelah. Seburuk saat dia menghadapi barghest.
Saat Enri akan melepaskan mode Boss karena kelelahan, Jugem membantunya.
"Bagus sekali! Kelihatannya Ane-san telah menyelamatkan nyawa kalian!"
Tenaga sepertinya terlihat menyusut dari tubuh ogre-ogre itu. Karena mereka bisa terbunuh setiap saat, itu adalah reaksi yang alami.
Salah satu ogre melihat kepada Enri dan bicara.
"Boss, Kepala, Kami, apa yang harus kami lakukan?"
Itu, dia masih belum memikirkannya. Tetap saja, apa yang tidak dia tahu, dia bisa menyerahkannya kepada orang lain.
"Jugem, aku akan biarkan kamu mengurusi mereka. Gunakan mereka sesukamu."
"Aku mengerti, Ane-san."
Pemimpina goblin membungkuk kepada Enri, lalu membalikkan badan kepada ogre-ogre itu.
"Kalau begitu. Pertama, kami akan membuat tenda di luar desa. Kalian akan tinggal di atas sana. Dan kalian juga, membantu mereka mendirikan tenda."
Ogre-ogre itu pergi, ditemani dengan para goblin.
"Mendirikan tenda di luar desa akan menjadi masalah; kita harus mencari tempat agar mereka bisa tinggal di dalam desa. Meskipun begitu, kita harus menunggu hingga mereka belajar untuk tidak menyerang penduduk dahulu."
"Aku harus pergi berkeliling untuk bicara dengan banyak orang agar bisa membuat mereka menerimanya."
"Yup. Meskipun, kurasa selama kamu yang melakukannya, tidak akan ada masalah. Dan, tentang hari esok..."
Menurut rencana, Enri dan Nfirea akan pergi ke E-Rantel, dengan beberapa goblin sebagai penjaga.
"Maafkan aku. Aku masih harus membantu merawat yang selamat dari suku Agu, jadi aku tidak bisa pergi."
Lagipula, mereka akan tinggal di desa yang sama dengan ogre yang sama yang ingin memakan mereka. Trauma mental harus dirawat beserta dengan luka fisik, dan kepribadian Lizzie hanya akan membuat mereka ketakutan dan memberikan efek yang terbalik. Pada akhirnya, tak ada yang lebih bagi untuk ini selain Nfirea.
"Benarkah? Aku merasa tidak enak dengan ini.."
Enri tidak memiliki pengalaman dengan mengunjungi kota besar seperti E-Rantel, jadi dari sudut pandangnya beban itu kelihatannya sangat berat.
"Kalau begitu, bagaimana kalau ditemani oleh kepala desa?"
"Kurasa itu akan sulit..."
Kepala desa akan sibuk membangun desa kembali, dan membantu orang-orang baru ke desa, jadi dia tidak akan bisa bepergian jauh.
"...Bagaimana dengan istri kepala desa?"
"Mm. Yah, sejujurnya, tidak cukup tenaga di desa. Dulunya memang seperti itu dan sekarang bahkan lebih parah."
Desa Carne adalah sebauh desa dengan populasi yang sedikit. Sebagai hasilnya, ketika jumlah mereka berkurang, kemampuan mereka untuk melakukan apapun juga berkurang pula. Inilah alasannya mengapa para penduduk desa menekan penolakan mereka mengundang lebih banyak penghuni agar tetap tinggal dengan mereka.
"Ketika aku pergi ke E-Rantel, aku harus pergi ke kuil dan memastikan jika ada siapapun yang ingin pindah ke desa.. Ini benar-benar tugas yang terlalu besar untuk dilakukan bagi seorang gadis desa.."
"Semoga sukses, Kepala."
Enri cemberut saat dia mendengar ucapan Jugem. Sebagian dari dirinya berpikir, "Berani sekali kamu". Lagipula, merekalah alasan mengapa Enri menjadi sangat sibuk.
"Aku benar-benar ingin ikut..."
Nfirea bergumam dengan nada murung, lalu menutupinya dengan lambaian tangan putus asa yang tiba-tiba dan membingungkan.
"Semua akan baik-baik saja, aku akan menjaga Nemu-chan. Jadi kamu bisa pergi tanpa khawatir."
"...Baiklah, aku mengerti, apakah aku satu-satunya orang di dunia ini yang harus melalui hal ini? Satu saat orang-orang menyanjungku dan membuatku menjadi orang yang hebat, selanjutnya aku harus pergi ke suatu tempat yang tak pernah aku datangi sebelumnya dan melakukan hal-hal yang tak pernah aku lakukan sebelumnya..."
"Jangan terlalu pesimis, Enri. Pasti ada orang di luar sana yang mengenalmu."
Enri tersenyum lemah kepada Nfirea dan Jugem saat bahunya turun, sebuah tanda dia kehilangan kalah dalam bertempur dengan lelah. Di kejauhan, Agu mengamati dari kejauhan, lalu bergumam sendiri.
"Jadi memang benar, dia mengendalikan para goblin dengan kekuatan... Kepala desa Carne, Enri-nee...."
Para goblin memakai equipment dengan baju rantai, perisai bundar dan golok yang kokoh, yang mana menggantung di ikat pinggang mereka. Mereka memakai Jubah berwarna coklat di bawah armor mereka dan sepatu boot kulit berbulu di kaki mereka. Pada ikat pinggang itu ada banyak kantung untuk item-item kecil. Tak ada yang tahu apakah mereka cocok atau tidak.
Goblin yang memakai armor lengkap membuat pemeriksaan terakhir mereka kepada equipment masing-masing. Mereka mengisi penuh kantong-kantong kulit untuk air dan memastikan goloknya sudah ditajamkan.
Setiap orang memakai perlengkapan yang baik, namun mereka membawa sedikit barang bawaan. Itu karena rencananya hanyalah untuk segera menyelesaikan pekerjaan mereka, dan tidak melakukan ekspedisi perjalanan yang panjang di dalam hutan.
Tidak semua dari pasukan itu ditugaskan untuk melindungi Enri. Tujuan mereka adalah untuk mengamati secara menyeluruh area sekeliling dan memastikan informasi yang dikumpulkan oleh goblin wolf rider lebih jauh. Itu artinya, mereka sedang mengamati dengan hati-hati situasi saat ini di dalam Great Forest of Tob. Untuk melindungi desa, para goblin memutuskan untuk melakukan pengamatan sekeliling dan pedalaman.
Hanya tiga goblin yang menemani Enri.
Mereka dan satu orang lain: Nfirea. Dia telah membuat persiapan juga, memakai pakaian yang cocok untuk mengumpulkan tanaman obat di dalam hutan. Dengan Nfirea bersama mereka, perjalanan untuk mengumpulkan tanaman obat pasti akan sukses.
Mungkin dia telah merasa Enri sedang melihatnya, lalu membalikkan badan, bertanya "Ada apa?" Meskipun Enri melambaikan tangannya seakan berkata "Bukan apa-apa, tidak ada apa-apa," salah satu goblin yang ada di dekatnya mengetahui dan semakin mendekat ke samping Enri.
Dia adalah goblin yang memiliki tubuh berotot dan atletik sehingga sulit bagi orang yang melihatnya menganggap dia sebagai goblin. Dadanya dilindungi oleh pelindung dada yang kasar namun bisa diandalkan, dan sebuah pedang besar yang dia gunakan tersarungkan di punggungnya.
Ini adalah Jugem, pemimpin dari para goblin, diberi nama seperti goblin ranger dalam cerita dongeng yang disebut 'Jugem Jugem' oleh Enri. Selain itu, ada nama-nama knight lain yang juga melakukan pertempuran bersama dengan goblin ranger tersebut, dan nama mereka juga digunakan untuk goblin lain.
"Seharusnya tidak ada masalah... ada apa?"
"Tidak, memang tidak ada apa-apa, tidak ada masalah! Aku hanya sedang melihatnya."
"Itu bagus, lagipula, ketika kamu berada di dalam hutan, kamu bisa kehilangan nyawamu hanya karena sedikit meleng. Jika ada yang aneh, apapun itu, kamu bilang padaku."
"Benar sekali, Ane-san. Seperti yang kita setujui sebelumnya, kami semua sedang mengamati hutan, jadi jika ada apapun yang terjadi dan kami tidak bisa disana tepat waktu.... tidak apa, ya khan?"
Wajah brutal Jugem mengkerut dengan tampang yang mirip khawatir, dan dia menatap wajah Enri. Melihat itu, Enri tersenyum dan membalasnya.
"Tidak apa. Kita tidak akan masuk terlalu dalam, dan mereka akan melindungiku."
"Itu bagus..."
Jugem mengikuti garis pandangan Enri ke arah tiga goblin di depan mereka. Lalu dia berteriak.
"Oi! Kalian! Sebaiknya kalian tidak membiarkan Ane-san mendapatkan goresan sedikitpun, paham?!"
"Paham!"
Tiga goblin, Gokoh, Kaijali dan Unlai, merespon dengan teriakan sepenuh hati.
"Dan Ani-san, kamu akan menjaga Ane-san juga, ya kan?"
Enri tiba-tiba menyadari jika Kaijali, entah kenapa, melonggarkan ototnya dengan pose dua bisep di depannya.
"Maksudmu aku harus mengambil alih disini?..kah! Tentu saja! kamu bisa mengandalkanku untuk melindungi Enri!"
Untuk sesaat, Enri membayangkan Nfirea sedang menunjukkan giginya yang berkilau saat dia memancarkan rasa percaya dirinya melalui senyumnya. Sikapnya sekarang sangat berbeda dari biasanya, dan sejujurnya terasa seperti menjijikkan. Namun, itu mungkin hanyalah kegembiraannya karena akan berjalan masuk ke hutan.
Seperti seorang bocah, Enri tersenyum, merasa seperti seakan dia adalah seorang kakak.
"Terima kasih Enfi. Aku akan mengandalkanmu."
Aneh, apakah dia melakukan pose membusungkan dada barusan...? Apa maksudnya?
"Ahhh, itu lagi.. oh, tentang itu, aku sudah mempersiapkan banyak item-item kimia yang kubuat sendiri, jadi serahkan itu padaku!"
Setelah melihat senyum berkilauan Nfirea sekali lagi, senyum pun runtuh dari wajah Enri.
"Uh...mm. Lakukan saja itu."
"Ah, ya, kalau begitu sudah diputuskan...meskipun. Sejujurnya, meskipun kita tidak akan melakukan pekerjaan yang berbahaya, ini..."
Jugem berputar memandang kepada Enri, menunjukkan ekspresi masamnya. Enri mulai sedikit jengkel setelah mendengarkan pertanyaan ini lagi setelah berkali-kali menjawabnya di desa, namun karena dia anya bertanya karena khawatir, Enri tidak bisa mengabaikannya.
"Mungkin itu memang benar, namun kenyataan yang ada jika tak ada tanaman obat, kita tidak akan bisa mendapatkan uang..."
"Bagaimana dengan kulit binatang? Kita bisa mendapatkan itu."
"Itu bukan ide yang buruk, tapi tanaman obat adalah yang paling berharga."
Kulit binatang dan tanaman obat benar-benar berada dalam kategori harga yang sangat berbeda. Perbedaannya jika dibandingkan seperti langit dan bumi. Memang benar, beberapa binatang tertentu terutama binatang langka memiliki kulit yang layak dengan harga mahal, namun itu hanya beberapa.
"Jika Ani-san bisa berbagi miliknya..."
"Kita sedang menggabungkan milik Bareare dan milik kita sendiri. Kita bekerja sama dan membagi keuntungannya. Kita tidak bisa mengambil itu semua sendiri."
Saling membantu di dalam situasi yang sulit adalah kunci dari kehidupan desa - seperti itu, memang nantinya delapan puluh persen pendapatan mereka akan diperuntukkan untuk manfaat masyarakat desa. Ini juga mengapa anggota keluarga yang tamak dan egois takkan bisa betah disini, karena sikap demikian tidak akan pernah diperbolehkan. Swasembada adalah syarat yang ketat.
Dua orang itu mulai membuang muka dari Nfirea, yang sedang berkata dengan lirih, "Kaijali-san, tolong perhatikan suasana hati yang ada disini dan berhentilah membuat pose aneh itu..."
"Jika itu masalahnya, maka pastinya... dan memang akan begitu juga... yah, jika kamu tinggal dengan Ani-san, kamu bisa dan harus mengumpulkan kekayaan... tapi... kelihatannya tak ada yang menghalangi itu..."
Kaliamat Jugem perlahan kehilangan kekuatannya. Dia tahu jika dia tidak bisa menghentikan Enri yang ingin masuk ke dalam hutan.
Meskipun Enri tidak ingin membuat ini menjadi sulit bagi Jugem dan yang lainnya yang perduli dengannya, dia tidak akan berpaling dari arah yang dia tuju.
Lagipula, dia sudah memutuskan untuk masuk ke dalam hutan meskipun tahu itu berbahaya karena dia pernah mendengar Jugem berkata, "kami tidak bisa memperbaiki perlengkapan kami."
Mengasah dengan batu memang membantu, tentu saja, namun merawat dan memperbaiki senjata logam membutuhkan jasa dari seorang ahli tempa profesional (professional blacksmith). Itu artinya bahaya yang hampir tak kentara mengancam seluruh goblin. Jika perlengkapan mereka memburuk, itu artinya nyawa mereka akan dalam bahaya. Merawat perlengkapan tempur mereka adalah hal yang penting.
Apa yang bisa dia lakukan untuk mereka, yang telah mempertaruhkan nyawa untuk melindunginya? Enri tidak bisa terus bersembunyi dan menikmati hasil kerja keras mereka. Saat mereka telah memberikan segalanya untuknya, dia juga harus melakukan apapun yang dia bisa untuk mereka. Itu adalah keputusan Enri.
Para goblin bukan hanya bodyguard Enri, mereka adalah penjaga desa. Jika dia memutuskan untuk menekankan hal itu, dia mungkin bisa memeras uang yang dibutuhkan itu untuk melengkapi goblin dari para penduduk desa. Namun, Enri memutuskan untuk menyerah terhadap ide itu.
Tak perduli bagaimana, Enri hanya mencoba untuk membalas budi kepada para goblin melalui usahanya sendiri. Ekspedisi ini adalah bukti itu.
"Biasanya, hal yang paling aman untuk dilakukan adalah untuk memastikan area itu bersih dari bahaya sebelum masuk..."
Menyela dari belakang ada seorang goblin yang berprofesi sebagai mage, Dyno.
Dia adalah seorang magic caster arcane yang memakai tulang tengkorak makhluk mirip manusia sebagai penutup kepala.
Di tangannya ada sebuah tongkat yang bahkan lebih panjang dari tubuhnya, terbuat dari kayu sederhana yang bengkok-bengkok. Dia berpakaian seperti kostum tribal seluruh tubuh yang eksotik yang berhasil menonjolkan dadanya yang amat kecil. Wajahnya kelihatannya lebih lembut dari goblin pria. Enri bisa mengenalinya karena dia adalah pemimpin wanita mereka, tapi orang biasa mungkin tidak akan mampu melihat detil itu.
"Namun, kamu tak bisa memastikan itu aman, ya kan?"
"Mm, itu benar. Sayangnya, kita tidak bisa melakukan itu. Paling banter yang bisa kita lakukan adalah memastikan jika hutan kelihatannya tenang, namun itupun perlu waktu. Dan jika kita ingin mencari tahu ketika ketegangan meninggi lagi, itu pun akan memakan waktu yang lebih banyak lagi."
Jika mereka melakukan itu, mereka akan melewatkan kesempatan untuk mengumpulkan tanaman obat yang diinginkan. Setelah mendengarkan kalimat Dyno. sebuah tekad kuat berkumpul di matanya dan dia membalasnya.
"Tidak apa, kita tidak akan pergi terlalu dalam."
Setelah mendengar dia mengulang itu beberapa kali, Jugem menyadari bahwa dia tidak bisa merubah pemikiran Enri. Malahan, dia melihat ke tiga goblin yang akan pergi dengannya. Apa yang dia bilang ada mereka sama dengan apa yang dia harus katakan kepada mereka sebelumnya.
"Kami takkan bisa melindungi Ane-san, jadi kalian harus melakukan itu untuk kami. Kamu sebaiknya menjaganya tetap aman! Dan Ani-san juga!"
"Aku mengerti!"
"Yang paling aman adalah kita semua tetap bersama-sama seperti biasanya. Membagi kekuatan tempur kita hanya mencari masalah."
Dyno berguman sambil bernafas.
"Jika kita melakukan itu, maka kita akan terpaksa menghadapi musuh, ya kan?"
"Benar sekali. Jika ada monster yang datang ke desa memutuskan untuk tinggal di dalam hutan, menyingkirkannya selamanya akan sangat susah. Sekali saja mereka membangun sarang, mereka takkan pernah mau pergi. Meskipun kita mengusir mereka, mereka akan datang kembali setelah beberapa saat."
Karena keseimbangan kekuatang di dalam hutan telah berubah, memantau Hutan - terutama area yang mengelilingi desa - adalah hal yang sangat penting.
"Bagus. kalau begitu, mari kita bergerak! Selesaikan yang ada di sini dan bertemu dengan Ane-san!"
Merespon panggilan Jugem, pasukan goblin serentak berseru setuju.
----
Di dalam Great Forest.
Meskipun mereka sudah berjalan sekitar seratus lima puluh meter ke dalam, suhu udaranya sudah turun beberapa derajat. Ini terjadi hanya karena tidak ada sinar matahari yang menembus sampai ke dalam hutan. Meskipun begitu, di dalam hutan tersebut tidak sepenuhnya gelap gulita, dan Enri masih bisa melihat apa yang terjadi di sekitarnya. Itu seperti berada di dalam ruangan dengan AC yang menyala penuh. Dengan cara seperti ini, Enri dan empat anggota lain dari kelompoknya maju ke dalam hutan.
Saat ini, hutan tersebut didominasi oleh keheningan. Selain dari suara lembut cabang pepohonan yang bergoyang dan suara teriakan dari burung-burung dan hewan liar, tidak ada yang lain. Langkah kaki Enri dan rekan-rekannya bergema keras. Tim lain yang dipimpin oleh Jugem sudah masuk jauh ke dalam, dan mereka tidak lagi terdengar.
Enri dan rekan-rekannya membentuk formasi segitiga secara kasar saat mereka maju ke dalam hutan. Di tengah formasi ada Enri dan Nfirea.
Sangat sulit untuk mempertahankan formasi yang luas di dalam hutan. Biasanya, mereka akan pergi dengan hanya satu baris, namun agar bisa melindungi keduanya, para goblin bersikeras melakukannya seperti ini. Sebagai hasilnya mereka kehilangan kecepatan, namun itu tidak bisa dihindari.
Saat mereka semakin maju ke dalam, Nfirea mulai melihat ke atas dan ke arah utara.
Dia sedang mencari harta karun yang tertidur di dalam hutan yang lebat - tanaman obat-obatan.
Enri bukanlah seorang pemula dalam mengumpulkan tanaman obat. Seorang gadis seusianya akan mengetahui semua hal tentang tanaman obat yang bisa diambil dengan mulut atau dioleskan pada area yang terkena, atau tanaman obat biasa yang digunakan sebagai bahan potion. Namun, di dalam hal ini dia benar-benar kalah dari Nfirea. Bukan hanya karena Nfirea yang sangat akrab dengan tanaman-tanaman obat, dia bahkan tahu yang mana yang berguna sebagai dasar dari senyawa alkimia.
"Ketemu tanaman obat langka?"
Dari seluruh pertanyaan yang ditanyakan Enri, Ini kelihatannya adalah satu pertanyaan yang sudah sangat dia tunggu. Para goblin yang mengelilingi mengambil pose mereka.
Sebuah pose meregangkan dua otot bisep lagi... apa ini tren terbaru atau bagaimana?
Enri yang memiringkan kepalanya tidak menyadari ekspresi jengkel yang samar dari wajah Nfirea.
"Mengapa aku tidak berhenti bilang pada mereka untuk berhenti membuat pose... menyebalkan sekali tidak memiliki keberanian. Kalau begitu, apakah ada lumut coklat di sebelah sana?"
Ternyata, ada lumut coklat yang tumbuh di tempat yang ditunjuk oleh Nfirea.
"Itu adalah Bebeyamokugoke. Campur sedikit tanaman itu dengan potion healing dan itu akan sedikit meningkatkan efeknya."
"Oh, benarkah? Aku kira itu hanya lembaran lumut biasa dan melewatkannya. Tanpa Enfi, aku mungkin akan mengabaikannya sama sekali. Seperti yang kuduga dari Enfi."
"Benar sekali, sekarang Ani-san memang sangat mengagumkan. Apakah lumut itu bernilai mahal?"
"Nilai cukup mahal..ah, tunggu. Jangan diambil. Apa yang diincar oleh Enri dan diriku bahkan bernilai lebih mahal. Jika kita tidak menemukannya, maka kita bisa mengambil yang ini saat kembali."
"Ternyata begitu. Yeah, kami paham. Ngomong-ngomong, bagi Ani-san, hutan ini pasti seperti kotak harta karun, karena sangat mudah mendapatkan kekayaan disini. Ah! Dengan Ani-san aku merasa jauh lebih tenang."
"Hal seperti ini--"
Pose para goblin yang ada di sekeliling berubah.
"Ya, hm, mungkin memang seperti itu. Satu hal yang pasti, orang-orang yang bepergian denganku tidak akan kesulitan. Aku sangat yakin dengan hal itu."
"Mmm. Enfi pasti bisa melakukan itu."
Suasana hati yang canggung mengalir ke dalam hutan yang sedang tidur.
"Kalau begitu, Ane-san, apakah hanya itu?"
"Hm? Kaijali-san, apa maksudmu?"
"Hm? Tidak, aku sebenarnya, bukan apa-apa...ah... setelah dipikir-pikir, ada pertanyaan yang aku lupa tanyakan. Tanaman macam apa yang sedang kamu cari?"
"Apakah kami tidak bilang padamu? Itu adalah tanaman obat yang disebut Enkashi. Lagipula kami akan biarkan Nemu menumbuknya nanti."
"Ah, jadi itu. Aku tahu. Meskipun sudah dijelaskan kepada kami, kami takkan bisa membedakan perbedaannya. Kalau begitu, ayo maju."
Selangkah demi selangkah, mereka semakin masuk jauh ke dalam hutan. Saat mereka semakin masuk ke dalam, hidung mereka mulai gatal karena aroma tebal dari hutan tersebut.
Tidak ada tanda-tanda aktifitas manusia di sini sama sekali. Tenggelam di tempat ini, Nfirea merasa ini adalah sebuah dunia dimana manusia terlihat lemah dan kecil. Lalu, dia membuka mulut untuk bicara.
"Mari kita mulai mencari di sekitar sini. Kami sedang mencari tempat-tempat dengan banyak naungan dan kelembaban... apakah ada sumber air di dekat sini? Tumbuhan obat itu biasanya tumbu di dekatnya. Tidak ada tanda-tanda aktifitas monster disini, untung sekali."
Dengan pengalamannya yang besar sebagai seorang herbalist, jarang sekali Nfirea membuat kesalahan... Para goblin dan Enri mengangguk setuju.
Kelompok itu meletakkan barang bawaannya sehingga beban mereka turun drastis.
"Ahhhh... Ane-san, bisakah kamu bantu Ani-san?"
"Ah, ya, benar sekali. Enfi pasti sangat kerepotan sendirian."
Enri berjalan ke tempat Nfirea meletakkan barang bawaannya dan membantunya bekerja.
"Terima kasih, Enri."
"Tidak masalah Enfi. Meskipun setelah kupikir-pikir, seluruh perlengkapan spesialis ini memang menakjubkan. Kamu punya banyak barang...."
Di luar sudut matanya, Enri bisa melihat para goblin yang mengangguk menandakan sikap 'bagus sekali, bagus sekali'. Meskipun dia terkejut dengan mengapa mereka terlihat begitu senang, dia akhirnya memutuskan prioritasnya yang pertama adalah menyelesaikan pekerjaan.
"Kalau begitu, mari kita mulai pencarian!"
Dengan sebuah seruan "Oh!" untuk menurunkan volume suaranya, mereak mulai. Para goblin mengawasi garis pertahanan, sementara Enri dan Nfirea mulai mengumpulkan tanaman obat.
Meskipun Enri sudah siap dengan pekerjaan yang akan menjadi sulit, mereka beruntung dan segera menemukan tumbuhan Enkaishi. Lembaran yang padat tumbuh dengan lebat di celah-celah batang pepohonan.
"Sebelah sana. Kami menemukan dimana tempat mereka tumbuh dengan cepat. Seperti yang kuduga, memang yang paling baik adalah ketika aku bersama Enfi."
"Tidak, bukan seperti itu. Kita beruntung menemukannya di area yang sepi. Jika ada jejak-jejak monster, bisa gawat."
Bagi dua orang manusia, jumlah tanaman obat yang banyak, memang tidak mirip dengan harta karun itu sendiri, lebih mirip seperti gunung kecil koin. Enri mati-matian melawan hasrat yang terbakar di dalam hatinya. Tempat ini berbahaya, sebaiknya dia menyingkirkan sikap tamaknya dahulu dan terus bekerja menyelesaikannya.
Namun, Enri berlutut, dan mulai mencabuti akar dari tanaman obat dengan hati-hati.
Nilai obat dari Enkaishi ada di akarnya. Tapi tidak bisa begitu saja mencabut akarnya seperti itu. Tumbuhan seperti ini memang sangat keras, dan mereka akan tumbuh lagi selama akarnya tetap ada. Memang sangat disayangkan, tapi menguras gerombolan tanaman obat ini (yang memang sangat menantang dalam menemukannya sejak awal) dengan memanen berlebihan itu seperti membunuh angsa yang mengeluarkan telur emas.
Sebuah aroma kuat memanggang hidungnya saat Enri melakukan pencabutan, namun karena dia terbiasa dengan hal semacam itu, bau tersebut tidak menghalangi pekerjaannya. Dibandingkan dengan rumah Nfirea, bau ini seperti surga.
Dia mencabut tanaman obat tersebut setangkai demi setangkai, menggenggam hasil panennya di bawah ketiak untuk mencegah tanaman itu hancur karena kecelakaan, lalu dengan hati-hati meletakkan ke dalam tas. Jika para goblin datang membantu, mereka akan selesai lebih cepat, tapi mereka terlalu sibuk mengawasi keadaan sekeliling. Enri bukanlah orang yang cukup bodoh untuk membuat mereka meninggalkan tugas jaga mereka hanya untuk membantunya.
Sebagai perbandingan, metode panen Nfirea seperti sebuah puisi yang bergerak. Dia dengan cepat menarik tanaman-tanaman itu dari tanah tanpa henti, dengan cara yang tidak merusak potensi tumbuhan tersebut sebagai obat. Teknik ini bahkan akan membuat kagum beberapa orang sesama proesi dalam hal ini.
Enri tanpa bicara melihat Nfirea, yang sedang menatap tanaman obat itu dengan ekspresi tekun di wajahnya. Wajah yang telah menjadi sangat akrab itu terlihat seperti orang lain di depannya.
...Dia sudah jadi seorang pria sekarang.
"..Ada apa?"
Nfirea tiba-tiba mengangkat kepalanya. Dia pasti telah merasakan pekerjaan Enri yang terhenti.
Meskipun Enri tidak melakukan apapun, Enri masih menundukkan kepalanya karena malu.
"Ah, itu, kurasa Enfi memang menakjubkan..."
"Benarkah? kurasa ini bukan hal yang fantastis. Aku hanya orang amatir dalam hal herbalist. Level seperti ini setara dengan level kursus."
"..Begitukah."
"Kurasa."
Percakapan itu terhenti begitu saja, dan dalam alur waktu yang pelan, stok tanaman obat di dalam tas punggung mereka semakin banyak. Setelah memenuhi lebih banyak dari separuh tas mereka, para goblin merunduk di dekat mereka, seakan sedang mencari tempat untuk bersembunyi.
Melihat wajah Enri yang terkejut, Kaijali memberikan isyarat tangan tanpa suara. Ini adalah keadaan darurat. Enri, yang mengerti, mengarahkan telinganya. Dari kejauhan datang suara tanaman yang sedang diinjak di bawah kaki.
"Ini adalah.."
"Ada sesuatu yang datang. Datang ke arah kita... atau lebih tepatnya, sedang maju dan kelihatannya akan berakhir di sini, jadi kita harus sedikit menyingkir dari sini."
"...kalau begitu, kita tidak akan memerlukan umpan untuk membuat keributan?"
"Benar sekali, Ani-san. Sebaiknya kita tidak menggunakan itu, rasanya keadaan akan bertambah buruk jika kita melakukannya. Ayo bergerak sekarang."
Limat orang itu mulai bergerak menjauh dari arah suara tersebut, bersembunyi di dalam bayangan pohon yang ada di dekat. Mereka tidak pergi lebih jauh karena mereka tidak ingin membuat suara pada tumbuhan yang ada di dekat sana. Jika kelompok lain hanya bergerak maju, tidak perlu mengambil resiko ditemukan seperti itu.
Karena pohon itu tidak seberapa besar, tidak bisa menyembunyikan mereka semua. Yang paling bisa mereka lakukan adalah membungkuk di akarnya dan berharap mereka tidak terlalu kelihatan.
Seperti ini, lima orang itu menahan nafas dan berdoa agar sumber suara itu akan berputar balik. Tapi sayangnya, ini tidak terjadi, dan figur yang membuat suara itu akhirnya datang ke dalam area pandangan Enri.
"Eh?!"
Sedikit rasa terkejut keluar dari mulut Enri.
Itu adalah goblin kecil yang terlihat berantakan.
Tubuhnya dipenuhi dengan luka-luka kecil yang terus berdarah. Nafasnya cepat dan tidak beraturan, dan bau darah dan keringatnya menyebar ke seluruh area.
Meskipun goblin itu mirip dengan manusia, goblin ini termasuk kecil dibandingkan goblin lain. Bagi Enri dan gobli yang memiliki kemampuan observasi yang terlatih, mereka mendapatkan kesimpulan yang sama yaitu "anak-anak".
Goblin yang masih anak-anak itu terlihat sangat ketakutan terhadap arah di belakangnya, yaitu di arah tempat dia datang. Tidak perlu lagi mendengarkan suara tanaman hidup yang terinjak yang mengikuti di belakangnya. Dari keadaannya, mereka adalah pemburu dan mangsa.
Dia menggerakkan kakinya yang kejang dengan penuh ketakutan, berlindung di bawah naungan rerimbunan tanaman yang berbeda dari milik Enri.
"Itu-"
"-Diam."
Gokoh bahkan tidak melihat Enri saat dia menyelanya. Mata itu tak henti-hentinya terpaku pada arah dimana anak itu datang.
Setelah sepuluh detik kemudian, pemburu itu menunjukkan diri.
Itu adalah binatang buas magis yang besar mirip dengan dark wolf (serigala gelap). Alasan mengapa mereka bisa dengan sekejap mengetahui itu bukanlah serigala biasa adalah karena rantai yang mengelilingi tubuhnya. Rantai yang membelit itu tidak menghalangi gerakannya sama sekali, seakan itu hanyalah ilusi. Dan dua tandung muncul dari kepalanya.
Nfirea menggumamkan nama dari binatang buas itu sendiri.
"Barghest..."
Meskipun binatang itu tidak mungkin bisa mendengarnya, barghest itu menyalak seperti anjing. Lalu - wajahnya berubah. Seperti seringai jahat yang tak bisa dibuat oleh binatang buas biasa. Perlahan binatang buas itu melihat sekelilingnya dan matanya terpaku pada pohon dimana goblin kecil tadi tersembunyi.
Seperti binatang buas yang mirip dengannya, barghest tersebut memiliki kemampuan mencari bau darah. Tidak mungkin binatang itu tidak bisa mencium bau darah dari goblin kecil yang berdarah-darah tadi hingga kemari.
Dari situasinya, alasan mengapa goblin itu berhasil sampai disini bukanlah karena dia bisa menahan si barghest. Namun lebih kepada karena barghest tersebut adalah makhluk yang sadis; atau mungkin itu karena dia adalah pemburu yang senang bermain-main dengan makanannya.
Tiba-tiba saja, barghest itu berhenti bergerak, rasa terkejut terlihat di wajahnya, dan mulai menatap ke tempat dimana mereka mengumpulkan tanaman obat tadi.
Ah-
Enri menarik wajahnya kembali. Yang lain cepat-cepat mengikutinya.
Dibalik batang pohon tersebut, Enri membuka tangannya. Kulitnya hijau dan belang-belang karena sisa-sisa tanaman. Di sampingnya, Nfirea juga sama.
Getah dan cairan dari tanaman yang dia ambil...
Ini adalah bau yang sama dengan bau saat Nemu menggiling tanaman obat. Meskipun mereka yang memiliki hidung yang mati rasa (seperti goblin-goblin itu) tidak keberatan, tapi bau yang kuat masih mengambang di udara. Jantung Enri berdebar keras, dan Enri menganggap itu menjengkelkan.
"Barghest itu mulai bergerak.. apakah dia kemari? Belum menyadari keberadaan kita, ya khan?"
Unlai, dengan telinga yang menempel di pohon, memberikan isyarat dengan tangan dalam sekejap.
"...apakah kamu bilang padaku binatang itu tidak bisa menggunakan indera penciumannya?"
"Apa maksudmu Ani-san? Bukankah monster-monster memiliki hidung yang sensitif..?"
"Itu karena bau itu." kata Nfirea saat menjelaskan sendiri.
Titik kuncinya adalah karena memang hidungnya yang sensitif terhadap baulah, aroma yang mengambang di area ini efektif terhadapnya. Barghest itu bingung dengan bau tangan dan tas Enri dengan bau yang ada di area yang sudah dipanen. Bahkan lebih baik, bau itu telah menutupi bau asli mereka.
Mungkin juga barghest itu merusak tanaman obat tersebut untuk membuat goblin anak-anak tadi keluar.
Meskipun bau yang kuat ada dimana-mana, jika mereka tergesa-gesa kabur, udara yang tidak tenang saat mereka kabur mungkin akan menangkap perhatian barghest tersebut.
"Kalau begitu, mari kita gunakan anak-anak itu sebagai korban dan menyelesaikannya. Kita tidak tahu seberapa kuat barghest itu, dan menghadapinya tanpa pengetahuan yang lebih besar terlalu beresiko."
Kalimat yang dingin ini membuat Enri melihat ke wajah Gokoh.
Namun ini adalah kalimat yang logis. Para goblin meletakkan keselamatan Enri sebagai prioritas mereka yang teratas. Dengan berpikiran seperti itu, menghindari pertarungan melawan binatang magis memang bisa diperkirakan. Mereka akan mengorbankan salah satu makhluk jenis mereka sendiri tanpa berpikir panjang.
Kalimat yang dia katakan, dinilai dari tekad mereka, tidak salah sama sekali.
Namun, Enri benci dengan hal semacam itu. Meskipun mereka adalah spesies yang berbeda, tidak membantu seseorang yang bisa kamu bantu adalah hal yang memalukan dirinya sebagai seorang manusia.
Siapa yang tahu, jika dia bukanlah seorang gadis desa yang bodoh yang tak pernah tahu serangan goblin dan kurang awas terhadap bahaya, dia mungkin tidak akan berpikir demikian.
Enri melihat ke yang lainnya. Para goblin tahu apa yang diinginkan Enri. Mereka hanya tidak ingin mengucapkannya. Setelah itu, Enri melihat kembali ke arah Nfirea.
"Enfi..."
"Haa.. Aku akan bantu. Siapa yang tahu, goblin anak-anak itu mungkin akan menjadi sumber informasi yang berharga. Jika kita tidak mencari tahu mengapa dia kabur hingga kemari, itu mungkin akan membuat desa dalam bahaya."
Para goblin mengerutkan dahi mereka.
"Apakah ada peluang kamu kalah?"
"Pastinya. Tapi jika itu memang barghest, kita beruntung. Barghest yang semakin besar memang sangat kuat. Tapi dari rantainya dan ukuran tanduknya, kurasa dia bukan tipe itu. Jika itu hanya barghest, kita pasti bisa menang."
"Tunggu sebentar. Ane-san akan tetap disini, ya kan? Ane-san harusnya menghindari bahaya."
Enri menelan ludah. Dia tahu apa yang dia katakan hanyalah memuaskan egonya semata, dan perkataannya yang bodoh akan membuat bahaya bukan hanya bagi dirinya sendiri tapi bagi orang lain di sekelilingnya. Tapi meskipun begitu, Enri masih membuat mulutnya untuk berbicara.
"...Jika kita mengabaikan seseorang yang bisa kita bantu, itu akan sama buruknya seperti menyiksa diri sendiri. Aku tidak ingin seperti orang-orang itu yang melukai yang lemah. Tolonglah!"
Kaijali, yang telah mengamati ekspresi tulus Enri, menghela nafas kalah. Di waktu yang sama, gonggongan aneh monste ritu terdengar. Mereka bisa mendengar dengan jelas suara dari tawa yang mengejek dari dalamnya. Sebagai balasan muncullah ratapan menyedihkan dari goblin anak-anak itu.
Tidak ada waktu lagi bingung dan berdebat.
"Mau bagaimana lagi. Hajar dia, anak-anak!"
Para goblin itu mengambil inisiatif melompat keluar, diikuti oleh Nfirea.
Enri merasakan luka yang sangat menyakitkan datang dari dalam hatinya saat dia menyaksikan para warrior itu pergi ke medan perang untuk memenuhi permintaannya.
Yang hanya bisa dia lakukan adalah melihat mereka dari belakang.
Lalu, Enri berpikir, setidaknya aku harus tetap disini dan mengamati mereka, tanpa membiarkan diriku kehilangan fokus sedikitpun.
Empat orang yang melompat tadi melihat barghest yang sedang menekan goblin anak-anak di bawah kakinya. Goblin kecil itu mengeluarkan luak bau namun belum mati, karena barghest memiliki kebiasaan bermain-main dengan mangsanya.
Gerakan Barghest terhenti, dan mulai menatap sekelompok orang yang yang telah melompat keluar lalu kepada goblin kecil itu. Mungkin binatang itu ketakutan jika mangsanya telah menuntunnya ke dalam jebakan.
"Hey hey, ayo" kata Unlai, menunjuk diri sendiri dengan ibu jarinya. "Ingin bermain-main? Aku akan main denganmu. Ayolah."
Barghest itu mengerang, penuh kebencian.
Dengan gerakan yang mengalir secara alami, Kaijali menghunuskan belati machete miliknya dari pinggang. Goblin lain mengikutinya serupa.
"Tidak berpikir panjang. Aku akan ajari anjing tua sepertimu ini trik baru. Bagaimana kalau mulai dengan ' pura-pura mati?'"
"Ashaaaa!"
Merespon pancingan goblin-goblin itu, barghest tersebut semakin menekan goblin kecil yang dia injak tadi, dan dia mengeluarkan raungan marah.
Meskipun binatang itu tidak bisa bicara, tindakannya sudah jelas. Sekali saja bergerak akan kubunuh bocah ini. Namun-
"Bagus sekali! Silahkan saja dan bunuh dia!"
Tiga goblin itu mengabaikan pancingan barghest tersebut, melangkah maju dengan meraung sendiri.
Balasan yang tidak terduga ini membuatnya sebuah kebingungan di mata si barghest.
Barghest itu tidak tahu jika goblin-goblin tersebut muncul dengan niat menyelamat goblin anak-anak. Mereka kemari hanya karena keinginan Enri, dan sikap mereka adalah "Selama kami mencoba menyelamatkannya, itu sudah cukup."
Karena mereka sudah muncul untuk bertarung, jika mereka tidak membunuh barghest itu, Enri yang sangat berharga bagi mereka mungkin akan terluka. Karena hal itu, mereka harus menghabisi barghest tersebut selamanya. Jadi jika goblin kecil itu terbunuh, jika itu membuat tindakan pertama lawan mereka terbuang sia-sia dan membuat mereka bisa mendapatkan tindakan inisiatif, maka para goblin itu akan dengan senang hati membiarkan bocah itu tewas.
Melihat sendiri wajahnya yang terpantul pada belati dari tiga machete, barghest tersebut mengerti jika goblin kecil itu tidak bisa digunakan sebagai sandera melawan mereka dan berhenti bergerak. Barghest itu bingung apakah dia harus membunuh bocah itu atau hanya menekannya.
Menghabisi nyawa adalah hal yang mudah. Goblin kecil itu pasti akan habis dengan sekali gigitan. Namun, jika barghest itu melakukannya, tidak usah ditanyakan lagi dia pasti akan diterjang hingga berkeping-keping oleh senjata lawan.
Ancaman terhadap nyawanya membuat barghest itu mengambil keputusan.
Mengabaikan goblin cilik itu, barghest melompat ke arah para goblin untuk menemui serangan mereka.
Seekor barghest yang lebih berat dari seorang goblin. Barghest itu berharap untuk menekan lawannya di bawah tubuhnya dan menghabisi mereka dengan mengoyak tenggorokan mereka dengan cakarnya.
Namun, ini adalah pilihan yang salah.
Goblin yang disasar dengan mudah berputar menghindari dari percobaan serangan, dan di waktu yang sama dua goblin lain di kiri dan kanan menebas barghest tersebut dengan belati mereka.
Satu belati dipentalkan oleh rantai barghest itu, tapi belati lain mengoyak tubuhnya, mengirimkan darah itu kemana-mana.
Di waktu yang sama, sebuah botol kecil yang dilemparkan pecah setelah menabrak ujung hidung barghest tersebut.
"Shaaaa!"
Racun yang busuk sekarang mengurung mata dan hidung barghest itu menarik raungan merintih dari barghest tersebut.
Dan di dalam momen itu, tiga buat luka yang mengejutkan mengalir di seluruh tubuhnya.
Binatang itu bisa merasa sedang dalam bahaya dari aliran darah itu sendiri. Barghest itu menangis, pandangannya bergetar dan kabur, dan bergerak. Targetnya adalah orang yang telah melemparkan botol itu - seorang manusia.
Namun, Barghest itu hanya mengambil beberapa langkah ketika kakinya terperangkap ke dalam sesuatu yang ada di bawah dan tidak bisa bergerak.
Melihat ke bawah, dia melihat tanah yang ditutupi oleh cairan yang mirip dengan lem yang aneh. Cairan aneh itu tidak diserap oleh tanah.
"Lem itu tidak akan bertahan lama! Habisi dalam sekali serang!"
Merespon suara manusia itu, para goblin berteriak penuh semangat bertarung dan menyerang. Sebagai tambahan, manusia itu melepaskan sebuah mantra yang kuat dari arahnya.
"SHAAAAAAAA!!!"
Barghest tersebut telah menghabiskan seluruh kekuatannya untuk mencoba menarik kakinya dari tanah. Meskipun gerakannya menjadi pelan karena kakinya masih dibungkus oleh perekat dan kotoran, dia masih mampu melawan.
Melihat goblin yang semakin mendekat untuk membunuhnya lagi, barghest tersebut menggunakan kecerdasannya yang unggul (dibandingkan dengan binatang buas biasa) untuk menerima kenyataan bahwa "goblin ini adalah lawan yang kuat."
Dia mengakui jika ini berbeda dengan goblin biasa dalah satu hal yang krusial - mereka adalah lawan yang bisa membunuhnya.
Barghest tersebut mengetahui tiga metode serangan. Menanduk, menusuk lawannya dengan tanduk. Menggigit, merobohkan lawannya dengan menggaruknya dengan cakarnya. Tidak seperti barghest yang lebih kuat, dia tidak memiliki kemampuan khusus. Namun sebenarnya, dia mempunyai kartu as.
Taktik ini akan mengabaikan pertahanan sama sekali, dan jika dia gagal, sudah pasti tewas. Tapi sekarang bukanlah saatnya mengkhawatirkan menahan diri. Dia harus memanfaatkan dengan sepenuhnya apa yang bisa dianggap sebagai detik-detik terakhir dari hidupnya.
Barghest tersebut meraung dengan liar, menatap goblin-goblin yang menyerang maju.
"[Reinforce Armor]!"
Mantra itu datang dari belakang, dirapalkan oleh manusia tadi, membuat armor goblin tersebut bersinar dengan cerah. Barghest tersebut panik, menduga bahwa itu semacam mantra untuk menguatkan, tapi goblin-goblin di depannya itu hanya menyeraingai.
Mungkin itu membuat mereka ceroboh, tapi dengan armor yang diperkuat, goblin-goblin itu maju bersatu. Mungkin bisa disebut sebagai gerakan yang bodoh, tapi bisa juga disebut itu adalah langkah yang berani untuk segera mengakhir apa yang disebut sebagai pertempuran yang lama.
Itulah yang seharusnya terjadi - jika barghest tersebut tidak menduga mereka melakukan ini.
Jika seekor barghest bisa merubah mimik wajahnya semudah manusia, dia pasti akan tersenyum sendiri.
Rantai di tubuhnya membuat suara seperti seekor ular. Lalu, rantai-rantai yang mengikat barghest itu tiba-tiba menjadi hidup.
Belenggu yang tebal dan kasar mulai berputar dengan tenaga yang luar biasa.
Kemampuan khusus 'Chain Cyclone' akan membuat para goblin terluka parah, jika tidak langsung membunuh mereka.
Barghest tersebut sudah habis-habisan. Ini adalah gerakan besar yang hanya bisa digunakan sekali sehari, dan setelah rantai itu digunakan maka tidak akan bisa digunakan lagi sebagai armor setidaknya sepuluh detik. Resikonya sangat tinggi.
Serangan yang tak terduga itu membuat penghindaran para goblin telat satu detik. Ini adalah kesalahan yang fatal. Namun-
"Merunduk!"
Sebuah perintah menggelegar menembus udara sebelum rantai itu datang.
Barghest yang telah mempertaruhkan segalanya pada serangan ini melihat ke arah manusia lain, yang berteriak, dan matanya melebar.
Para goblin yang seharusnya telat dalam menghindarinya dengan gesit jatuh ke tanah, seakan suara itu telah menyuntikkan vitalitas dalam dosis baru kepada mereka.
Barghest tersebut menatap komandan yang berdiri di belakang magic caster.
Lalu, kaki depan barghest tersebut dan satu kaki depannya putus dari badannya. Barghest tersebut meraung kesakitan. Dia mencoba menarik kembali rantainya, memamerkan taringnya, mengancam, namun para goblin tak sedikitpun ketakutan.
"Ani-san, tidak perlu dukungan magic. Untuk keamanan, pasang saja alarm di sekitar tempat ini."
Barghest yang sudah tahu sudah kalah, berusaha mati-matian untuk kabur.
Tubuhnya yang biasanya lentur sekarang menjadi beban dan lambat. Itu adalah hal yang wajar mempertimbangkan tiga kakinya sekarang yang sudah buntung. Meskipun begitu, barghest tersebut ingin kabu dengan seluruh tenaganya.
namun para goblin berpikir sebaliknya.
Darah yang lengket menyelimuti rumput di sekeliling dan bau besi tenggelam ke dalam aroma tanaman.
Goblin-goblin itu melihat ke arah goblin anak-anak dari tempat mereka berdiri, darah mengotori belati di tangannya, cipratan darah setinggi lutut dan organ dalam bertebaran dari mayat si barghest.
Bocah itu terluka berat dan sudah kehilangan kekuatannya untuk lari, tapi dia masih memaksa tubuh bagian atasnya bersandar ke pohon.
"Hey, siapa kalian? Dari suku mana asal kalian?"
Goblin-goblin saling melihat satu sama lain, bingung bagaimana merespon pertanyaan dari seorang anak yang separuh ketakutan dan separuh curiga.
Pada masing-masing mata itu, mereka mendiskusikan strategi untuk sikap macam apa yang paling menguntungkan dan informasi macam apa yang seharusnya mereka buka tanpa suara, namun Enri merasa baha ada masalah yang lebih mendesak dari itu.
"Kita harus merawat lukanya dahulu. Apa yang bisa kita lakukan, Enfi?"
Bocah itu terluka sangat berat dan dia sudah kehilangan banyak darah. Jika dibiarkan, dia pasti akan mati. Meskipun Enri tidak tahu bagaimana menolongnya, dia berharap teman sejak kecilnya akan tahu apa yang harus dilakuakn.
"Hal terbaik yang bisa dilakukan oleh tanaman obat biasa adalah menghentikan pendarahan, itu tidak akan membantu kehilangan darah. Namun..."
Nfirea mulai mengaduk-aduk ke dalam kantungnya.
" Ini ada potion healing yang baru diciptakan. Aku ingin menyerahkannya kepada Gown-san, tapi... bisakah kamu menunjukkan lukamu padaku?"
Nfirea berjalan ke depan, menarik botol kecil potion itu dari jubahnya.
"Tu-Tunggu, apa cairan yang kelihatannya berbahaya ini? Apakah itu racun?"
Rasa permusuhan berkelebat di wajah bocah yang ketakutan itu saat dia melihat potion berwarna ungu. Dari sudut pandang Enri - mungkin bahkan dari sudut pandang Nfirea - ini adalah reaksi yang biasa. Potion itu sangat terlihat mirip dengan racun baginya sehingga wajar berhati-hati. Namun, goblin-goblin sangat marah dengan perkataan bocah itu, dan mereka langsung menatap lebih dekat kepadanya.
"-Oi, bocah. Ane-san adalah yang memutuskan untuk menyelamatkanmu, beserta Ani-san. Kamu sebaiknya menjaga ucapanmu terhadap orang-orang yang sudah membantumu. Itu demi kebaikanmu juga, mengerti?"
Bocah itu menoleh ke arah belati yang dihunuskan di depannya. meskipun dia hanya seorang anak kecil, dia masih tahu itu adalah ide yang buruk membuat marah goblin-goblin di depannya. Dia terlihat menunduk, seperti sebuah boneka yang putus dari talinya.
Enri merasa bahwa akan lebih baik jika mereka tidak mengintimidasi anak kecil itu, tapi dia tahu goblin-goblin memiliki peraturan sendiri yang harus mereka patuhi. Tidak baik baginya untuk ikut campur dengan kepekaan manusiawinya.
"A-Aku minta maaf."
"Ah, tidak apa, jangan khawatir."
Saat dia menjawab, Nfirea membubuhkan potion tersebut di tubuh anak kecil itu. Luka-luka tersebut terlihat menutup.
"Uuuooooh! Apa ini? warnanya memang menjijikkan tapi menakjubkan!"
Bocah itu merasakan tatapan dari goblin yang mengelilinginya dan gemetar.
"Ah... tidak, aku, ah, te-terima ka-kasih ba-banyak..."
"Oh, kelihatannya gova ini punya sopan santun juga."
"Bagus sekali. Dengan begini, aku bisa bilang kepada Gown-san jika percobaannya selesai tanpa celah."
Nfirea melihat sekeliling, mencari persetujuan. Enri dan para goblin, yang paham artinya, mengangguk kepadanya.
Potion yang Nfirea buat dari bahan-bahan yang disediakan oleh magic caster hebat Ainz Ooal Gown, yang telah menyelamatkan desa Carne. Bukan hanya tidak perlu menghabiskan uang untuk biaya penelitian, tapi dia bahkan menyediakan seluruh bahan yang dibutuhkan. Dengan pemikiran seperti itu, arti dan nilai dari potion yang dia ciptakan sudah jelas sekali.
Fakta bahwa Nfirea memutuskan untuk menggunakannya sendiri adalah masalah besar, tapi mungkin dia bisa menyampaikannya sebagai evaluasi praktek dari efek potion itu.
Jika aku menjelaskannya kepada Gown-san setelah tahu kenyataannya, dia mungkin akan memperbolehkannya... lagipula percobaan adalah prinsip fundamental dari farmasist.
"Kamu, kamu menggunakanya sebagai kelinci percobaan!"
Tak mampu membaca suasana, bocah itu terperangah karena terkejut, sementara Enri dan Nfirea meringis membalasnya. Sebuah reaksi seperti ini adalah hal yang wajar dari seseorang yang tidak tahu detil penuh dari situasinya.
Meskipun dua orang itu setidaknya berhasil tersenyum dalam menyikapinya, orang lain yang hadir disana tidaklah sepemaaf itu. Goblin-goblin yang hadir tidak bisa membendung kemarahan mereka, dan meludahkan ucapan seperti, "bajingan cilik itu!" dan seterusnya.
Enri menggenggam tangannya untuk mencoba menenangkan mereka. Reaksi ini memang wajar bagi bocah yang tak tahu apa-apa, dan karena dia seorang anak-anak, bereaksi berlebihan tidak akan membuatnya tenang.
"Yah, jika Ane-san berkata demikian.. lagipula, kita seharusnya segera bergerak. Siapa yang tahu monster lain apa yang akan tertarik oleh bau darah."
"Dan, meskipun kita menang... Ane-san. Tolong jangan melakukan hal seperti ini lagi, okay? Tugas kami adalah melindungimu."
"Berantakan sekali. Tetap saja, mendengar suara Enri seperti itu benar-benar membuatku takut."
"...Yah, itu karena suara itu kita baik-baik saja - oi, bocah, kamu sebaiknya tidak kabur. Kami punya banyak pertanyaan untukmu dan jika kamu tidak ingin pulang dalam keadaan berkeping-keping sebaiknya kamu jawab dengan jujur."
"Unlai-san..."
"-Ane-san, ini demi desa juga... kemarilah, bocah."
Bocah itu bangun, perlahan dan tertatih-tatih. Lukanya suda sembuh, jadi seharusnya tidak menghalangi gerakannya, tapi sifat keras kepalanya membuat gerakannya pelan.
Gokoh, yang belatinya berlumuran darah, meludah ke tanah.
Enri menoleh ke arah Nfirea untuk meminta bantuan. Namun, dia tanpa suara menggelengkan kepalanya. Saat dia memalingkan muka untuk melihat ke arah goblin, dia melihat ada sebuah tekad sekuat baja di mata mereka, dan dengan itu, setuju tanpa suara dengan tindakan rekan mereka.
"..Ane-san, jangan khawatir, aku tidak akan membunuhnya. Aku hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan tentang apa yang terjadi. Disamping itu, bukankah dia bisa mati jika kita biarkan dia disini?"
Kelihatannya pertanyaan tersebut lebih banyak diarahkan kepada goblin kecil itu daripada Enri sendiri. Dia kelihatannya paham, lalu perlawanan di hatinya seketika menjadi padam.
"Aku mengerti... Aku tidak akan lari..."
"Bagus sekali. Kalau begitu kita sebaiknya bergerak. Bocah, bisakah kamu memastikan jika hanya ada satu barghest?"
"...Aku tak bisa. Selain mereka, ada beberapa ogre juga. Aku tidak tahu jika salah satunya mengejarku. Dan aku bukan bocah, Namaku Agu, anak keempat dari Ah, kepala dari suku Gigu."
"Agu-kun, hm."
"Kukira 'bocah' sudah cukup baginya..."
"Kita akan diskusikan itu nanti. Kelihatannya itu bukan hal yang cukup penting untuk diperdebatkan sekarang. Karena Agu ingin kita menggunakan namanya, mungkin sebaiknya kita melakukannya, agar bisa membangung rasa percaya diantara kita?"
"Ani-san benar-benar dewasa. Kalau begitu mari kita kumpulkan barang-barang kita dan pergi."
Sesuai dengan ucapan Kaijali, kelompok tersebut pergi tanpa suara sambil memperhatikan sekitar mereka dengan waspada. Suasana yang berat di sekitar mereka hampir terlihat oleh mata telanjang.
Meskipun Enri ingin mencerahkan suasana hati dengan percakapan, hutan bukanlah tempat bagi manusia. Dia tidak bisa bertindak gegabah disini, terutama mempertimbangkan kemungkinan adanya para pemburu yang mengejar mereka.
----
Tekanan yang telah memenuhi tubuh mereka kelihatannya seakan telah mencari saat mereka menapakkan kaki keluar dari hutan yang gelap dan penuh bayang-bayang, lalu digantikan oleh perasaan lembut dan tenang. Saat itu, mereka merasa bahwa mereka akhirnya kembali ke dunia dimana mereka terbiasa.
Nfirea, yang berjalan di samping Enri, menghela nafas lega dengan sebuah "Uwah~"
Gerakan para goblin sudah tidak lagi ada tekanan, namun ekspresi Agu masih terlihat kaku. Dia kelihatannya bingung dengan sinar matahari dan padang yang luas, dan itu diperlihatkan di wajahnya. Dia memang sudah lama berada dalam bayang-bayang hutan di tempat dia tumbuh besar.
"Disana, desa itu ada disana."
Wajah Agu mengkerut saat dia mengikuti jari yang ditunjuk oleh Enri di kejauhan.
"Apa? Tembok itu? Rasanya... rasanya seperti Monumen Kehancuran."
"Monumen Kehancuran?"
"Benar sekali. Itu adalah tempat baru yang menakutkan di dalam Hutan. Siapapun yang pergi mendekatinya akan binasa. Mereka bilang ada undead disana juga."
"Kamu bilang siapapun yang mendekatinya akan mati, tapi kamu kelihatannya tahu banyak tentang itu."
"...Ketika Monumen Kehancuran masih dalam pembangunan, para pemberani dari suku kami pergi kesana dan melihat monster-monster tengkorak yang membangunnya."
"Apakah kamu tentang hal ini?"
"Tidak, maafkan aku, tapi ini juga hal baru bagi kami. Jika kita pergi terlalu dalam ke dalam hutan mungkin kita akan bertemu musuh yang bahkan bos kami takkan bisa kalahkan. Jadi kami tidak pergi terlalu jauh."
"...Hey, dari suku mana kalian bertiga berasal? Kalian lebih kuat dari goblin manapun yang pernah aku temui, jadi dari mana-"
Agu mencuri pandang kepada Enri, lalu menggumamkan sesuatu tentang 'Biasanya Manusia adalah...' sendirian.
"Apakah kalian melayani manusia?"
"Apakah itu aneh? Bukankah hal yang biasa bekerja untuk seseorang yang kuat?"
"Tapi orang yang kuat... tidak, maksudku, aku pernah dengar jika manusia adalah sebuah ras yang memiliki anggota yang kuat dan lemah.. tapi kamu seorang wanita, ya kan? Dan yang rambutnya menutupi wajahnya adalah pria, ya kan?"
Enri mendapatakn sebuah jawaban yang bisa dia terima dari Nfirea, yang sedang bergumam di sampingnya.
"Enri, kurasa bocah ini tak pernah melihat manusia sebelumnya. Setidaknya, dia tahu apa yang dibilang oleh teman goblinnya. Dan juga... apakah sulit sekali bagi goblin untuk membedakan kami?"
"Yah, pakaian kita.. memang berbeda..."
"Seperti yang kubilang, dia tidak tahu hal-hal semacam itu. Bukankah seluruh goblin memakai hal yang sama? Tentu saja, suatu ketika ada goblin yang memiliki peradaban dengan sebuah negara mereka sendiri, tapi dia bukan salah satu dari mereka."
Enri mengerti, namun saat dia memikirkan tentang hal itu, dia menyadari dia tidak menjawab pertanyaan dari Agus.
"Benar sekali, aku seorang wanita."
"Jadi apakah kamu seorang magic caster?"
"Tidak, ada yang salah?"
Sebuah ekspresi seperti kebingungan mendalam muncul di wajah Agu.
"Akulah magic caster. Seorang magic caster arcane."
"...Kalian berdua suami istri, ya kan?"
"Ehhhh?!"
Dua orang itu berseru berbarengan.
"Tidak, maksudku, di dalam beberapa ras, istri bisa menggunakan kekuatan dan kekuasaan dari suami mereka.. apakah bukan seperti itu?"
"Tidak, tidak, sama sekali bukan seperti itu!"
Goblin yang ada di sekitar kelihatannya ingin mengatakan sesuatu merespon penolakan kuat dari Enri, tapi semua yang terlihat dari mereka hanyalah menggoyangkan bahu mereka tanpa suara.
"Kalau begitu... apa yang terjadi? Bagaimana bisa wanita itu adalah yang terkuat?"
"Kami memanggilmu bocah karena kamu tidak mengerti kenapa. Kekuatan dari Ane-san bukanlah sesuatu yang bisa dilihat oleh mata."
Enri ingin menyangkal itu, namun mata Agu yang jujur melihat ke arahnya dengan tekanan yang kuat sehingga membuatnya tidak bisa berbicara. Ketika Enri sedang bingung, Kaijali bertanya sesuatu.
"Kalau begitu, ada pertanyaan untukmu. Mengapa kamu dikejar-kejar oleh mereka? Apa yang terjadi?"
"Ini-"
"...Bagaimana, bisakah ini menunggu hingga kita tiba di desa?"
Dan yang menjawab tawaran Enri dengan, 'Benar sekali~ itu adalah ide yang lebih baik, -su.'
- Seorang wanita yang tak pernah bersama mereka selama ini.
Semuanya berseru terkejut, lalu melihat ke arah sumber suara.
Apa yang mereka lihat adalah seorang wanita cantik yang mencengangkan. Dia adalah seorang wanita dnegan dua kepang dan kulit coklat. Dia berpakaian dalam pakaian yang dia sebut sebagai pelayan, dan dia membawa sebua senjata yang kelihatannya aneh di punggungnya.
Dia adalah individu yang terlihat mencurigakan, dan di waktu yang sama seorang yang sudah akrab.
Lupusregina Beta.
Dia adalah seorang pelayan yang melayani Ainz Ooal Gown, penyelamat desa Carne, dan dia bertanggung jawab mengirimkan item-item alkimia dan peralatan kepada Bareare dan juga memerintah golem-golem batu. Sikapnya yang periang dan ceria membuatnya sangat terkenal di kalangan penduduk desa.
Namun, dia memiliki kebiasaan muncul secara tiba-tiba entah darimana seperti yang barusan. Para penduduk percaya bahwa itu adalah hal yang wajar bagi seorang pelayan yang melayani magic caster hebat juga memiliki magic sendiri, dan Enri juga memiliki pendapat yang sama. Meskipun begitu, muncul tiba-tiba seperti itu masih sangat menakutkan.
"Lupu-san, da-darimana kamu...?"
"Yang benar saja, masa baru sekarang, En-chan, aku sudah mengikuti kalian dari belakang sejak awal ~su. Aneh, apakah kalian tidak menyadari? Kukira semuanya mengabaikanku karena aku tak bisa dirasakan~su"
"Eh? Ehhhh?"
Meskipun dia terdengar seperti bercanda, nadanya sangat serius. Enri melihat sekeliling untuk meminta bantuan dari yang lainnya.
"Kalau begitu - Lupu-nee, bisakah kamu berhenti main-main?"
"Uwaaaa~ orang-orang mengira aku seorang pelawak~su. Kalian, tolong ingat ini~ ahh, lagipula aku hanya bercanda~su. Tak usah diperdulikan, tak usah~su."
Keheningan berlanjut, hingga seseorang menghela nafas lelah dengan "Haaaa"
"Yah, kelihatannya tidak ada masalah dengan itu. Jadi siapa goblin cilik ini?... Jangan, jangan-jangan!"
Enri merasa para goblin yang diantara dia dan Lupusregina bertukar tampang jengkel.
"Fufu - Enfi-chan, kamu disaingi oleh seorang goblin? Fufufu."
Sementara semua mata menjadi sayu dan tak bernyawa, Lupusregina menertawakannya.
"Kalau begitu apa ini~su. Sebuah cinta murni seorang bocah, diinjak seperti itu~su. Ah, kacau sekali~su! Fuha!... Baiklah, sudah cukup bercandanya, apa yang sebenarnya terjadi?"
Tubuh Agu bergetar keras, seakan dia sedang melihat semacam monster.
Meskipun Enri bisa mengerti kenapa. Ekspresi ceria dari Lupusregina berubah tanpa henti, seperti orang yang berperasaan halus sedang dalam stres. Saat senyum tersebut berubah, menunjukkan wajah sebenarnya yang ada di dalam dari seorang Lupusregina, yang mana memang menakutkan jika dibandingkan dengan ekspresinya yang sebelumnya.
"Aw, jangan khawatir, aku tidak akan memakanmu~su. Tidak apa~su. Ayolah, katakan kepada kakak semua tentang itu~su."
"Lupu-nee. Kita seharusnya bicara tentang ini nanti saja. Bukankah kamu setuju dengan itu?"
"Oya? Hm, aku pasti ingat pernah berkata demikian~su"
"..."
"...Ah! Aku harap Beta-san bisa menyerahkan potion ini kepada Gown-sama. Ini baru dikembangkan, tapi efeknya sudah dites dan dibuktikan."
"..Oh? Enfi-chan akhirnya berhasil?"
"Benar sekali. Sayangnya, masih belum benar-benar merah, tapi kurasa kami sudah membuat progress yang signifikan."
"-Wah, bagus sekali. Aku yakin Ainz-sama akan sangat senang mendengarnya."
Dengan itu, sikap Lupusregina kelihatannya menjadi orang biasa, dan bukan gadis yang ceria dan tidak tetap seperti sebelumnya. Namun, ekspresi itu hanya bertahan sesaat. Selanjutnya, dia kembali kepada dirinya semula.
"Ahhh, benar-benar menyenangkan sekali, aku mengambil hari yang baik untuk berkunjung~su. Dan juga, tidak perlu memanggilku Beta. Lupusregina tidak apa ~su. Hanya untukmu~"
Dengan Lupusregina (yang kelihatannya) bersemangat tinggi di belakang, mereka masuk ke dalam gerbang desa.
Para penduduk tidak berkata apapun ketika mereka melihat goblin cilik yang asing. Bisa dikatakan mereka tidak gugup, tapi juga bisa dikatakan mereka percaya kepada Enri. Dia mungkin menjadi semacam keluarga bagi para goblin yang melindungi desa.
Mereka berjalan melalui desa dan melewati rumah Enri. Tujuan mereka adalah rumah goblin.
"Permisi sebentar. Aku akan memanggil Brita-san kemari untuk mendengarkan apa yang akan Agu katakan."
"Kedengarannya bagus, Ani-san. Dia masuk ke dalam hutam sambil berlatih menjadi seorang ranger, jadi mungkin lebih baik jika dia mendengar bocah ini.. Jadi apa yang harus kita lakukan, Ane-san?"
"Eh? Aku?"
Enri sedikit panik, tidak diduga namanya akan dipanggil ketika bercakap-cakap. Tanpa alasan tertetu menolaknya, dia hanya menganggukkan kepalanya.
"Mm. Kalau begitu, memang tidak banyak tapi mungkin lebih baik, namun aku harap dia mendengarkan apa yang akan dia katakan. Sampai nanti, Enfi."
Dengan sebuah 'aku mengerti', Nfirea meninggalkan kelompok itu.
"Meskipun menunggu disini tidak apa.. mungkin aku harus membuat minuman."
"Bagus sekali ~su! Aku haus~"
"..Lupu-nee, bukankah kamu seorang pelayan? Itu artinya kamu tahu bagaimana membuat minuman yang enak, ya kan?"
"Welp, aku adalah pelayan dari Ainz-sama, dan Supreme Being yang lain, jadiiiii... aku tidak ingin bekerja untuk orang lain ~su. Aku hanya ingin bermalas-malasan su~. Mari kita tidak bicara tentang pekerjaan dan yang lainnya."
"Begitukah...yah, sayang sekali."
Meskipun percakapan Unlai dan Lupusregina kelihatannya normal, Enri masih bisa merasakan sebuah hawa dingin yang mengalir di dirinya.
Saat mereka berjalan dan bicara, mereka tiba di rumah goblin.
Ini adalah sebuah tempat dengan halaman yang luas dimana kamu bisa mengembangbiakkan dan membiarkan serigala berlarian, mampu memberikan tempat teduh bagi hampir dua puluh orang. Itu adalah bangunan yang besar dimana mereka bisa berlatih dan merawat senjata mereka.
Para goblin membuka intu, dan memimpin jalan bagi Enri dan Lupusregina.
"Fueeeeeee- Aku tidak tahu jika ada tempat seperti ini~"
"Hmmmm? Lupusregina-san, kamu tidak masuk?"
"Yup yup~ Tidak bisa masuk tanpa undangan. Yah, hanya masalah etika, bukan berarti aku benar-benar tidak bisa masuk. Kurasa satu-satunya orang lain dengan legenda yang aneh seperti itu hanya 'si dada rata-san'~"
"Dada rata-san...?"
"Benar sekali, En-chan. Itu adalah nama dari kencantikan yang tragis. Yah, kelihatannya bukan benar-benar tidak bisa masuk. Legenda, cerita rakyat dan mitos - Weeeeelll, mari kita bicara tentang hal itu lagi~ Kita disini untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh goblin ini, benar kan?"
"Ah, ya. Kalau begitu, minuman..ehm, bagaimana kalau jus herbal dan jus buah? Ada teh rumput hitam dan air Hyueri..."
Agu dan Lupusregina benar-benar terlihat bingung dengan pertanyaan Unlai, jadi Enri menjelaskan kepada mereka.
"Hyueri adalah buah jeruk, kamu bisa memotongnya dan mencampurkannya ke dalam air dan rasanya benar-benar jernih dan enak. Teh rumput hitam sedikit pahit."
"Aku ingin air Hyueri kalau begitu."
"Jus Hyueri juga untukku~"
"Aku mengerti. Bagaimana dengan Ane-san?"
"Kurasa aku juga air Hyueri. Dan... bagaimana dengan cuci tangan? Meskipun hidung kita sudah terbiasa dengannya..."
"Ah, itu seharusnya tidak apa. Oi, bocah- maksudku, Agu, kemarilah juga. Kamu harus membersihkan diri. Dan bro, maaf tentang ini, tapi maukah kamu meletakkan senjata kita yang kotor di tempat lain?"
"Apakah tidak apa?"
"Tentu saja. Kelihatannya dia tidak bisa melakukan apapun. Peraturan kami disini sangat sederhana."
"Jika itu masalahnya.... ayo pergi."
Kaijali meninggalkan ruangan itu dengan tiga set senjata.
"Agu, cepatlah kemari."
"Mengapa aku harus membersihkan diri? Apakah itu akan membuatku cantik?"
Enri menyadari jika tangan Agu sangat kotor; sama sekali tidak memiliki arti bersih.
"Pendapatmu tidak relevan. Ini adalah pemilik rumah yang bilang padamu untuk membersihkan diri. Atau apakah kamu ingin mengatakan kamu menolak pemilik dari rumahnya sendiri?"
Agu menggelembungkan pipinya, dan berusaha menuju sisi Enri.
Enri menuangkan air dari tangki besar ke dalam ember. Setelah mempersiapkan empat set, dia mencelupkan tangannya ke dalam air yang tidak diduga dingin dan mulai membersihkannya. Warna hijau di tangannya mencair seperti salju di sinar matahari. Saat dia selesai, dia meletakkan tangannya ke depan wajah. Baunya sudah hilang.
Enri melihat di sekelilingnya. Gokoh dan Unlai juga membasuh tangan mereka, dan air itu berubah menjadi merah oleh darah barghest.
Selanjutnya, dia melihat ke arah Agu, tapi apa yang dia lihat membuatnya terbengong.
Bahkan seorang anak-anak akan tahu cara membersihkan diri yang lebih baik dari ini. Dia mencelupkan tangannya ke dalam air, menggoyang-goyangkannya sedikit, dan selesai. Dia bahkan tidak mengeringkannya.
Meskipun Enri sudah membasuh bau tanaman dari tangannya, Agus masih penuh bau dedaunan. Bagi goblin hutan, bau seperti ini adalah bentuk dari pertahanan diri terhadap binatang buas dengan indera penciuman yang tajam. Oleh karena itu, mereka mungkin takkan pernah bisa memiliki kebiasaan membersihkan diri secara menyeluruh.
Meskipun begitu-
"Kamu melakukannya seperti ini."
Agu membuat wajah jengkel saat Enri mengajarinya. Namun, dia memikirkan posisinya sendiri dan apa yang dikatakan oleh goblin lain sebelumnya dan menahan diri, dia mulai membersihkan diri secara menyeluruh sendiri.
"Benar sekali, kamu melakukannya dengan baik..."
"Hey, setelah ini, gunakan ini untuk mengusap tubuhmu. Pastikan kamu membersihkan seluruh darah."
Agu tidak terlihat senang dengan itu, tapi dia masih membersihkan dirinya dengan handuk yang basah.
"jadi kita buang air yang kotor itu keluar?"
"Yeah, seperti itu. Ane-san, silahkan duduk. Kita akan menangani sisanya."
Dengan itu, Enri menuju ke meja terdekat. Meja itu sudah dikelilingi oleh kursi-kursi karena banyak sekali goblin yang tinggal disini. Saat dia memilih tempat untuk duduk, tiba-tiba dia menyadari seberapa lelahnya dirinya. Lengan dan kakinya seperti batang kayu, dan kepalanya sangat berat.
Meskipun sebagian alasan adalah mengumpulkan tanaman obat, apa yang benar-benar membuatnya lelah adalah pertempuran melawan barghest.
Yang hanya kulakukan hanya mengamati...Enfi dan para goblin sedang bertarung, tapi mereka masih bisa seaktif ini.... kelihatannya aku takkan pernah bisa menjadi seorang warrior...atau lebih tepatnya, Enfi sudah menjadi benar-benar kuat...
Meskipun dia tahu jika teman sejak kecilnya bisa menggunakan magic, dia tidak menduga jika magic bisa sangat kuat.
Dia menakjubkan.
Saat dia tiba-tiba mengingat teman sejak kecilnya, Hati Enri membengkak karena emosi yang tidak bisa dia ungkapkan dalam kata-kata. Kelihatannya memang mengejutkan, tapi sekali lagi seluruhnya benar-benar terlihat berbeda.
Sebuah suara yang jernih membawah Enri kembali sadar, dan matanya jatuh ke cangkir keramik di meja. Cangkir-cangkir itu dipenuhi oleh cairan transparan yang mengeluarkan aroma jeruk, dan Enri memutuskan untuk minum langsung dari sebuah cangkir.
Rasa yang dingin, manis dan asam membasuh seluruh tubuhnya, dan dia merasa seperti dipenuhi dengan energi. Agu duduk di sampingnya, dan dia meneguk miliknya dalam sekali teguk dan langsung minta lagi.
Namun, Lupusregina tidak menyentuh miliknya.
Setelah dipikir-pikir, aku tidak pernah melihat Lupusregina makan atau minum.
"..Hm? Ada yang aneh? Kamu berkali-kali mencuri pandang tadi. Apakah kamu jatuh cinta padaku? Ahhh, membingungkan~ wah, mengejutkan, tidak kukira En-chan adalah seorang lesbian~su. Kelihatannya aku harus membuat semua orang tahu~su"
"Apa- tidak! Bukan seperti itu!"
"Wahahaha~ cuma bercanda. Aku tahu En-chan menyukai laki-laki."
Sambil memikirkan bagaimana membalasnya, mata Enri mengecil menjadi satu garis lurus.
"Meskipun, agak lambat... hm? Kelihatannya mereka sudah tiba."
Enri menoleh ke arah pintu, tapi dia merasa tidak ada orang di luar.
"Benarkah? Tapi aku tidak mendengar apapun."
Agu mengarahkan telinganya ke depan dengan tangan.
"Hey, apakah ras manusia memiliki pendengaran yang bagus?"
"Itu, itu, aku tidak tahu dengan hal itu, tapi kurasa Lupusregina-san tidak akan berbohong tentang hal semacam itu... meskipun dia mungkin... sedikit bercanda dengan orang lain."
Kalau begitu apakah dia sedang berbohong? Agu berpikir saat dia menatap Lupusregina dengan mata yang lebar.
"Tidak, benar kok, aku mendengar mereka. Mereka benar-benar datang. Kamu benar-benar menakjubkan."
"Hm? Ah, itu bukan masalah sama sekali. Dibandingkan Enri-san yang ada disini, aku bukan apa-apa."
Agu kelihatannya seperti menelan mentah-mentah, dan melihat ke arah Enri kembali dengan ekspresi terkejut.
Tidak, bukan begitu. Senyum di wajah Lupusregina sangat palsu! Enri penasaran bagaimana dia harus bilang pada Agu yang sebenarnya, tapi sebelum itu, sebuah ketukan datang dari arah pintu.
Segera setelahnya, Nfirea dan seorang wanita dalam balutan armor kulit masuk ke dalam ruangan.
Brita, mantan petualang, telah pindah ke dalam desa setelah Nfirea. Dulunya, dia adalah seorang petualang di E-Rantel, tapi pensiun setelah suatu peristiwa. Meskipun begitu, dia masih membuatuhkan pekerjaan untuk hidup, dan akhirnya dia merespon kepada permohonan penduduk desa dan pindah kemari.
Dia sedang belajar menjadi seorang ranger, dan dia memiliki potensi. Meskipun dia lebih lemah dari Jugem, dia masih menjadi salah satu orang terkuat di desa dan pemimpin dari pasukan pertahanan desa (meskipun masih tidak berada pada level dimana dia bisa disebut demikian).
Dia dipanggil juga karena dia adalah pemimpin dari pasukan pertahanan, dan karena dia pernah masuk ke dalam hutan sambil berlatih sesuai keahliannya.
"Ah - ternyata memang benar ada goblin baru... tidak, hm, aku terus berpikir dari sudut pandang petualang... dia bukan musuh."
Brita tersenyum pahit. Bukan seakan Enri tidak mengerti darimana dia datang. Dari cerita-cerita, goblin adalah musuh dari umat manusia. Membunuh mereka ketika kamu melihatnya adalah hal yang biasa, tapi di desa ini berbeda. Kenyataan yang sulit diterima adalah manusia terlihat sebagai musuh yang sebenarnya.
"Kalau begitu, karena semuanya ada di sini, mari kita dengarkan apa yang akan dia katakan. Agu, bisakah kamu beritahu kepada kami mengapa kamu lari sambil terluka sebanyak itu."
"Jawaban sederhananya adalah aku diserang."
"Itu terlalu sederhana.. monster macam apa yang menyerangmu?"
"Bawahan dari Giant of the East (Raksasa Timur)"
"Giant of the Easat? siapa itu?"
"...Bagaimana biasanya kalian menyebutnya?"
"Kami-kami tidak tahu, sejak awal, kami bahkan tidak tahu dia ada... Brita-san, apakah kamu tahu?"
Orang yang paling berpengetahuan luas di tempat ini adalah Nfirea, tapi ketika yang dimaksud adalah hutan, Brita masih tahu lebih banyak darinya. Meskipun begitu, yang hanya bisa dia lakukan adalah menggelengkan kepala.
"Maafkan aku. Aku tak pernah dengar apapun mengenai Giant of the East ini. Dan aku kira Master Latimon juga tahu. Kami tak pernah bertualang masuk ke dalam hutan hingga jauh dan tidak tahu banyak dengan penghuninya."
"Kalau begitu, Agu, katakan pada kami tentangnya."
"Jika yang kamu katakan adalah dasarnya, maksudmu..."
Enri mengerti dengan kebingungan Agus. Di dalam situasi ini, memang lebih baik untuk bertanya satu persatu, jadi akan lebih mudah baginya untuk menjawab.
"Kalau begitu, bisakah kamu katakan kepada kami seberapa kuat monster-monster di dalam hutan?"
"Yah, bagiku barghest dan ogre semuanya kuat... tapi jika kamu ingin membicarakan monster lain dengan level Giant of the east, maka di dalam hutan, ada yang kuat yang disebut Tiga monster. Pertama adalah Beast of the east (Binatang buas selatan). Mereka bilang dia luar biasa yang akan membantai siapapun yang menginjakkan kaki di daerahnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Lalu ada Giant of the East. Markasnya di dalam hutan yang layu. Akhirnya ada Serpent of the West (Naga Barat). Aku dengar dia adalah ular yang menjijikkan yang bisa menggunakan magic."
"Aneh... bagaimana dengan yang di utara?"
"Kelihatannya adalah sebuah danau di utara dengan bermacam-macam ras. Sedangkan siapa yang memerintah mereka.... aku tidak tahu. Tapi kelihatannya ada dua penyihir kembar di rawa. Dan ketika beast of the south hilang, hutan menjadi aneh. Aku tidak terlalu yakin apa yang sebenarnya terjadi, kelihatannya beberapa orang yang mengerikan muncul, dan keseimbangan kekuatan menjadi berubah..."
"Apakah itu adalah Monumen Kehancuran?"
"Benar sekali. Aku juga dngar jika Tuan dari Monumen Kehancuran bisa memerintah undead, bayangan hitam kecil yang bisa bergerak menembus kegelapan. Itulah yang dikatakan oleh mereka yang selamat kepada kami."
Semuanya - dengan pengecualian Lupusregina - terlihat tidak tenang satu sama lain.
Hal pertama adalah Beast of the South. Karena daerahnya seharusnya dekat, pasti itu adalah binatang magis yang dijinakkan oleh para petualang yang menemani Nfirea disini - atau lebih tepatnya, orang yang memakai armor hitam legam. Memang memiliki tampang kuat dan tenaga yang besar, jadi deskripsinya cocok sekali.
"Beast tersebut... Wise King of the Forest, Hamsuke-san."
"Itu dia! Ahh, ya, itulah binatang buas itu..."
Saat dia mendengar Nfirea, Brita, yang belum pindah ke desa ini kala itu, membuat suara.
Menurut dia, dia pernah melihatnya di E-Rantel, dari kejauhan.
Dan ada lagi dua makhluk raksasa yang setara dengannya. Tak ada yang tidak kaget dan ketakutan dengan kenyataan ini.
"Kalau begitu, bagaimana kamu bisa lepas?"
"Hingga sebelumnya, tiga makhluk itu saling menjaga satu sama lain. Beast of the South tidak meninggalkan wilayahnya, tapi tak ada yang bisa menjamin itu akan terus terjadi. Jika Timur dan Barat bertarung, tak perduli siapapun yang menang, akan selalu ada peluang yang di saat menang itu, mereka pasti akan dihabisi oleh Beast yang lain pada posisi yang lemah. Oleh karena itu, tak ada dari ketiganya yang benar-benar masuk dalam pertarungan."
"Baiklah, aku bisa menerima itu. namun, jika Timur dan Barat bekerja sama dan ... tidak, Beast of the South tidak meninggalkan wilayahnya, jadi tidak perlu bekerja sama untuk mengalahkannya. Dan tentu saja, mereka tidak bisa membuat gerakan provokasi..."
"Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan. Mereka hanya ingin memiliki daerah mereka dan merubahnya menjadi kerajaan mereka sendiri. Namun, pemilih dari Monumen Kehancuran mengacaukan distribusi kekuatan. Karena itu, Timur dan Barat memutuskan untuk perang melawan Raja Kehancuran, dan mereka memilih jalur peperangan."
Agu terus bicara dan bicara, tanpa sedikitpun berhenti.
"Dia memaksa kami untuk menjadi rekannya dalam perang. Meskipun itu adalah lelucon yang buruk. Kami para goblin tidak berguna bagi mereka. Mereka memanfaatkan kami sampai habis lalu membuang kami, dan jika kami mengacaukan, kami akan menderita. Karena itu, kami kabur. Namun..."
"Itu percuma, ya kan?"
"Ya, benar sekali. Barghest dan ogre mengejak kami. Kami tidak bisa melawan mereka, jadi kami berpencar. Aku kabur ke arah ini dengan beberapa orang ke dalam wilayah Beast of the South, tapi kami tidak menduga mereka datang mengejar kami tanpa ragu."
Dia bilang ada beberapa orang, tapi tidak ada tanda-tanda siapapun selain Agu.
Sebuah ekspresi terluka tergambar di wajah Enri, dan Gokoh berbicara.
"...Kami memiliki orang yang mengintai di hutan, jika ada yang hidup, kami bisa membawa mereka kembali kemari selama mereka tidak melawan."
"Ya, begitulah, hitung serigala memang sangat sensitif. Lalu... pertanyaannya adalah, disamping barghest, apa yang lainnya disana? Apakah mereka memiliki teman-teman yang datang kemari juga? Jika keadaan memburuk, para pengejar mungkin akan bisa hingga kemari. Oi, Agu. Monster lain apa di sana?"
"Ada barghest, ogre, boggart, bugbear, dan semacam serigala..."
"Itu sih monster-monster yang sudah umum. Aku ingin mendengar lebih banyak tentang Giant of the East dan Serpent of the West, terutama, tampang mereka, kemampuan mereka, semacam itu. Apakah kamu tahu sesuatu?"
Agu menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak tahu detilnya. Hanya saja Giant of the East membawa sebuah pedang besar, dan Serpent of the West memiliki sebuah kepala sepertimu, tetapi magic macam apa yang dia gunakan, aku tidak tahu."
Nfirea, yang menjadi pusat perhatian, menggelengkan kepalanya. Informasi yang ada terlalu sedikit untuk bisa digunakan.
"Pertanyaannya sekarang adalah apa yang harus kita lakukan? Jika sesuatu yang bisa setara melawan Beast itu muncul, sejujurnya, kita akan habis. Hal terbaik yang bisa dilakukan oleh pasukan keamanan adalah membawa wanita dan anak-anak ke tempat yang aman."
"Memang benar. Jika yang hanya kita butuhkan adalah pertahanan yang kokoh maka itu tidak masalah, atau mungkin kita seharusnya memikirkan beberapa metode lain. Jika keributan di dalam hutan dengan sendirinya mereda, itu akan baik."
Bagi orang-orang yang hidup di luar hutan, jika masalah di dalam hutan selesai dengan sendirinya, mereka tidak akan perlu bergerak. Namun, jika mereka benar-benar tak mampu masuk ke dalam hutan, itu akan menyebabkan sebuah masalah yang besar dengan sendirinya. Yang paling parah, mereka akan terpaksa membuat pengorbanan menyakitkan untuk bisa terus hidup.
"...Namun, jika musuh bisa dengan mudah menghabisi suku hutan, itu artinya mereka pasti sudah mengumpulkan banyak kekuatan tempur."
"Salah!.. Pada awalnya, suku kami jauh lebih kuat. Namun, ketika kami pergi mencari tempat baru untuk tinggal, suku kami mengirimkan tim-tim campuran yang terdiri dari ogre dan goblin-goblin dewasa. Jika mereka masih hidup, kami masih bisa melawan balik!"
"Kalau begitu para goblin dewasa masih belum kembali?"
Saat Brita bicara, Nfirea memiringkan kepalanya, seakan sedang memikirkan sesuatu.
"Tentang itu.. meskipun ini benar-benar berada di topik yang berbeda, bisakah aku menanyakan sesuatu yang sedang menggangguku? Apakah kamu berbicara dengan cara yang sama seperti goblin-goblin lainnya?"
"Apa maksudmu?"
"Ah, kamu tidak tahu? Di masa lalu, aku juga pernah bertemu goblin sendiri, dan jangan salah sangka, tapi mereka bicara seperti orang yang bodoh. Namun di desa ini, Jugem-sam dan yang lainnya berbicara normal. Sama halnya denganmu - karena kamu juga bicara dengan lancar. Karena itu, aku penasaran jika yang kulihat adalah suku goblin yang terpisah atau apalah."
"Tidak, hanya saja aku termasuk cerdas untuk seorang goblin. Kebanyakan goblin berbicara dalam satu suku kata. Itu membuat percakapan di dalam suku benar-benar menyusahkan, aku bisa bilang padamu begitu. Aku benar-benar penasaran jika aku memang berasal dari suku yang lain malahan. Sekarang, untuk amannya, biar kutanya padamu hal ini, apakah aku dilahirkan i dlaam suku dari sekitar sini? Apakah kamu pernah mendengar apapun tentangku?"
"Tidak, kami tidak tahu... kamu bocah.. jangan-jangan.. Ane-san, Ani-san, bisakah kalian kemari sebentar?"
Nfirea dan Enri mengikuti Kaijali ke sudut ruangan.
"Si bocah Agu itu, jangan-jangan dia bukan seorang goblin, tapi seorang hobgoblin?"
Hobgoblin adalah cabang dari ras goblin, dan mereka lebih unggul dari goblin-goblin dalam segala hal. Goblin sebesar anak manusia ketika mereka dewasa, tapi hobgoblin bisa mencapai tinggi seperti manusia dewasa.
Mereka mirip dengan manusia dalam hal kemampuan fisik dan kecerdasan. Agar bisa kawin dengan goblin lain, banyak suku cenderung hidup dalam area yang sama. Namun, agar tidak membuat populasinya meningkat terlalu besar, banyak yang ditinggal sebagai bodyguard atau pimpinan tim di dalam suku.
"Tapi jika ayah atau ibuku adalah hobgoblin, bukankah mereka tahu dengan sendirinya?"
"Kedua orang tuanya adalah goblin dan dia adalah seorang hobgoblin."
"Eh? Bukankah itu tampak seperti plot yang aneh yang muncul di dalam drama?"
"..Ini adalah pertama kalinya aku melihat Enri membuat ekspresi seperti itu... tapi sayangnya, aku pikir itu bukan jawabannya. Seperti manusia yang mengadopsi anak, kurasa goblin juga melakukan hal yang mirip."
"Itu juga suatu kemungkinan. Yah, kalau begitu, kita tidak usah terlalu khawatir tentang itu."
Tiga orang itu kembali ke meja, dan saat mereka kembali, Lupusregina yang sampai sekarang terdiam membuka mulutnya untuk berbicara.
"Welp, sudah buat keputusan? Jika ada apa-apa, kamu selalu bisa meminta bantuan Ainz-sama. Mintalah kepadanya untuk membantu menyelesaikan masalah dan semua itu."
Itu akan menjadi suatu berkah dari Tuhan.
Jika pahlawan yang telah menyelamatkan desa memutuskan untuk membuat gerakan, bahkan monster yang paling kuatpun takkan bisa berharap bisa melawannya. Namun-
"Itu terlalu naif."
Enri bergumam sendiri, dan para goblin setuju. Hanya Brita dan Agu, yang tidak tahu Ainz, menjadi bingung. Nfirea memiliki ekspresi yang rumit di wajahnya.
"Desa ini adalah desa kami. Itu artinya kami harus melakukan sebisa mungkin apa yang bisa kami lakukan sendiri. Meskipun beberapa orang akan berpikir jika aku tidak seharusnya mengeluarkan perkataan manis karean aku sendiri tidak bisa bertarung dan tidak memiliki pengalaman bertempur..."
"Tidak, aku setuju dengan pendapat Ane-san. Desa ini adalah Ane-san-"
"Kaijali?"
"Hm?"
Dia memiringkan kepalanya untuk mengkoreksi diri.
"Ane-san dan kami.. tidak, itu juga salah."
"Kamu ingin bilang bahwa desa ini adalah milik semua orang yang hidup disini, ya kan?"
"Benar sekali, Ani-san. kamu paham juga! Yah, meskipun begitu, kurasa meminjam kekuatan dari Tuan Magic caster seharusnya menunggu hingga kami benar-benar kehabisan pilihan."
"Tapi jika kita melakukan itu, semua orang mungkin akan mati~su... Diterjang luka itu menyakitkan tahu ~ su"
"Ha! Lupusregina-san, kami takkan biarkan itu terjadi. Kami akan mengorbankan diri kami agar orang-orang memiliki waktu untuk kabur dahulu."
Sebuah tampang kecewa muncul di wajah Lupusregina.
"Begitukah? Sebaiknya kamu bekerja keras kalau begitu~su."
"Dan aku juga ingin mengkomunikasikan niat desa kepada Guild Petualang di E-Rantel - atau mungkin melaporkan adalah kata yang lebih baik untuk digunakan. Jika guild menerima permintaan kami, mereka akan mengirimkan seorang anggota untuk datang dan mengukur situasi saat ini. Akan jadi menjengkelkan jika kami meletakkan permintaan setelah keadaan benar-benar gawat."
Brita melanjutkan saran Nfirea.
"Itu benar. Guild Petualang tidak ingin dikejutkan dengan monster yang tidak terduga. Meskipun para worker dan sejenisnya mungkin akan berkata lain, ucapan dari orang-orang yang dibutakan oleh ketamakan tidak layak disebutkan. Adalah hal yang biasa bagi sebuah organisasi yang ingin melindungi anggota mereka sendiri."
"Brita-san, meskipun aku tidak ingin berbicara buruk tentang para petualang, tapi ketika keadaan darurat, pembayarang yang diminta akan meningkat hingga tinggi, apa yang terjadi jika mereka akhirnya menolaknya nanti?"
"Para petualang tidak ingin mati, dan Guild tidak akan membiarkannya juga. Karena itu, ketika masalahnya adalah permintaan darurat, harganya pun akan meningkat, itu artinya Guild akan cenderung menugaskan para petualang dengan peringkat tinggi unguk menghadapi mereka, bahkan jika situasinya secara teknis tidak menjanjikan sebaliknya."
Yang hanya bisa dilakukan oleh Enri ketika mendengar ucapan dari mantan petualang adalah menerimanya. Memang sulit menerima ini ketika mereka ditekan hingga ke sudut. Namun, ketika dia melihatnya dari sudut pandang petualang, memang masuk akal.
"Yah, meskipun jika Guild memeriksanya, orang-orang mungkin masih akan tetap tewas bagaimanapun juga, hal semacam itu sering terjadi..."
Brita menggigit bibirnya.
"-Ketika aku memikirkan serangan vampir itu, aku juga tidak bisa menahan diri yang terus gemetar... bahkan aku sering tidak bisa tidur tanpa obat karenanya..."
"Vampir? Apa itu?"
Agus bertanya tanpa berpikir, dan Brita tersenyum pahit.
"Itu adalah rahasia. Yah, lebih tepatnya aku tidak ingin memikirkan tentang hal itu. Kamu pasti akan terkencing-kencing karenanya."
"Tapi aku yang berta-"
"Kamu tidak adalam posisi untuk bertanya, bocah."
"Kalau begitu kita akan melakukan rencana ini untuk sementara dan melaporkannya kepada Guild, dan membuat permintaan jika semuanya berjalan dengan baik, begitukah? Meskipun biaya permintaan tidak murah, kita mungkin harus memecah tabungan untuk ini. Bilang pada Jugem-san dan kepala tentang ini nantinya. Bisakah kamu melakukan itu, Enri?"
"Aku akan menangani pasukan beladiri. Sejujurnya, aku berpikir inilah caranya juga."
Nfirea mengangguk saat Brita bicara.
"Kalau begitu, kurasa aku akan pergi meninggalkan desa sebentar su~ kamu benar-benar tidak ingin meminta bantuan kepada Ainz-sama?"
"Ya, Ya, kami ingin melakukannya sebisa mungkin sendiri. Jika mungkin, kami ingin kamu bilang pada Gown-sama seperti itu."
"Aku mengerti su~"
Saat Agu melihat kepada Enri dan Nfirea, yang sedang menjauh, sebuah perasaan yang sulit dijelaskan menggelayut di dalam dirinya.
"Memangnya apa yang hebat dari wanita itu?"
"Hah?!"
Ada bahaya di dalam suara goblin dewasa, dan itu membuat tubuh Agu gemetar.
Agu merasa bahwa goblin dewasa lebih kuat dari siapapun di desanya. Adalah hal yang biasa baginya untuk menjadi berdebar ketika diancam oleh mereka.
Namun, ini masih tidak bisa menutupi rasa penasarannya yang kekanak-kanakan.
"Apakah wanita benar-benar sehebat itu desa Carne ini?"
Dari sudut pandang Agu, Enri tidak terlihat kuat. Meskipun dia memiliki beberapa otot di lengan dan kakinya, itu tidak cukup sama sekali. Memang dia tidak perlu sebesar ogre, tapi jika dia memang kuat, seharusnya dia lebih dari itu.
Jika dia seorang magic caster dia masih bisa memahaminya. Pemimpin wanita dari suku goblin sering menggunakan kekuatan misterius itu. Namun, wanita itu tidak terlihat sama sekali seperti seorang magic caster.
Sejujurnya, Agu tidak mengerti mengapa Enri ditempatkan di atas para goblin.
"Bukan seperti itu."
"Apakah wanita hunter yang datang telat tadi sangat kuat?"
"Yah, Brita memang tidak buruk. Tapi kami lebih baik."
Opini Agu dan goblin dewasa di depannya meningkat satu titik lagi. Meskipun dia masih pendek, Agu merasa bahwa ada alasan yang bagus atas kepercayaan dirinya.
"Lalu, wanita yang muncul dari belakangmu, dia tidak kuat, ya kah? Aku ketakutan sampai mati."
Goblin dewasa tiba-tiba terdiam, dan menatap Agu.
Tidak yakin apa yang dia rasakan di dalam, Agu dengan gugup bertanya.
"A-Apa? Ada apa dengan wanita itu?"
"Wanita yang tiba-tiba muncul itu... Namanya adalah Lupusregina, dan dia.. dia sangat berbahaya. Jika kamu ingin hidup di desa ini, jangan pernah pergi dekat-dekat dengannya atau bicara kepadanya. Itu demi kebaikanmu."
"Ah. Ahhh. aku mengerti."
"Dan aku harus bilang ini di depan. Meskipun itu jelas-jelas sekali walaupun tanpa dilihat. Jika kamu melakukan apapun terhadap orang-orang di desa ini.. Jujur saja, kamu takkan bisa kabur hanya dengan omelan saja, sebaiknya kamu bersiap-siap untuk mati."
"Aku, aku mengerti. Begitulah yang terjadi kepada suku yang kalah, ya kan? Aku janji aku tidak akan melukai siapapun dari desa Carne."
"Baiklah, itu bagus... menjauhlah dari Lupusregina, okay?"
Agu mengerti campuran dari kehati-hatian dan ketakutan di dalam hati goblin dewasa, dan dia menancapkan peringatan itu ke dalam hatinya. Dengan begitu, dia menyadari dia tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya yang pertama, dan dia bertanya lagi.
"Mengapa Enri-san begitu hebat?"
Agu telah belajar untuk bersikap sopan. Atau lebih tepatnya, mudah baginya untuk belajar, karena dia adalah yang terpintar di sukunya dan tidak bisa banyak bicara dengan goblin-goblin lain.
"Ha.....Enri....sejujurnya, dia sangat kuat."
"Eh?!"
"Itu karena kamu terlalu lemah sehingga kamu tidak menyadarinya. Jika Ane-san serius, dia bisa menghabisi seekor barghest atau apapun dengan hanya satu tangan, dan memerah darah keluar ke dalam cangkir untuk diminum. Kamu tahu?"
"Benarkah?!"
"Oh ya, ya, tentu saja benar."
Agu berpikir tentang Enri. Melihatnya dengan tenang, dia mampu memberikan perintah yang efektif dan memaksa. Mungkin itu hanya pucuk dari gunung esnya?
"Ane-san hanya pura-pura lemah. Jika dia mendengar apapun yang lucu darimu, dia akan meremukkan tubuhmu hingga mati dengan satu tangan. Setelah itu, membersihkannya bisa jadi masalah. Akan ada darah dimana-mana."
"Be, begitukah.. kalau begitu mengapa, mengapa dia harus pura-pura lemah? Jika dia memang kuat, bukankah akan ada lebih sedikit masalah?"
"Jika kamu memamerkan kekuatanmu, beberapa orang bodoh akan datang dan menantangmu. Bukankah itu akan menyebabkan tambah masalah juga?"
Agu berpikir bahwa kekuatan adalah solusi dari semua masalah, tapi ternyata bukan.
Terkunci di dalam labirin cerminan diri, dia tidak menyadari jika goblin dewasa di depannya mengeluarkan ekspresi main-main di wajahnya.
----
Di tengah malam, Enri tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Meskipun kelihatannya tidak ada apapun di sekitar sana, Enri tetap terdiam sambil menggerak-gerakkan matanya untuk memeriksa yang ada di sekitarnya. Dunia di depannya gelap gulita, diterangi hanya dengan sebuah cahaya kecil dari sinar rembulan yang datang dari celah-celah penutup jendela. Dia tidak bisa melihat apapun yang aneh di cahaya yang lemah ini.
Tapi telinga Enri dalam keadaan baik-baik saja.
Tidak ada suara kuda meringkik, para knight berarmor yang beradu, atau orang-orang yang berteriak. Itu hanya malam yang biasa.
Enri menghela nafas dengan lembut, dan menutup matanya. Dia memang tidur terlelap, jadi dia masih agak terhuyung-huyung dan tidak bisa langsung bangun.
Banyak hal yang terjadi hari ini. Setelah pembicaraan dengan Agu, dia harus pergi menjelaskan keadaan kepada kepala desa dan Jugem, yang telah kembali dari pengintaiannya.
Keadaan akan baik-baik saja, ya kan?
Agar bisa memastikan informasi baru, Jugem harus pergi ke dalam hutan lagi dan mereka pergi di malam hari. Bergerak malam hari di dalam hutan memang terlalu berbahaya. Para goblin berbeda dari manusia; mereka bisa melihat dengan cahaya yang kecil, jadi mereka bisa bergerak dengan bebas. Namun, ada banyak binatang buas magis dan monster yang nokturnal, dan mereka akan menjadi aktif setelah matahari terbenam.
Itu jauh lebih berbahaya daripada siang hari.
Jika memang tidak perlu memastikan adanya monster lagi yang mengejar Agu, Jugem takkan pernah pergi keluar.
Memang benar goblin kuat, tapi itu hanya jika dibandingkan dengan Enri. Seperti binatang buas, banyak makhluk di dalam hutan yang lebih kuat daripada goblin.
Sebuah perasaan takut dan kehilangan menerpa Enri, membuatnya gemetar dan karena itu, adiknya mengerang di dalam tidurnya, semakin mendekat ke tubuh Enri.
Enri membuka matanya separuh, dan mengintip ke arah adiknya.
Kelihatannya dia masih belum bangun. Dia bahkan masih bisa mendengar dengkurannya yang lembut.
Hehe...
Saat Enri tertawa di dalam tenggorokannya, suara dari ketukan lembut terdengar di pintu. Ini pasti bukan sebuah trik akibat angin.
Enri mengerutkan dahi. Apa yang ada disana di malam selarut ini? Sekali lagi, tepat karena selarut ini itu artinya pasti sangat penting.
Dia dengan hati-hati memisahkan diri dari Nemu dan selimut serta perlahan bangun dari tempat tidur, bergerak secara hati-hati agar tidak membangunkan adiknya.
Papannya berderit saat dia bangkit dari tempat tidur, membuat jantung Enri berdebar lebih kencang karena khawatir membangunkan Nemu.
Setelah insiden itu, Nemu harus tidur dengan Enri di malam hari, segitu parahnya trauma yang dia derita.
Enri tidak berniat untuk mengomelinya karena itu. Jika ditekan dengan alasan mengapa, itu karena Enri merasa aman ketika dia tidur dengan adiknya.
Tapi dia tahu, bahkan ketika dua orang itu bersama-sama, Nemu seuatu ketika terbangun karena mimpi buruk. Karena itu, Enri memaksa untuk bisa bersama dengan Nemu meskipun ketika dia sedang terlelap.
Tanpa suara, dan perlahan-lahan, dia beringsut menuju pintu, namun ketukan itu tidak berhenti.
Enri dengan gugup mengintip keluar jendela, dan siluet Jugem diterangi oleh cahaya bulan. Dia menghela nafas lega.
Agar tidak membangungkan Nemu, Enri diam-diam bicara keluar jendela.
"Jugem-san, kamu selamat."
"Yeah, Ane-san. Pada akhirnya, tidak ada masalah. Maafkan aku sudah membangunkanmu, tapi ada suatu hal yang kukira harus kamu ketahui segera."
Enri membuka pintu sedikit, dan menyelipkan tubuhnya melalui celah itu. Dia khawatir cahaya bulan yang datang akan masuk ke dalam dan membangunkan Nemu. Memahami dari gerakannya, Jugem menurunkan suaranya dan bicara.
"Ada sesuatu yang kami butuhkan dari Ane-san."
"Sekarang?" Enri tersenyum. "Tentu saja."
"Aku benar-benar maaf tentang ini."
Enri mengikuti langkah kaki Jugem sambil bilang padanya untuk tidak usah minta maaf. Mungkin lebih baik bagi Nemu untuk bangun tidur karena ini, dan dia telah mempertimbangkannya, tapi Jugem telah datang setelah mengetahui orang lain sudah tidur. Pasti ada alasan untuk itu.
"Aku akan jelaskan sambil berjalan."
Mungkin dia lebih lelah dari biasanya, tapi ini adalah pekerjaan - setelah Jugem menguatkan pikiran, ucapannya ada benarnya.
Meskipun Enri merasa tidak apa untuk bersikap biasa dengan gadis desa sederhana seperti dirinya, Jugem tak pernah membiarkan dirinya santai hingga sekarang, jadi Enri menyerah dengan ide itu.
"Pertama, kami menemukan beberapa anggota suku dari Agu."
"Itu menakjubkan!"
"...tapi mereka secara emosional masih rapuh, dan kurasa mereka butuh istirahat untuk beberapa hari. Kami perlu meminjam Ani-san untuk ini."
Menyadari ekspresi terkejut dari Enri, Jugem mengikutinya dengan sebuah penjelasan.
"Ketika kami menemukan yang selamat dari suku Agu, mereka sedang ditahan oleh ogre dari Giant of the East, dan digunakan sebagai makanan. Meskipun Cona sudah menyembuhkan luka di tubuh mereka, pikiran mereka masih terluka. Ani-san memiliki beberapa obat untuk menenangkan mereka, dan kami ingin dia membantu merawat mereka. Setelah itu, kelihatannya ada beberapa masalah yang menyusahkan."
Jugem melihat ekspresi Enri sebelum melanjutkan.
"Ketika kami menyelamatkan mereka, kami menangkap lima ogre. Meskipun kami hanya melakukan itu untuk menanyai mereka... kelihatannya ogre terbiasa hidup berdampingan dengan goblin, dan sementara ogre bertarung, para goblin menyediakan makanan, tempat berlindung dan seterusnya, di dalam hubungan yang saling menguntungkan. Karena itu, mereka bilang mereka bersedia bertarung untuk suku kita. Menurut Agu, ini tidak aneh.. jadi, apa yang arus kami lakukan?"
"Bisakah kita mempercayai mereka?"
"Agu bilang kita bisa. Para ogre tidak akan bertarung untuk siapapun selain dari para goblin suku mereka, mereka mengkhianati Giant of the East karena dia bukan dari suku mereka. Sesuatu seperti itu."
"Mm. Tapi, ogre kedengarannya menakutkan..."
"Ketika mereka sudah menerima orang-orang desa sebagai bagian dari suku mereka, yang hanya kamu perlukan adalah memberi mereka makan dan semuanya akan baik-baik saja. Kamu bisa memberi mereka makanan apapun juga. Ogre cenderung makan apapun adalah hal yang sangat membantu disini."
Sejujurnya, keputusan ini sangat sulit bagi seorang gadis desa.
"Bagaimana kalau membunuh mereka?"
Ini diucapkan dengan nada yang biasa.
"Sejujurnya, aku tidak ada masalah membunuh mereka langsung. Itu akan membuat kami menghindari tumpukan masalah besar. Pada awalnya, orang-orang seperti mereka yang akan mengkhianati orang lain mungkin akan berbalik kepada kita jika keadaan menjadi buruk. Agu bilang mereka tidak akan melakukannya, tapi percaya begitu saja apapun yang dikatakan bocah itu sedikit..."
"Dan bagaimana menurutmu, Jugem-san?"
"Jika mereka bisa bertarung untuk kita, akan sangat membantu. Kita tidak tahu berapa banyak pengejar yang mungkin akan datang dari hutan, jadi beberapa perisai daging tambahan akan sangat membantu."
"Kalau begitu, satu pertanyaan lagi, apakah mereka makan manusia?"
"..Ane-san. Meskipun ogre memiliki reputasi karena memakan manusia, mereka hanyalah monster yang makan daing. Satu-satunya hal adalah lebih mudah menangkap manusia untuk dimakan daripada binatang liar."
Bagi ogre, lebih baik menangkap manusia daripada katakanlah, kelinci. Jadi wajar ketika mereka menganggap manusia lebih mudah ditangkap dan memberikan lebih banyak daging pula.
"Yah, jika kamu memberi mereka sesuatu untuk dimakan, mereka tidak akan menyerang penduduk desa. Pada awalnya, mereka hanya menyerang orang-orang untuk mengisi perut mereka. Aku janji kami akan berburu cukup banyak binatang untuk memenuhi perut mereka. Tentu saja, mereka masih harus diawasi dan kami akan melihat nantinya. Aku janji kami tidak akan membiarkan siapapun di desa terluka."
"...Kalau begitu, baik sekali jika kita bisa mempercayai mereka untuk bisa membuat mereka sebagai bawahan. Tidak hanya untuk sekarang, tapi untuk masa depan pula."
"Aku lega kamu mengerti. Hanya saja, ada perbedaan kecil dengan apa yang kukatakan sebelumnya. Jika mereka gagal nantinya, kami akan membantai mereka sampai habis. Sejujurnya, aku sedang berpikir bagaimana membuat ogre-ogre itu terkesan Ane-san adalah yang terkuat."
"Eh?!"
Enri mengeluarkan sebuah suara yang terdengar seakan dia sedang dibalik dari atas ke bawah. Ini adalah lompatan yang terlalu besar baginya. Mengapa seorang gadis desa sederhana sepertinya harus menjadi pemimpin dari sekelompok ogre? Bukankah cukup Jugem bos mereka?
"Ini adalah rencana untuk masa depan. Akan menyusahkan jika ogre berpikir Ane-san sebagai manusia biasa seperti lainnya. Meskipun kami mendengarmu, para ogre tidak akan mendengarkan siapapun kecuali kami, dan itu berpotensi sangat berbahaya. Jika ada sesuatu yang terjadi pada kami di garis depan, aku harap ada seseorang di belakang yang bisa memerintahkan ogre."
Enri memutar otaknya yang seorang gadis desa saat dia memikirkan masalah ini.
"Itu artinya kamu perlu dua orang yang bisa memerintah mereka?"
Jugem mengangguk.
"Kalau begitu, Enfi bisa-"
"Ani-san mungkin juga akan berakhir ada di garis depan juga."
"Oh begitu..."
Enri mengerti, dan mengangguk. Seseorang yang ada di tempat aman seperti diriya seharusnya juga berguna. Itulah yang juga diinginkan Enri. Namun-
"Tapi... bisakah aku mengendalikan ogre?"
"Itulah yang akan kita lakukan, Ane-san. Seberapa bagus kau berakting?"
----
Jugem membawa mereka ke gerbang desa lalu ke pintu samping. Di baliknya ada lima ogre yang sedang berlutut di tanah. Mereka juga menjadi sumber bau yang menggantung di udara.
Mengelilingi mereka ada pasukan goblin, seluruhnya hadir dan tidak terluka.
Di satu sisi pintu ada panggung untuk mengamati, yang biasanya dijaga oleh penduduk desa atau goblin, tapi tidak sekarang. Para goblin sementara membiarkannya.
Nfirea juga ada disana, bersama dengan Agu yang entah kenapa menjauh.
"Yo, Enri. Malam yang indah?"
"Yeah, Enfi. Bulannya sangat cantik."
"Memang benar. Jernih sekali."
"Yah, maaf sudah menyela. Kita tiba agak awal, tapi mari mulai."
Jugem berteriak saat dia mendengar ucapan Enri.
"Oi! Kalian semua! Ane-san kami ada disini! Dia memegang nyawa kalian!"
Ketika lima ogre mendengar ini, mereka mengangkat kepala melihat kepada Enri. Rasanya seperti ada tekanan yang jelas meremuknya, tapi Enri memaksa dirinya untuk tidak mengambil satu langkah mundur. Jika dia menyerah, rencananya akan gagal, dan para goblin akan menyingkirkan potensi masalah itu nantinya dengan membunuh ogre-ogre itu di tempat.
Enri bisa melihat tangan-tangan goblin yang mulai bersiap dengan senjata mereka. Enfi dengan tenang mengeluarkan sebuah botol potion sendiri.
Sebuah keabadian kelihatannya telah lewat di bawah tekanan yang merontokkan.
Enri menahan tatapan mata dari ogre-ogre itu dan mengembalikannya dengan salah miliknya. Tatapannya kokoh dan tak bisa digoyahkan.
Di matanya, ogre-ogre itu bertumpuk dengan bayangan dari para knight yang dahulu.
Enri mengepalkan tinjunya, mengingat dorongan hebat yang dulu dia rasakan, karena ingin mengoyak penutup kepala knight-knight itu agar dia bisa menghajarnya hingga mati.
Jangan menganggapku remeh. Yang lainnya menjaga desa, jadi aku harus melindungi tempat ini pula!
Setelah beberapa detik - satu detik yang kelihatannya memanjang hingga selamanya bagi Enri - ogre-ogre itu gemetar.
Mereka saling menatap, lalu kepada Jugem.
"Sudah kubilang, ya kan. Bos kami adalah yang terkuat."
"Merunduklah, kalian semua!"
Enri berteriak saat Jugem selesai berkata.
Suara Enri yang memaksa bahkan membuatnya terkejut sendiri, dan Agu yang ada di ujung pandangannya gemetar tidak karuan, tapi itu tidak apa. Apa yang penting adalah ogre-ogre itu telah merendahkan kepala mereka kepadanya.
Untuk sementara, ogre-ogre itu telah mengakui kelebihan dari Enri.
"Kalau begitu, apa yang harus kamu katakan kepada bos kami, kepala desa Carne, Ane-san kami?"
Dengan kepala mereka yang masih merunduk, apa yang muncul dari ogre itu adalah semburan suara yang bingung.
"Me, Menakutkan, bos kecil. Maaf."
"Maaf, kami sudah menyerang sukumu. Tolong maafkan."
"Suku milikmu" yang dimaksud ogre artinya adalah suku Agu. Meskipun realitasnya adalah entah bagaimana berbeda. Lebih muda bagi mereka untuk memahami situasi dengan orang-orang Agu sebagai bagian dari suku Carne, untuk menghindari otak ogre yang sudah kepayahan berpikir.
"kami akan, bekerja untukmu."
"Benar sekali! Bekerjalah untukku dan sukuku!"
Kalimat terakhir itu dibuat dengan mengeluarkan seluruh semangat yang masih tersisa. Meskipun dia hanya mengatakan satu atau dua kalimat, Enri sudah sangat lelah. Seburuk saat dia menghadapi barghest.
Saat Enri akan melepaskan mode Boss karena kelelahan, Jugem membantunya.
"Bagus sekali! Kelihatannya Ane-san telah menyelamatkan nyawa kalian!"
Tenaga sepertinya terlihat menyusut dari tubuh ogre-ogre itu. Karena mereka bisa terbunuh setiap saat, itu adalah reaksi yang alami.
Salah satu ogre melihat kepada Enri dan bicara.
"Boss, Kepala, Kami, apa yang harus kami lakukan?"
Itu, dia masih belum memikirkannya. Tetap saja, apa yang tidak dia tahu, dia bisa menyerahkannya kepada orang lain.
"Jugem, aku akan biarkan kamu mengurusi mereka. Gunakan mereka sesukamu."
"Aku mengerti, Ane-san."
Pemimpina goblin membungkuk kepada Enri, lalu membalikkan badan kepada ogre-ogre itu.
"Kalau begitu. Pertama, kami akan membuat tenda di luar desa. Kalian akan tinggal di atas sana. Dan kalian juga, membantu mereka mendirikan tenda."
Ogre-ogre itu pergi, ditemani dengan para goblin.
"Mendirikan tenda di luar desa akan menjadi masalah; kita harus mencari tempat agar mereka bisa tinggal di dalam desa. Meskipun begitu, kita harus menunggu hingga mereka belajar untuk tidak menyerang penduduk dahulu."
"Aku harus pergi berkeliling untuk bicara dengan banyak orang agar bisa membuat mereka menerimanya."
"Yup. Meskipun, kurasa selama kamu yang melakukannya, tidak akan ada masalah. Dan, tentang hari esok..."
Menurut rencana, Enri dan Nfirea akan pergi ke E-Rantel, dengan beberapa goblin sebagai penjaga.
"Maafkan aku. Aku masih harus membantu merawat yang selamat dari suku Agu, jadi aku tidak bisa pergi."
Lagipula, mereka akan tinggal di desa yang sama dengan ogre yang sama yang ingin memakan mereka. Trauma mental harus dirawat beserta dengan luka fisik, dan kepribadian Lizzie hanya akan membuat mereka ketakutan dan memberikan efek yang terbalik. Pada akhirnya, tak ada yang lebih bagi untuk ini selain Nfirea.
"Benarkah? Aku merasa tidak enak dengan ini.."
Enri tidak memiliki pengalaman dengan mengunjungi kota besar seperti E-Rantel, jadi dari sudut pandangnya beban itu kelihatannya sangat berat.
"Kalau begitu, bagaimana kalau ditemani oleh kepala desa?"
"Kurasa itu akan sulit..."
Kepala desa akan sibuk membangun desa kembali, dan membantu orang-orang baru ke desa, jadi dia tidak akan bisa bepergian jauh.
"...Bagaimana dengan istri kepala desa?"
"Mm. Yah, sejujurnya, tidak cukup tenaga di desa. Dulunya memang seperti itu dan sekarang bahkan lebih parah."
Desa Carne adalah sebauh desa dengan populasi yang sedikit. Sebagai hasilnya, ketika jumlah mereka berkurang, kemampuan mereka untuk melakukan apapun juga berkurang pula. Inilah alasannya mengapa para penduduk desa menekan penolakan mereka mengundang lebih banyak penghuni agar tetap tinggal dengan mereka.
"Ketika aku pergi ke E-Rantel, aku harus pergi ke kuil dan memastikan jika ada siapapun yang ingin pindah ke desa.. Ini benar-benar tugas yang terlalu besar untuk dilakukan bagi seorang gadis desa.."
"Semoga sukses, Kepala."
Enri cemberut saat dia mendengar ucapan Jugem. Sebagian dari dirinya berpikir, "Berani sekali kamu". Lagipula, merekalah alasan mengapa Enri menjadi sangat sibuk.
"Aku benar-benar ingin ikut..."
Nfirea bergumam dengan nada murung, lalu menutupinya dengan lambaian tangan putus asa yang tiba-tiba dan membingungkan.
"Semua akan baik-baik saja, aku akan menjaga Nemu-chan. Jadi kamu bisa pergi tanpa khawatir."
"...Baiklah, aku mengerti, apakah aku satu-satunya orang di dunia ini yang harus melalui hal ini? Satu saat orang-orang menyanjungku dan membuatku menjadi orang yang hebat, selanjutnya aku harus pergi ke suatu tempat yang tak pernah aku datangi sebelumnya dan melakukan hal-hal yang tak pernah aku lakukan sebelumnya..."
"Jangan terlalu pesimis, Enri. Pasti ada orang di luar sana yang mengenalmu."
Enri tersenyum lemah kepada Nfirea dan Jugem saat bahunya turun, sebuah tanda dia kehilangan kalah dalam bertempur dengan lelah. Di kejauhan, Agu mengamati dari kejauhan, lalu bergumam sendiri.
"Jadi memang benar, dia mengendalikan para goblin dengan kekuatan... Kepala desa Carne, Enri-nee...."
***********
Kota benteng E-Rantel didominasi oleh tiga cincin konsentris dinding benteng. Pintu-pintu di dinding ini adalah bagian yang paling kokoh dan paling kuat dari dinding itu sendiri, dan mereka terlihat seperti memancarkan perasaan yang kuat.
Adalah hal yang wajar melihat para traveler di jalanan menatap dengan mulut ternganga ke arah kota yang dikatakan mampu mementalkan serangan apapun yang dibuat oleh Empire. Dan orang-orang di jalan itu pastinya membuat ekspresi yang mirip di masa lalu.
Disamping gerbang-gerbang ini ada pos-pos pemeriksaan, yang dijaga oleh beberapa prajurit yang sedang bersantai berlindung dari sinar matahari.
Meskipun beberapa orang mungkin akan bertanya apakah tidak apa bagi para prajurit kota yang dekat dengan garis depan bersikap santai seperti itu, sebenarnya adalah pasukan dari pos pemeriksaan disana adalah untuk memeriksa para traveler. Pekerjaan mereka adalah untuk mengungkap barang selundupan dan mata-mata dari negara lain, jadi mereka tidak melakukan apapun ketika tak ada yang masuk ke dalam kota.
Sebagai hasilnya, para prajurit yang saat ini sedang terdiam - meskipun mereka mempertahankan kedisiplinan daripada melewatkan waktu meeka dengan bermain kartu - tidak bisa menahan dorongan untuk menguap.
Mereka mungkin terlihat seperti sedang bermalas-malasan sekarang, tapi ketika mereka sibuk, mereka pasti sangat sibuk. Terutama ketika pagi, sulit sekali menjelaskannya dengan kata-kata, ketika kota baru saja membuka gerbangnya.
Dengan matahari yang ada di titik paling tinggi di langit, para traveler mulai muncul di jalanan dalam kelompok kecil, tersebar bersama dengan pejalan kaki lainnya. Wajar orang-orang bepergian secara berkelompok, karena dunia ini dihuni oleh para monster.
Ketika mereka muncul, mereka muncul dalam gerombolan; kita akan segera sibuk, meskipun penjaga hanya berdiam melihat jalanan dari tempatnya. Matanya terpaku pada sebuah gerobak yang akan memasuki jalanan, menunggu beberapa pejalan kaki lewat.
Seorang wanita sedang mengendarainya. Dia tidak bisa melihat orang lainnya di dalam gerobak yang tidak tertutup itu. Dia bepergian sendiri.
Dia tidak bisa melihat senjata apapun padanya pula. Tebakannya yang pertama adalah dia seorang gadis desa.
Saat prajurit tersebut memikirkan hal ini, dia memiringkan kepalanya saat ragu-ragu dengan dirinya sendiri.
Bukan hal yang aneh jika orang-orang dari desa terdekat datang kemari. Namun, seorang wanita yang bepergian sendirian adalah masalah yang sama sekali lain. Area yang mengelilingi E-Rantel tidaklah bebas sama sekali dari para bandit dan monster. Berket usaha dari tim petualang legendaris "Darkness", kebanyakan monster-monster yang berbahaya dan bandit-bandit itu sudah disapu bersih. Tapi "kebanyakan" bukan berarti "semuanya", dan masih ada binatang buas biasa seperti serigala dan semacamnya yang harus diwaspadai.
Ini bukan hal yang unik bagi E-Rantel; berlaku juga untuk semua kota yang lainnya pula. Dan setelah dipikir-pikir, bisakah wanita bepergian sendirian?
Ketika berpikir jika dia mungkin saja berlari lebih cepat dari para bandit muncul di pikiran, dia tidak merasakan tekanan atau rasa gugup apapun pada dirinya sama sekali. Seakan dia tahu perjalanan itu adalah perjalanan yang aman.
Wanita macam apa dia?
Prajurit itu mengalihkan tatapannya yang curiga beralih ke kudanya, dan itulah ketika dia melakukan keheranan.
Kudanya luar biasa, bukan sesuatu yang dimiliki oleh hanya seorang gadis desa. Kondisi dan mantelnya mengingatkan pada seekor kuda perang.
Kuda perang memang sangat mahal. Meskipun kamu bisa mengumpulkan uang untuk membelinya, satu orang biasa tidak akan mampu mendapatkannya dengan mudah. Selain dari binatang yang bisa dikendarai berukuran besar seperti wyvern atau griffin, kuda perang adalah semacam makhluk terkuat yang biasa dijadikan sebagai tunggangan.
Orang biasa akan memerlukan uang dan koneksi untuk bisa mendapatakan kuda perang seperti itu, dan seorang gadis desa biasa tidak memiliki koneksi seperti itu.
Ada juga kemungkinan dia mencuri kuda itu dari pemilik asli, tai siapapun yang mencuri benda yang bernilai seperti itu pasti akan dikejar terus-terusan dan menjadi target hukuman yang setimpal. Inilah kenapa bandit-bandit tidak akan mencuri kuda atau menyerang pasukan berkuda.
Kesimpulannya, setelah mempertimbangkan semua bukti yang kentara, peluang dia benar-benar seorang gadis desa biasa sangat rendah. Jadi makhluk apa ini yang menyamar sebagai seorang gadis desa?
Hal yang penting adalah dia bepergian sendirian. Itu artinya dia sangat percaya diri dengan kemampuannya, dan kemampuan itu tidak terbatas pada kenyataan bahwa dia memilih berpakaian seperti seorang gadis desa. Dengan pemikiran seperti itu, kelihatannya dia adalah seorang magic caster, karena perlengkapan dan kekuatan mereka jarang sekali cocok dengan penampilan merka.
Itulah jawaban yang bisa dia terima. Jika ditekan alasannya, itu karena magic caster, atau petualang secara umum, memang kaya dan memiliki koneksi, jadi mendapatkan seekor kuda perang adalah hal yang mudah.
"Apakah itu seorang magic caster?"
Partner di sampingnya juga melalui proses yang sama.
"Mungkin saja."
Prajurit itu mengerutkan dahinya dan menjawab.
Magic caster adalah orang-orang yang menjengkelkan dalam hal pemeriksaan.
Pada awalnya, senjata utama mereka, magic, adalah satu hal yang tidak memiliki bentuk dan terlihat mata telanjang. Itu artinya tidak mungkin melihat apa senjata mereka.
Keuda, mereka mungkin menggunakan barang berbahaya sebagai bagian dari magic mereka dan menemukkanya adalah hal yang sulit.
Ketiga, magic caster biasanya memiliki banyak barang bawaan, jadi memeriksanya satu persatu adalah hal yang menjengkelkan.
Sejujurnya, dia benci berurusan dengan mereka. Karena itu, mereka mempekerjakan seorang pria dari asosiasi magician - setelah membayar biaya yang cocok, tentu saja - untuk membantu mereka. Namun...
"Apakah kita harus membawa pria itu keluar? Aku tidak ingin."
"Mau bagaimana lagi. Jika ada sesuatu yang terjadi, pantat kita jadi taruhannya."
"Akan lebih baik jika dia berpakaian layaknya seorang magic caster dari awal."
"Membawa tongkat aneh, memakai jubah aneh?"
"Yup. Setidaknya kamu akan tahu dia adalah seorang magic caster. Maka kita akan terpaksa memasukkannya ke dalam Asosiasi Magician dan membuatnya membawa Segel tanda pengenal Guild petualang yang wajib."
Dua prajurit itu bangun bersamaan, saling tertawa satu sama lain. Ini adalah untuk menyambut gadis yang mungkin saja seorang magic caster.
Dari balik mata yang awas prajurit itu, gerobak itu menggelinding ke pintu dan berhenti.
Gadis itu turun. Dahinya licin karena keringat, tapi dia kelihatannya terbiasa bepergian di bawah sinar matahari. Lengan bajunya panjang, mungkin untuk berlindung dari sengatan sinar matahari. Pakaiannya kelihatannya tidak mahal atau dijahit dengan benar. Tak perduli bagaimanapun kamu melihatnya, dia hanyalah seorang gadis desa biasa.
Tapi kamu tak bisa menilai sebuah buku hanya dari sampulnya. Dia bisa saja menyembunyikan sesuatu. Pekerjaan mereka adalah mencari tahu apa itu.
Prajurit itu mendekat sang gadis dengan waspada.
Mereka berbicara kepadanya dengan nada yang lembut dan baik. Ucapan seperti, "Kami tidak ingin menakutimu, jadi tolong tenanglah dan santai saja."
"Ya, tidak masalah."
Prajurit itu mengantarkan si gadis ke titik pemeriksaan.
Agar bisa berlindung dari mantra "Charm", dua prajurit lagi mengikutinya dari kejauhan beberapa meter. Yang lainnya mengawasi gadis tersebut dengan hati-hati, waspada dengan gerakan mencurigakan apapun.
Gadis itu memiringkan kepalanya berkali-kali, seakan merasa ada tekanan di udara.
"...Ada apa?"
"Eh? Ah, tidak, bukan apa-apa."
Seseorang bisa menyadari perubahan sekejap di udara tidak mungkin adalah hal yang biasa. Para penjaga itu membawanya ke titik pemeriksaan dengan pikiran seperti itu.
"Kalau begitu, bisakah kamu duduk disana?"
"Ya."
Gadis itu duduk di salah satu kursi yang disediakan di dalam benteng pertahanan kecil.
"Mari kita mulai dengna nama dan asalmu."
"Ya, Namaku adalan Enri Emmot. Aku datang dari desa Carne, di dekat Great Forest of Tob."
Prajurit itu saling bertukar tatapan, dan salah satunya melangkah keluar dari benteng pertahanan. Dia akan memeriksa daftar penduduk jika ada kecocokan.
Untuk bisa mengatur penduduknya, Kingdom menyimpan catatan mereka di dalam bentuk daftar. Meskipun begitu, daftar-daftar itu adalah urusan kasar, dan detil relevan tentang kelahiran dan kematian mengalami update sangat pelan, atau tidak sama sekali. Perkiraan kasarnya, ada puluhan ribu kesalahan pada daftar itu. Sebagai hasilnya, terlalu mengandalkan daftar tersebut adalah ide yang buruk, namun meskipun begitu, mereka memiliki manfaat juga.
Daftar ini kacau balau, tapi memiliki banyak isi, jadi mencarinya akan memakan waktu yang panjang. Prajurit itu memahami ini, dan memutuskan untuk mencoba dan mengurusi hal lain selama itu.
"Kalau begitu, sebagai ganti biaya masuk, bisakah aku melihat surat ijinmu?"
Biasanya, semua yang memakai jalanan Kingdom harus membayar biaya - sesuatu seperti pajak lewat. Namun, membebani biaya kepada penduduk uang itu akan menyebabkan perdagangan menjadi tersendat hingga macet, dan sebagai hasilnya setiap desa diberikan surat ijin bepergian dengan begitu mereka bisa masuk ke kota gratis. Tentu saja, karena adanya bangsawan yang berbeda pada masing-masing daerah, ada peraturan berbeda pada masing-masing daerah juga.
"Hmmm, biar kucari.. ini dia."
Prajurit itu menghentikan Enri sebelum membuka tasnya untuk mencari surat iin.
"Ah, kami yang akan melakukan itu. Bisakah kamu memberikan tasmu pada kami?"
Enri menyerahkannya tanpa protes. Prajurit itu dengan hati-hati memeriksa isinya, dan menemukan sebuah perkamen.
Mereka membuka gulungan itu di meja agar bisa dilihat siapapun. Meskipun tingkat melek huruf di antara penduduk Kingdom sangat rendah, adalah hal yang bagus jika setiap prajurit yang ditugaskan di titik pemeriksaan bisa membaca dan menulis. Atau lebih tepatnya, mereka disini memang karena mereka bisa baca tulis.
"Oh begitu. Yah, kelihatannya tidak apa. Ini jelas adalah surat ijin yang dikeluarkan untuk desa Carne. Aku sudah memastikan ini."
Prajurit itu menggulung kembali perkamen tersebut dan mengembalikannya ke dalam tas.
"Selanjutnya, katakan alasan mengapa kamu datang ke E-Rantel."
"Ya. Pertama, aku kemari untuk menjual tanaman obat yang aku petik."
Prajurit itu melihat ke dalam gerobak yang diletakkan di luar, dimana jambangannya saat ini sedang diperiksa.
"Dan berapa tanaman obat yang kamu jual?"
"Empat jambangan Nyukuri, empat jambangan Ajina dan enam jambangan Enkaishi."
"Enam jambangan Enkaishi katamu?"
"Benar sekali."
Enri bangga dengan ini, dan itu muncul di wajahnya. Prajurit itu mengerti kenapa.
Lagipula, ketika bertugas di titik pemeriksaan, biasanya akan mendapatkan pengetahuan tentang tanaman obat yang sedang diperdagangkan.
Enkaishi hanya tumbuh dalam waktu yang pendek dan hanya bisa dikumpulkan selama waktu itu saja, tapi itu adalah bahan utama dari potion healing. Permintaanya sangat tinggi, dan itulah kenapa harganya selalu bagus. Jika dia memiliki enam jambangan seperti yang dia katakan, itu artinya bahwa dia akan mendapatkan banyak uang ketika dia sudah menjualnya.
"Lalu, dimana kamu berencana untuk menjualnya?"
"Aku berencana untuk menjualnya di mantan kediaman dari Madam Bareare."
"Bareare? Maksudmu farmasist Lizzie Bareare?"
Meskipun dia sudah tidak tinggal disana lagi, dia telah menjadi orang paling penting di bisnis farmasi E-Rantel hingga dekat ini. Jika dia menjual tanaman obat di tempat Lizzie, itu artinya Lizzie sangat mempercayainya.
Kalau begitu, tidak perlu lagi menggali lebih dalam, pikir prajurit.
Yang sebenarnya adalah meskipun pekerjaan mereka adalah untuk menghentikan barang-barang berbahaya masuk ke dalam kota, menyelidiki ini ketika mereka sudah masuk ke dalam kota sudah bukan lagi tanggung jawab mereka.
Prajurit itu mengangguk dengan bersungut-sungut, dan melihat ekspresi Enri.
Hingga sekarang, percakapan mereka tidak mencurigakan, dan dia tidak merasa dia berbohong.
Itu artinya setelah pemeriksaan barang bawaan selesai, pekerjaannya akan selesai.
Saat ini, prajurit yang baru saja kembali menganggukkan kepalanya.
Itu artinya, seorang gadis yang disebut Enri ada di dalam daftar.
Namun, catatan itu hanya mengatakan ada seorang gadis yang disebut Enri lahir di desa Carne. Tanpa ada jaminan apapun jika orang yang ada di depannya adalah Enri yang sebenarnya, juga tidak ada bukti hidup macam apa yang dialami Enri. Mungkin ketika perjalanannya, dia telah mendapatkan semacam magic yang kuat, atau dia baru saja mati di dalam perjalanannya dan beberapa kriminal menggunakan namanya.
Karena itu, satu pemeriksaan terakhir dibutuhkan.
"Aku mengerti. Kalau begitu, panggil pria kemari."
Prajurit tersebut mengangguk, lalu meninggalkan benteng pertahanan.
"Setelah ini, kami akan memeriksa tubuhmu. Apakah tidak apa?"
"Eh?"
Sebuah ekspresi terkejut muncul di wajah Enri. Prajurit itu cepat-cepat menguatkan kalimatnya.
"Dan, tidak akan adalah lagi pertanyaan lain. Maafkan aku, ini adalah peraturannya. Dan kami tidak akan melakukan hal macam-macam kepadamu, jadi jangan khawatir."
"...Aku mengerti."
Melihat Enri yang tidak keberatan, prajurit itu menghela nafas lega. Dia tidak ingin menjadi orang yang membuat marah seseorang yang mungkin saja magic caster.
Prajurit yang baru saja pergi sudah kembali, kali ini dengan seorang pria yang mengikuti di belakangnya.
Pria ini adalah seorang magic caster.
Hidungnya menonjol seperti paruh elang, sementara wajahnya yang tipis berwarna putih pucat. Tubuhnya dibungkus dengan jubah hitam yang kelihatannya sangat panas. Keringatnya mengalir bebas, dan tangannya yang mirip cakar menggenggam tongkatnya dengan erat.
Jika prajurit itu harus berkata kepadanya, dia pasti akan menyuruhnya membuang jubah itu karena panas, tapi magic caster secara pribadi menyukai gaya itu, dan dengan keras kepala menolak untuk merubah pakaiannya. Oleh karena itu, ketika magic caster masuk ke dalam ruangan, suhu di dalamnya kelihatannya naik menjadi beberapa derajat.
"Jadi gadis ini ya?"
Magic caster itu berbicara dengan pelan, yang mana prajurit yang mengantarnya menganggapnya aneh, seperti biasa.
Meskipun dia terlihat seperti seorang pria berusia dua puluhan, suaranya yang benar-benar serak membuatnya sulit untuk menilai berapa usianya dari suara itu saja. Apakah itu karena penampilannya yang memang muda tidak normal, atau suaranya yang serak tidak normal.
"Itu..."
Enri berubah menjadi terkejut kepada magic caster yang menggantikan prajurit tadi. Di hatinya, prajurit tersebut mengira jika rasa terkejutnya memang tidak bisa dihindari. Dia juga, ketakutan ketika pertama kali dia melihat pria tersebut.
"Ini adalah magic caster dari Asosiasi Magician. Dia akan melakukan pemeriksaan sederhana, jadi mohon tunggu sebentar."
Prajurit itu memberi isyarat kepada Enri untuk tetap duduk, lalu mengangguk kepada magic caster.
"Aku akan serahkan padamu kalau begitu?"
"Tentu saja."
Magic caster tersebut mengambil satu langkah maju kepada Enri, lalu dia merapalkan mantranya.
"[Detect Magic]"
Setelah itu, magic caster tersebut menyipitkan matanya, seperti seekor binatang buas yang menatap mangsanya. Namun, Enri tetap tenang wajahnya melihat pemandangan aneh ini.
Melihat hal itu, seluruh prajurit bisa berpikir "Tidak heran"
Seseorang yang bisa tetap tentang di bawah tatapan semacam itu tidak mungkin seorang gadis desa biasa. Setidaknya, jika dia tidak memiliki pengalaman menghadapi monster atau orang-orang yang ingin membunuhnya, itu hanya memperkuat kecurigaannya.
"Jangan mencoba mengelabui mataku. Kamu sedang menyembunyikan item magic. Benda di pinggangmu."
Enri mendengarnya, dan melihat ke pinggangnya karena terkejut, untuk pertama kalinya sejak di datang kemari.
Prajurit itu mengambil sikap kuda-kuda. Mereka mengerti senjata seperti pedang, tapi item magic adalah misteri bagi mereka.
"Maksudmu ini?"
Enri mengeluarkan sebuah tanduk kecil dari bajunya, cukup kecil hingga kedua tangannya bisa menyembunyikannya. Prajurit itu tidak bisa melewatkan hal ini.
"...Apakah itu adalah sebuah item magic?"
"Benar sekali. Kalian sudah dikelabui oleh penampilannya. Benda itu memiliki magic yang kuat."
Prajurit tersebut tidak bisa berkata apapun lagi. Jika ini adalah sebuah item yang dianggap oleh magic caster kuat, lalu seberapa kuat itu?
Saat para prajurit menganggap gadis ini pasti berpakaian datar karena suatu alasan, mereka tidak bisa menahan diri merasa ada sebuah hawa dingin yang menusuk dada mereka.
"Ah, ini adalah-"
"Tidak perlu mencari alasan. Magic milikku sudah bisa melihatnya."
Untuk bisa memaksa Enri diam, dia merapal mantra lain.
"[Appraise Magic Item] - uoooooohhh!"
Ekspresi wajah magic caster tersebut berubah beberapa kali dalam beberapa detik. Menjadi terkejut, ketakutan, terancam, lalu bingung.
"Apa, Apa, Apa ini? Seperti sebuah lautan kekuatan yang tidak ada tepinya... Tidak mungkin! Memangnya benda apa ini?!"
Wajah magic caster itu menjadi merah, dan bintik-bintik ludah terbang dari samping mulutnya.
"Kamu, kamu, Siapa sebenarnya kamu! Jangan coba-coba menipuku!"
Perubahan sikap dramatis magic caster tersebut mengagetkan para prajurit, dan Enri tidak terkejut saat matanya melebar.
"Tidak, aku hanya, aku hanya orang biasa! Seorang gadis desa biasa! Itu sebenarnya!"
"Seorang gadis desa? Kamu, mengapa kamu berbohong? Kalau begitu bagaimana kamu bisa memiliki sebuah item magic seperti ini? Jika kamu benar-benar seorang gadis desa biasa, bagaimana kamu bisa mendapatkan sesuatu seperti itu?!"
"Eh? Ini, Ini adalah hadiah dari orang yang menyelamatkan desa kami, Ainz Ooal Gown-sama-"
"Bohong lagi! Seorang pendekat dari Theocracy pasti telah memberiksannya kepadamu!"
"Eh? Apa maksudnya dengan Theocracy?"
"Prajurit! Berkumpul! Gadis itu terlalu mencurigakan!"
Meskipun prajurit itu tidak mengerti apa yang terjadi, hingga hari ini, mereka tak pernah melihat magic caster tersebut menjadi ketakutan seperti ini sebelumnya. Jadi jika ini adalah darurat, mereka seharusnya meletakkan apapun yang sedang mereka lakukan dan merespon panggilan itu.
"Masuk! Masuk!"
Menjawab teriakan prajurit tersebut, beberapa rekan mereka menghentikan pemeriksaan barang merka dan masuk ke dalam ruangan.
"Siapa yang memberimu item seperti ini? Bagaimana kamu mendapatkannya? Kamu tidak mungkin seorang gadis desa biasa!"
"Tidak, ini benar-benar diberikan kepada oleh Gown-sama! Tolonglah, kalian harus percaya kepadaku!"
Dua prajurit itu bertukar pandang. Mereka semua, begitu juga dengan magic caster yang bertugas, percaya bahwa Enri adalah seorang magic caster juga. Namun, melihat reaksi gugup Enri terhadap perubahan situasi yang tiba-tiba, mereka mau tidak mau berpikir dia hanyalah seorang gadis desa biasa.
"Apa, Ada apa lagi disana? Katakan kepadaku mengapa kamu berpikir dia mencurigakan!"
"Hnh! Pada awalnya, tanduk ini bisa memanggil sekelompok goblin - meskipun aku tidak yakin berapa banyak yang bisa dipanggil, tapi benda itu memang bisa melakukannya."
Prajurit itu mengerutkan dahi. Akan jadi masalah jika benda seperti itu digunakan di jalanan. Namun, apakah itu buruk? Orang-orang tertentu, seperti para petualang, memiliki item magic yang banyak. Hanya karena satu ini bisa memanggil goblin bukanlah hal yang aneh.
"Dan testimoni dari gadis yang mengaku gadis desa ini dipenuhi dengan ketidak wajaran. Item itu memiliki nilai beberapa ribu koin emas; mengapa ada orang yang begitu saja memberikannya kepada hanya seorang gadis desa biasa?"
"Beberapa ribu?!"
"Beberapa ribu?!"
Jumlahnya mencengangkan ini menarik teriakan rasa tidak percaya dari para prajurit, dan Enri sendiri.
Beberapa ribu koin emas adalah jumlah yang bisa dimiliki oleh orang biasa di seluruh hidupnya. Sulit dipercaya item yang terlihat sederhana itu bisa memiliki nilai sebanyak itu.
"Benar sekali. Tak ada yang memberikan begitu saja sebuah item tanpa alasan yang jelas, terlebih lagi kepada seorang gadis biasa! Aku bisa menerima jika dia adalah petualang kelas atas atau magic caster. Tapi dia bialnag dia hanya seorang gadis desa biasa! Itu terlalu mencurigakan!"
Sampai segitu para prajurit mengerti. Orang-orang spesial cenderung mengumpulkan item-item spesial sendiri. Di masa lalu, baik orang hebat yang baik ataupun jahat dikenal kepemilikan mereka terhadap perlengkapan yang kuat. Itu adalah takdir mereka, dan itu tidak terelakkan.
"Tidak, benar kok, aku hanya seorang gadis desa biasa..."
"Dan, aku tak perna dengar Ainz Ooal Gown ini. Setidaknya, dia bukan bagian dari asosiasi kami, ataupun pernah mendengar seorang petualang dengan nama itu."
"Kapten Warrior kenal dengan Gown-sama!"
"Kapten Warrior dari Kingdom, Gazef Stronoff-dono? ...Kamu pasti membual. Bagaimana mungkin seorang gadis desa biasa tahu hal semacam itu?"
"Karena dia datang ke desa kami! Itu benar! Pergi dan tanyakan kepadanya dan kamu akan tahu!"
Tidak mungkin bisa berkomunikasi dengan Kapten Warrior, yang tinggal di ibukota kerajaan, dari E-Rantel. Terlebih lagi, jika dia benar-bena seorang gadis desa biasa, kelihatannya dia tidak mungkin tetap ada dalam ingatan Kapten Warrior, jadi membuktikan identitasnya akan sulit.
"Jadi apa yang harus kita lakukan?"
"Tangkap dia untuk sementara, lalu selidiki lebih jauh nantinya. Karena dia tidak merahasiakan item itu, dan berencana untuk membawanya ke kota secara terbuka, dia mungkin bukan seorang mata-mata atau terorist, tapi itu bukan jaminan."
Enri panik melihat ke sekeliling.
Dia terlihat seperti seorang gadis desa biasa. Jika ini adalah sebuah akting, dia pasti seorang akto yang sangat hebat.
Tiba-tiba saja, salah prajurit yang ada di luar berseru terkejut. Di waktu yang sama, sebuah suara yang tidak bisa diingat dengan baik oleh Enri terdengar.
"Aku ingin masuk ke dalam kota, tapi... apa yang terjadi?"
Saat mereka berbalik ke arah sumber suara, mereka melihat seorang pria dengan armor hitam legam.
"Uoooh!"
Prajurit dan magic caster itu berseru terkejut. Siapapun di E-Rantel tahu pria yang memakai armor itu. Plat Adamantite yang bergoyang di dadanya adalah bukti pasti dari identitasnya. Seorang legenda hidup, seorang pria yang membuat hal yang tak mungkin menjadi mungkin, warrior terkuat.
Momon dari 'Darkness'.
"I-Itu Momon-sama! Mohon maaf sebesar-besarnya!"
"Memangnya, apa yang sedang terjadi disini.. hm? Gadis ini adalah..."
"Ya! Karena gadis ini, kami menghabiskan sedikit waktu memeriksanya. Maafkan saya karena ketidaknyamanan yang kami sebabkan untuk Momon-sa-"
"-Enri, ya kan? Enri Emmot?"
Udara di ruangan itu kelihatannya seperti membeku. Mengapa seorang petualang legendaris tahu nama dari seorang gadis desa biasa?
"Itu, anda adalah... ah, ya, Itu, yang waktu itu, anda adalah petualang yang datang dengan Enfi. Meskipun aku mengira tidak pernah bicara dengan anda.. apakah anda tahu nama saya dari Nfirea?"
Momon meletekkan tangannya ke dagu, seakan sedang berpikir. Lagipula, dia memberi isyarat kepada magic caster dan mereka keluar dari benteng pertahanan. Meskipun para prajurit ingin mengikuti, mereka tidak bisa meninggalkan Enri sendirian.
Hanya magic caster tersebut, yang sekarang menjadi tenang, kembali ke ruangan.
"Lepaskan dia. Pria hebat itu, Momon si Hitam, telah memberikan jaminan dengan statusnya sebagai petualang peringkat adamantite. Kurasa tidak ada gunanya membuatnya tetap disini. Bagaimana?"
"Itu adalah keputusan yang jelas... tapi, apakah itu tidak apa?"
"Apakah tidak apa meragukannya, dari semua orang?"
"Te-Tentu saja tidak! Aku mengerti. Kami akan memperbolehkannya lewat. Enri Emmot dari Desa Carne, kamu diperbolehkan masuk ke kota. Kamu boleh pergi."
"Ah, ya. Terima kasih banyak."
Setelah cepat-cepat membungkuk kepada mereka, Enri meninggalkan benteng pertahanan. Saat punggungnya menghilang di kejauhan, prajurit itu berpaling kepada magic caster itu.
"Bagaimana dengan Momon-sama?"
"Dia pergi duluan."
"Kalau begitu... apa hubungan pahlawan itu dengan gadis desa tersebut?"
"Memangnya aku tahu? Momon-dono bilang kepadaku apa yang kubilang kepadamu, dia memberi jaminan untuknya dan meminta kita untuk melepaskannya."
"Kalau begitu pertanyaan lain. Gadis Enri Emmot itu. Apakah kamu kira dia hanyalah seorang gadis desa biasa?"
"Tentu saja tidak. Tidak mungkin dia hanya seorang gadis desa biasa, jika tidak mengapa seorang pahlawan hebat sepertinya membantu dia? Dan bukan kebetulan dia membawa item itu.. Apakah itu ada hubungannya dengan Theocracy?"
"Itu Ainz entah apalah. Jika dia dari Theocracy, bukankah kita seharusnya membiarkan pimpinan tahu?"
"Sejujurnya, aku tidak tahu. Lagipula, Momon-dono sudah menjaminnya. Jika kita biarkan orang-orang di atas tahu.. yah, kamu hanya melakukan pekerjaanmu, tapi apakah kamu benar-benar ingin membuat marah Momon-dono?"
Wajah prajurit itu berubah.
Perbuatan berani Momon di pahlawan kegelapan di dalam kuburan E-Rantel adalah topik percakapan yang umum ketika para prajurit berkumpul.
Tidak ada yang siapapun yang tidak mendidih darahnya setelah mendengar legenda dari seorang pahlawan yang menghancurkan sebuah gerombolan puluhan ribu undead. Bahkan mereka yang hanya melihat dari jauh bisa merasakan tekanan yang luar biasa dari permainan pedangnya. Pria yang bahkan bisa membuat binatang buas berlutut di depannya dan menawarkan diri sebagai tunggangan membuat hati para prajurit meledak.
Sama seperti wanita yang jatuh cinta kepada pria yang kuat, banyak pria yang memuji Momon the Dark Hero, dan bisa dikatakan sebagian besar dari kekuatan tempur di E-Rantel adalah fansnya.
Prajurit ini adalah salah satunya.
Sebagai seorang fans Momon, hanya ditepuk bahunya saja oleh sang idol sudah cukup membuatnya ingin memamerkan kepada semua orang yang dia temui. Oleh karena itu, dia tidak ingin membuat marah pria yang dia kagumi.
"Itu ya itu. Yah, karena Momon-sama sudah menjaminnya, kurasa tidak apa-apa."
"Kurasa juga begitu. Jika kita memperlakukan seorang teman dari Momon-dono dengan buruk, kurasa nanti akan jadi tidak baik. Kurasa yang bisa kita lakukan adalah menghindari perahu bergoyang. Kalau begitu sekarang... kurasa aku akan pergi kembali berjaga."
"Ayup. Aku juga akan kembali ke posku."
----
Enri mengendarai gerobaknya dengan memunggungi gerbang kota E-Rantel, penasaran apa yang sebenarnya baru saja terjadi. Pria dengan armor hitam legam itu - petualang yang datang bersama dengan Nfirea ke desa Carne untuk memetik tanaman obat - dia telah membantunya lepas dari titik yang ketat.
Yang benar, dia seharusnya langsung pergi untuk berterima kasih kepadanya, tapi sayangnya dia sudah tidak melihatnya ketika dia masuk ke kota.
Jika aku berterima kasih ketika lain kali kita bertemu... apakah dia akan memaafkanku? Meskipun dia sedang berpikir jika dia harus segera mulai mencarinya ketika dia masih punya waktu, ada alasan mengapa dia tidak bisa melakukannya. Alasan itu adalah apa yang saat ini sedang dia khawatirkan. Dia menggenggam sebagian dari pakaiannya, merasa tanduk yang ada di dalamnya untuk mengusir rasa tidak tenangnya.
Tanduk Goblin sesuatu.
Ini.. ini memiliki nilai beberapa ribu koin emas? Tidak mungkin. Tolong katakan kepada itu tidak benar...
Keringat Enri mengalir seperti sebuah sungai. Tanduk itu diberikan kepadanya dengan enteng sehingga dia tidak mengira seberharga itu. Tidak, Nfirea pernah bilang itu adalah item magic kelas tinggi.... tapi jumlahnya jauh melebihi bayangannya.
Apakah tidak apa bagiku menggunakan item ini? Apakah nantinya tidak apa? Jika dia disuruh untuk mengembalikan yang satunya yang telah dia pakai, apa yang harus dia lakukan?
Aku butuh beberapa ribu jambang tanaman obat... Mungkin aku tidak akan bisa mencukupinya seumur hidup hanya dengan memetik tanaman obat... Ditambah lagi, dia memiliki item lain yang bergarga ribuan koin emas.
Apakah Gown-sama seorang pria yang bisa dengan mudah memberikan item seperti itu?! Atau mungkin, dia tidak tahu nilainya.. tidak mungkin, tidak mungkin orang sepertinya tidak tahu... tapi, jika dia tidak tahu...
Perut Enri mengeluh dan sakit.
Dia melihat ke sekelilingnya dengan curiga. Tidak banyak orang di sekitar, tapi masih lebih banyak beberapa kali dari desa Carne. Apakah ada orang yang akan mencuri tanduk ini? Ide yang tidak enak itu muncul di hati Enri.
Jika saja aku tidak membawanya keluar. Ada banyak kejahatan disini, ya kan? Bagaimana jika tanduk itu dicuri.. Jika tanduk itu ditiup dan goblin-goblin muncul membuat kekacauan, bukankah itu membuat seperti kriminal?
Saat keringat dingin membasahi Enri, seseorang turun dari tempat duduk di sampingnya di kursi pengemudi. Cara dia turun seperti sebuah bulu yang melawan gravitasi pasti adalah magic.
Siapa-
Saat rasa terkejut melihat orang baru menghilang, sebauh rasa terkejut yang lebih besar mendatanginya.
Dia adalah seorang wanita cantik yang memiliki rambut hitam legam yang wajahnya bisa meluncurkan ribuan kapal. Dia adalah orang yang datang dengan petualang berarmor hitam ke desanya. Matanya yang sedingin es tidak mirip apapun selain batu onyx saat menatap Enri.
"Makhluk rendahan (lalat pengganggu). Momon-san ingin bertanya sesuatu -"
"Cantiknya..."
"Pujian hanya akan mendapatkan-"
"Secantik Lupusregina..."
Saat dia melihat rasa terkejut di mata yang sedang melihatnya, Enri langsung menyesali hal bodoh yang dia katakan. Dia mungkin bahkan tidak tahu siapa Lupusregina. Namun, tidak ada orang lain yang bahkan bisa mendekati pemandangan yang ada di depannya.
Apa yang harus kulakukan, aku sudah membuatnya marah... yah, itu sudah jelas, tapi...
"Tentang itu, Lupusregina adalah orang yang sangat cantik di desaku-"
"-Terima kasih."
"Eh?!"
Matanya keras, dan begitu juga suaranya, dan bahkan alisnya tegang. Tapi rasa terima kasih yang dia berikan adalah tulus.
"...Haaaah. Momon sa-san ingin bertanya kepadamu, itulah kenapa aku datang. Jangan buang waktu lagi. Mengapa kamu kemari?"
Enri tidak punya kewajiban untuk menjawab. Namun, ini adalah partner dari orang yang sudah membantunya. Jika dia ingin tahu, maka dia seharusnya menjawab.
"Itu, sebelum itu, bisakah aku meminta bantuanmu? Momon-san telah membantuku tadi, dan aku sangat, sangat berterima kasih. Tolong katakan padanya itu."
"Aku akan mengatakannya. Jadi mengapa kamu kemari?"
"Ah, ya, aku, aku kemari, karena ada banyak hal yang harus dilakukan, seperti misalnya, menjual tanaman obat."
Wanita itu memberi isyarat dengan dagunya, memberi isyarat kepada Enri untuk terus bicara.
"Lalu, aku akan pergi ke kuil, untuk melihat jika ada siapapun yang ingin pindah ke desa kami. Dan lalu aku ingin pergi ke Guild Petualang untuk membicarakan beberapa hal. Dan aku harus memberi beberapa hal yang tidak bisa didapatkan di desa, seperti senjata. Sesuatu seperti itu..."
"Oh begitu, aku mengerti yang kamu katakan. Aku akan menyampaikannya kepada Momon-san."
Dengan gerakan yang indah dan sangat halus yang sepertinya tidak dipengaruhi gravitasi, wanita itu mendarat di gerobak, lalu pergi tanpa melihat ke belakang.
Kesan Enri kepadanya adalah seperti angin ribut yang beku yang bisa mengoyak orang-orang.
"Dia adalah wanita menakjubkan... rasanya sepuluh kali lebih kuat dari Brita-san..."
Tidak ada gadis di desa sepertinya. Nabe mungkin menjadi seorang petualang karena kepribadiannya seperti itu. Itu membuatnya merasa bahkan lebih susah dalam mengunjungi Guild Petualang.
"Ahhhh, oh tidak!"
Nabe adalah petualang yang kuat, tapi Enri hanya menyadarinya setelah dia pergi. Ditambah lagi, dia adalah partner dari pria yang telah menaklukkan Wise King of the Forest. Dia mungkin bisa memberitahu Enri apa yang sedang terjadi di dalam hutan.
"Giant of the East dan Serpent of the West, dan apapun itu Monumen Kehancuran.. jika saja aku bisa menanyakan semua itu. Ah~ Aku benar-benar bodoh, Mengapa aku tidak kepikiran itu sebelumnya?"
Enri mengendarai gerobaknya melalui sebuah gerbang sambil mengomeli dirinya karena ceroboh.
----
E-Rantel bisa dibagi dalam tiga zona secara kasar, dipisahkan oleh dinding-dinding kota. Zona tengah adalah tempat orang-orang tinggal.
Itu juga tempat Guild Petualang berada.
Idealnya, uang paling aman adalah menjual tanaman obat di Guild Farmasi. Namun, itu akan melibatkan banyak dokumen merepotkan, jadi dia memilih untuk pergi ke Guild Petualang daripada menggunakannya sebagai perantara. Dia telah mempertimbangkan gambaran atas bantuan Lizzie untuk ini, tapi Enri telah memutuskan untuk menggunakan nama nenek teman baiknya adalah hal yang terlalu tidak tahu malu, dan mempertimbangkannya lagi.
Rencana pergi ke Guild petualang adalah ide Nfirea.
Jika Nfirea datang sendiri, mereka tidak perlu menggunakan Guild dan dia bisa menjual semuanya langsung. Seorang gadis desa sederhana seperti Enri melakukan ini sendirian akan menjadi santapan bagi anggota-anggota cerdik dari Guild Farmasi.
Enri menuruni jalanan yang dikatakan oleh Nfirea dan Brita.
Meskipun dia bepergian dengan goblin sebelumnya, mereka semua sedang menunggu di luar kota agar Enri menyelesaikan urusannya. Sejak dia keluar dari desa, dia menyadari bahwa dia sendirian, dan tangannya menggenggam tali kekang lebih erat lagi.
Tekanan membuat kaku bahu Enri. Akhirnya, tak mampu menahannya lagi, dia melihat ke seluruh penjuru dan tujuannya ada di depannya.
"Aku menemukannya!"
Enri berteriak kecil kegirangan. Sekarang setelah dia ada disini, dia mungkin tidak akan tersesat.
Dia menyerahkan tali kekang gerobaknya kepada penjaga yang sedang berdiri di pintu Guild Petualang, dan mendorong pintunya agar terbuka.
Di dalam, banyak warrior berarmor full plate, hunter dengan busur di punggungnya, dan magic caster baik arcane dan divine sedang berjalan-jalan. Beberapa orang secara antusias bertukar informasi tentang monster yang ada di sekitar, yang lainnya menatap dalam-dalam perkamen yang ada di papan pengumuman, dan beberapa sedang mengusap-usap perlengkapan mereka yang baru saja dibeli.
Tempat itu dipenuhi dengan sebuah panas dan aktifitas yang membuat Enri tidak tenang kakinya, sebuah dunia pengamatan tanpa henti dan tekanan. Ini adalah dunia para petualang.
Mulur Enri jatuh terbuka saat dia melihat sebuah pemandangan yang tak pernah dia lihat di desa, lalu bergegas menutupnya kembali.
Memang benar dia dari daerah yang terisolasi, dan tidak mengejutkan jika dia gugup dengan suasana dari kota besar, tapi bagi seorang gadis seusianya, menatap bodoh dengan mulut menganga adalah hal yang memalukan.
Enri mulai berjalan, punggungnya lurus, secara tidak sadar memeriksa gerakannya agar tidak menggerakkan lengan dan kakinya di sisi yang sama atau melakukan apapun yang akan membuat dia menjadi bahan tertawaan. Namun, Enri mulai ragu dengan apakah tidak apa bagi seorang gadis desa yang jelas tidak cocok dengan tempat ini berjalan-jalan dengan beranir diantara para petualang yang berotot.
Di counter, dia disambut oleh senyum resepsionis.
"Selamat datang."
"Y-Ya, aku kemari untuk berkunjung."
Enri menatap resepsionis tersebut. Lalu, keduanya tersenyum samar. Enri merasa bahunya kaku, karena mungkin ini pertama kalinya dia datang ke E-Rantel.
"kalau begitu, boleh saya tanya urusan apa yang anda punya dengan Guild Petualang?"
"Mm. Pertama, aku ingin meminta bantuan menjual tanaman obat."
"Saya mengerti. Dimana tanaman obatnya sekarang?"
Enri bilang kepadanya mereka ada di dalam gerobak di luar, dan resepsionis itu mengalihkan pandangannya kepada wanita di sampingnya.
"Juru taksirnya akan segera memeriksanya sekarang, tolong tunggu di dalam Guild hingga dia selesai."
"Aku mengerti. Kalau begitu, hal lainnya.. meskipun kami tidak mengeluarkan permintaan sekarang juga, mungkin kami akan melakukannya di masa depan."
Enri dengan kasar menjelaskan situasinya kepada resepsionis. Senyum wajah wanita yang lainnya menjadi semakin serius saat dia mendengarkan cerita Enri.
"Begitukah... Aku hanya seorang resepsionis, dan aku tidak memutuskan kesulitan dari permintaan, tapi jika itu melibatkan Wise King of the Forest, mungkin itu adalah tugas yang hanya bisa ditangani oleh peringkat adamantite Momon-san. Tentu saja, jasanya tidak akan murah."
Enri merasakan perubahan pada suasana hati resepsionis itu. Dia kelihatannya sangat tidak termotivasi, seakan dia sudah memutuskan "Percuma saja aku bilang padamu, merepotkan sekali."
Ketika hidup dengan goblin, Enri perlahan mempelajari pembacaan emosi orang lain. Ini karena goblin terlihat jelek dan berbeda sekali dari manusia, dan dia sudah bekerja keras untuk mengetahui dan mengartikan perasaan mereka. Itu adalah cara Enri tumbuh.
Dia pasti sedang berpikir desa itu tidak memiliki banyak uang, huh... yah, melihat pakaianku, memang itu adalah kesimpulan yang wajar.. dan lagipula dia memang berpakaian sangat bagus. Enri sedikit membandingkan pakaiannya dengan resepsionis itu, dan memutuskan kebijakan fashion itu, dia benar-benar kalah kelas.
Tapi pakaian seperti itu jauh terlalu merepotkan untuk dipakai bekerja, dan pakaian itu juga terlalu mahal. Oleh karena itu, menurut Enri si wanita, pertarungan ini adalah draw.
"Namun, aku dengar kota akan memberikan subsidi..."
"Memang benar. Namun, subsidinya hanya sebagian dari biayanya, dan kamu harus membayar sisanya sendiri. Petualang dengan peringkat adamantite sangat mahal, dan meskipun setelah disubsidi mereka masih membutuhkan banyak uang untuk mempekerjakan. Tentu saja, kamu bisa menawarkan uang yang lebih sedikit untuk sebuah permintaan, tapi Guild Petualang tidak akan pernah memperbolehkannya. Jika kamu menawarkan uang yang lebih sedikit daripada syarat minimum, permintaanmu akan ditempatkan di bawah prioritas bawah, jadi kamu mungkin perlu mempertimbangkan mungkin saja tidak akan ada yang mengambilnya."
Dia pasti telah mengingat peraturan yang diberikan melihat caranya mengucapkannya bahkan matanya tanpa menjadi sayu. Resepsionis itu melihat ke arah Enri seperti seorang pembeli yang tidak akan membeli.
Itu memang wajar. Seorang pembeli yang tidak mengeluarkan uang bukanlah seorang pembeli sama sekali. Semua yang dikatakan oleh resepsionis itu ternyata menjadi seperti yang diprediksi oleh Nfirea, jadi dia tidak merasa terlalu marah. Itu adalah kenyataan jika tak ada siapapun yang akan membantu yang lemah.
Ainz Ooal Gown-sama benar-benar penyelamat desa karena sudah menyelamatkan kami. Dan dia bahkan memberikan seorang gadis desa sederhana seperti itu harta berharga seperti itu. Dia penasaran bagaimana resepsionis itu akan bereaksi jika dia menggunakan tanduk ini sebagai pembayaran. Hebat juga nantinya melihat tampangnya nanti, tapi Enri tahu dia takkan pernah melakukan hal semacam itu. Item ini telah diberikan kepadanya oleh magic caster hebat dengan instruksi "gunakan untuk melindungi dirimu sendiri". Dia tidak bisa menjualnya, bahkan tidak untuk desa. Dia tidak bisa melakukan hal yang tidak berterima kasih seperti itu.
"Aku mengerti. Kalau begitu, tolong katakan padaku berapa banyak biayanya nanti. Dengan begitu aku bisa kembali ke desa untuk berdiskusi."
"Jika memang seperti itu... bagaimana kalau begini? Silahkan kembali setelah pemeriksaan terhadap penjualan obat sudah selesai, dengan begitu kita seharusnya sudah selesai menghitung jumlahnya."
Setelah berterima kasih kepada resepsionis, Enri meninggalkan counter dan duduk di sofa di dalam aula, memandang atap sementara hingga pemeriksaan sedang dilakukan.
Lelahnya....
Setiap kali sejak dia masuk ke gerbang kota dalah petualang besar. Atau lebih tepatnya, ketika dia pikir-pikir, sejak hari orang tuanya tiada, hal membingungkan terus bertumpuk.
Yang kuinginkan hanyalah menjalani sebuah hidup yang sederhana dan tidak berubah di desa...
Saat dia memikirkan apa yang hilang darinya, Enri menghela nafas.
Dia berpikir tentang apa yang terjadi setelah itu - para goblin, teman masa kecilnya, dan menggelengkan kepalanya.
Tidak bisakah mereka lebih cepat...
Jika dia sedang melakukan sesuatu, dia tidak akan memiliki waktu longgar untuk memikirkan hal yang membuat gundah seperti itu. Dia lebih memilih fokus bekerja daripada memikirkan hal-hal yang membuatnya sedih.
"Enri-san, taksirannya sudah selesai."
Enri bangkit dan menuju suara dari pedagang.
"Terima kasih, Terima kasih banyak!"
"Biayanya adalah-"
Saat ini, Enri mendengar suara seseorang yang sedang buru-buru, tidak, sejujurnya sedang berlari ke arahnya. Saat dia berputar, dia melihat resepsionis yang tadi di depannya.
"Haaa- haaa- Enri-san dari desa Carne. Tidak maksudku, Enri-sama. Tentang masalah yang tadi, bisakah aku mendiskusikan detilnya kepadamu?"
Ini adalah resepsionis yang sama dari sebelumnya, tapi sikapnya benar-benar berbeda. Bahkan matanya merah.
"Ah, maafkan aku, tapi aku baru saja akan bilang padanya hasil dari taksirannya-"
"kamu diam saja, aku sedang bicara ini."
Balasan resepsionis itu membuat wajah pedagang tersebut berubah.
"Jika tidak apa, apakah anda mau mendiskusikan ini sambil minum di ruangan tamu?"
Dia sedang tersenyum, tapi senyumnya tidak sampai ke matanya. Malahan, ada sebuah perasaan putus asa, berusaha pada mata itu.
Mungkin dia merasakan sesuatu yang berbeda dari Enri yang bingung. Mata resepsionis tersebut lembab, dan tangannya ditutup keduanya seperti berdoa.
"Tolong, aku mohon padamu, anda harus biarkan aku mendengarnya! Jika tidak, aku bisa tamat!"
Setelah mendengarkan permohonan putus asa dan hampir menyedihkan, Enri tidak ingin bicara dengannya sama sekali, tapi kelihatannya terlalu kejam tidak memberinya peluang. Dia menatap ke arah pedagang itu kembali, yang kelihatannya seperti paham niatnya, karena dia sedikit mengangguk kepadanya.
"Me, Mengerti. Kalau begitu, bisakah kamu tunjukkan jalannya?"
Tubuh resepsionis itu terlihat mengendur saat dia mendengar balasannya.
"Terima kasih banyak! Benar-benar, terima kasih banyak! Silahkan, silahkan, saya akan menunjukkan jalannya."
Enri mengikuti di belakangnya, bermandikan tatapan setiap orang. Resepsionis menggenggam tangan kanannya dengan erat, seakan dia tidak ingin Enri untuk kabur.
Apakah aku terlalu gegabah?
Dia masuk ke ruang tunggu dengan jejak tidak nyaman di hatinya.
Enri tanpa suara melihat ke sekeliling yang ada di dalam ruangan. Ruangan itu tidak ada orangnya kecuali dirinya sendiri dan dekorasi yang rumit, dipenuhi dengan perabotan yang kelihatannya mahal sekali dia penasaran jika itu memang untuk dibuat tempat duduk.
"Silahkan, silahkan, silahkan duduk."
Sebagian dari dirinya bertanya-tanya jika dia akan ditangkap atau diikat saat dia duduk.
Namun, tak ada apapun yang terjadi ketika dia duduk di sofa. Yang hanya dia rasakan adalah perabotan yang nyaman menerima berat tubuhnya.
"Apakah anda ingin minum sesuatu? Bagaimana kalau minuman keras? Terlalu dini? Ya, kelihatannya... bagaimana kalau buah.. tidak, manisan dan pencuci mulut, mungkin?"
"Ah, tidak perlu seperti itu..."
Perubahan dramatis pada sikap resepsionis itu mulai membuat Enri takut. Pada awalnya, dia tidak merasa bahwa resepsionis itu memperlakukannya dengan dingin. Dia bersikap wajar, tanpa emosi seperti itu. Setidaknya, kelihatannya lebih normal dari sikapnya yang sekarang.
Tapi mengapa leopard ini merubah tempatnya? Apakah karena tanduk itu lagi?
"Tidak, tidak, apa yang anda katakan? Apapun boleh untuk anda. Kami bisa memberikan minuman keras, brandy, dan makanan ringan sebagai pendampingnya juga."
"Tidak, tidak usah repot-repot.. dan disamping itu, aku sudah kehabisan waktu. Bisakah kita mulai mendiskusikan masalahnya?"
"Tentu saja! Anda benar sekali! Kalau begitu, silahkan, silahkan lanjutkan!"
Resepsionis tersebut mengambil sebuah alas dari kertas putih. Semua kertas yang pernah dia lihat sebelumnya jauh lebih kasar dan memiliki warna lain yang tercampur. Ini pasti semacam benda kelas tinggi disini. Apakah tidak apa menggunakannya?
Enri mulai bicara. Meskipun pembukaannya sudah cukup mudah untuk dibicarakan, ini adalah bagian yang menjengkelkan - detilnya.
Akhirnya, saat tenggorokan Enri mulai kering, percakapan itu akhirnya berakhir.
"Terima kasih atas bantuanmu! Ada minuman disini, silahkan tidak usah sungkan sebelum anda pergi! Tidak apa tinggalkan saja cangkirnya disini, tapi terima kasih sudah datang kepada kami hari ini!"
Resepsionis itu tiba-tiba berdiri, lalu meninggalkan ruangan seakan dia baru saja diusir dari sana.
"Yang benar saja... apa yang terjadi?"
Tentu saja, tidak ada seorangpun disini yang bisa menjawab pertanyaan retorika miliknya.
-----
Pada akhirnya, Enri tidak menghabiskan malam di E-Rantel dan kembali pulang ke desa Carne.
Dia akan tidur di dataran, tapi dia tidak khawatir. Sebaliknya, dia tidur dengan nyenyak. Itu karena para goblin, yang sedang mengendarai gerobaknya yang sarat dengan isi.
"Ahh~ Akhirnya aku melihatnya."
Di depannya ada dinding desa Carne. Meskipun kayu-kayu tertata dengan rapi terlihat mengagumkan dengan cara mereka sendiri, Enri mau tidak mau berpikir mereka terlihat lusuh dibandingkan dengan benteng E-Rantel.
"Memang benar. aku harus laporan kepada kepala desa secepatnya."
Enri mengatakan hal ini kepada salah satu goblin di gerobak. Lima goblin telah pergi ke E-Rantel dengan Enri sebagai yang dilindungi, termasuk Cona sang priest dan seorang goblin pengendara serigala, yang saat ini sedang menjaga jarak untuk bisa mengetaui potensi ancaman apapun.
"Yah, masalah terbesar sudah ditangani, tapi bagaimana dengan permintaan kepala desa, Ane-san?"
"Ya, tentang itu.. menurut priest, hampir tak ada siapapun yang ingin pindah ke desa."
"Itu aneh. Maksudku, sudah ada imigran dari desa lain disini. Mengapa jumlah penduduknya tidak bertambah? Apakah pendeta itu berbohong?"
"Tidak, seorang pendeta tidak akan pernah berbohong" Enri tersenyum samar. "Sejujurnya, desa perbatasan adalah daerah yang berbahaya, jadi mereka menjaga jarak mereka. Meskipun beberapa orang menantikannya, seperti anak ketiga yang langsung meninggalkan kotaku jika mereka mendapatkan sebuah peluang untuk menggarap tanah... tapi tak banyak orang yang akan kemari tanpa sebuah perintah. Dan orang-orang yang pindah kemari pada awalnya pernah tinggal di desa-desa perbatasan seperti kita. Itulah perbedaannya."
"Begitukah..."
"Begitulah. Tapi sebenarnya, itu sedikit melegakan bagiku."
Mungkin akan sangat sulit bagi orang biasa untuk bisa membentuk hubungan baik dengan goblin dan hidup dengan mereka di desa yang sama. Imigran manapun dari kota mungkin akan pucat ketakutan saat melihat pemandangan itu dan akan berusaha menjauh.
Dan sejujurnya, jika Enri dipaksa memilih antara penduduk kota dan goblin, dia akan memilih goblin tanpa ragu.
Saat ini, gerobak itu bergoyang, dan suara seperti logam mengenai gerobak terdengar dari belakangnya.
"Ah, maaf. Apakah kamu baik-baik saja?"
Enri memutar kepalanya untuk melihat ke belakang.
Meskipun para goblin duduk di lantai gerobak, ada semacam karung disana, salah satunya akan membuat suara logam ketika gerobak bergoyang.
"Ah, kami tidak apa, Ane-san. Tidak usah khawatir. Ngomong-ngomong, dengan anak panah sebanyak ini, kita akan bisa berburu hingga puas."
Goblin-goblin itu terlihat senang ketika mereka melihat tas yang lupa diberikan oleh Enri kepada mereka, malahan hanya tersenyum.
Mereka telah menyeberangi ladang gandum, dan memasuki gerbang yang dibuka setengah.
Setelah menyambut semuanya, Enri mengendarai gerobak ke tempat asal mereka, agar bisa mengeluarkan muatannya.
Saat dia menghentikan gerobak di titik temu, goblin yang ada di dalam, setelah mendengar gerobak, berhamburan menyambutnya.
"Oh! Selamat datang kembali, Ane-san. Aku lega tidak ada apapun yang terjadi."
Enri tersenyum. Sambutan mereka adalah apa yang membuat Enri merasa bahwa dia telah kembali ke desa, karena baginya, Goblin-goblin itu adalah bagian dari keluarganya.
"Aku pulang!"
"Itu adalah barang yang banyak. Apakah kamu membawanya ke dalam?"
"Benar sekali bro. Tolong bantu aku."
"Aku datang!"
Goblin-goblin bergerak bersamaan, dengan cekatan menurunkan barang bawaan. Beberapa pergi kesana, beberapa pergi kesini, dan akhirnya seluruh item terkumpul tanpa perlu dikomando oleh Enri. Ini adalah bukti seberapa besar goblin-goblin memadukan diri mereka ke dalam kehidupan desa.
"Ah, Ane-san, biarkan kami mengurus sisanya. Mengapa kamu tidak menemui adikmu dan Ani-san? Meskipun aku tidak tahu jika Ani-san masih sedang membantu orang-orang Agu."
"Terima kasih, tapi aku masih harus melaporkannya ke kepala desa dahulu."
"Benarkah? Aku mengerti. Kalau begitu, untuk amannya, aku akan datang denganmu. Lagipula, masih ada masalah tentang ogre-ogre itu."
Gokoh berbicara kepada beberapa rekannya setelah meninggalkan tempat berkumpul, lalu dia naik ke gerobak di samping Enri, yang sedang mengendarai. Gobln lain yang telah menjaga Enri di jalanan ke E-Rantel iri melihatnya, tapi tak ada satupun dari mereka yang bersuara protes. Itu mungkin karena mereka setuju dia melakukan hal yang benar.
Enri tersenyum dan samar-samar berkata, "Aku mengandalkan kalian! Dan terima kasih banyak!"
Setelah berterima kasih kepada goblin, dia memacu kudanya agar bergerak.
"Jadi, apa yang terjadi di dalam desa sejak aku pergi?"
"Tak ada yang spesial. Hal terbesar adalah kami membangun sebuah tempat dimana ogre bisa tetap tinggal di dalam desa. Tentu saja, golem-golem batu yang paling banyak mengerjakannya, dan dibuat dengan sangat kasar dari kayu, tapi pada akhirnya, menjadi tempat yang sangat baik. Namun, kita tidak bisa melakukan apapun dengan bau mereka. Bahkan handuk yang kami berikan kepada mereka menjadi bau."
"Jadi begitu... tapi tetap saja cepat sekali!"
"Seperti yang kubilang, golem-golem yang paling banyak mengerjakannya. Jika kamu ingin berterima kasih kepada seseorang, terima kasihlah kepada magic caster yang telah memberikan mereka kepada kita."
"Dan Lupusregina-san, ya kan?"
"..Mari kita tidak membicarakannya sekarang. Aku tidak ingin melakukan apapun yang berhubungan dengan berterima kasih kepadanya. Suatu hal tentang dia agak membuatku marah."
Enri sulit menerima apa yang dia dengar. Ini adalah pertama kalinya Gokoh membicarakan hal buruk seseorang.
"Bagaimana aku harus menceritakannya... Dia sangat menakutkan, seperti seorang monster yang sedang mengawasi kita... Aku kira Ane-san belum merasakannya.."
"Tapi dia adalah pelayan dari orang yang telah menyelamatkan desa kita, Ainz Ooal Gown, jadi dia tidak seburuk itu."
"...Ah, merepotkan sekali~"
Bahu Enri dan Gokoh kaget. Ngomong-ngomong...
Enri melihat ke punggungnya buru-buru, dan seperti hari-hari sebelumnya, pelayan itu sedang duduk di gerobak seperti memang itu tempatnya.
"Yang benar saja, En-chan, merepotkan sekali."
"Apa maksudmu?"
"Mungkin, mungkin sebelum itu, kamu seharusnya bilang kepada kami bagaimana kamu muncul entah darimana."
"Mm? Mudah saja. aku turun dari langit."
"Itu tidak masuk akal. Ada beberapa kali kamu datang dari atas, tapi kami tak bisa merasakan kehadiranmu."
"Aku bisa membuat diriku tidak terlihat, yanno. Aku mencoba menjadi sehalus mungkin terhadap apa yang aku lakukan. Lihatlah betapa baiknya aku~"
Gokoh memutar wajahnya ke depan sekali lagi. Rasa jengkel muncul di seluruh wajahnya.
"Tapi, ah ya, jarang sekali kami bisa melihat Lupusregina-san dua hari berturut-turut. Apakah ada sesuatu yang terjadi?"
Lupusregina berbalik jengkel kepada Enri. Bahkan ketika dia marah, dia masih terlihat cantik, pikir Enri.
"Yah, semacamnya. Taaaaaapi lagipula, Aku hanya penasaran apa yang sedang terjadi. Ngomong-ngomong, apa yang terjadi dengan miniatur gobbo milikmu?"
"Dia baik-baik saja. Aku rasa dia seharusnya ada di rumah kepala desa."
"Mengapa di rumah kepala desa?"
"Ah, bisakah kamu membantu goblin dari sukuku, atau semacamnya seperti itu. Mereka tinggal disana sementara kami membangun sebuah tempat bagi goblin untuk bisa tinggal di desa."
"Ah-- yeah, memang masuk akal, Agu adalah putra dari kepala sukunya. Dia pasti merasa seperti dia memiliki tugas untuk melindungi mereka atau semacamnya. Yang benar saja, dia hanya seorang bocah tapi sudah bersikap seperti seorang pria~"
Meskipun Lupusregina sedikit tersenyum, siapapun yang melihatnya akan tertangkap oleh daya tarik yang memancar darinya. Bahkan Enri akhirnya melihatnya lama meskipun kenyatannya mereka berdua wanita.
"Aiya, bukankah kamu seharusnya melihat ke depan malahan?"
"Itu, benar juga!"
Enri, yang tersipu di ujung telinganya, bergegas melihat ke depannya sekali lagi.
Setelah berhenti di depan rumah kepala desa, Enri dan Gokoh turun dari gerobak.
"Kalau begitu, aku akan membawa kuda kembali ke kandang. Aku tidak ingin mengganggu kalian. Beritahu aku apa yang kalian bicarakan nanti~"
"Aku mengerti. Kalau begitu, aku minta maaf sudah membebanimu, tapi kami mengandalkanmu"
Enri membungkuk kepada Lupusregina, yang sedang tersenyum dengan "hoho" lalu mengendarai gerobak menjauh.
Enri mengetuk pintu, memberitahukan diri agak keras agar orang yang ada di dalam mendengarnya, dan membuka pintu.
Kepala desa dan Agu saling menghadap satu sama lain di seberang meja.
"Oh, selamat datang kembali. Silahkan duduk. Bagaimana keadaannya di desa?"
Saat kepala desa berbicara, Enri duduk di samping Agu. Untuk sesaat tubuh Agu kelihatannya menjadi kaku, tapi itu pasti hanya trik cahaya.
"Ah, begitulah yang kusampaikan. Kalau begitu, Kepala desa, tolong jaga kami."
Enri tidak tahu siapa yang dituju oleh kalimat itu. Karena yang hadir hanyalah Enri, Gokoh dan kepala desa, kelihatannya jelas bahwa ucapan itu ditujukan kepada kepala desa.
Namun, Agu melihat ke arah Enri, dengan punggung kaku dan bibir melengkung. Enri melihat ke mata Agu, dan di dalam tatapannya yang tidak berkedip dan tabah, dia menyadari jika dia tidak sedang bercanda atau menipu.
"Eh..eh?!"
Mengapa harus dirinya?
Di tengah kebingungan Enri, Agu permisi dan meninggalkan rumah Kepala desa.
"Hey! Tunggu-"
"Kalau begitu, Enri, bisakah kamu ceritakan padaku tentang ini?"
"Eh? Tidak, itu.. ini... ah ya, aku tahu."
Hal itu membebani pikirannya, tapi dia bisa menjernihkan keraguannya nanti. Laporan lebih penting untuk sekarang.
Setelah memutuskan hal itu, Enri menyampaikan peristiwa yang telah terjadi di kota dengan jelas dan ringkas. Bagian yang paling penting adalah tak ada yang ingin pindah ke desa Carne. Namun, kepala desa kelihatannya telah mengantisipasi hal ini, karena tak ada penyesalan di wajahnya, hanya menerima dengan tenang.
"Jadi begitu. Yah, mau bagaimana lagi. Kita adalah desa perbatasan, jadi orang-orang tidak ingin pindah ke tempat dimana tingkat kemunculan monster tinggi."
Kepala desa mengatakan apa yang Enri sedang pikirkan. Semua yang ada di desa mungkin sudah menerima dengan baik.
"Kamu telah melakukan banyak hal untuk kami. Terima kasih."
Kepala desa merendahkan kepalanya, dan Enri berkata, "Tidak apa," Sebagai balasannya. Memang agak membingungkan saat itu, tapi juga merupakan pengalaman yang bagus.
"Kalau begitu-" garis pandangan kepala desa berkedip kepada Gokoh untuk sesaat. "Ada satu hal yang ingin aku percayakan kepada Enri Emmot."
"Ah, ya. Apa itu? Kamu terlalu serius, pak Kepala desa..."
"...Aku harap kamu melanjutkan posisiku sebagai kepala desa."
Ekspresi Enri akan mengalahkan akting dalam istilah seberapa cepat dan dramatisnya wajah Enri berubah.
"Haaaaaaaa?! Apa, Apa ini? Hey! Jangan-jangan Agu yang berkata demikian... ehhhh?!"
"Kamu bingung tidak akan membantu..."
"Jangan menyelaku ketika aku bingung! Kepala desa!, apa kamu sudah gila? Mengapa kamu mengatakan ini?!"
"...Mungkin kata gila sedikit keterlaluan. Aku mengerti kamu gembira dan gugup tentang hal ini - Aku tahu hal it, tapi aku harap kamu bisa tenang dan mendengarkanku."
"Tentang, bagaimana aku bisa tenang? Aku hanya seorang gadis, mengapa aku harus menangani omong kosong kepala desa ini?!"
"Kuatkan dirimu!"
Suara itu disuarakan sekuat tenaga, tapi bagi Enri hanya sedikit keras. Meskipun begitu, itu membantunya mendapatkan kembali sedikit ketenangannya. Tidak, jika dia tidak mendengar kepala desa, dia takkan pernah menyadari apapun, atau setidaknya itulah apa yang sedang dipikirkan oleh sebagian otaknya.
"Aku mengerti jika kamu menjadi bingung. Namun, aku harap kau bisa duduk dan mempertimbangkan hal ini dengan kepala yang dingin. Sebagai awalnya, siapa yang menjadi pusat di desa ini?"
"Bukankah itu kamu, kepala desa?"
"Itu salah. Pak tua ini merasa bahwa dirimu adalah pusat dari desa ini. Para goblin dan ogre yang baru saja tiba mengakuimu sebagai pemimpin mereka ya kan?"
"Memang benar. Kami semua setia kepada Ane-san dari lubuk hati kami."
"Kalau begitu, ada juga goblin yang kamu bantu. Dari apa yang dibilang oleh Agu kepadaku, mereka juga melihatmu sebagai bos."
Mulut Enri berubah menjadi bentuk '^'. Mungkin memang benar jika goblin-goblin seperti itu, tapi apa yang akan dipikirkan oleh para penduduk desa? Mereka takkan pernah menerima hal ini.
"Aku dapat menerka apa yang kamu sedang pikirkan. Para penduduk desa akan menolak, begitu kan? Aku sudah bicara dengan semua orang dan mendapatkan persetujuan mereka. Tadi malam, kami mengadakan rapat penduduk desa dan mendapatkan pendapat mereka. Dan semua sepakat - mereka semua ingin kamu menjadi kepala desa yang baru."
"Tapi, tapi bagaimana?!"
"...Serangan itu adalah goncangan yang besar bagi kita semua Enri. Semuanya mengharapkan penguasa yang kuat."
"Dilihat darimana aku kuat? Aku hanya seorang gadis desa sederhana!"
Meskipun memang ada otot di lengannya, dia masihlah seorang gadis desa yang hampir tidak bisa menggunakan senjata. Jika mereka menginginkan kekuatan, mereka seharusnya bertanya kepada pasukan pertahanan diri, ya kan?
"Kekuatan tidak diukur dengan otot saja.Bukankah mampu memerintah goblin-goblin di sekelilingmu adalah sebuah bentuk kekuatan juga? Bocah Bareare berkata demikian ketika mengajukan namamu."
"Enfi!"
Enri mengeluarkan suara seperti seseorang yang sedang mencekik ayam hingga mati.
"Itu, dan pak tua ini semakin tua. Aku harus segera mencari penerus."
"Apa maksudmu, 'semakin tua'? Pak kepala desa sama sekali tidak tua. Apakah itu mengapa kamu berbicara seperti seorang pak tua?"
Kepala desa sudah berusia sekitar pertengahan empat puluh tahunan, jadi masih sedikit dini menyebutnya tua. Lagipula, dia masih berada pada usia dimana dia bisa berkontribusi bagi pekerjaan desa.
"Kesampingkan dahulu masalah berbiara seperti pak tua, kamu seharusnya menyadari sekarang, tapi hutan di sekitar desa sedang mengalami beberapa perubahan. Karena Virtuous King of the Forest sudah tidak ada, ada peluang yang lebih tinggi monster-monster akan keluar dari hutan dan menyerang. Di bawah keadaan ini, aku tidak cocok menjadi kepala desa."
"Pak kepala desa, ini mungkin tidak sopan, tapi aku harus bertanya. Aku tidak bisa menghindari ini, ya kan?"
"....Sejujurnya? Meskipun kamu menolak, aku tidak bisa berbuat banyak tentang hal itu."
Apa yang Enri lihat adalah mata dari seorang pria yang dengan jujur mengutarakan hasil pemikirannya.
"Aku masih ingat hari itu bahkan hingga sekarang. Hari mengerikan itu ketika teman-temanku di desa dibunuh. Aku tahu keluarga Emmot pula. Jika kita tidak hidup tenang-tenang saja, jika kita membangun sebuah dinding, jika kita mau melakukan penjagaan, mungkin kita tidak akan terlalu menderita... mungkin kita bisa bertahan hingga Gown-sama datang membantu kita."
Itu adalah hal yang sulit, pikir Enri. Desa ini juga memiliki banyak imigran yang selamat dari desa lain yang hancur. Desa mereka memiliki dinding yang kokoh - meskipun tidak sekokoh desa Carne saat ini - tapi mereka masih diserang dan dibantai. Tapi dinding-dinding itu bisa memperlambat para penyerang sedikit dan membuat orang-orang selamat. Enri setuju dengan bagian itu.
"Cara berpikir lama yang aku miliki tidak akan berhasil lagi. Kita harus mengatur dan melindungi keamanan desa dengan tangan kita sendiri. Satu-satunya yang bisa melakukan ini... adalah para pemuda yang fleksibel dan bersama dengan ini mereka butuh kekuatan pula."
Kepala desa telah mengatakan bagiannya. Dia melihat Enri dengan tenang.
Saat kepala desa berbicara, Enri hanya mendengarkannya dengan serius. Pertama, dia ingin menolak karena bebannya terlalu berat. Jika mereka diserang lagi, dia tidak yakin dia bisa menanggung beban tanggung jawab nyawa dari rekan-rekan penduduk desa. Namun, seperti yang dikatakan oleh kepala desa, dia tidak bisa begitu saja lari dari itu.
"Aku tidak tahu jika aku bisa menerima tanggung jawab ini."
"Itu adalah reaksi yang wajar. Goblin-goblin dan aku bisa membantu administrasi desa. Meskipun aku berkata begitu, memang menakutkan membuat keputusan besar."
"Bagaimana dengan dewa yang dibentuk oleh penduduk desa?"
"Sejujurnya, aku juga memikirkan demikian. Namun, semakin besar masalah, semakin besar kemungkinannya mereka akan pecah menjadi beberapa kelompok dan membuat mereka tidak bisa bergerak mendapatkan keputusan. Pada akhirnya, tanpa satu orang yang memimpin, kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah dengan efektif."
"Bagaimana kalau kita memiliki dua sistem, satu untuk menghadapi keadaan situasi normal dan yang satu lagi untuk darurat?"
"Itu tidak akan berhasil. Itu tidak akan mendidik pemimpin kita. Orang-orang akan mengikuti pemimpin mereka dalam keadaan darurat dan bekerja sama karena mereka tahu pemimpin itu juga mampu dalam keadaan damai."
Tekad kepala desa memang kuat dan dia sudah menjelaskan alasannya. Dengan ekspresi masam, Enri menanyakan pertanyaan terakhir.
"...Kapan kamu ingin mendapatkan jawabanku?"
"Aku tidak akan membuatmu tergesa-gesa untuk itu. Gunakan waktu dengan baik untuk mempertimbangkannya."
"Aku mengerti."
Setelah Enri berkata ini, dia berdiri dan pergi.
-----
Saat dia meninggalkan rumah kepala desa, Gokoh mengikuti di belakang Enri.
"Tolong, aku ingin memikirkan hal ini sendirian, bisakah aku mendapatkan ruang?"
"Aku mengerti, Ane-san. Kalau begitu, Gunakan waktu untuk memikirkannya. Kami semua akan mendukungmu, Ane-san. Jika kamu perlu sesuatu, katakan saja kepada kami."
"Yeah, aku akan mengandalkanmu kalau begitu."
Setelah melihat Gokoh pergi, Enri kembali ke rumahnya sendiri.
Apakah aku bisa menjadi kepala desa yang baik?
Enri tidak merasa percaya diri sama sekali.
Siapa yang tahu, ketika tiba waktunya, dia mungkin akan memberikan perintah yang tidak dia senangi - mengorbankan sedikit demi kebaikan yang lebih besar.
Aku tidak bisa melakukannya sama sekali...
Semua orang di desa berpikir terlalu tinggi tentang aku. Sebagai awalnya, para goblin yang dikatakan oleh semua orang sebagai kekuatanku, mereka bukanlah sekutu yang kubuat dengan karisma dan koneksi dari diriku sndiri. Pada akhirnya, mereka hanya dipanggil dari tanduk yang diberikan kepadaku oleh magic caster hebat Ainz Ooal Gown.
Item itu adalah sedikit bantuan pertama yang diterima oleh desa - Aneh, apakah aku adalah orang pertama yang dia bantu? Aku memang ingat Gown-sama memakai topeng...Hm? Apakah dia memakai topeng?
Ingatannya terhadap insiden itu agak kabur, tapi itu memang bisa diduga karena kacaunya situasi kala itu.
Enri menggoyangkan kepalanya untuk menjernihkan keraguannya.
Bagaimanapun...
Jika tanduk itu diberikan kepada orang lain, orang itu akan menjadi kepala desa selanjutnya, bukan dirinya. Itu artinya masalahnya adalah bukan kompetensi Enri sendiri, tapi tidak lain hanyalah murni karena keberuntungan.
Aku harus bicara dengan seseorang tentang ini...
Nfirea adalah orang pertama yang dia pikirkan. Dia hidup di kota sebelumnya, melihat banyak orang, dan Enri merasa bahwa dia akan tahu apakah dia bisa menjadi kepala desa selanjutnya. Dan dia telah banyak membaca, jadi dia pasti mampu memberikan jawabannya.
Namun, kepala desa sudah mengatakan hal ini kepada Nfirea - atau lebih tepatnya, keluarga Bareare - telah setuju dia menggantikannya. Itu artinya meskipun aku mengatakan ini kepada Nfirea, dia nantinya pasti akan mendorongkku untuk menerima posisi ini.
Dia tidak bisa... dan penduduk desa manapun juga tidak. Itu artinya tinggal Agu dan para ogre, tapi Agu suda mengira aku adalah kepala desa, dan para ogre jelas bodohnya.
Saat ini, seseorang memanggil Enri yang mengerutkan dahi dengan suara riang.
"Ossu~ kelihatannya mereka sudah selesai bicara... Oya? ada apa, wajahmu aneh? Ada masalah, Enri?"
Suara itu membuat Enri bergidik seakan ada aliran listrik yang mengalir melalui kulitnya. Benar sekali. Dia adalah orang luar bagi desa, pihak ketiga yang netral yang bisa dengan tenang dan secara logis menilai situasinya.
Enri berlari ke arah Lupusregina dengan seluruh tenaganya.
"Lupusregina-san!"
Dia menggenggam erat bahu pelayan yang terkejut.
"Apa apa apa apa ini? Oh tidak ~ Jantungku berdebar kencang sekali. Tapi tolong jangan menyatakan cinta padaku. Aku bukan seorang lesbian, aku menyukai lawan jenis. Tidaaaaak~ Lepaskan aku~ aku akan diperkosa su~"
"Tunggu! Tolong, tunggu sebentar!"
Tangan Enri melepaskan bahunya, karena dia berencana untuk menutupi mulut Lupusregina. Tapi dia dengan cekatan terlepas dari sergapan Enri dan tersenyum kepadanya.
"Ahhhh, maaf, maaf, tapi kamu kelihatannya senang sekali, aku kira aku harus sedikit menenangkanmu. Itu hanya bercanda su~"
"Itu adalah candaan yang benar-benar buruk..."
Enri menggoyangkan bahunya. Namun, dia langsung tenang kembali. Lupusregina adalah orang yang datang dan pergi ke desa sesuka hatinya, jika dia tidak mengambil kesempatan ini untuk membuatnya tetap tinggal dia akan menghilang lagi.
"Tolong dengarkan aku. Aku perlu nasehat terhadap apa yang harus kulakukan selanjutnya!"
"Aku tidak tahu apa yang sedang kamu bicarakan, tapi kita bisa bicara sambil jalan ya kan? Aku tidak ingin penduduk desa melihatku dengan aneh~"
Wajah Enri berubah menjadi merah. Lupusregina ada benarnya disini. Namun-
"Taaaaaapi jika kamu ingin menggagahiku lagi aku akan teriak~"
"Ggk!"
Lupusregina mengeluarkan lidahnya bermain-main dengan Enri.
"Benar kok - benar kok Lupusregina-san!"
"Ayo, ayo, ayo pergi, ayo pergi."
Tanpa menunggu jawaban, Lupusregina berangkat, dan Enri mengikuti.
"Yah, ceritakan masalahmu kepada onee-san - dari yang rahasia sampai yang H untuk menggoda pria~"
"Ah, benar juga? Lupusregina-san benar-benar orang yang sudah dewasa memang..."
Bagi Enri, yang tidak tahu apapun tentang hal itu, dia pastinya cukup dewasa. Tidak ada perubahan yang jelas, tapi entah bagaimana Lupusregina kelihatannya terlihat lebih dewasa sekarang.
"Ahem! Lagipula aku adalah seorang mimidoshima!"
[TL Note. mimidoshima adalah seorang wanita muda yang tidak berpengalaman tapi memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang H]
"...huh?"
Apa artinya 'mimidoshima'? Enri penasaran dengan istilah aneh, Lupusregina memberikan isyarat kepadanya dengan isyarat tangan 'kemarilah'. Ingin segera menyelesaikan pertanyaan yang aneh itu, Enri mulai menceritakan kepadanya tentang apa yang terjadi di dalam rumah kepala desa.
"Jadi, apa yang harus kulakukan?"
"Hm? Entahlah."
Hanya itu.
"Hey - bukankah kamu bilang aku bisa menceritakan masalahku kepadamu?"
"Aw, apakah aku harus menjawabmu... hm, baiklah, terserah. Pada awalnya, jika kamu didorong untuk posisi ini dan kamu tahu kamu akan menyesalinya, maka sebaiknya kamu tidak mengambilnya dari awal. Pikirkan tentang segala macam hal yang kamu bisa dan tidak bisa lakukan."
Gadis yang biasanya ceria itu sudah ilang, dan sebagai gantinya adalah wanita cantik yang mempesona dan menghantui. Mata yang biasanya lebar sekarang menyempit, dan senyum yang menggoda sekarang mengirimkan sebuah hawa dingin ke tulang belakang.
"Ini hanya pendapatku saja; kamu seharusnya memutuskan apa yang ingin kamu lakukan sendiri. Duduklah, kunyahlah dahulu apa yang kamu makan sebentar, semacam itu. Sebagai permulaan, biar kujelaskan lebih detil, tidak masalah jika kamu menjadi kepala desa atau orang lain yang jadi, kamu pasti akan mengacaukannya cepat atau lambat. Hanya ada empat puluh satu orang yang aku tahu yang takkan pernah membuat kesalahan. Karena itu, tidak ada gunanya khawatir dengan apa yang terjadi jika kamu gagal. Tapi jika dipikir-pikir, tak ada yang lebih cocok untuk pekerjaan itu selain kamu."
"Apa maksudmu?"
"Tanyakan kepada para goblin. Ketika desa diserang oleh monster menakutkan dan mereka tahu mereka tidak bisa menang, apa yang terjadi? Bayangkan situasi itu sendiri sebagai seorang kepala desa dan tidak sebagai kepala desa."
Ekspresi Lupusregina berubah lagi, kembali kepada dirinya yang biasanya periang.
"Welp, begitulah. Haaa, aku tidak ingin bermain sebagai penasehat sama sekali. Sekali lagi jika En-chan tidak menjadi kepala desa, tragedi cantik akan terjadi dan itu akan lebih menyenangkan."
"-Eh?"
Lupusregina menyengir saat dia menepuk bahu Enri.
"Secara pribadi, kurasa kamu akan menjadi kepala desa yang hebat. Dan juga... mengapa kamu tidak bertanya kepada bocah itu?"
Setelah melepaskan tangannya dari bahu Enri, Lupusregina berputar-putar di temapt. Itu adalah gerakan yang kelihatannya aneh dari konsep kalimat 'gesekan' apapun.
"Sampai jumpa lagi kalau begitu."
Lupusregina melangkah pergi, tangannya terbang bebas menembus udara. Di depannya berdiri Nfirea dengan memegang tangan Nemu. Lupusregina menepuk bahu Nfirea, dan seakan membalik sebuah tombol, keduanya menjadi hidup.
"Selamat datang kembali, Onee-san!"
Nemu pasti sangat khawatir, karena dia menabrak dan memeluk Enri sambil berlari dengan kecepatan penuh. Enri ditabrak cukup keras sehingga dia mengira dia mungkin akan terjatuh, tapi otot kakinya yang kokoh meredam benturannya.
"Selamat datang kembali, Enri. Kamu lebih awal dari yang diduga. Apakah kamu tidak menginap?"
"Aku pulang. Dan ya, aku berkemah di jalan tadi malam."
"Begitukah... aku lega kamu tidak diserang monster. Tetap saja, aku tidak bisa menyetujui hal semacam itu. Goblin-goblin memang kuat, tapi masih ada monster yang lebih kuat dari merka. Memang, aku tak pernah melihat mereka lagi satupun di dekat dataran..."
"Nee-san, jangan melakukan hal berbahaya!"
Nemu berkata begini sambil bergantungan dengan erat pada pakaian Enri. Enri hanaylah satu-satunya keluarga bagi adiknya. Hidupnya tak lagi menjadi hanya miliknya. Kelihatannya Enri telah lupa detil itu.
"Kamu benar. Maafkan aku."
Enri tersenyum dan dengan lembut mengusap rambut Nemu.
"Mm! Kalau begitu aku akan memaafkan Nee-san!"
Nemu melihat ke atas dan tersenyum.
"Terima kasih. Ngomong-ngomong, apakah Nemu menjadi gadis yang baik? Kamu tidak mengganggu Enfi, ya kan?"
"Tidak! Benak kok~ Aku bukan gadis cilik lagi! Ya kan, Enfi-kun?"
"Ahahaha... yah, aku sudah merawat orang-orang dadi sukunya Agu, jadi aku tidak terlalu memperhatikannya, tapi aku yakin Nemu bersikap baik."
"Benarkah, Enfi-kun! Kalau begitu, bagaimana dengan ini, Nee-san. Enfi-kun bau!"
"Nemu-chan! Itu adalah bau dari tanaman obat! Ketika kamu menggilingnya, bukankah tanganmu menjadi bau juga?"
"Kotoran berwarna itu dari tanaman obat?"
"...Tidak, ini berbeda. Itu dari membuat item-item alkimia, jadi tolong jangan bilang aku bau..."
"Tapi kamu memang bau!"
Wajah Nfirea membeku.
"Mm, menyebar ke seluruh pakaian Enfi. Jadi mungkin dia seharusnya melepasnya ketika dia tidak sedang bekerja?"
Enri bergegas mencoba menjelaskan arti sebenarnya kepada adiknya, dan wajah Nfirea melembut saat dia mendengarnya.
"Aku tidak punya pakaian lain,...di E-Rantel seringnya aku hanya memakai itu setiap saat."
"Kalau begitu, bagaimana kalau aku membuatkannya satu set untukmu setelah itu?"
"Eh? Kamu bisa melakukan itu?"
"Enfi, kamu pikir siapa aku? Aku masih bisa membuat pakaian sederhana sendiri."
"Begitukah? Aku membeli semua pakaianku, jadi bisa membuat sendiri kedengarannya menakjubkan."
"Yah, trims untuk itu. Tapi setiap orang di desa bisa.... Nemu, kamu sebaiknya mulai belajar."
"Kay~"
"Kalau begitu, Nemu, maukah kamu kembali dahulu? aku harus mendiskusikan sesuatu dengan Enfi."
Nemu menutup mulutnya dengan tangan, tapi senyum sudan membuat matanya berbinar.
"Mm! Aku mengerti! Kalau begitu, aku akan pergi dahulu. Semoga beruntung, Enfi-kun!"
Nemu melambaikan tangan saat dia pergi, bergumam sendiri.
"Dia benar-benar patuh. Lupakan saja, apakah kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku?"
"Tidak, kurasa tidak..ah, maksudmu itu? iya kan? Meskipun aku bisa menerka secara kasar, karena aku ada di kota ada rapat kemarin."
Dengan itu, mereka melewati pertunjukan yang tidak berguna. Enri bilang kepada Nfirea apa yang dia dan kepala desa diskusikan.
Tidak berhenti sampai disitu. Dia juga bilang kepadanya tentang diskusinya dengan Lupusregina, dan Nfirea menerima itu semua tanpa sepatah katapun. Setelah dia selesai, Nfirea melihat kepada Enri lurus di matanya, dan bicara.
"Kurasa Enri bisa melakukan itu tak perduli apa jawabannya, aku akan selalu mendukungmu... ugh, kalimat itu terlalu murahan. Aku harap kamu akan menjadi kepala desa yang baru."
"Mengapa? Aku hanya-"
"Tidak, kamu bukan hanya seorang gadis desa biasa. Kamu adalah pemimpin dari para goblin, Enri Emmot. Kamu mungkin akan bilang bahwa goblin-goblin bukanlah kekuatanmu, ya kan? Tapi pada akhirnya, para goblin benar-benar adalah kekuatanmu. Lupusregina memintamu untuk bertanya kepada para goblin, tapi aku akan jelaskan. Jika kamu bukan kepala desa, dan jika desa berada dalam bahaya, para goblin akan menahan tindakan tindakan mereka hingga kamu bisa kabur sendirian."
"Tidak mungkin! Mereka takkan pernah melakukan hal seperti itu!"
"Mereka mungkin akan berkata demikian di kala damai. Namun, ketika sebuah krisis datang mereka akan melakukannya seperti itu. Aku dengar itu dari mereka sendiri."
"Tidak mungkin..."
Enri melihat Nfirea tak percaya. Apakah dia berbohong? Tapi bahkan tidak ada sedikitpun sebuah kebohongan dari udara di sekitarnya.
"Hal terpenting bagi mereka bukanlah desa, itu adalah dirimu. Tapi jika kamu menjadi kepala desa, maka desa akan menjadi milikmu, dan goblin akan tetap tinggal dan bertarung untuk desa hingga akhir. Mungkin kelihatannya bukanlah perbedaan besar, tapi itu adalah perbedaan. Selain itu, mereka juga bilang padaku jika sebuah keadaan darurat seperti itu terjadi, mereka berharap aku bisa membawa Nemu dan lari di belakangmu. Enri.. jika kamu ingin memastikannya kepada mereka tidak apa. Tapi aku harap jika kamu memang melakukannya, kamu akan menyimpan apa yang kukatakan kepadamu menjadi rahasia."
"Aku tidak akan bertanya kepada mereka."
Nfirea mengangkat rambutnya saat dia mendengar balasan yang langsung dan lurus, menunjukkan matanya yang lebar.
"Apakah tidak apa? Aku mungkin saja berbo-"
"-Itu tidak mungkin. Nfirea tidak akan berbohong kepadaku. Aku percaya padamu. Namun, apakah sang tuan sepenting itu bagi mereka yang dia summon?"
"Yah, bukankah itu karena kamu adalah tuan mereka? Kamu membeli senjata untuk para goblin, ya kan? Bukankah itu akan membuat mereka menjadikanmu sebagai prioritas tertinggi karenanya? Mungkin kedengarannya buruk, tapi para goblin tak pernah mendapatkan apapun dari penduduk desa, yang menganggap mereka tidak lain dari hanya monster yang di summon. Kira-kira siapa yang akan mereka prioritaskan, orang-orang yang hampir tak kenal mereka, atau orang yang memberi mereka makan dan mempersenjatai mereka?"
Tentu saja, tak ada penduduk desa yang akan benar-benar mengatakannya demikian keras-keras. Namun, memang benar dia tidak ingin ada penduduk desa satupun yang berterima kasih kepada mereka dengan jalan yang nyata.
"...Tapi, para penduduk desa sangat berterima kasih kepada para goblin."
"Mereka berterima kasih kepadamu. Itu seperti membayarmu atas pengeluaran yang ada dan waktu yang dihabiskan. Apakah kamu pernah melihat siapapun di desa yang memanggil goblin dengan mereka?"
Tidak ada. Pertama dia mengira itu hanya kerna mereka tidak bisa membedakan mereka, tapi ketika dipikir-pikir, itu adalah karena mereka tidak ingin membedakan mereka.
Pemikiran itu memenuhi Enri dengan kesepian yang tidak bisa dijelaskan.
"Begitukah."
Namun, di dalam suaranya tidak hanya kekecewaan, tapi matanya bersinar dengan cahaya pencerahan.
"Benar sekali. Itulah kenapa aku, secara pribadi, merasa bahwa kamu akan menjadi kepala desa yang baik. Jika tidak ada hal lain, ketika kamu menjadi kepala desa, kamu akan merubah keadaan untuk goblin."
"...Semua orang akan membantuku, ya kan?"
"Tentu saja. Kamu mungkin bisa bilang tak ada siapapun yang akan menahan diri dalam memberi bantuan mereka."
"Aku mengerti. Kalau begitu, aku akan menuju ke tempat kepala desa. Aku sebaiknya melakukannya sebelum aku berubah pikiran!"
Enfi tersenyum saat dia mendengar pernyataan sikap Enri.
Dia mengerti badai emosi yang ada dibalik keputusan Enri. Itu adalah bingkai pikiran yang keras namun baikhati.
"Baiklah! Semoga beruntung, Enri!"
Dia mengangguk membalasnya, dan tanpa melihat ke belakang, berangkat menapakkan kaki menjadi kepala desa yang baru.
-----
Dari langit, Lupusregina bisa melihat hampir setiap orang di desa berkumpul di pusat desa. Enri memimpin mereka, menyapa mereka, tapi dia tidak bisa mendengar apa yang Enri katakan.
Setelah Enri kelihatannya selesai, para penduduk desa bertepuk tangan.
"Ha.. jadi ternyata berakhir seperti ini. Ahhhh, aku tidak bisa menerimanya, uhihi."
"-Apanya yang lucu?"
Suara di belakang membuat Lupusregina memutar badan menghadapnya.
"Oya~ bukankah ini Yuri-nee? Apakah kamu terbang karena item magic?"
"Benar sekali. Ainz-sama memberikannya kepadaku sendiri. Ini pasti... desa Carne, ya kan? Itulah kenapa kamu dimarahi."
"Benar sekali..Ahhh, sekarang kesenangan akan dimulai~"
"Apa maksudmu?"
"Seorang pemimpin baru baru saja bangkit di dalam desa. Bagi para penduduk, mereka akan membuka lembaran baru di dalam sejarah mereka. Namun, aku penasaran apa yang akan terjadi jika, pada saat-saat yang meriah ini, desa diserang dan semuanya terbakar. Aku penasaran wajah macam apa yang akan ditunjukkan oleh para penduduk desa itu nantinya?"
Sebuah seringai sadis menyebar di wajahnya yang cantik, dan siapapun yang melihatnya pasti akan langsung menyimpulkan bahwa sesuatu yang jahat dan mengerikan telah dilepaskan.
"Dan kukira kamu bergaul dengan baik sama orang-orang ini. Apakah ini datangnya dari lubuk hatimu?"
"Benar sekali, Yuri-nee~ Maksudku setiap kalimat itu. Setiap kali aku memikirkan orang-orang itu diinjak dan dimusnahkan dengan kasar, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa."
"Kamu jahat sekali. Kamu sejahat Solution. Mengapa adik-adikku seperti ini? Yang benar saja, yang baik hanya Shizu... meskipun kurasa Entoma bukanlah gadis yang buruk."
Lupusregina tertawa saat kakaknya bergumam.
"Ah~ Apakah desa ini akan hancur rata?"
Adalah hal yang wajar melihat para traveler di jalanan menatap dengan mulut ternganga ke arah kota yang dikatakan mampu mementalkan serangan apapun yang dibuat oleh Empire. Dan orang-orang di jalan itu pastinya membuat ekspresi yang mirip di masa lalu.
Disamping gerbang-gerbang ini ada pos-pos pemeriksaan, yang dijaga oleh beberapa prajurit yang sedang bersantai berlindung dari sinar matahari.
Meskipun beberapa orang mungkin akan bertanya apakah tidak apa bagi para prajurit kota yang dekat dengan garis depan bersikap santai seperti itu, sebenarnya adalah pasukan dari pos pemeriksaan disana adalah untuk memeriksa para traveler. Pekerjaan mereka adalah untuk mengungkap barang selundupan dan mata-mata dari negara lain, jadi mereka tidak melakukan apapun ketika tak ada yang masuk ke dalam kota.
Sebagai hasilnya, para prajurit yang saat ini sedang terdiam - meskipun mereka mempertahankan kedisiplinan daripada melewatkan waktu meeka dengan bermain kartu - tidak bisa menahan dorongan untuk menguap.
Mereka mungkin terlihat seperti sedang bermalas-malasan sekarang, tapi ketika mereka sibuk, mereka pasti sangat sibuk. Terutama ketika pagi, sulit sekali menjelaskannya dengan kata-kata, ketika kota baru saja membuka gerbangnya.
Dengan matahari yang ada di titik paling tinggi di langit, para traveler mulai muncul di jalanan dalam kelompok kecil, tersebar bersama dengan pejalan kaki lainnya. Wajar orang-orang bepergian secara berkelompok, karena dunia ini dihuni oleh para monster.
Ketika mereka muncul, mereka muncul dalam gerombolan; kita akan segera sibuk, meskipun penjaga hanya berdiam melihat jalanan dari tempatnya. Matanya terpaku pada sebuah gerobak yang akan memasuki jalanan, menunggu beberapa pejalan kaki lewat.
Seorang wanita sedang mengendarainya. Dia tidak bisa melihat orang lainnya di dalam gerobak yang tidak tertutup itu. Dia bepergian sendiri.
Dia tidak bisa melihat senjata apapun padanya pula. Tebakannya yang pertama adalah dia seorang gadis desa.
Saat prajurit tersebut memikirkan hal ini, dia memiringkan kepalanya saat ragu-ragu dengan dirinya sendiri.
Bukan hal yang aneh jika orang-orang dari desa terdekat datang kemari. Namun, seorang wanita yang bepergian sendirian adalah masalah yang sama sekali lain. Area yang mengelilingi E-Rantel tidaklah bebas sama sekali dari para bandit dan monster. Berket usaha dari tim petualang legendaris "Darkness", kebanyakan monster-monster yang berbahaya dan bandit-bandit itu sudah disapu bersih. Tapi "kebanyakan" bukan berarti "semuanya", dan masih ada binatang buas biasa seperti serigala dan semacamnya yang harus diwaspadai.
Ini bukan hal yang unik bagi E-Rantel; berlaku juga untuk semua kota yang lainnya pula. Dan setelah dipikir-pikir, bisakah wanita bepergian sendirian?
Ketika berpikir jika dia mungkin saja berlari lebih cepat dari para bandit muncul di pikiran, dia tidak merasakan tekanan atau rasa gugup apapun pada dirinya sama sekali. Seakan dia tahu perjalanan itu adalah perjalanan yang aman.
Wanita macam apa dia?
Prajurit itu mengalihkan tatapannya yang curiga beralih ke kudanya, dan itulah ketika dia melakukan keheranan.
Kudanya luar biasa, bukan sesuatu yang dimiliki oleh hanya seorang gadis desa. Kondisi dan mantelnya mengingatkan pada seekor kuda perang.
Kuda perang memang sangat mahal. Meskipun kamu bisa mengumpulkan uang untuk membelinya, satu orang biasa tidak akan mampu mendapatkannya dengan mudah. Selain dari binatang yang bisa dikendarai berukuran besar seperti wyvern atau griffin, kuda perang adalah semacam makhluk terkuat yang biasa dijadikan sebagai tunggangan.
Orang biasa akan memerlukan uang dan koneksi untuk bisa mendapatakan kuda perang seperti itu, dan seorang gadis desa biasa tidak memiliki koneksi seperti itu.
Ada juga kemungkinan dia mencuri kuda itu dari pemilik asli, tai siapapun yang mencuri benda yang bernilai seperti itu pasti akan dikejar terus-terusan dan menjadi target hukuman yang setimpal. Inilah kenapa bandit-bandit tidak akan mencuri kuda atau menyerang pasukan berkuda.
Kesimpulannya, setelah mempertimbangkan semua bukti yang kentara, peluang dia benar-benar seorang gadis desa biasa sangat rendah. Jadi makhluk apa ini yang menyamar sebagai seorang gadis desa?
Hal yang penting adalah dia bepergian sendirian. Itu artinya dia sangat percaya diri dengan kemampuannya, dan kemampuan itu tidak terbatas pada kenyataan bahwa dia memilih berpakaian seperti seorang gadis desa. Dengan pemikiran seperti itu, kelihatannya dia adalah seorang magic caster, karena perlengkapan dan kekuatan mereka jarang sekali cocok dengan penampilan merka.
Itulah jawaban yang bisa dia terima. Jika ditekan alasannya, itu karena magic caster, atau petualang secara umum, memang kaya dan memiliki koneksi, jadi mendapatkan seekor kuda perang adalah hal yang mudah.
"Apakah itu seorang magic caster?"
Partner di sampingnya juga melalui proses yang sama.
"Mungkin saja."
Prajurit itu mengerutkan dahinya dan menjawab.
Magic caster adalah orang-orang yang menjengkelkan dalam hal pemeriksaan.
Pada awalnya, senjata utama mereka, magic, adalah satu hal yang tidak memiliki bentuk dan terlihat mata telanjang. Itu artinya tidak mungkin melihat apa senjata mereka.
Keuda, mereka mungkin menggunakan barang berbahaya sebagai bagian dari magic mereka dan menemukkanya adalah hal yang sulit.
Ketiga, magic caster biasanya memiliki banyak barang bawaan, jadi memeriksanya satu persatu adalah hal yang menjengkelkan.
Sejujurnya, dia benci berurusan dengan mereka. Karena itu, mereka mempekerjakan seorang pria dari asosiasi magician - setelah membayar biaya yang cocok, tentu saja - untuk membantu mereka. Namun...
"Apakah kita harus membawa pria itu keluar? Aku tidak ingin."
"Mau bagaimana lagi. Jika ada sesuatu yang terjadi, pantat kita jadi taruhannya."
"Akan lebih baik jika dia berpakaian layaknya seorang magic caster dari awal."
"Membawa tongkat aneh, memakai jubah aneh?"
"Yup. Setidaknya kamu akan tahu dia adalah seorang magic caster. Maka kita akan terpaksa memasukkannya ke dalam Asosiasi Magician dan membuatnya membawa Segel tanda pengenal Guild petualang yang wajib."
Dua prajurit itu bangun bersamaan, saling tertawa satu sama lain. Ini adalah untuk menyambut gadis yang mungkin saja seorang magic caster.
Dari balik mata yang awas prajurit itu, gerobak itu menggelinding ke pintu dan berhenti.
Gadis itu turun. Dahinya licin karena keringat, tapi dia kelihatannya terbiasa bepergian di bawah sinar matahari. Lengan bajunya panjang, mungkin untuk berlindung dari sengatan sinar matahari. Pakaiannya kelihatannya tidak mahal atau dijahit dengan benar. Tak perduli bagaimanapun kamu melihatnya, dia hanyalah seorang gadis desa biasa.
Tapi kamu tak bisa menilai sebuah buku hanya dari sampulnya. Dia bisa saja menyembunyikan sesuatu. Pekerjaan mereka adalah mencari tahu apa itu.
Prajurit itu mendekat sang gadis dengan waspada.
Mereka berbicara kepadanya dengan nada yang lembut dan baik. Ucapan seperti, "Kami tidak ingin menakutimu, jadi tolong tenanglah dan santai saja."
"Ya, tidak masalah."
Prajurit itu mengantarkan si gadis ke titik pemeriksaan.
Agar bisa berlindung dari mantra "Charm", dua prajurit lagi mengikutinya dari kejauhan beberapa meter. Yang lainnya mengawasi gadis tersebut dengan hati-hati, waspada dengan gerakan mencurigakan apapun.
Gadis itu memiringkan kepalanya berkali-kali, seakan merasa ada tekanan di udara.
"...Ada apa?"
"Eh? Ah, tidak, bukan apa-apa."
Seseorang bisa menyadari perubahan sekejap di udara tidak mungkin adalah hal yang biasa. Para penjaga itu membawanya ke titik pemeriksaan dengan pikiran seperti itu.
"Kalau begitu, bisakah kamu duduk disana?"
"Ya."
Gadis itu duduk di salah satu kursi yang disediakan di dalam benteng pertahanan kecil.
"Mari kita mulai dengna nama dan asalmu."
"Ya, Namaku adalan Enri Emmot. Aku datang dari desa Carne, di dekat Great Forest of Tob."
Prajurit itu saling bertukar tatapan, dan salah satunya melangkah keluar dari benteng pertahanan. Dia akan memeriksa daftar penduduk jika ada kecocokan.
Untuk bisa mengatur penduduknya, Kingdom menyimpan catatan mereka di dalam bentuk daftar. Meskipun begitu, daftar-daftar itu adalah urusan kasar, dan detil relevan tentang kelahiran dan kematian mengalami update sangat pelan, atau tidak sama sekali. Perkiraan kasarnya, ada puluhan ribu kesalahan pada daftar itu. Sebagai hasilnya, terlalu mengandalkan daftar tersebut adalah ide yang buruk, namun meskipun begitu, mereka memiliki manfaat juga.
Daftar ini kacau balau, tapi memiliki banyak isi, jadi mencarinya akan memakan waktu yang panjang. Prajurit itu memahami ini, dan memutuskan untuk mencoba dan mengurusi hal lain selama itu.
"Kalau begitu, sebagai ganti biaya masuk, bisakah aku melihat surat ijinmu?"
Biasanya, semua yang memakai jalanan Kingdom harus membayar biaya - sesuatu seperti pajak lewat. Namun, membebani biaya kepada penduduk uang itu akan menyebabkan perdagangan menjadi tersendat hingga macet, dan sebagai hasilnya setiap desa diberikan surat ijin bepergian dengan begitu mereka bisa masuk ke kota gratis. Tentu saja, karena adanya bangsawan yang berbeda pada masing-masing daerah, ada peraturan berbeda pada masing-masing daerah juga.
"Hmmm, biar kucari.. ini dia."
Prajurit itu menghentikan Enri sebelum membuka tasnya untuk mencari surat iin.
"Ah, kami yang akan melakukan itu. Bisakah kamu memberikan tasmu pada kami?"
Enri menyerahkannya tanpa protes. Prajurit itu dengan hati-hati memeriksa isinya, dan menemukan sebuah perkamen.
Mereka membuka gulungan itu di meja agar bisa dilihat siapapun. Meskipun tingkat melek huruf di antara penduduk Kingdom sangat rendah, adalah hal yang bagus jika setiap prajurit yang ditugaskan di titik pemeriksaan bisa membaca dan menulis. Atau lebih tepatnya, mereka disini memang karena mereka bisa baca tulis.
"Oh begitu. Yah, kelihatannya tidak apa. Ini jelas adalah surat ijin yang dikeluarkan untuk desa Carne. Aku sudah memastikan ini."
Prajurit itu menggulung kembali perkamen tersebut dan mengembalikannya ke dalam tas.
"Selanjutnya, katakan alasan mengapa kamu datang ke E-Rantel."
"Ya. Pertama, aku kemari untuk menjual tanaman obat yang aku petik."
Prajurit itu melihat ke dalam gerobak yang diletakkan di luar, dimana jambangannya saat ini sedang diperiksa.
"Dan berapa tanaman obat yang kamu jual?"
"Empat jambangan Nyukuri, empat jambangan Ajina dan enam jambangan Enkaishi."
"Enam jambangan Enkaishi katamu?"
"Benar sekali."
Enri bangga dengan ini, dan itu muncul di wajahnya. Prajurit itu mengerti kenapa.
Lagipula, ketika bertugas di titik pemeriksaan, biasanya akan mendapatkan pengetahuan tentang tanaman obat yang sedang diperdagangkan.
Enkaishi hanya tumbuh dalam waktu yang pendek dan hanya bisa dikumpulkan selama waktu itu saja, tapi itu adalah bahan utama dari potion healing. Permintaanya sangat tinggi, dan itulah kenapa harganya selalu bagus. Jika dia memiliki enam jambangan seperti yang dia katakan, itu artinya bahwa dia akan mendapatkan banyak uang ketika dia sudah menjualnya.
"Lalu, dimana kamu berencana untuk menjualnya?"
"Aku berencana untuk menjualnya di mantan kediaman dari Madam Bareare."
"Bareare? Maksudmu farmasist Lizzie Bareare?"
Meskipun dia sudah tidak tinggal disana lagi, dia telah menjadi orang paling penting di bisnis farmasi E-Rantel hingga dekat ini. Jika dia menjual tanaman obat di tempat Lizzie, itu artinya Lizzie sangat mempercayainya.
Kalau begitu, tidak perlu lagi menggali lebih dalam, pikir prajurit.
Yang sebenarnya adalah meskipun pekerjaan mereka adalah untuk menghentikan barang-barang berbahaya masuk ke dalam kota, menyelidiki ini ketika mereka sudah masuk ke dalam kota sudah bukan lagi tanggung jawab mereka.
Prajurit itu mengangguk dengan bersungut-sungut, dan melihat ekspresi Enri.
Hingga sekarang, percakapan mereka tidak mencurigakan, dan dia tidak merasa dia berbohong.
Itu artinya setelah pemeriksaan barang bawaan selesai, pekerjaannya akan selesai.
Saat ini, prajurit yang baru saja kembali menganggukkan kepalanya.
Itu artinya, seorang gadis yang disebut Enri ada di dalam daftar.
Namun, catatan itu hanya mengatakan ada seorang gadis yang disebut Enri lahir di desa Carne. Tanpa ada jaminan apapun jika orang yang ada di depannya adalah Enri yang sebenarnya, juga tidak ada bukti hidup macam apa yang dialami Enri. Mungkin ketika perjalanannya, dia telah mendapatkan semacam magic yang kuat, atau dia baru saja mati di dalam perjalanannya dan beberapa kriminal menggunakan namanya.
Karena itu, satu pemeriksaan terakhir dibutuhkan.
"Aku mengerti. Kalau begitu, panggil pria kemari."
Prajurit tersebut mengangguk, lalu meninggalkan benteng pertahanan.
"Setelah ini, kami akan memeriksa tubuhmu. Apakah tidak apa?"
"Eh?"
Sebuah ekspresi terkejut muncul di wajah Enri. Prajurit itu cepat-cepat menguatkan kalimatnya.
"Dan, tidak akan adalah lagi pertanyaan lain. Maafkan aku, ini adalah peraturannya. Dan kami tidak akan melakukan hal macam-macam kepadamu, jadi jangan khawatir."
"...Aku mengerti."
Melihat Enri yang tidak keberatan, prajurit itu menghela nafas lega. Dia tidak ingin menjadi orang yang membuat marah seseorang yang mungkin saja magic caster.
Prajurit yang baru saja pergi sudah kembali, kali ini dengan seorang pria yang mengikuti di belakangnya.
Pria ini adalah seorang magic caster.
Hidungnya menonjol seperti paruh elang, sementara wajahnya yang tipis berwarna putih pucat. Tubuhnya dibungkus dengan jubah hitam yang kelihatannya sangat panas. Keringatnya mengalir bebas, dan tangannya yang mirip cakar menggenggam tongkatnya dengan erat.
Jika prajurit itu harus berkata kepadanya, dia pasti akan menyuruhnya membuang jubah itu karena panas, tapi magic caster secara pribadi menyukai gaya itu, dan dengan keras kepala menolak untuk merubah pakaiannya. Oleh karena itu, ketika magic caster masuk ke dalam ruangan, suhu di dalamnya kelihatannya naik menjadi beberapa derajat.
"Jadi gadis ini ya?"
Magic caster itu berbicara dengan pelan, yang mana prajurit yang mengantarnya menganggapnya aneh, seperti biasa.
Meskipun dia terlihat seperti seorang pria berusia dua puluhan, suaranya yang benar-benar serak membuatnya sulit untuk menilai berapa usianya dari suara itu saja. Apakah itu karena penampilannya yang memang muda tidak normal, atau suaranya yang serak tidak normal.
"Itu..."
Enri berubah menjadi terkejut kepada magic caster yang menggantikan prajurit tadi. Di hatinya, prajurit tersebut mengira jika rasa terkejutnya memang tidak bisa dihindari. Dia juga, ketakutan ketika pertama kali dia melihat pria tersebut.
"Ini adalah magic caster dari Asosiasi Magician. Dia akan melakukan pemeriksaan sederhana, jadi mohon tunggu sebentar."
Prajurit itu memberi isyarat kepada Enri untuk tetap duduk, lalu mengangguk kepada magic caster.
"Aku akan serahkan padamu kalau begitu?"
"Tentu saja."
Magic caster tersebut mengambil satu langkah maju kepada Enri, lalu dia merapalkan mantranya.
"[Detect Magic]"
Setelah itu, magic caster tersebut menyipitkan matanya, seperti seekor binatang buas yang menatap mangsanya. Namun, Enri tetap tenang wajahnya melihat pemandangan aneh ini.
Melihat hal itu, seluruh prajurit bisa berpikir "Tidak heran"
Seseorang yang bisa tetap tentang di bawah tatapan semacam itu tidak mungkin seorang gadis desa biasa. Setidaknya, jika dia tidak memiliki pengalaman menghadapi monster atau orang-orang yang ingin membunuhnya, itu hanya memperkuat kecurigaannya.
"Jangan mencoba mengelabui mataku. Kamu sedang menyembunyikan item magic. Benda di pinggangmu."
Enri mendengarnya, dan melihat ke pinggangnya karena terkejut, untuk pertama kalinya sejak di datang kemari.
Prajurit itu mengambil sikap kuda-kuda. Mereka mengerti senjata seperti pedang, tapi item magic adalah misteri bagi mereka.
"Maksudmu ini?"
Enri mengeluarkan sebuah tanduk kecil dari bajunya, cukup kecil hingga kedua tangannya bisa menyembunyikannya. Prajurit itu tidak bisa melewatkan hal ini.
"...Apakah itu adalah sebuah item magic?"
"Benar sekali. Kalian sudah dikelabui oleh penampilannya. Benda itu memiliki magic yang kuat."
Prajurit tersebut tidak bisa berkata apapun lagi. Jika ini adalah sebuah item yang dianggap oleh magic caster kuat, lalu seberapa kuat itu?
Saat para prajurit menganggap gadis ini pasti berpakaian datar karena suatu alasan, mereka tidak bisa menahan diri merasa ada sebuah hawa dingin yang menusuk dada mereka.
"Ah, ini adalah-"
"Tidak perlu mencari alasan. Magic milikku sudah bisa melihatnya."
Untuk bisa memaksa Enri diam, dia merapal mantra lain.
"[Appraise Magic Item] - uoooooohhh!"
Ekspresi wajah magic caster tersebut berubah beberapa kali dalam beberapa detik. Menjadi terkejut, ketakutan, terancam, lalu bingung.
"Apa, Apa, Apa ini? Seperti sebuah lautan kekuatan yang tidak ada tepinya... Tidak mungkin! Memangnya benda apa ini?!"
Wajah magic caster itu menjadi merah, dan bintik-bintik ludah terbang dari samping mulutnya.
"Kamu, kamu, Siapa sebenarnya kamu! Jangan coba-coba menipuku!"
Perubahan sikap dramatis magic caster tersebut mengagetkan para prajurit, dan Enri tidak terkejut saat matanya melebar.
"Tidak, aku hanya, aku hanya orang biasa! Seorang gadis desa biasa! Itu sebenarnya!"
"Seorang gadis desa? Kamu, mengapa kamu berbohong? Kalau begitu bagaimana kamu bisa memiliki sebuah item magic seperti ini? Jika kamu benar-benar seorang gadis desa biasa, bagaimana kamu bisa mendapatkan sesuatu seperti itu?!"
"Eh? Ini, Ini adalah hadiah dari orang yang menyelamatkan desa kami, Ainz Ooal Gown-sama-"
"Bohong lagi! Seorang pendekat dari Theocracy pasti telah memberiksannya kepadamu!"
"Eh? Apa maksudnya dengan Theocracy?"
"Prajurit! Berkumpul! Gadis itu terlalu mencurigakan!"
Meskipun prajurit itu tidak mengerti apa yang terjadi, hingga hari ini, mereka tak pernah melihat magic caster tersebut menjadi ketakutan seperti ini sebelumnya. Jadi jika ini adalah darurat, mereka seharusnya meletakkan apapun yang sedang mereka lakukan dan merespon panggilan itu.
"Masuk! Masuk!"
Menjawab teriakan prajurit tersebut, beberapa rekan mereka menghentikan pemeriksaan barang merka dan masuk ke dalam ruangan.
"Siapa yang memberimu item seperti ini? Bagaimana kamu mendapatkannya? Kamu tidak mungkin seorang gadis desa biasa!"
"Tidak, ini benar-benar diberikan kepada oleh Gown-sama! Tolonglah, kalian harus percaya kepadaku!"
Dua prajurit itu bertukar pandang. Mereka semua, begitu juga dengan magic caster yang bertugas, percaya bahwa Enri adalah seorang magic caster juga. Namun, melihat reaksi gugup Enri terhadap perubahan situasi yang tiba-tiba, mereka mau tidak mau berpikir dia hanyalah seorang gadis desa biasa.
"Apa, Ada apa lagi disana? Katakan kepadaku mengapa kamu berpikir dia mencurigakan!"
"Hnh! Pada awalnya, tanduk ini bisa memanggil sekelompok goblin - meskipun aku tidak yakin berapa banyak yang bisa dipanggil, tapi benda itu memang bisa melakukannya."
Prajurit itu mengerutkan dahi. Akan jadi masalah jika benda seperti itu digunakan di jalanan. Namun, apakah itu buruk? Orang-orang tertentu, seperti para petualang, memiliki item magic yang banyak. Hanya karena satu ini bisa memanggil goblin bukanlah hal yang aneh.
"Dan testimoni dari gadis yang mengaku gadis desa ini dipenuhi dengan ketidak wajaran. Item itu memiliki nilai beberapa ribu koin emas; mengapa ada orang yang begitu saja memberikannya kepada hanya seorang gadis desa biasa?"
"Beberapa ribu?!"
"Beberapa ribu?!"
Jumlahnya mencengangkan ini menarik teriakan rasa tidak percaya dari para prajurit, dan Enri sendiri.
Beberapa ribu koin emas adalah jumlah yang bisa dimiliki oleh orang biasa di seluruh hidupnya. Sulit dipercaya item yang terlihat sederhana itu bisa memiliki nilai sebanyak itu.
"Benar sekali. Tak ada yang memberikan begitu saja sebuah item tanpa alasan yang jelas, terlebih lagi kepada seorang gadis biasa! Aku bisa menerima jika dia adalah petualang kelas atas atau magic caster. Tapi dia bialnag dia hanya seorang gadis desa biasa! Itu terlalu mencurigakan!"
Sampai segitu para prajurit mengerti. Orang-orang spesial cenderung mengumpulkan item-item spesial sendiri. Di masa lalu, baik orang hebat yang baik ataupun jahat dikenal kepemilikan mereka terhadap perlengkapan yang kuat. Itu adalah takdir mereka, dan itu tidak terelakkan.
"Tidak, benar kok, aku hanya seorang gadis desa biasa..."
"Dan, aku tak perna dengar Ainz Ooal Gown ini. Setidaknya, dia bukan bagian dari asosiasi kami, ataupun pernah mendengar seorang petualang dengan nama itu."
"Kapten Warrior kenal dengan Gown-sama!"
"Kapten Warrior dari Kingdom, Gazef Stronoff-dono? ...Kamu pasti membual. Bagaimana mungkin seorang gadis desa biasa tahu hal semacam itu?"
"Karena dia datang ke desa kami! Itu benar! Pergi dan tanyakan kepadanya dan kamu akan tahu!"
Tidak mungkin bisa berkomunikasi dengan Kapten Warrior, yang tinggal di ibukota kerajaan, dari E-Rantel. Terlebih lagi, jika dia benar-bena seorang gadis desa biasa, kelihatannya dia tidak mungkin tetap ada dalam ingatan Kapten Warrior, jadi membuktikan identitasnya akan sulit.
"Jadi apa yang harus kita lakukan?"
"Tangkap dia untuk sementara, lalu selidiki lebih jauh nantinya. Karena dia tidak merahasiakan item itu, dan berencana untuk membawanya ke kota secara terbuka, dia mungkin bukan seorang mata-mata atau terorist, tapi itu bukan jaminan."
Enri panik melihat ke sekeliling.
Dia terlihat seperti seorang gadis desa biasa. Jika ini adalah sebuah akting, dia pasti seorang akto yang sangat hebat.
Tiba-tiba saja, salah prajurit yang ada di luar berseru terkejut. Di waktu yang sama, sebuah suara yang tidak bisa diingat dengan baik oleh Enri terdengar.
"Aku ingin masuk ke dalam kota, tapi... apa yang terjadi?"
Saat mereka berbalik ke arah sumber suara, mereka melihat seorang pria dengan armor hitam legam.
"Uoooh!"
Prajurit dan magic caster itu berseru terkejut. Siapapun di E-Rantel tahu pria yang memakai armor itu. Plat Adamantite yang bergoyang di dadanya adalah bukti pasti dari identitasnya. Seorang legenda hidup, seorang pria yang membuat hal yang tak mungkin menjadi mungkin, warrior terkuat.
Momon dari 'Darkness'.
"I-Itu Momon-sama! Mohon maaf sebesar-besarnya!"
"Memangnya, apa yang sedang terjadi disini.. hm? Gadis ini adalah..."
"Ya! Karena gadis ini, kami menghabiskan sedikit waktu memeriksanya. Maafkan saya karena ketidaknyamanan yang kami sebabkan untuk Momon-sa-"
"-Enri, ya kan? Enri Emmot?"
Udara di ruangan itu kelihatannya seperti membeku. Mengapa seorang petualang legendaris tahu nama dari seorang gadis desa biasa?
"Itu, anda adalah... ah, ya, Itu, yang waktu itu, anda adalah petualang yang datang dengan Enfi. Meskipun aku mengira tidak pernah bicara dengan anda.. apakah anda tahu nama saya dari Nfirea?"
Momon meletekkan tangannya ke dagu, seakan sedang berpikir. Lagipula, dia memberi isyarat kepada magic caster dan mereka keluar dari benteng pertahanan. Meskipun para prajurit ingin mengikuti, mereka tidak bisa meninggalkan Enri sendirian.
Hanya magic caster tersebut, yang sekarang menjadi tenang, kembali ke ruangan.
"Lepaskan dia. Pria hebat itu, Momon si Hitam, telah memberikan jaminan dengan statusnya sebagai petualang peringkat adamantite. Kurasa tidak ada gunanya membuatnya tetap disini. Bagaimana?"
"Itu adalah keputusan yang jelas... tapi, apakah itu tidak apa?"
"Apakah tidak apa meragukannya, dari semua orang?"
"Te-Tentu saja tidak! Aku mengerti. Kami akan memperbolehkannya lewat. Enri Emmot dari Desa Carne, kamu diperbolehkan masuk ke kota. Kamu boleh pergi."
"Ah, ya. Terima kasih banyak."
Setelah cepat-cepat membungkuk kepada mereka, Enri meninggalkan benteng pertahanan. Saat punggungnya menghilang di kejauhan, prajurit itu berpaling kepada magic caster itu.
"Bagaimana dengan Momon-sama?"
"Dia pergi duluan."
"Kalau begitu... apa hubungan pahlawan itu dengan gadis desa tersebut?"
"Memangnya aku tahu? Momon-dono bilang kepadaku apa yang kubilang kepadamu, dia memberi jaminan untuknya dan meminta kita untuk melepaskannya."
"Kalau begitu pertanyaan lain. Gadis Enri Emmot itu. Apakah kamu kira dia hanyalah seorang gadis desa biasa?"
"Tentu saja tidak. Tidak mungkin dia hanya seorang gadis desa biasa, jika tidak mengapa seorang pahlawan hebat sepertinya membantu dia? Dan bukan kebetulan dia membawa item itu.. Apakah itu ada hubungannya dengan Theocracy?"
"Itu Ainz entah apalah. Jika dia dari Theocracy, bukankah kita seharusnya membiarkan pimpinan tahu?"
"Sejujurnya, aku tidak tahu. Lagipula, Momon-dono sudah menjaminnya. Jika kita biarkan orang-orang di atas tahu.. yah, kamu hanya melakukan pekerjaanmu, tapi apakah kamu benar-benar ingin membuat marah Momon-dono?"
Wajah prajurit itu berubah.
Perbuatan berani Momon di pahlawan kegelapan di dalam kuburan E-Rantel adalah topik percakapan yang umum ketika para prajurit berkumpul.
Tidak ada yang siapapun yang tidak mendidih darahnya setelah mendengar legenda dari seorang pahlawan yang menghancurkan sebuah gerombolan puluhan ribu undead. Bahkan mereka yang hanya melihat dari jauh bisa merasakan tekanan yang luar biasa dari permainan pedangnya. Pria yang bahkan bisa membuat binatang buas berlutut di depannya dan menawarkan diri sebagai tunggangan membuat hati para prajurit meledak.
Sama seperti wanita yang jatuh cinta kepada pria yang kuat, banyak pria yang memuji Momon the Dark Hero, dan bisa dikatakan sebagian besar dari kekuatan tempur di E-Rantel adalah fansnya.
Prajurit ini adalah salah satunya.
Sebagai seorang fans Momon, hanya ditepuk bahunya saja oleh sang idol sudah cukup membuatnya ingin memamerkan kepada semua orang yang dia temui. Oleh karena itu, dia tidak ingin membuat marah pria yang dia kagumi.
"Itu ya itu. Yah, karena Momon-sama sudah menjaminnya, kurasa tidak apa-apa."
"Kurasa juga begitu. Jika kita memperlakukan seorang teman dari Momon-dono dengan buruk, kurasa nanti akan jadi tidak baik. Kurasa yang bisa kita lakukan adalah menghindari perahu bergoyang. Kalau begitu sekarang... kurasa aku akan pergi kembali berjaga."
"Ayup. Aku juga akan kembali ke posku."
----
Enri mengendarai gerobaknya dengan memunggungi gerbang kota E-Rantel, penasaran apa yang sebenarnya baru saja terjadi. Pria dengan armor hitam legam itu - petualang yang datang bersama dengan Nfirea ke desa Carne untuk memetik tanaman obat - dia telah membantunya lepas dari titik yang ketat.
Yang benar, dia seharusnya langsung pergi untuk berterima kasih kepadanya, tapi sayangnya dia sudah tidak melihatnya ketika dia masuk ke kota.
Jika aku berterima kasih ketika lain kali kita bertemu... apakah dia akan memaafkanku? Meskipun dia sedang berpikir jika dia harus segera mulai mencarinya ketika dia masih punya waktu, ada alasan mengapa dia tidak bisa melakukannya. Alasan itu adalah apa yang saat ini sedang dia khawatirkan. Dia menggenggam sebagian dari pakaiannya, merasa tanduk yang ada di dalamnya untuk mengusir rasa tidak tenangnya.
Tanduk Goblin sesuatu.
Ini.. ini memiliki nilai beberapa ribu koin emas? Tidak mungkin. Tolong katakan kepada itu tidak benar...
Keringat Enri mengalir seperti sebuah sungai. Tanduk itu diberikan kepadanya dengan enteng sehingga dia tidak mengira seberharga itu. Tidak, Nfirea pernah bilang itu adalah item magic kelas tinggi.... tapi jumlahnya jauh melebihi bayangannya.
Apakah tidak apa bagiku menggunakan item ini? Apakah nantinya tidak apa? Jika dia disuruh untuk mengembalikan yang satunya yang telah dia pakai, apa yang harus dia lakukan?
Aku butuh beberapa ribu jambang tanaman obat... Mungkin aku tidak akan bisa mencukupinya seumur hidup hanya dengan memetik tanaman obat... Ditambah lagi, dia memiliki item lain yang bergarga ribuan koin emas.
Apakah Gown-sama seorang pria yang bisa dengan mudah memberikan item seperti itu?! Atau mungkin, dia tidak tahu nilainya.. tidak mungkin, tidak mungkin orang sepertinya tidak tahu... tapi, jika dia tidak tahu...
Perut Enri mengeluh dan sakit.
Dia melihat ke sekelilingnya dengan curiga. Tidak banyak orang di sekitar, tapi masih lebih banyak beberapa kali dari desa Carne. Apakah ada orang yang akan mencuri tanduk ini? Ide yang tidak enak itu muncul di hati Enri.
Jika saja aku tidak membawanya keluar. Ada banyak kejahatan disini, ya kan? Bagaimana jika tanduk itu dicuri.. Jika tanduk itu ditiup dan goblin-goblin muncul membuat kekacauan, bukankah itu membuat seperti kriminal?
Saat keringat dingin membasahi Enri, seseorang turun dari tempat duduk di sampingnya di kursi pengemudi. Cara dia turun seperti sebuah bulu yang melawan gravitasi pasti adalah magic.
Siapa-
Saat rasa terkejut melihat orang baru menghilang, sebauh rasa terkejut yang lebih besar mendatanginya.
Dia adalah seorang wanita cantik yang memiliki rambut hitam legam yang wajahnya bisa meluncurkan ribuan kapal. Dia adalah orang yang datang dengan petualang berarmor hitam ke desanya. Matanya yang sedingin es tidak mirip apapun selain batu onyx saat menatap Enri.
"Makhluk rendahan (lalat pengganggu). Momon-san ingin bertanya sesuatu -"
"Cantiknya..."
"Pujian hanya akan mendapatkan-"
"Secantik Lupusregina..."
Saat dia melihat rasa terkejut di mata yang sedang melihatnya, Enri langsung menyesali hal bodoh yang dia katakan. Dia mungkin bahkan tidak tahu siapa Lupusregina. Namun, tidak ada orang lain yang bahkan bisa mendekati pemandangan yang ada di depannya.
Apa yang harus kulakukan, aku sudah membuatnya marah... yah, itu sudah jelas, tapi...
"Tentang itu, Lupusregina adalah orang yang sangat cantik di desaku-"
"-Terima kasih."
"Eh?!"
Matanya keras, dan begitu juga suaranya, dan bahkan alisnya tegang. Tapi rasa terima kasih yang dia berikan adalah tulus.
"...Haaaah. Momon sa-san ingin bertanya kepadamu, itulah kenapa aku datang. Jangan buang waktu lagi. Mengapa kamu kemari?"
Enri tidak punya kewajiban untuk menjawab. Namun, ini adalah partner dari orang yang sudah membantunya. Jika dia ingin tahu, maka dia seharusnya menjawab.
"Itu, sebelum itu, bisakah aku meminta bantuanmu? Momon-san telah membantuku tadi, dan aku sangat, sangat berterima kasih. Tolong katakan padanya itu."
"Aku akan mengatakannya. Jadi mengapa kamu kemari?"
"Ah, ya, aku, aku kemari, karena ada banyak hal yang harus dilakukan, seperti misalnya, menjual tanaman obat."
Wanita itu memberi isyarat dengan dagunya, memberi isyarat kepada Enri untuk terus bicara.
"Lalu, aku akan pergi ke kuil, untuk melihat jika ada siapapun yang ingin pindah ke desa kami. Dan lalu aku ingin pergi ke Guild Petualang untuk membicarakan beberapa hal. Dan aku harus memberi beberapa hal yang tidak bisa didapatkan di desa, seperti senjata. Sesuatu seperti itu..."
"Oh begitu, aku mengerti yang kamu katakan. Aku akan menyampaikannya kepada Momon-san."
Dengan gerakan yang indah dan sangat halus yang sepertinya tidak dipengaruhi gravitasi, wanita itu mendarat di gerobak, lalu pergi tanpa melihat ke belakang.
Kesan Enri kepadanya adalah seperti angin ribut yang beku yang bisa mengoyak orang-orang.
"Dia adalah wanita menakjubkan... rasanya sepuluh kali lebih kuat dari Brita-san..."
Tidak ada gadis di desa sepertinya. Nabe mungkin menjadi seorang petualang karena kepribadiannya seperti itu. Itu membuatnya merasa bahkan lebih susah dalam mengunjungi Guild Petualang.
"Ahhhh, oh tidak!"
Nabe adalah petualang yang kuat, tapi Enri hanya menyadarinya setelah dia pergi. Ditambah lagi, dia adalah partner dari pria yang telah menaklukkan Wise King of the Forest. Dia mungkin bisa memberitahu Enri apa yang sedang terjadi di dalam hutan.
"Giant of the East dan Serpent of the West, dan apapun itu Monumen Kehancuran.. jika saja aku bisa menanyakan semua itu. Ah~ Aku benar-benar bodoh, Mengapa aku tidak kepikiran itu sebelumnya?"
Enri mengendarai gerobaknya melalui sebuah gerbang sambil mengomeli dirinya karena ceroboh.
----
E-Rantel bisa dibagi dalam tiga zona secara kasar, dipisahkan oleh dinding-dinding kota. Zona tengah adalah tempat orang-orang tinggal.
Itu juga tempat Guild Petualang berada.
Idealnya, uang paling aman adalah menjual tanaman obat di Guild Farmasi. Namun, itu akan melibatkan banyak dokumen merepotkan, jadi dia memilih untuk pergi ke Guild Petualang daripada menggunakannya sebagai perantara. Dia telah mempertimbangkan gambaran atas bantuan Lizzie untuk ini, tapi Enri telah memutuskan untuk menggunakan nama nenek teman baiknya adalah hal yang terlalu tidak tahu malu, dan mempertimbangkannya lagi.
Rencana pergi ke Guild petualang adalah ide Nfirea.
Jika Nfirea datang sendiri, mereka tidak perlu menggunakan Guild dan dia bisa menjual semuanya langsung. Seorang gadis desa sederhana seperti Enri melakukan ini sendirian akan menjadi santapan bagi anggota-anggota cerdik dari Guild Farmasi.
Enri menuruni jalanan yang dikatakan oleh Nfirea dan Brita.
Meskipun dia bepergian dengan goblin sebelumnya, mereka semua sedang menunggu di luar kota agar Enri menyelesaikan urusannya. Sejak dia keluar dari desa, dia menyadari bahwa dia sendirian, dan tangannya menggenggam tali kekang lebih erat lagi.
Tekanan membuat kaku bahu Enri. Akhirnya, tak mampu menahannya lagi, dia melihat ke seluruh penjuru dan tujuannya ada di depannya.
"Aku menemukannya!"
Enri berteriak kecil kegirangan. Sekarang setelah dia ada disini, dia mungkin tidak akan tersesat.
Dia menyerahkan tali kekang gerobaknya kepada penjaga yang sedang berdiri di pintu Guild Petualang, dan mendorong pintunya agar terbuka.
Di dalam, banyak warrior berarmor full plate, hunter dengan busur di punggungnya, dan magic caster baik arcane dan divine sedang berjalan-jalan. Beberapa orang secara antusias bertukar informasi tentang monster yang ada di sekitar, yang lainnya menatap dalam-dalam perkamen yang ada di papan pengumuman, dan beberapa sedang mengusap-usap perlengkapan mereka yang baru saja dibeli.
Tempat itu dipenuhi dengan sebuah panas dan aktifitas yang membuat Enri tidak tenang kakinya, sebuah dunia pengamatan tanpa henti dan tekanan. Ini adalah dunia para petualang.
Mulur Enri jatuh terbuka saat dia melihat sebuah pemandangan yang tak pernah dia lihat di desa, lalu bergegas menutupnya kembali.
Memang benar dia dari daerah yang terisolasi, dan tidak mengejutkan jika dia gugup dengan suasana dari kota besar, tapi bagi seorang gadis seusianya, menatap bodoh dengan mulut menganga adalah hal yang memalukan.
Enri mulai berjalan, punggungnya lurus, secara tidak sadar memeriksa gerakannya agar tidak menggerakkan lengan dan kakinya di sisi yang sama atau melakukan apapun yang akan membuat dia menjadi bahan tertawaan. Namun, Enri mulai ragu dengan apakah tidak apa bagi seorang gadis desa yang jelas tidak cocok dengan tempat ini berjalan-jalan dengan beranir diantara para petualang yang berotot.
Di counter, dia disambut oleh senyum resepsionis.
"Selamat datang."
"Y-Ya, aku kemari untuk berkunjung."
Enri menatap resepsionis tersebut. Lalu, keduanya tersenyum samar. Enri merasa bahunya kaku, karena mungkin ini pertama kalinya dia datang ke E-Rantel.
"kalau begitu, boleh saya tanya urusan apa yang anda punya dengan Guild Petualang?"
"Mm. Pertama, aku ingin meminta bantuan menjual tanaman obat."
"Saya mengerti. Dimana tanaman obatnya sekarang?"
Enri bilang kepadanya mereka ada di dalam gerobak di luar, dan resepsionis itu mengalihkan pandangannya kepada wanita di sampingnya.
"Juru taksirnya akan segera memeriksanya sekarang, tolong tunggu di dalam Guild hingga dia selesai."
"Aku mengerti. Kalau begitu, hal lainnya.. meskipun kami tidak mengeluarkan permintaan sekarang juga, mungkin kami akan melakukannya di masa depan."
Enri dengan kasar menjelaskan situasinya kepada resepsionis. Senyum wajah wanita yang lainnya menjadi semakin serius saat dia mendengarkan cerita Enri.
"Begitukah... Aku hanya seorang resepsionis, dan aku tidak memutuskan kesulitan dari permintaan, tapi jika itu melibatkan Wise King of the Forest, mungkin itu adalah tugas yang hanya bisa ditangani oleh peringkat adamantite Momon-san. Tentu saja, jasanya tidak akan murah."
Enri merasakan perubahan pada suasana hati resepsionis itu. Dia kelihatannya sangat tidak termotivasi, seakan dia sudah memutuskan "Percuma saja aku bilang padamu, merepotkan sekali."
Ketika hidup dengan goblin, Enri perlahan mempelajari pembacaan emosi orang lain. Ini karena goblin terlihat jelek dan berbeda sekali dari manusia, dan dia sudah bekerja keras untuk mengetahui dan mengartikan perasaan mereka. Itu adalah cara Enri tumbuh.
Dia pasti sedang berpikir desa itu tidak memiliki banyak uang, huh... yah, melihat pakaianku, memang itu adalah kesimpulan yang wajar.. dan lagipula dia memang berpakaian sangat bagus. Enri sedikit membandingkan pakaiannya dengan resepsionis itu, dan memutuskan kebijakan fashion itu, dia benar-benar kalah kelas.
Tapi pakaian seperti itu jauh terlalu merepotkan untuk dipakai bekerja, dan pakaian itu juga terlalu mahal. Oleh karena itu, menurut Enri si wanita, pertarungan ini adalah draw.
"Namun, aku dengar kota akan memberikan subsidi..."
"Memang benar. Namun, subsidinya hanya sebagian dari biayanya, dan kamu harus membayar sisanya sendiri. Petualang dengan peringkat adamantite sangat mahal, dan meskipun setelah disubsidi mereka masih membutuhkan banyak uang untuk mempekerjakan. Tentu saja, kamu bisa menawarkan uang yang lebih sedikit untuk sebuah permintaan, tapi Guild Petualang tidak akan pernah memperbolehkannya. Jika kamu menawarkan uang yang lebih sedikit daripada syarat minimum, permintaanmu akan ditempatkan di bawah prioritas bawah, jadi kamu mungkin perlu mempertimbangkan mungkin saja tidak akan ada yang mengambilnya."
Dia pasti telah mengingat peraturan yang diberikan melihat caranya mengucapkannya bahkan matanya tanpa menjadi sayu. Resepsionis itu melihat ke arah Enri seperti seorang pembeli yang tidak akan membeli.
Itu memang wajar. Seorang pembeli yang tidak mengeluarkan uang bukanlah seorang pembeli sama sekali. Semua yang dikatakan oleh resepsionis itu ternyata menjadi seperti yang diprediksi oleh Nfirea, jadi dia tidak merasa terlalu marah. Itu adalah kenyataan jika tak ada siapapun yang akan membantu yang lemah.
Ainz Ooal Gown-sama benar-benar penyelamat desa karena sudah menyelamatkan kami. Dan dia bahkan memberikan seorang gadis desa sederhana seperti itu harta berharga seperti itu. Dia penasaran bagaimana resepsionis itu akan bereaksi jika dia menggunakan tanduk ini sebagai pembayaran. Hebat juga nantinya melihat tampangnya nanti, tapi Enri tahu dia takkan pernah melakukan hal semacam itu. Item ini telah diberikan kepadanya oleh magic caster hebat dengan instruksi "gunakan untuk melindungi dirimu sendiri". Dia tidak bisa menjualnya, bahkan tidak untuk desa. Dia tidak bisa melakukan hal yang tidak berterima kasih seperti itu.
"Aku mengerti. Kalau begitu, tolong katakan padaku berapa banyak biayanya nanti. Dengan begitu aku bisa kembali ke desa untuk berdiskusi."
"Jika memang seperti itu... bagaimana kalau begini? Silahkan kembali setelah pemeriksaan terhadap penjualan obat sudah selesai, dengan begitu kita seharusnya sudah selesai menghitung jumlahnya."
Setelah berterima kasih kepada resepsionis, Enri meninggalkan counter dan duduk di sofa di dalam aula, memandang atap sementara hingga pemeriksaan sedang dilakukan.
Lelahnya....
Setiap kali sejak dia masuk ke gerbang kota dalah petualang besar. Atau lebih tepatnya, ketika dia pikir-pikir, sejak hari orang tuanya tiada, hal membingungkan terus bertumpuk.
Yang kuinginkan hanyalah menjalani sebuah hidup yang sederhana dan tidak berubah di desa...
Saat dia memikirkan apa yang hilang darinya, Enri menghela nafas.
Dia berpikir tentang apa yang terjadi setelah itu - para goblin, teman masa kecilnya, dan menggelengkan kepalanya.
Tidak bisakah mereka lebih cepat...
Jika dia sedang melakukan sesuatu, dia tidak akan memiliki waktu longgar untuk memikirkan hal yang membuat gundah seperti itu. Dia lebih memilih fokus bekerja daripada memikirkan hal-hal yang membuatnya sedih.
"Enri-san, taksirannya sudah selesai."
Enri bangkit dan menuju suara dari pedagang.
"Terima kasih, Terima kasih banyak!"
"Biayanya adalah-"
Saat ini, Enri mendengar suara seseorang yang sedang buru-buru, tidak, sejujurnya sedang berlari ke arahnya. Saat dia berputar, dia melihat resepsionis yang tadi di depannya.
"Haaa- haaa- Enri-san dari desa Carne. Tidak maksudku, Enri-sama. Tentang masalah yang tadi, bisakah aku mendiskusikan detilnya kepadamu?"
Ini adalah resepsionis yang sama dari sebelumnya, tapi sikapnya benar-benar berbeda. Bahkan matanya merah.
"Ah, maafkan aku, tapi aku baru saja akan bilang padanya hasil dari taksirannya-"
"kamu diam saja, aku sedang bicara ini."
Balasan resepsionis itu membuat wajah pedagang tersebut berubah.
"Jika tidak apa, apakah anda mau mendiskusikan ini sambil minum di ruangan tamu?"
Dia sedang tersenyum, tapi senyumnya tidak sampai ke matanya. Malahan, ada sebuah perasaan putus asa, berusaha pada mata itu.
Mungkin dia merasakan sesuatu yang berbeda dari Enri yang bingung. Mata resepsionis tersebut lembab, dan tangannya ditutup keduanya seperti berdoa.
"Tolong, aku mohon padamu, anda harus biarkan aku mendengarnya! Jika tidak, aku bisa tamat!"
Setelah mendengarkan permohonan putus asa dan hampir menyedihkan, Enri tidak ingin bicara dengannya sama sekali, tapi kelihatannya terlalu kejam tidak memberinya peluang. Dia menatap ke arah pedagang itu kembali, yang kelihatannya seperti paham niatnya, karena dia sedikit mengangguk kepadanya.
"Me, Mengerti. Kalau begitu, bisakah kamu tunjukkan jalannya?"
Tubuh resepsionis itu terlihat mengendur saat dia mendengar balasannya.
"Terima kasih banyak! Benar-benar, terima kasih banyak! Silahkan, silahkan, saya akan menunjukkan jalannya."
Enri mengikuti di belakangnya, bermandikan tatapan setiap orang. Resepsionis menggenggam tangan kanannya dengan erat, seakan dia tidak ingin Enri untuk kabur.
Apakah aku terlalu gegabah?
Dia masuk ke ruang tunggu dengan jejak tidak nyaman di hatinya.
Enri tanpa suara melihat ke sekeliling yang ada di dalam ruangan. Ruangan itu tidak ada orangnya kecuali dirinya sendiri dan dekorasi yang rumit, dipenuhi dengan perabotan yang kelihatannya mahal sekali dia penasaran jika itu memang untuk dibuat tempat duduk.
"Silahkan, silahkan, silahkan duduk."
Sebagian dari dirinya bertanya-tanya jika dia akan ditangkap atau diikat saat dia duduk.
Namun, tak ada apapun yang terjadi ketika dia duduk di sofa. Yang hanya dia rasakan adalah perabotan yang nyaman menerima berat tubuhnya.
"Apakah anda ingin minum sesuatu? Bagaimana kalau minuman keras? Terlalu dini? Ya, kelihatannya... bagaimana kalau buah.. tidak, manisan dan pencuci mulut, mungkin?"
"Ah, tidak perlu seperti itu..."
Perubahan dramatis pada sikap resepsionis itu mulai membuat Enri takut. Pada awalnya, dia tidak merasa bahwa resepsionis itu memperlakukannya dengan dingin. Dia bersikap wajar, tanpa emosi seperti itu. Setidaknya, kelihatannya lebih normal dari sikapnya yang sekarang.
Tapi mengapa leopard ini merubah tempatnya? Apakah karena tanduk itu lagi?
"Tidak, tidak, apa yang anda katakan? Apapun boleh untuk anda. Kami bisa memberikan minuman keras, brandy, dan makanan ringan sebagai pendampingnya juga."
"Tidak, tidak usah repot-repot.. dan disamping itu, aku sudah kehabisan waktu. Bisakah kita mulai mendiskusikan masalahnya?"
"Tentu saja! Anda benar sekali! Kalau begitu, silahkan, silahkan lanjutkan!"
Resepsionis tersebut mengambil sebuah alas dari kertas putih. Semua kertas yang pernah dia lihat sebelumnya jauh lebih kasar dan memiliki warna lain yang tercampur. Ini pasti semacam benda kelas tinggi disini. Apakah tidak apa menggunakannya?
Enri mulai bicara. Meskipun pembukaannya sudah cukup mudah untuk dibicarakan, ini adalah bagian yang menjengkelkan - detilnya.
Akhirnya, saat tenggorokan Enri mulai kering, percakapan itu akhirnya berakhir.
"Terima kasih atas bantuanmu! Ada minuman disini, silahkan tidak usah sungkan sebelum anda pergi! Tidak apa tinggalkan saja cangkirnya disini, tapi terima kasih sudah datang kepada kami hari ini!"
Resepsionis itu tiba-tiba berdiri, lalu meninggalkan ruangan seakan dia baru saja diusir dari sana.
"Yang benar saja... apa yang terjadi?"
Tentu saja, tidak ada seorangpun disini yang bisa menjawab pertanyaan retorika miliknya.
-----
Pada akhirnya, Enri tidak menghabiskan malam di E-Rantel dan kembali pulang ke desa Carne.
Dia akan tidur di dataran, tapi dia tidak khawatir. Sebaliknya, dia tidur dengan nyenyak. Itu karena para goblin, yang sedang mengendarai gerobaknya yang sarat dengan isi.
"Ahh~ Akhirnya aku melihatnya."
Di depannya ada dinding desa Carne. Meskipun kayu-kayu tertata dengan rapi terlihat mengagumkan dengan cara mereka sendiri, Enri mau tidak mau berpikir mereka terlihat lusuh dibandingkan dengan benteng E-Rantel.
"Memang benar. aku harus laporan kepada kepala desa secepatnya."
Enri mengatakan hal ini kepada salah satu goblin di gerobak. Lima goblin telah pergi ke E-Rantel dengan Enri sebagai yang dilindungi, termasuk Cona sang priest dan seorang goblin pengendara serigala, yang saat ini sedang menjaga jarak untuk bisa mengetaui potensi ancaman apapun.
"Yah, masalah terbesar sudah ditangani, tapi bagaimana dengan permintaan kepala desa, Ane-san?"
"Ya, tentang itu.. menurut priest, hampir tak ada siapapun yang ingin pindah ke desa."
"Itu aneh. Maksudku, sudah ada imigran dari desa lain disini. Mengapa jumlah penduduknya tidak bertambah? Apakah pendeta itu berbohong?"
"Tidak, seorang pendeta tidak akan pernah berbohong" Enri tersenyum samar. "Sejujurnya, desa perbatasan adalah daerah yang berbahaya, jadi mereka menjaga jarak mereka. Meskipun beberapa orang menantikannya, seperti anak ketiga yang langsung meninggalkan kotaku jika mereka mendapatkan sebuah peluang untuk menggarap tanah... tapi tak banyak orang yang akan kemari tanpa sebuah perintah. Dan orang-orang yang pindah kemari pada awalnya pernah tinggal di desa-desa perbatasan seperti kita. Itulah perbedaannya."
"Begitukah..."
"Begitulah. Tapi sebenarnya, itu sedikit melegakan bagiku."
Mungkin akan sangat sulit bagi orang biasa untuk bisa membentuk hubungan baik dengan goblin dan hidup dengan mereka di desa yang sama. Imigran manapun dari kota mungkin akan pucat ketakutan saat melihat pemandangan itu dan akan berusaha menjauh.
Dan sejujurnya, jika Enri dipaksa memilih antara penduduk kota dan goblin, dia akan memilih goblin tanpa ragu.
Saat ini, gerobak itu bergoyang, dan suara seperti logam mengenai gerobak terdengar dari belakangnya.
"Ah, maaf. Apakah kamu baik-baik saja?"
Enri memutar kepalanya untuk melihat ke belakang.
Meskipun para goblin duduk di lantai gerobak, ada semacam karung disana, salah satunya akan membuat suara logam ketika gerobak bergoyang.
"Ah, kami tidak apa, Ane-san. Tidak usah khawatir. Ngomong-ngomong, dengan anak panah sebanyak ini, kita akan bisa berburu hingga puas."
Goblin-goblin itu terlihat senang ketika mereka melihat tas yang lupa diberikan oleh Enri kepada mereka, malahan hanya tersenyum.
Mereka telah menyeberangi ladang gandum, dan memasuki gerbang yang dibuka setengah.
Setelah menyambut semuanya, Enri mengendarai gerobak ke tempat asal mereka, agar bisa mengeluarkan muatannya.
Saat dia menghentikan gerobak di titik temu, goblin yang ada di dalam, setelah mendengar gerobak, berhamburan menyambutnya.
"Oh! Selamat datang kembali, Ane-san. Aku lega tidak ada apapun yang terjadi."
Enri tersenyum. Sambutan mereka adalah apa yang membuat Enri merasa bahwa dia telah kembali ke desa, karena baginya, Goblin-goblin itu adalah bagian dari keluarganya.
"Aku pulang!"
"Itu adalah barang yang banyak. Apakah kamu membawanya ke dalam?"
"Benar sekali bro. Tolong bantu aku."
"Aku datang!"
Goblin-goblin bergerak bersamaan, dengan cekatan menurunkan barang bawaan. Beberapa pergi kesana, beberapa pergi kesini, dan akhirnya seluruh item terkumpul tanpa perlu dikomando oleh Enri. Ini adalah bukti seberapa besar goblin-goblin memadukan diri mereka ke dalam kehidupan desa.
"Ah, Ane-san, biarkan kami mengurus sisanya. Mengapa kamu tidak menemui adikmu dan Ani-san? Meskipun aku tidak tahu jika Ani-san masih sedang membantu orang-orang Agu."
"Terima kasih, tapi aku masih harus melaporkannya ke kepala desa dahulu."
"Benarkah? Aku mengerti. Kalau begitu, untuk amannya, aku akan datang denganmu. Lagipula, masih ada masalah tentang ogre-ogre itu."
Gokoh berbicara kepada beberapa rekannya setelah meninggalkan tempat berkumpul, lalu dia naik ke gerobak di samping Enri, yang sedang mengendarai. Gobln lain yang telah menjaga Enri di jalanan ke E-Rantel iri melihatnya, tapi tak ada satupun dari mereka yang bersuara protes. Itu mungkin karena mereka setuju dia melakukan hal yang benar.
Enri tersenyum dan samar-samar berkata, "Aku mengandalkan kalian! Dan terima kasih banyak!"
Setelah berterima kasih kepada goblin, dia memacu kudanya agar bergerak.
"Jadi, apa yang terjadi di dalam desa sejak aku pergi?"
"Tak ada yang spesial. Hal terbesar adalah kami membangun sebuah tempat dimana ogre bisa tetap tinggal di dalam desa. Tentu saja, golem-golem batu yang paling banyak mengerjakannya, dan dibuat dengan sangat kasar dari kayu, tapi pada akhirnya, menjadi tempat yang sangat baik. Namun, kita tidak bisa melakukan apapun dengan bau mereka. Bahkan handuk yang kami berikan kepada mereka menjadi bau."
"Jadi begitu... tapi tetap saja cepat sekali!"
"Seperti yang kubilang, golem-golem yang paling banyak mengerjakannya. Jika kamu ingin berterima kasih kepada seseorang, terima kasihlah kepada magic caster yang telah memberikan mereka kepada kita."
"Dan Lupusregina-san, ya kan?"
"..Mari kita tidak membicarakannya sekarang. Aku tidak ingin melakukan apapun yang berhubungan dengan berterima kasih kepadanya. Suatu hal tentang dia agak membuatku marah."
Enri sulit menerima apa yang dia dengar. Ini adalah pertama kalinya Gokoh membicarakan hal buruk seseorang.
"Bagaimana aku harus menceritakannya... Dia sangat menakutkan, seperti seorang monster yang sedang mengawasi kita... Aku kira Ane-san belum merasakannya.."
"Tapi dia adalah pelayan dari orang yang telah menyelamatkan desa kita, Ainz Ooal Gown, jadi dia tidak seburuk itu."
"...Ah, merepotkan sekali~"
Bahu Enri dan Gokoh kaget. Ngomong-ngomong...
Enri melihat ke punggungnya buru-buru, dan seperti hari-hari sebelumnya, pelayan itu sedang duduk di gerobak seperti memang itu tempatnya.
"Yang benar saja, En-chan, merepotkan sekali."
"Apa maksudmu?"
"Mungkin, mungkin sebelum itu, kamu seharusnya bilang kepada kami bagaimana kamu muncul entah darimana."
"Mm? Mudah saja. aku turun dari langit."
"Itu tidak masuk akal. Ada beberapa kali kamu datang dari atas, tapi kami tak bisa merasakan kehadiranmu."
"Aku bisa membuat diriku tidak terlihat, yanno. Aku mencoba menjadi sehalus mungkin terhadap apa yang aku lakukan. Lihatlah betapa baiknya aku~"
Gokoh memutar wajahnya ke depan sekali lagi. Rasa jengkel muncul di seluruh wajahnya.
"Tapi, ah ya, jarang sekali kami bisa melihat Lupusregina-san dua hari berturut-turut. Apakah ada sesuatu yang terjadi?"
Lupusregina berbalik jengkel kepada Enri. Bahkan ketika dia marah, dia masih terlihat cantik, pikir Enri.
"Yah, semacamnya. Taaaaaapi lagipula, Aku hanya penasaran apa yang sedang terjadi. Ngomong-ngomong, apa yang terjadi dengan miniatur gobbo milikmu?"
"Dia baik-baik saja. Aku rasa dia seharusnya ada di rumah kepala desa."
"Mengapa di rumah kepala desa?"
"Ah, bisakah kamu membantu goblin dari sukuku, atau semacamnya seperti itu. Mereka tinggal disana sementara kami membangun sebuah tempat bagi goblin untuk bisa tinggal di desa."
"Ah-- yeah, memang masuk akal, Agu adalah putra dari kepala sukunya. Dia pasti merasa seperti dia memiliki tugas untuk melindungi mereka atau semacamnya. Yang benar saja, dia hanya seorang bocah tapi sudah bersikap seperti seorang pria~"
Meskipun Lupusregina sedikit tersenyum, siapapun yang melihatnya akan tertangkap oleh daya tarik yang memancar darinya. Bahkan Enri akhirnya melihatnya lama meskipun kenyatannya mereka berdua wanita.
"Aiya, bukankah kamu seharusnya melihat ke depan malahan?"
"Itu, benar juga!"
Enri, yang tersipu di ujung telinganya, bergegas melihat ke depannya sekali lagi.
Setelah berhenti di depan rumah kepala desa, Enri dan Gokoh turun dari gerobak.
"Kalau begitu, aku akan membawa kuda kembali ke kandang. Aku tidak ingin mengganggu kalian. Beritahu aku apa yang kalian bicarakan nanti~"
"Aku mengerti. Kalau begitu, aku minta maaf sudah membebanimu, tapi kami mengandalkanmu"
Enri membungkuk kepada Lupusregina, yang sedang tersenyum dengan "hoho" lalu mengendarai gerobak menjauh.
Enri mengetuk pintu, memberitahukan diri agak keras agar orang yang ada di dalam mendengarnya, dan membuka pintu.
Kepala desa dan Agu saling menghadap satu sama lain di seberang meja.
"Oh, selamat datang kembali. Silahkan duduk. Bagaimana keadaannya di desa?"
Saat kepala desa berbicara, Enri duduk di samping Agu. Untuk sesaat tubuh Agu kelihatannya menjadi kaku, tapi itu pasti hanya trik cahaya.
"Ah, begitulah yang kusampaikan. Kalau begitu, Kepala desa, tolong jaga kami."
Enri tidak tahu siapa yang dituju oleh kalimat itu. Karena yang hadir hanyalah Enri, Gokoh dan kepala desa, kelihatannya jelas bahwa ucapan itu ditujukan kepada kepala desa.
Namun, Agu melihat ke arah Enri, dengan punggung kaku dan bibir melengkung. Enri melihat ke mata Agu, dan di dalam tatapannya yang tidak berkedip dan tabah, dia menyadari jika dia tidak sedang bercanda atau menipu.
"Eh..eh?!"
Mengapa harus dirinya?
Di tengah kebingungan Enri, Agu permisi dan meninggalkan rumah Kepala desa.
"Hey! Tunggu-"
"Kalau begitu, Enri, bisakah kamu ceritakan padaku tentang ini?"
"Eh? Tidak, itu.. ini... ah ya, aku tahu."
Hal itu membebani pikirannya, tapi dia bisa menjernihkan keraguannya nanti. Laporan lebih penting untuk sekarang.
Setelah memutuskan hal itu, Enri menyampaikan peristiwa yang telah terjadi di kota dengan jelas dan ringkas. Bagian yang paling penting adalah tak ada yang ingin pindah ke desa Carne. Namun, kepala desa kelihatannya telah mengantisipasi hal ini, karena tak ada penyesalan di wajahnya, hanya menerima dengan tenang.
"Jadi begitu. Yah, mau bagaimana lagi. Kita adalah desa perbatasan, jadi orang-orang tidak ingin pindah ke tempat dimana tingkat kemunculan monster tinggi."
Kepala desa mengatakan apa yang Enri sedang pikirkan. Semua yang ada di desa mungkin sudah menerima dengan baik.
"Kamu telah melakukan banyak hal untuk kami. Terima kasih."
Kepala desa merendahkan kepalanya, dan Enri berkata, "Tidak apa," Sebagai balasannya. Memang agak membingungkan saat itu, tapi juga merupakan pengalaman yang bagus.
"Kalau begitu-" garis pandangan kepala desa berkedip kepada Gokoh untuk sesaat. "Ada satu hal yang ingin aku percayakan kepada Enri Emmot."
"Ah, ya. Apa itu? Kamu terlalu serius, pak Kepala desa..."
"...Aku harap kamu melanjutkan posisiku sebagai kepala desa."
Ekspresi Enri akan mengalahkan akting dalam istilah seberapa cepat dan dramatisnya wajah Enri berubah.
"Haaaaaaaa?! Apa, Apa ini? Hey! Jangan-jangan Agu yang berkata demikian... ehhhh?!"
"Kamu bingung tidak akan membantu..."
"Jangan menyelaku ketika aku bingung! Kepala desa!, apa kamu sudah gila? Mengapa kamu mengatakan ini?!"
"...Mungkin kata gila sedikit keterlaluan. Aku mengerti kamu gembira dan gugup tentang hal ini - Aku tahu hal it, tapi aku harap kamu bisa tenang dan mendengarkanku."
"Tentang, bagaimana aku bisa tenang? Aku hanya seorang gadis, mengapa aku harus menangani omong kosong kepala desa ini?!"
"Kuatkan dirimu!"
Suara itu disuarakan sekuat tenaga, tapi bagi Enri hanya sedikit keras. Meskipun begitu, itu membantunya mendapatkan kembali sedikit ketenangannya. Tidak, jika dia tidak mendengar kepala desa, dia takkan pernah menyadari apapun, atau setidaknya itulah apa yang sedang dipikirkan oleh sebagian otaknya.
"Aku mengerti jika kamu menjadi bingung. Namun, aku harap kau bisa duduk dan mempertimbangkan hal ini dengan kepala yang dingin. Sebagai awalnya, siapa yang menjadi pusat di desa ini?"
"Bukankah itu kamu, kepala desa?"
"Itu salah. Pak tua ini merasa bahwa dirimu adalah pusat dari desa ini. Para goblin dan ogre yang baru saja tiba mengakuimu sebagai pemimpin mereka ya kan?"
"Memang benar. Kami semua setia kepada Ane-san dari lubuk hati kami."
"Kalau begitu, ada juga goblin yang kamu bantu. Dari apa yang dibilang oleh Agu kepadaku, mereka juga melihatmu sebagai bos."
Mulut Enri berubah menjadi bentuk '^'. Mungkin memang benar jika goblin-goblin seperti itu, tapi apa yang akan dipikirkan oleh para penduduk desa? Mereka takkan pernah menerima hal ini.
"Aku dapat menerka apa yang kamu sedang pikirkan. Para penduduk desa akan menolak, begitu kan? Aku sudah bicara dengan semua orang dan mendapatkan persetujuan mereka. Tadi malam, kami mengadakan rapat penduduk desa dan mendapatkan pendapat mereka. Dan semua sepakat - mereka semua ingin kamu menjadi kepala desa yang baru."
"Tapi, tapi bagaimana?!"
"...Serangan itu adalah goncangan yang besar bagi kita semua Enri. Semuanya mengharapkan penguasa yang kuat."
"Dilihat darimana aku kuat? Aku hanya seorang gadis desa sederhana!"
Meskipun memang ada otot di lengannya, dia masihlah seorang gadis desa yang hampir tidak bisa menggunakan senjata. Jika mereka menginginkan kekuatan, mereka seharusnya bertanya kepada pasukan pertahanan diri, ya kan?
"Kekuatan tidak diukur dengan otot saja.Bukankah mampu memerintah goblin-goblin di sekelilingmu adalah sebuah bentuk kekuatan juga? Bocah Bareare berkata demikian ketika mengajukan namamu."
"Enfi!"
Enri mengeluarkan suara seperti seseorang yang sedang mencekik ayam hingga mati.
"Itu, dan pak tua ini semakin tua. Aku harus segera mencari penerus."
"Apa maksudmu, 'semakin tua'? Pak kepala desa sama sekali tidak tua. Apakah itu mengapa kamu berbicara seperti seorang pak tua?"
Kepala desa sudah berusia sekitar pertengahan empat puluh tahunan, jadi masih sedikit dini menyebutnya tua. Lagipula, dia masih berada pada usia dimana dia bisa berkontribusi bagi pekerjaan desa.
"Kesampingkan dahulu masalah berbiara seperti pak tua, kamu seharusnya menyadari sekarang, tapi hutan di sekitar desa sedang mengalami beberapa perubahan. Karena Virtuous King of the Forest sudah tidak ada, ada peluang yang lebih tinggi monster-monster akan keluar dari hutan dan menyerang. Di bawah keadaan ini, aku tidak cocok menjadi kepala desa."
"Pak kepala desa, ini mungkin tidak sopan, tapi aku harus bertanya. Aku tidak bisa menghindari ini, ya kan?"
"....Sejujurnya? Meskipun kamu menolak, aku tidak bisa berbuat banyak tentang hal itu."
Apa yang Enri lihat adalah mata dari seorang pria yang dengan jujur mengutarakan hasil pemikirannya.
"Aku masih ingat hari itu bahkan hingga sekarang. Hari mengerikan itu ketika teman-temanku di desa dibunuh. Aku tahu keluarga Emmot pula. Jika kita tidak hidup tenang-tenang saja, jika kita membangun sebuah dinding, jika kita mau melakukan penjagaan, mungkin kita tidak akan terlalu menderita... mungkin kita bisa bertahan hingga Gown-sama datang membantu kita."
Itu adalah hal yang sulit, pikir Enri. Desa ini juga memiliki banyak imigran yang selamat dari desa lain yang hancur. Desa mereka memiliki dinding yang kokoh - meskipun tidak sekokoh desa Carne saat ini - tapi mereka masih diserang dan dibantai. Tapi dinding-dinding itu bisa memperlambat para penyerang sedikit dan membuat orang-orang selamat. Enri setuju dengan bagian itu.
"Cara berpikir lama yang aku miliki tidak akan berhasil lagi. Kita harus mengatur dan melindungi keamanan desa dengan tangan kita sendiri. Satu-satunya yang bisa melakukan ini... adalah para pemuda yang fleksibel dan bersama dengan ini mereka butuh kekuatan pula."
Kepala desa telah mengatakan bagiannya. Dia melihat Enri dengan tenang.
Saat kepala desa berbicara, Enri hanya mendengarkannya dengan serius. Pertama, dia ingin menolak karena bebannya terlalu berat. Jika mereka diserang lagi, dia tidak yakin dia bisa menanggung beban tanggung jawab nyawa dari rekan-rekan penduduk desa. Namun, seperti yang dikatakan oleh kepala desa, dia tidak bisa begitu saja lari dari itu.
"Aku tidak tahu jika aku bisa menerima tanggung jawab ini."
"Itu adalah reaksi yang wajar. Goblin-goblin dan aku bisa membantu administrasi desa. Meskipun aku berkata begitu, memang menakutkan membuat keputusan besar."
"Bagaimana dengan dewa yang dibentuk oleh penduduk desa?"
"Sejujurnya, aku juga memikirkan demikian. Namun, semakin besar masalah, semakin besar kemungkinannya mereka akan pecah menjadi beberapa kelompok dan membuat mereka tidak bisa bergerak mendapatkan keputusan. Pada akhirnya, tanpa satu orang yang memimpin, kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah dengan efektif."
"Bagaimana kalau kita memiliki dua sistem, satu untuk menghadapi keadaan situasi normal dan yang satu lagi untuk darurat?"
"Itu tidak akan berhasil. Itu tidak akan mendidik pemimpin kita. Orang-orang akan mengikuti pemimpin mereka dalam keadaan darurat dan bekerja sama karena mereka tahu pemimpin itu juga mampu dalam keadaan damai."
Tekad kepala desa memang kuat dan dia sudah menjelaskan alasannya. Dengan ekspresi masam, Enri menanyakan pertanyaan terakhir.
"...Kapan kamu ingin mendapatkan jawabanku?"
"Aku tidak akan membuatmu tergesa-gesa untuk itu. Gunakan waktu dengan baik untuk mempertimbangkannya."
"Aku mengerti."
Setelah Enri berkata ini, dia berdiri dan pergi.
-----
Saat dia meninggalkan rumah kepala desa, Gokoh mengikuti di belakang Enri.
"Tolong, aku ingin memikirkan hal ini sendirian, bisakah aku mendapatkan ruang?"
"Aku mengerti, Ane-san. Kalau begitu, Gunakan waktu untuk memikirkannya. Kami semua akan mendukungmu, Ane-san. Jika kamu perlu sesuatu, katakan saja kepada kami."
"Yeah, aku akan mengandalkanmu kalau begitu."
Setelah melihat Gokoh pergi, Enri kembali ke rumahnya sendiri.
Apakah aku bisa menjadi kepala desa yang baik?
Enri tidak merasa percaya diri sama sekali.
Siapa yang tahu, ketika tiba waktunya, dia mungkin akan memberikan perintah yang tidak dia senangi - mengorbankan sedikit demi kebaikan yang lebih besar.
Aku tidak bisa melakukannya sama sekali...
Semua orang di desa berpikir terlalu tinggi tentang aku. Sebagai awalnya, para goblin yang dikatakan oleh semua orang sebagai kekuatanku, mereka bukanlah sekutu yang kubuat dengan karisma dan koneksi dari diriku sndiri. Pada akhirnya, mereka hanya dipanggil dari tanduk yang diberikan kepadaku oleh magic caster hebat Ainz Ooal Gown.
Item itu adalah sedikit bantuan pertama yang diterima oleh desa - Aneh, apakah aku adalah orang pertama yang dia bantu? Aku memang ingat Gown-sama memakai topeng...Hm? Apakah dia memakai topeng?
Ingatannya terhadap insiden itu agak kabur, tapi itu memang bisa diduga karena kacaunya situasi kala itu.
Enri menggoyangkan kepalanya untuk menjernihkan keraguannya.
Bagaimanapun...
Jika tanduk itu diberikan kepada orang lain, orang itu akan menjadi kepala desa selanjutnya, bukan dirinya. Itu artinya masalahnya adalah bukan kompetensi Enri sendiri, tapi tidak lain hanyalah murni karena keberuntungan.
Aku harus bicara dengan seseorang tentang ini...
Nfirea adalah orang pertama yang dia pikirkan. Dia hidup di kota sebelumnya, melihat banyak orang, dan Enri merasa bahwa dia akan tahu apakah dia bisa menjadi kepala desa selanjutnya. Dan dia telah banyak membaca, jadi dia pasti mampu memberikan jawabannya.
Namun, kepala desa sudah mengatakan hal ini kepada Nfirea - atau lebih tepatnya, keluarga Bareare - telah setuju dia menggantikannya. Itu artinya meskipun aku mengatakan ini kepada Nfirea, dia nantinya pasti akan mendorongkku untuk menerima posisi ini.
Dia tidak bisa... dan penduduk desa manapun juga tidak. Itu artinya tinggal Agu dan para ogre, tapi Agu suda mengira aku adalah kepala desa, dan para ogre jelas bodohnya.
Saat ini, seseorang memanggil Enri yang mengerutkan dahi dengan suara riang.
"Ossu~ kelihatannya mereka sudah selesai bicara... Oya? ada apa, wajahmu aneh? Ada masalah, Enri?"
Suara itu membuat Enri bergidik seakan ada aliran listrik yang mengalir melalui kulitnya. Benar sekali. Dia adalah orang luar bagi desa, pihak ketiga yang netral yang bisa dengan tenang dan secara logis menilai situasinya.
Enri berlari ke arah Lupusregina dengan seluruh tenaganya.
"Lupusregina-san!"
Dia menggenggam erat bahu pelayan yang terkejut.
"Apa apa apa apa ini? Oh tidak ~ Jantungku berdebar kencang sekali. Tapi tolong jangan menyatakan cinta padaku. Aku bukan seorang lesbian, aku menyukai lawan jenis. Tidaaaaak~ Lepaskan aku~ aku akan diperkosa su~"
"Tunggu! Tolong, tunggu sebentar!"
Tangan Enri melepaskan bahunya, karena dia berencana untuk menutupi mulut Lupusregina. Tapi dia dengan cekatan terlepas dari sergapan Enri dan tersenyum kepadanya.
"Ahhhh, maaf, maaf, tapi kamu kelihatannya senang sekali, aku kira aku harus sedikit menenangkanmu. Itu hanya bercanda su~"
"Itu adalah candaan yang benar-benar buruk..."
Enri menggoyangkan bahunya. Namun, dia langsung tenang kembali. Lupusregina adalah orang yang datang dan pergi ke desa sesuka hatinya, jika dia tidak mengambil kesempatan ini untuk membuatnya tetap tinggal dia akan menghilang lagi.
"Tolong dengarkan aku. Aku perlu nasehat terhadap apa yang harus kulakukan selanjutnya!"
"Aku tidak tahu apa yang sedang kamu bicarakan, tapi kita bisa bicara sambil jalan ya kan? Aku tidak ingin penduduk desa melihatku dengan aneh~"
Wajah Enri berubah menjadi merah. Lupusregina ada benarnya disini. Namun-
"Taaaaaapi jika kamu ingin menggagahiku lagi aku akan teriak~"
"Ggk!"
Lupusregina mengeluarkan lidahnya bermain-main dengan Enri.
"Benar kok - benar kok Lupusregina-san!"
"Ayo, ayo, ayo pergi, ayo pergi."
Tanpa menunggu jawaban, Lupusregina berangkat, dan Enri mengikuti.
"Yah, ceritakan masalahmu kepada onee-san - dari yang rahasia sampai yang H untuk menggoda pria~"
"Ah, benar juga? Lupusregina-san benar-benar orang yang sudah dewasa memang..."
Bagi Enri, yang tidak tahu apapun tentang hal itu, dia pastinya cukup dewasa. Tidak ada perubahan yang jelas, tapi entah bagaimana Lupusregina kelihatannya terlihat lebih dewasa sekarang.
"Ahem! Lagipula aku adalah seorang mimidoshima!"
[TL Note. mimidoshima adalah seorang wanita muda yang tidak berpengalaman tapi memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang H]
"...huh?"
Apa artinya 'mimidoshima'? Enri penasaran dengan istilah aneh, Lupusregina memberikan isyarat kepadanya dengan isyarat tangan 'kemarilah'. Ingin segera menyelesaikan pertanyaan yang aneh itu, Enri mulai menceritakan kepadanya tentang apa yang terjadi di dalam rumah kepala desa.
"Jadi, apa yang harus kulakukan?"
"Hm? Entahlah."
Hanya itu.
"Hey - bukankah kamu bilang aku bisa menceritakan masalahku kepadamu?"
"Aw, apakah aku harus menjawabmu... hm, baiklah, terserah. Pada awalnya, jika kamu didorong untuk posisi ini dan kamu tahu kamu akan menyesalinya, maka sebaiknya kamu tidak mengambilnya dari awal. Pikirkan tentang segala macam hal yang kamu bisa dan tidak bisa lakukan."
Gadis yang biasanya ceria itu sudah ilang, dan sebagai gantinya adalah wanita cantik yang mempesona dan menghantui. Mata yang biasanya lebar sekarang menyempit, dan senyum yang menggoda sekarang mengirimkan sebuah hawa dingin ke tulang belakang.
"Ini hanya pendapatku saja; kamu seharusnya memutuskan apa yang ingin kamu lakukan sendiri. Duduklah, kunyahlah dahulu apa yang kamu makan sebentar, semacam itu. Sebagai permulaan, biar kujelaskan lebih detil, tidak masalah jika kamu menjadi kepala desa atau orang lain yang jadi, kamu pasti akan mengacaukannya cepat atau lambat. Hanya ada empat puluh satu orang yang aku tahu yang takkan pernah membuat kesalahan. Karena itu, tidak ada gunanya khawatir dengan apa yang terjadi jika kamu gagal. Tapi jika dipikir-pikir, tak ada yang lebih cocok untuk pekerjaan itu selain kamu."
"Apa maksudmu?"
"Tanyakan kepada para goblin. Ketika desa diserang oleh monster menakutkan dan mereka tahu mereka tidak bisa menang, apa yang terjadi? Bayangkan situasi itu sendiri sebagai seorang kepala desa dan tidak sebagai kepala desa."
Ekspresi Lupusregina berubah lagi, kembali kepada dirinya yang biasanya periang.
"Welp, begitulah. Haaa, aku tidak ingin bermain sebagai penasehat sama sekali. Sekali lagi jika En-chan tidak menjadi kepala desa, tragedi cantik akan terjadi dan itu akan lebih menyenangkan."
"-Eh?"
Lupusregina menyengir saat dia menepuk bahu Enri.
"Secara pribadi, kurasa kamu akan menjadi kepala desa yang hebat. Dan juga... mengapa kamu tidak bertanya kepada bocah itu?"
Setelah melepaskan tangannya dari bahu Enri, Lupusregina berputar-putar di temapt. Itu adalah gerakan yang kelihatannya aneh dari konsep kalimat 'gesekan' apapun.
"Sampai jumpa lagi kalau begitu."
Lupusregina melangkah pergi, tangannya terbang bebas menembus udara. Di depannya berdiri Nfirea dengan memegang tangan Nemu. Lupusregina menepuk bahu Nfirea, dan seakan membalik sebuah tombol, keduanya menjadi hidup.
"Selamat datang kembali, Onee-san!"
Nemu pasti sangat khawatir, karena dia menabrak dan memeluk Enri sambil berlari dengan kecepatan penuh. Enri ditabrak cukup keras sehingga dia mengira dia mungkin akan terjatuh, tapi otot kakinya yang kokoh meredam benturannya.
"Selamat datang kembali, Enri. Kamu lebih awal dari yang diduga. Apakah kamu tidak menginap?"
"Aku pulang. Dan ya, aku berkemah di jalan tadi malam."
"Begitukah... aku lega kamu tidak diserang monster. Tetap saja, aku tidak bisa menyetujui hal semacam itu. Goblin-goblin memang kuat, tapi masih ada monster yang lebih kuat dari merka. Memang, aku tak pernah melihat mereka lagi satupun di dekat dataran..."
"Nee-san, jangan melakukan hal berbahaya!"
Nemu berkata begini sambil bergantungan dengan erat pada pakaian Enri. Enri hanaylah satu-satunya keluarga bagi adiknya. Hidupnya tak lagi menjadi hanya miliknya. Kelihatannya Enri telah lupa detil itu.
"Kamu benar. Maafkan aku."
Enri tersenyum dan dengan lembut mengusap rambut Nemu.
"Mm! Kalau begitu aku akan memaafkan Nee-san!"
Nemu melihat ke atas dan tersenyum.
"Terima kasih. Ngomong-ngomong, apakah Nemu menjadi gadis yang baik? Kamu tidak mengganggu Enfi, ya kan?"
"Tidak! Benak kok~ Aku bukan gadis cilik lagi! Ya kan, Enfi-kun?"
"Ahahaha... yah, aku sudah merawat orang-orang dadi sukunya Agu, jadi aku tidak terlalu memperhatikannya, tapi aku yakin Nemu bersikap baik."
"Benarkah, Enfi-kun! Kalau begitu, bagaimana dengan ini, Nee-san. Enfi-kun bau!"
"Nemu-chan! Itu adalah bau dari tanaman obat! Ketika kamu menggilingnya, bukankah tanganmu menjadi bau juga?"
"Kotoran berwarna itu dari tanaman obat?"
"...Tidak, ini berbeda. Itu dari membuat item-item alkimia, jadi tolong jangan bilang aku bau..."
"Tapi kamu memang bau!"
Wajah Nfirea membeku.
"Mm, menyebar ke seluruh pakaian Enfi. Jadi mungkin dia seharusnya melepasnya ketika dia tidak sedang bekerja?"
Enri bergegas mencoba menjelaskan arti sebenarnya kepada adiknya, dan wajah Nfirea melembut saat dia mendengarnya.
"Aku tidak punya pakaian lain,...di E-Rantel seringnya aku hanya memakai itu setiap saat."
"Kalau begitu, bagaimana kalau aku membuatkannya satu set untukmu setelah itu?"
"Eh? Kamu bisa melakukan itu?"
"Enfi, kamu pikir siapa aku? Aku masih bisa membuat pakaian sederhana sendiri."
"Begitukah? Aku membeli semua pakaianku, jadi bisa membuat sendiri kedengarannya menakjubkan."
"Yah, trims untuk itu. Tapi setiap orang di desa bisa.... Nemu, kamu sebaiknya mulai belajar."
"Kay~"
"Kalau begitu, Nemu, maukah kamu kembali dahulu? aku harus mendiskusikan sesuatu dengan Enfi."
Nemu menutup mulutnya dengan tangan, tapi senyum sudan membuat matanya berbinar.
"Mm! Aku mengerti! Kalau begitu, aku akan pergi dahulu. Semoga beruntung, Enfi-kun!"
Nemu melambaikan tangan saat dia pergi, bergumam sendiri.
"Dia benar-benar patuh. Lupakan saja, apakah kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku?"
"Tidak, kurasa tidak..ah, maksudmu itu? iya kan? Meskipun aku bisa menerka secara kasar, karena aku ada di kota ada rapat kemarin."
Dengan itu, mereka melewati pertunjukan yang tidak berguna. Enri bilang kepada Nfirea apa yang dia dan kepala desa diskusikan.
Tidak berhenti sampai disitu. Dia juga bilang kepadanya tentang diskusinya dengan Lupusregina, dan Nfirea menerima itu semua tanpa sepatah katapun. Setelah dia selesai, Nfirea melihat kepada Enri lurus di matanya, dan bicara.
"Kurasa Enri bisa melakukan itu tak perduli apa jawabannya, aku akan selalu mendukungmu... ugh, kalimat itu terlalu murahan. Aku harap kamu akan menjadi kepala desa yang baru."
"Mengapa? Aku hanya-"
"Tidak, kamu bukan hanya seorang gadis desa biasa. Kamu adalah pemimpin dari para goblin, Enri Emmot. Kamu mungkin akan bilang bahwa goblin-goblin bukanlah kekuatanmu, ya kan? Tapi pada akhirnya, para goblin benar-benar adalah kekuatanmu. Lupusregina memintamu untuk bertanya kepada para goblin, tapi aku akan jelaskan. Jika kamu bukan kepala desa, dan jika desa berada dalam bahaya, para goblin akan menahan tindakan tindakan mereka hingga kamu bisa kabur sendirian."
"Tidak mungkin! Mereka takkan pernah melakukan hal seperti itu!"
"Mereka mungkin akan berkata demikian di kala damai. Namun, ketika sebuah krisis datang mereka akan melakukannya seperti itu. Aku dengar itu dari mereka sendiri."
"Tidak mungkin..."
Enri melihat Nfirea tak percaya. Apakah dia berbohong? Tapi bahkan tidak ada sedikitpun sebuah kebohongan dari udara di sekitarnya.
"Hal terpenting bagi mereka bukanlah desa, itu adalah dirimu. Tapi jika kamu menjadi kepala desa, maka desa akan menjadi milikmu, dan goblin akan tetap tinggal dan bertarung untuk desa hingga akhir. Mungkin kelihatannya bukanlah perbedaan besar, tapi itu adalah perbedaan. Selain itu, mereka juga bilang padaku jika sebuah keadaan darurat seperti itu terjadi, mereka berharap aku bisa membawa Nemu dan lari di belakangmu. Enri.. jika kamu ingin memastikannya kepada mereka tidak apa. Tapi aku harap jika kamu memang melakukannya, kamu akan menyimpan apa yang kukatakan kepadamu menjadi rahasia."
"Aku tidak akan bertanya kepada mereka."
Nfirea mengangkat rambutnya saat dia mendengar balasan yang langsung dan lurus, menunjukkan matanya yang lebar.
"Apakah tidak apa? Aku mungkin saja berbo-"
"-Itu tidak mungkin. Nfirea tidak akan berbohong kepadaku. Aku percaya padamu. Namun, apakah sang tuan sepenting itu bagi mereka yang dia summon?"
"Yah, bukankah itu karena kamu adalah tuan mereka? Kamu membeli senjata untuk para goblin, ya kan? Bukankah itu akan membuat mereka menjadikanmu sebagai prioritas tertinggi karenanya? Mungkin kedengarannya buruk, tapi para goblin tak pernah mendapatkan apapun dari penduduk desa, yang menganggap mereka tidak lain dari hanya monster yang di summon. Kira-kira siapa yang akan mereka prioritaskan, orang-orang yang hampir tak kenal mereka, atau orang yang memberi mereka makan dan mempersenjatai mereka?"
Tentu saja, tak ada penduduk desa yang akan benar-benar mengatakannya demikian keras-keras. Namun, memang benar dia tidak ingin ada penduduk desa satupun yang berterima kasih kepada mereka dengan jalan yang nyata.
"...Tapi, para penduduk desa sangat berterima kasih kepada para goblin."
"Mereka berterima kasih kepadamu. Itu seperti membayarmu atas pengeluaran yang ada dan waktu yang dihabiskan. Apakah kamu pernah melihat siapapun di desa yang memanggil goblin dengan mereka?"
Tidak ada. Pertama dia mengira itu hanya kerna mereka tidak bisa membedakan mereka, tapi ketika dipikir-pikir, itu adalah karena mereka tidak ingin membedakan mereka.
Pemikiran itu memenuhi Enri dengan kesepian yang tidak bisa dijelaskan.
"Begitukah."
Namun, di dalam suaranya tidak hanya kekecewaan, tapi matanya bersinar dengan cahaya pencerahan.
"Benar sekali. Itulah kenapa aku, secara pribadi, merasa bahwa kamu akan menjadi kepala desa yang baik. Jika tidak ada hal lain, ketika kamu menjadi kepala desa, kamu akan merubah keadaan untuk goblin."
"...Semua orang akan membantuku, ya kan?"
"Tentu saja. Kamu mungkin bisa bilang tak ada siapapun yang akan menahan diri dalam memberi bantuan mereka."
"Aku mengerti. Kalau begitu, aku akan menuju ke tempat kepala desa. Aku sebaiknya melakukannya sebelum aku berubah pikiran!"
Enfi tersenyum saat dia mendengar pernyataan sikap Enri.
Dia mengerti badai emosi yang ada dibalik keputusan Enri. Itu adalah bingkai pikiran yang keras namun baikhati.
"Baiklah! Semoga beruntung, Enri!"
Dia mengangguk membalasnya, dan tanpa melihat ke belakang, berangkat menapakkan kaki menjadi kepala desa yang baru.
-----
Dari langit, Lupusregina bisa melihat hampir setiap orang di desa berkumpul di pusat desa. Enri memimpin mereka, menyapa mereka, tapi dia tidak bisa mendengar apa yang Enri katakan.
Setelah Enri kelihatannya selesai, para penduduk desa bertepuk tangan.
"Ha.. jadi ternyata berakhir seperti ini. Ahhhh, aku tidak bisa menerimanya, uhihi."
"-Apanya yang lucu?"
Suara di belakang membuat Lupusregina memutar badan menghadapnya.
"Oya~ bukankah ini Yuri-nee? Apakah kamu terbang karena item magic?"
"Benar sekali. Ainz-sama memberikannya kepadaku sendiri. Ini pasti... desa Carne, ya kan? Itulah kenapa kamu dimarahi."
"Benar sekali..Ahhh, sekarang kesenangan akan dimulai~"
"Apa maksudmu?"
"Seorang pemimpin baru baru saja bangkit di dalam desa. Bagi para penduduk, mereka akan membuka lembaran baru di dalam sejarah mereka. Namun, aku penasaran apa yang akan terjadi jika, pada saat-saat yang meriah ini, desa diserang dan semuanya terbakar. Aku penasaran wajah macam apa yang akan ditunjukkan oleh para penduduk desa itu nantinya?"
Sebuah seringai sadis menyebar di wajahnya yang cantik, dan siapapun yang melihatnya pasti akan langsung menyimpulkan bahwa sesuatu yang jahat dan mengerikan telah dilepaskan.
"Dan kukira kamu bergaul dengan baik sama orang-orang ini. Apakah ini datangnya dari lubuk hatimu?"
"Benar sekali, Yuri-nee~ Maksudku setiap kalimat itu. Setiap kali aku memikirkan orang-orang itu diinjak dan dimusnahkan dengan kasar, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa."
"Kamu jahat sekali. Kamu sejahat Solution. Mengapa adik-adikku seperti ini? Yang benar saja, yang baik hanya Shizu... meskipun kurasa Entoma bukanlah gadis yang buruk."
Lupusregina tertawa saat kakaknya bergumam.
"Ah~ Apakah desa ini akan hancur rata?"
**********
"Ah, aku lelah sekali."
Enri melemparkan papan tulis kecil yang sedang dia pegang ke meja dan menjatuhkan diri, seperti tak punya energi. Dia berputar untuk melihat ke arah sumber tawa yang keras dan melihat Nfirea disana dengan sebuah senyuman yang bilang 'seperti yang direncanakan' di wajahnya.
"Kamu sudah bekerja keras, Enri."
"Suuuuuulit sekaaaaali~ Aku tidak ahli dalam menggunakan kepalaku..."
"Kamu harus belajar bagaimana cara baca dan tulis."
Balasan Enri hanyalah merengek sedih.
Sebagai kepala desa dia membutuhkan level pendidikan dasar, yang mana mengapa Nfirea yang mengajarinya secara pribadi, tapi kepala Enri rasanya seperti mau pecah.
"Kalimat bodoh ini, mereka dibuat hanya untuk memberiku masalah..."
"Jangan berkata begitu. Kamu sudah mempelajari bagaimana menuliskan namamu, ya kan? Dan Nemu-chan juga."
"Mm..yah, itu adalah hal yang bagus... tidak bisakah aku belajar sampai segitu saja?"
"Aduh! Ini hanyalah dasarnya. Lihatlah dengan cara ini, kamu hanya mulai belajar selama lima hari, kita bahkan belum sampai pada bagian yang penting."
Sebuah ekspresi 'kamu becanda ya' muncul di wajah Enri.
"Ahhhh, jangan membuat wajah seperti itu. Ketika kamu sudah mempelajari dasarnya, mereka akan berguna bagimu. Itulah kenapa ini sangat penting."
"Hmph."
"Kamu terlihat benar-benar kelelahan. Kalau begitu, kita hentikan saja untuk hari ini."
Seakan sedang menunggu kalimat ini, Enri beranjak dari tempat duduknya.
"Itu bagus! Mari kita akhiri besok agak dini pula! Terima kasih, Enfi!"
Nfirea tersenyum tipis sebelum menghapus huruf-hufur yang seperti goresan ayam di papan tulis.
"Kalau begitu kamu sebaiknya istirahat dengan baik. Besok kita akan mulai lagi di waktu yang sama."
"Aku benar-benar senang kamu menggunakan waktu percobaanmu untuk mengajariku semua ini. Tapi aku tidak ingin berterima kasih sama sekali..."
"Mm. Yah, begitulah. Mereka bilang lebih baik guru dibenci oleh murid mereka daripada diucapkan terima kasih."
"Itu bohong! Itu benar-benar bohong!"
"Ahahaha. Ah, aku sudah kehabisan waktu. Selamat malam, Enri."
"Mm. Selamat malam. Jangan bekerja terlalu keras ketika kamu sudah kembali dan tidurlah lebih dini."
Nfirea tersenyum untuk menunjukkan dia mengerti, lalu dia pergi melalui pintu depan. Setelah melihat butiran kecil dari lampu magic yang melayang semakin menghilang di kejauhan, Enri kembali ke rumahnya. Di kegelapan, rasanya sangat kesepian.
"Ah-- Aku lelah sekali..."
Enri dengan malasnya melucuti bajunya dan menimbun diri dibalik selimut. Dia sangat ribut ketika sedang belajar barusan, tapi sekarang yang hanya dia dengar adalah suara imut dari adiknya yang sedang tidur. Enri menutup matanya dengan tenang.
Setelah memaksa otaknya bekerja sangat keras sebelumnya, Enri yakin dia akan segera tertidur. Seperti yang dia duga, dia terlelap dalam hitungan detik saat menutup matanya.
Dia tidak tahu berapa lama dia tertidur, tapi suara di kejauhan membangunkannya dari mimpi.
Tiga kali ketukan. Sebuah jeda, lalu tiga kali ketukan lagi.
Menyadari apa sinyal itu artinya, Enri memaksa membuka matanya di kegelapan. Setelah terbangun dengan kecepatan normal dan menyadari dia masih di rumah, dia bergegas melompat keluar dari tempat tidur. Di waktu yang sama adiknya juga melesat bangun juga.
"Apakah kamu tidak apa?"
"Mm."
Suaranya seperti terikat oleh ketakutan, tapi kedengarannya dia masih bisa bergerak.
"Bersiaplah sekarang!"
"Mm!"
Menyalakan lampu akan banyak menghabiskan waktu, jadi Enri mempersiapkan diri untuk kabur di kegelapan.
Saat suara lonceng terbawa oleh angin, Enri dan Nemu mempersiapkan diri segera. Kecepatan mereka tercipta bukan hanya dari latihan evakuasi yang berulang kali, tapi dari teror masa lalu yang tetap ada saat desa mereka diserang di masa lalu. Dan setelah mendengarkan perkataan Agu, dia tahu apa yang datang.
"Nemu! Pergilah ke titik berkumpul! Aku akan pergi menangani hal lain!"
Tanpa menunggu jawaban adiknya, Enri menggenggam tangan Nemu dan berlari keluar dari pintu.
Lonceng berbunyi dengan sangat keras, itu artinya ada sebuah situasi darurat. Ini pasti sebuah tanda adanya serangan yang datang.
Urutan latihan untuk evakuasi berulang sendiri berkali-kali di hatinya, dan dia tidak bisa sama sekali mengabaikan keinginannya untuk lari dari kenyataan dan ini, tapi sebuah hawa dingin di udara menyangkalnya. Itu adalah hawa dingin yang sama yang ada ketika para prajurit menyerang desa.
Saat mereka semakin dekat dengan titik berkumpul, Enri mendorong Nemu maju.
"Baiklah, pergi!"
Nemu mengangguk sangat sedikit membalasnya, lalu berlari kencang ke tempat pertemuan.
Namun, sebagai kepala desa yang baru beberapa hari, Enri harus mempertimbangkan bagaimana dia akan bergerak ke seluruh desa.
Perasaan buruk yang dia miliki sebelumnya mengasumsikan posisinya sekarang mengalir keluar tidak karuan dari hatinya.
"Seakan para dewa ingin melihatku menderita."
Tanpa berpikir, Enri membiarkan kalimat itu keluar dari mulutnya. Ini adalah skenario terburuk.
Seorang goblin berlari ke arah Enri.
"Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?"
"Kami menemukan banyak monster di hutan. Ada kemungkinan besar mereka akan menyerang kita."
"Aku mengerti, sekarang ayo pergi!"
Degan goblin yang menunjukkan jalannya, Enri segera tiba di gerbang utama. Dia melihat barikade waktu malam sudah dipasang dan para goblin sudah berkumpul disini. Mengenakan senjata dan armor yang Enri beli untuk mereka, mereka terliaht seperti veteran berpengalaman.
Saa dia semakin dekat Enri bisa mencium bau di udara, yang memberikan petunjuk kepada Enri pada kenyataan bahwa ada ogre disana. Ogre menggenggam pentungan bau mereka, yang terlihat berduri dan mengancam.
Bersama dengan Enri, Nfirea yang terengah-engah dan anggota dari pasukan bertahan yang dipimpin Brita berkumpul di gerbangutama. Agu dan beberapa teman goblinnya, yang sudah cukup sembuh dari cobaan berat bertarung, berdiri bersama mereka pula.
"Apakah itu sudah semuanya? Bagaimana dengan Madam Lizzie? Apakah ada sesuatu yang membuatnya tertahan?"
Nenek Nfirea Lizzie adalah magic caster yang penting. Bukan hal yang berlebihan jika dia mengambil bagian dalam melindungi desa.
"Tidak, Obaa-chan tidak datang kemari. Dia ada di tempat berkumpul. Tempat itu juga penting."
Para penduduk mengangguk saat mereka mendengar ucapan Nfirea. Karena keluarga mereka juga kabur ke tempat berkumpul, mereka harus dijaga agar tetap aman juga.
"Semuanya yang tidak bisa menggunakan busur sudah ada disana. Karena kalian kuat, tidak apakah jika salah satu dari kalian juga pergi kesana?"
"Kita tidak bisa melakukan itu."
Jugem menolak dengan jelas permintaan Brita.
Dia tidak melakukan ini karena niat buruk kepada para penduduk desa yang sudah hidup bersama dan bekerja bersama. Saat tekanan yang tinggi muncul membuat Enri menelan ludah, Jugem menjelaskan posisinya.
"Ada banyak monster. Dan ada juga lainnya, ditambah lagi ogre. Memecah diri akan sangat berbahaya."
"Apakah kamu mendapatkan gambaran jelas jumlah mereka?"
"Brita-san, musuh sedah mengendap-endap di hutan. Tidak mungkin bisa menilai jumlah mereka dengan tepat. Namun, kami berhasil mendapatkan estimasi... tujuh ogre, beberapa ular raksasa, beberapa warg, beberapa sesuatu yang mungkin kami kira adalah barghest dan beberapa makhluk besar yang mengikuti di belakang mereka."
"Warg, ular raksasa dan ogre? Apakah ada seorang druid bersama mereka?"
Warg adalah monster yang terlihat seperti serigala, tapi lebih besar. Mereka lebih cerdas daripada serigala dan berita buruk jika menemui mereka di dalam hutan.
"Kelihatannya, keadaan akan benar-benar berbahaya jika mereka memiliki seorang magic caster disana. Kita mungkin bisa mengasumsikan jika mereka juga memiliki penyerang jarak jauh. Jadi akan lebih baik untuk mengeluarkan seluruh kemampuan tempur kita disini, ya kan? Apakah aku harus memanggil Obaa-chan kemari?"
"Itu.. sulit untuk dikatakan, Ani-san. Titik kumpul itu adalah salah satu bangunan terkuat di desa. Jika ada apapun yang terjadi, itu akan menjadi garis pertahanan terakhir atau dengan kata lain, yang paling berharga bagi desa. Kita tidak bisa membiarkan siapapun yang melindunginya meninggalkan tempat itu."
"...Jadi kita akan mundur sambil melawan? Kemana kita harus pergi?"
"Brita-san akan mengarahkan pasukan tempur. Aku harap kamu bisa menyampaikan perintahku kepada mereka agar mereka bisa mengerti. Lalu, bertindaklah saat situasinya membutuhkan."
"Jadi kami akan menggunakan strategi kedua melawan penyerang? Setelah mengguyur mereka dengan anak panah, kita juga akan menggunakan barikade untuk membuat mereka tetap ada di pinggiran sambil menusuk mereka melalui celah dengan tombak. Tidak perduli seberapa lihatinya orang-orang kita ketika mereka sedekat itu."
"Ah, kalau begitu aku serahkan itu kepadamu. Namun, warg dan barghest sangat lincah, dan jika dibiarkan, mereka akan menyebabkan kerusakan besar. Target mereka dahulu. Dan juga, ketika druid mereka muncul, maukah kamu memerintahkan pasukan bertahan pergi ke garis belakang?"
"Aku tidak menolak itu, tapi apakah kamu punya cukup orang di depan tanpa kami?"
"...jika kita beruntung, kita akan cukup."
"jika seperti itu.. seperti yang kukira, aku sebaiknya mengatakan kepada siapapun disini untuk bersiap mati. Setidaknya. jika kita di belakang kita tidak akan diserang, jadi kita bisa berkonsentrasi menyerang druid. Kamu tahu kalau aku pernah menjadi seorang petualang, tapi ini adalah pertama kalinya aku melihat penduduk desa yang pemberani... setidaknya, aku mengira seperti itu ketika aku melihat mereka berlatih dengan busur."
"Di masa lalu, desa sudah diserang... dan kami benci betapa tidak bergunanya kami dahulu."
Enri, yang tetap terdiam hingga sekarang, memotong pembicaraan dengan sentimen setiap anggota dari pasukan bertahan.
Menakjubkannya, tidak siapapun disini yang ingin kabur. Tidak mungkin bisa menghindari pertarungan ini, tidak mungkin mereka tidak akan melindungi desa mereka demi yang mereka cintai yang sedang bersembunyi di belakang mereka.
"Ngomong-ngomong, pasukan sebesar itu pasti butuh waktu untuk berkumpul. Apakah itu artinya mereka dikirimkan oleh Giant of the East ataukah Serpent of the West?"
"Itu tidak mungkin."
Jugem memastikan kecurigaan Brita dengan lirih.
Jika itu masalahnya, itu berarti Agu telah menarik monster-monster itu kemari. Itulah kenapa Jugem merendahkan suarana, jadi pasukan bertahan tidak akan mendengarnya dan mengarahkan kemarahan mereka kepada Agu.
Keberadaan monster-monster seperti Giant of the east, Serpent of the West dan musuh mereka bersama, Beast of the South, sudah diketahui diantara para penduduk desa.
Meskipun Beast sudah dijinakkan oleh Dark Hero, bentuk dan kehadiran dari monster kuat itu sudah terukir tak terhapuskan di hati para penduduk desa. Ketakutan adalah respon yang tepat saat memikirkan bertarung melawan sesuatu dengan level yang sama seperti itu.
"Jadi magic macam apa yang digunakan oleh Serpent of the West? Sial, susah sekali."
Jugem mengangguk dengan gumaman Brita.
"Biasanya, monster-monster dengan mantra-mantra sejak lahir tidak akan lebih dari sepuluh, tapi jika meeka bisa mempraktekkan dan belajar magic, mereka akan memiliki akses lebih banyak lagi, yang membuatnya menyusahkan. Jika mereka mengetahui magic untuk menghindari rintangan..."
"Tidak apa jika Enfi atau goblin, tapi magic-user adalah si brengsek yang curang."
Enri berkata sangat tidak senang, yang mana menarik senyum menyeringai dari para penduduk desa.
"...Tapi jangan bilang Gown-sama aku bilang itu, okay?"
Kalimat yang terakhir itu membuat senyum itu berubah menjadi tawa.
Itu seharusnya bisa memecahkan tekanan, pikir Enri. Meskipun tidak baik jika mereka terlalu santai, menjadi terlalu tertekan juga akan membuat mereka tidak bisa bertarung dengan efektif. Sekarang, suasana hatinya kelihatannya sudah bagus.
Jugem terlihat berterima kasih kepada Enri. Kelihatannya dia mengerti mengapa dia mengatakan ucapan itu.
"Jangan khawatir. Tetap di belakang dan tembak. Kita akan menangani yang di depan."
Para goblin telah melatih pasukan bertahan tepat untuk peran ini, yang mana sangat cocok dengan mereka.
Sebuah desa kecil akan sangat kesulitan mengumpulkan armor dan senjata, dan memang tidak cukup banyak untuk bisa mempersenjatai pasukan bertahan. Dan pada akhirnya, mereka hanyalah penduduk desa. Mereka mungkin memiliki lengan kuat karena bekerja di ladang, tapi itu tidak membuatnya bisa memiliki kemampuan berpedang. Siapapun yang bisa melatih diri menjadi seorang warrior yang bisa mengalahkan monster di waktu senggang mereka diantara tugas sehari-hari bukanlah semacam orang jenius.
Meskipun teknik mereka telah meningkat dan mereka bisa mengenai target mereka, busur mereka tidak memiliki kekuatan penetrasi yang besar, membuat sulit untuk menembus monster dengan kulit yang tebal. Namun, Jika mereka beruntung dan menembakkan dengan berbarengan, ada peluang mereka mungkin akan mengenai titik yang lemah.
"Baiklah, seperti yang kita latih, arahkan ke sisi lain dari pintu, dan tembakkan berurutan! Agu, tugasmu adalah menjaga pintu utama dihancurkan dan menusuk mereka dengan tombak. Anggaplah perintah Brita seakan mereka datang dari Ane-san dan dengarkan dia."
"Ohhh! Serahkan itu padaku!"
"Itu baru semangat. Sekarang, dengarkan. Aku larang kalian lari. Bertarunglah hingga mati."
"Tentu saja! Aku pasti akan membayar kebaikan yang kamu tunjukkan setelah menyelamatkanku! Kenyataannya, mengapa kamu tidak menaruhku di garis depan bersama dengan para ogre?"
"Dasar bocah bodoh! Jika aku biarkan kamu melakukan itu, kamu hanya akan berakhir bunuh diri. Kamu bisa bilang itu ketika kamu sudah menjadi lebih kuat!"
Setelah diomeli oleh Jugem, wajah Agu dipenuhi dengan penyesalan dan beberapa pasukan bertahan menenangkannya.
Enri menghela nafas saat dia melihat ini. Untuk pertama kalinya, penduduk desa tidak melihatnya sebagai seseorang yang membawa monster masuk. Untuk yang lain, itu adalah bukti bahwa Agu diterima oleh penduduk desa.
Mereka adalah orang luar terakhir yang ada di dalam desa. Meskipun mereka dijauhi dan diperlakukan buruk, masih ada sebuah jarak diantara mereka. Namun, dari kelihatannya, jarak itu hilang jika mereka menang hari ini. Itu adalah ironi karena medang pertempuran adalah tempat terbaik untuk membangun ikatan persahabatan.
Dan karena jarak itulah Agu bertarung dengan gigih. Tujuannya adalah untuk berkontribusi terhadap desa dan meningkatkan dirinya dan orang-orangnya. Di dalam masyarakat ras manusia, mereka akan menunjukkan rasa hormat kepada orang-orang yang menumpahkan darah untuk mereka. Agu dan orang-orangnya harus memikirkan kesejahteraan mereka, jadi keinginan besarnya adalah hal yang wajar.
"Enfi, aku ada sesuatu yang harus kutanya kepadamu."
Enri berdiri di samping Enfi, dan berbisik ke telinganya.
"Oh, tidak, sedikit jauh - ah. Mm. Aku mengerti. Kalau begitu - Agu, aku ada sesuatu yang harus kuserahkan kepadamu. Bawa item alkimia ini dan gunakan dengan baik."
Enfi membuka tasnya. Di dalamnya banyak botol dan kertas.
"Gunakan ini dan lemparkan kepada musuh. Kamu akan luput jika terlalu jauh, jadi coba gunakan kepada mereka dalam jangkauan menengah. Kamu siap?"
"Serahkan kepadaku! Lihat diriku yang akan menyelesaikan misiku dengan sempurna!"
Agu menerima tas itu, dan saat mereka menunggu, salah satu goblin berteriak kepada mereka.
"Mereka sedang bergerak! Mereka menuju kemari!"
Jika salah satunya mendengarkan, mereka bisa mendengar suara dari monster-monster itu yang mengoyak malam.
"Pasukan bertahan menuju posisinya! Ane-san, hati-hatilah! Ani-san juga!"
"Ya ya, aku tahu! Jangan mati kalian semua, aku mohon!"
"Tentu saja!"
"Kalau begitu sekarang, Enri, mari?"
Nfirea berlari dengan Enri yang menemaninya. Pekerjaan mereka berpatroli ke rumah-rumah untuk melihat jika ada yang belum tahu situasi darurat.
Saat mereka melihat Enri pergi, para goblin berdiri dan siap bertempur.
"Pasukan bertahan, ke tempat kalian - dan selesai. Musuh sedag memasuki area target."
Tidak ada garis api langsung menuju monster di sisi lain dinding. Menembak target yang tidak terlihat akan membutuhkan tembakan yang melengkung, tapi itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh amatir, dan berlatih untuk bisa melakukan itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Sebagai hasilnya, para goblin memutuskan untuk mencoba hal lain.
Mereka melatih pasukan bertahan untuk membuat anak panah mereka di sisi lain dinding. Itu artinya melatih seberapa banyak tenaga yang digunakan, dan melatih sudut pandang yang tepat untuk menembak agar bisa mengenai area spesifik dengan akurat. Itu adalah latihan yang benar-benar tidak berguna di luar keadaan yang sangat spesifik. Namun, karena target musuh adalah untuk meruntuhkan gerbang dan mereka berkumpul di depannya, begitu saja menyerang gerbang, latihan itu sangat efektif.
Gerbang utama bergetar karena teriakan menakutkan dari para monster, dan dinding yang ada di dekat situ pun bergetar pula.
"Bagus sekali! Musuh berada di target area! Tembakan menekan - dimulai!"
"Mulai!"
Merespon teriakan Jugem, goblin-goblin pemanah di menara pengawas - Shurigan dan Gurindai - mulai menembaki. Selama target mereka berada dalam jangkauan api, akurasi dari para goblin tidak akan luput. Teriakan kesakitan terdengar dari balik pintu.
Pasukan bertahan gemetar ketakutan dan tertekan, seakan mereka ditelan oleh oleh udara yang dipenuhi dengan riuhnya medan perang. Di tengah-tengah hal ini, Jugem berteriak sekali lagi.
"Pasukan bertahan - hentikan! Jangan mengangkat busur sampai diperintahkan!"
Mereka diperintahkan untuk tidak menembak ketika musuh sudah tiba di tempat yang mereka gunakan berjam-jam untuk belajar menembak. Namun, dalam sekejap, semua orang yang melihat ke menara mengerti kenapa.
Monster-monster mulai melemparkan bebatuan dari balik dinding. Masing-masing batu itu memiliki ukuran sebesar kepala manusia.
Meskipun banyak yang luput, bahkan satu buah lemparan yang mengenai menara pengawas membuat mereka gemetar.
"Pelempar batu terlihat! Pelempar batu musuh memiliki sisa beberapa kali lagi!"
"Masing-masing memiliki 3 batu, dan sekitar 21 batu jumlahnya - whoa!"
Batu yang dilemparkan lagi mengenai menara pengawas dan kayu-kayunya bertebaran.
Jika mereka mulai menembaki, pasukan bertahan akan menjadi target juga.
Memang benar pasukan bertahan tidak terlihat oleh musuh, dan akurasi mereka rendah. Namun, jika mereka sedang sial, satu buah lemparan bisa membunuh manusia. Bahkan satu batu yang dilemparkan dengan lemah bisa membuat luka berat pada seseorang.
Perintah untuk pasukan bertahan untuk tidak menyerang bisa dikatakan adalah strategi yang aman, karena itu menunjukkan bahwa Jugem tidak ingin siapapun mati ketika perang berkepanjangan bisa saja terjadi.
"Jangan mengira kami tidak bisa mengenai kalian karena kalian melempari batu kepada kami!"
Gurindai berteriak marah, dan mulai menembak lagi sambil berkelit dari hujan batu yang dilemparkan. Pasukan bertahan membakar semangat di dalam mata mereka, melihat cara dia yang tanpa takut mengembalikan tembakan, mengetahui bahwa dia akan terluka berat jika terkena. Namun, Jugem sedang tidak melihatnya. Dia cepat-cepat memeriksa keadaan sekeliling dan menemukan musuh baru dalam sekejap.
"Kiumei! Ular yang memanjat di sisi kiri! Apakah kamu baik-baik saja sendirian?"
"Tidak masalah, Pimpinan! Serahkan padaku!"
Kiumei, yang sedang berdiri di belakang, memacu serigalanya ke depan. Di depannya ada ular raksasa yang sedang memanjat dinding.
"Lima belas, enam belas! Kalian berdua bertahanlah sedikit lagi!"
Tidak ad ayang kurang dalam ucapan Jugem. Tidak ada satupun isyarat ketakutan bisa terlihat dalam posisi menembak dua archer yang sedang berada di atas menara pengawas. Tidak perduli apakah menara pengawas itu akan roboh, mereka terus menargetkan monster-monster dan memancing penyerang dengan batu. Di sisi kiri, Kiumei kelihatannya baik-baik saja melawan ular-ular tersebut.
Akhirnya, menara pengawas menjadi bengkok dan roboh di bawah serangan beruntun dari bebatuan yang dilemparkan. Shurigan dan Gurindai melompat turun, bergulung beberpa kali untuk menyebarkan kekuatan benturan saat mereka terjatuh.
"Pemanah pasukan bertahan bersiap!"
Merespon panggilan tersebut, para pemanah mempersiapkan busur mereka.
"Bernafas dalam-dalam! Masuk - keluar! Masuk - Tarik!"
Suara itu mirip dengan saat mereka berlatih, dan untuk sesaat, pemanah pasukan bertahan lupa mereka sedang berada dalam medang perang. Mengabaikan suara dari kayu yang berderit, mereka melakukan gerakan yang sama seperti saat mereka melakukannya dalam latihan.
"Lepaskan!"
Empat belas anak panah membentuk lengkungan yang indah di sepanjang langit lalu hilang di balik dinding, menarik lebih banyak teriakan dari para monster.
"Menakjubkan," Agu bergumam sendiri, tapi Jugem tidak berniat memberikan waktu bagi yang lain untuk melihat lebih jauh.
"Gelombang serangan kedua bersiap! - Jangan panik - Tarik nafas dalam-dalam! masuk - keluar! masuk - tarik!"
Saat ini, Shurigan dan Gurindai sudah sembuh dan mengambil tempat di dalam pasukan bertahan.
"Lepaskan!"
Sekali lagi empat belas anak panah melayang ke depan, sedikit diikuti oleh dua anak panah lagi. Pintu pun berderit semakin keras saat teriakan dari musuh semakin kuat. Anak panah-anak panah itu pasti sudah membuat mereka marah - dan membuat mereka semakin keras memukul.
"Cadangan! Ganti Senjata!"
Pasukan bertahan bergerak dalam satu kelompok di belakang barikade yang terletak di belakang gerbang utama. Siapapun yang menerobos masuk akan tertahan oleh rintangan batang-batang dan duri-duri. Bentuknya seperti huruf L, mengarahkan para penyerang ke tempat Jugem dan ogre yang sedang menunggu mereka. Bagi para penyerang, membobol gerbang sama seperti melompat dari panci panas ke dalam api.
"Jika kamu melihat satupun magic caster, keluarlah dari garis tembak mereka!"
"Pimpinan!"
"Ada masalah apa, Agu?"
"Ani-san memberiku beberapa item alkimia dan ada lem juga disana, dimana kamu ingin ini ditempatkan?"
"Apakah itu akan diserap oleh lumpur?"
"Ya, tapi dia bilang itu hanya akan memperpendek durasi efektifnya."
"Jika memang seperti itu, maka tunggulah kesempatan bagus dan buat pintu masuk menjadi macet karenanya."
Setelah menunjukkan bahwa mereka mengerti, Agu dan rekan-rekan satu sukunya bergerak bersama-sama. Kiumei kembali setelah mengalahkan ular-ular tersebut dan langsung menuju ke arah cleric goblin untuk menerima penyembuhan.
Ada suara seperti kayu yang pecah, dan satu sisi gerbang utama sudah hancur. Ogre-ogre musuh merangsek masuk melaluinya.
"Kuku, sekelompok makhluk bodoh tak punya otak."
Jugem mengejek musuh yang datang. Mereka melakukan kesalahan fatal.
Monster-monster itu hanya merobohkan satu sisi pintu. Ketika sisi itu roboh, mereka mengabaikan sisi lain dan memaksa masuk, terutama karena mereka takut terkena anak panah jika mereka terus di luar. Namun, dengan hanya satu sisi pintu yang roboh, mereka hanya bisa datang satu persatu setiap saat. Itu artinya banyak musuh yang terperangkap berhimpitan di pintu masuk. Ditambah lagi, mereka akan terperangkap oleh sudut dengan bentuk L, dimana seluruh penjaga bisa memfokuskan serangan mereka kepada sejumlah kecil penyerang setiap kalinya.
"Selamat datang di zona pembunuhan. Waktunya mati."
Ogre bersenjata di pihak desa akan memiliki keuntungan dalam pertempuran yang melambat melawan musuh mereka, dan pasukan berhtan memiliki bantuan dengan tombak mereka. Ogre manapun yang mencoba meruntuhkan pagar kayu akan dirobohkan oleh anak panah api, magic dan item alkimia Agu. Goblin-goblin akan menangani binatang buas magis apapun yang berhasil menerobos di tengah-tengah keributan.
Situasi taktis memang sangat menguntungkan mereka dan masih ada goblin penunggang serigala yang berdiri di belakang. Jika lawan tidak memiliki magic caster satupun, kemenangan mereka sudah pasti. Namun-
"-Apa itu?!" Kepanikan merembes di suara Jugem. "Apakah itu adalah seekor troll disana?"
Kelihatannya berbeda dari ogre, tapi memiliki ukuran yang sama. dia bergerak dengan kaku menuju mereka yang bertahan, mengeluarkan keberadaan yang menekan keras saat datang. Di tangannya, dia memegang sebuah pedang besar (greatsword) dengan udara yang aneh mengelilinginya.
Sebuah cairan lengket mengalir di tengah-tengah pedang. Itu pasti semacam bentuk magic.
"Pimpinannya sudah maju?.. Jangan-jangan... Giant of the East?"
Memang kelihatannya seperti itu. Tubuhnya yang kuat terlihat seperti sudah terlatih hingga sekeras baja dan benar-benar tidak mirip dengan troll lain manapun yang dikenal oleh Jugem. Dalam sekali tatapan, dia bisa melihat bagaimana dia setara dengan Beast of the South.
Hanya satu troll membutuhkan seluruh goblin menanganinya Itu adalah musuh yang lebih tangguh daripada siapapun yang pernah mereka hadapi.
"Jika memang begitu.."
Jugem terpikirkan akan apa yang harus dilakukan.
Kelihatannya memang percuma. Cara terbaik adalah melindungi Enri yang sedang kabur. Jika dia tidak menginginkannya, maka meskipun jika mereka harus memaksanya-
"...Tidak, itu bukan cara terbaik. Itu adalah cara terburuk, dan cara terakhir kita."
Setelah membuang tindakan itu, Jugem berbicara kepada pasukan goblin.
"..Oi, kalian semua. Setelah ini, seiap orang dari kita akan mati. Jangan pernah memikirkan hal anak-anak seperti mundur. Pastikan kamu mengukir kematian heroikmu ke dalam mata setiap orang!"
Para goblin menjawab dengan sebuah teriakan penuh semangat tempur. Dalam sekejap, musuh dan sekutu kelihatannya seperti membeku.
"Ini dia, anak-anak! Mari kita tunjukkan pada mereka kekuatan dari bawahan Ane-san!"
----
Setelah mengelilingi desa, Enri memastikan tidak ada yang tertinggal dan bernafas lega. Lalu tiba-tiba, suara sesuatu yang dihancurkan datang dari depan. Suara itu diikuti oleh teriakan perang dari kedua sisi dan suara bass yang dalam bergema membuatnya gemetar.
Itu mungkin suara gerbang yang hancur dan para goblin masuk dalam pertempuran. Dia hampir muntah karena stres, tapi Enri memaksanya kembali. Rasanya yang pahit tersisa di mulutnya, tapi dia mengabaikannya untuk mencari Nfirea.
"Enfi. Kita harus menuju gerbang."
"Aku mengerti. Tapi kamu harus pergi titik temu dan menenangkan semua orang, okay?"
Kalimat Enfi memiliki subtext jangan menghalangi jalan orang lain.
Meskipun Enri terlatih dalam menggunakan busur, sekarang gerbang sudah hancur, pertempuran akan berubah menjadi pertempuran jarak dekat. Sejujurnya, bahkan jika Enri pergi kesana sekarang, tidak banyak yang bisa dia lakukan.
"Aku tidak bisa melakukan itu. Aku memilih memimpin goblin dan para penduduk desa, dan selama aku bisa, aku harus melakukan itu. Meskipun mundur adalah hal yang benar, itu bukan hal yang tepat untuk dilakukan."
Dia harus berdiri di garis depan dan melihat bagaimana pertempuran itu terjadi. Setelah melihat tekad di mata Enri, Enfi menguatkan tubuhnya dan mengangguk.
"Itu memang benar. Aku mengerti. Aku akan melindungimu."
Ekspresi serius pada teman masa kecilnya biasanya adalah wajah tenang yang membuat detak jantung Enri menjadi aneh dan menakjubkan.
"Mm? Ada apa, Enri? Aku tahu, aku tidak sekeren Gown-san, tapi aku tidak akan membiarkanmu mati."
"...Jangan mengatakan mati."
"Ah, maafkan aku. Itu... itu..."
Saat dia melihat teman semasa kecilnya beusaha memilih kalimat yang akan dia gunakan, seperti biasanya, Enri tersenyum.
"Ayo pergi, Enfi!"
"Ah, ya! Itu benar, kita tidak bisa buang-buang waktu mengobrol!"
Dua orang itu berlari ke gerbang depan. Karena mereka mulai berlari dari gerbang belakang, yang mana paling jauh, meksipun jika mereka berlari dengan kecepatan penuh, akan memakan waktu tidak sebentar untuk sampai kesana. Dan dengna mereka yang berlarian terengah-engah nafasnya, tidak mungkin mereka bisa mulai bertarung segera. Agar tidak percuma, mereka melanjutkan dengan kecepatan sedang.
Namun, mereka hanya berlari beberapa detik.
Dua orang itu mendengar suara perut yang terkocok dan menghentikan gerakan mereka.
Melihat ke belakang, mereka melihat seseorang yagn sedang menatap mereka dari atas dan belakang.
Makhluk itu luar biasa besar, jauh lebih besar daripada manusia. Mereka bisa langsung mengerti saat mereka melihatnya, tapi itu bukan bentuk yang sebenarnya. Makhluk itu memiliki sebuah tangan di gerbang belakang, yang panjangnya empat meter.
"-Itu, apa itu? Raksasa?"
"Entahlah! Ah-"
Kalimat Nfirea terpotong di tengah-tengah, dan mulutnya terbuka. Enri bergegas melihat ke arah apa yang membuatnya terpaku dan akhirnya membuat ekspresi yang sama.
Sesuatu perlahan memanjat dinding.
Sesuatu yang memang terlalu besar disebut manusia.
"Jangan-jangan itu adalah troll?"
Saat dia mendengar Nfirea yang mengeluarkan kalimat itu, Enri menatap monster yang muncul.
"Apa itu?"
"Meskipun ini adalah pertama kalinya kau melihatnya, itu benar-benar seperti bagaimana yang aku dengar. Jika itu memang benar-benar troll kita dalam masalah... Troll adalah musuh yang bahkan petualang dengan peringkat emas akan kesulitan mengalahkannya. Sejujurnya, Jugem dan yang lainnya mungkin juga akan kesulitan."
Enri merasakan darah mengalir ke bawah saat dia mendengar sesuatu yang lebih kuat daripada makhluk terkuat di desa.
Trol yang mengeluarkan siluetnya yang besar mendengus, dan mulai melihat sekelilingnya.
Dengan menggenggam tangan Enri, Nfirea menyeretnya ke dalam bayangan rumah yang ada di dekat. Disini, dia menutup mulutnya dan berbisik langsung ke telinga Enri dengan suara yang hampir tidak bisa terdengar.
"Enri, Troll memiliki hidung yang sensitif. Tidak apa sekarang karena kita berada di arah yang dituju oleh angin, tapi terlalu dini bersantai. Kamu harus keluar dari sini.. lalu bertemu dengan para goblin."
Enri semakin dekat dengan Nfirea dan berbisik balik ke telinganya.
"Aku tak bisa, Enfi. Jika kita biarkan dia pergi ke gerbang utama, semuanya akan mati dalam serangan kepungan."
"Mungkin memang begitu, tapi sekarang ini, kita tidak bisa-"
"-Hanya kita yang ada disini. Itu artinya terserah kita untuk menghentikannya."
Diantara celah-celah rambutnya, mata Nfirea melihat ke arah Enri seperti baru saja melihat orang gila. Memang benar, Enri menyadari dia baru saja meminta Enfi dan dirinya untuk melakukan hal yang tidak mungkin, tapi sejujurnya, tidak ada cara lain.
"Kita tidak perlu menang atau mengalahkannya. Kita hanya perlu melambatkannya. Enfi, tolong pinjamkan kekuatanmu."
"-Bagaimana caranya kita akan membuatnya melambat? Memancingnya menjauh dari sini? Kurasa aku bisa bertarung melawannya secara langsung... tapi aku ragu aku bisa menerima satupun pukulan darinya."
Ucapan tenang Nfirea menunjukkan tekad yang tenang di dalamnya. Sebagai balasannya, Enri mengeluarkan rencananya.
"Aku punya rencana. Sebagai awalnya, mari kita mari kita buat beberapa ogre."
----
Troll tersebut menatap sebentar ke arah rumah kayu buatan manusia dan bergerak ke sana.
Itu karena dia mengira semua rumah ini memiliki bau manusia yang lembut dan lezat, tapi itu hanyalah bau yang tersisa. Setelah memastikan tidak ada bau lain di area tersebut, dia mulai melangkah ke arah datangnya sumber pertempuran. Suara manusia yang sedang bertarung melawan sesamanya membuat air liurnya mengalir nonstop, dan di otaknya, dia mengira akan ada manusia disana.
Sebuah pesta daging manusia yang lembut dan menarik.
Sebagai penikmat diantara para troll, dia menyukai organ-organ berdaging dan tidak menyukai dada yang pahit. Oleh karena itu, langka sekali dia bisa kenyang, tapi sekarang kelihatannya dia akan bisa melakukan hal itu.
Langkahnya semakin panjang dan dia mulai mengeluarkan air liur karena menunggunya.
Namun, troll berhenti dan melihat sekelilingnya dengan hati-hati. Atau lebih tepatnya, dia melihat ke dalam bayangan dari rumah yang ada di dekat.
Ada beberapa ogre.
Bau ogre yang mengalir keluar dari sana.
Troll itu mengerutkan dahi. Meskipun ogre masih merupakan sekutu, ada sedikit perbedaan dalam bau yang dia terima. Bau itu tidak ada dalam ingatannya. Dan sekarang bau itu datang dari sekelilingnya.
Tentu saja troll tersebut tidak mengeluarkan kesimpulan in ikarena hidungnya yang memang sesensitif anjing pelacak tapi kareka dia teringat bau unik dari ogre sekutunya. Oleh karena itu, troll itu tidak tahu berapa banyak ogre yang ada disana.
Dan itu membuatnya bertanya-tanya. Ada bau aneh juga disini, seperti bau rumput yang digiling, tapi jauh lebih kuat.
Apakah ogre menggiling rumput dan menyelimuti tubuhnya dengan bau ini?
Troll tersebut bertanya-tanya dan menjadi bingung. Tanaman obat yang kuat menusuk hidungnya, dan air matanya hampir mengalir. Jika ogre bisa bertahan dari bau ini, pasti karena mereka memiliki indera penciuman yang buruk.
Troll bisa menghadapi ogre secara langsung. Sebagai seorang troll, dia jauh lebih kuat daripada ogre. Namun, itu bukan berarti dia akan bisa keluar tanpa luka, dan akan memakan waktu untuk menghadapinya.
Karena troll memiliki kemampuan alami regenerasi, luka mereka akan sembuh dengan berjalannya waktu. Namun, meregenerasi lukanya akan tetap memakan waktu, yang mana menjengkelkan. Siapa yang tahu, ogre rekannya mungkin akan memakan semua manusia ketika dia tiba disana.
Kalau begitu, karena musuh sudah tersebar, selama troll itu bergerak lurus, mereka akan keluar menyerang.
Troll itu merasakan secercah kebanggaan saat dia sudah mengira rencana musuhnya dan perlahan mulai bergerak lagi.
Troll itu akan menghancurkan mereka dalam sekejap. Oleh karena itu, fakta bahwa lawannya telah terpisah adalah kesempatan emas. Yang hanya dia butuhkan adalah membantai ogre satu persatu.
Troll itu bergerak perlahan, menjaga diri agar tidak membuat suara, tapi tiba-tiba saja, sebuah bayangan kecil berlari keluar dari rumah terdekat.
Bukan goblin, bukan salah satu mangsa favoritnya, manusia.
Berlawanan dengan troll yang terkejut tak bergerak, manusia yang bertudung melemparkan sesuatu kepadanya...
"Uguoooaaaaahhhhh!"
Troll tersebut berteriak dari bau yang jauh lebih kuat. Hanya dengan menciumm bau dari benda hijau, bau yang kuat merasuk dengan kuat ke dalam hidung dan sinusnya. Bau yang tajam itu beberapa kali lebih kuat daripada ogre yang berselimut rumput.
Meskipun troll bisa melakukan regenerasi, ini bukanlah luka yang bisa sembuh. Troll itu hanya tidak bisa tahan dengan baunya. Matanya berair dan mengambil langkah ke arah manusia, tapi sudah kembali ke dalam rumah.
Alasan mengapa manusia berhasil mendekat meskipun indera penciuman troll adalah karena bau manusia ditutupi bau rumput yang dihancurkan.
Marah karena kehilangan targetnya, troll itu kembali ke target semula - ogre. Pertama, dia akan membunuh lalu mencari umpan yang menggiurkan itu, pikir troll.
Trolll tersebut mengamuk di luar rumah, tidak menemukan satupun tanda-tanda adanya ogre. Seakan mereka sudah hilang ditelan udara.
"Guuuuu, dimana?"
Melihat sekeliling, dia masih tidak bisa menemukan ogre-ogre itu, yang bentuknya masih besar meskipun lebih kecil dari dirinya. Tak perduli bagaimana ogre-ogre itu bergerak, seharusnya troll tersebut bisa melihat mereka nantinya. Apakah ogre kecil itu bisa menggunakan invisibility, seperti tuan mereka? Troll itu telah menghadapi situasi lain yang tidak bisa dia ketahui lalu mendengus.
Namun, aroma yang kuat dari tanaman obat mulai tercium dari tubuhnya sendiri dan itu mengganggu indera penciumannya, sehingga dia tidak bisa mengikuti jejak bau dari ogre.
"Guuuuuuuu..."
Troll tersebut mengerang mencoba menggosok cairan di tubuhnya. Kali ini, jarinya yang bau. Melirik sekitarnya, troll tersebut menemukan sebuah kain yang terjatuh di anah.
Troll tersebut mempertimbangkan mungkinkah bagus membersihkan bau itu dengan kain yang dia ambil tadi dengan wajah yang penasaran. Dia mengambil kain tersebut lalu mengangkatnya ke hidung dan menciumnya, tapi karena hidungnya masih belum sembuh, dia hanya bisa mendapatkan sedikit bau kain itu.
Troll itu mencium bau ogre pada kain tersebut, dan tiba-tiba saja, dia mengerti.
Dia telah salah menduga kain yang sangat bau ogre ini dengan ogre itu sendiri.
Ini bukan sebuah kebetulan.
"Manusia!"
Mengerang marah, troll itu mulai menghancurkan sekitarnya. Tidak ada manusia. Kalau begitu mereka seharusnya masih berada di rumah mereka.
Tinju Troll tersebut menerjang marah ke arah rumah terdekat dan setelah menghancurkannya berkali-kali, dia berniat untuk menghancurkan atapnya juga, berniat untuk menghancurkan interiornya.
Seorang manusia bergegas keluar panik saat dia menghancurkan rumah tersebut. Ingin sekali mengoyak manusia itu juga, dia mengejarnya.
----
Target itu mengejar Enri. Itu artinya rencananya berjalan. Meskipun dia bersyukur dengan hal itu, hatinya masih berdebar dan dia ingin menangis. Sebuah monster raksasa pemakan manusia menekannya dari belakang, dan melakukan permainan kejar-kejaran dengan taruhan yang besar ini - jika dia kalah, dia akan menghilang di tenggorokan monster itu - adalah sesuatu yang akan membuat gadis desa manapun menangis.
Fakta bahwa dia tidak tahu berapa lama dia harus memainkan permainan ini membuatnya tambah ingin menangis lebih keras lagi.
Jika dia tau kapan selesainya, dia mungkin bisa menguatkan tekadnya untuk terus berlari sampai saat terakhir. Namun, tanpa tahu kapan pertempuran di gerbang selesai, tanpa tahu kapan yang lainnya bisa datang dan membantunya, dia dipenuhi dengan perasaan tidak enak, yang membuat kekuatannya berkurang.
Enri menyesal tidak mengirim seseorang ke gerbang utama untuk melapor, tapi persiapan itu memakan waktu yang terlalu lama.
Dia berlari dengan seluruh tenaga, bergegas masuk ke dalam rumah dimana Nfirea sedang menunggu. Sebagai gantinya, Nfirea bergegas keluar dari pintu belakang mengenakan jubah dan mantel yang sama dengannya.
Enri menahan nafasnya, menelan ludah berharap musuh tidak mengetahui rencana mereka. Troll itu terus mengejar Nfirea, tidak menyadari pergantian itu.
Enri menenangkan nafasnya yang tidak teratur dan menggenggam tangannya dengan gembira.
Troll memang jauh lebih kuat dari manusia dalam hal kekuatan, jangkauan kaki dan kemampuan fisik, oleh karena itu satu orang manusia yang sedang berlari pasti akan tertangkap. Agar bisa memulihkan stamina untuk beberapa gerakan, mereka memutuskan bergantian dengan satu sama lain tanpa membiarkan musuh tahu. Ini dimaksudkan untuk menariknya dan mengejar, dan juga untuk menjaganya menuju titik temu dimana orang-orang berada.
Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya menipu troll itu.
Bagaimana troll membedakan manusia? Mungkin jika mereka hidup bersama dalam waktu yang sama panjang mereka mungkin akan memiliki beberapa cara, tapi ini hampir tidak cukup panjang. Prakteknya, adalah melalui penampilan, terutama pakaian. Oleh karena itu, Nfirea dan Enri memakai jubah dan mantel yang sama.
Selanjutnya, mereka harus menjaga agar tidak ada perbedaan dalam indera pembaunya, dan jus herbal itu dimaksudkan untuk menangani hidungnya yang tajam.
Enri sudah mempersiapkan dua jebakan berdasarkan bau - satu untuk menggunakan bau ogre untuk membuatnya menghentikan langkahnya, dan yang lain adalah menggunakan bau dari tanaman obat yang membuat salah sasaran.
Setelah nafasnya sudah berhasil kembali bisa dikendalikan. Enri mulai bergerak diam-diam ke rumah selanjutnya.
Dia merayap ke dalam kegelapan interior rumah, mengintip situasi di luar. Dengan sebuah suara 'dong', Nfirea berlari ke dalam. Saat ini, Enri berlari keluar lagi dari pintu belakang dimana dia baru saja masuk.
Tapi Enri lalu menyadari bahwa troll itu tidak mengikutinya, meskipun dia sudah berlari keluar dari rumah.
Troll itu mendengus dan melihat ke arah Enri dan rumah itu. Wajahnya yang buruk mengkerut lebih dalam. Dia menduga tampang wajah itu adalah kejutan.
Keringat dingin yang besar mengalir di tenggorokan Enri. Dia menyentuh dirinya sendiri secara tidak sadar, dan tangannya lalu datang dan pergi, lengket dan basah.
"..hidungnya sudah terbiasa?"
Setelah terbiasa dengan bau dari tanaman obat, dan mencium ketakutan di dalam keringatnya, troll itu kelihatannya sudah menyadari ada dua manusia.
Troll itu mengangkat tangannya dan memukulkannya hingga dalam kepada rumah tersebut. Nfirea berlari keluar lagi.
Namun, langkahnya terhenti, dan dia tidak kelihatannya tidak terlihat akan lari.
"Enri! Larilah! Aku akan mengulur waktu untukmu!"
"-Dasar bodoh! Larilah denganku!"
"Dia pasti akan bisa mengejar kita! Meskipun kita menggunakan rumah-rumah sebagai tameng!"
Enri yang bermata lebar melihat Nfirea dengan tersenyum.
"Aku lebih kuat, jadi ada peluang yang lebih besar aku bisa selamat jika kamu meninggalkanku!"
Nfirea merapalkan sebuah mantera, dan tubuhnya diselimuti oleh gelembung cahaya lembut dan lunak.
Dia terus tersenyum kepada Enri, yang sudah kehilangan tenaga untuk bicara.
"Dan di samping itu - Aku ingin melindungi wanita yang kucintai."
Nfirea berpaling kepada monster mengerikan itu, mengangkat tangannya dan mengarahkan ibu jarinya kepada dirinya sendiri.
"Ayo, badan besar, aku akan bermain denganmu! Datanglah jika kamu sudah cukup kuat! [Acid Arrow]!"
Nfirea terus memancing troll tersebut, sambil menembakkan sebuah anak pana hijau asam kepadanya. Saat anak panah itu mengenai, asap mengepul dengan suara berdesis dan menggelembung, membuat troll itu berteriak kesakitan.
Troll tersebut membenarkan matanya yang menjadi sangat marah kepada Nfirea. Dia tidak lagi memperdulikan Enri.
"Pergilah! Pergilan dan cari bantuan!"
Adalah hal yang bodoh membuang waktu disini.
"-Kamu harus tetap selamat!"
Berkata begitu, Enri berlari.
Troll tersebut kelihatannya tidak ingin mengejar.
Sejujurnya, peluang Enri selamat adalah nol. Ada perbedaan luar biasa dalam hal kemampuan fisik. Dan tidak mungkin dia bisa mengalahkan lawan yang untuk mengalahkannya saja butuh petualang peringkat emas.
Itu adalah pertempuran yang percua, dan mampu bertahan bahkan satu menit layak dipuji.
"Yup, aku akan mati."
Nfirea tersenyum pahit saat dia menatap troll itu, yang sedang mendekatinya dengan hati-hati.
Tidak tidak bisa meregenerasi luka yang disebabkan oleh asam dan api Nfirea. Karena ini, troll itu semakin berhati-hati dngan Nfirea, yang bisa mengalahkan kemampuan terbesarnya. Memang lucu jika dia bersikap sangat hati-hati di dekat lawan yang bisa dia habisi dengan sekali pukulan.
"Yah, itu juga tidak apa bagiku. [Hypnotism]!"
Rasa permusuhan troll itu kelihatannya tidak berubah. Kelihatannya dia kebal terhadap mantra itu.
Menyadari dia menjadi target mantra, troll itu menyerang.
Tubuhnya yang besar mendekati Nfirea seperti sebuah pemandangan mimpi buruk.
"Jika ini berhasil, aku bisa menahannya sedikit lebih lama... tidak ada keberuntungan seperti itu. Ahhh, sayang sekali."
Nfirea kelihatannya seperti menyerah. Ini karena itu adalah pertempuran yang memang benar-benar tidak bisa dimenangkan, yang sudah melebihi garis dari keberanian menjadi kecerobohan. Tapi meskipun begitu-
-Dia harus mengulur waktu untuk Enri.
Dengan berpikir seperti itu, Nfirea melompat untuk bertindak.
Mengingat lengan kiri troll itu yang tidak terangkat, dia belari ke depan dan ke kiri. Mencari kehidupan di dalam kematian, dia terjun dengan kepala dahulu ke dalam bahaya untuk meraih keamanan di depan sana. Tinju troll itu mengikutinya, dan angin yang melewatinya mengacak-acak rambutnya. Dan di depan Nfirea, sebuah kaki yang kuat menendang kepadanya seperti sebuah dinding bergerak.
Pandangan Nfirea berputar kencang saat dia terbang di udara, tubuhnya membuat suara retak seperti cabang pohong yang patah berkeping-keping.
Dia terjatuh ke tanah dan bergulung berkali-kali, seperti sebuah sampah yang dibuang.
Luka mengalir melalui tubuh Nfirea, yang terus berputar di tanah. Dia lebih kesakitan daripada yang pernah dia alami selama hidupnya.
"Tidak, entah bagaimana aku berhasil selamat. Itu menakjubkan. Aku menakjubkan..."
Itu karena efek dari mantra pertahanannya dan kenyataan bbahwa troll idak mampu menendang dengan kekuatan penuhnya. Mengabaikan luka yang mengalir di tubuhnya dengan setiap nafas yang dia hirup, Nfirea berdiri, dan melepaskan mantra lain.
"[Acid Arrow]!"
Troll yang mengejar itu menghentikan langkahnya, berhati-hati terhadap gengangan asam yang membakar di kakinya.
Mmm, seperti yang kuduga.
Tujuan Nfirea adalah mengulur waktu. Jika musuh menghentikan serangannya dan bertahan, dia berharap dia akan terus seperti itu.
"...Sialan, ini sakit sekali. Aku tidak ingin mati..."
Nfirea bersuara terhadap keputusasaannya.
Pada akhirnya, hanya ini arti nyawanya.
Dia tidak ingin menghadapi kenyataan ini, tapi keadaan memaksanya mengakuinya.
Dia akan mati disini. Tidak diragukan lagi keberadaanya akan berakhir disini.
Dia ingin berlari. Mungkin jika dia berlari dengan seluruh tenaganya dia mungkin akan mampu kabur. Tapi jika itu terjadi, tragedi seperti apa yang akan terjadi?
Nfirea terpikirkan Enri.
Dia mampu melawan karena dia memiliki Enri.
"Jadi aku sudah mengatakan itu padanya ternyata.. sialan. aku tidak ingin mati sebelum aku mendengar jawabannya."
Troll yang pernah mendekatinya tidak mengerti perasaan pemuda itu.
Dan dia tidak bisa mengulur waktu lebih lama lagi.
Dia tidak tahu bagaimana, tapi Nfirea berhasil membaca pikiran lawannya melalui wajahnya. Dia berencana membunuh dirinya, meskipun nantinya menyakitkan. Jika itu masalahnya-
"[Acid Arrow]!"
Yang hanya bisa dilakukan oleh Nfirea adalah melukai troll itu, agar bisa membuat keadaan lebih mudah bagi rekannya yang akan menghadapinya nanti setelah dia.
Troll itu mengangkat tinjunya, wajahnya berubah dari kesakitan menjadi terbakar asam. Nfirea, yang bahkan tidak bisa berdiri tanpa kesakitan, tak mampu lagi mengeluarkan bentuk pertahanan apapun.
----
"Cepat!"
Merespon perintah Enri, tiga goblin berlari menyelamatkan Nfirea.
Alasan mereka harus bertemu bukan karena Enri harus sampai di gerbang utama, namun lebih tepatnya, karena Enri tidak kembali, dan raungan yang datang dari belakang membuat Jugem cukup khawatir sehingga dia harus mengirim tiga goblin untuk menyelidikinya.
Jika dia bisa bertahan, goblin itu akan menyelamatkannya. Inilah yang Enri pikir, saat hatinya dipenuhi rasa bersalah.
Ini benar-benar sebuah kesialan.
Jika keadaan tidak seperti ini-
"Disana!"
Enri menunjuk ke arah Nfirea, di depan mereka. Dan di atasnya, troll itu mengangkat tinjunya.
Mereka tidak bisa mencapai Nfirea. Jaraknya terlalu jauh.
Tangan troll itu jatuh seperti petir. Tangan itu bisa menghancurkan sebuah rumah dalam sekali pukul. Nfirea pasti mati tidak diragukan lagi.
Saat Enri menutup matanya, dia mendengarkan goblin yang menelan ludah karena terkejut.
Respon mereka yang tidak diduga membuat Enri dengan gugup membuka matanya-
"Aaaahhhhhh, HP mu sudah merah~ Kamu tidak apa?"
-Dan dia melihat seorang wanita cantik yang sedang memegang senjata raksasa.
Lupusregina sedang membawa sebuah senjata yang terlihat seperti semacam simbol relijius yang terlalu besar, menggunakannya seperti sebuah perisai untuk menahan tinju troll itu. Dimensi senjata itu dan ukuran maid itu kelihatannya sangat tidak cocok hingga titik aneh, tapi ini bukan ilusi.
"kalau begitu, aku akan menanganinya... Oh tunggu, Enfi-chan kesakitan. [Heal]."
Troll itu melangkah mundur, tak mampu mengerti pemandangan di depannya. Pukulan yang mengandung seluruh tenaganya ditahan oleh seorang manusia, jadi reaksinya memang bisa diduga. Mungkin dia berpikir ada semacam magic yang digunakan disini.
Dengan ekspresi terpaku, Enfi pergi tertatih-tatih dari troll itu, menjauh darinya. Itu adalah postur yang sama sekali tidak waspada, tapi troll itu tidak menekan serangannya. Tidak, dia tidak bisa mengabaikan pendatang itu.
"Enfi!"
Enri memeluk Nfirea dengan erat.
"Ah, ternyata Enri."
Balasannya yang seperti mimpi mengatakan kepada Enri jika dia sudah sampai pada batasnya. Meskipun dia sudah jauh dari bahaya, dia masih kaget.
"Aku senang kamu baik-baik saja."
"-Ka-kamu juga."
Enri merasakan sesuatu yang hangat mengalir di dalam hatinya. Itu adalah sebuah kehangatan yang menggantikan dingin yang mengalir di dalam tubuhnya ketika dia pikir Nfirea sudah mati.
"Aku benar-benar senang kamu baik-baik saja!"
Enri memeluk Nfirea dengan erat, dengan seluruh tenaganya.
"Begitu juga denganku."
Nfirea mengulurkan lengannya kepada Enri sebagai balasan. Meskipun pelukan itu sangat erat, mereka berdua merasa aman di dalam lengan masing-masing.
Air mata Enri berkumpul dan mengalir keluar, mengalir turun ke wajahnya.
"Ada apa?"
"...Dasar bodoh."
"Ahhhh~ Maaf harus menyela kalian berdua ketika sedang bermesraan."
"Lupusregina-san!"
Enri melepaskan kekuatan yang mengalir dari lengannya, dan di waktu yang sama Nfirea mengendurkan genggamannya. Merasa sedikit kecewa, mereka berdua berpaling kepada Lupusregina.
"Troll itu-"
Mengangkat garis pandangannya, Enri melihat sesuatu yang sulit dijelaskan.
"Ah, ini? kelihatannya seperti daging hamburger, ya kan? Yang hanya dibutuhkan adalah pemanggangan hingga gosong."
Sebuah daging yang memuncratkan darah berubah dan mengejang di bawah kepala tongkat keuskupan dari Lupus. Tidak ada yang lain selain hanya setumpuk daging rusak yang menandakan dahulunya adalah sebuah troll. Namun, apa yang membuatnya menjijikkan adalah kenyataan bahwa daging itu masih melakukan regenerasi, dan masih bernafas.
"Ahhhh yah! bagus jika kalian berdua baik-baik saja. Kalau begitu kurasa aku juga bisa membersihkan yang disini."
Enri mendengar suara dari para goblin yang mendekat. Kelihatannya pertempuran gerbang utama sudah dimenangkan.
"Ini dia~"
Api yang turun dari langit, dan sebuah tiang cahaya merah menelan troll tersebut, mengeluarkan bau daging bakar.
"Kalau begitu sekarang, masalah troll sudah selesai, jadi aku akan pergi. Ah, Enfi-chan, Ainz-sama ingin memberikan hadiah kepadamu karena sudah mengembangkan potion ungu, jadi dia mengundangmu ke rumahnya. Aku harap kamu bersiap-siap~ Atau seharusnya kukatakan, apakah ada ucapan terakhir?"
Setelah berkata begitu, Lupusregina pergi melalui pintu belakang.
"Terima kasih banyak!"
Lupusregina tidak berhenti atau memutar badang merespon teriakan terimakasih Enri, hanya melambaikan tangannya.
"...Ane-san, Ani-san, kami akan mengambil alih tugas mengantarkan yang lain. Kalian berdua seharusnya pergi beristirahat disana."
Tanpa menunggu balasan, goblin-goblin itu mulai bergerak. Bukankah mereka seharusnya meninggalkan seseorang dengan kami, pikir Enri, tapi dia lebih khawatir dengan Nfirea daripada hal itu, dan meletakkan tangannya ke bahunya.
Setelah meniggalkan mayat troll itu, keduanya kemudian duduk.
"Haaaa."
Helaan nafas lega mereka saling bertumpuk. Lalu, keduanya mengangkat mata mereka untuk melihat langit malam.
"Dia menyelamatkanmu."
"Mmm."
"Itu adalah keberuntungan."
"Mmm."
"Jangan lakukan hal itu lagi."
"Mmm."
Keheningan mengalir di antara mereka berdua. Enri tiba-tiba bicara di hati.
"Aku tidak tahu apakah ini cinta, tapi aku tidak ingin Enfi pergi kemanapun."
"...Mmm....Mmm."
"Apakah ini cinta?"
"...Entahlah. Tapi jika memang itu cinta, aku sangat senang."
Enri dan Nfirea duduk dengan diam seperti ini, menyandarkan bahu masing-masing dan melihat ke arah bintang hingga goblin-goblin tiba-
Enri melemparkan papan tulis kecil yang sedang dia pegang ke meja dan menjatuhkan diri, seperti tak punya energi. Dia berputar untuk melihat ke arah sumber tawa yang keras dan melihat Nfirea disana dengan sebuah senyuman yang bilang 'seperti yang direncanakan' di wajahnya.
"Kamu sudah bekerja keras, Enri."
"Suuuuuulit sekaaaaali~ Aku tidak ahli dalam menggunakan kepalaku..."
"Kamu harus belajar bagaimana cara baca dan tulis."
Balasan Enri hanyalah merengek sedih.
Sebagai kepala desa dia membutuhkan level pendidikan dasar, yang mana mengapa Nfirea yang mengajarinya secara pribadi, tapi kepala Enri rasanya seperti mau pecah.
"Kalimat bodoh ini, mereka dibuat hanya untuk memberiku masalah..."
"Jangan berkata begitu. Kamu sudah mempelajari bagaimana menuliskan namamu, ya kan? Dan Nemu-chan juga."
"Mm..yah, itu adalah hal yang bagus... tidak bisakah aku belajar sampai segitu saja?"
"Aduh! Ini hanyalah dasarnya. Lihatlah dengan cara ini, kamu hanya mulai belajar selama lima hari, kita bahkan belum sampai pada bagian yang penting."
Sebuah ekspresi 'kamu becanda ya' muncul di wajah Enri.
"Ahhhh, jangan membuat wajah seperti itu. Ketika kamu sudah mempelajari dasarnya, mereka akan berguna bagimu. Itulah kenapa ini sangat penting."
"Hmph."
"Kamu terlihat benar-benar kelelahan. Kalau begitu, kita hentikan saja untuk hari ini."
Seakan sedang menunggu kalimat ini, Enri beranjak dari tempat duduknya.
"Itu bagus! Mari kita akhiri besok agak dini pula! Terima kasih, Enfi!"
Nfirea tersenyum tipis sebelum menghapus huruf-hufur yang seperti goresan ayam di papan tulis.
"Kalau begitu kamu sebaiknya istirahat dengan baik. Besok kita akan mulai lagi di waktu yang sama."
"Aku benar-benar senang kamu menggunakan waktu percobaanmu untuk mengajariku semua ini. Tapi aku tidak ingin berterima kasih sama sekali..."
"Mm. Yah, begitulah. Mereka bilang lebih baik guru dibenci oleh murid mereka daripada diucapkan terima kasih."
"Itu bohong! Itu benar-benar bohong!"
"Ahahaha. Ah, aku sudah kehabisan waktu. Selamat malam, Enri."
"Mm. Selamat malam. Jangan bekerja terlalu keras ketika kamu sudah kembali dan tidurlah lebih dini."
Nfirea tersenyum untuk menunjukkan dia mengerti, lalu dia pergi melalui pintu depan. Setelah melihat butiran kecil dari lampu magic yang melayang semakin menghilang di kejauhan, Enri kembali ke rumahnya. Di kegelapan, rasanya sangat kesepian.
"Ah-- Aku lelah sekali..."
Enri dengan malasnya melucuti bajunya dan menimbun diri dibalik selimut. Dia sangat ribut ketika sedang belajar barusan, tapi sekarang yang hanya dia dengar adalah suara imut dari adiknya yang sedang tidur. Enri menutup matanya dengan tenang.
Setelah memaksa otaknya bekerja sangat keras sebelumnya, Enri yakin dia akan segera tertidur. Seperti yang dia duga, dia terlelap dalam hitungan detik saat menutup matanya.
Dia tidak tahu berapa lama dia tertidur, tapi suara di kejauhan membangunkannya dari mimpi.
Tiga kali ketukan. Sebuah jeda, lalu tiga kali ketukan lagi.
Menyadari apa sinyal itu artinya, Enri memaksa membuka matanya di kegelapan. Setelah terbangun dengan kecepatan normal dan menyadari dia masih di rumah, dia bergegas melompat keluar dari tempat tidur. Di waktu yang sama adiknya juga melesat bangun juga.
"Apakah kamu tidak apa?"
"Mm."
Suaranya seperti terikat oleh ketakutan, tapi kedengarannya dia masih bisa bergerak.
"Bersiaplah sekarang!"
"Mm!"
Menyalakan lampu akan banyak menghabiskan waktu, jadi Enri mempersiapkan diri untuk kabur di kegelapan.
Saat suara lonceng terbawa oleh angin, Enri dan Nemu mempersiapkan diri segera. Kecepatan mereka tercipta bukan hanya dari latihan evakuasi yang berulang kali, tapi dari teror masa lalu yang tetap ada saat desa mereka diserang di masa lalu. Dan setelah mendengarkan perkataan Agu, dia tahu apa yang datang.
"Nemu! Pergilah ke titik berkumpul! Aku akan pergi menangani hal lain!"
Tanpa menunggu jawaban adiknya, Enri menggenggam tangan Nemu dan berlari keluar dari pintu.
Lonceng berbunyi dengan sangat keras, itu artinya ada sebuah situasi darurat. Ini pasti sebuah tanda adanya serangan yang datang.
Urutan latihan untuk evakuasi berulang sendiri berkali-kali di hatinya, dan dia tidak bisa sama sekali mengabaikan keinginannya untuk lari dari kenyataan dan ini, tapi sebuah hawa dingin di udara menyangkalnya. Itu adalah hawa dingin yang sama yang ada ketika para prajurit menyerang desa.
Saat mereka semakin dekat dengan titik berkumpul, Enri mendorong Nemu maju.
"Baiklah, pergi!"
Nemu mengangguk sangat sedikit membalasnya, lalu berlari kencang ke tempat pertemuan.
Namun, sebagai kepala desa yang baru beberapa hari, Enri harus mempertimbangkan bagaimana dia akan bergerak ke seluruh desa.
Perasaan buruk yang dia miliki sebelumnya mengasumsikan posisinya sekarang mengalir keluar tidak karuan dari hatinya.
"Seakan para dewa ingin melihatku menderita."
Tanpa berpikir, Enri membiarkan kalimat itu keluar dari mulutnya. Ini adalah skenario terburuk.
Seorang goblin berlari ke arah Enri.
"Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?"
"Kami menemukan banyak monster di hutan. Ada kemungkinan besar mereka akan menyerang kita."
"Aku mengerti, sekarang ayo pergi!"
Degan goblin yang menunjukkan jalannya, Enri segera tiba di gerbang utama. Dia melihat barikade waktu malam sudah dipasang dan para goblin sudah berkumpul disini. Mengenakan senjata dan armor yang Enri beli untuk mereka, mereka terliaht seperti veteran berpengalaman.
Saa dia semakin dekat Enri bisa mencium bau di udara, yang memberikan petunjuk kepada Enri pada kenyataan bahwa ada ogre disana. Ogre menggenggam pentungan bau mereka, yang terlihat berduri dan mengancam.
Bersama dengan Enri, Nfirea yang terengah-engah dan anggota dari pasukan bertahan yang dipimpin Brita berkumpul di gerbangutama. Agu dan beberapa teman goblinnya, yang sudah cukup sembuh dari cobaan berat bertarung, berdiri bersama mereka pula.
"Apakah itu sudah semuanya? Bagaimana dengan Madam Lizzie? Apakah ada sesuatu yang membuatnya tertahan?"
Nenek Nfirea Lizzie adalah magic caster yang penting. Bukan hal yang berlebihan jika dia mengambil bagian dalam melindungi desa.
"Tidak, Obaa-chan tidak datang kemari. Dia ada di tempat berkumpul. Tempat itu juga penting."
Para penduduk mengangguk saat mereka mendengar ucapan Nfirea. Karena keluarga mereka juga kabur ke tempat berkumpul, mereka harus dijaga agar tetap aman juga.
"Semuanya yang tidak bisa menggunakan busur sudah ada disana. Karena kalian kuat, tidak apakah jika salah satu dari kalian juga pergi kesana?"
"Kita tidak bisa melakukan itu."
Jugem menolak dengan jelas permintaan Brita.
Dia tidak melakukan ini karena niat buruk kepada para penduduk desa yang sudah hidup bersama dan bekerja bersama. Saat tekanan yang tinggi muncul membuat Enri menelan ludah, Jugem menjelaskan posisinya.
"Ada banyak monster. Dan ada juga lainnya, ditambah lagi ogre. Memecah diri akan sangat berbahaya."
"Apakah kamu mendapatkan gambaran jelas jumlah mereka?"
"Brita-san, musuh sedah mengendap-endap di hutan. Tidak mungkin bisa menilai jumlah mereka dengan tepat. Namun, kami berhasil mendapatkan estimasi... tujuh ogre, beberapa ular raksasa, beberapa warg, beberapa sesuatu yang mungkin kami kira adalah barghest dan beberapa makhluk besar yang mengikuti di belakang mereka."
"Warg, ular raksasa dan ogre? Apakah ada seorang druid bersama mereka?"
Warg adalah monster yang terlihat seperti serigala, tapi lebih besar. Mereka lebih cerdas daripada serigala dan berita buruk jika menemui mereka di dalam hutan.
"Kelihatannya, keadaan akan benar-benar berbahaya jika mereka memiliki seorang magic caster disana. Kita mungkin bisa mengasumsikan jika mereka juga memiliki penyerang jarak jauh. Jadi akan lebih baik untuk mengeluarkan seluruh kemampuan tempur kita disini, ya kan? Apakah aku harus memanggil Obaa-chan kemari?"
"Itu.. sulit untuk dikatakan, Ani-san. Titik kumpul itu adalah salah satu bangunan terkuat di desa. Jika ada apapun yang terjadi, itu akan menjadi garis pertahanan terakhir atau dengan kata lain, yang paling berharga bagi desa. Kita tidak bisa membiarkan siapapun yang melindunginya meninggalkan tempat itu."
"...Jadi kita akan mundur sambil melawan? Kemana kita harus pergi?"
"Brita-san akan mengarahkan pasukan tempur. Aku harap kamu bisa menyampaikan perintahku kepada mereka agar mereka bisa mengerti. Lalu, bertindaklah saat situasinya membutuhkan."
"Jadi kami akan menggunakan strategi kedua melawan penyerang? Setelah mengguyur mereka dengan anak panah, kita juga akan menggunakan barikade untuk membuat mereka tetap ada di pinggiran sambil menusuk mereka melalui celah dengan tombak. Tidak perduli seberapa lihatinya orang-orang kita ketika mereka sedekat itu."
"Ah, kalau begitu aku serahkan itu kepadamu. Namun, warg dan barghest sangat lincah, dan jika dibiarkan, mereka akan menyebabkan kerusakan besar. Target mereka dahulu. Dan juga, ketika druid mereka muncul, maukah kamu memerintahkan pasukan bertahan pergi ke garis belakang?"
"Aku tidak menolak itu, tapi apakah kamu punya cukup orang di depan tanpa kami?"
"...jika kita beruntung, kita akan cukup."
"jika seperti itu.. seperti yang kukira, aku sebaiknya mengatakan kepada siapapun disini untuk bersiap mati. Setidaknya. jika kita di belakang kita tidak akan diserang, jadi kita bisa berkonsentrasi menyerang druid. Kamu tahu kalau aku pernah menjadi seorang petualang, tapi ini adalah pertama kalinya aku melihat penduduk desa yang pemberani... setidaknya, aku mengira seperti itu ketika aku melihat mereka berlatih dengan busur."
"Di masa lalu, desa sudah diserang... dan kami benci betapa tidak bergunanya kami dahulu."
Enri, yang tetap terdiam hingga sekarang, memotong pembicaraan dengan sentimen setiap anggota dari pasukan bertahan.
Menakjubkannya, tidak siapapun disini yang ingin kabur. Tidak mungkin bisa menghindari pertarungan ini, tidak mungkin mereka tidak akan melindungi desa mereka demi yang mereka cintai yang sedang bersembunyi di belakang mereka.
"Ngomong-ngomong, pasukan sebesar itu pasti butuh waktu untuk berkumpul. Apakah itu artinya mereka dikirimkan oleh Giant of the East ataukah Serpent of the West?"
"Itu tidak mungkin."
Jugem memastikan kecurigaan Brita dengan lirih.
Jika itu masalahnya, itu berarti Agu telah menarik monster-monster itu kemari. Itulah kenapa Jugem merendahkan suarana, jadi pasukan bertahan tidak akan mendengarnya dan mengarahkan kemarahan mereka kepada Agu.
Keberadaan monster-monster seperti Giant of the east, Serpent of the West dan musuh mereka bersama, Beast of the South, sudah diketahui diantara para penduduk desa.
Meskipun Beast sudah dijinakkan oleh Dark Hero, bentuk dan kehadiran dari monster kuat itu sudah terukir tak terhapuskan di hati para penduduk desa. Ketakutan adalah respon yang tepat saat memikirkan bertarung melawan sesuatu dengan level yang sama seperti itu.
"Jadi magic macam apa yang digunakan oleh Serpent of the West? Sial, susah sekali."
Jugem mengangguk dengan gumaman Brita.
"Biasanya, monster-monster dengan mantra-mantra sejak lahir tidak akan lebih dari sepuluh, tapi jika meeka bisa mempraktekkan dan belajar magic, mereka akan memiliki akses lebih banyak lagi, yang membuatnya menyusahkan. Jika mereka mengetahui magic untuk menghindari rintangan..."
"Tidak apa jika Enfi atau goblin, tapi magic-user adalah si brengsek yang curang."
Enri berkata sangat tidak senang, yang mana menarik senyum menyeringai dari para penduduk desa.
"...Tapi jangan bilang Gown-sama aku bilang itu, okay?"
Kalimat yang terakhir itu membuat senyum itu berubah menjadi tawa.
Itu seharusnya bisa memecahkan tekanan, pikir Enri. Meskipun tidak baik jika mereka terlalu santai, menjadi terlalu tertekan juga akan membuat mereka tidak bisa bertarung dengan efektif. Sekarang, suasana hatinya kelihatannya sudah bagus.
Jugem terlihat berterima kasih kepada Enri. Kelihatannya dia mengerti mengapa dia mengatakan ucapan itu.
"Jangan khawatir. Tetap di belakang dan tembak. Kita akan menangani yang di depan."
Para goblin telah melatih pasukan bertahan tepat untuk peran ini, yang mana sangat cocok dengan mereka.
Sebuah desa kecil akan sangat kesulitan mengumpulkan armor dan senjata, dan memang tidak cukup banyak untuk bisa mempersenjatai pasukan bertahan. Dan pada akhirnya, mereka hanyalah penduduk desa. Mereka mungkin memiliki lengan kuat karena bekerja di ladang, tapi itu tidak membuatnya bisa memiliki kemampuan berpedang. Siapapun yang bisa melatih diri menjadi seorang warrior yang bisa mengalahkan monster di waktu senggang mereka diantara tugas sehari-hari bukanlah semacam orang jenius.
Meskipun teknik mereka telah meningkat dan mereka bisa mengenai target mereka, busur mereka tidak memiliki kekuatan penetrasi yang besar, membuat sulit untuk menembus monster dengan kulit yang tebal. Namun, Jika mereka beruntung dan menembakkan dengan berbarengan, ada peluang mereka mungkin akan mengenai titik yang lemah.
"Baiklah, seperti yang kita latih, arahkan ke sisi lain dari pintu, dan tembakkan berurutan! Agu, tugasmu adalah menjaga pintu utama dihancurkan dan menusuk mereka dengan tombak. Anggaplah perintah Brita seakan mereka datang dari Ane-san dan dengarkan dia."
"Ohhh! Serahkan itu padaku!"
"Itu baru semangat. Sekarang, dengarkan. Aku larang kalian lari. Bertarunglah hingga mati."
"Tentu saja! Aku pasti akan membayar kebaikan yang kamu tunjukkan setelah menyelamatkanku! Kenyataannya, mengapa kamu tidak menaruhku di garis depan bersama dengan para ogre?"
"Dasar bocah bodoh! Jika aku biarkan kamu melakukan itu, kamu hanya akan berakhir bunuh diri. Kamu bisa bilang itu ketika kamu sudah menjadi lebih kuat!"
Setelah diomeli oleh Jugem, wajah Agu dipenuhi dengan penyesalan dan beberapa pasukan bertahan menenangkannya.
Enri menghela nafas saat dia melihat ini. Untuk pertama kalinya, penduduk desa tidak melihatnya sebagai seseorang yang membawa monster masuk. Untuk yang lain, itu adalah bukti bahwa Agu diterima oleh penduduk desa.
Mereka adalah orang luar terakhir yang ada di dalam desa. Meskipun mereka dijauhi dan diperlakukan buruk, masih ada sebuah jarak diantara mereka. Namun, dari kelihatannya, jarak itu hilang jika mereka menang hari ini. Itu adalah ironi karena medang pertempuran adalah tempat terbaik untuk membangun ikatan persahabatan.
Dan karena jarak itulah Agu bertarung dengan gigih. Tujuannya adalah untuk berkontribusi terhadap desa dan meningkatkan dirinya dan orang-orangnya. Di dalam masyarakat ras manusia, mereka akan menunjukkan rasa hormat kepada orang-orang yang menumpahkan darah untuk mereka. Agu dan orang-orangnya harus memikirkan kesejahteraan mereka, jadi keinginan besarnya adalah hal yang wajar.
"Enfi, aku ada sesuatu yang harus kutanya kepadamu."
Enri berdiri di samping Enfi, dan berbisik ke telinganya.
"Oh, tidak, sedikit jauh - ah. Mm. Aku mengerti. Kalau begitu - Agu, aku ada sesuatu yang harus kuserahkan kepadamu. Bawa item alkimia ini dan gunakan dengan baik."
Enfi membuka tasnya. Di dalamnya banyak botol dan kertas.
"Gunakan ini dan lemparkan kepada musuh. Kamu akan luput jika terlalu jauh, jadi coba gunakan kepada mereka dalam jangkauan menengah. Kamu siap?"
"Serahkan kepadaku! Lihat diriku yang akan menyelesaikan misiku dengan sempurna!"
Agu menerima tas itu, dan saat mereka menunggu, salah satu goblin berteriak kepada mereka.
"Mereka sedang bergerak! Mereka menuju kemari!"
Jika salah satunya mendengarkan, mereka bisa mendengar suara dari monster-monster itu yang mengoyak malam.
"Pasukan bertahan menuju posisinya! Ane-san, hati-hatilah! Ani-san juga!"
"Ya ya, aku tahu! Jangan mati kalian semua, aku mohon!"
"Tentu saja!"
"Kalau begitu sekarang, Enri, mari?"
Nfirea berlari dengan Enri yang menemaninya. Pekerjaan mereka berpatroli ke rumah-rumah untuk melihat jika ada yang belum tahu situasi darurat.
Saat mereka melihat Enri pergi, para goblin berdiri dan siap bertempur.
"Pasukan bertahan, ke tempat kalian - dan selesai. Musuh sedag memasuki area target."
Tidak ada garis api langsung menuju monster di sisi lain dinding. Menembak target yang tidak terlihat akan membutuhkan tembakan yang melengkung, tapi itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh amatir, dan berlatih untuk bisa melakukan itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Sebagai hasilnya, para goblin memutuskan untuk mencoba hal lain.
Mereka melatih pasukan bertahan untuk membuat anak panah mereka di sisi lain dinding. Itu artinya melatih seberapa banyak tenaga yang digunakan, dan melatih sudut pandang yang tepat untuk menembak agar bisa mengenai area spesifik dengan akurat. Itu adalah latihan yang benar-benar tidak berguna di luar keadaan yang sangat spesifik. Namun, karena target musuh adalah untuk meruntuhkan gerbang dan mereka berkumpul di depannya, begitu saja menyerang gerbang, latihan itu sangat efektif.
Gerbang utama bergetar karena teriakan menakutkan dari para monster, dan dinding yang ada di dekat situ pun bergetar pula.
"Bagus sekali! Musuh berada di target area! Tembakan menekan - dimulai!"
"Mulai!"
Merespon teriakan Jugem, goblin-goblin pemanah di menara pengawas - Shurigan dan Gurindai - mulai menembaki. Selama target mereka berada dalam jangkauan api, akurasi dari para goblin tidak akan luput. Teriakan kesakitan terdengar dari balik pintu.
Pasukan bertahan gemetar ketakutan dan tertekan, seakan mereka ditelan oleh oleh udara yang dipenuhi dengan riuhnya medan perang. Di tengah-tengah hal ini, Jugem berteriak sekali lagi.
"Pasukan bertahan - hentikan! Jangan mengangkat busur sampai diperintahkan!"
Mereka diperintahkan untuk tidak menembak ketika musuh sudah tiba di tempat yang mereka gunakan berjam-jam untuk belajar menembak. Namun, dalam sekejap, semua orang yang melihat ke menara mengerti kenapa.
Monster-monster mulai melemparkan bebatuan dari balik dinding. Masing-masing batu itu memiliki ukuran sebesar kepala manusia.
Meskipun banyak yang luput, bahkan satu buah lemparan yang mengenai menara pengawas membuat mereka gemetar.
"Pelempar batu terlihat! Pelempar batu musuh memiliki sisa beberapa kali lagi!"
"Masing-masing memiliki 3 batu, dan sekitar 21 batu jumlahnya - whoa!"
Batu yang dilemparkan lagi mengenai menara pengawas dan kayu-kayunya bertebaran.
Jika mereka mulai menembaki, pasukan bertahan akan menjadi target juga.
Memang benar pasukan bertahan tidak terlihat oleh musuh, dan akurasi mereka rendah. Namun, jika mereka sedang sial, satu buah lemparan bisa membunuh manusia. Bahkan satu batu yang dilemparkan dengan lemah bisa membuat luka berat pada seseorang.
Perintah untuk pasukan bertahan untuk tidak menyerang bisa dikatakan adalah strategi yang aman, karena itu menunjukkan bahwa Jugem tidak ingin siapapun mati ketika perang berkepanjangan bisa saja terjadi.
"Jangan mengira kami tidak bisa mengenai kalian karena kalian melempari batu kepada kami!"
Gurindai berteriak marah, dan mulai menembak lagi sambil berkelit dari hujan batu yang dilemparkan. Pasukan bertahan membakar semangat di dalam mata mereka, melihat cara dia yang tanpa takut mengembalikan tembakan, mengetahui bahwa dia akan terluka berat jika terkena. Namun, Jugem sedang tidak melihatnya. Dia cepat-cepat memeriksa keadaan sekeliling dan menemukan musuh baru dalam sekejap.
"Kiumei! Ular yang memanjat di sisi kiri! Apakah kamu baik-baik saja sendirian?"
"Tidak masalah, Pimpinan! Serahkan padaku!"
Kiumei, yang sedang berdiri di belakang, memacu serigalanya ke depan. Di depannya ada ular raksasa yang sedang memanjat dinding.
"Lima belas, enam belas! Kalian berdua bertahanlah sedikit lagi!"
Tidak ad ayang kurang dalam ucapan Jugem. Tidak ada satupun isyarat ketakutan bisa terlihat dalam posisi menembak dua archer yang sedang berada di atas menara pengawas. Tidak perduli apakah menara pengawas itu akan roboh, mereka terus menargetkan monster-monster dan memancing penyerang dengan batu. Di sisi kiri, Kiumei kelihatannya baik-baik saja melawan ular-ular tersebut.
Akhirnya, menara pengawas menjadi bengkok dan roboh di bawah serangan beruntun dari bebatuan yang dilemparkan. Shurigan dan Gurindai melompat turun, bergulung beberpa kali untuk menyebarkan kekuatan benturan saat mereka terjatuh.
"Pemanah pasukan bertahan bersiap!"
Merespon panggilan tersebut, para pemanah mempersiapkan busur mereka.
"Bernafas dalam-dalam! Masuk - keluar! Masuk - Tarik!"
Suara itu mirip dengan saat mereka berlatih, dan untuk sesaat, pemanah pasukan bertahan lupa mereka sedang berada dalam medang perang. Mengabaikan suara dari kayu yang berderit, mereka melakukan gerakan yang sama seperti saat mereka melakukannya dalam latihan.
"Lepaskan!"
Empat belas anak panah membentuk lengkungan yang indah di sepanjang langit lalu hilang di balik dinding, menarik lebih banyak teriakan dari para monster.
"Menakjubkan," Agu bergumam sendiri, tapi Jugem tidak berniat memberikan waktu bagi yang lain untuk melihat lebih jauh.
"Gelombang serangan kedua bersiap! - Jangan panik - Tarik nafas dalam-dalam! masuk - keluar! masuk - tarik!"
Saat ini, Shurigan dan Gurindai sudah sembuh dan mengambil tempat di dalam pasukan bertahan.
"Lepaskan!"
Sekali lagi empat belas anak panah melayang ke depan, sedikit diikuti oleh dua anak panah lagi. Pintu pun berderit semakin keras saat teriakan dari musuh semakin kuat. Anak panah-anak panah itu pasti sudah membuat mereka marah - dan membuat mereka semakin keras memukul.
"Cadangan! Ganti Senjata!"
Pasukan bertahan bergerak dalam satu kelompok di belakang barikade yang terletak di belakang gerbang utama. Siapapun yang menerobos masuk akan tertahan oleh rintangan batang-batang dan duri-duri. Bentuknya seperti huruf L, mengarahkan para penyerang ke tempat Jugem dan ogre yang sedang menunggu mereka. Bagi para penyerang, membobol gerbang sama seperti melompat dari panci panas ke dalam api.
"Jika kamu melihat satupun magic caster, keluarlah dari garis tembak mereka!"
"Pimpinan!"
"Ada masalah apa, Agu?"
"Ani-san memberiku beberapa item alkimia dan ada lem juga disana, dimana kamu ingin ini ditempatkan?"
"Apakah itu akan diserap oleh lumpur?"
"Ya, tapi dia bilang itu hanya akan memperpendek durasi efektifnya."
"Jika memang seperti itu, maka tunggulah kesempatan bagus dan buat pintu masuk menjadi macet karenanya."
Setelah menunjukkan bahwa mereka mengerti, Agu dan rekan-rekan satu sukunya bergerak bersama-sama. Kiumei kembali setelah mengalahkan ular-ular tersebut dan langsung menuju ke arah cleric goblin untuk menerima penyembuhan.
Ada suara seperti kayu yang pecah, dan satu sisi gerbang utama sudah hancur. Ogre-ogre musuh merangsek masuk melaluinya.
"Kuku, sekelompok makhluk bodoh tak punya otak."
Jugem mengejek musuh yang datang. Mereka melakukan kesalahan fatal.
Monster-monster itu hanya merobohkan satu sisi pintu. Ketika sisi itu roboh, mereka mengabaikan sisi lain dan memaksa masuk, terutama karena mereka takut terkena anak panah jika mereka terus di luar. Namun, dengan hanya satu sisi pintu yang roboh, mereka hanya bisa datang satu persatu setiap saat. Itu artinya banyak musuh yang terperangkap berhimpitan di pintu masuk. Ditambah lagi, mereka akan terperangkap oleh sudut dengan bentuk L, dimana seluruh penjaga bisa memfokuskan serangan mereka kepada sejumlah kecil penyerang setiap kalinya.
"Selamat datang di zona pembunuhan. Waktunya mati."
Ogre bersenjata di pihak desa akan memiliki keuntungan dalam pertempuran yang melambat melawan musuh mereka, dan pasukan berhtan memiliki bantuan dengan tombak mereka. Ogre manapun yang mencoba meruntuhkan pagar kayu akan dirobohkan oleh anak panah api, magic dan item alkimia Agu. Goblin-goblin akan menangani binatang buas magis apapun yang berhasil menerobos di tengah-tengah keributan.
Situasi taktis memang sangat menguntungkan mereka dan masih ada goblin penunggang serigala yang berdiri di belakang. Jika lawan tidak memiliki magic caster satupun, kemenangan mereka sudah pasti. Namun-
"-Apa itu?!" Kepanikan merembes di suara Jugem. "Apakah itu adalah seekor troll disana?"
Kelihatannya berbeda dari ogre, tapi memiliki ukuran yang sama. dia bergerak dengan kaku menuju mereka yang bertahan, mengeluarkan keberadaan yang menekan keras saat datang. Di tangannya, dia memegang sebuah pedang besar (greatsword) dengan udara yang aneh mengelilinginya.
Sebuah cairan lengket mengalir di tengah-tengah pedang. Itu pasti semacam bentuk magic.
"Pimpinannya sudah maju?.. Jangan-jangan... Giant of the East?"
Memang kelihatannya seperti itu. Tubuhnya yang kuat terlihat seperti sudah terlatih hingga sekeras baja dan benar-benar tidak mirip dengan troll lain manapun yang dikenal oleh Jugem. Dalam sekali tatapan, dia bisa melihat bagaimana dia setara dengan Beast of the South.
Hanya satu troll membutuhkan seluruh goblin menanganinya Itu adalah musuh yang lebih tangguh daripada siapapun yang pernah mereka hadapi.
"Jika memang begitu.."
Jugem terpikirkan akan apa yang harus dilakukan.
Kelihatannya memang percuma. Cara terbaik adalah melindungi Enri yang sedang kabur. Jika dia tidak menginginkannya, maka meskipun jika mereka harus memaksanya-
"...Tidak, itu bukan cara terbaik. Itu adalah cara terburuk, dan cara terakhir kita."
Setelah membuang tindakan itu, Jugem berbicara kepada pasukan goblin.
"..Oi, kalian semua. Setelah ini, seiap orang dari kita akan mati. Jangan pernah memikirkan hal anak-anak seperti mundur. Pastikan kamu mengukir kematian heroikmu ke dalam mata setiap orang!"
Para goblin menjawab dengan sebuah teriakan penuh semangat tempur. Dalam sekejap, musuh dan sekutu kelihatannya seperti membeku.
"Ini dia, anak-anak! Mari kita tunjukkan pada mereka kekuatan dari bawahan Ane-san!"
----
Setelah mengelilingi desa, Enri memastikan tidak ada yang tertinggal dan bernafas lega. Lalu tiba-tiba, suara sesuatu yang dihancurkan datang dari depan. Suara itu diikuti oleh teriakan perang dari kedua sisi dan suara bass yang dalam bergema membuatnya gemetar.
Itu mungkin suara gerbang yang hancur dan para goblin masuk dalam pertempuran. Dia hampir muntah karena stres, tapi Enri memaksanya kembali. Rasanya yang pahit tersisa di mulutnya, tapi dia mengabaikannya untuk mencari Nfirea.
"Enfi. Kita harus menuju gerbang."
"Aku mengerti. Tapi kamu harus pergi titik temu dan menenangkan semua orang, okay?"
Kalimat Enfi memiliki subtext jangan menghalangi jalan orang lain.
Meskipun Enri terlatih dalam menggunakan busur, sekarang gerbang sudah hancur, pertempuran akan berubah menjadi pertempuran jarak dekat. Sejujurnya, bahkan jika Enri pergi kesana sekarang, tidak banyak yang bisa dia lakukan.
"Aku tidak bisa melakukan itu. Aku memilih memimpin goblin dan para penduduk desa, dan selama aku bisa, aku harus melakukan itu. Meskipun mundur adalah hal yang benar, itu bukan hal yang tepat untuk dilakukan."
Dia harus berdiri di garis depan dan melihat bagaimana pertempuran itu terjadi. Setelah melihat tekad di mata Enri, Enfi menguatkan tubuhnya dan mengangguk.
"Itu memang benar. Aku mengerti. Aku akan melindungimu."
Ekspresi serius pada teman masa kecilnya biasanya adalah wajah tenang yang membuat detak jantung Enri menjadi aneh dan menakjubkan.
"Mm? Ada apa, Enri? Aku tahu, aku tidak sekeren Gown-san, tapi aku tidak akan membiarkanmu mati."
"...Jangan mengatakan mati."
"Ah, maafkan aku. Itu... itu..."
Saat dia melihat teman semasa kecilnya beusaha memilih kalimat yang akan dia gunakan, seperti biasanya, Enri tersenyum.
"Ayo pergi, Enfi!"
"Ah, ya! Itu benar, kita tidak bisa buang-buang waktu mengobrol!"
Dua orang itu berlari ke gerbang depan. Karena mereka mulai berlari dari gerbang belakang, yang mana paling jauh, meksipun jika mereka berlari dengan kecepatan penuh, akan memakan waktu tidak sebentar untuk sampai kesana. Dan dengna mereka yang berlarian terengah-engah nafasnya, tidak mungkin mereka bisa mulai bertarung segera. Agar tidak percuma, mereka melanjutkan dengan kecepatan sedang.
Namun, mereka hanya berlari beberapa detik.
Dua orang itu mendengar suara perut yang terkocok dan menghentikan gerakan mereka.
Melihat ke belakang, mereka melihat seseorang yagn sedang menatap mereka dari atas dan belakang.
Makhluk itu luar biasa besar, jauh lebih besar daripada manusia. Mereka bisa langsung mengerti saat mereka melihatnya, tapi itu bukan bentuk yang sebenarnya. Makhluk itu memiliki sebuah tangan di gerbang belakang, yang panjangnya empat meter.
"-Itu, apa itu? Raksasa?"
"Entahlah! Ah-"
Kalimat Nfirea terpotong di tengah-tengah, dan mulutnya terbuka. Enri bergegas melihat ke arah apa yang membuatnya terpaku dan akhirnya membuat ekspresi yang sama.
Sesuatu perlahan memanjat dinding.
Sesuatu yang memang terlalu besar disebut manusia.
"Jangan-jangan itu adalah troll?"
Saat dia mendengar Nfirea yang mengeluarkan kalimat itu, Enri menatap monster yang muncul.
"Apa itu?"
"Meskipun ini adalah pertama kalinya kau melihatnya, itu benar-benar seperti bagaimana yang aku dengar. Jika itu memang benar-benar troll kita dalam masalah... Troll adalah musuh yang bahkan petualang dengan peringkat emas akan kesulitan mengalahkannya. Sejujurnya, Jugem dan yang lainnya mungkin juga akan kesulitan."
Enri merasakan darah mengalir ke bawah saat dia mendengar sesuatu yang lebih kuat daripada makhluk terkuat di desa.
Trol yang mengeluarkan siluetnya yang besar mendengus, dan mulai melihat sekelilingnya.
Dengan menggenggam tangan Enri, Nfirea menyeretnya ke dalam bayangan rumah yang ada di dekat. Disini, dia menutup mulutnya dan berbisik langsung ke telinga Enri dengan suara yang hampir tidak bisa terdengar.
"Enri, Troll memiliki hidung yang sensitif. Tidak apa sekarang karena kita berada di arah yang dituju oleh angin, tapi terlalu dini bersantai. Kamu harus keluar dari sini.. lalu bertemu dengan para goblin."
Enri semakin dekat dengan Nfirea dan berbisik balik ke telinganya.
"Aku tak bisa, Enfi. Jika kita biarkan dia pergi ke gerbang utama, semuanya akan mati dalam serangan kepungan."
"Mungkin memang begitu, tapi sekarang ini, kita tidak bisa-"
"-Hanya kita yang ada disini. Itu artinya terserah kita untuk menghentikannya."
Diantara celah-celah rambutnya, mata Nfirea melihat ke arah Enri seperti baru saja melihat orang gila. Memang benar, Enri menyadari dia baru saja meminta Enfi dan dirinya untuk melakukan hal yang tidak mungkin, tapi sejujurnya, tidak ada cara lain.
"Kita tidak perlu menang atau mengalahkannya. Kita hanya perlu melambatkannya. Enfi, tolong pinjamkan kekuatanmu."
"-Bagaimana caranya kita akan membuatnya melambat? Memancingnya menjauh dari sini? Kurasa aku bisa bertarung melawannya secara langsung... tapi aku ragu aku bisa menerima satupun pukulan darinya."
Ucapan tenang Nfirea menunjukkan tekad yang tenang di dalamnya. Sebagai balasannya, Enri mengeluarkan rencananya.
"Aku punya rencana. Sebagai awalnya, mari kita mari kita buat beberapa ogre."
----
Troll tersebut menatap sebentar ke arah rumah kayu buatan manusia dan bergerak ke sana.
Itu karena dia mengira semua rumah ini memiliki bau manusia yang lembut dan lezat, tapi itu hanyalah bau yang tersisa. Setelah memastikan tidak ada bau lain di area tersebut, dia mulai melangkah ke arah datangnya sumber pertempuran. Suara manusia yang sedang bertarung melawan sesamanya membuat air liurnya mengalir nonstop, dan di otaknya, dia mengira akan ada manusia disana.
Sebuah pesta daging manusia yang lembut dan menarik.
Sebagai penikmat diantara para troll, dia menyukai organ-organ berdaging dan tidak menyukai dada yang pahit. Oleh karena itu, langka sekali dia bisa kenyang, tapi sekarang kelihatannya dia akan bisa melakukan hal itu.
Langkahnya semakin panjang dan dia mulai mengeluarkan air liur karena menunggunya.
Namun, troll berhenti dan melihat sekelilingnya dengan hati-hati. Atau lebih tepatnya, dia melihat ke dalam bayangan dari rumah yang ada di dekat.
Ada beberapa ogre.
Bau ogre yang mengalir keluar dari sana.
Troll itu mengerutkan dahi. Meskipun ogre masih merupakan sekutu, ada sedikit perbedaan dalam bau yang dia terima. Bau itu tidak ada dalam ingatannya. Dan sekarang bau itu datang dari sekelilingnya.
Tentu saja troll tersebut tidak mengeluarkan kesimpulan in ikarena hidungnya yang memang sesensitif anjing pelacak tapi kareka dia teringat bau unik dari ogre sekutunya. Oleh karena itu, troll itu tidak tahu berapa banyak ogre yang ada disana.
Dan itu membuatnya bertanya-tanya. Ada bau aneh juga disini, seperti bau rumput yang digiling, tapi jauh lebih kuat.
Apakah ogre menggiling rumput dan menyelimuti tubuhnya dengan bau ini?
Troll tersebut bertanya-tanya dan menjadi bingung. Tanaman obat yang kuat menusuk hidungnya, dan air matanya hampir mengalir. Jika ogre bisa bertahan dari bau ini, pasti karena mereka memiliki indera penciuman yang buruk.
Troll bisa menghadapi ogre secara langsung. Sebagai seorang troll, dia jauh lebih kuat daripada ogre. Namun, itu bukan berarti dia akan bisa keluar tanpa luka, dan akan memakan waktu untuk menghadapinya.
Karena troll memiliki kemampuan alami regenerasi, luka mereka akan sembuh dengan berjalannya waktu. Namun, meregenerasi lukanya akan tetap memakan waktu, yang mana menjengkelkan. Siapa yang tahu, ogre rekannya mungkin akan memakan semua manusia ketika dia tiba disana.
Kalau begitu, karena musuh sudah tersebar, selama troll itu bergerak lurus, mereka akan keluar menyerang.
Troll itu merasakan secercah kebanggaan saat dia sudah mengira rencana musuhnya dan perlahan mulai bergerak lagi.
Troll itu akan menghancurkan mereka dalam sekejap. Oleh karena itu, fakta bahwa lawannya telah terpisah adalah kesempatan emas. Yang hanya dia butuhkan adalah membantai ogre satu persatu.
Troll itu bergerak perlahan, menjaga diri agar tidak membuat suara, tapi tiba-tiba saja, sebuah bayangan kecil berlari keluar dari rumah terdekat.
Bukan goblin, bukan salah satu mangsa favoritnya, manusia.
Berlawanan dengan troll yang terkejut tak bergerak, manusia yang bertudung melemparkan sesuatu kepadanya...
"Uguoooaaaaahhhhh!"
Troll tersebut berteriak dari bau yang jauh lebih kuat. Hanya dengan menciumm bau dari benda hijau, bau yang kuat merasuk dengan kuat ke dalam hidung dan sinusnya. Bau yang tajam itu beberapa kali lebih kuat daripada ogre yang berselimut rumput.
Meskipun troll bisa melakukan regenerasi, ini bukanlah luka yang bisa sembuh. Troll itu hanya tidak bisa tahan dengan baunya. Matanya berair dan mengambil langkah ke arah manusia, tapi sudah kembali ke dalam rumah.
Alasan mengapa manusia berhasil mendekat meskipun indera penciuman troll adalah karena bau manusia ditutupi bau rumput yang dihancurkan.
Marah karena kehilangan targetnya, troll itu kembali ke target semula - ogre. Pertama, dia akan membunuh lalu mencari umpan yang menggiurkan itu, pikir troll.
Trolll tersebut mengamuk di luar rumah, tidak menemukan satupun tanda-tanda adanya ogre. Seakan mereka sudah hilang ditelan udara.
"Guuuuu, dimana?"
Melihat sekeliling, dia masih tidak bisa menemukan ogre-ogre itu, yang bentuknya masih besar meskipun lebih kecil dari dirinya. Tak perduli bagaimana ogre-ogre itu bergerak, seharusnya troll tersebut bisa melihat mereka nantinya. Apakah ogre kecil itu bisa menggunakan invisibility, seperti tuan mereka? Troll itu telah menghadapi situasi lain yang tidak bisa dia ketahui lalu mendengus.
Namun, aroma yang kuat dari tanaman obat mulai tercium dari tubuhnya sendiri dan itu mengganggu indera penciumannya, sehingga dia tidak bisa mengikuti jejak bau dari ogre.
"Guuuuuuuu..."
Troll tersebut mengerang mencoba menggosok cairan di tubuhnya. Kali ini, jarinya yang bau. Melirik sekitarnya, troll tersebut menemukan sebuah kain yang terjatuh di anah.
Troll tersebut mempertimbangkan mungkinkah bagus membersihkan bau itu dengan kain yang dia ambil tadi dengan wajah yang penasaran. Dia mengambil kain tersebut lalu mengangkatnya ke hidung dan menciumnya, tapi karena hidungnya masih belum sembuh, dia hanya bisa mendapatkan sedikit bau kain itu.
Troll itu mencium bau ogre pada kain tersebut, dan tiba-tiba saja, dia mengerti.
Dia telah salah menduga kain yang sangat bau ogre ini dengan ogre itu sendiri.
Ini bukan sebuah kebetulan.
"Manusia!"
Mengerang marah, troll itu mulai menghancurkan sekitarnya. Tidak ada manusia. Kalau begitu mereka seharusnya masih berada di rumah mereka.
Tinju Troll tersebut menerjang marah ke arah rumah terdekat dan setelah menghancurkannya berkali-kali, dia berniat untuk menghancurkan atapnya juga, berniat untuk menghancurkan interiornya.
Seorang manusia bergegas keluar panik saat dia menghancurkan rumah tersebut. Ingin sekali mengoyak manusia itu juga, dia mengejarnya.
----
Target itu mengejar Enri. Itu artinya rencananya berjalan. Meskipun dia bersyukur dengan hal itu, hatinya masih berdebar dan dia ingin menangis. Sebuah monster raksasa pemakan manusia menekannya dari belakang, dan melakukan permainan kejar-kejaran dengan taruhan yang besar ini - jika dia kalah, dia akan menghilang di tenggorokan monster itu - adalah sesuatu yang akan membuat gadis desa manapun menangis.
Fakta bahwa dia tidak tahu berapa lama dia harus memainkan permainan ini membuatnya tambah ingin menangis lebih keras lagi.
Jika dia tau kapan selesainya, dia mungkin bisa menguatkan tekadnya untuk terus berlari sampai saat terakhir. Namun, tanpa tahu kapan pertempuran di gerbang selesai, tanpa tahu kapan yang lainnya bisa datang dan membantunya, dia dipenuhi dengan perasaan tidak enak, yang membuat kekuatannya berkurang.
Enri menyesal tidak mengirim seseorang ke gerbang utama untuk melapor, tapi persiapan itu memakan waktu yang terlalu lama.
Dia berlari dengan seluruh tenaga, bergegas masuk ke dalam rumah dimana Nfirea sedang menunggu. Sebagai gantinya, Nfirea bergegas keluar dari pintu belakang mengenakan jubah dan mantel yang sama dengannya.
Enri menahan nafasnya, menelan ludah berharap musuh tidak mengetahui rencana mereka. Troll itu terus mengejar Nfirea, tidak menyadari pergantian itu.
Enri menenangkan nafasnya yang tidak teratur dan menggenggam tangannya dengan gembira.
Troll memang jauh lebih kuat dari manusia dalam hal kekuatan, jangkauan kaki dan kemampuan fisik, oleh karena itu satu orang manusia yang sedang berlari pasti akan tertangkap. Agar bisa memulihkan stamina untuk beberapa gerakan, mereka memutuskan bergantian dengan satu sama lain tanpa membiarkan musuh tahu. Ini dimaksudkan untuk menariknya dan mengejar, dan juga untuk menjaganya menuju titik temu dimana orang-orang berada.
Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya menipu troll itu.
Bagaimana troll membedakan manusia? Mungkin jika mereka hidup bersama dalam waktu yang sama panjang mereka mungkin akan memiliki beberapa cara, tapi ini hampir tidak cukup panjang. Prakteknya, adalah melalui penampilan, terutama pakaian. Oleh karena itu, Nfirea dan Enri memakai jubah dan mantel yang sama.
Selanjutnya, mereka harus menjaga agar tidak ada perbedaan dalam indera pembaunya, dan jus herbal itu dimaksudkan untuk menangani hidungnya yang tajam.
Enri sudah mempersiapkan dua jebakan berdasarkan bau - satu untuk menggunakan bau ogre untuk membuatnya menghentikan langkahnya, dan yang lain adalah menggunakan bau dari tanaman obat yang membuat salah sasaran.
Setelah nafasnya sudah berhasil kembali bisa dikendalikan. Enri mulai bergerak diam-diam ke rumah selanjutnya.
Dia merayap ke dalam kegelapan interior rumah, mengintip situasi di luar. Dengan sebuah suara 'dong', Nfirea berlari ke dalam. Saat ini, Enri berlari keluar lagi dari pintu belakang dimana dia baru saja masuk.
Tapi Enri lalu menyadari bahwa troll itu tidak mengikutinya, meskipun dia sudah berlari keluar dari rumah.
Troll itu mendengus dan melihat ke arah Enri dan rumah itu. Wajahnya yang buruk mengkerut lebih dalam. Dia menduga tampang wajah itu adalah kejutan.
Keringat dingin yang besar mengalir di tenggorokan Enri. Dia menyentuh dirinya sendiri secara tidak sadar, dan tangannya lalu datang dan pergi, lengket dan basah.
"..hidungnya sudah terbiasa?"
Setelah terbiasa dengan bau dari tanaman obat, dan mencium ketakutan di dalam keringatnya, troll itu kelihatannya sudah menyadari ada dua manusia.
Troll itu mengangkat tangannya dan memukulkannya hingga dalam kepada rumah tersebut. Nfirea berlari keluar lagi.
Namun, langkahnya terhenti, dan dia tidak kelihatannya tidak terlihat akan lari.
"Enri! Larilah! Aku akan mengulur waktu untukmu!"
"-Dasar bodoh! Larilah denganku!"
"Dia pasti akan bisa mengejar kita! Meskipun kita menggunakan rumah-rumah sebagai tameng!"
Enri yang bermata lebar melihat Nfirea dengan tersenyum.
"Aku lebih kuat, jadi ada peluang yang lebih besar aku bisa selamat jika kamu meninggalkanku!"
Nfirea merapalkan sebuah mantera, dan tubuhnya diselimuti oleh gelembung cahaya lembut dan lunak.
Dia terus tersenyum kepada Enri, yang sudah kehilangan tenaga untuk bicara.
"Dan di samping itu - Aku ingin melindungi wanita yang kucintai."
Nfirea berpaling kepada monster mengerikan itu, mengangkat tangannya dan mengarahkan ibu jarinya kepada dirinya sendiri.
"Ayo, badan besar, aku akan bermain denganmu! Datanglah jika kamu sudah cukup kuat! [Acid Arrow]!"
Nfirea terus memancing troll tersebut, sambil menembakkan sebuah anak pana hijau asam kepadanya. Saat anak panah itu mengenai, asap mengepul dengan suara berdesis dan menggelembung, membuat troll itu berteriak kesakitan.
Troll tersebut membenarkan matanya yang menjadi sangat marah kepada Nfirea. Dia tidak lagi memperdulikan Enri.
"Pergilah! Pergilan dan cari bantuan!"
Adalah hal yang bodoh membuang waktu disini.
"-Kamu harus tetap selamat!"
Berkata begitu, Enri berlari.
Troll tersebut kelihatannya tidak ingin mengejar.
Sejujurnya, peluang Enri selamat adalah nol. Ada perbedaan luar biasa dalam hal kemampuan fisik. Dan tidak mungkin dia bisa mengalahkan lawan yang untuk mengalahkannya saja butuh petualang peringkat emas.
Itu adalah pertempuran yang percua, dan mampu bertahan bahkan satu menit layak dipuji.
"Yup, aku akan mati."
Nfirea tersenyum pahit saat dia menatap troll itu, yang sedang mendekatinya dengan hati-hati.
Tidak tidak bisa meregenerasi luka yang disebabkan oleh asam dan api Nfirea. Karena ini, troll itu semakin berhati-hati dngan Nfirea, yang bisa mengalahkan kemampuan terbesarnya. Memang lucu jika dia bersikap sangat hati-hati di dekat lawan yang bisa dia habisi dengan sekali pukulan.
"Yah, itu juga tidak apa bagiku. [Hypnotism]!"
Rasa permusuhan troll itu kelihatannya tidak berubah. Kelihatannya dia kebal terhadap mantra itu.
Menyadari dia menjadi target mantra, troll itu menyerang.
Tubuhnya yang besar mendekati Nfirea seperti sebuah pemandangan mimpi buruk.
"Jika ini berhasil, aku bisa menahannya sedikit lebih lama... tidak ada keberuntungan seperti itu. Ahhh, sayang sekali."
Nfirea kelihatannya seperti menyerah. Ini karena itu adalah pertempuran yang memang benar-benar tidak bisa dimenangkan, yang sudah melebihi garis dari keberanian menjadi kecerobohan. Tapi meskipun begitu-
-Dia harus mengulur waktu untuk Enri.
Dengan berpikir seperti itu, Nfirea melompat untuk bertindak.
Mengingat lengan kiri troll itu yang tidak terangkat, dia belari ke depan dan ke kiri. Mencari kehidupan di dalam kematian, dia terjun dengan kepala dahulu ke dalam bahaya untuk meraih keamanan di depan sana. Tinju troll itu mengikutinya, dan angin yang melewatinya mengacak-acak rambutnya. Dan di depan Nfirea, sebuah kaki yang kuat menendang kepadanya seperti sebuah dinding bergerak.
Pandangan Nfirea berputar kencang saat dia terbang di udara, tubuhnya membuat suara retak seperti cabang pohong yang patah berkeping-keping.
Dia terjatuh ke tanah dan bergulung berkali-kali, seperti sebuah sampah yang dibuang.
Luka mengalir melalui tubuh Nfirea, yang terus berputar di tanah. Dia lebih kesakitan daripada yang pernah dia alami selama hidupnya.
"Tidak, entah bagaimana aku berhasil selamat. Itu menakjubkan. Aku menakjubkan..."
Itu karena efek dari mantra pertahanannya dan kenyataan bbahwa troll idak mampu menendang dengan kekuatan penuhnya. Mengabaikan luka yang mengalir di tubuhnya dengan setiap nafas yang dia hirup, Nfirea berdiri, dan melepaskan mantra lain.
"[Acid Arrow]!"
Troll yang mengejar itu menghentikan langkahnya, berhati-hati terhadap gengangan asam yang membakar di kakinya.
Mmm, seperti yang kuduga.
Tujuan Nfirea adalah mengulur waktu. Jika musuh menghentikan serangannya dan bertahan, dia berharap dia akan terus seperti itu.
"...Sialan, ini sakit sekali. Aku tidak ingin mati..."
Nfirea bersuara terhadap keputusasaannya.
Pada akhirnya, hanya ini arti nyawanya.
Dia tidak ingin menghadapi kenyataan ini, tapi keadaan memaksanya mengakuinya.
Dia akan mati disini. Tidak diragukan lagi keberadaanya akan berakhir disini.
Dia ingin berlari. Mungkin jika dia berlari dengan seluruh tenaganya dia mungkin akan mampu kabur. Tapi jika itu terjadi, tragedi seperti apa yang akan terjadi?
Nfirea terpikirkan Enri.
Dia mampu melawan karena dia memiliki Enri.
"Jadi aku sudah mengatakan itu padanya ternyata.. sialan. aku tidak ingin mati sebelum aku mendengar jawabannya."
Troll yang pernah mendekatinya tidak mengerti perasaan pemuda itu.
Dan dia tidak bisa mengulur waktu lebih lama lagi.
Dia tidak tahu bagaimana, tapi Nfirea berhasil membaca pikiran lawannya melalui wajahnya. Dia berencana membunuh dirinya, meskipun nantinya menyakitkan. Jika itu masalahnya-
"[Acid Arrow]!"
Yang hanya bisa dilakukan oleh Nfirea adalah melukai troll itu, agar bisa membuat keadaan lebih mudah bagi rekannya yang akan menghadapinya nanti setelah dia.
Troll itu mengangkat tinjunya, wajahnya berubah dari kesakitan menjadi terbakar asam. Nfirea, yang bahkan tidak bisa berdiri tanpa kesakitan, tak mampu lagi mengeluarkan bentuk pertahanan apapun.
----
"Cepat!"
Merespon perintah Enri, tiga goblin berlari menyelamatkan Nfirea.
Alasan mereka harus bertemu bukan karena Enri harus sampai di gerbang utama, namun lebih tepatnya, karena Enri tidak kembali, dan raungan yang datang dari belakang membuat Jugem cukup khawatir sehingga dia harus mengirim tiga goblin untuk menyelidikinya.
Jika dia bisa bertahan, goblin itu akan menyelamatkannya. Inilah yang Enri pikir, saat hatinya dipenuhi rasa bersalah.
Ini benar-benar sebuah kesialan.
Jika keadaan tidak seperti ini-
"Disana!"
Enri menunjuk ke arah Nfirea, di depan mereka. Dan di atasnya, troll itu mengangkat tinjunya.
Mereka tidak bisa mencapai Nfirea. Jaraknya terlalu jauh.
Tangan troll itu jatuh seperti petir. Tangan itu bisa menghancurkan sebuah rumah dalam sekali pukul. Nfirea pasti mati tidak diragukan lagi.
Saat Enri menutup matanya, dia mendengarkan goblin yang menelan ludah karena terkejut.
Respon mereka yang tidak diduga membuat Enri dengan gugup membuka matanya-
"Aaaahhhhhh, HP mu sudah merah~ Kamu tidak apa?"
-Dan dia melihat seorang wanita cantik yang sedang memegang senjata raksasa.
Lupusregina sedang membawa sebuah senjata yang terlihat seperti semacam simbol relijius yang terlalu besar, menggunakannya seperti sebuah perisai untuk menahan tinju troll itu. Dimensi senjata itu dan ukuran maid itu kelihatannya sangat tidak cocok hingga titik aneh, tapi ini bukan ilusi.
"kalau begitu, aku akan menanganinya... Oh tunggu, Enfi-chan kesakitan. [Heal]."
Troll itu melangkah mundur, tak mampu mengerti pemandangan di depannya. Pukulan yang mengandung seluruh tenaganya ditahan oleh seorang manusia, jadi reaksinya memang bisa diduga. Mungkin dia berpikir ada semacam magic yang digunakan disini.
Dengan ekspresi terpaku, Enfi pergi tertatih-tatih dari troll itu, menjauh darinya. Itu adalah postur yang sama sekali tidak waspada, tapi troll itu tidak menekan serangannya. Tidak, dia tidak bisa mengabaikan pendatang itu.
"Enfi!"
Enri memeluk Nfirea dengan erat.
"Ah, ternyata Enri."
Balasannya yang seperti mimpi mengatakan kepada Enri jika dia sudah sampai pada batasnya. Meskipun dia sudah jauh dari bahaya, dia masih kaget.
"Aku senang kamu baik-baik saja."
"-Ka-kamu juga."
Enri merasakan sesuatu yang hangat mengalir di dalam hatinya. Itu adalah sebuah kehangatan yang menggantikan dingin yang mengalir di dalam tubuhnya ketika dia pikir Nfirea sudah mati.
"Aku benar-benar senang kamu baik-baik saja!"
Enri memeluk Nfirea dengan erat, dengan seluruh tenaganya.
"Begitu juga denganku."
Nfirea mengulurkan lengannya kepada Enri sebagai balasan. Meskipun pelukan itu sangat erat, mereka berdua merasa aman di dalam lengan masing-masing.
Air mata Enri berkumpul dan mengalir keluar, mengalir turun ke wajahnya.
"Ada apa?"
"...Dasar bodoh."
"Ahhhh~ Maaf harus menyela kalian berdua ketika sedang bermesraan."
"Lupusregina-san!"
Enri melepaskan kekuatan yang mengalir dari lengannya, dan di waktu yang sama Nfirea mengendurkan genggamannya. Merasa sedikit kecewa, mereka berdua berpaling kepada Lupusregina.
"Troll itu-"
Mengangkat garis pandangannya, Enri melihat sesuatu yang sulit dijelaskan.
"Ah, ini? kelihatannya seperti daging hamburger, ya kan? Yang hanya dibutuhkan adalah pemanggangan hingga gosong."
Sebuah daging yang memuncratkan darah berubah dan mengejang di bawah kepala tongkat keuskupan dari Lupus. Tidak ada yang lain selain hanya setumpuk daging rusak yang menandakan dahulunya adalah sebuah troll. Namun, apa yang membuatnya menjijikkan adalah kenyataan bahwa daging itu masih melakukan regenerasi, dan masih bernafas.
"Ahhhh yah! bagus jika kalian berdua baik-baik saja. Kalau begitu kurasa aku juga bisa membersihkan yang disini."
Enri mendengar suara dari para goblin yang mendekat. Kelihatannya pertempuran gerbang utama sudah dimenangkan.
"Ini dia~"
Api yang turun dari langit, dan sebuah tiang cahaya merah menelan troll tersebut, mengeluarkan bau daging bakar.
"Kalau begitu sekarang, masalah troll sudah selesai, jadi aku akan pergi. Ah, Enfi-chan, Ainz-sama ingin memberikan hadiah kepadamu karena sudah mengembangkan potion ungu, jadi dia mengundangmu ke rumahnya. Aku harap kamu bersiap-siap~ Atau seharusnya kukatakan, apakah ada ucapan terakhir?"
Setelah berkata begitu, Lupusregina pergi melalui pintu belakang.
"Terima kasih banyak!"
Lupusregina tidak berhenti atau memutar badang merespon teriakan terimakasih Enri, hanya melambaikan tangannya.
"...Ane-san, Ani-san, kami akan mengambil alih tugas mengantarkan yang lain. Kalian berdua seharusnya pergi beristirahat disana."
Tanpa menunggu balasan, goblin-goblin itu mulai bergerak. Bukankah mereka seharusnya meninggalkan seseorang dengan kami, pikir Enri, tapi dia lebih khawatir dengan Nfirea daripada hal itu, dan meletakkan tangannya ke bahunya.
Setelah meniggalkan mayat troll itu, keduanya kemudian duduk.
"Haaaa."
Helaan nafas lega mereka saling bertumpuk. Lalu, keduanya mengangkat mata mereka untuk melihat langit malam.
"Dia menyelamatkanmu."
"Mmm."
"Itu adalah keberuntungan."
"Mmm."
"Jangan lakukan hal itu lagi."
"Mmm."
Keheningan mengalir di antara mereka berdua. Enri tiba-tiba bicara di hati.
"Aku tidak tahu apakah ini cinta, tapi aku tidak ingin Enfi pergi kemanapun."
"...Mmm....Mmm."
"Apakah ini cinta?"
"...Entahlah. Tapi jika memang itu cinta, aku sangat senang."
Enri dan Nfirea duduk dengan diam seperti ini, menyandarkan bahu masing-masing dan melihat ke arah bintang hingga goblin-goblin tiba-
==============