Epilog
"Ane-san, kelihatannya kamu sudah siap."
Jugem mengomentari penampilan Enri saat dia masuk ke dalam rumahnya.
"Ya, benar sekali... apakah ini aneh?"
Enri bertanya kepada Jugem sambil melihat ke bawah ke arah gaun yang dia kenakan - salah satu gaun terbaik yang dia miliki, yang biasanya dia simpan untuk digunakan pada pesta panen.
"Tidak sama sekali, bukankah begitu, Ani-san?"
"Mm. Kamu sangat cantik, Enri."
"Ahhh, yang benar saja!"
Dengan sebuah wajah merah, Enri menatap kepada Jugem dan Nemu yang sedang tersenyum. Atau lebih tepatnya, kepada seringai nakal Nemu.
Sejak hubungan Enri dan Nfirea mengalami satu langkah kemajuan, dia ingin meneriaki ekspresi wajah sementara Nemu, tapi Enri tahu itu hanya akan membuatnya lebih malu lagi dan lebih bijaksana menutup mulutnya.
Namun, membiarkannya saja juga berbahaya. Terutama bagi Nemu.
Suatu ketika, adiknya akan menanyakan sesuatu yang tidak bisa dia jawab.
Aku terus memikirkan itu itu selama beberapa hari, aku sudah dewasa secara mental... mungkin aku harus meminta bantuan Enfi untuk ini...
Melihat mata Enri yang penuh permohonan, kekasihnya berbicara.
"Umm, ahem! Ngomong-ngomong, Jugem-san, bisakah kamu gunakan pedang magic itu dengan baik? Aku dengar itu bukan pedang biasa, dan menggunakannya memang melelahkan."
Greatsword yang dipegang Jugem didapatkan dalam serangan beberapa hari yang lalu.
"Aku semakin terbiasa dengan tinggi dan pusat gravitasi pedang, jadi aku bisa menggunakan sebaik pedang lamaku. Seperti yang diduga dari sebuah senjata magic, ketajaman dan lainnya jauh lebih baik dari yang lain. Namun... racun yang ada disini, melemahkan kekuatan lawan, tapi sedikit aneh..."
"Benar kah? Apakah efeknya kuat?"
"Yah, bukan racun kuat tertentu. Seseorang sepertiku bisa menahannya dengan mudah. Namun, lemah terhadap musuh yang lebih lemah.."
Wajah Jugem menjadi ekspresi yang gelap.
"Ada apa?"
"Ah-" Jugem berkata saat dia melihat ke arah atap, berbicara dalam suara jengkel, "Aku sedang memikirkan troll yang menjadi asal dari pedang ini, dia kelihatannya seperti aneh."
"Mayatnya kelihatannya tidak berbeda dari troll biasanya. Mungkinkah itu adalah subras?"
"Bukan, bukan, bukan itu maksudku, Ani-san. Dari gerakannya, tidak memiliki regenerasi, saat aku memotongnya, rasanya... agak aneh... benar sekali, seperti sebuah tubuh yang sudah mati. Ada perasaan ganjil seperti itu."
"Sebuah mayat berjalan? Seperti zombi?"
"Entahlah. Mungkin ada spesies troll seperti itu-"
"-Terima kasih sudah menunggu!"
Pintu itu terbuka tepat dengan pernyataan itu.
Dengan matahari di punggungnya, Lupusregina berjalan dengan berani ke dalam rumah Enri. Saat Enri dan teman-temannya melihat dengan hening dan terpaku, sebuah suara pang datang dari atas kepala Lupusregina.
"Owie~"
"Dasar bodoh. Beraninya kamu sekurang ajar itu? Semuanya, saya minta maaf untuknya."
Setelah menarik punggung Lupusregina, wanita di belakang membungkuk kepada mereka.
"Saya adalah pelayan Ainz-sama, Yuri Alpha. Saya kemari untuk menerima Nfirea-sama, Enri-sama dan Nemu-sama. Maukah anda mengizinkan saya masuk?"
"Ah, ya. Silahkan masuk, Lupusregina juga."
Wanita yang baru masuk dengan Lupusregina memiliki kecantikan seperti dari dunia lain, sama seperti Lupusregina.
"Kalau begitu, ketika kamu sudah siap, kita bisa mulai melakukan teleportasi langsung."
"Te-teleportasi? Anda bisa berteleportasi?"
Nfirea sepertinya berteriak. Meskipun Enri tidak tahu mengapa Nfirea terkejut, dia bisa menebak itu adalah hal yang besar.
Apakah menteleportasi Kepala Warrior dan yang lainnya juga hal yang besar?
"Ah, tidak. Ini bukan kekuatan saya, tapi kekuatan dari item magic yang Ainz-sama berikan pada saya."
"..Tanduk, juga potion. Mengapa dia begitu menakjubkan?"
Bahu Nfirea mengundur. Melhat sebuah kesempatan, Enri memutuskan untuk bertanya.
"Kalau begitu, apakah saya benar-benar boleh pergi? Dan adik saya juga!"
Hari ini adalah hari dimana penyelamat desa, Ainz Ooal Gown, mengundang Nfirea ke rumahnya. Namun, dia merasa tidak tenang ketika dia mendengar bahwa seorang gadis desa seperti dirinya pun bisa ikut pergi. Tuan rumah mereka adalah magic caster yang kuat, dan mereka adalah orang-orang yang hidup di dalam dunia yang benar-benar berbeda. Bayangan dirinya yang mungkin nanti secara tidak sengaja melakukan sesuatu yang kurang ajar membuat perutnya sakit.
"Tidak apa~ karena kita sedang merayakan penemuan baru dari Enfi-can, pacarnya En-chan juga bisa ikut, tidak masalah. Ainz-sama juga berkata demikian, yanno. Formalitas bukanlah hal yang besar."
"...Lupus, jaga bicaramu."
"Yuri-nee, ada apa dengan hal itu? Kita adalah teman, ya kan? En-chan~"
"Eh? Ah, ya. Ya. seperti itu. Mm."
Yuri menghela nafas dengan sebuah 'Haaa...', lalu berjalan ke depan dinding terdekat. Tiba-tiba, seakan muncul dari sebuah bentuk ruang kosong, sebuah lemari kayu raksasa muncul. Lemari itu cukup besar bagi orang-orang untuk bisa dilewati dengan leluasa, dan bagian luarnya berukir, jadi kelihatannya seperti lemari dekorasi.
"...Jangan-jangan ini sebuah 'kantung ruang'? Tidak, ini terlalu besar, seharusnya ini adalah mantra dengan tingkat yang lebih tinggi."
"Silahkan kemari, silahkan masuk ke dalam. Lupus, bisakah aku percayakan keamanan tempat ini kepadamu?"
"Aku mengerti su~"
Lemari kayu itu seharusnya menempel ke dinding, tapi ketika dilihat ke dalam, bagian dalamnya terlihat seperti memanjang ke dunia lain.
Yuri mengambil langkah pertama dan berjalan menembus ke sisi lain dari lemari tersebut.
Dia diikuti oleh Nfirea, dan beberapa saat kemudian, dengan Enri yang sedang menggenggam tangan Nemu.
Mereka menembus dinding di depan tanpa halangan, dan akhirnya tiba di dalam lorong besar yang luas, diapit oleh patung-patung di kedua sisinya yang seperti makhluk hidup dan terlihat seakan mereka mungkin akan bergerak.
"Uwah~"
Nemu berseru lirih saat dia melihat ke sekeliling plafon, mulutnya selebar matanya. Agar tidak terjatuh, Enri melihat ke depan pula.
"Menakjubkan..."
Lantai itu terbuat dari batu yang diasah, diatasnya ada karpet warna warni yang diletakkan untuk menunjukkan langkah ke depan. Enri merasa kagum hingga terbisu; dia membayangkan ini pasti bagaimana istana itu kelihatannya.
"Silahkan menuju jalan ini."
Suara Yuri membuatnya tersadar dari lamunannya, dan dia berpikir untuk sedikit lari agar bisa menyusul dua orang di depannya. Tapi karena itu akan sangat membuatnya tidak cocok dengan tempat seperti ini, Enri hanya mempercepat langkahnya untuk maju dengan cepat.
Setelah berjalan jauh, sebuah dinding muncul dengan pintu lemari padanya, mirip dengan yang mereka gunakan untuk masuk tadi. Namun, ada dua kunci perbedaannya. Pertama adalah pintu ini beberapa kali lebih besar daripada yang pertama, cukup besar untuk beberapa orang yang masuk dalam waktu yang sama. Kedua adalah karena gambar di sisi lain memantul pada pintu tersebut, dan lapisan magic berwarna warni terbuka di dalamnya.
"Kalau begitu, silahkan masuk seperti sebelumnya."
Enri dan Nfirea saling melihat satu sama lain.
"Kita akan pergi bersama."
Enri dan Nfirea bergandengan tangan. Dari kiri ke kanan berdiri Nemu, Enri dan Nfirea, dan bersama mereka berjalan masuk ke dalam pintu.
Dalam sekejap, diantara hujan kelopak bunga berwarna pink, ada pemandangan seorang wanita berpakaian merah di atasnya dan putih di bawahnya-
"Selamat datang~"
Sebuah paduan suara harmoni menyambut mereka.
Setelah melihat sekeliling, mereka telah tiba di dalam lorong yang bahkan lebih megah dari sebelumnya, dengan dua baris pelayan yang memiliki kecantikan luar biasa masing-masing sisi. Di ujung lorong berdiri seorang pria dengan jubah hitam yang terlihat seperti menyedot semua cahaya dari sekelilingnya, dengan mengenakan sebuah topeng aneh. Dia adalah penyelamat desa, Ainz Ooal Gown.
Enri yang panik terdiam di tempat dia berdiri.
Lampu tempat liling di plafon berkilauan, dan lantai marmer putih seperti tanpa noda.
Sebuah lorong yang luar biasa dan pelayan-pelayan cantik semuanya dalam dua baris. Itu seperti sedang berjalan ke dalam dunia fantasi.
Lupa dirinya sedang berada di dunia seperti impian yang fana, Enri secara tidak sengaja kehilangan pegangan tangan Nemu. Bagian dari pikirannya yang tidak benar-benar kewalahan oleh keadaan sekitarnya menyadari ini, dan selanjutnya, Enri kembali kepada kenyataan.
Nemu berlari di depan.
"Menakjubkan! Ini benar-benar menakjubkan!"
Nemu berteriak sangat keras saat dia lari. Dia berlari melewati dua baris pelayan, dan ke arah Ainz.
Dihadapkan dengan dunia yang mengagumkan bagi hati dan akal sehatnya, dia mengabaikan pegangannya dan membiarkan dirinya berlarian bebas.
"Ini super duper menakjubkan!"
"Nemu! Kemari!"
Enri mulai berlari sepersekian detik kemudian. Sikap kurang ajar Nemu membuatnya berkeringat di sekujur tubuh Enri.
Tapi apakah benar-benar tidak apa bagi hanya seorang gadis desa biasa seperti dirinya berlari di dalam dunia istimewa seperti ini, diapit oleh pelayan-pelayan cantik? Enri ragu, dan kakinya mengkhianati emosi dalam dirinya yang bertabrakan. Pada akhirnya, dia bergerak seperti katak yang setengah mati, mulai berlari lalu berhenti, pikirannya berlarian ke segala skenario terburuk yang ada.
Ketika Enri masih terpincang-pincang, Nemu sudah sampai di tempat penyelamat desa tanpa halangan.
"Apakah ini benar-benar sehebat itu?"
"Yup! Ini benar-benar menakjubkan!"
"Begitukah? Menakjubkan.. tidak, mungkin itu benar."
Ainz mengulurkan tangan, dan dengan pelan mengusap kepala Nemu.
"Apakah tempat aku tinggal semenakjubkan itu?"
"Yeah, ini benar-benar menakjubkan! Apakah anda membangunnya, Gown-sama?"
"Hahaha, ya, benar sekali. Temanku dan diriku yang melakukannya."
"Itu menakjubkan! Gown-sama dan teman Gown-sama semuanya menakjubkan!"
"Hah! hahahaha!"
Tawa yang cerah dan jernih menggema di seluruh penjuru lorong.
Saat ini, Nfirea dan Enri ragu-ragu menuju keduanya. Enri menggenggam tangan Nemu dengan erat, seperti semangat sekali tidak ingin melepaskannya.
"Kami berterima kasih atas undangannya dari lubuk hati kami yang paling dalam!"
"Tidak perlu seformal itu. Kita disini untuk merayakan produksi potion barumu. Santai saja."
"Gown-sama, saya benar-benar minta maaf. Adik saya Nemu sudah kurang ajar kepada anda."
"Benar kok, tidak usah dipikirkan. Dia memang tergerak oleh pemandangan dari kediamanku, ya kan? Itu bukan penghinaan bagiku."
Ainz kelihatannya memiliki suasana hati yang sedang baik saat dia membalas.
"Kalau begitu... selanjutnya, aku bermaksud bicara dengan Nfirea-kun... Nemu, bagaimana? Apakah kamu ingin meliat rumah yang aku, tidak, yang kami ciptakan bersama?"
"Ya! Aku ingin melihatnya! Aku ingin melihat rumah menakjubkan yang Gown-sama dan teman Gown-sama buat!"
Nemu berbicara sebelum Enri bisa menolaknya.
"Hahahaha, Bagus, bagus! Aku punya sesuatu untuk diperlihatkan kepadamu..."
Enri tidak mampu berbicara, ketika dia melihat suasana hati yang baik dari Ainz.
---
Enri duduk di kursi, teringat dia telah diminta untuk menunggu di dalam ruang terima tamu ketika Nemu diajak berkeliling.
Daripada dikatakan dia diundang kemari, lebih akurat disebut bahwa dia seperti seekor binatang kecil yang telah diambil dari sarangnya. Dia duduk tidak tenang, dan melihat sekelilingnya. Disampingnya - tak perduli dengan ukuran dari tempat ini, dua orang itu berdekatan satu sama lain - kekasihnya Nfirea juga tak mampu diam, mirip seperti seekor binatang kecil sendiri.
Enri bisa mengerti bahwa penyelamat desanya, magic caster yang dikenal sebagai Ainz Ooal Gown, adalah makhluk yang luar biasa, tapi apa yang telah dia lihat hari ini jauh diluar dari bayangannya yang paling liar.
Seakan dia telah menginjakkan kakinya ke dalam pemandangan impian yang bersinar, atau sebuah cerita dimana sang putri dan figur hebat lainnya mengambil bagian.
Perapian itu dihias dengan burung-burun kaca yang dipahat seperti makhluk hidup sempurna. Jika dia memecahkannya satu saja, dia bisa bekerja seumur hidup dan masih tidak bisa menggantinya.
Sofanya juga sangat indah, dan Enri penasaran apakah dia sudah mengotori sofa itu dengan pakaiannya.
Lampu gantung lilin, yang pertama dia pernah lihat selama hidupnya, tidak dinyalakan dengan obor, lentera, atau lilin, namun oleh magic malahan. Dia telah melihat cahaya magic sebelumnya di Guild Petualang E-Rantel, tapi lampu-lampu disana tidak bisa dibandingkan dalam hal kecerahan atau gayanya.
Perabotannya juga penuh citarasa dan mewah. Yang paling menarik perhatian adalah bobot dari meja kayu eboni di depannya. Meskipun Enri tidak tahu seberapa bernilainya hal semacam ini, dia masih bisa tahu jika ini adalah benda yang sangat berharga.
Potret wanita cantik menggantung di jendela, dilukis dalam detil yang rumit.
Bahkan karpet di lantai membuat Enri ragu-ragu untuk menginjaknya. Lembut sekali sehingga ketika duduk di sofa, dia perlahan mengangkat kakinya, berpikir bahwa lebih baik tidak membiarkan kakinya menyentuh lantai.
Enri sangat gugup sehingga hampir pingsan.
"Aku tahu seharusnya pergi bersamanya."
Meskipun Ainz menolak, bayangan Nemu pergi sendirian membuat perutnya gugup dan bergolak.
"Aku hanya berharap dia tidak menyusahkan Gown-sama..."
"Tidak apa, jangan khawatir. Gown-sama sangat baik hati. Kurasa dia akan membiarkan sikap kurang ajar kecil dari seorang gadis cilik."
"Mm, tapi, tahukah kamu, jika kamu membuat marah seorang bangsawan, kamu akan dipenggal..."
"Aku juga mendengarnya, tapi sejujurnya, aku tak pernah melihat hal itu sebelumnya. E-Rantel dan daerah sekelilingnya diurus oleh raja sendiri, jadi kukira bangsawan tidak akan berani membuat kekacauan.. Apakah Gown-sama adalah seorang bangsawan?"
"Apa bukan? Siapapun yang memiliki rumah tinggal yang mewah dan banyak pelayan cantik pastilah seorang bangsawan, ya kan? Tidak mungkin mereka bisa mengumpulkan semua ini jika bukan."
"Mmm? Begitukah? Sejujurnya, aku tidak yakin bahkan seorang bangsawan bisa mengumpulkan pelayan-pelayan cantik seperti ini."
Alis Enri naik membentuk sudut berbahaya.
Tidak apa baginya jika berkata pelayan-pelayan itu cantik, tapi ketika Nfirea mengatakannya, itu membuatnya merasa tidak enak. Saat dia memandang tajam kepada Nfirea - ada semacam ketukan di pintu.
"Eee!"
Bahu Enri bergetar tidak karuan, dan karena dua orang itu berhimpitan satu sama lain, getara itu disalurkan kepada Nfirea, yang juga gemetar.
Ketukan itu datang lagi. Enri tergopoh-gopoh memikirkan tentang arti dari ketuktan itu, dan sementara itu Nfirea membuka mulutnya.
"Ah, itu, silahkan masuk."
"Maafkan aku."
Cara Nfirea memberikan jawaban yang benar dengan tenang membuat Enri bingung, dan apa yang masuk adalah seorang pelayan yang sedang mendorong kereta perak. Dia adalah seorang wanita cantik, berpakaian sangat bersih dan berkilauan tanpa noda yang bahkan seorang amatir pun bisa mengenalinya sebagai pakaian pelayan kelas tinggi. Sebuah senyum ramah dan hangat menghiasi wajahnya. Namun, Enri khawatir jika setiap saat itu akan berubah menjadi ekspresi marah saat dia berseru, "Apa yang kalian berdua sedang lakukan!"
"-Minumannya sudah siap."
"Ti-Tidak perlu!"
Wajah pelayan itu menunjukkan kebingungan dan terperangah sesaat saat dia mencerna jawaban secepat kilat dari Enri. Lalu dia memutar tatapannya kepada Nfirea, lalu kembali kepada Enri.
"...Ah, apakah ini tidak apa?"
"Ah, ya."
Mungkin dia merasakan seberapa tegangnya Enri sehingga tubuhnya seperti membeku, atau kegugupan dalam diri Nfirea, tapi pelayan itu tersenyum, asli tidak pura-pura dan tak terpaksa. Dia mengatakan sebuah ucapan sederhana "Maafkan saya", lalu duduk di samping Enri. Lalu dia perlahan meletakkan tangannya ke bahu Enri yang gemetar.
"Emmot-sama, tolong jangan tegang. Emmot-sama dan Bareare-sama adalah tamu, yang harus kalian lakukan adalah bersikap santai dan tenang."
"Tapi, tapi.. ba-bagaimana jika kami memecahkan sesuatu disini..."
"Jangan khawatir. Ainzsama tidak akan terganggu meskipun benda-benda disini rusak."
"Tapi, tapi bagaimana? semua yang ada disini adalah..."
Bahkan memikirkan harga dari benda-benda yang dia lihat sekelilingnya saja membuat kepalanya sakit. Dan bagaimana bisa, benda-benda ini bukanlah masalah besar?
"Ya, Ainz-sama sangat berada."
"Itu-itu saya tahu."
Lagipula, dia adalah semacam orang yang akan memberikan begitu saja item-item yang mahal dan ampuh seperti tanduk-tanduk itu.
"Itulah kenapa, silahkan tenang saja. Selain disengaja merusakkanya, Ainz-sama akan tersenyum dan memaafkanmu atas segala kecelakaan. Dan meskipun apapun nanti rusak, bisa diperbaiki dengan magic."
"Meskipun anda berkata seperti itu, itu..."
"Saya mengerti. Kalau begitu, silahkan minum. Dengan begitu, anda akan bisa santai."
"Tapi..."
Enri menatap tempat teh yang ada pada kereta perak. Mereka dibuat dari porselain yang sangat indah, dengan pinggiran emas, dan di sisi sebaliknya adalah biru tua, diukir dengan desain yang menarik. Dan itu terlihat cukup rapuh sehingga Enri khawatir bisa pecah ketika menyentuhnya.
"Enri, minum saja. Tidak sopan menolaknya lebih jauh."
"Ah, kalau begitu, yang itu, terima kasih."
"Saya mengerti... hm, aku tahu, aroma dan rasa dari teh herbal adalah selera tersendiri. Apakah anda lebih memilih teh hitam tradisional malahan?"
"Ya, terima kasih."
Pelayan yang tersenyum itu menyiapkan teh untuk mereka dengan gerakan yang mengalir dan elegan. Setelah cangkirnya dibagsuh dengan air panas, dalam cara yang misterius dan tidak bisa dijelaskan, dia membuat teh di depan mereka berdua. Ditambah lagi dua cangkir berbeda berukuran kecil yang diletakkan di depan mereka.
"Silahkan tambahkan susu dan gula sebanyak selera anda."
Enri membuka tutup gula. Apa yang dia lihat adalah benda putih padat yang bukan mirip apapun kecuali bubuk salju. Gadis desa itu otomatis memindahkan beberapa kubus gula ke dalam cangkirnya, mengaduknya hingga larut. Setelah itu, dia menambahkan susu. Lalu, Enri meminumnya satu teguk, dan merasa wajahnya seperti akan meleleh.
"Ma-Manisnya!"
"Mm, kurasa menambahkan gula akan menjadikannya seperti itu. Jarang sekali kamu bisa mendapatkan rasa manis di desa, dan anda tidak mengembangbiakkan tawon... jika aku tidak salah, anda hanya memiliki sesuatu seperti sirup? Aku ingat ada magic untuk membuat bahan-bahan tapi itu adalah hal yang sama sekali berbeda..."
Lupa dimana dia sedang berada, Enri berseru kencang.
"Coba ingat-ingat sebisamu."
Sebelum dia bisa mendengarkan suara pengakuannya, Enri meminum satu teguk lagi teh merah, dan rasanya membuat hatinya tenang.
"Benar sekali, manis dan enak."
Saat ini, beberapa ketukan terdengar dari pintu. Pelayan itu bergerak perlahan ke arah pintu dan membukanya.
"Ainz-sama dan adik anda telah kembali."
Saat pintu terbuka, Nemu bergegas masuk ke dalam, tersenyum penuh. Ainz mengikuti di belakangnya.
"Nee-san! Benar-benar menakjubkan! Semuanya berkilauan dan cantik, benar-benar menakjubkan!"
Saat Nemu memeluk kakaknya di pinggang, Enri berdiri membungkuk kepada Ainz, sambil menjaga agar adiknya tidak mengotori lantai.
"Gown-sama! Saya minta maaf atas kurang sopannya adik saya!"
"Tentu saja tidak. Namun lebih kepada, aku yang harus minta maaf sudah membuatmu lama menunggu."
"Tidak lama kok. Kami yang sangat berterima kasih."
Ainz melambaikan tangannya mengindikasikan bahwa itu bukan masalah.
"Kalau begitu sebelum aku mendiskusikan masalahnya dengan Nfirea-kun, mari kita makan."
"Eh? Kami terlalu banyak menyusahkan-"
Menghadapi Nfirea yang panik, Ainz membalas dengan isyarat tangan tenang.
"Ini untuk memastikan transaksi dengan Nfirea-kun menguntungkan."
"Apa maksud anda dengan transaksi?"
"...Aku akan menjelaskannya sebelum kita makan."
Ainz duduk di sisi lain sofa.
"Sebagai awalnya, aku tidak berniat untuk memasarkan secara publik potion yang kamu buat. Atau lebih tepatnya, tanpa bahan-bahan yang kuberikan, kamu takkan bisa membuat potion ungu. Apakah kamu setuju?"
"Memang benar. Memang sulit untuk bisa sampai sejauh ini, meskipun jika kami menggunakan bahan-bahan yang diberikan oleh Gown-sama. Masih ada banyak faktor yang tak diketahui, seperti seberapa ampuhnya dan efek lainnya apa."
"Oleh karena itu, penawaran publik hanya akan menyebabkan masalah. Meskipun hanya menanyakan sumbernya saja tidak apa... kita tidak bisa yakin jika tidak ada lawan siapapun yang akan datang ke dalam operasi ini dengan kekerasan, ya kan?... Dan dari apa yang Lupusregina bilang kepadaku, desamu baru saja mengalami serangan monster. Ada kemungkinan jika monster ini, mencari perlindungan tembok yang kuat, menyerang desa untuk mencari aman. Apakah kamu tahu mengapa mereka melakukan ini, dan apakah kamu menangkap salah satunya?"
Tidak ada, Enri menjawab dalam hati. Ketka mereka mendengar raungan monster dari belakang - yang dibuat oleh troll yang ditemui oleh Enri dan Nfirea - para goblin hanya tidak memiliki waktu atau kemampuan untuk menangkap siapapun, dan hanya menyelesaikan pertarungan yang dihadapi saja sudah membuat mereka kewalahan sehingga tak ada musuh yang selamat.
Dan yang memakai pedang magic itu sangat kuat...
"Begitukah. Kalau begitu, sayang sekali... aku mempertimbangkan alasan mengapa desamu mungkin diserang, yang mana baru saja aku katakan kepadamu. Saat pertahanan desa semakin kuat, sebagai gantinya akan menciptakan lebih banyak masalah. Ketika sebuah obyek lebih berharga, itu akan diinginkan oleh lebih banyak pihak, benar khan? Mirip sekali, jika berita potion itu bocor..."
"...Kita harus membiarkannya rahasia."
"Aku lega kamu mengerti, Nfirea-kun. Jika kita bisa membuat potion merah dengan menggunakan bahan-bahan dari sekitar desa, tidak ada alasan lagi untuk membirkannya rahasia lagi.. begitulah, semua yang kita diskusikan setelah makan malam akan tetap rahasia. Itu adalah tugas untuk tetap merahasiakannya. Kalau begitu, persiapan untuk makan seharusnya akan segera selesai. Mari?"
"Ah, tidak, tidak perlu makan, bagaimana mungkin kami bisa ambil bagian dalam hal menakjubkan..."
Enri cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
"..Yah, meskipun aku tidak akan memaksamu... tapi bukanlah adalah hal yang langka makan steak naga sebagai hidangan utama?"
"Naga?"
Naga. Di dalam banyak cerita yang pernah Enri dengar, mereka adalah musuh dari manusia, tapi beberapa diantaranya adalah teman bagi keadilan. Namun, tak perduli cerita apapun itu mereka muncul, mereka selalu diibaratkan sebagai makhluk yang luar biasa. Apakah makhluk seperti itu bisa menjadi makanan?
Tidak mungkin. Dia pasti hanya bercanda dengan mereka.
Setidaknya, jika bukan Ainz yang mengatakannya, dia akan berpikir demikian.
Namun, karena itu adalah magic ccaster hebat di depannya yang bilang kepadanya hal ini, itu artinya ada kemungkinan yang besar itu adalah kenyataan.
"Kami juga punya makanan pencuci mulut. Apakah kalian pernah mendapatkan es krim? Meskipun di E-Rantel ada... kurasa aku tak pernah mencobanya. Es krim disana sedingin es, dan manis... dan mereka meleleh di mulutmu. Sesuatu seperti es atau salju manis."
Enri dan Nemu tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah.
"Itu adalah benda mewah kelas tinggi. Hanya satu saja harganya lebih dari uang untuk makan seharian."
"Kelihatannya Nfirea-kun pernah mencoba sesuatu seperti itu sebelumnya. Kalau begitu aku akan membuat lebih banyak es krim untukmu dari yang mungkin tak perna kamu bayangkan. Setelah itu - dimana menunya?"
Untuk membalasnya, pelayan mengucapkan kalimat yang sangat panjang.
"Untuk menu makan siang hari ini, kami akan menyajikan dua hors d'oeuvres. Pertama adalah sebuah hindangan dari Lobster yang ditusuk, yang mana adalah bentuk dari Noatun seafood, di dalam saus veloute. Kedua adalah hidangan dari 'Poiret's foie gras of Vidopnir'. Supnya adalah krim dengan gaya Alfheim dari sup kentang dan buat kastanyet manis. Kami memiliki daging pilihan sebagai hidangan utama, yang mana adalah 'marbled steak' dari naga beku kuno Jotunheim yang telah disebutkan oleh Ainz-sama tadinya. Setelah itu adalah hidangan pencuci mulut, yang mana adalah 'Golden Apple Compote', dihidangkan di dalam wine putih dan dengan topping yoghurt. Ditambah lagi, kami memiliki es krim rasa teh hitam dibungkus dengan daun emas. Untuk minuman setelah makan, kami mempertimbangkan kopi yang mungkin tidak cocok dengan selera semua orang, jadi kami juga memiliki jus buah persik segar. Itulah semuanya. Jika ada bagian apapun dari menu yang membutuhkan perubahan, silahkan bilang kepada kami dan kami akan langsung melakukannya."
Apakah itu tadi adalah bacaan mantra?!
Enri, yang tidak tahu apapun yang baru saja diucapkan, yakin seperti itu.
"Bukankah semua orang senang dengan foie gras? Kurasa anak-anak akan senang. Tolong tambahkan itu ke dalam menu untukku. Bagaimana dengan sesuatu yang ringan?"
"Ya, kalau begitu, kami akan tambahkan 'scallop salad' dan 'star plum confit' sebagai hors d’oeuvres."
"Hmm, begitulah.. apakah menu ini lebih baik dari sebelumnya?"
"Eh?! anda bertanya kepadaku."
Enri, yang tiba-tiba saja ditunjuk, menjawab dengan gugup. Akan sangat membingungkan jika dia terus berbicara tentang hal yang dia tidak ketahui ini.
"Ah, itu. Tidak. Uh. Saya serahkan kepada anda."
Butuh seluruh usahanya untuk bisa mengeluarkan satu kalimat. Ainz memberikan instruksi kepada pelayan untuk mempersiapkan makanan sesuatu yang disarankan.
Nemu melihat kepada Ainz dengan mata penuh pemujaan, menggumamkan kalimat 'menakjubkan' sndiri. Enri juga merasakan yang sama. Ini terlalu jauh dari dunia dimana dia biasa tinggal.
Orang kaya bisa menghabiskan uang untuk bermewah-mewahan. Dan mampu makan, bukan hanya untuk memenuhi perut, tapi tidak lebih hanya sebagai kesenangan, adalah bagian dari itu.
Kekayaan, pengetahuan dan kekuasaan. Seorang magic caster yang telah memiliki semua ini.
Dia adalah makhluk yang Enri sebagai seorang petani biasa berharap untuk bisa meraihnya, seseorang yang lebih baik dianggap sebagai seorang raja yang berdiri di atas awan. Magic caster bertopeng adalah individu yang mumpuni seperti itu.
"Kalau begitu, ayo kita pergi. Meskipun, aku tidak akan bersamamu. Kalian bertiga - benar sekali, keluargamu ini seharusnya menikmati makanan tanpa sungkan lagi. Setelah itu, kita akan mendiskusikan bisnisnya. Ah, aku harus bilang kepada Lupusregina untuk menambahkan satu orang lagi ke dalam daftar."
"Eh? Apa itu, Gown-sama?"
"Tidak, bukan apa-apa, Nemu."
Ainz berdiri, dan Nemu yang matanya berkilauan juga berdiri.
Wajah Enri yang sedikit berubah dari sedikit panas karena dianggap sebagai keluarga, tapi dia menyadari ada yang aneh dengan Nfirea, yang berdiri perlahan.
Mulutnya datar menjadi garis lurus, tidak berniat membukanya. Namun, Enri tahu rahasi untuk membuatnya mengendur.
Itu adalah dengan menatapnya. Melalui celah di dalam rambutnya, mata Nfirea berkedip maju dan mundur, sampai akhirnya, seakan menyerah, dia menghela nafas.
"Aku sedang berpikir bahwa aku tak bisa mengalahkannya. Tidak, aku tahu aku tak bisa mengalahkannya. Dia jauh lebih baik dariku sebagai seorang pria."
"Tapi kamu tahu khan kalau aku suka pada Enfi seperti itu, ya kan?"
Apakah perbedaan dalam level mereka sebagai seorang pria adalah hal yang sepenting itu? Sebagai seorang wanita, dia tidak mengerti seberapa signifikan itu.
Wajah Nfirea berubah menjadi merah cerah, lalu dia memegang tangan Enri.
"Mari kita pergi."
Tidak ada lagi kegelapan dalam kalimat itu.
Meskipun Enri tidak tahu mengapa perasaan kekasihnya telah berubah, bersemangat seharusnya berarti bahwa dia gembira. Sambil berpegangan tangan, Enri dan Nfirea menyusul Ainz dan Nemu.
==========