Massacre
Pembantaian besar-besaran
Dua pasukan membentuk baris pertempuran mereka di sepanjang lereng yang lantai di dataran merah, saling menatap satu sama lain.
Pasukan yang mengagumkan dari Kingdom berkekuatan 245.000 orang, dibagi menjadi sayap kiri 70.000 orang sayap kanan 70.000 orang, dan pasukan tengah 105.000 orang, menyebar ke seluruh topografi dari tiga bukit menjadi bentuk formasi perang mereka. Namun, ini bukan formasi yang disiplin, tapi lebih mirip dengan bentuk kebrutalan karena jumlah yang sangat unggul.
Lima tingkat paling depan adalah pasukan infanteri yang membawa tombak dengan dua tangan, masing-masing memiliki panjang setidaknya enam meter, dan memposisikan diri mereka menjadi barisan tombak.
Tugas mereka adalah berperang sebagai dinding berduri untuk seluruh pasukan, agar bisa membalas pasukan berat yang terdiri dari inti dari kekuatan tempur dari Empire. Mereka tidak menggunakan pagar anti pasukan kavaleri untuk alasan sederhana; melindungi begitu banyak orang akan membutuhkan terlalu banyak kayu. Sebaliknya, pengirimkan dan pemanfaatan pasukan bertombak akan lebih efektif.
Meskipun formasi ini sangat solid dan memiliki banyak masalah untuk penyerang manapun, namun juga memiliki kelemahan pula.
Karena formasinya sangat padat dan senjata yang dibawa sangat berat, yang bisa mereka lakukan hanyalah tetap di tempat dan mencegah serangan musuh. Oleh karena itu, mereka kurang dalam hal kemampuan bereaksi dengan cepat terhadap manuver musuh, dan jika Empire menggunakan pasukan pemanah atau magic, kerugian mereka akan sangat berat.
Namun begitu, tidak banyak yang bisa diharapkan dari rakyat biasa. Yang mereka butuhkan adalah mereka bisa mementalkan serangan pertama dari musuh.
Di lain pihak, Empire memiliki 60.000 orang.
Jumlah mereka sangat kalah jauh dari pasukan Kingdom.
Namun, Para knight Imperial merasa santai, tanpa ada sedikitpun tanda-tanda takut. Mereka tidak merasa akan kalah sama sekali.
Rasa percaya diri ini lahir dari pemahaman mereka terhadap kekuatan mereka sendiri.
Meskipun begitu, kenyataan bahwa ada perbedaan yang sangat besar dalam hal kekuatan militer dari kedua sisi. Meskipun bukan masalah jika mereka bisa bertempur selamanya tanpa lelah, itu adalah hal yang tidak mungkin bagi manusia. Ketika mereka lelah, bahkan sebuah jarak dalam kemampuan individu bisa ditutup dengan mudah.
Kingdom juga memiliki satu lagi keunggulan, dan itu sangat besar.
Itu adalah nilai dari nyawa setiap individu.
Kebanyakan dari pasukan Kingdom terdiri dari petani. Sebaliknya, Empire menurunkan pasukan profesional yang disebut knight. Ada perbedaan besar dalam hal waktu dan uang yang dihabiskan untuk melatih seorang petani - yang dianggap siap tempur jika mereka bisa memegang senjata dan mengikuti perinta - dan yang diperlukan adalah menghasilkan seorang knight. Setiap kekalahan Empire lebih berat dirasakan daripada kekalahan yang sama dari Kingdom. Empire hanya saja tidak bisa memebuang-buang knight mereka dalam serangan yang bodoh atau adu daya tahan tubuh.
Dengan berpikir demikian, sebuah pertempuran adu daya tahan di lapangan terbuka antara Empire dan Kingdom akan menjadi keunggulan Kingdom.
Karena hal ini, peperangan yang dilakukan antara Empire dan Kingdom biasanya hanyalah pertempuran-pertempuran kecil.
Tujuan Empire akan bisa dicapai hanya dengan menarik rakyat Kingdom ke medan perang. Tidak perlu membuang-buang nyawa para bangsawan atau prajurit terlatih, dan Kingdom tahu betul hal ini.
Pertunjukan mencolok yang disengaja ini adalah apa yang terjadi selama ini antara Empire dan Kingdom.
Meskipun jika magic caster yang disebut Ainz Ooal Gown itu ikut ambil bagian, pasti masih akan tetap berarkhir dalam pertempuran-pertempuran kecil. Itulah yang pemikiran dari kebanyakan bangsawan dari Kingdom. Lagipula, knight dari Empire bukan hanya pasukan militer saja, tapi pasukan polisi juga. Kerugian yang tidak perlu bagi mereka akan mengancam stabilitas dari Empire.
Dan begitulah, para bangsawan menunggu gerakan selanjutnya dari Empire.
Melihat tradisi, pasukan Imperial akan berparade di depan pasukan Kingdom, lalu mundur. Lalu kingdom akan meneriakkan suara kemenangan.
Begitulah yang selama ini selalu terjadi.
Namun...
Pasukan Imperial tidak bergerak.
Tidak ada tanda-tanda gerakan dari castrum yang mirip dengan benteng itu, tidak ada manuver dari pasukan yang akan memamerkan diri di depan pasukan Kingdom. Seakan mereka sedang menunggu Kingdom membuat gerakan pertama, atau ada hal lainnya.
"Tak ada yang terjadi, ada apa?"
Inilah yang terjadi di kamp utama, dimana raja berada. Kamp utama diposisikan di dekat barisan belakang dari pasukan tengah, di belakang 105.000 pasukan.
Marquis Raeven berdiri di samping Gazef, berbicara denganya saat dia mengamati knight-knight Imperial yang tidak bergerak dari titik pengamatan di atas bukit yang sedikit lebih tinggi daripada yang lainnya.
Jika Empire tidak bergerak, begitu pula dengan Kingdom.
Sebuah serangan oleh Kingdom sekarang ini adalah tindakan yang bodoh, melihat mereka sudah membentuk barisan tombak. Tentu saja, ini pernah dicoba sebelumnya; sebuah serangan pendahuluan ke arah bangsawan Empire. Namun, para penyerang langsung dibantai dalam sekejap, dan hasilnya Kingdom menderita kekalahan yang besar.
Sejak saat itu, taktik yang lebih dipilih oleh Kingdom terhadap Empire adalah membentuk barisan tombak dan mempersiapkan diri menerima serangan. Jika mereka bisa memancing musuh maju ke arah mereka, tidak perlu lagi terjun langsung yang lebih beresiko.
"Baiklah, kelihatannya mereka sedang menunggu kita..."
"Negosiasi akhir sudah gagal, jadi mereka seharusnya segera ikut bertempur... Kapten Warrior - Gazef-dono, apakah anda tahu apa yang mungkin sedang ditunggu oleh Empire?"
Tiga puluh menit yang lalu, wakil dari kedua pasukan mulai melakukan negosiasi di area tengah diantara mereka. Memang benar, itu hanyalah sebuah statemen untuk kondisi menggelikan dari kedua belah pihak yang sulit sekali dianggap sebagai sebuah negosiasi. Memang benar tujuannya adalah untuk menunjukkan kepada masing-masing pihak mereka bisa saja menghindari peperangan hingga detik-detik terakhir.
Dan tentu saja, negosiasi itu akan gagal, dan itu akan menjadi sinyal untuk memulai pertempuran.
Di dalam keadaan yang biasa, pasukan Imperial akan segera bergerak keluar. Namun, ini tidak berlaku dan mereka tetap tidak bergerak.
"Meskipun anda bertanya kepada saya, tapi saya tidak memiliki jawaban untuk diberikan. Apakah anda tahu sesuatu tentang ini?"
"Anda saja saya tahu. Saya tidak terlalu familiar dengan masalah militer. Biasanya saya menyerahkannya kepada bawahan saya untuk menanganinya."
"Saya sulit sekali mempercayainya jika Marquis yang sangat pandai tidak tahu apapun tentang musuhnya."
"Tidak tahu apapun... Gazef-dono jangan memaniskan kalimat anda."
"Apakah saya membuat anda tersinggung? Saya minta maaf jika begitu."
"Hahaha, tidak perlu minta maaf. Itu adalah nada yang jauh lebih baik dibandingkan dulu."
Alis Gazef mengerut, saat kejengkelan mulai merambat di dirinya.
"Hahaha. Begitulah yang sebenarnya. Memang kenyataannya saya bukan jenderal dan itu bukanlah sebuah kebohongan. Saya beruntung saja memiliki bawahan yang merupakan pemimpin yang baik, jadi saya serahkan urusan militer kepada mereka."
"Jangan-jangan... salah satu mantan petualang bekerja untuk anda, yang dulunya terkenal ketika keributan iblis di ibukota?"
"Ah.. bukan. Mereka ada di sebelah sana."
Raeven menunjuk ke sekelompok yang terdiri dari lima orang yang berdiri bersama-sama.
Meskipun mereka semua memang terlihat paruh baya, dan kekuatan mereka sudah tidak seperti dahulu, mereka pernah menjadi petualang dengan peringkat orichalcum di masanya, dan itu ada sesuatu dari cara mereka membawa diri yang membuat Gazef merasa bahwa dia harusnya tidak menganggap enteng mereka.
"Mereka akan menjadi bodyguard saya ketika perang."
"Dengan orang-orang seperti ini yang melindungi anda, Marquis Raeven, saya yakin anda tidak akan ada masalah kembali dengan selamat ke ibukota... yah, selama mereka tidak berhadapan dengan magic caster hebat itu. Benar juga, lalu bagaimana dengan ahli strateginya?"
"Kurasa Gazef-dono akan mengenalnya, karena dia hanyalah orang biasa dari daerah saya. Saya tahu namanya dari saat ketika dia menggunakan milisi desa untuk mengalahkan pasukan goblin yang menyerang dengan dua kali ukuran mereka. Sejak saat itu, saya mempercayakan perintah pasukan rumah saya dan berbagai tugas lainnya. Yang mengejutkan adalah dia tak pernah sekalipun kalah dalam perang. Dia juga adalah bawahan saya."
"..Saya ingin sekali melihat komandan yang sangat dipuji oleh Marquis Raeven itu. JIka dia benar-benar seperti yang anda katakan, kita mungkin bisa saja memberinya komando atas pasukan bersenjata Kingdom."
"Jika anda memberikan itu kepadnaya... berikan dia komando lengkap dari militer, dengan pasukan kerajaan yang bergerak bersama-sama di bawah perintahnya, kita mungkin bisa membuat tetangga kita berdiri dan berkata, 'Pasukan dari Re-Estize Kingdom tidak boleh diremehkan'..."
Gazef saling bertukar tatapan dengan Raeven, menghela nafas, lalu tersenyum.
"Para bangsawan tidak akan membiarkan orang biasa naik hingga posisi itu. Itu tidak lebih dari fantasi sesaat."
"Tentu saja tidak mngkin jika para bangsawan masih terpecah ke dalam fraksi-fraksi mereka."
Empire mengatur pasukannya dengan menunjuk seorang jenderal pada tiap-tiap legiunnya, di bawah dia yang berperang sebagai komandan divisi, komandan brigade, dan pejabat lainnya, semuanya diatur dengan ketat.
Sebaliknya, pasukan Kingdom terdiri pasukan rumahan dan para petani yang bisa dikumpulkan dari masing-masing bangsawan Kingdom. Raja adalah komandan keseluruhannya, tapi tiap-tiap pasukan akan bertindak ketika mereka cocok melihatnya.
Dengan kata lain, itu adalah sekumpulan orang yang tidak cocok.
Meskipun Gazef memiliki gelar Kapten Warrior, pada akhirnya, dia hanyalah komandan dari pasukan pribadi sang raja, dan dia tidak memiliki otoritas untuk memberikan perintah kepada para bangsawan. Memang bisa saja sang raja memberikan perintah agar para bangsawan mendengarkan Gazef, banyak bangsawan yang akan membencinya karena menerima perintah dari orang biasa, dan itu akan menabur benih kebencian di masa depan. Raja pun tahu hal ini, dan tidak memberikan perintah apapun yang seperti itu.
Dua orang itu mempertimbangkan posisi mereka di dalam Kingdom, lalu menghela nafas dalam-dalam. Dan kemudian, mereka bertukar tatap, lalu tertawa.
Percakapan ini seharusnya ada di tempat lain, bukan di ambang adu pedang dan pertumpahan darah.
"Meskipun kita bisa pulang hidup-hidup, masih ada medang perang lain yang menunggu disana..."
"Aku dengar begitulah artinya menjadi bangsawan?"
"Setelah semua ini selesai, aku akan memberikan petisi kepada raja untuk mengangkatmu sebagai bangsawan. Aku merasa marah jika juara sang raja tidak menghadapi para bangsawan seaktif seharusnya."
Meskipun Raeven terlihat seperti bercanda, Gazef bisa merasakan dari cahaya di matanya jika dia serius.
Memperlihatkan emosi seseorang dengan tulus adalah sebuah sebab perayaan ketika itu datangnya dari orang-orang yang bisa menyembunyikan perasaan mereka dengan baik, tapi lain ceritanya jika itu bukan emosi positif. Gazef cepat-cepat merubah topik.
"...Mari kita kesampingkan hal itu sekarang. Mengapa tidak kita bawa saja ahli strategi anda kemari, dan mendengar pendapatnya...ah, memanggilnya kemari akan sulit."
"Lagipula, dia sudah diberi tugas kamp utama. Saya tidak berani menggerakkannya untuk hal-hal yang tidak perlu ketika kita tidka tahu apa yang direncakan oleh Empire."
Meskipun para bangsawan telah bersumpah setia bekerja sama untuk Kingdom, pada akhirnya, harta benda Raeven masih merupakan prioritas teratas. MEmang wajar jika dia menolaknya.
"Haaaa... meskipun kita sudah melakukannya berkali-kali sampai menjadi rutinitas, mungkin ini bukan jalan yang benar untuk situasi tertentu seperti ini. Meskipun tak ada yang ingin melawan Empire secara terang-terangan, jika mereka benar-benar menyerang, maka akan lebih baik bagi kita dan moral kita untuk segera selesai."
Gazef bisa merasakan rasa tidak nyaman dari pasukan Kingdom. Saat dia mencoba untuk menentukan penyebabnya, dia mengerutkan alis.
"...Ternyata begitu. Jika dipikir-pikir, ini mungkin adalah tipu daya dari Imperial; buat kita menjadi cukup khawatir agar bisa membuat gerakan. Sulit untuk berkoordinasi dan mengendalikan begitu banyak pasukan, jadi sedikitpun gesekan di unit manapun bisa membesar menjadi kekacauan jika berlangsung cukup lama. Pasukan dalam jumlah besar memang sulit diserang, tapi ketika mereka hancur dan lari, mereka akan dengan mudah bisa diburu dan dibunuh. Itu sama halnya dengan prinsip yang digunakan oleh binatang ketika berburu."
Raeven yang terkejut mengikuti garis pandangan Gazef kepada pasukan yang terlihat khawatir di sayap kiri, dan sikap setuju terlihat di wajahnya.
"Itu..... kelihatannya mereka sedang merotasi pasukan yang ada di dalam menjadi barisan depan."
"Jika saja itu hanya mengatur formasi.."
"Itu adalah bendera dari Marquis Bowlrob. Kelihatannya komandan yang bertanggung jawab di sayap kiri bergerak ke depan."
Kingdom menempatkan para bangsawan dari fraksi bangsawan di kedua sayap, sementara mereka yang berada di fraksi kerajaan dikumpulkan di tengah.
Raja Ranpossa III adalah komandan keseluruhan dari pasukan tengah, sementara Marquis Bowlrob mengomando sayap kiri.
"Aneh sekali, menggerakkan komando seseorang ke depan formasi. Apakah anda melihatnya, Gazef-dono? Marquis menggunakan pasukan elitnya yang setia kepada dirinya. Rencananya adalah untuk membuat mereka mencolok dalam perang terhadap knight dari Imperial, di bawah tatapan dari para bangsawan yang berkumpul. Dengan begitu dia akan membuat sebuah reputasi untuk dirinya sendiri sebagai tuan dari unit terkuat di dalam Kingdom."
Raeven melemparkan tatapan menantang kepada Gazef. Apakah anda akan membiarkan orang lain mendapatkan kemenangan yang lebih besar dari kelompok warrior yang anda cintai, begitulah sepertinya yang dikatakan.
Gazef tidak memakan umpannya.
"Tugas dari kelompok warrior adalah melindungi sang raja. Kita tidak akan bergerak tanpa perintah langsung dari raja, meskipun menyuarakan serangan. Tidak ada tugas yang lebih besar dari kami selain memastikan raja pulang ke ibukota dengan aman."
Gazef menepuk pedang di pinggangnya.
"Atau mungkin saja, aku harus menangkis serangan musuh sendirian."
"Apakah itu... salah satu pusaka Kingdom, Razor Edge..ah, ternyata begitu."
Marquis Raeven melangkah mundur, lalu mempelajari Gazef dari atas hingga bawah.
Gauntlets of vitality, yang menetralkan lelah. Amulet of Immortal, yang membuatnya bisa menyembuhkan luka sendiri. Armor yang dibuat dari logam adamantite, logam terkeras yang dikenal manusia, dan ditambah dengan magic yang bisa mementalkan pukulan yang berbahaya. Dan akhirnya, Razor Edge, sebuah pedang magic yang dibuat dengan ketajaman absolut yang pernah diingat, bisa mengukir logam seperti mentega.
“Mungkin harta karun terbesar dari Kingdom adalah dirimu sendiri, yang memakai perlengkapan harta karun lainnya. Aku pernah mendengar Kingdom memiliki lima harta karun, tapi kelihatannya mereka semua telah dikumpulkan sejak awal.
Gazef tersipu saat dia dipuji sebagai sebuah harta karun, meskipun dia tahu itu hanya senda gurau.
“Ah, tolonglah Marquis. Sang raja jauh lebih hebat dari diriku. Yang mulia telah mempercayakannya kepada yang orang biasa ini, item-item ini, meskipun dia tahu apa itu artinya.”
“Itu adalah pendapat yang beralasan. Sejujurnya, aku merasa itu adalah gerakan yang bodoh karena sudah memberikan harta karun itu kepadamu, yang orang biasa. Itu semua akan semakin menjadi alasan orang-orang meninggalkan Fraksi Kerajaan. Namun, sekarang kita bertarung bersama-sama, mau tidak mau aku harus berpikir bahwa itu mungkin adalah pukulan jitu dari raja, tapi itu hanya harapan saja.”
“Jika saja aku bisa mencapai ekspektasimu...”
Gazef melihat ke arah para knight dari Baharuth Empire yang sedang berbaris.
Tidak ada yang dia kenal sebagai lawan yagn kuat di dalam Empire, disamping Triple Magic Caster, Fluder Paradyne. Dengan memakai perlengkapan penuh seperti ini, dia bisa mengalahkan Fluder, pikirnya dengan muram.
Di lain pihak, dia tidak merasa memiliki peluang sedikitpun bisa mengalahkan Ainz Ooal Gown.
Dia bahkan tidak bisa membayangkan kemungkinan itu.
Tak perduli seberapa keras dia mencoba untuk bersikap optimis, memikirkan bagaimana cara dia mengalahkannya, satu-satunya pikiran yang muncul di otak adalah dirinya yang dihancurkan oleh magic caster misterius itu.
“Ada apa?”
“Bu-Bukan apa-apa...”
Dia tahu dia adalah warrior terhebat di dalam Kingdom. Membiarkan dirinya terlihat lemah hanya akan melemahkan moral pasukan.
“Ah, tidak.. aku hanya sedang memikirkan nasib pangeran Barbro yang malang..”
“Pangeran yang malang... jangan-jangan... oh begitu. Begitukah? Gazef-dono juga merasakannya... ternyata begitu.”
“Apa yang coba anda katakan?”
“Maksudku, jangan-jangan Gazef-dono merasa sang raja mengirimkan pangeran ke desa Carne agar dia tidak bisa menunjukkan diri...?”
“Apakah bukan begitu?”
Raeven tersenyum tipis.
“Mhm, yah, aku tidak setuju. Aku merasa Yang Mulia benar-benar percaya dengan Gazef-dono.”
Marquis Raeven memutuskan untuk menjelaskannya ketika dia melihat Gazef yang sama sekali tidak paham.
“Sang raja telah mengakui kekuatan dari Ainz Ooal Gown, lawan yang sangat diwaspadai oleh bawahannya Kapten Warrior yang paling dia percaya, Kapten Warrior. Daripada mengambil resiko anak kesayangannya bertempur melawan situasi yang tidak diketahui seperti itu, sebagai gantinya dia mengirimnya ke tempat yang lebih aman dimana dia bisa meraih sesuatu dalam keadaan yang relatif aman... Meskipun, sejujurnya, aku yang dulu akan sangat marah dengan cara seseorang yang mengirimkan putranya ke tempat yang aman sementara orang lain mengirimkan keturunannya ke medan perang.”
Raeven tersenyum dengan sikap seorang ayah.
“Tentu saja, sekarang aku mengerti mengapa beliau melakukan hal seperti itu. Aku juga pasti akan melakukan hal yang sama agar bisa memastikan keselamatan putraku.”
“Ah, Marquis. Itu adalah ucapan yang sangat kebapakan.”
Raeven tersenyum. Itu adalah sebuah senyum yang setara dengan sebagian lembut, gembira dan bangga, sebuah senyum yang Gazef rasa sangat tidak cocok dengan pria itu.
“Yah, aku sendiri adalah seorang ayah, lagipula. Aku sudah berjanji kepada putraku demikian, setelah peperangan ini selesai, aku akan pergi bermain dengannya selama yang dia mau, seperti ayah biasa. Ah – kita sudah melenceng dari topik. Mari kita biarkan saja seperti itu. Meskipun... kelihatannya Pangeran Barbro sangat tidak mengerti sudut pandang dari sang raja. Rasanya sedikit menyedihkan bagaimana seorang ayah yang perasaannya tidak tersampaikan kepada sang anak.”
Gazef berusaha memikirkan bagaimana caranya menjawab Marquis. Sulit baginya, yang tak memiliki anak sendiri, meletakan dirinya ke dalam pemikiran itu.
“Benar, benar. Ngomong-ngomong, apakah mungkin mereka akan meluncurkan serangan sembunyi-sembunyi ke E-Rantel dengan pasukan terpisah? Meskipun itu tidak disukai, kita tidak bisa begitu saja mengesampingkan kemungkinan tersebut.”
Gazef merasa perubahan topiknya sangat dipaksakan ketika dia bicara, tapi ternyata, Raeven mengikutinya.
“Bukan masalah yang mudah menyerang E-Rantel, dilindungi oleh tiga lapis dinding penutup. Meskipun jika sisa dua pasukan Empire digerakkan dengan penuh, itu akan menjadi tugas yang sulit bagi mereka. Ahli strategiku berkata itu tidak mungkin.”
“Benarkah? Bagaimana jika mereka memiliki binatang terbang, atau sebuah pasukan rahasia dan semacamnya?”
“Masih tetap tidak mungkin kelihatannya. Sang sulit mengambil alih sebuah kota dengan jumlah orang yang sedikit.. Ngomong-ngomong, Gazef-dono. Apakah anda tahu syarat yang dibutuhkan agar bisa menaklukkan kota dengan sukses?”
Gazef menggelengkan kepalanya.
“Dia harus mengahdapi Kingdom dalam pertempuran terbuka dan mendapatkan kemenangan yang luar biasa. Jika penyerangnya menang dengan selisih sedikit saja, mengatur populasi yang ditaklukkan akan menjadi sulit, setidaknya. Penduduk tidak akan merespon dengan baik para penyerang dan akan bangkit memberontak kapanpun. Jadi meskipun jika Empire menggunakan pasukan terpisah untuk menyerang E-Rantel, selaam prajurit kita memiliki kekuatannya, mereka akan langsung bertarung dari gigi hingga kuku agar bisa mengambil alih kembali kota mereka. Oleh karena itu, Empire memerlukan kemenangan total. Dengan begitu, para penduduknya akan ketakutan terhadap penaklukkan yang keji, dan para prajurit tidak akan mampu mengambil tindakan.”
Dengan kata lain, Baharuth Empire harus menang disini. Ditambah lagi, mereka harus memperoleh kemenangan penuh dan absolut, sehingga Kingdom Re-Estize tidak akan mencoba merebut kembali E-Rantel.
Tiba-tiba saja, Gazef merasa bahwa dia sudah mengumpulkan seluruh puzzle. Namun, menyatukannya dengan benar masih jauh dari kemampuannya.
Sebuah sifat jengkel yang membosankan menyiksa Gazef.
“Ada apa, Gazef-dono?”
“Tidak...”
Gazef ingin mengatakan kepada Raeven bagian-bagian puzzle yang bertebaran dan berhasil dia kumpulkan menjadi satu di kepalanya. Dia percaya bahwa Raeven, dengan kecerdasannya yang unggul, bisa mendapatkan pencerahan dari potongan-potongan puzzle itu yang tidak bisa dia dapatkan. Namun, saat itu, mata Marquis terarah kembali kepada formasi pasukan Baharuth Empire.
“Gazef-dono. Kelihatannya mereka melakukan pergerakan.”
Pasukan Baharuth Empire terbelah menjadi dua. Saat Gazef penasaran apakah mereka berencana melakukan serangan ke arah sayap kiri dan kanan pasukan Kingdom Re-Estize, dia melihat bendera yang asing berkibar di udara.
Itu adalah sebuah bendera yang tak pernah Gazef lihat sebelumnya, dihias dengan simbol aneh yang bukan merupakan milik Kingdom atau Empire. Rombongan yang mengibarkan bendera itu bergerak maju.
Semua mata tertuju kepada rombongan itu.
Lalu... jantung Gazef berdegup kencang karena teror. Raeven, yang sedang berdiri di sampingnya dan melihat hal yang sama seperti dirinya, menelan ludah dengan keras. Mengetahui bahwa dia bukanlah satu-satunya yang merasakan hal itu, rasa pahit mulai muncul di belakang mulutnya, dan jantungnya berdebar kencang.
Sebuah pasukan besar monster.
Yang muncul adalah sekelompok pengendara berjumlah sekitar lima ratus. Kelihatannya sangat tidak signifikan jika dibandingkan dengan dua pasukan yang saling berhadapan.
Tapi knight-knight itu.. mereka sangat tidak biasa. Mereka kelihatannya seperti memancarkan udara yang menyesakkan yang bisa dia rasakan meskipun dari jarak yang jauh.
Hal itu menstimulasi ingatan Gazef ketika dia ada di desa Carne. Ainz pernah berkata itu adalah seorang knight yang dia ciptakan, tapi sebenarnya itu adalah seorang monster. Jumlahnya sekitar dua ratusan, membawa perisai raksasa dan memakai armor berduri seperti yang pernah dia ingat dahulu.
Sisanya mirip dengan pasukan yang bukan manusia, tapi mereka memakai armor kulit, dan dipersenjatai dengan kapak, tombak, crossbow atau senjata-senjata yang mirip.
Jika yang sebelumnya adalah knight, maka yang terakhir bisa disebut warrior.
Tapi apapun mereka itu, mereka bukanlah manusia. Mereka adalah monster, sampai ke tulang rusuknya.
Lalu, ada juga makhluk yang mereka kendarai. Itu adalah binatang buas yang terbuat dari tulang, dengan balutan kabut yang menggantikan daging dan darah mereka. Kabut itu bertebaran dimana-mana, mengeluarkan cairan kuning dan hijau zamrud.
Debaran jantung menyebar ke seluruh tubuhnya.
Ini gawat.
Ini sangat gawat.
Gazef cuman tidak memiliki ucapan yang tepat untuk bisa menjelaskan situasi ini lebih jelas.
“...Empire telah memasukkan monster-monster dalam barisan pasukan mereka, kelihatannya. Ini benar-benar mengejutkan. Itu membuat jantungku sangat berdebar.”
“...Tidak. Salah, Marquis Raeven. Bukan itu masalahnya. Apa yang Marquis rasakan sekarang... tubuh anda yang rasakan dengan degup jantug... bukanlah hal yang mengejutkan.”
“Kalau begitu apa itu?”
Gazef menjawab Raeven dengan cepat, yang kelihatannya sudah kehabisan kata-kata.
“Kematian. Ketakutan akan mati, yang bergulung di dalam diri semua makhluk hidup.”
Mengalihkan matanya dari Raeven yang terlihat sangat gemetar, Gazef melihat ke arah pasukan Baharuth Empire.
“Kuda-kuda seperti enggan. Bahkan kuda-kuda yang terlatih, kuda perang yang sudah tertempa mau tidak mau tidak bisa berusaha maju melawan ketakutan itu.”
“...Lalu mereka itu apa? Sebuah divisi rahasia dari Empire?”
“..Tidak mungkin. Jangankan memanfaatkan, monster-monster itu bukanlah makhluk yang bisa dikendalikan oleh manusia.”
Gazef tidak tahu apa-apa dengan identitas sebenarnya dari monster-monster ini, tapi naluri warriornya sudah cukup memiliki informasi yang bisa membuatnya mengeluarkan kesimpulan.
“Mereka... mereka pasti para knight Ainz Ooal Gown!”
“Apakah itu.. pasuakn dari magic caster yang kamu takuti?!”
“Marquis Raeven! Tolong kumpulkan para mantan petualang segera! Agar bisa merencanakan tindakan kita selanjutnya, kita harus meminjam pengalaman dari mereka yang pernah melawan banyak monster dan bisa selamat!”
“Un-“
Dia ingin membalas bahwa dia mengerti, tapi sebelum itu, bodyguardnya sudah bergerak. Namun, itu memang bisa diduga. Mereka tahu ancaman yang mereka hadapi jauh lebih baik daripada Gazef.
“Marquis!”
Para mantan petualang datang dengan mengendarai kuda.
“Apakah anda melihatnya? Apakah anda merasakannya?”
Petualang yang ada di depan mereka adalah pemimpinnya, seorang paladin of the Fire God (Paladin Dewa Api), Boriz Axelson.
Di dalam suaranya penuh dengan ancaman ketakutan yang tidak bisa dia sembunyikan.
Raeven tidak bisa bicara. Gazef mengerti mengapa.
Ocehan tidak tenang muncul dari para petualang, dan sebagian besar pasukan berkumpul disini.
Ini bukan lagi waktunya memperhatikan etika. Gazef bicara kepadanya.
“-Katakan kepadaku! Apa itu? Tidak perlu menyapaku! Tolong katakan kepadaku semua yang kalian tahu, sekarang!!”
Boris menggenggam simbol suci yang menggantung di lehernya. Itu adalah sebuah tanda penangkalan.
“...Kami tidak bisa yakin, tapi kami percaya makhluk yang mereka kendarai adalah monster legendaris yang dikenal sebagai Soul Eater. Mereka adalah makhluk undead yang lapar terhadap jiwa dari makhluk hidup. Menurut legenda, mereka pernah sekali muncul meluluhlantakkan sebuah kota di kerajaan Beastmen.”
“Lalu... berapa banyak korbannya?”
Keheningan yang terjadi selanjutnya, kalimat Boris yang terucap dengan panjang, panjang sekali.
“—Seratus ribu.”
Nafas Gazef tertahan di tenggorokan.
“...Hanya tiga Soul Eater sudah menghancurkan seluruh kota yang mereka temui. Sembilan puluh lima persen orang-orang yang hidup disana, lebih dari seratus ribu orang, terbunuh. Kota itu akhirnya diabaikan dan masuk ke dalam legenda sebagai Silent City (Kota Sunyi).”
Sebuah keheningan yang dalam jatuh kepada kelompok itu.
“..Dan ada lima ratus makhluk seperti itu disana?”
Tak ada yang bisa mengumpulkan tenaga untuk bisa menjawab Raeven.
Gazef memaksa dirinya membuyarkan keheningan.
“Seperti yang kubilang, aku sulit sekali percaya Empire bisa menaklukkan monster-monster dengan level itu menggunakan kekuatan mereka sendiri. Bahkan magic caster yang kuat itu, Fluder Paradyne, seharusnya tidak bisa melakukannya. Itu artinya –“
Dia tidak perlu menyelesaikan kalimatnya. Marquis Raeven mengerti.
“Itu... adalah kekuatan dari Ainz Ooal Gown? Kalau begitu, lalu... bagaimana dengan makhluk yang mengendarai monster-monster itu?”
“Itu...”
Para petualang terlihat gugup satu sama lain.
“Itu, kami tidak tahu. Kami hanya tahu yang pasti mereka sangat berbahaya sekali. Tidak, saya minta maaf. Seharusnya saya tidak menggunakan istilah yang tidak jelas seperti bahaya. Namun, saya tidak bisa terpikirkan istilah lain lagi yang bisa menjelaskan apa yang sedang kita hadapi sekarang.”
“Lalu, apa yagn harus kita lakukan sekarang? Gazef-dono?”
Gazef membalas tanpa membuang-buang waktu.
“Mundur.”
Mereka mengerti bahwa musuh sudah mempersiapkan pasukan yang sangat membuat ternganga. Dengan berpikir demikian, apa lagi yang bisa mereka lakukan selain lari?
“Nasehati sang raja agar memerintakan untuk mun-“
Gazef tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.
Itu karena seorang magic caster bertopeng berdiri di depan musuh. Di kanannya ada orang yang pendek dengan jubah dan mantel. Di kirinya berdiri salah satu dari Empat Knight dari Empire.
Bahkan dari jarak ini, Gazef tidak salah lagi mengenali pria itu yang tidak lain adalah...
“..Gown-dono.”
“Apakah itu magic caster yang dimaksud, Ainz Ooal Gown?!”
“Apakah dia yang memanggil Soul Eater? Dia? Marquis Raeven, kami-“
Warrior yang tak kenal takut di dalam pertempuran yang tak terhitung jumlahnya menelan ludah dengan keras, dan melanjutkan dengan suara yang rendah.
“—Kejadian macam apa yang sudah kita masuki?!”
Ainz melambaikan tangan. Lalu dibalas dengan sebuah lingkaran magic yang berbentuk seperti sebuah kubah dan memiliki radius sekitar sepuluh meter, yang tiba-tiba muncul. Dia berada di tengah-tengahnya. Orang-orang yang ada di kiri dan kanannya tercakup kedalamnya, tapi kelihatannya mereka baik-baik saja. Dia mungkin tidak akan melukai sekutunya sendiri.
Pemandangan yang aneh ini menarik perhatian setiap orang, meskipun mereka tahu ini adalah keadaan darurat.
Lingkaran magic itu berkilauan dengan cahaya putih pucat, dan simbol transparan muncul di seluruh panjang dan lebarnya. Sigils (Simbol-simbol yang tergambar) berubah-ubah dengan cepat, berubah antara tulisan kuno dan tulisan-tulisan yang tidak pernah dilihat oleh siapapun sebelumnya.
Pasukan Kingdom ternganga karena terkejut. Itu seperti melihat pertunjukan cahaya yang spektakuler, dan tidak ada rasa takut dan ketegangan di suara mereka. Namun, pria tertajam diantara mereka mulai melihat keadaan sekeliling dengan perasaan tidak nyaman yang jelas terlihat.
“Aku kembali ke unitku. Tidak ada lagi waktu boleh dibuang-buang lagi. Kekuatan Ainz Ooal Gown tidak terukur. Melakukan pertempuran melawannya adalah kesalahan sejak awal. Yang bisa kita lakukan hanyalah meminimalisir jumlah korban, dan di waktu yang sama kita harus kembali ke E-Rantel secepat mungkin. Gazef-dono, tolong lindungi Yang Mulia. Setelah itu, langsung mundur tanpa ditunda lagi!”
Keputusasaan menutupi wajah Raeven saat dia pergi.
“Ok! Meskipun aku tidak percaya dengan kemampuanku sebesar itu, tapi aku pasti akan melindungi Yang Mulia sendiri. Kalau begitu, silahkan mundur kembali dengan cepat-“
“Saya akan melakukannya. Kita akan lari – tidak, kabur seperti kelinci.”
“Kalau begitu, aku harap anda selamat, Marquis Raeven!”
“Saya juga berharap sama, Gazef-dono!”
Pria yang berdiri di puncak kekuatan militer dan strategis Kingdom berpikir untuk cepat-cepat bertindak. Namun-
-Itu sudah terlambat.
---
Tak ada siapapun disana.
Setelah Ainz mengeluarkan lingkaran magicnya, itulah yang dia pikirkan.
Tidak ada pemain Yggdrasil di dalam Kingdom.
Super tier magic (Magic tingkat super ) dari Yggdrasil memang sangat luar biasa.
Karena itu, ketika pertempuran skala besar, memukul orang yang merapalkan mantra tingkat super terlebih dahulu adalah prioritas absolut yang tertinggi.
Ada banyak cara untuk menyela prosesnya. Mengepung dengan cara teleportasi. Membombardir dari atas dengan karpet magic. Melakukan tembakan jitu dari jarak jauh.
Namun, tak ada serangan seperti ini yang datang ke arah Ainz. Sebaliknya, itu membuktikan bahwa tidak ada pemain Yggdrasil yang hadir.
Dibalik topengnya, Ainz tersenyum, sebuah kenyaaan yang mana tak terlihat oleh siapapun. Tentu saja, Ainz yang berwajah tengkorak tidak bisa tersenyum.
Senyum pahit, ditambah dengan jejak kegembiraan yang samar, mencolok di dalam hati Ainz yang berontak.
“Jadi, umpan sudah tidak perlu lagi kalau begitu?”
Kegembiraannya datang dari kenyataan bahwa dia belum bertemu dengan pemain satupun dari Yggdrasil.
Ainz tidak bisa dianggap yang paling hebat diantara para pemain Yggdrasil. Ada orang lain yang lebih baik darinya, dan kemungkinan dia selamat melawan pemain yang lebih kuat darinya tidaklah bagus. Ketika bermain, kekuatan Ainz berasal dari pengetahuannya. Meskipun dia menang dalam pertempuran PVP dengan peraturan yang mengejutkan, itu hanya terjadi setelah dia menyerah dalam pertandingan pertama dalam masing-masing pertandingan.
Karena dia sangat ahli dalam menggunakan informasi yang dia kumpulkan, kemampuan teknis Ainz tanpa diduga ternyata tinggi. Sebaliknya, jika dia bertarung melawan musuh yang tak pernah dia hadapi sebelumnya, peluang dia kalah akan sangat tinggi.
Ainz sangat tahu kemampuannya, dan dia sangat berterima kasih sekali karena sudah tidak menemui lawan yang kuat yang tidak dia ketahui sama sekali.
Tapi di waktu yang sama, dia juga merasakan sebuah sedikit menyesal.
Menyesal karena kenyataannya dia tidak bisa menemukan orang yang mencuci otak Shalltear diantara musuh-musuhnya, orang yang memiliki World Class item (Item kelas dunia).
Dendam yang kental dan memuakkan, berkumpul di lubuk hati Ainz. Meskipun emosi yang kuat akan langsung ditekan oleh skill pasif miliknya, emosi yang lebih lemah masih menggantung di dalam dirinya.
Ainz membuka tangannya, dan di dalamnya ada sebuah miniatur jam pasir.
Jika dia menggunakan sebuah cash item, dia bisa langsung mengaktifkan mantra tingkat super. Alasan mengapa dia tidak melakukan hal ini karena dia ingin memancing segala pemain yang mungkin dari Yggdrasil. Namun, meskipun tidak ada sama sekali, masih tetap tidak perlu menunggu waktu casting yang lama dari mantra itu. Dia merasa sangat bodoh karena berdiri begitu saja di tengah-tengah lingkaran magic tanpa bisa bergerak.
Ketika bertempur dengan Shalltear, dia tidak bisa seperti itu.
Melawan lizardmen, dia tidak menggunakan mantra serangan.
Lalu-
“Sekarang, bagaimana in nantinya? Aku sangat menantikannya.”
-Apa yang sebenarnya dilakukan oleh mantra tingkat super terhadap pasukan dari Kingdom?
Meskipun itu bukan mantra yang memang kuat di dalam Yggdrasil, apa efeknya terhadap dunia ini?
Tiba-tiba saja, Ainz mengerutkan dahinya yang tidak ada.
Dia sedikit takut dengan dirinya sekarang. Dia tahu banyak orang yang akan mati, tapi yang dia rasakan untuk mereka adalah perasaan kasihan yang samar. Bahkan tidak ada sedikitpun perasaan kejam yang dia rasakan jika dia menginjak semua dengan kaki. Tidak ada hal seperti itu sama sekali.
Yang dia rasakan adalah keinginan untuk melihat hasil dari tindakannya. Dan tentu saja, keuntungan yang akan diraihnya sendiri – bagi Great Underground Tomb of Nazarick.
Ainz mengumpulkan tenaganya di tangan.
Dengan begitu – mantra tingkat super diaktifkan.
“[la Shub-Niggurath!]”
Sebuah angin hitam bertiup ke arah pasukan Kingdom, yang mana baru saja menyelesaikan perubahan formasinya.
Atau lebih tepatnya, tidak ada angin. Tak ada yang bergerak, dari rerumputan yang tumbuh di dataran, atau rambut di kepala pasukan Kingdom.
Ada 70.000 orang di sayap kiri dari pasukan Kingdom.
Setiap orangnya terbunuh di tempat.
**********
Apa yang sebenarnya terjadi?
Tak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu.
Setiap makhluk hidup yang mengisi sayap kiri pasukan Kingdom -kuda-kuda, tentara sipil, para knight, bangsawan, semuanya – tiba-tiba jatuh dan roboh di tanah seperti boneka yang benangnya putus.
Yang menyadari jawaban tersebut pertama kalinya adalah pasukan Baharuth Empire, yang berjarak jauh dengan mereka.
Agak lama bagi otak manusia agar bisa mengurai dengan benar kejadian yang baru saja terjadi. Jadi setelah delaysebentar, saat pemandangan mengerikan itu mereka sadari, pasukan Baharuth Empire dicengkeram oleh kepanikan.
Setelah melihat Ainz Ooal Gown mengeluarkan lingkaran magicnya, mereka berasumsi bahwa dia sedang merapalkan semacam mantra. Mereka bisa mengerti sejauh itu.
Siapa yang bisa menduga mantra menakutkan itu dirapalkan disini?
Mantra yang dirapalkan itu telah membantai 70.000 orang – lebih dari jumlah seluruh pasukan Baharuth Empire – dalam sekejap, nyawa mereka benar-benar dicabut semuanya.
Tak mampu mempercayai mata mereka, pasukan Baharuth Empire berdoa kepada dewa manapun yang mereka percayai.
Mereka berdoa agar orang-orang Kingdom itu tidak mati.
Mereka berdoa agar magic yang sangat mengerikan itu tidak ada di dunia ini.
Tentu saja, saat mereka melihat apa yang ada di depan mata mereka – tak ada satupun orang yang bangkit kembali ketika mereka sudah roboh – mereka benar-benar sadar bahwa itu tidak lain hanyalah harapan kekanak-kanakan belaka.
Meskipun begitu, tidak mungkin mereka bisa menerima ini. Tidak mungkin mereka bisa menerima ini sebagai kenyataan.
Pria yang dipuji sebagai salah satu dari orang terkuat di dalam Empire, salah satu dari empat Knight, Nimble, hanya bisa menatap dengan bisu kengerian itu dan menggeretakkan gigi-giginya terhadap teror nyata dari populasi sayap kiri pasukan Kingdom yang dihapuskan begitu saja.
Tak ada yang bangkit kembali. Itu adalah kenyataan, yang sejauh ini terlalu mengerikan untuk bisa diterima.
Tapi kebenaran yang mengerikan itu tidak bisa dijelaskan hanya dengan kalimat sederhana ini.
Ainz Ooal Gown – magic caster ini, sendirian saja – adalah seorang monster yang mampu menghadapi sebuah negeri yang didirikan oleh manusia lalu melumat mereka dengan cara seperti seorang anak kecil menendang istana pasir begitu saja.
Itu adalah kenyataan yang tidak mampu dijelaskan dengan kata-kata.
Kepanikan yang menyelimuti pasukan Baharuth Empire perlahan mereda seperti air. Pada akhirnya, semuanya akhirnya terbisu, tak mampu bicara.
Namun, sebuah suara aneh muncul di tengah-tengah formasi pasukan Baharuth Empire yang terdiam. Suara itu datangnya dari banyak suara yang saling bercampur menjadi keributan yang bising. Itu adalah suara dari setiap knight yang menggertakkan gigi-gigi mereka.
Ini adalah teror yang lahir saat menyadari bahwa Empire, dimana mereka dan keluarga mereka tinggal, sekarang berdiri di ambang kepunahan, sama seperti Kingdom.
Ini adalah pemahaman bahwa jika mereka berani melawan Ainz Ooal Gown, magic mengerikan yang sama mungkin nantinya akan ditujukan kepada mereka sendiri....
Dalam keadaan seperti ini, Nimble tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Ekspresi macam apa yang diperlihatkan oleh magic caster ini – yang bisa mengeluarkan magic yang bisa membantai makhluk hidup dalam jumlah yang melebihi pemahaman dari makhluk hidup biasa – Ekspresi macam apa yang muncul di wajahnya?
Tanpa menggerakkan wajahnya, Nimble mengintip monster yang sedang berdiri di sampingnya, Ainz Ooal Gown, tapi yang dia lihat tak ada perubahan.
Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin seseorang seperti dirinya... bersikap tenang... seperti ini? Bahkan setelah mencabut 70.000 nyawa?! Memang benar, medan perang adalah sebuah tempat kematian. Yang lemah akan kehilangan nyawanya hanyalah masalah biasa. Namun meskipun begitu, bukankah dia seharusnya merasakan sesuatu di hatinya setelah membunuh begitu banyak orang?!!
Penyesalan atau rasa bersalah adalah respon yang biasa. Jika dia merasa senang atau gembira, mungkin itu bisa dipahami, dipelintir bagaimanapun reaksi itu mungkin adalah wajar saja.
Namun-
Apakah reaksi biasa saja ini semacam kemampuan bertahan untuk melindungi hati nuraninya? Tidak, bagi monster seperti ini, ini pasti pemandangan yang wajar terjadi! Entah itu adalah perasaan kasihan yang dirasakan oleh manusia karena sudah menginjak semut di bawah kaki, atau semacam kegembiraan yang sadis, tak ada satupun emosi ini yang muncul!! Apa.. Apa ini?!! Mengapa ini bisa terjadi? Mengapa orang seperti ini ada di dunia?!!
“-Ada apa?”
“Aieeee!”
Tubuhnya terasa seperti dibungkus oleh baja dingin. Merespon pertanyaan yang tiba-tiba itu, Nimble merespon dengan jeritan panik.
“Ti-Tidak ada apa-apa. Itu, mantra yang barusan itu, mantra itu luar biasa.”
Nimble berterima kasih dalam hati karena masih bisa bicara. Lebih dari itu – kenyataan bahwa dia bisa memuji Ainz di dalam keadaan seperti itu bukanlah hal patut dipuji.
“Ha ha ha-“
Dan apa yang diterima oleh Nimble tidak lain adalah tawa yang tenang.
“A, Apakah saya sudah menyinggung?”
“Tidak, tidak sama sekali. Anda bilang mantra yang barusan itu luar biasa, ya kan?”
“Y-Ya.”
Apa yang sebenarnya dia tertawakan? Keringat mengalir turun di dahi Nimble seperti sebuah sungai. Setelah melihat konsekuensi mengerikan jika membuat orang ini marah, dia tidak punya niat memancing kemarahannya.
“Tolong, harap tenang. Meskipun aku harus bilang, mantraku masih belum selesai. Sekarang, pertunjukan yang sebenarnya dimulai. Lagipula, ketika seseorang membuat persembahan kepada Black Goat of the Woods with a Thousand Young (Kambing Hitam dari Hutan dengan seribu anak), dia akan membalasnya dengan sebuah hadiah keturunannya. Anak-anaknya yang manis dan menggemaskan...”
TL Note : Shub Niggurath sering kali diasosiasikan dengan Black Goat of the Woods with a thousand Young, adalah seorang dewa dari cerita penulis horror amerika H.P Lovecraft di dalam judul “Cthulhu Mythos”, nama lain yang diberikan penulisnya adalah Lord of the Woods (Pemilik Hutan). Lihat https://en.wikipedia.org/wiki/Shub-Niggurath.
Benar sekali.
Dan seperti buah yang matang akan jatuh ke tanah sebentar lagi –
---
Para knight Baharuth Empire adalah yang pertama melihatnya.
Memang bisa diduga jika para knight tersebut, yang melihat dari jarak yang aman, akan melihatnya dahulu. Karena mereka merasa aman, mereka berani menatap ke luar dari celah sempit di dalam helmet mereka.
Setelah badai kematian yang telah merenggut nyawa dari pasukan Kingdom, sesuatu muncul di langit, sebuah bola hitam legam yang mengirimkan hawa dingin hingga menusuk tulang belakang bagi siapa saja yang melihatnya. Bola itu terlihat seperti mengotori dunia dengan keberadaannya.
Lalu, siapa di pihak Kingdom yang melihatnya? Kemungkinan besar adalah pasukan yang ada di sayap kanan, yang tidak memiliki pemandangan langsung dengan apa yang terjadi di sisi lain. Mungkin mereka merasakan sesuatu tidak biasa yang sedang terjadi, tapi mereka tidak tahu detil dari apa yang baru saja terjadi, dan saat mereka melihat ke sekeliling untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi, mereka melihat bola itu.
Seakan mata mereka diarahkan kesana, para prajurit di kedua sisi, dan prajurit di samping mereka menyadarinya. Dengan begini, semua orang di dataran Katze, yang sedang berkumpul untuk melakukan perang, akhirnya menatap tanpa bicara ke arah bola yang mengambang di langit.
Bola tersebut – yang tidak mirip sama sekali dengan sebuah lubang di langit – lebih mirip dengan jaring laba-laba yang terbuka, ketika seseorang memperhatikannya, mereka tak bisa teralihkan perhatiannya.
Bola hitam itu perlahan membesar.
Baik bertarung ataupun kabur, tak ada manusia yang terpikirkan untuk melakukan baik salah satunya. Yang bisa mereka lakukan adalah menatap dengan tampang bodoh.
Dan segera setelah itu – buah yang matang itu jatuh.
Seperti hukum alam, bola yang jatuh tersebut terbelah ketika menyentuh tanah.
Bola itu meledak seperti sebuah balon air yang menabrak tanah, atau mungkin seperti buah yang terlalu matang melakukan hal yang sama.
Bola itu penuh dengan sesuatu yang menyebar keluar dari titik benturannya. Itu adalah sesuatu yang mirip dengan aspal. Sesuatu tersebut menyerap cahaya, seperti sebuah gelombang kegelapan yang lapar, lengket dan cair menelan mayat-mayat dari para prajurit Kingdom yang telah mati.
Seperti diberitahu oleh naluri yang tak dikenal, tak ada yang terpikir kejadian itu akan berakhir begitu saja.
Mungkin kejadian itu baru saja dimulai.
Ini adalah awal dari keputusasaan mereka.
Tiba-tiba saja, sebuah pohon yang besar tumbuh dari cairan hitam yang menutup tanah.
Tidak, itu tidak terlihat seperti seindah sebuah pohon.
Pada awalnya, hanya ada satu buah batang, namun kemudian bertambah. Dua, tiga, lima, sepuluh... melambai seperti terkena angin yang tak ada disana. Apa yang muncul disana... adalah tentakel-tentakel.
“MEEEEEEEEEEEEHHHHHHH!”
Tiba-tiba saja, mereka mendengar suara embikan yang menggemaskan dari seekor kambing. Dan bukan hanya satu kambing. Suara dari gerombolan kambing kedengaran entah dari mana.
Seakan ditarik oleh suara itu, cairan yang seperti aspal itu menggeliat, dan melahirkan sesuatu.
Itu adalah sesuatu yang sangat aneh sekali, terlalu tidak wajar.
Memiliki tinggi sepuluh meter. Jika ditambahkan dengan panjang dari tentakel-tentakelnya, figur tersebut menjadi tidak jelas.
Dalam sekali tatap, mirip dengan semacam lobak. Sebagai ganti daunnya, ada tentakel-tentakel hitam yang tak terhitung jumlahnya, dan tubuhnya adalah seonggok daging yang ditutupi oleh benjolan-benjolan. Di bawahnya ada lima kaki, seperti kaki kambing, dengan ujungnya adalah kuku-kuku hitam.
Retakan-retakan muncul pada tubuhnya – seonggok daging tebal yang ditutupi oleh benjolan-benjolan itu – terkelupas dan terbelah dengan suara seperti benda yang pecah. Retakan-retakan ini tidak terbatas hanya pada satu area. Lalu....
“MEEEEEHHH!!”
Suara kambing mengembik yang menggemaskan terdengar dari retakan-retakan tersebut. Itu adalah perut-perut dari binatang liar yang mengeluarkan lendir tanpa henti.
Ada lima jumlahnya.
Lima makhluk tersebut menunjukkan bentuknya yang membuat hawa dingin menusuk tulang belakang kepada semua orang yang ada di dataran Katze.
The Dark Young of the Black Goat.
(Putra Kegelapan dari Kambing hitam)
Lahir dari mantra tingkat super “la-shub-niggurath – Pengorbanan untuk panen hitam”, mereka adalah monster-monster yang muncul dari manusia-manusia yang mati. Meskipun mereka tidak memiliki kemampuan spesial yang kuat satupun, mereka luar biasa tangguh.
Dan level mereka lebih dari 90.
Ini adalah sebuah tanda dari badai pembantaian.
Selain dari suara mengembik yang menggemaskan, luar biasa manis dan imut sehingga bisa membuat orang-orang ingin muntah, tak ada lagi suara lain. Itu karena tak ada yang bisa bicara, tidak mau percaya atau menerima peristiwa yang terjadi di depan mata mereka itu benar-benar terjadi. Lebih dari 300.000 orang – atau jika kamu hanya menghitung yang masih hidup, 235.000 – orang-orang yang berkumpul disini, tak satupun yang bisa berkata apapun.
Di dalam keadaan seperti ini, Ainz tertawa terbahak-bahak.
“Luar biasa. Ini adalah rekor baru. Dalam sejarah, mungkin aku adalah satu-satunya yang pernah berhasil memanggil lima ekor sekaligus. Menakjubkan. Aku harus berterima kasih kepada setiap orang yang mati disini hari ini.”
Di dalam situasi biasa, setiap pemanggilan Dark Young hanya akan menghasilkan satu saja, yang mana itu sendiri sudah bisa dirayakan. Mampu mengeluarkan dua adalah hal yang langka.
Dan sekarang, ada lima.
Seperti seorang pemain yang merayakan karena sudah mengalahkan nilainya sendiri yang tertinggi, Ainz gembira sekali dengan kenyataan bahwa dia sudah memasang rekor baru. Memangnya kenapa kalau puluhan ribu orang harus mati karenanya?
“Meskipun... akan lebih baik lagi jika ada lebih dari ini.. apakah lima adalah limit teratas? Jika aku sudah sampai di batas atas dari mantera tersebut, maka ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa.”
“Selamat! Seperti yang diduga dari Ainz-sama!”
Ainz tersenyum dibalik topengnya saat Mare memujinya.
“Terima kasih, Mare.”
Setelah itu, Nimble menoleh karena refleks, wajahnya berada di antara air mata dan tawa saat dia memuji Ainz pula.
“Se-Selamat.”
“Terima kasih.”
Ainz membalas dengan humor yang baik.
Penampilan Nimble yang tergerak secara tulus memicu gatal di hati Ainz.
Lalu, dia teringat hari-hari dimana dia adalah seorang pemain Yggdrasil, merasakan emosi yang sama yang ketika pertama kalinya dia melihat rapalan mantra dari “la-shub-niggurath”.
Sebagai mantra tingkat super yang sangat mencolok, kelihatannya itu telah mencuri hati dari semua orang. Yah, memang bisa diduga dari salah satu mantra yang paling terkenal di Yggdrasil. Ketika aku bilang aku akan merapalkannya, Albedo dan Demiurge tidak henti-hentinya mencurahkan pujian kepadaku.
Sebuah suara gachigachi muncul dari barisan pasukan Baharuth Empire.
Itu adalah suara dari armor yang saling berbenturan sendiri.
Tubuh para prajurit gemetar ketakutan, tapi tak ada yang menertawakan hal itu.
Tidak ada orang yang tidak diselimuti oleh jantung berdebar setelah mendengar tawa dari Sorcerer King yang telah mengeluarkan mantra yang membuat tulang belakang dingin.
Setiap orang di dalam Imperial knight membuat harapan yang sama.
Mereka berharap murka Ainz Ooal Gown tidak akan jatuh kepada mereka.
Dengan begitu, itu lebih mirip dengan sebuah doa.
Ketika para prajurit dengan khusyuk berdoa meminta bantuan kepada dewa mereka, Ainz memulai tahap selanjutnya. Dia merasa bahwa dia sudah melakukan hal yang cukup, namun sekali lagi, tidak ada salahnya memastikan.
Kali ini, tujuannya adalah untuk mengumumkan keperkasaan dari Ainz Ooal Gown, seorang praktisi mantra tingkat super, kepada negeri-negeri yang sedang berkumpul.
Tujuan itu sudah dicapai. Namun, membiarkan bawahan-bawahan ini hilang begitu saja adalah hal yang sia-sia.
Benar sekali, itu akan jauh terlalu sia-sia.
Ainz mendengus.
Jika dia memiliki sebuah lidah, dia akan menjilati bibirnya saat menunggu.
Ini adalah kegembiraan yang tidak bisa dia rasakan di dalam Yggdrasil, kegembiraan karena mampu secara serentak mengarahkan Lima Dark Young.
“-Ah, ayo kita coba. Serbu mereka, wahai domba-domba kesayanganku.”
Saat mereke menerima perintah dari pemanggil mereka, Ainz. Dark Young tersebut mulai bergerak dengan kelambatan yang membosankan.
Dengan gaya berjalan lima kaki yang mengherankan, dark young-dark young itu meluncur dengan gerakan yang lincah. Daripada terlihat anggun, bagaimanapun mereka terlihat seperti gerakan dan energi yang kacau dan membingungkan, dan dari sudut pandang tertentu, mungkin bisa terlihat menggelikan.
Selama mereka tidak datang kepadamu.
Tubuh mereka yang besar bergerak dengan ringan, dan Lima Dark Young mulai berlari kecil saat mereka menyerang pasukan Kingdom.
[Ah, benar juga, ada tiga – tidak, empat orang yang tidak boleh kalian bunuh. Aku benar-benar melarang kalian melukai mereka.]
Saat dia teringat tiga orang yang dibisikkan oleh Demiurge agar diampuni, Ainz mengirimkan perintah melalui otak kepada para Dark Young.
---
“Apakah ini mimpi?”
Para prajurit Kingdom bergumam satu sama lain, agak jauh dari setan yang tidak manusiawi. Tentu saja, tidak ada yang bisa menjawab mereka. Mata setiap orang terpaku pada pemandangan yang terjadi di depan mereka, dan mereka telah kehilangan tenaga untuk berbicara. Seakan jiwa mereka telah dicuri.
“Hey, ini mimpi, ya kan? Aku pasti sedang bermimpi, ya kan?”
“Ahh. Ini benar-benar mimpi buruk.”
Saat kedua kalinya pertanyaan itu muncul, beberapa orang berhasil menjawabnya. Tapi respon mereka membawa sebuah petunjuk ingin lari dari kenyataan.
Itu tidak mungkin.
Mereka tidak ingin mempercayainya.
Pemikiran seperti ini tersebar ke seluruh pasukan infanteri. Bahkan saat wujud yang lamban itu perlahan tapi pasti semakin membesar, bahkan saat makhluk yang tak manusiawi itu mendekati mereka, mereka masih tetap tidak ingin menerima bahwa ini adalah kenyataan.
Jika itu adalah monster-monster biasa, mungkin mereka akan mengumpulkan keberanian untuk mengangkat senjata. Namun, makhluk yang muncul setelah 70.000 prajurit dibantai dalam sekejap tidak mungkin hanya monster biasa. Itu seperti menonton angin topan yang bergerak maju, dan tak ada yang bisa mengumpulkan keberanian untuk menghadapi badai tersebut.
Gerakan makhluk yang besar namun secara tidak wajar sangat lincah berlari di atas kaki mereka yang pendek, gemuk dan tebal itu, menyerang dengan kecepatan yang luar biasa.
“Angkat tombak kalian!”
Sebuah suara terdengar.
Datangnya dari mulut seorang bangsawan, teriakan bernada tinggi itu adalah suara buatan yang bernada tinggi lahir dari keputusasaan. Matanya merah dan buih berkumpul di sudut mulutnya.
“Siapkan tombak! Angkat tombak kalian!! Angkat tombak kalian jika masih ingin hidup!!”
Meskipun dia sudah kehilangan akal karena takut dan sulit memahami apa yang sedang dia katakan, dia masih bisa dengan jelas mengeluarkan perintah “Siapkan tombak”. Setelah diingat-ingat lagi, itu mungkin adalah perintah terbaik yang bisa dia berikan.
Bertindak karena refleks, para prajurit mengangkat tombak-tombak mereka, membentuk sebuah barisan tombak yang kuat.
Mereka menanamkan ujung belakang tombak mereka ke tanah dengan kuat, agar kecepatan lawan mereka hanya akan melukai mereka sendiri ketika lawan itu merangsek kearah titik pagar.
Meskipun formasi ini hampir tidak terkalahkan oleh para knight Baharuth Empire, para prajurit Kingdom bertanya-tanya – di dalam bagian otak kecil mereka yang terpisah yang masih jelas – apa gunanya mereka melakukan itu dengan tombak sekecil yang mereka genggam. Mungkin mereka mengira ini adalah satu-satunya peluang mereka untuk bisa selamat.
Tidak mungkin bisa kabur dari tapak-tapak makhluk yang mendekat dengan kecepatan yang tidak wajar itu. Meskipun jika mereka lari dengan seluruh tenaga, mereka masih akan diinjak-injak mejadi bubur merah.
Berharap agar salah satu monster itu tidak menuju ereka, para prajurit menguatkan tombak mereka dan menunggu serangan tersebut.
Monster-monster itu – yang seharusnya sangat kecil di kejauhan – menutup jarak dengan kecepatan yang luar biasa.
Saat monster-monster itu semakin besar, dan bumi mulai bergetar karena gemuruh derap langkah kaki monster-monster itu, jantung para prajurit mulai berdegup tidak karuan.
Lalu, saat jantung mereka merasa seakan meledak di dada, siluet besar itu muncul di depan mata.
Itu seperti sebuah dumptruck yang menginjak kerumunan semut.
Para prajurit dari pasukan Kingdom mengangkat tombak mereka dengan tangan gemetaran. Tapi apa gunanya mereka terhadap tubuh yang besar dan solid dari Dark Young itu? Tombak-tombak itu patah seperti tusuk gigi tanpa sedikitpun menggores kulit-kulit besar itu.
Dark Young tersebut menginjak-injak tubuh dari para prajurit Kingdom di bawah kaki mereka.
Serpihan dalam jumlah yang tak terhitung dari banyaknya tombak yang hancur beterbangan di udara.
Meskipun Dark Young-Dark Young itu menghancurkan perlawanan yang bahkan tidak bisa dianggap sebagai perlawanan, Dark Young tersebut murah hati dengan cara mereka sendiri.
Tidak ada luka.
Tidak ada waktu bagi korban mereka menderita sebelum mereka diinjak hingga rata di bawah berat raksasa dari Dark Young.
Para prajurit pemegang tombak itu bahkan tidak punya waktu menyadari bahwa tombak-tombak yang mereka pegang telah dilumat menjadi serpihan-serpihan. Yang mereka lihat adalah bayangan hitam yang muncul di depan mereka.
Para prajurit itu menjerit lalu menjerit lagi dan lagi.
Onggokan daging beterbangan di udara. Mereka bukan berasal dari satu dua orang saja, tapi sepuluh, ratusan korban. Mereka diinjak oleh tapak kaki raksasa, dan dilemparkan – tidak, berterbangan karena lambaian tentakel-tentakel itu.
Tak perduli mereka itu kalangan bangsawan atau rakyat jelata, sekarang mereka semua sama-sama hanya onggokan daging berdarah.
Beberapa diantaranya memiliki keluarga di desa mereka. Beberapa memiliki teman yang ditinggal. Beberapa memiliki orang-orang yang sedang menunggu mereka. Ketika mayat mereka yang sudah tidak bisa dikenali menjadi seperti lumpur, semua itu tidak penting lagi.
Bagi semua orang, Dark Young memberikan perlakuan yang sama dan setara – yaitu kematian.
Dark young-dark young itu melumat banyak manusia dengan tapak-tapak kaki mereka hingga mereka puas dengan lumuran darah, tapi meskipun begitu mereka tidak berniat untuk berhenti.
Dark Young of the Black Goat mulai berlari.
Mereka terus berlari. Mereka tidak akan berhenti ketika berada di tengah-tengah pasukan Kingdom.
“Iyaaaaaaaaaaaaaaaaa!”
“Abbaaaaaaaaaaaahhh!”
“Hentikaaaaaaaaaaann!”
“Selamatkan akuuuuuu!”
“Tidaaaaaaaaaaaakkkkk!”
“Uwaaaaaaahhhhhhhhh!”
Jeritan-jeritan itu terdengar setiap kali tapak-tapak kaki itu turun ke tanah. Jeritan-jeritan itu bercampur dengan suara menjadi bubur basah dari tubuh-tubuh yang hancur di bawah tapak kaki perkasa dari Dark Young tersebut. Dan tentakel-tentakel mereka yang tebal dan berdaging melambai kemana-mana dengan cara yang liar dan seperti main-main sehingga menerbangkan tubuh-tubuh manusia itu dengan bunyi retakan yang menyakitkan.
Sebuah suara yang tak pernah terdengar sebelumnya terus terdengar lagi dan lagi tanpa akhir.
Terinjak-injak.
Kata-kata apa yang lebih baik yang bisa menjelaskan pemandangan ini?
Beberapa orang mati-matian menusukkan tombak mereka ke depan. Dark Young tersebut, yang tubuhnya besar dan tidak berniat menghindari dari serangan-serangan itu, terkena serangan-serangan itu. Namun, tombak mereka tidak bisa menembus cukup dalam sehingga menyebabkan luka pada tubuh mereka yang seperti lempengan itu. Seakan otot yang sekeres besi telah menutup kulit yang tebal dan elastis tersebut.
Tanpa menghina perlawanan mereka yang percuma, Dark Young tersebut hanya bergerak maju.
Sebelum para prajurit menyadari tekad mereka yang fatal itu percuma, Dark Young sudah tiba di bagian yang paling tengah dari pasukan Kingdom.
“Lari! Lari!”
Mereka mendengar teriakan dari kejauhan. Sebagai responnya, semua prajurit mulai kabur. Itu memang seperti sebuah gerombolan laba-laba yang tersebar ke seluruh arah.
Tapi tentu saja, Dark Young itu jauh lebih cepat daripada manusia biasa.
Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat. Splat.
Suara manusia yang diinjak-injak menjadi bubur, suara dari onggokan daging yang berterbangan, dan suara dari jeritan yang terus berlanjut lagi dan lagi.
----
Seakan mereka telah tiba di padang tandus, tiga monster itu menyeberangi barisan pasukan tengah dan berlari ke arah sayap kanan di tengah-tengah cipratan darah kental. Dalam sekejap, monster-monster itu akan tiba di pasukan Raeven.
“Mundur! Mundur!”
Cara Raeven meneriakkan perintah ini lebih mirip dengan ratapan.
Tidak ada yang bisa melawan monster-monster itu.
Jangan sampai membuang nyawa sia-sia.
Saat mereka mendengar ucapan Raeven, para prajurit yang ada di sekitar melemparkan senjaa mereka dan lari karena panik.
Tentu saja, karena terlalu banyak orang, tidak mungkin mereka bisa bergerak dengan bebas.
Pertama dia berpikir untuk memberikan tanda mundur dengan teratur. Mereka akan berjaga terhadap serangan dari belakang dan seterusnya, tapi membuang-buang waktu untuk hal semacam itu sekarang adalah kesalahan besar.
“Ainz Ooal Gown, makhluk macam apa kamu, magic caster macam apa kamu sebenarnya?!”
Dia sudah menganggap remeh Ainz Ooal Gown. Tidak, dia tidak berniat melakukan hal itu sejak awal.
Setelah menerima ucapan dari Gazef Stronoff dan memikirkannya, dia sudah berencana untuk melihatnya sebagai seorang musuh dengan kaliber tertinggi yang bisa dibayangkan. Namun, yang bisa dia katakan sekarang adalah bahwa dia sudah menganggap remeh kemampuan orang itu.
Bayangan yang dia buat tidaklah cukup.
Siapa yang bisa menduga bahwa Ainz Ooal Gown memiliki kekuatan yang semenakjubkan itu? Siapa yang tahu kekuatan semacam itu memang ada di dunia ini?
Melihat siluet-siluet dari monster-monster yang semakin mendekat dan semakin membesar, para prajurit yang ada di sekitar Marquis Raeven meneriakkan perintah.
“Ini bukan lagi medan perang, ini adalah lantai pembantaian! Lari saja!”
“Tuanku!” seorang knight berkata saat dia melepaskan helmetnya. “Sang Raja! Bagaimana dengan sang raja?”
“Dasar bodoh! Sudah tidak ada waktu untuk itu! Ya Ampun! Monster itu datang kepada kita!”
Saat mereka melihat ke arah sumber teriakan, sementara yang lainnya sudah kabur dengan giat, pengancuran sayap kanan yang sudah hancur telah dimulai. Meskipun kelihatannya mereka seperti sedang merangsek ke arah tersebut dengan garis lurus, mereka tidak menyasar Raeven sampai-sampai mereka menginjak-injak tempat manapun yang mereka inginkan, Dark Young yang lain terletak jauh sekali dari Raeven.
“Dimana sang raja?!”
“Beliau ada disana!”
Saat dia melihat ke arah bendera kerajaan yang ditunjuk oleh prajurit tersebut, seekor Dark Young sudah mendekat.
Raeven gemetar. Apa yang bisa dia lakukan jika dia ingin membantu? Namun, jika raja Ranpossa III hilang disini, seluruh negeri mungkin akan runtuh.
Bagaimanapun-
“Serahkan kepada Gazef-dono!”
Raeven percaya kepada Gazef.
Dia adalah seorang warrior yang layak mendapatkan pujian dari raja. Meskipun dia masih tidak mampu mengalahkan monster kambing hitam tersebut, setidaknya, dia bisa membawa sang raja keluar dengan aman dari tempat yang seperti neraka ini.
“Marquis Raeven! Situasinya gawat! Tolong mundur dengan segera!”
Suara dari mantan petualang orichalcum, bawahan yang paling dia percaya, menyela ucapan Raeven.
“-Tuanku!”
Lebih mirip dengan teriakan daripada jeritan. Raeven meneriakkan sebuah balasan.
“Aku mengerti! Aku akan pergi sekarang!”
Hingga titik ini, hingga sejauh ini, sudah tidak ada gunanya lagi menyamarkan mundur dengan kalimat yang indah.
“Tolong serahkan tugas pengerahan orang-orang kepada saya! Tuanku, anda harus pergi dari sini sekarang, dan menuju ke E-Rantel!”
Teriakan itu datangnya dari pria bermata seperti ngantuk. Meskipun dia terlihat sangat tidak bisa diandalkan, Raeven tidak bisa menemukan orang yang lebih baik dalam mengomando pasukannya.
“Aku akan serahkan padamu! Gunakan namaku sesukamu! Aku akan menerima konsekuensinya!”
Suara dari tapak kaki itu sudah sangat dekat. Karena takut, dia tidak berani menoleh ke belakang untuk melihat seberapa dekatnya monster-monster itu. Namun, kudanya tidak mau bergerak. Meskipun dia sudah menendangnya dengan seluruh tenaga, masih saja tidak bergerak. Kuda itu menelungkupkan daun telinganya dan tetap tak bergeming.
Saat itu, di tengah-tengah keributan, sebuah kelompok kuda yang sudah melemparkan penunggangnya berlarian. Orang-orang yang ada di punggung mereka berpegangan erat kepada tubuh kuda mereka, yang kelihatannya sudah mengabaikan tali kekangnya yang sudah longgar.
Betapa ironisnya, tidak dikira kuda perang yang terlatih tidak akan mampu bergerak karena takut, sementara kuda yang tak terlatih berlarian dengan panik.
“Tidak kusangkan latihan malah memberikan efek yang terbalik!”
Sejak awal, kuda adalah binatang yang pemalu. Hanya setelah berlatih mereka bisa dianggap kuda perang yang tak kenal takut. Namun, memang karena latihan inilah sehingga mereka tidak bisa bergerak. Kenyataan bahwa mereka tidak luluh dan berlari akibat efek dari ketakutan ini adalah bukti bahwa latihannya efektif.
“Maafkan aku! [Lion’s Heart!]
Priest dari Dewa Angin, Yorlan Dixgort, merapalkan sebuah mantra untuk menahan takut kepada kudanya. Kuda yang tenang meringkik dengan keras.
“Tuanku! Kami akan menunjukkan jalan!”
“Tolong bantuannya!”
Dengan suara bawahannya yang berharap dia sehat bergema di punggungnya, Raeven memacu kudanya agar bergerak liar, dengan diantar oleh para mantan petualang orichalcum.
Mengendarai kuda melalui sebuah gerombolan orang yang kacau balau sangat sulit. Oleh karena itu, itu hanya bisa dilakukan karena para mantan petualang orichalcum, yang berdiri dekat dengan puncak dari manusia.
Dengan membelakangi suara-suara yang berharap dia selamat, Raeven berhasil menembus aliran manusia di bawah penjagaan dari para petualang.
“Magic caster itu adalah monster! Bagaimana mungkin orang seperti dia bisa exist di dunia?!”
Raeven mengutuk Ainz saat kudanya tersentak ke atas dan ke bawah saat berlari dengan kecepatan penuh.
“Sialan! Kita harus melakukan sesuatu! Aku harus memikirkan sebuah cara untuk melindungi dunia kita – masa depan kita!”
Ketakutan mungkin adalah alasan mengapa dia secara tidak sadar bergumam sendiri. Jika dia tidak berkata apapun, jika dia tidak mengalihkan kesadarannya, otak yang cerdas miliknya itu mungkin akan menggambarkan mimpi buruk yang mengerikan dari bahaya yang sedang mendekatinya.
Ketika dia kembali, dia akan duduk dengan Pangeran dan Putri lalu menggambarkan sebuah bentuk penangkalan terhadap magic caster yang sudah jauh melewati ekspekstasi dari makhluk sejenisnya.
Jika ini terus terjadi, seluruh manusia akan dikuasai.. Tidak, itu adalah skenario terbaik. Dalam skenario terburuk, seluruh manusia akan menjadi mainan bagi Ainz Ooal Gown, untuk disiksa hingga akhir hidup mereka yang pahit.
Suara dari decakan lidahnya, dipenuhi dengan tekanan dan kefrustasian, melebihi suara derap langkah kaki kuda.
“Gawat! Tuanku, tolong arahkan kuda anda ke kanan! Monster itu sudah mengejar kita!”
“Bagaimana bisa dia menemukan kita tanpa mata!?” Lockmeyer sang thief berteriak. “Lund! Apakah kamu memiliki magic satupun untuk ini?”
“Tentu saja tidak! Apa kamu kira mantra sembarangan akan berhasil digunakan terhadap monster itu, Lock?”
“Meskipun begitu, bagaimana kita bisa tahu jika kita tidak mencobanya-“
“Cukup! Kita akan seberangi jembaan itu ketika kita sudah sampai! Monster itu mungkin hanya bergerak maju di arah yang sama dengan kita! Tuanku! Bergeraklah ke depan kami! Kita akan membentuk satu baris!”
Suara mereka gemetaran.
Menurut instruksi, Raeven melarikan kudanya ke posisi pangkal. Lalu, dia mengarahkan kudanya ke arah dimana lebih sedikit orang yang kabur.
Dari kejauhan, suara mengembik dari Dark Young menenggelamkan degupan jantungnya.
“MEEEEEEEEEEEEEEHHHHHHHH!”
-Sudah dekat.
Keringat mengucur dari dahi Raeven seperti air terjun. Dia tidak berani menoleh karena ketakutan, tapi dia bisa merasakan udara di belakangnya semakin hangat dan lebih hangat.
Lalu, yang lainnya-
“MEEEEEEEEEEEEEEEHHHHHHH!”
“Sialan! Ini gawat! Dia memang datang mengarah kepada kita sejak awal! ...Semuanya! persiapkan diri kalian!”
Sebagai balasan, Boris pimpinan tim berteriak dan merapalakan mantranya.
“[Reinforce Amor!]”
“[Lesser Strength!]”
“Bagus! Kalau begitu, tuanku! Biarkan kami menerima serangan musuh! Jangan melihat ke belakang apapun keadaannya dan teruslah berlari!”
Hanya ada satu hal yang bisa dia katakan kepada para petualang, yang sudah menaklukkan rasa takut mereka.
“...Aku mengandalkanmu!”
“Kami mengerti! Ayo!”
“Ohhhh!”
Dia bisa mendengar dari jarak yang melebar antara dirinya dan para mantan petualang di belakangnya.
Raeven menundukkan kepalanya, sebisa mungkin meminimalisir menahan udara. Meskipun dia tidak tahu berapa banyak waktu yang bisa mereka ulur, yang bisa dia lakukan adalah berusaha lari sekeras mungkin – kembali dalam keadaan hidup-hidup adalah satu-satunya cara membalas loyalitas mereka.
“Fly! [Fireball]!”
“[Invulnerable Fortress]!”
Saat dia berkendara di punggung kuda yang berlari dengan kencang, Raeven berpikir dia bisa mendengar suara dari mantan petualang yang sedang masuk ke dalam pertempuran, dan bahkan melalui angin yang berhembus melewati wajah dan telinganya.
Dan kemudian – dalam dua detik dia tidak bisa mendengar para mantan petualang lagi.
Apa yang dia dengar adalah suara dari sebuah tapak kaki yang besar sedang jatuh.
Jantungnya berdebar tidak karuan di dalam dadanya.
Di dalam jangkauan pandangan dari kepalanya yang menunduk, bayangan raksasa yang dia lihat di bawahnya membuat Raeven meratap dalam keputusasaan yang tidak mengeluarkan suara.
Dia menyadari bahwa di bawah kakinya – tubuhnya yang dibawa lari oleh kuda dengan kecepatan penuh – sebuah tentakel yang tebal dan panjang sedang menggapai dirinya.
“Tidak...”
Kuda itu berlari seperti sudah gila. Kuda itu berlari lebih cepat daripada yang pernah Raeven rasakan sebelumnya. Kuda itu mungkin adalah yang paling tercepat yang pernah ada.
Meskipun begitu, bayangan yang kuat masih menjulur di atas tanah.
“Aku tidak ingin hal ini!”
Dia berteriak. Melawan kemauannya, dia berteriak dengan sepenuh hati.
Sebuah sensasi hangat dan basah menyebar di sekujur pangkal pahanya.
Raeven memaksa matanya terbuka, dan tanpa melihat ke belakang, dia memaksa kuda itu bergerak maju.
Dia tidak boleh mati. Negeri ini sudah tidak dia pedulikan lagi. Jika negeri ini runtuh, maka biarkan saja runtuh.
Jika mengangkat senjata melawan Ainz Ooal Gown berarti mati, maka membuang negeri ini dan lari juga tidak apa-apa.
Betapa bodohnya.
Betapa bodohnya dia sejak dulu.
Datang ke medang perang ini benar-benar tindakan yang bodoh.
Jika saja dia tahu seberapa kuat Ainz Ooal Gown itu, dia pasti akan tetap tinggal di dalam ibukota bagaimanapun caranya.
Dia tidak memikirkan masa depan Kingdom Re-Estize lagi.
“Aku tidak menginginkan ini!”
Dia masih tidak boleh mati.
Dia tidak boleh mati ketika putranya masih sangat kecil. Dan.... dia tidak bisa meninggalkan istrinya yang tercinta sendirian dengan mati.
“Aku tidak-“
Raeven membayangkan anaknya ada di depan.
Putraku yang tersayang.
Sebuah kehidupan yang sangat kecil telah lahir. Perlahan semakin membesar. Lalu sakit. Dulu, dia ribut-ribut karena itu. Bayangan dirinya yang berlarian setengah gila, meneriakkan perintah, sementara istrinya duduk disana terdiam, membuatnya malu.
Dia tidak memanjakan putranya, seperti yang dikatakan oleh istrinya.
Raeven hanya sangat berterima kasih sekali kepada istrinya yang telah membesarkan putranya yang tersayang. Namun, dia jarang berkata demikian karena itu membuatnya malu.
Sudah waktunya untuk anak kedua.
Jika dia tidak datang ke medan perang ini, dia mungkin akan bisa memeluk dua orang itu.
“...Eh?”
Suara dari tapak kaki itu tiba-tiba berhenti.
Karena lebih terdorong oleh rasa penasaran daripada keberanian, Raeven menoleh ke belakang. Di matanya, dia melihat Dark Young itu tidak bergerak, seakan terdiam di tempat.
************
Dia tidak tahu dimana dia berada. Rasanya seperti ditarik oleh mimpi buruk.
Gelar sebagai Empat Knight – gelar milik warrior terkuat dari Baharuth Empire – sekarang tampaknya teramat kecil.
Bagaimana bisa makhluk tak bertenaga seperti dirinya sendiri bangga dengan gelar itu? Sebesar itulah rasa terkejut yang dia terima.
Tangisan yang tidak bisa dibendung sampai di telinga Nimble. Itu adalah isak tangis dari orang-orang yang sudah didorong melewati batas mereka oleh ketakutan dan keputusasaan. Itu memang seperti anak-anak – tidak, itu adalah ratapan derita dari orang-orang yang menjadi seperti anak-anak. Yang menangis itu adalah para Imperial Knight.
Dia mendengar permohonan “Mari kita lari”
Itu adalah doa dari para knight yang telah – dengan mata penuh rasa iba – melihat pembantaian menyedihkan dari rekan sesama manusianya yang dilakukan oleh mesin pembunuh massal.
Begitu pahitnya tragedi ini bahkan lawan dari Kingdom sendiri, para Imperial Knight, memberikan do’a untuk mereka.
Mereka berdoa agar setidaknya beberapa orang akan selamat. Semakin banyak, semakin baik.
Mereka kemari untuk membunuh musuh. Namun, tak ada yang tetap tak tergerak dan tidak merasa kasihan di wajahnya atas pembantaian massal yang sedang terjadi di depan mereka. Siapapun yang tetap tidak tergerak pastilah seorang iblis yang memiliki wajah manusia, satu makhluk yang tidak bisa dianggap manusia.
Nimble dan para knight menyadari bahwa ini tidak bisa begitu saja dianggap sebagai sebuah masalah “kami melawan mereka”.
Tentu saja, dari sudut pandang Kingdom dan Empire, musibah ini terjadi kepada “mereka”. Tapi ketika dilihat dari sudut pandang manusia dan monster, pembantaian yang sadis ini terjadi kepada “kami”.
“Kalau begitu, sudah waktunya”.
Mata semua orang tertuju kepada Ainz saat dia bicara dengan lirih.
Dengan 60.000 orang yang hadir, tidak semuanya bisa mendengar suaranya. Namun, mereka tahu ketika orang-orang di samping mereka menolehkan kepalanya. Dan tahu bahwa wajah-wajah dari tetangganya telah menoleh ke arah Ainz Ooal Gown, mereka terlalu ditarik oleh tindakan itu.
Lagipula, setiap gerakan dan isyarat badan yang dibuat oleh pria yang telah mengatur mimpi buruk ini – Ainz Ooal Gown – membuat semua orang yang hadir dipenuhi dengan teror yang tidak terkendali.
Ainz perlahan membuka topengnya.
Dia menunjukkan tengkorak putihnya yang tanpa kulit, tanpa daging dan terpoles dengan baik ke dunia.
Jika keadaannya berbeda, mungkin mereka akan mengira bahwa dia sedang memakai sebuah topeng dibalik topeng. Namun, saat mereka melihat ini, jantung Nimble dan semua knight dari Empire seperti tenggelam.
Ini karena mereka sudah melihat dengan jelas wajah sebenarnya dari Ainz Ooal Gown, sang monster.
Siapapun yang bisa memiliki kekuatan sebesar itu pasti bukanlah manusia. Karena pemikiran inilah mereka bisa menerima kenyataan ini.
Ainz Perlahan meregangkan tangannya. Dia terlihat seperti sedang menanti pelukan dari seorang teman – atau apakah itu adalah seorang iblis yang meregangkan sayapnya? Di mata semua orang yang melihat, dia kelihatannya seperti membesar dua kali lipat, tiga kali lipat, mungkin lebih besar lagi.
Di dalam keheningan – yang disela oleh jeritan-jeritan sedih dari para prajurit Kingdom di kejauhan – suara Ainz yang kokoh dan kecil terdengar dengan luar biasa jelas.
“-Kalau begitu mari bersorak.”
Apa yang dia katakan, pikir Nimble saat dia menatap Ainz dengan mulut menganga.
Setiap orang yang bisa mendengarnya berpikir hal yang sama, dan saat ucapan Ainz ini diulang-ulang oleh para tentara dengan nada rendah, semakin banyak orang yang menolehkan mata mereka kepadanya.
Lalu, ketika perhatian setiap orang terarahkan kepadanya, dia bicara lagi.
“Bersorak untuk merayakan kekuatanku yang tertinggi.”
Yang bergerak pertama kali adalah Mare, yang bediri di sisi yang berlawan dari Nimble. Seakan dipicu oleh hal itu, suara dari tepukan tangan mulai terdengar dari para prajurit, sampai menjadi tepukan tangan yang bergemuruh.
Tentu saja, mereka tidak benar-benar bersorak karenanya.
Tak ada yang ingin bertepuk tangan untuk orang yang membawa pembantaian yang keji semacam ini. Ini bukanlah perang. Ini adalah pembantaian. Sebuah pembantaian besar-besaran.
Hanya saja, tak ada satupun orangpun yang hadir disini mengucapkan kalimat itu. Tak ada yang berani.
Tepukan tangan mereka yang menggetarkan bumi adalah sebuah bentuk dari rasa takut para knight.
Lalu intensitas dari tepukan tangan yang bergemuruh, yang semua orang pikir tidak akan lebih keras lagi, meningkat beberapa kali titik.
Itu karena salah satu Dark Young telah merubah arah gerakannya. Gerakan barunya adalah menuju pasukan Imperial.
Merespon hal itu, tangisan gembira terdengar.
Itu adalah teriakan pujian dari para Imperial knight untuk Ainz Ooal Gown. Itu adalah tangisan putus asa yang membuat tenggorokan mereka mengering.
Namun, Dark Young itu tidak melambatkan langkah kakinya.
Dan akhirnya, tangisan para knight bahkan semakin keras. Mereka mengira binatang buas itu sedang mendekat karena suara mereka tidak cukup.
Tapi tetap saja, binatang itu tidak berhenti.
Dan kemudian, saraf mereka yang terluka berat akhirnya berontak.
Tak ada yang tahu siapa yang memulainya. Mungkin hanya rasa gemetar dari satu orang knight. Teror yang memenuhi meeka semua hingga batasnya meledak dengan mudah malahan.
“Aieeeeeeeeeeeee!”
Teriakan yang memilukan jiwa bergema ke seluruh penjuru barisan dan menggetarkan pasukan Imperial.
Para knight telah membuang kuda mereka, yang tidak bisa bergerak, agar bisa kabur dengan berlari. Gerakan yang tidak masuk akal ini lahir dari rasa takut mereka pada salah satu monster itu – monster yang sama yang sudah menginjak-injak Pasukan kerajaan – yang semakin mendekat. Mereka sudah terlalu banyak melihat pemandangan seperti neraka. Bahkan mereka yang tidak memiliki gambaran yang jelas tahu betul apa yang akan terjadi ketika tiba giliran mereka berada di bawah tapak kaki itu.
Dan tentu saja – rasa takut semakin menjalar.
Sementara kurang dari seratur orang kabur terlebih dahulu, hal itu segera berubah menjadi gerakan besar-besaran dari enam puluh ribu orang.
Ya.
Pasukan Imperial telah menjadi hancur, disiplin militer kebanggaan mereka sudah terkoyak.
Itu adalah gerakan mundur yang memalukan.
Para knight jelas sudah diajari bagaimana mundur dengan teratur. Namun, sudah tidak ada waktu lagi mengindahkan peraturan yang tak berguna itu. Jika saja itu bisa membuat mereka bisa meninggalkan tempat ini satu detik lebih cepat, jika mereka bisa bergerak satu langkah ke tempat yang aman, mereka akan mendorong rekan mereka hingga jatuh dengan seluurh tenaga dan berlari.
Ketika didorong dari belakang, tidak bisa dihindari jika ada orang yang kehilangan keseimbangan dan jatuh. Dan ketika mereka jatuh, gerombolan yang didorong oleh kepanikan di belakang mereka tidak akan memberi mereka kesempatan untuk bangkit lagi.
Yang jatuh akan diinjak-injak oleh yang ada di belakangnya.
Meskipun mereka semua memakai armor logam, orang lainnya juga memakai armor pula. Tidak lama agar bisa meremukkan baja dan daging menjadi satu darah kental berlapis benjolan.
Pemandangan seperti ini terjadi dimana-mana.
Korban dari pasukan Imperial tidak disebabkan oleh lawan, tapi oleh mereka sendiri.
Tidak tahu apa yang harus dilakukan, Nimble ragu-ragu dengan perasaan tidak enak.
Dia ingin lari pula. Tapi dia tidak bisa, dan lagipula tidak semua knight telah kabur.
Saat dia melihat ke belakang ke arah pasukan Imperial, dia melihat beberapa diantara mereka, tetap berada di atas kuda mereka.
Alasan mereka tidak kabur bukan karena takut. Namun, karena mereka terpesona, dengan cara yang sama manusia terpesona oleh kekuatan yang luar biasa yang tidak bisa mereka lawan.
Sebagai contoh, orang biasa akan kabur ketika mereka melihat sebuah angin topan raksasa yang menyapu ke arah mereka. Namun, ada beberapa makhluk yang memuji keindahan dari angin topan itu dan tetap berdiri meskipun mereka sadar itu akan merenggut nyawa mereka. Yang masih tetap di tempat bisa dianggap sebagai deviant (orang yang menyimpang).
Dark Young itu tiba di depan Ainz, menekuk lututnya, lalu merendahkan tentakelnya. Mungkin untuk menunjukkan sikap hormat kepada tuannya.
Nimble tersenyum, wajahnya berkedut, saat monster itu bersikap seperti anak anjing.
Bagian muka dari Dark Young berlumuran darah segar, dan yang tak terlihat sudah diserap oleh kulitnya.
Binatang itu melingkarkan tentakelnya ke pinggang Ainz, lalu menjulurkannya agar bisa menggenggam tubuhnya kuat-kuat sebelum mengangkatnya. Lalu, dia meletakkan Ainz di kepalanya.
“Aku yakin rencana awalnya adalah aku akan merapalkan mantra untuk membuat sebuah celah, lalu pasukan Imperial akan menyerang dari belakang, tapi kelihatannya tidak ada gerakan dari pasukan Imperial.
Nimble tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Seperti itu. Empire telah merusak syarat perjanjian yang mereka buat sendiri dengan raja dari negara sekutu mereka.
Namun, tidak ada yang bisa menyalahkan para knight yang sudah kehilangan kesadarannya. Nimble mungkin akan melindungi mereka meskipun berada di depan Jircniv, karena dia tahu jangkauan teror yang mencengkeram mereka.
“Ah, aku tidak berniat untuk memarahimu. Aku tahu jika kamu memutuskan untuk meluncurkan serangan, ada peluang mungkin kamu akan terinjak-injak bersama dengan musuh. Sejujurnya, jika itu terjadi, aku akan kesulitan dalam menjelaskan kematian itu kepada kaisarmu. Yah, kalau begitu, kurasa aku akan menangani bagian pekerjaanmu pula.”
Nimble melihat ke arah rombongan undead, yang tetap tidak bergerak.
“Apakah... apakah... apakah pasukan undead akan menyerang juga?”
“Oh tidak, domba kecil kesayangan ini sudah melakukan sebagian besarnya, aku hanya berniat untuk membersihkan saja. Mare, jangan lengah.”
“Ya, ya! Serahkan itu padaku, Ainz-sama!”
Nimble tidak bisa bicara.
Dia masih ingin melanjutkan serangan, bahkan setelah semua ini. Yang telah melepaskan mantra itu sendiri.
Apakah dia berniat untuk menghabisi secara pribadi semua orang di medan perang?! Apakah nafsunya untuk membantai tidak tahu batasan?!!
“Tidak kukira... itu masih tidak cukup. Apakah dia seorang iblis?”
Meskipun dia bergumam sendiri, Ucapan Nimble lebih keras dari yang dia kira, lalu Ainz menolehkan wajahnya yang mengerikan kepada dirinya dari tempat dia duduk di atas Dark Young.
Dia menggelengkan kepalanya kepada Nimble yang gemetaran.
“Jangan salah. Aku seorang undead.”
Apa yang ingin Ainz coba katakan adalah bahwa dia bukan seorang setan yang senang dengan kejahatan, tapi seorang undead yang membenci makhluk hidup. Oleh karena itu, dia tidak akan mengizinkan satupun prajurit Kingdom kabur. Sebagian alasannya adalah untuk mencabut nyawa lebih banyak lagi daripada yang sudah tiada.
Kedua jawaban ini kelihatannya adalah yang paling membawa petaka.
Menjadi seorang undead sendiri, jika Ainz ingin membantai semua yang hidup, maka mungkin bisa saja dia akan mengarahkan kekuatannya kepada Empire suatu hari, yang dipenuhi dengan makhluk hidup.
Tidak, masa depan yang mengerikan itu tidak bisa dihindari.
Saat Nimble penasaran apa yang harus dia lakukan, diserang oleh keributan dan ketakutan serta kurangnya kemampuan untuk bisa memfokuskan diri, Nimble mendengar kalimat terakhir yang Ainz ucapkan.
“...Dan kelihatannya aku sudah menemukan targetku.”
---
Basis perkemahan raja Ranpossa III terletak di tengah-tengah pasukan kerajaan. Dikelilingi oleh bendera-bendera milik banyak bangsawan Kingdom Re-Estize.
Meskipun ada banyak bangsawan yang berkumpul di sini sebelumnya, sekarang hanya ada beberapa saja yang tersisa. Kebanyakan dari mereka sudah kabur, dan jumlah orang-orang yang tetap tinggal di perkemahan ini bisa dihitung dengan dua tangan. Tapi tentu saja, tak ada yang marah kepada para bangsawan yang lari.
“Tinggalkan aku dan larilah!”
“Yang mulia, ini bukan waktunya bercanda! Tolong larilah segera. Ketika monster itu mengejar kita, takkan ada kesempatan lagi untuk bisa selamat!”
Bawahan Gazef, wakil kapten dari kelompok warrior, sedang bicara.
“Bagaimana mungkin aku bisa, sebagai seorang raja, lari?”
“Meskipun Yang Mulia tetap disini, tidak ada yang bisa dilakukan. Bukankah anda seharusnya kembali ke E-Rantel dan merencanakan serangan balik?”
Ranpossa III tersenyum pahit. Sakit rasanya mendengar ucapan itu.
“Benar sekali. Meskipun aku tetap berada disini, tidak ada yang bisa kulakukan.”
Tidak mungkin lagi mengumpulkan pasukannya yang sudah tercecer dalam keadaan seperti ini. Ini bukan hanya Ranpossa III; tak ada komandan manapun yang bisa melakukan hal itu pula.
“Yang MUlia! Tidak ada waktu lagi! Dengarkan, meskipun kamu harus menyeret beliau dengan rantai, kamu harus membawa Yang Mulia kembali pulang!”
Dengan berkata demikian, bawahan Gazef melompat dan bertindak.
Membuang-buang waktu lagi hanya akan membahayakan bukan hanya dirinya tapi juga orang-orang di sekitarnya. Dengan berpikir demikian, Ranpossa III membulatkan keputusannya dan bangkit berdiri.
“Baiklah. Ayo pergi. Tapi apa yang berubah jika kita kabur sekarang?”
Hentakan kaki itu menggetarkan tanah sepergi sebuah gempa bumi saat mereka semakin dekat. Tapi bahkan dalam keadaan berbahaya seperti saat ini, Ranpossa III tetap tenang. Jauh sekali dari suara bising yang dibuat oleh para bangsawan.
“Pada awalnya, kita tidak bisa menunggang kuda. Jika kita mencoba kabur dengan menunggang kuda, mereka akan mengejar kita. Mereka kelihatannya menargetkan kelompok prajurit yang besar dahulu. Oleh karena itu, tidak ada cara lain bagi kita untuk bisa selamat.”
Hanya sekaranglah Ranpossa III menyadari bahwa orang-orang dari pasukan bangsawan ini kemari tepat karena alasan ini.
“Jadi yang bisa kita lakukan adalah berlari dengan kaki.”
Beberapa kelompok warrior mulai melepaskan armor mereka.
“Orang-orang ini akan membawa Yang Mulia lari.”
“Dan yang lainnya?”
Tidak semua orang melepaskan armor mereka. Wakil Kapten dan rekan-rekannya masih tetap memakai armor mereka.
“Kami akan bertindak sebagai gangguan dengan berkendara lalu kabur di arah yang berlawanan.”
Ranpossa III memahami tekad mereka dari senyum jelas di wajah warrior-warrior itu.
“Tidak mungkin. Kalian adalah harta bagi kerajaan kita! Tak perduli bagaimanapun, kalian harus selamat! Aku masih memerlukan kalian agar bisa melayani anak-anakku!”
“Tentu saja. Meskipun kami berniat menjadi umpan, kami tidak berniat untuk mati!”
Itu adalah sebuah kebohongan. Mereka berencana untuk mati. Atau lebih tepatnya, mereka menerima bahwa kematian adalah takdir mereka.
Ranpossa III mencoba memikirkan suatu perkataan yang meyakinkan, tapi tak ada kalimat yang keluar. Di hadapan senyum para warrior itu, semua yang dia pikirkan kelihatannya seperti gugur dan tertiup angin.
Para warrior membantu Ranpossa III melepaskan armornya.
Seorang warrior dengan armor putih melangkah maju. Dia adalah Climb, bawahan setia dari putrinya Renner, dan satu-satunya yang tetap tinggal disini sampai sekarang.
“Biarkan saya membantu dalam membuat gangguan. Meskipun kita tidak tahu jika monster-monster ini memiliki mata, tapi jika kita melambaikan bendera kita terus-terusan, seharusnya kita bisa menarik perhatian mereka dan armor ini seharusya sangat mencolok.”
Climb memegang bendera Kingdom di tangannya. Bendera itu sudah dikotori oleh langkah kaki para prajurit yang kabur, dan kelihatannya seperti sebuah petunjuk terhadap bagaimana caranya menghadapi situasi saat ini.
“Aye. Kalau begitu aku akan pergi juga.”
Di sampingnya ada Brain Unglaus. Kelihatannya dia adalah warrior kelas satu yang setara dengan bawahannya yang dipercaya, Gazef Stronoff. Brain masuk ke dalam perang ini sebagai bawahan Renner. Dengan kata lain, mereka berada di posisi yang mirip.
“Apakah kamu yakin? Bukankah Kalian berdua sebetulnya adalah bawahan sang Putri.”
“Ah? Yah, jangan khawatir dengan hal itu. Ketika demonic disturbance kami berada di garis depan, dan entah bagaimana kami masih bisa kembali dengan selamat. Kali ini, kami hanya akan berharap bahwa keberuntungan akan bersama kami. Dan kami berharap keberuntungan itu bersamamu pula.”
“Para dewa tidak akan melihat dengan diam begitu saja. Ketika keributan itu terjadi, seorang pahlawan datang menyelamatkan kami. Aku yakin mereka akan merubah nasib kami juga.”
Di depan Ranpossa III, Brain mendekatkan tinjunya untuk memberi hormat, untuk mengucapkan selamat tinggal kepada wakil kapten.
“Bagaimana bisa berakhir seperti ini...”
Dimana yang salah?
Ranpossa III mengeluh lirih. Dia tahu tak ada satupun dari orang-orang di depannya akan selamat.
Wakil Kapten dan Climb akan mati sebagai umpan.
Dan Gazef, yang telah hilang ke dalam keributan itu setelah berkata dia ingin berniat menghentikan Dark Young, siapa yang tahu apa yang terjadi dengannya?
Matanya panas.
Biarkan aku, dia ingin berkata demikian.
Mereka akan membuang masa muda mereka, untuknya, seorang pak tua.
Tapi dia tidak bisa berkata begitu. Mereka sedang bertarung mati-matian sambil mewaspadai kematian mereka yang dekat.
Kalau begitu-
“Kembalilah dengan selamat ke E-Rantel, dan aku akan memberikan hadiah apapun yang kamu inginkan.”
Climb dan Brain berhenti di tengah langkah dan berbalik.
“Tidak perlu memberikan hadiah, Yang Mulia. Saya ada untuk membantu Renner-sama. Itu adalah hadiah yang cukup.”
“Sedangkan untuk aku, yah, bagaimana kalau menikahkan putri yang paling cantik di negeri ini kepada bocah ini?”
“...Hahahahaha. Yah, itu adalah hadiah yang mewah.”
“Brain-san! Apa yang kamu katakan?”
“Yah, kita harus mulai memberikan gelar bangsawan kepada anak ini. Bekerjalah dengan keras!”
“Kalau begitu kamu harus kembali dengan selamat, Climb-kun.”
Mata kosong Climb dan mulutnya yang terbuka tidak lagi memiliki semangat seorang warrior yang baru saja mereka miliki tadi. Namun sang raja, secara tidak sengaja tersenyum cerah di wajahnya.
“kalau begitu, kami berangkat, yang Mulia.”
“Aku akan serahkan padamu.”
Ranpossa III yang sekarang tidak berpakaian armor diangkat tinggi-tinggi oleh seorang prajurit.
“Yang Mulia, bahkan sekarang, perjalanan kita masih tetap bergantung pada keberuntungan. Jika skenario yang terburuk terjadi... Aku harap anda akan memaaafkan saya.”
“Baiklah. Sudah menjadi keputusanku menggunakan ide kalian. Jika gagal karena nasib buruk, maka aku tidak akan protes.”
“Kalau begitu! Yang Mulia! Semoga kita bertemu lagi di E-Rantel!”
Wakil Kapten itu memacu kudanya. Seakan monster itu sedang menunggu mereka, salah satu Dark Young merubah arahnya.
“Baiklah! Ayo pergi sementara mereka sedang memancingnya!”
*************
Di tengah-tengah keributan yang muncul dari orang-orang yang lari di segala arah, Gazef memantapkan pandangannya ke depan, dan perlahan menghunus senjata yang merupakan harta karun dari Kingdom, Razor Edge. Selama dia memegang pedang berkilau di tangannya, kemenangan Gazef bisa terjamin. Dengan kata lain, pedang ini adalah bukti keunggulannya.
Namun, hari ini pedang itu terlihat sangat lemah dan kecil.
Pedang itu terlihat sangat kecil dan menyedihkan dibandingkan dengan tubuh raksasa dari Dark Young yang merangsek lurus.
“Jika tempat ini jatuh, perkemahan utama dari sang raja akan menjadi target selanjutnya. Aku harus menghentikannya disini.”
Saat dia berkata demikian, Gazef tersenyum, seakan dia sedang mengejek diri sendiri.
Tidak mungkin Gazef bisa mengalahkan monster itu. Meskipun mampu mengulur waktu sedetik saja sudah layak dipuji.
Bahkan seorang pria yang dipuji sebagai Kapten Warrior dari Kingdom, - seorang warrior yang dikenal di seluruh penjuru negeri- hanya bisa melakukan sebanyak itu.
“Bawa yang mulia dan lari. Buatkan jalan bagi beliau dengan nyawa kalian.”
Perintah ini dibisikkan – hampir seperti do’a – kepada para bawahannya yang tidak berada di sini. Para prajurit terkuat di Kingdom tetap di belakang untuk melindungi raja mereka. Namun, meksipun mereka tetap tinggal di belakang, mereka tidak cukup kuat berperan sebagai perisai bagi sang raja di hadapan monster itu. Meskipun sudah mempertaruhkan nyawa mereka hanya akan memberikan mereka kesempatan untuk menerima satu pukulan dari lawan mereka sebelum roboh.
Namun, itu sudah cukup.
Mereka akan mati jika lawan mengenai mereka, tapi selama mereka bisa memastikan pukulan itu dibuang untuk mereka, nyawa sang raja akan bertambah sedikit lagi. Mungkin akan berhasil jika 80 orang berada disini menjadi perisai, pikir Gazef dengan optimis.
“Maafkan aku.”
Gazef minta maaf kepada para bawahannya saat monster itu mendekat dengan kecepatan yang luar biasa, menerbangkan semburan daging dan darah saat berjalan. Dia tahu bahwa sebuah permintaan maaf kepada para rekannya yang tidak ada disini tidak lain hanyalah untuk memuaskan egonya sendiri. Meskipun begitu, dia tidak ingin mati tanpa mengucapkan kalimat itu.
Saat dia merasa bumi bergetar di bawah kakinya, Gazef menghela nafas dengan paksa.
Dia menggenggam pedangnya di tangan dengan erat, lalu mengangkatnya.
Pedangnya terlihat sangat tidak berguna di depan tubuh raksasa itu yang melumat manusia menjadi pasta merah.
Jika makhluk itu adalah kuda dari kereta yang sedang kabur, dia bisa dengan mudah mengendalikannya. Jika seekor harimau ganas menerkamnya, dia bisa menghindari terkaman pertama dan menyerang kepalanya.
Namun, di depan Dark Young, peluangnya selamat memang terlihat sangat rendah.
“Huuuuu-“
Saat Gazef menghela nafas, sebuah perubahan dramatis terjadi pada aliran orang-orang di sekitarnya. Hingga sekarang mereka berlarian ke segala penjuru, tapi sekarang kelihatannya mereka bergerak menghindari Gazef. Kelihatannya seakaan mereka seperti membuka jalan antara Gazef dan Dark Young tersebut.
Dark Young semakin mendekat, memuncratkan manusia-manusia di bawah tapak kakinya dengan setiap langkah yang diambil.
Saat Gazef mengangkat pedangnya, dia mempelajari tubuh Dark Young itu. Dimana dia bisa menyerang dengan hasil yang terbaik?
Dia mengaktifkan sebuah martial art – “Sense Weakness” (Merasakan kelemahan).
Namun-
“-Monster itu tidak memiliki kelemahan.”
Entah apakan memang tidak memiliki kelemahan, atau kelemahan apapun yang muncul tidak bisa terlihat karena perbedaan kekuatan yang sangat luar biasa, Gazef tidak tahu.
Tetap saja, dia tidak putus asa. Lagipula dia sudah menduga hasil seperti ini.
Dia mengaktifkan martial art lain.
Ini adalah jurus rahasia yang layak disebut jurus rahasia, sebuah tekhnik yang akan memperkuat penerimaan dari sensor tambahan, ‘Possibility Sense’.
Dengan perbedaan selangit dalam kemampuan fisik mereka, tidak ada bedanya jika dia mempersingkat jarak bermil-mil menjadi satu atau dua inchi melalui perhitungan terhadap atribut fisiknya sendiri. Dengan begitu, dia memutuskan untuk mengandalkan hal lain – jika itu adalah Indera keenam, mungkin akan lebih efektif.
“Kemarilah, binatang buas.”
Dark Young tersebut kelihatannya seperti mendengar tantangan tersebut, lalu mengarah kepada Gazef. Jarak diantara mereka berdua berkurang secara drastis.
Sejujurnya-
-Gazef ketakutan.
Jika dia bisa, dia benar-benar ingin kabur dengan prajurit yang ada di sekitar.
Bahkan setelah mengaktifkan ‘Possibility Sense’ dia tidak bisa merasakan apapun. Seperti dia sudah dilingkupi oleh dinding malam yang tak bisa ditembus.
Saat Dark Young itu semakin dekat, dia mempelajari bentuknya dalam detil yang lebih besar.
Menilai dari cara tapak kakinya yang tetap tidak hancur, kelihatannya pedang biasa tidak akan bisa memberikan luka sedikitpun. Dari jejak kaki yang dalam ditinggalkan di tanah dimana monster itu melangkah, beratnya akan membunuh siapapun yang diinjak dalam sekejap.
Saat pengertian terhadap binatang buas itu semakin dalam, begitu juga dengan rasa takutnya yang semakin meningkat.
Sekarang ini, Gazef terkena sebuah teror yang jauh lebih kuat daripada para prajurit yang terpaksa kabur di sekitarnya.
Tapi dia tidak bisa menoleh ke belakang.
Warrior terkuat dari Kingdom tidak bisa lari. Dia membatalkan ‘Possibility Sense’, dan menenangkan nafasnya.
Dark Young semakin mendekat.
Cukup dekat sampai-sampai gumpalan debu yang tertendang oleh tapak kakinya bisa sampai pada Gazef.
Monster itu mengabaikan para prajurit yang ada di sekitarnya, seperti mereka bukan apa-apa selain dari ulat-ulat yang sedang merangkak, dan menuju langsung kepada Gazef.
Atau tidak.
Dark Young itu berputar seperti menabrak sebuah dinding, bergegas melewati Gazef. Karena monster itu berputar dengan sangat cepat, Langkah kaki monster itu kacau, dan jika monster itu tidak memiliki begitu banyak kaki dia pasti akan kehilangan keseimbangannya.
Musuh telah lari. Ini tidak mungkin dan bahkan Gazef sendiri tahu hal itu.
Monster itu hanya memperhitungkan dimana dia bisa menemukan lebih banyak mangsa dan merubah arahnya ke arah sebuah tempat dimana dia bisa menginjak-injak lebih banyak korban di bawah tapak kakinya yang berlapis darah kental.
Dark Young itu merangsek melewati Gazef, membuat dunia bergoncang saat lewat.
Karena ada jarak satu meter atau lebih, tanah di bawah kakinya bergetar seperti gempa bumi. Siapapun selain Gazef akan roboh.
Dia menyasar ke arah tapak kaki raksasa Dark Young saat monster itu lewat-
“-Haah!”
Gazef mengayunkan pedangnya. Dengan kecepatan seperti itu, kecepatan lawan sendiri akan menjadi sebuah senjata yang bisa pecah berantakan sendiri di ujung pedang Gazef.
Dalam sekejap tapak kaki itu menyentuh pedang tersebut, sebuah benturan yang besar mengalir pada senjata tersebut dan menuju lengan Gazef. Itu membuatnya merasa seakan lengannya keseleo.
Kaki Gazef, ditanam dengan kuat ke dalam tanah. Meninggalkan dua parit saat dia terseret mundur.
“Gwaaaargh!”
Entah bagaimana, dia tetap mencengkeram pedangnya, tapi perih menyebar ke seluruh tubuhnya. Baik itu otot atau uratnya, setiap bagian dari dirinya merasa sakit karena stres yang dia rasakan.
Gazef sulit bernafas, dan menatap ke arah tubuh raksasa yang melewatinya.
Tidak jauh dari Gazef, salah satu Dark Young akhirnya berdiri di tempat seakan menolak berlarian dengan liar.
Salah satu tentakelnya telah menjadi kabur.
Sebuah hawa dingin yang bukan berasal dari suhu udara memenuhi seluruh tubuhnya. Gazef mengangkat pedangnya.
Dan dalam sekejap, sebuah benturan misterius terpancar dari pedang tersebut, lalu tubuhnya terbang ke langit.
Gazef tidak bisa melihat apapun, tapi dia menduga bahwa dia pasti sudah ditampar oleh tentakel itu. Tubuh Gazef terbang ke atas langit yang luas dan memanjang di atasnya.
Setelah menjelajahi udara untuk waktu yang sangat lama, tubuh Gazef akhirnya membentur bumi. Dia bergulung-gulung lalu bergulung-gulung lagi, tapi ini bukan karena jatuh seperti mayat yang terlempar. Itu adalah gerakan yang disengaja dari seorang manusia yang mencoba untuk mengurangi energi rotasi badannya.
Gazef perlahan berdiri, mendorong tubuhnya yang babak belur agar bisa bergerak. Dia menatap ke arah Dark Young di kejauhan.
Satu kali pukulan.
Lengan yang menerima serangan itu telah patah. Adalah sebuah keberuntungan pedangnya tidak patah pula.
Emosi di wajah Gazef menghilang.
Mengapa, mengapa dia selamat? Mengapa makhluk itu tidak mengejarnya?
Karena dia bukanlah lawan yang layak, mungkin saja. Kelihatannya itu adalah jawaban yang paling tepat.
Itu bahkan tidak bisa dianggap sebagai kekalahan total. Agar bisa dikalahkan, dia harus melawan, dan dia bahkan tidak sedikitpun ingin melawan.
Darah segar mengalir dari bibirnya yang tergigit.
Selanjutnya, Gazef menekan rasa perih yang amat terasa dan memenuhi tubuhnya lalu merangsek dengan seluruh tenaga.
Meskipun dia tidak bisa mengalahkan musuh, meskipun dia hanya bisa menerima satu kali pukulan lagi, meskipun begitu, dia masih harus melindungi sang raja.
Namun, langkah kakinya, yang dibuat dengan penuh tekad dan keyakinan, tersendat setelah beberapa langkah.
Dia melihat ke arah Dark Young yang berubah arah menuju ke arahnya – tidak ada yang salah disini – dan dia menyadari mengapa dia bisa selamat.
Di atas Dark Young itu, seseorang duduk di atas benda yang terlihat seperti sebuah singgasana yang terbuat dari tentakel-tentakel, postur tubuhnya megah, seperti seorang raja dalam pemerintahan. Tentu saja, wajah itu tidak biasa. Itu adalah wajah tengkorak, dan tidak diragukan lagi itu adalah seorang monster undead.
Dia tidak cukup bodoh tidak mengenali siapa raja itu.
“Ainz Ooal Gown...dono. Jadi anda memang bukan manusia sama sekali.”
Pasukan khusus Theocracy. Yang berharap saja tidak bisa dilakukan Gazef untuk mengalahkan mereka, namun mereka dengan mudah dihabisi. Tak ada manusia yang bisa melakukan itu, itu membuat kesadaran ini lebih mudah diterima.
Ya. Mengapa dia bahkan mengira orang sekuat itu adalah manusia sejak awal?
“Stronoff-sama!”
Bahkan sebelum dia melihat balik, dia tahu siapa itu dari seraknya suara tersebut. Sepasang orang yang terasa akrab berlari ke arah Gazef.
“Kalian berdua juga baik-baik saja.”
Climb dan Brain tidak terluka, dan Climb bahkan tidak terkena sedikitpun noda pada armor putih miliknya. Melihat dua orang itu tidak mencoba kabur sama sekali, itu bisa dianggap sebagai sebuah keberuntungan.
“Aku senang kamu selamat!”
“Aku tidak berpikir kamu akan mati, dan ternyata kamu tidak mati. Namun, ini masih belum selesai, ya kan?”
Dua orang itu menggabungkan pandangan mereka ke arah yang dilihat oleh Gazef.
“Itu adalah...”
“Hanya ada satu orang, Climb-kun. Monster yang menguasai monster-monster lain. Itu adalah Ainz Ooal Gown.”
“Itu...Itu... Bagaimana aku harus mengatakannya... Aku, aku minta maaf.”
Sekilas, tubuh Climb menggigil. Ekspresinya yang kaku dan terdiam mengkhianati kenyataan bahwa dia tidak gemetaran karena gembira atau mengharapkannya.
“Jangan khawatir, Climb-kun. Ini bukan hal yang memalukan. Atau lebih tepatnya, mau bagaimana lagi! Pihak ketiga yang kekuatannya melebihi segala akal sehat yang rasional! Apa jadinya hidupku sejak hari itu!”
Brain memancarkan sebuah hawa yang keji saat dia mengambil kuda-kuda. Gazef terkejut dengan ekspresi wajahnya, yang sangat terbiasa dan enteng dan tidak cocok dengan keadaan ini.
“Aku-Aku tidak akan lari!”
Climb dan Brain berdiri di samping Gazef.
Di tengah-tengah onggokan daging yang beterbangan, Dark Young itu berhenti di depan Gazef.
Teriakan dia kejauhan bergema hingga kemari, dan hanya tempat ini yang hening.
Seakan area ini sudah bukan lagi bagian dari dunia.
Pandangan Ainz berpindah dari Gazef, melewati Brain dengan tampang tidak senang, lalu berhenti kepada Climb. Dia mengangkat bahu, lalu melihat Gazef kembali.
“...Anda terlihat sangat hidup, Stronoff-dono.”
“Aku bisa mengatakan hal yang sama kepada anda, Gown-dono... huhu. Apakah itu masalah, bilang anda hidup? Lagipula, jika anda sudah berhenti menjadi seorang manusia setelah kita berpisah dahulu, maka itu sangat tidak sopan.”
“Hahahaha. Tidak, aku tidak berubah belakangan ini.”
Ainz yang tertawa melayang turun dari atas Dark Young itu. Dia pasti menggunakan semacam efek magic, karena dari cara dia yang melayang turun dengan perlahan berlawanan dengan gravitasi.
Meskipun dia mengira itu mungkin adalah mantra terkenal ‘Flight’, setelah memperhitungkan kenyataan bahwa Ainz Ooal Gown adalah magic caster yang sangat kuat, dia memutuskan bahwa itu pasti adalah versi lebih tinggi dari mantra itu – meskipun seberapa kuatnya mantra itu, atau mantra macam apa itu, Gazef tidak tahu.
“Sudah lama sekali, Stronoff-dono. Sejak desa Carne.”
“Memang benar, Gown-dono. Kalau begitu.. biarkan aku bertanya, mengapa anda mencari saya? Jangan-jangan anda menemukan sebuah wajah yang akrab di medan perang dan memutuskan untuk menemui saya?”
“Yah, memang benar. Aku tidak senang dengan omongan yang terlalu tinggi, dan memutar balik ucapan tidak tepat di tempat ini. Jadi... aku akan langsung saja.”
Ainz perlahan mengangkat sebuah tangan tulang belulang.
Tidak ada kebencian disini, tapi malahan, itu adalah sebuah isyarat persahabatan.
“Jadilah bawahanku.”
Dalam sekejap, mata Gazef melebar menjadi lingkaran.
Di waktu yang sama, terdengar Brain dan Climb menelan ludah dengan keras.
Siapa yang bisa menduga magic caster sekuat itu bisa mengatakan hal semacam itu kepadanya?
“Jika kamu menjadi bawahanku-“
Ainz menjentikkan jarinya. Bagaimana dia melakukan itu dengan jari-jari yang tinggal tulang belulang masih menjadi misteri.
Seakan ada sesuatu yang dilakukan olehnya, tubuh Gazef menggigil.
Namun, tidak ada perubahan pada otak dan tubuhnya. Dia tidak merasakan apapun.
“Lihat di sekitarmu.”
Gazef menolehkan matanya ke sekeliling. Semuanya-
“Ternyata begitu. Mereka semua berhenti.”
Dark Young tersebut telah berhenti bergerak, seakan terdiam di tempat. Dari cara tapak mereka yang berhenti di tengah-tengah proses menginjak layak menjadi pose sebuah patung.
“Ini hanya sementara. Apa yang terjadi setelah ini tergantung dengan keputusanmu. Jika kamu menolak, aku akan memberikan perintah kepada domba-domba ini sekali lagi. Aku yakin aku tidak perlu mengatakannya kepadamu apa perintah itu?”
Gazef menatap Ainz dengan tampang bodoh.
Meskipun dia mengambil Gazef sebagai bawahan dengan menggunakan sandera, ikatan itu akan kekurangan yang namanya loyalitas, dan itu akan memicu pengkhianatan dari dalam. Tentunya Ainz pasti sudah memperhitungkan semua ini sebelum membuat penawaran.
Lalu, pasti ada maksud lain dibalik ucapannya.
Tapi apa itu, Gazef tidak tahu.
Tetap saja, pasti ada alasan mengapa dia – seorang makhluk yang bisa menguasai sebuah pasukan seperti ini – secara pribadi mencari Gazef.
“Bagaimana? Gazef Stronoff, jadilah bawahanku.”
Ainz mengulurkan tangannya.
Jika dia mengambil tangan itu, dia akan menyelamatkan banyak nyawa.
Jantung Gazef bergetar hebat.
Dia diberikan kesempatan untuk bisa menyelamatkan nyawa dari orang-orang Kingdom.
Namun – Gazef tidak bisa menerima tangan itu.
Itu adalah keputusan yang buruk.
Pilihan itu hanya akan memuaskan egonya.
Ratusan dan ratusan orang akan mengutuk Gazef dengan sebuah orang yang bodoh.
Meskipun begitu, Gazef tidak bisa apa-apa yang membuatnya mengkhianati Kingdom.
Gazef menggelengkan kepala dengan kuat menolaknya.
“Saya menolak, Saya adalah pedang sang raja. Demi beliau saya akan dengan senang hati membuang nyawa ini. Untuk hal itu saya tidak bisa berkompromi.”
“Meskipun, pada akhirnya, pilihanmu harus dibayar dengan lebih banyak nyawa? Seorang pria pemberani mempertaruhkan nyawanya untuk menantang seorang lawan yang kuat di desa Carne. Apakah pria ini sekarang sedang membuang nyawa-nyawa orang lain yang bisa dia selamatkan?”
Jantung Gazef terasa seakan dikorek oleh sebuah belati.
Tapi meskipun begitu, Gazef Stronoff masihtidak bisa menerima tangan Ainz Ooal Gown.
Kapten Warrior Kingdom tidak bisa mengkhianati sang raja.
Itulah jangkauan kesetiaan dari Gazef.
Rasa jengkelnya tertumpuk di hadapan Gazef yang terdiam, Ainz mengangkat bahu.
“Benar-benar orang yang bodoh. Kalau begitu-“
Gazef tidak membiarkan Ainz menyelesaikan kalimatnya, tapi mengarahkan pedangnya ke arah Ainz.
“-Apa?”
Dia sudah terluka akibat Dark Young, dan meskipun kekuatan penyembuh dari jimat itu tidak bisa menyembuhkan tubuhnya secara penuh. Tetap saja, meskipun dalam keadaan ini, semangat tempur Gazef bersinar seperti matahari.
“Gown-dono. Mohon perkenankan orang yang menerima kebaikan anda menebus sikap kurang ajarnya.. Saya berharap untuk meminta duel satu lawan satu dengan anda.”
Wajah Ainz memang tengkorak yang tidak memiliki daging. Karena hal ini, tidak ada yang tahu ekspresi macam apa yang dia miliki, atau membedakan apa yang sedang dia pikirkan.
Namun, karena suatu alasan, dia kelihatannya tidak bisa berkata apapun. Itu adalah yang dipikirkan dua orang lainnya saat mereka melihat situasi tersebut setelah menerima kenyataan ini. Meskipun dia tetap terdiam, perasaan tidak enak itu bersinar menembus dengan jelas.
“...Apakah kamu serius?”
“Tentu saja.”
“..Kamu akan mati.”
“Tidak diragukan lagi hal itu.”
“Jika kamu sudah tahu, lalu mengapa kamu melakukannya? Aku tidak berniat membunuhmu sejak awal... apakah kamu ingin bunuh diri?”
“Saya kira tidak, Saya tidak ingin bunuh diri.”
“..Apa yang sedang kamu pikirkan? Aku tidak mengerti logikamu. Jika kamu yakin kamu bisa menang dan menantangku, aku bisa memahaminya. Jika kamu mengira ada sebuah peluang menang dalam keadaan tertentu, itu juga bisa menjadi alasan pula. Namun, kamu sangat yakin kamu akan kalah. Apakah kamu sudah membuang akal sehatmu?"”
“Musuh sang raja berdiri di depanku, dan dia berada di dalam jangkauan pedangku. Bukankah adalah hal yang wajar jika aku bisa memenggal kepala yang dipersembahkan dengan sendirinya?”
“Memang benar jarak kita secara fisik memang dekat. Namun, kelihatannya bagiku ada jarak yang luar biasa jauh diantara kita. Apakah aku salah?”
Dengan sebuah whoosh, tentakel Dark Young yang menggantung di belakang Ainz terhempas, mengangkat gumpalan debu dari tanah di samping Gazef.
Mata Gazef tidak bisa mengikuti gerakan dari tentakel tersebut yang menghempaskan tanah di sampingnya.
“Itu mungkin saja, Gown-dono.”
“Apakah kamu ingin menguji sampai mana keberuntunganmu karena aku sudah bilang aku tidak ingin membunuhmu?”
Gazef tertawa dari lubuk hatinya.
“Tentu saja tidak. Aku hanya berharap untuk melakukan apa yang aku, sebagai Kapten Warrior dari Kingdom, harus lakukan. Hanya itu saja yang kupikirkan.”
“...Jika aku menerima tantanganmu, kamu sadar aku akan membantaimu tanpa menahan diri? Hanya itu yang bisa diduga.”
“Memang benar.”
“Jadi memang begitu jadinya... meskipun aku sudah mengatakan semua ini, kamu menolak untuk merubah pemikiranmu. Sayang sekali. Berbicara sebagai seorang kolektor, sayang sekali harus menghancurkan spesimen yang langka.”
Gazef tidak ingin mundur.
Ini adalah sebuah keberuntungan yang luar biasa. Sejak awal, Ainz, yang dikelilingi dengan bawahan yang luar biasa, sekarang berdiri di depan dirinya tanpa satupun bodyguard.
Selain itu, harga dirinya sebagai individu yang kuat berarti bahwa dia tidak akan memerintahkan kepada Dark Young di belakangnya untuk bergerak.
Dia tidak akan mendapatkan sebuah peluang seperti ini lagi.
Musuhnya berdiri di tempat yang tidak bisa dia raih dengan kedua tangan. Namun, sekarang ini, dia memiliki sebuah peluang untuk menjembatani jarak di antara mereka.
Ketika bertemu lain kali, dia mungkin akan dikelilingi oleh sepuluh atau dua puluh lapis penjaga, cocok dengan seorang magic caster yang lemah dalam pertempuran jarak dekat. Gazef tidak akan bisa mendapakan Ainz dalam jangkauan pedangnya lagi. Karena itu, dia harus menantang Ainz untuk duel.
Dan ada alasan lain untuk duel ini.
Meskipun peluang yang dia percayai jauh terlalu tipis sebagai sebuah harapan, meskipun begitu-
Gazef mengeluarkan tantangannya secara resmi.
“Sorcerer King Ainz Ooal Gown-dono! Namaku adalah Gazef Stronoff, Kapten Warrior dari Kingdom Re-Estize! Secara resmi menantangmu untuk duel denganku!”
“Kapten Warrior...”
“Gazef!”
Tak mampu menahannya lebih lama lagi, Brain berteriak. Tapi Gazef melanjutkan tanpa ragu.
“Jika anda menganggapnya bisa diterima, Sorcerer King-dono, saya harap anda bisa menjadikan dua orang ini sebagai saksi pertempuran kita.”
Ainz mengangkat bahu.
Silahkan saja, kelihatannya berkata seperti itu. Ketika Gazef menyadari hal ini, dia mengangguk.
“Tunggu, tunggu sebentar! Tunggu dulu, Gazef! Aku bisa saja mati bersamamu! Jangan pergi sendirian! Tuanku Sorcerer-King! Tolong, aku mohon! Aku tahu ini sangat memalukan sekali, tapi ini adalah permintaan dengan sepenuh hati! Tolong izinkan kami berdua menghadapi anda! Aku tahu itu tidak akan membuat anda mengganggu anda sedikitpun!”
Saat dia mendengar permohonan Brain yang mencekik, Gazef berpikir, seperti yang kuduga...
Ekspresi yang pernah dia lihat di wajah Brain dulu adalah seorang warrior yang menerima takdirnya.
Itu adalah tekad bahwa dia akan terbunuh bersama Gazef, oleh Ainz Ooal Gown.
Namun, dia tidak menerimanya. Dia tidak menerima itu.
“Brain Unglaus! Apakah kamu ingin menodai tekadku sebagai seorang warrior?”
Wajah Brain adalah sebuah gambaran keterkejutan.
“-Itu tidak apa, Stronoff-dono. Aku tidak keberatan menghadapi kalian berdua sekaligus.”
“ Saya mohon jangan, Sorcerer King-dono. Duel ini adalah dengan saya. Saya harap anda bisa mengampuni dua orang ini.”
Titik kecil cahaya merah yang mengambang di dalam lubang mata tengkora Ainz bersinar semakin cerah.
“...Apa ini. Aku pernah melihat mata itu sebelumnya. Mata dari seorang pria yang menerima kematiannya dan berlari ke arah kematian itu. Mata yang tegas dan pantang menyerah. Sangat mengagumkan.”
Ainz berbicara seperti seorang manusia biasa.
“Baiklah. Aku terima permohonanmu. Aku akan mem-PvP secara Solo melawan Stronoff-dono.”
Brain jatuh berlutut, tak punya tenaga.
Wajahnya tidak terlihat, tapi tetesan hujam berhamburan di bumi yang merah di bawahnya.
Maafkan aku.
Gazef berkata Brain di dalam hatinya.
“Mayat akan dikembali setelah diperlakukan dengan baik. Itu akan memfasilitasi penggunaan magic resurrection-“
“-Itu tidak perlu.”
“Ucapan Gazef membuat musuh dan kedua temannya terdiam.
“Saya tidak ingin dihidupkan lagi. Anda boleh membuang tubuh saya disini jika anda menginginkannya.”
Bukan karena magic resurrection itu buruk. Namun, Gazef tidak suka saja.
Semua orang hanya memiliki satu nyawa.
Karena itu, keputusan untuk mempertaruhkan nyawa seseorang sangat berarti.
Dengan demikian, meskipun bagi Kingdom miliknya, dia tidak akan kembali dari kematian.
Jika Gazef tewas, maka sang raja bisa menyebarkan berita bahwa dia telah kehilangan bawahan yang penting. Dengan begitu, mungkin dia bisa melunakkan badai kebencian dan sakit hati yang lahir karena hilangnya begitu banyak nyawa rakyat Kingdom.
Ini adalah sikap loyalitas terakhir dari Kapten Warrior Kingdom, yang telah memilih untuk bersikap sesuai keinginannya sendiri.
Mengabaikan tatapan mengejutkan di sekitarnya, Gazef tersenyum ramah.
“Kalau begitu, mari kita mulai, aku harap kamu akan mau menjadi saksi pertarungan terakhirku.”
Climb tidak bisa membayangkan bahwa pria yang disebut Brain Unglaus bisa menunjukkan sisi dirinya yang lembut dan sensitif seperti itu.
Dia tahu Brain memang kuat, penuh semangat dan berkemauan bebas. Naun, pria yang sedang menunduk itu tidak terlihat seperti itu sama sekali. Bagaimanapun, meskipun dia seperti itu, dia terlihat lembut atau lemah sama sekali.
“Brain. Apakah kamu tidak akan memenuhi misimu?”
Gazef mengucapkan kalimat itu tanpa menoleh ke belakang.
Brain tidak bergerak. Dilihat dari tangannya yang menggaruk tanah telah menyampaikan kesedihannya kepada Climb. Meskipun begitu, Climb harus mengatakannya.
“..Ini adalah permintaan terakhir dari Stronoff-sama.”
Dia tidak berpikir Gazef Stronoff akan bisa menang sama sekali.
Itulah kenapa Climb dan Brain harus memenuhi permintaan Gazef yang terakhir.
Perlahan, Brain berdiri di atas kakinya.
Rasanya panas.
Panas itu membuat Climb ingin berbalik dan kabur.
Kelihatannya ada semacam udara panas yang mendorong Brain berdiri.
“...Aku sudah membuatmu melihat sisi diriku yang memalukan, Climb-kun. Tidak apa. Aku akan menorehkan wujud mulia Gazef di dalam mataku.”
“...Terima kasih.”
Hubungan macam apa yang dimiliki oleh Brain Unglaus dan Gazef Stronoff?
Climb tidak bisa mengerti ikatan diantara mereka, terutama di sisi Brain.
Setelah kalah dari Gazef, dia melakukan perjalanan untuk meningkatkan kemampuan berpedangnya. Ini adalah Brain yang dia tahu. Namun, dia merasa hal itu tidak sesederhana itu.
“Kalau begitu, Stronoff-dono. Bisakah kamu membiarkanku melihat pedang itu? Ada sesuatu yang ingin kutahu.”
Ainz membuat permintaan itu sepeti sedang bertanya tentang cuaca. Pedang yang ditambah dengan magic bisa memiliki segala macam kemampuan yang ditambahkan kedalamnya. Memeriksa pedang seseorang sama saja seperti menunjukkan strategi seseorang di dalam hati. Dengan akal sehat, tak ada siapapun yang akan pernah setuju terhadap permintaan itu.
Climb bukan hanya satu-satunya orang yang berpikir demikian, yang mana mengapa mata Brain juga melebar dengan apa yang terjadi selanjutnya.
Gazef memutar pedangnya 180 deraja dan menyerahkan gagang pedangnya kepada Ainz.
“Gazef! Apakah kamu sudah benar-benar menyerah dengan kemenangan?!”
“Brain! Jangan mengatakan hal yang memalukan seperti itu! Sorcerer King bukan orang semacam itu.”
Ainz memegang pedang itu lalu merapalkan mantra. Setelah itu, dia tertawa.
“Memang, pedang ini sangat menakjubkan.”
Ainz mengembalikan pedang itu kepada Gazef dengan gagang pedang terlebih dahulu, cara yang sama saat Gazef memberikan kepadanya.
“Stronoff-dono. Apakah anda tahu kekuatan dari pedang ini?”
“Saya mengerti sepenuhnya. Pedang ini memiliki ketajaman yang tidak biasa yang bahkan bisa memotong logam seperti kertas.”
“Sayang sekali. Itu hanya sebagian dari kekuatan pedang itu.”
“-Apa? Apa artinya itu, Sorcerer King-dono?”
“Yah, lebih singkatnya, pedang ini adalah sebuah senjata yang bisa membunuhku. Sesuatu yang seperti itu adalah kondisi minimum untuk duel PvP. Tanpa sebuah senjata yang bisa melukaiku, ini tidak lebih hanya akan menjadi panggung eksekusi. Maaf sudah membandingkan anda dengan tikus-tikus yang masuk ke dalam benteng saya” Ainz bergumam saat dia tiba-tiba saja mengeluarkan pedang pendek entah darimana.
Tanpa ragu, dia menggoreskan ujung belati yang luar biasa itu ke arah wajahnya dengan goresan yang kuat.
Belati itu tidak meninggalkan sedikitpun goresan.
“Obyek yang diberi magic lemah seperti ini tidak bisa melukai tubuhku. Sebagai referensi, pedang pendek ini telah ditambahi dengan data sebanyak – atau lebih tepatnya, mana sebanyak – pedang yang anda miliki, Stronoff-dono. Namun, pedang anda bisa melukaiku, sangat menyimpang jelas dengan apa yang kutahu memang benar. Bisakah aku meminta pedang itu sebagai trofi setelah aku menang?”
Gazef tersenyum tipis.
“Maafkan saya karena menolak, tapi pedang ini adalah harta karun negara.”
“Mm. Tidak ada hadian PVP kalau begitu? Baiklah. Aku akan menghargai permintaan itu.”
“Saya sangat berterima kasih, Sorcerer King-dono.”
Setelah mengembalikan pedang tersebut kepada Gazef, Ainz mengusap dagunya sambil berpikir. Dia mndur, melangkah satu demi satu, seakan memastikan jarak yang diatur diantara mereka.
“Kurasa ini seharusnya sekitar lima meter. Dan... karena tidak ada hitungan mundur, kita akan memerlukan sebuah tanda. Kamu, yang berarmor putih. Carilah sesuatu untuk memulainya.”
Setelah dipanggil dengan tiba-tiba, Climb gemetar.
“Tolong Climb.”
“Kalau begitu, saya memiliki lonceng magic disini. Saya akan membunyikannya, dan itu akan memberikan tanda awal.”
Dua orang itu mengangguk dengan lirih terhadap penawaran Climb.
Gazef mengangkat pedangnya, mengarahkan pedang itu ke arah mata lawannya. Kekuatan menutpi setiap serat wujudnya. Di mata Climb yang berdiri di belakangnya, tubuh Gazef terlihat seakan bertambah besar di depan matanya.
Ini adalah aura pedang yang luar biasa. Dia tak pernah melihat tekanan sejati yang bisa dikeluarkan oleh Kapten Warrior Kingdom. Namun, tubuhnya seakan jauh dan samar, seperti sebuah fatamorgana.
“Stronoff-sama...”
Ini adalah terakhir kalinya dia bisa melihat Gazef dalam keadaan hidup.
“Itu tidak menjamin.”
“-Eh?”
Tiba-tiba saja, Brain mengeluarkan sebuah penolakan kepada Climb dari tempat dia berdiri, di samping dirinya.
“Tidak ada jaminan Gazef akan kalah. Peluangnya sanggat kecil, tapi masih ada peluang menang. Pria itu mempunyai Jurus mematikan tahukah kamu? Martial art yang dia gunakan sebagai kartu as?”
“Sixfold Slash of Light (Enam kali lipat tebasan cahaya)?”
Brain tersenyum dengan tenang.
“Bukan, itu adalah martial art terhebat yang jauh melebihi yang itu. Pria itu sudah mempelajarinya.”
“Apa, apa itu?!”
Saat Climb mempersiapkan loncengnya, dia melihat ke arah pedang yang terangkat, dan ke arah wajah Gazef, penuh dengan fokusnya yang seperti laser.
Wajah yang seperti baja dari pria yang dikenal sebagai Kapten Warrior, oleh seluruh negeri tetangga.
“Ah. Jurus itu berasal dari mantan petualang adamantite dari Kingdom. Itu adalah sebuah martial art yang diciptakan oleh Vestia Croft Di Lofan, tapi dia tidak bisa menggunakan itu karena usianya yang sudah senja. Jika jurus rahasiaku yang terhebat, ‘Nail Clipper’ adalah hasil dari menggunakan banyak martial art sekaligus, Jurus andalan mematikan milik Gazef adalah satu teknik yang terkuat. Siapa yang tahu, pukulan itu.... mungkin saja bisa mencapai Ainz Ooal Gown.”
Mungkin itulah kenapa dia meminta duel satu lawan satu, Brain berkata sambil matanya tidak sedikitpun teralihkan dari pemandangan yang ada di depannya.
Climb menelan ludah. Tangan yang sedang memegang lonceng terasa berat. Ketika dia membunyikannya, nasib Gazef akan ditentukan.
“Ingin gantian denganku?”
“...Terima kasih. Tapi... aku akan melakukannya.”
Apa, gumam Brain, tapi dia tidak berkata lagi.
Climb mengangkat lonceng itu. Dia hanya bisa berdoa agar kemenangan berpihak kepada Gazef.
Lalu – lebih keras dari yang diduga – lonceng itu berbunyi.
Kesadarannya terfokus hingga batas yang absolut, Gazef melangkah dengan kecepatan yang sulit dipercaya-
Tanpa melewatkan satupun momen, Brain dan Climb membuka mata mereka dan melihat-
-dan lebih cepat dari siapapun, dunia serasa hening.
“Seperti yang kubilang... pencegahan terhadap pemberhentian waktu adalah penting.”
Karena Ainz dengan cepat merapal “Silent Time Stop”, Gazef, pedangnya terangkat tinggi, berhenti di depan Ainz.
Tak ada serangan yang akan berjalan ketika waktu berhenti. Meskipun jika dia menggunakan serangan magic untuk membombardir Gazef, itu tidak akan melukainya. Karena itu, Ainz merapalkan sebuah mantra sambil sambil menjaga jalannya waktu.
“[Delay Magic : True Death].”
In iadalah mantra tingkat sembilan.
Karena ‘Grasp Heart’ adalah mantra yang lebih praktis, dia tidak menggunakan yang satu itu dengan sering.
Jika tak ada mantra yang bisa memberikan efek kepada lawan ketika waktu berhenti, maka yang perlu dia lakukan adalah mendelay waktu aktivasi dari mantra itu hingga waktu dari ‘Time Stop’ berakhir. Meskipun itu adalah serangan kombinasi yang sederhana secara teori, triknya adalah bisa mendapatkan timing yang tepat, yang mana sangat sulit. Oleh karena itu, hanya 5% dari seluruh pengguna magic yang bisa menggunakannya.
Setelah banyak berlatih dan mempraktikkannya, Ainz berada dalam lingkaran yang 5% itu pula.
“...Selamat jalan, Gazef Stronoff. Aku tak pernah membencimu.”
Mantra itu berakhir, dan waktu kembali ke dunia.
Tepat setelah itu, mantra lainnya aktif sebelum yang lainnya.
-Gazef perlahan jatuh.
“Eh?”
“A-Apa?”
Climb dan Brain tidak tahu sama sekali apa yang terjadi.
Dalam sekejap Gazef bergerak menyerang, dia tiba-tiba saja sudah roboh.
Ainz melangkah maju untuk menangkap tubuh Gazef.
Pedangnya jatuh dari jari-jarinya yang lemas, lalu jatuh ke tanah.
Pertempuran itu sudah berakhir.
Namun, tak sedikitpun ada yang bisa memahaminya.
Tak ada yang tahu apa yang terjadi.
“Apa yang sebenarnya terjadi..?”
“Memangnya aku tahu!”
Brain mengeluarkan teriakan marah.
“Ada apa? Bangunlah! Gazef!”
Lalu harapan tulus Brain menjadi sirna sama sekali.
“Dia sudah mati.”
Dengan hormat, mungkin bahkan dengan sopan, Sorcerer King Ainz merebahkan Gazef ke atas tanah. Setelah itu, dia perlahan menutup mata pria itu yang terbuka lebar.
Sambil melihat ke arah wajah Gazef, dia berbicara kepada mereka berdua yang ada di dekat.
“...Melihat bagaimana dia menantangku tanpa ada satupun harapan menang mengingatkanku pada waktu itu. Sebagai peghormatan kepada Kapten Warrior, aku akan memerintahkan Dark Young untuk berhenti. Tubuhnya akan kukembalikan kepadamu.”
“...Tidak, itu tidak perlu. Kami akan membawa pulang Gazef. Tidak perlu menyusahkan anda.”
Climb menghela nafas dengan berat.
Apakah Brain akan menantang Ainz dalam pertempuran yang tak ada harapan? Dia penasaran, namun, itu tidak perlu.
“Begitukah,” balas Ainz sebelum bangkit kembali.
“Mantra kematian dalam sekejap yang aku gunakan, ‘True Death’, akan menolak magic resureksi tingkat yang lebih rendah. Katakan hal ini kepada orang-orang Kingdom. Katakan kepada mereka aku akan mengampuni siapapun yang pasrah dengan hormat.”
Ainz dengan entengnya mengambang di udara.
Meskipun mereka melihat punggungnya yang tanpa pertahanan, dua orang itu tahu mereka tidak bisa melakukan tindakan memalukan semacam itu seperti menyerang dari belakang.
Ainz duduk di atas tentakel Dark Young.
Itu benar-benar singgasana yang mengerikan.
“Serahkan E-Rantel dan area sekitarnya kepadaku dan domba-domba ini tidak akan bermain-main hingga ibukota kerajaan. Katakan kepada sang raja hal ini, ketika kamu bertemu dengannya lagi.”
Dark Young tersebut berputar dan pergi, dan empat Dark Young lainnya juga mulai kembali ke benteng Imperial.
“Climb-kun. Aku punya satu permintaan.. Bisakah aku membawa Gazef-dono pulang?”
“...Baiklah. Kalau begitu aku akan membwa pedang Stronoff-sama pulang.”
“Banyak orang yang mati.”
“Yeah, terlalu banyak untuk dihitung.”
“..Apa yang terjadi?”
“Entahlah. Tapi, jika orang seperti itu menyebut dirinya sebagai raja dan menguasai area ini...”
“Di masa depan, sebuah perang pasti akan terjadi. Dan siapa yang tahu, yang mati mungkin jumlahnya akan melebihi mayat-mayat yang ada disini hari ini.”
Berjalan di belakang Brain, yang sedang membawa Gazef di punggungnya, pikiran Climb terarah ke masa depan dari Kingdom, tertutup oleh awan.
Ucapan Brain pasti akan menjadi kenyataan. Yang penting adalah apa yang bisa dia lakukan, lalu, apa yang akan dia lakukan.
Dan yang terpenting adalah
-Aku harus melindungi Renner-sama.
Climb mengepalkan tangannya, lalu menguatkan diri. Setidaknya, dia haru melindungi tuannya, tak perduli bagaimana caranya.
===========