Another Battle
Pertempuran Lainnya
Dengan Suara teriakan-teriakan pasukan yang berada di E-Rantel saat mereka bersiap untuk perang yang akan datang bergema di belakang punggungnya, suasana hati pangeran pertama Barbro Andrean Ield Ryle Vaiself saat ini sedang kesal karena ia dan pasukannya harus bergerak ke arah utara.
"Sial. Semuanya karena si Marquis Raeven ... "
Barbro tidak bisa berbuat banyak selain mengumpat.
Selama demonic disturbance (keributan akibat iblis), adiknya meminjam orang dari Marquis Raeven dan mampu meningkatkan reputasinya dengan berpatroli di jalan-jalan dalam ibukota, meninggalkan kesan seseorang yang mampu mengambil tindakan dalam keadaan darurat dan tidak takut untuk pergi ke garis depan. Hal ini dipandang baik oleh para bangsawan, menyebabkan banyak dari mereka yang mendukung pangeran pertama Barbro, mengubah pendapat mereka. Meskipun Marquis Raeven mungkin juga memainkan peran dalam hal ini, sejumlah bangsawan sudah mulai mendukung pangeran kedua sebagai pewaris berikutnya.
Tidak mengambil tindakan dalam demonic disturbance terbukti menjadi kesalahan fatal.
Alasan mengapa Barbro tetap di istana dan tidak muncul di garis depan adalah karena ia tidak punya pion yang bisa digunakan pada saat itu.
Itu adalah pembuatan keputusan yang benar. Maju sendirian ke garis depan tidak akan ada bedanya, dan kemungkinan besar dia hanya akan berakhir menjadi beban nantinya. Selain itu, ada kemungkinan juga istana akan diserang.
Jika bukan karena bawahan yang Marquis Raeven sediakan, adiknya tidak akan mampu melakukan patroli di jalan-jalan.
Barbro yakin penilaiannya benar. Namun, orang-orang bodoh itu bahkan tidak bisa menyadari itu dan akhirnya tertipu oleh apa yang mereka melihat. Pada akhirnya, semuanya berjalan sesuai dengan rencana Marquis Raeven semula.
"Bisakah orang-orang itu setidaknya memikirkan motif dari tindakannya? Selain itu, satu-satunya hal yang mereka lakukan adalah berpatroli di sekitar kota. Mereka bahkan tidak berpartisipasi dalam satu pertempuranpun melawan iblis. "
Jika adiknya melangkahkan kakinya ke medan perang, kemungkinan besar dia hanya akan menunjukkan sisi menyedihkannya kepada publik. Ketika ia berpikir demikian, itu menunjukkan betapa menakutkannya kemampuan Marquis Raeven dalam menggunakan kepalanya.
Juga, ada alasan lain mengapa suasana hati Barbro ini telah jelek sepanjang hari.
Alasannya adalah bahwa ia dipaksa untuk pergi menyelidiki ke desa terpencil yang disebut Carne.
Perebutan tahta harus ditunda untuk nanti.
Dalam pertempuran yang akan datang dengan Empire, Barbro harus membuat dunia tahu keberadaannya sebagai pangeran pertama dari Kingdom. Agar namanya dikenal sebagai ahli waris Kingdom Re-Estize, dan untuk mengambil kembali apa yang menjadi haknya dari sang adik.
Namun, bukannya diberi posisi penting untuk pertempuran mendatang, dia diberi perintah yang membuatnya tampak seperti melarikan diri: Pergilah ke sebuah desa yang terletak di dekat perbatasan dan selidiki hubungan desa itu dengan Ainz Ooal Gown. Memangnya berapa banyak ketenaran yang bisa ia peroleh dari melakukan hal ini?
Tiba-tiba, tulang belakang Barbro terasa dingin.
Mungkinkah ini rencana untuk memastikan bahwa ia tidak akan mampu meraih prestasi apapun?
Mungkinkah ayahnya sudah memutuskan menyerahkan tahta itu kepada adiknya, dan untuk memastikan bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan untuk membalikkan keadaan, Oleh karena itu ia ditugaskan untuk menyelidiki desa terpencil ini...
Pernapasan Barbro menjadi semakin tidak menentu ketika ia semakin memikirkan hal ini. Perlahan-lahan, kebenciannya mulai timbul kepada sang ayah yang akan menyingkirkan anak sulungnya agar sang adik yang hanya menampilkan sedikit keberanian itu bisa meraih tahta. Itu cukup menyebabkan penglihatannya menjadi sempit.
Kebetulan saja pengendara di sisi Barbro ini melihat perubahan sikapnya.
"Yang Mulia, mungkinkah Anda sedang merasa tidak sehat? Apakah Anda ingin hamba untuk memanggil priest untuk Anda? "
Suara dengungan yang dibuat oleh serangga terdekat menyebabkan Barbro merasa mual. Namun, dia mampu menekan keinginannya untuk muntah. Mungkin ia beruntung karena di saat yang sama udara menjadi semakin dingin, atau mungkin karena pelatihan keras yang ia terima sebagai anggota keluarga kerajaan, tapi Barbro mampu menjaga kehormatannya tetap di atas.
Memperlihatkan perasaan seseorang adalah hal yang bodoh untuk dilakukan.
"Tidak, tidak, jangan khawatir tentang hal itu. Aku hanya sedang memikirkan pekerjaan yang Ayah percayakan kepadaku. Daripada itu, Baron Cheneko, bagaimana jalannya pertemuan anda dengan petualang adamantite Momon? "
"Tentang itu, Yang Mulia, tolong dengarkan saya! Itu adalah kejadian yang tidak menyenangkan! Selain itu, saya tidak bisa bertemu Momon karena ia sedang tidak ada di tempat. "
"Yah, hal-hal seperti itu pasti akan terjadi. Lagipula, dia seorang petualang adamantite. Jadi kenapa anda marah? Bagaimanapun Anda tidak membuat janji atau yang lainnya, jadi mau bagaimana lagi jika anda tidak bisa bertemu dengannya."
"Tidak, ini bukan tentang itu. Alasan mengapa saya marah adalah karena tindakan pendamping Momon, yang disebut Nabe!"
"Nabe? Ah, yang dijuluki 'Beautiful Princess'? "
Barbro mengingat sosok wanita yang ia lihat sebelumnya di ibukota kerajaan, yang memiliki kecantikan seolah bukan berasal dari dunia ini. Penampilan wanita itu bahkan bisa dibandingkan dengan adik perempuannya. Meskipun Barbro menginginkannya, dia adalah salah satu petualang yang telah menerima hadiah dari ayahnya. Dia tidak bisa menggunakan metode sederhana untuk mendapatkan diri wanita itu.
"Jadi, apa yang perempuan cantik itu lakukan kepada Anda?"
"Dia menyerang saya! Silahkan lihat ini! "
Baron Cheneko melepas sarung tangannya, memperlihatkan tangannya yang memar.
"Apa? Meskipun dia seorang petualang adamantite, kekerasan terhadap kaum bangsawan itu tidak diizinkan."
"Meskipun begitu, wanita bernama Nabe tiba-tiba meraih tangan saya dan memaksa saya keluar."
Jumlah rincian yang diberikan oleh Baron sangat sedikit, karena itu, Barbro hanya memberikan sedikit perhatian saat mendengarkan. Bagaimanapun dia memikirkannya, kelihatannya Cheneko seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Yang mulia! Bagaimanapun, silakan gunakan otoritas kerajaan Anda untuk menegakkan keadilan terhadap wanita bodoh itu yang telah berani menggunakan kekerasan pada saya!"
Jika aku bisa memanfaatkan kejadian ini, mungkin aku dapat memeras wanita itu dan membuat dia melakukan apa pun yang kuinginkan?
Barbro memikirkannya.
Tentang cara menawarkan bantuan ke Baron dan membuat Nabe menjadi miliknya.Namun, ia tidak dapat menemukan rencana bagus. Semua karena si bodoh Baron yang kemungkinan besar telah mengatur agar ia akan menolongnya.
Dasar orang bodoh yang tidak berguna. Sementara aku akan pura-pura memperlakukan dia dengan hormat untuk saat ini, saat saya mendapatkan tahta saya akan membuangnya segera.
Semakin Barbro memikirkan hal ini, semakin frustrasi ia jadinya. Bahkan orang bodoh seperti Baron mampu memiliki wilayah sendiri untuk diperintah dan orang-orang untuk disuruh, namun Barbro sendiri tidak memiliki apa-apa - bahkan pion satu saja untuk digunakanpun tidak ada, dan dia harus bergantung pada orang lain saat bertarung di pertempuran. Berbagai pikiran seperti ini timbul di kepalanya, namun pada akhirnya ditekan hingga menghilang.
Berpaling ke arah Baron yang tidak sabar untuk menunggu jawabannya, Barbro melambaikan tangannya seperti biasa dan berkata;
"Aku akan memikirkannya setelah tahta kuwarisi."
"Ya!!"
Tidak ingin lagi bertukar dialog dengan si bodoh itu, Barbro memalingkan wajahnya dan bertanya kepada salah satu bawahan Marquis Bowlrob yang berada di dekatnya.Dia adalah seorang perwira pasukan elit di bawah komando langsung dari Marquis.
"Oi, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan."
"Apakah ada yang salah, Yang Mulia?"
Sejujurnya, Barbro tidak ingin tahu apa-apa. Namun, ia tidak bisa begitu saja mengakhiri pembicaraannya dengan Baron. Dia harus cepat memikirkan sebuah pertanyaan untuk ditanyakan. Pikiran kurang menyenangkan yang Barbro sebelumnya telah tekan tiba-tiba muncul kembali.
Alasan utama mengapa Barbro sedang menuju Desa Carne adalah karena proposal yang dibuat oleh Marquis Bowlrob. Jika itu yang sebenarnya, maka-
Mungkinkah, Marquis telah mengkhianati ku? Agar adik ku bisa mengambil tahta?
Sungguh pemikiran yang tak bisa dipercaya.
Putri Marquis adalah istrinya, dan hubungannya dengan Marquis cukup bagus. Jika Barbro adalah orang yang mewarisi tahta, Bowlrob juga akan menjadi kepala Enam Keluarga Hebat. Jika Marquis tiba-tiba mulai mendukung saudaranya, itu kemungkinan besar hanya tipuan yang merupakan bagian dari rencana yang lebih besar untuk menghadapi Marquis Raeven. Namun, selain dari itu, Barbro tidak bisa memikirkan alasan lain mengapa Marquis membuat proposal tersebut.
Bila memang seperti itu... apakah alasanku dikirim ke sebuah desa terpencil adalah untuk membuat para bangsawan lain berpikir bahwa aku tidak akan bisa memperoleh prestasi apapun?
"Apakah ada sesuatu yang dapat saya lakukan untuk Anda? Haruskah kita berhenti dan beristirahat? "
"- Diam."
Kebencian tak terkendali keluar dari Barbro, menyebabkan bawahan tersebut menunjukkan ekspresi kaget. Meskipun Barbro menyadari sikapnya yang agak mengerikan, dia masih tidak dapat menahan amarahnya.
Niat membunuh yang besar bisa dirasakan dari suara Barbro saat ia memberikan perintahnya.
"Dengan ini aku memerintahkan kepada kalian. Setelah kita menyelesaikan tugas kita di Desa Carne, kita akan segera menuju medan perang. Buatlah persiapan untuk perjalanan sekarang sementara kita masih dalam perjalanan menuju Desa Carne. Segera setelah kita menyelesaikan tugas, kita akan langsung berangkat dan kembali ke E-Rantel saat malam tiba. Setelah istirahat sejenak, kita akan menuju ke arah Dataran Katze dan bertujuan untuk sampai ke sana sebelum matahari terbit. "
Bawahan tersebut terkejut mendengar perintah itu.
"Maafkan kata-kata saya, tapi perintah Yang Mulia ini mungkin akan sulit untuk dilaksanakan. Tolong perhatikan; kekuatan kita terdiri dari tiga ribu lima ratus orang dari Marquis dan tambahan seribu lima ratus orang yang dikirim dari berbagai bangsawan sebagai bala bantuan untuk Yang Mulia. Gabungan semuanya kita memiliki lima ribu pasukan. Untuk melaksanakan misi ini secepat mungkin, kita tidak memiliki banyak pasukan untuk logistik, tetapi menyimpan semua kebutuhan kita pada lima puluh kereta."
"Aku menyadari hal tersebut. Apa masalahnya?"
"Dari lima ribu pasukan yang kita miliki, empat ribu lima ratus dari mereka adalah pasukan infanteri dan kavaleri kita hanya terdiri dari lima ratus orang. Meskipun jika kita dapat menyelesaikan tugas di Desa Carne dalam hitungan jam, tetap sulit bagi para prajurit untuk dapat mencapai E-Rantel sebelum malam tiba. "
"Aku sudah bilang aku sudah tahu hal itu. Aku bertanya padamu sekali lagi, apakah aku memiliki masalah dengan perintah itu? Jika tidak, segera lakukan apa yang aku perintahkan. "
"Yang Mulia ... Beberapa pasukan mungkin tidak akan dapat bertahan."
"Anda tampaknya telah salah memahami sesuatu. Jujur saja, untuk sebuah desa kecil yang terletak di perbatasan kita, hampir tidak ada nilainya bagi kita untuk pergi kesana. Apa yang seharusnya kita lakukan adalah menuju ke dataran Katze untuk mengalahkan Empire. Bagaimana menurutmu? Kau adalah bawahan Marquis, ya kan? Dalam hal itu aku bertanya padamu, apakah kamu berpikir bahwa pertempuran yang akan datang sangat mudah sehingga bisa begitu saja mengirim lima ribu pasukan ke tempat lain untuk main-main? Apakah kamu benar-benar percaya hal itu?"
Bawahan tersebut menutup rapat mulutnya.
"Jangan bingung dengan prioritasmu. ...Kamu mengatakan bahwa beberapa prajurit mungkin akan ketinggalan? Bila memang seperti itu, biarkan saja mereka. Alasan pertama mengapa kalian berkumpul di tempat ini adalah untuk bertempur di dataran Katze."
... Dan untuk meningkatkan reputasiku.
"... Seperti yang Anda katakan. Saya mengerti."
Bawahan tersebut menundukkan kepalanya.
"Kamu seharusnya menjawab seperti itu dari awal. Rencanakan kapan saat kita akan tiba di E-Rantel dan ketika kita akan keluar. Aku akan menyerahkan detil rencananya kepadamu. "
"Baik! Saya akan segera melakukannya dan pasti akan membawakan hasilnya kepada anda. "
Pada saat sang bawahan itu sudah pergi, keberadaannya sudah hilang dari pikiran Barbro.
Apakah ayah membenci ku? Atau usia tua menyebabkan pikirannya menjadi kabur?menyerahkan tahta adik ketika itu jelas-jelas merupakan hak anak tertua untuk mewarisinya ... ini hanya akan menimbulkan kebencian para bangsawan.
Meskipun situasi Barbro saat ini sangat jauh merugikan, ia sangat yakin ia bisa membalikkan keadaan. Biarkan mereka menyesal sudah memberiku kesempatan untuk mengambil alih komando dari lima ribu pasukan.
Ide-ide tersebut berputar-putar di dalam pikiran Barbro.
"Baron!"
"Iya!"
"Aku harap anda melakukan yang sebaik-baiknya!"
Suaranya yang tajam kelihatannya seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu yang lebih, bergema ke segala arah.
Tunggu saja, Zanack. Gigitlah kuku mu sementara kau menunggu ku di Ibukota.
.
Meskipun mereka terhubung dengan darah, adiknya masih lawan yang harus dikalahkan agar bisa mendapatkan tahta. Terlebih lagi, Barbro tidak pernah menyukai adiknya sejak awal. Meskipun ketidak senangan itu tidak sampai menginginkan kematiannya, tetapi jika Zanack menimbulkan masalah lebih banyak lagi, Barbro pasti akan membuang dia.
Setelah aku menjadi raja, bagaimana aku harus memanfaatkan dia? Akan lebih baik membunuhnya sehingga bangsawan-bangsawan bodoh itu tidak akan bisa menggunakannya sebagai simbol untuk memberontak? Tapi bukankah itu terlalu sia-sia? Jika dia seorang wanita akan ada banyak kegunaannya ... Seperti saudari saya, meskipun kemampuan berpikirnya kurang bagus, namun setidaknya penampilan ia lebih baik. Bukanlah ide yang buruk menjualnya kepada penawar tertinggi. ... Meskipun itu mungkin dapat menyebabkan beberapa masalah karena darah bangsawan nya, mungkin yang terbaik adalah menikahkannya dengan beberapa kerajaan yang jauh. ... Mungkin itu bahkan dapat menjadi bagian dari pondasi masa depanku untuk mendapatkan kekuasaan. Yah, mari kita tunggu dan lihat saja.
Mata Barbro menyipit saat ia mulai membayangkan Re-Eztize Kingdom yang ideal yang akan ia bangun di masa depan.
Gambaran para bangsawan berlutut di depannya saat ia duduk di atas singgasana emas.
Dengan satu perintah, seluruh isi ruangan akan sujud didepannya.
"Oh betapa menakjubkannya."
Senyum tipis muncul di wajah Barbro, tapi segera ditutupi dengan tangannya.
Tugas di Carne Village akan selesai dengan cepat, dan setelah itu, mereka akan segera bergegas ke Dataran Katze. Apakah mimpinya akan terwujud atau tidak tergantung pada seberapa baik dua tugas tersebut diselesaikan.
... Aku harus memaksa prajurit bergerak meskipun harus menggunakan kekerasan.Yang penting adalah aku harus tiba sebelum perang dimulai. Tunggu, tidak.Bukankah lebih baik menunggu sampai pertempuran dimulai dan mencoba untuk menyergap musuh?
Meskipun itu mungkin memang adalah langkah yang baik, namun Barbro kurang percaya diri mampu memimpin pasukannya untuk menyerang musuh secara tiba-tiba dari belakang dan samping.
Meskipun Barbro cenderung percaya sebaliknya, mau tidak mau dia malahan akan menyerahkannya kepada knight tersebut. Meskipun menggantungkan mimpinya untuk menjadi raja pada orang lain mungkin memang terbukti bukanlah ide yang bijaksana.
Sementara dirinya tenggelam dalam khayalan tentang bagaimana cara terbaik untuk menampilkan kehebatannya, sebuah ide melintas di benaknya.
Bisakah penduduk Desa Carne digunakan sebagai alat negosiasi terhadap Ainz Ooal Gown?
Seolah-olah cahaya terang tiba-tiba menyinari Barbro, membuat tubuhnya tertutup cahaya.
Rencana sempurna!
Apapun alasan Ainz Ooal Gown menyelamatkan Desa Carne, keberadaan mereka dapat digunakan sebagai alat tawar-menawar.
Jika magic caster tak dikenal yang bernama Ainz Ooal Gown ini mundur dari pertempuran, Empire akan kehilangan alasan mereka untuk memulai konflik dan kemungkinan besar akan mundur pula.
Jika Empire mundur karena tindakan yang dilakukan oleh Barbro –
Bukankah ini adalah peristiwa yang terbaik? Ayah tidak akan bisa lagi mengabaikan pendapatku, dan peluangku menjadi raja berikutnya akan menjadi pasti.
"Bagus sekali. Itulah yang terbaik."
Namun, jika itu hanya karena Ainz Ooal Gown kebetulan lewat dan memutuskan untuk menyelamatkan Desa Carne, maka kemungkinan dia akan memakan umpannya sangat kecil. Jika itu masalahnya, maka ketika waktunya tiba, Barbro hanya perlu memaksa para penduduk desa ikut menjadi prajurit sipil dalam perang nantinya. Konflik yang Kingdom hadapi saat ini memerlukan pergerakan dari seluruh negara. Rakyat biasa dari Desa Carne tidak punya hak untuk menolak.
Meskipun ayahnya mungkin telah memberikan izin rakyatnya menolak wajib militer, situasi saat ini telah berubah. Pada saat ini, kepala pasukan - yang kebetulan adalah Barbro sendiri, memiliki hak untuk memutuskan apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan.
Jika para petani dari Desa Carne mampu membunuh Ainz Ooal Gown, ini akan menunjukkan bahwa dia hanya berada pada tingkat manusia biasa dan bisa dipublikasikan sebagai propaganda untuk dilihat semua orang. Itu bahkan bisa digunakan untuk melawan Empire.
Barbro mau tidak mau gemetar sendirian dengan rencana sempurna yang datang kepadanya.
Sejujurnya, meskipun ia selalu beranggapan bahwa kepalanya tidak pernah sebagus saudaranya mengenai perencanaan, tapi sekarang . Barbro mulai mengagumi penemuan bakat tersembunyi dalam dirinya yang mulai mekar.
********
Datangnya musim dingin adalah neraka bagi desa kecil. Yang bisa mereka lakukan hanyalah berdoa agar musim yang lebih hangat datang sambil berlindung dari hari-hari yang dingin di dalam rumah mereka. Jika musim dingin datang terlambat, atau jika panen di dalam musim gugur kurang, mereka mungkin akan dipaksa untuk makan stok benih mereka, dan orang-orang masih akan tetap kelaparan sampai mati meskipun mereka melakukan itu.
Meskipun ladang-ladang tidak perlu digarap ketika musim dingin, kehidupan desa masih sangat dekat dengan kalimat “aktivitas”. Ada banyak tugas yang harus dilakukan di dalam rumah, seperti merawat ternak dan memelihara alat-alat pertanian. Disamping itu, rumah mereka, gubuk-gubuk dan kandang-kandang semuanya harus dibersihkan. Memang tidak ada waktu untuk istirahat.
Hal ini terutama benar-benar terjadi di desa Carne, dimana mereka harus mendukung monster-monster seperti ogre. Mereka tidak bisa hanya mengandalkan jebakan-jebakan saja untuk berburu daging yang cukup agar bisa menyelesaikan masalah itu, jadi para penduduk akhirnya harus merawat babi-babi malahan, membeli babi-babi itu dengan jumlah uang yang besar yang mereka terima dari penjualan yang telah mereka panen.
Para goblin membuat babi-babi itu masuk ke dalam hutan Tob agar bisa merumput. Hanya ada jumlah kecil babi saat ini karena rencana ini masih berada pada tahap percobaan, tapi jika berjalan dengan baik dan mereka bisa melewati musim dingin, mereka akan bisa meningkatkan jumlah babi-babi yang dirawat di masa depan.
Biasanya, mereka harus membayar pajak kepada pemilik tanah tempat mereka merumput, tapi untungnya, desa Carne tidak perlu melakukan hal itu. Alasannya adalah karena hutan Tob adalah tempat berkumpulnya para monster, dan tidak dimiliki oleh manusia.
Masa depan desa Carne memang terlihat sangat cerah.
Semua ini berkat Ainz Ooal Gown, yang telah menyelamatkan desa itu dan telah memberinya banyak dukungan. Ditambah lagi, Dark Hero Momon telah menaklukkan Wise King of the Forest. Banyak orang di desa yang berterima kasih kepada mereka berdua, dan beberapa diantaranya bahkan berdo’a kepada mereka ketika sarapan, menganggap mereka sama dengan para dewa.
Memang karena harapan yang sangat melimpah inilah yang membuat kepala desa yang baru, Enri Emmot, begitu sibuk.
Hari ini, Enri, diikuti oleh Nfirea, menuju ke arah gubuk kecil untuk pekerjaan mereka.
Di desa perbatasan seperti Carne, semua yang ada di dalam desa bekerja sama seperti sebuah keluarga. Jika mereka tidak melakukan ini, mereka tidak akan bisa selamat. Mereka berbagi peralatan bertani dan bahkan bergantian menggunakan sapi-sapi umum untuk menggarap ladang-ladang itu.
Karena hal ini, perawatan dan memberi makan ternak adalah aktivitas kelompok. Dan jerami untuk sapi-sapi itu di musim dingin disimpan di dalam gubuk kecil seperti ini.
Enri membuka pintu kayu tersebut lalu masuk, diikuti dari dekat oleh Nfirea. Berjalan dengan tegak seakan dia masih sedang membuka pintu, Enri mendudukkan dirinya ke atas tumpukan jerami, menenggelamkan pantatnya ke arah rumput-rumput kering dengan suara lembut pomf.
Setelah menutup pintu tersebut, Nfirea duduk di sampingnya, debu cahaya magic miliknya menyinari sekeliling.
“Kepala, anda seharusnya menunda bermain-main setelah menyelesaikan hal ini; kita masih perlu melihat jika kita sudah memiliki jerami yang cukup lalu membuat beberapa keputusan setelah itu.”
“Kamu memanggilku kepala lagi...”
Nfirea mau tidak mau tertawa terkikik terhadap Enri yang membalas dengan bosan.
“Yah, lagipula siapa yang perduli? Aku adalah kepala, lagipula. Benar juga, Agu pikir aku bisa menggencet semua goblin menjadi pasta jika aku merasa ingin melakukannya! Dibanding hal itu, semua masalah ini bukan apa-apa!”
Sejak dia menang adu panco dengan Agu, orang-orang di desa bergumam “mungkin saja itu benar”. Suasana seperti itu memang sangat menjengkelkan. Untungnya, dia tidak menantang ogre-ogre itu. Jika dia kalah, itu tidak akan membuktikan apapun, dan jika dia menang, atau setidaknya hampir kalah, akan menjadi lebih buruk.
-Apakah itu artinya jika aku biarkan Enfi pergi, aku takkan pernah bisa menikah?
Keringat perlahan terbentuk di tangan Enri.
“Ah- benar juga. Apakah kamu tidak akan membuka jendela? Sekarang sudah kering, jadi membuka jendela itu seharusnya tidak masalah.”
“Eh? Tidak perlu, kita tidak perlu melakukannya ya kan? Dan lihat, kita punya lampu magic disini.”
“Benarkah? Yah, jika Enfi tidak keberatan, aku pun juga demikian.”
Penerangan secara magic lebih terang daripada matahari. Dia tahu ini, tapi saran Enri murni berdasarkan logika bahwa “karena matahari sudah keluar, bukankah sayang sekali membuang-buang mana untuk lampu magic?” Ditambah lagi, Enri ingin merubah suasana di dalam ruangan itu. Tidak ada alasan lain untuk itu dan dia sendiri tidak keberatan ketika Nfirea menolak. Namun, duduk di samping Enri, Nfirea kelihatannya mengeluarkan reaksi yang agak aneh, seperti telinganya menjadi merah dan semacamnya.
Apakah magic itu menguras begitu banyak mana miliknya? Tapi aku dengar magic untuk membuat cahaya tidak begitu melelahkan... apakah dia menggunakan mantra lain sebelum datang kemari? Setelah dipikir-pikir, dia tidak bau tanaman-tanaman obat, dia berbau agak.... harum.
“A-Ada apa, Enri?”
Ucapan Nfirea keluar dari jeritan panik saat Enri mendorong hidungnya mendekat ke arah Nfirea.
“Mm? Ah, tidak, bukan apa-apa, aku hanya berpikir aku mencium bau yang harum...”
“Be-Benarkah? Yah, senang sekali mendengarnya. Itu pasti cologne yang aku buat.”
“Benarkah... mengapa kamu tidak coba menjualnya ke kota lain kali? Aku yakin pasti harganya bagus.”
“Tidak, itu.. ini... bukan untuk...”
“Hm-mm..yah, lupakan saja. Lagipula, seharusnya ada cukup jerami di gubuk ini. Mari kita lanjutkan?”
“Mm, yeah. Kalau begitu, sebelum kita melanjutkan, biar kuperiksa sesuatu dahulu. Lagipula di luar dingin.”
“..Yah, tempat ini juga tidak begitu hangat pula...ah, lupakan saja.”
“Itu... tentang itu. Aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu.”
Nfirea, yang sedang duduk di sampingnya, terlihat sedikit tegang.
Ada apa dengannya?
Saat Enri mengguyur sisi samping wajahnya dengan tatapan curiga, Nfirea mengeluarkan beberapa lembar kertas.
Lembaran-lembaran kertas itu ditutupi oleh tulisan-tulisan kecil. Meskipun Enri bisa mengenali beberapa tulisan itu, ada lebih banyak tulisan lagi yang tidak dia tahu dalam sekali tatap.
“Hal pertama adalah bagaimana memberi makan goblin-goblin sisa dari suku Agu dan para ogre.”
“Eh? Bukankah kita sudah baik-baik saja? Mereka membantu panen di musim gugur, dan kita berhasil membeli makanan untuk ogre di kota.”
“Mmm, dan penjualan tanaman-tanaman obat juga bagus, jadi bisa dikatakan kita memiliki persediaan makanan yang cukup. Seharusnya itu cukup untuk menghadapi musim dingin ini. Meskipun kita menambahkan jumlahnya, persediaan makanan kita seharusnya masih mencukupi. Tapi jika jumlahnya terus meningkat, hidup akan sangat keras. Mungkin kita harus memperoleh makanan dengan cara lain”
Ada 14 orang di suku Agu sekarang. Mereka bukan lahir, namun malahan, mereka berhasil kabur dari teritori Giant of the West dan Serpent of the East.
“Mmmm. Meskipun aku tidak melihat ada masalah, mungkin seharusnya kita membeli lebih banyak makanan dari E-Rantel. Namun, aku berencana untuk menyimpan uang untuk membeli beberapa alat logam untuk para ogre.”
“Jika kita bisa membuat beberapa alat pertanian untuk ogre, penyemaian benih di musim semi seharusnya akan jadi lebih cepat... Tapi masalahnya adalah jika kita memesan peralatan untuk para ogre, alat-alat itu akan cukup besar sehingga tidak ada manusia yang bisa menggunakannya, dan itu akan memunculkan banyak pertanyaan.”
“Dan jika omongan mengenai ogre keluar, itu akan menyebabkan banyak masalah, ya kan?”
Ketika para pengumpul pajak datang di musim gugur, Jugem dan yang lainnya harus sembunyi agar tidak terlihat. Untungnya, berkat usaha mereka panen gandum sangat melimpah.
Karena desa Carne pernah diserang oleh knight kekaisaran, mereka hanya perlu membayar tribut nominal saja, yang mana adalah suatu keberuntungan bagi mereka. Ditambah lagi, mereka dibebaskan dari kewajiban itu selama beberapa tahun.
Sebagian besar dari hal itu adalah sebuah bentuk permintaan maaf karena tidak melindungi desa Carne dengan benar, tapi kelihatannya mereka benar-benar merasa bersalah karena hal itu pula. Memang ada pertanyaan mengenai dinding yang mengelilingi desa, tapi mereka menepis pertanyaan itu dengan berkata “itu adalah hasil pekerjaan magic caster itu”. JIka mereka bisa melakukan hal itu, pastinya mereka bisa menjelaskan ogre-ogre itu pula, ya kan? Setidaknya, itulah yang Enri pikirkan, tapi Nfirea menggelengkan kepalanya.
“Tidak diragukan lagi, jika keadaan memburuk, Kingdom bahkan mungkin akan mengirimkan pasukan untuk menghukum.”
“Itu keterlaluan!”.
“Kamu bisa berkata begitu, tapi yang sebenarnya adalah ogre memang biasa makan manusia. Satu-satunya alasan mengapa mereka bisa hidup dengan kita di desa ini adalah karena Jugem-san, yang lebih kuat dari kita. Jangan lupakan itu.”
“Aku tidak melupakannya...”
“Hal lainnya adalah kita memiliki terlalu sedikit penduduk di desa ini. Kita harus memikirkan cara bagaimana mendapatkan lebih banyak penduduk. Jika orang baru tiba dengan musim tanam di musim semi, itu bagus juga.”
“Itu adalah pertanyaan yang besar. Dan, seperti yang kamu bilang, apa yang terjadi jika mereka melihat para goblin dan para ogre lalu kabur? Lalu bagaimana?”
Pertanyaan ragu-ragu itu datang dari Enri. Saat dia mengucapkannya, sesuatu yang aneh kelihatannya terjadi pada diri Nfirea. Sesuatu seperti... pikirannya melayang entah kemana atau sesuatu seperti itu.
“Eh? Ah, tidak, tidak ada masalah!”
Tidak mungkin itu benar. Apakah dia merasa kelelahan? Lagipula, kekasihnya memiliki kebiasaan buruk meletakkan semuanya karena terobsesi dengan potionnya.
Saat dia melihat asli Enri yang mengerut, Nfirea mengambil nafas dalam-dalam lalu mendekatkan tubuhnya.
Hm? Jadi dia memang lelah ternyata? Dia memang sering melakukan percobaan setiap hari... tapi tidur disini sangat dingin. Meskipun agak hangat di dalam jerami...
Ketika Enri sedang memikirkan tentang hal ini. Nfirea perlahan semakin menyandarkan berat badannya ke arah Enri.
Ada apa? Meskipun setelah dipikir-pikir, memang lebih baik jika Nfirea menjadi sedikit lebih kuat... kurasa dia memang butuh lebih banyak daging. Dia memang tidak cukup makan dan tidur.
Sebuah pikiran menggoda datang kepada Enri, lalu dia mendorong Nfirea kembali. Pada awalnya dia berniat untuk menggunakan sedikit kekuatan, tapi karena dia menggunakan terlalu banyak kekuatan, dia akhirnya malahan menindihnya.
“-Ueeeeh?”
Di depan mata Enri, wajah Nfirea yang terkejut dan bingung perlahan berubah menjadi merah.
Aaaaaah~ pasti memalukan bagi seorang pria yang kalah dalam hal kekuatan kepada wanita. Itulah kenapa aku bilang kamu perlu makan lebih banyak...
Saat Enri bergulung lepas darinya, Nfirea berbaring di dalam jerami dan menutup matanya.
Mereka tetap seperti ini selama beberapa detik, menikmati ketenangan dan keheningan.
“..Ada apa, Enri? Apakah kamu ingin tidur?”
Nfirea kembali duduk, wajahnya sangat merah.
“Uh...oh...um. bu-bukan apa-apa..”
“-Ane-san!”
Pintu itu tiba-tiba terbuka tanpa ada ketukan saat teriakan itu sampai di telinga Enri. Begitu kuat tenaga yang diberikan ke arah pintu sehingga membuatnya berdebam ke arah dinding dengan suara keras.
“Hueeee?”
Jeritan kaget itu datangnya dari Nfirea.
“A-a-a-a-a-apa yang terjadi?”
“Maaf sudah mengganggu kalian berdua, tapi ini adalah darurat!”
“Apa yang terjadi?”
Ini adalah pertama kalinya dia melihat Jugem sekhawatir ini sejak troll-troll itu menyerang. Sebuah prasangka buruk terlihat mengalir di tubuhnya.
“Pasukan! Sebuah pasukan besar sedang menuju kemari!”
“Eh?! Apa, apa kamu bilang? Pasukan siapa itu?”
“Kami tidak tahu dengan simbolnya jadi kita tidak kenal. Tapi ada banyak pakaian perang yang berbeda, jadi anda seharusnya pergi dan melihatnya... Bagaimanapun, kita harus menutup gerbang dahulu. Apa yang harus kita lakukan?”
“Itu! Ah... kalau begitu, bisakah kamu katakan kepada kami pakaian apa yang paling banyak di dalam pasukan itu? Jika kamu bisa menjelaskan atau mensketsanya mungkin aku bisa membantu.”
Setelah mendengarkan penjelasan dari Jugem, sebuah ekspresi curiga tersebar di seluruh wajah Nfirea.
“Aneh sekali. Itu adalah bendera dari Kingdom. Jika kita tahu simbol bangsawan mana itu, kita bisa mengetahui siapa yang datang kemari.”
Desa Carne adalah desa perbatasan, dan sebelum didirikan hanya ada hutan di sini. Jelas sekali tujuan mereka adalah desa Carne, tapi mengapa mereka datang kemari masih merupakan misteri.
“Tapi mengapa? Apakah kamu tahu mengapa, Nfirea?”
“Mengapa pasukan Kingdom datang ke desa ini? JIka mereka ingin pergi ke hutan Tob, rasanya aneh mereka mengirimkan pasukan begitu banyak. Mereka bisa mengirimkan para petualang sebagai gantinya. Jika itu masalahnya.. mungkin ada sebuah pemberontakan atau seperti itu...”
“Jangan-jangan hal semacam itu memang benar-benar terjadi?”
“Itu hanyalah sebuah rumor, tapi aku pernah dengar kekuasaan sang raja tidak begitu kuat. Saat ini, kelihatannya para bangsawan sedang mengalami konflik dengan sang raja. Jika itu masalahnya, apakah mereka datang ke desa Carne untuk menyerangnya?”
Darah seperti kering dari wajah Enri.
Jangan-jangan desa itu akan menjadi sasaran serangan mematikan seperti dulu?
-Bagaimanapun, keadaan sekarang berbeda dari masa lalu.
Enri memutuskan untuk menghadapinya langsung.
“Kita harus kabur ke dalam hutan sebelum pasukan itu tiba disini!”
“..Ane-san, maafkan aku. Kita telat mengetahui kedatangan mereka, jadi jika kita kabur sekarang, kita harus meninggalkan semua barang bawaan di sini. Ditambah lagi, karena ini adalah musim dingin, peluang para monster muncul di dalam hutan juga sangat tinggi. Jika kita bertemu satu masalah, kita nantinya akan menabrak masalah lain malahan.”
Ekspresi terluka dari Jugem membuat Enri merasa pusing.
Mereka tidak akan bisa selamat jika pasukan itu membakar desa di musim dingin.
“Jika itu masalahnya...ah! Benar sekali! Jika kita tidak bisa kabur dengan barang-barang milik kita, maka kita seharunsya bersiap perang dan menyembunyikan makanan dan keperluan lain di saat bersamaan!”
“Ya! Itu adalah rencana yang bagus, Enri! Ruang bawah tanah dimana Jugem dan ogre-ogre bersembunyi dari pengumpul pajak seharusnya belum dikubur. Kita akan memindahkan semunaya ke dalam sana!”
Saat Enri akan bergerak, dia ingat sebuah pertanyaan yang belum dia tanyakan.
Berapa jumlah mereka? Para penduduk desa bisa menghitung estimasi seberapa banyak makanan yang harus disembunyikan jika mereka tahu berapa banyak mereka.
“Berapa banyak mereka? Seharusnya ada ratusan, ya kan?”
“Tidak...”
Saat Enri melihat Jugem menghirup nafas dalam-dalam dan perlahan menjawab, dia tiba-tiba ingin menutup telinganya dengan jari tangan.
“Bukan hanya ratusan... lebih seperti ribuan.”
Enri berkedip. Begitu juga dengan Nfirea yang ada di sampingnya.
“Mereka memiliki sekitar empat ribu orang setidaknya, kurasa.”
“Tapi itu... mengapa mereka mengirimkan begitu banyak pasukan...”
“Aku tidak tahu. Mengapa mereka harus mengirimkan begitu banyak pasukan ke sebuah desa seperti ini?.. Enri, jangan-jangan kabar tentang goblin di desa sudah menyebar?”
“Tidak mungkin. Itu tidak mungkin.”
Balasan Enri datang langsung.
Tidak perduli bagaimana dia memikirkannya, dia tidak bisa memikirkan sebuah alasan kebocoran. Memang ada orang yang pindah, tapi mereka semua merasa bahwa para goblin lebih bisa dipercaya daripada manusia. Sejak serangan troll itu batasan antara penduduk asli dan baru di desa itu seperti sudah hilang.
Mungkin karena para petualang – mungkin Momon dan Nabe telah menyebarkan kabar untuk membalaskan rekan-rekan mereka yang gugur – tapi Nfirea bersikeras bukan seperti itu.
“Kalau begitu.. sambil bersiap kabur, kita seharusnya menanyakan alasan mereka kemari. Melawan... adalah usaha terakhir.”
Melakukan pertempurandengan sebuah pasukan berjumlah empat ribu orang mirip dengan bunuh diri.
“Seperti yang Ani-san bilang, hanya itu yang bisa kita lakukan... kurasa melawan jumlah seperti ini, tidak ada cara lain.”
“Umu. Itulah kenapa, kita harus bersiap untuk kabur setiap saat, sementara mencoba mengulur waktu untuk kabur. Kalau begitu, ayo pergi!”
Beberapa penduduk membantu menyembunyikan makanan bersama dengan para ogre. Yang tersisa hanyalah Enri, Jugem dan beberapa goblin, beserta Britta dan beberapa anggota pasukan pertahanan.
Hal pertama yang Enri lakukan adalah bertanya kepada Britta tentang situasinya, menyakan identitas dari penyusup dan milik siapa simbol yang mereka pakai. Tapi sayangnya, Britta tidak bisa memberikan jawabannya.
Menurut dia, orang lain selalu menangani hal semacam itu. Saat itu, Enri menyadari seberapa pentingnya berpengetahuan. Karena itu, yang bisa mereka lakukan adalah menunggu Nfirea membuat laporan setelah kembali dari menara pengawas.
Suara langkah kaki kuda dari dari sisi sebaliknya dari dinding, lalu sebuah suara keras.
“Ini adalah rombongan dari Pangeran Mahkota dari Re-Estize Kingdom, Barbro Andreyan Ield dale Vaiself! Buka gerbangnya dan biarkan kami masuk!”
Enri meragukan telinganya lagi.
Meskipun dia telah mendengar banyak hal mengejutkan dalam waktu sebentar, kali ini lebih aneh lagi.
“Pa-Pangeran mahkota?!”
Ada apa orang seperti itu kemari?!
Enri tidak tahu apa yang terjadi. Semua ini mulai membuatnya terasa seperti mimpi buruk.
Namun, dilihat dari cara Nfirea yang bergegas kembali dari menara pengawas, kalimat dari utusan itu kelihatannya memang benar.
“Bendera kerajaan berada diantaranya. Hanya keluarga kerajaan atau mereka yang ada hubungannya dengna mereka diperbolehkan untuk membawa bendera itu.”
“Eh? Apa artinya itu?”
“Itu artinya keluarga kerajaan membawa pasukan ke desa kita!”
Enri mengangkat suaranya, tidak mampu memahami apa yang terjadi.
“Mengapa, Mengapa kalian harus mengirimkan begitu banyak pasukan ke desa terpencil seperti ini?”
“Rakyat biasa seperti kalian tidak perlu tahu tentang itu! Tanah ini adalah milik sang raja. Dan mematuhi sang raja adalah satu-satunya yang harus kamu lakukan! Atau jangan-jangan kamu menolak sang raja – mengangkat bendera untuk memberontak?”
Tubuh Enri gemetar.
Sebagai bawahan dari sang raja, mereka seharusnya membuka pintu itu. Namun-
-Jugem bertukar tatapan dengan Enri dari samping.
Meskipun jika mereka membuka gerbang itu sekarang, mereka tidak bisa langsung membukanya. Sebelum itu, mereka harus menyembunyikan para goblin dan ogre.
“Ah, Ane-san. Kita akan menyembunyikan diri secepat mungkin. Sampai saat itu, tolong ulur waktu.”
Enri mengangguk. Mengapa aku memerintahkan kepada mereka untuk menyembunyikan makanan dahulu, pikirnya, tapi sudah terlambat untuk menyesalinya sekarang.
“Aku ulangi... buka gerbangnya!”
“Ma, Maafkan saya! Sekarang ini, sekarang ini kami sedang mempersiapkan sambutan untuk yang mulia sang pangeran! Tolong, tunggu sebentar lagi!”
“Ulangi ucapanmu, perempuan! Apakah kamu yang bertanggung jawab untuk desa ini? Keterlambatan ini tidak bisa diterima! Jangan membuang-buang waktu satu detikpun dalam membuka gerbang!”
“...Mengapa kalian begitu ngotot sekali ingin masuk?!”
Di bawah tekanan, Enri yang sudah tidak tenang merespon dengan teriakan marah. Sementara dia tahu itu tidak terhormat, dia tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa mereka ada pasukan dari negara lain yang menyamar sebagai pasukan Kingdom.
Pertahanan desa Carne sangat solid sekali. Mereka sampai membuat pengumpul pajak yang melihatnya terkejut.
Tidak mengejutkan jika ada negeri lain yang ingin menggunakannya untuk markas. Lagipula, troll-troll yang menyerang memang karena alasan itu.
Pihak lain menjadi hening sekali lagi, dan kedua pihak ragu-ragu tidak tenang.
“Mengapa kamu tidak menjawab! Apakah kamu tukang tipu yang pura-pura menjadi pasukan Kingdom, ya kan!”
“...magic caster yang dikenal sebagai Ainz Ooal Gown pernah datang ke desa ini sekali, ya kan?”
Gambaran dari penyelamat desa muncul di kepala Enri.
“Magic caster itu sekarang adalah musuh dari Kingdom. Oleh karena itu, kami ingin bertanya kepada kalian, yang memiliki hubungan dengan Ainz Ooal Gown, tentang dia.”
Karena terkejut, Enri tidak bisa bicara.
Namun, bisikan dari salah satu anggota pasukan pertahanan berhasil sampai di telinganya.
“Jika Ainz-sama melawan Kingdom... maka bukankah Kingdom yang salah?”
Mata dari penduduk desa terpantul persetujuan.
Dari catatan tertentu penduduk desa yang pindah ke desa Carne setelah rumah asal mereka dibakar habis. Kebencian mereka terhadap Kingdom karena tidak bisa mempertahankan mereka dengan cepat berubah menjadi suatu kepercayaan dan hormat kepada magic caster yang menyelamatkan desa ini.
Entah itu hadiah tanduk yang bisa memanggil goblin, atau bantuan golem-golem yang membangung dinding-dinding yang kuat yang sekarang melindungi mereka, atau pelayan Lupusregina yang telah menyelamatkan desa itu ketika mereka diserang oleh troll, semua ini terkumpul dan menjadi rasa hormat kepada Ainz.
“..Tapi, mereka ada banyak sekali. Jika kita tidak membuka gerbang...”
“Tapi jika kita mengkhianati Ainz-sama seperti ini setelah menerima kebaikannya...”
“Tunggu! Mereka bilang mereka hanya ingin menanyakan sesuatu kepada kita. Itu bukan berarti kita mengkhianatinya..”
“Begitukah? Pada akhirnya, itu masih terdengar sangat tidak berterima kasih bagiku”
Mata semua orang tertuju kepada Enri.
Dia mengerti dengan baik pikiran dari kedua pihak. Karena itu, Enri ragu-ragu, tidak mampu memiliki antara kedua pihak itu. Saat ini, sebuah teriakan datang dari luar gerbang.
“Jika kamu mengerti, buka gerbangnya sekarang juga! Jika tidak, kamu akan dianggap sebagai pengkhianat oleh Kingdom!”
Ditekan hingga batasnya, Enri meneriakkan balik sesuatu untuk mencoba mengulur waktu.
“Kotoran, ada kotoran sapi di mana-mana! Ka-Kami tidak bisa membiarkan Pangeran berjalan di atas tempat seperti ini!”
Setelah hening sejenak, sebuah suara yang lebih tenang menusuk udara.
“Oh, um. Mengerti. Kami akan masuk sebagai ganti dari yang mulia pangeran. Kami akan pikirkan apa yang terjadi nantinya.”
Tidak ada lagi alasan yang bisa dia berikan.
Otak Enri menjadi benar-benar kosong. Tidak perduli apapun itu, dia meneriakkan hal pertama yang bisa terpikirkan sebagai balasan.
“Ma-Maaf! Kotoran itu ada di tanganku! Aku tidak bisa membuangnya! Biarkan aku membersihkan tanganku lalu aku kembali!”
“-O-Oi!”
Enri menatap punggung Jugem dan yang lainnya yang sedang mundur. Dia khawatir dengan seberapa banyak waktu yang bisa dia berikan.
----
Ketidak sabaran Barbro yang semakin meningkat mulai menyebar ke seluruh unit. Dia menatap knight yang melaporkan dengan sebuah tatapan yang biasanya ditujukan kepada musuh.
“Katakan sekali lagi, kebodohan apalagi ini?!”
Kemarahan Barbro meluap dengan setiap kalimat yang dia ucapkan diantara celah-celah giginya yang bergemeretak, dan knight itu mengulangi sekali lagi.
“Yang Mulia! Desa Carne masih tidak membuka gerbangnya.”
Saat dia mendengarkan balasan tenang knight itu, Barbro dipenuhi dengan keinginan untuk memukulnya secara tiba-tiba.
Namun, itu adalah hal yang bodoh. Barbro berusaha untuk mengendalikan kemarahan yang menggulung di dalam dirinya dahulu.
Knight ini termasuk, tak ada satupun disini yang bersumpah setia untuk Barbro. Sejak awal, Barbro tidak membawahi pasukan apapun. Setiap orang di sini berada di bawah perintah dari tuan mereka, atau di bawah rombongan tuan mereka. Karena itu, dia tidak bisa begitu saja menyerang sekutunya samentara knight-knight lain sedang melihat.
“-Mengapa? Mengapa rakyat jelata di desa Carne itu tidak mau membuka gerbang? Tanah ini diperintah langsung oleh keluarga kerajaan! Mereka seharusnya mematuhiku! Aku bilang kepada mereka untuk membuka gerbangnya, ya kan?!”
Saat ketidaksabarannya semakin menumpuk dan darahnya semakin terpacu deras, ucapannya mulai kehilangan kendali.
“Apa masalahnya? Apakah mereka meremehkanku? Apa yang kalian tunggu?!”
Para penduduk adalah makhluk yang jauh lebih rendah dari Putra Mahkota. Makhluk-makhluk ini sekarang sedang menghinanya.
Saat pemikiran itu datang ke dalam otak, bercampur dengan kejengkelan yang mencengkeram hatinya. Kebencian yang memburuk dan lengket ini semakin menumpuk di dalam dirinya selama berbulan-bulan sejak demonic disturbance (keributan oleh iblis di ibukota), dan kebencian yang semakin membesar itu meledak seperti sebuah bendungan.
Ucapan ini keluar dalam sekejap.
“Pengkhianat! Pengkhianat, mereka semua! Aku menyatakan semua yang ada di desa Carne adalah penkhianat!”
Teriakan itu bergema di penjuru udara, masuk ke telinga pasukan yang ada di sekeliling, memicu keributan yang mengejutkan dari orang-orang ini.
“Tuanku, tunggu sebentar! Jika anda melakukan itu...!”
Barbro menatap knight yang panik tersebut dengan tidak senang yang membalasnya.
Jika mereka menganggap desa itu sebagai pengkhianat, mereka harus menghancurkan masing-masing penduduk sebagai permulaan, lalu membakar desa itu hingga habis tanpa sisa.
Memangnya kenapa?
Pangeran Barbro tidak mengerti mengapa bawahannya tidak mengikuti perinta yang dia berikan. Lagipula, orang-orang ini adalah milik Marquis dan mereka sedang memandang remeh kepada dirinya dan menolak perintahnya.
“Omong kosong apa ini?! Membiarkan mereka hidup setelah menolak perintah kerajaan adalah dosa!”
Itu memang benar. Membiarkan pengkhianatan terhadap keluarga kerajaan adalah sebuah hinaan kepada mereka. Membiarkan mereka hanya akan menghasilkan kehilangna otoritas dan mandat untuk mengaturnya.
Bahkan di wilayah para bangsawan sendiri, ketika ada budak mereka memberontak, mereka pasti akan dihancurkan tanpa ampun. Para knight dari Marquis seharunsya tahu sebanyak itu.
“Tunggu sebentar, Yang Mulia! Perang dengan Empire akan segera datang. Jika kita membunuh penduduk milik raja, itu akan berakibat negatif terhadap moral dari seluruh pasukan! Saya juga berharap anda melihat benteng ini. Tidak mungkin ini adalah desa biasa. Meskipun para penduduknya tidak banyak, mencoba menerobos gerbang dengan kekuatan brutal saja akan sulit. Jika itu masalahnya, kita harus meminta alasan mereka kenapa tidak membuka gerbang setelah keadaan agak reda disini.”
“...Tanyakan kepada mereka dengan baik-baik, lalu gantung beberapa diantaranya.”
“..Mau bagaimana lagi. Lagipula, mereka memang menutup rapat gerbang itu karena menolak perintah Barbro-sama.”
“Kamu harus buat gerbang itu terbuka, lalu kita akan membuat mereka menjadi contoh!”
“Mengerti!”
Pangeran Barbro menatap ke arah desa Carne.
Seperti yang dikatakan oleh knight itu, gerbang yang kokoh terpasang ke dalam dinding tebal yang mengelilingi. Karena desa itu berada tepat di samping hutan Tob, ini mungkin memang disengaja. Namun, dari cara menara pengawas itu diletakkan, mirip dengan benteng daripada desa perbatasan.
Merobohkan desa itu akan memakan waktu yang lama.
Lebih dari seribu pasukan berbaris di depan gerbang, berteriak kepada mereka agar membukanya.
JIka didengarkan dengan baik-baik, terdengar suara yang sama di kejauhan, dari belakang gerbang.
Teriakan ini seperti sebuah percikan api dari batu korek, jatuh ke dalam kayu yang melambangkan emosi yang bercampuran di hati Pangeran Barbro. Api itu menyala, dan saat terbakar, dia kehilangan kemampuan berpikir.
“Oi! Tembakan anak panah api!”
“A-Anak panah api?!”
“Benar sekali. Hanya Tuhan yang tahu berapa lama lagi ini akan terjadi. Dengar, kita tidak punya waktu untuk dibuang di desa ini lebih lama lagi! jIka kamu bisa membuka gerbang itu dalam beberapa menit tidak apa, tapi kamu tidak bisa, ya kan?!”
Knight tersebut hanya bisa mengangguk sambil menggeretakkan giginya.
“Ancam mereka dengan panah api. Waktu permainan anak-anak dengan berdiri di luar dinding dan berteriak-teriak sudah usai. Sekarang kita tunjukkan kepada mereka bagaimana orang dewasa melakukan sesuatu!!”
Saat knight itu menatap, dengan mulut menganga dan bengong, seorang pria bergegas masuk dari sampingnya.
“Tidak kukira kalian tidak mengindahkan perintah dari Yang Mulia Pangeran... aku tidak percaya kalian adalah salah satu dari orang-orang Marquis. Pangeranku, maukah anda mengizinkan orang-orang saya melakukan serangan itu?”
Ini adalah Baron Cheneko. Di belakangnya ada beberapa orang yang sesama pengadu.
Pangeran Barbro lega orang seperti itu ada, yang bisa berguna meskipun mereka bodoh. Tidak, dia juga seorang bangsawan, dan jika sebuah desa di daerahnya berani memberontak, dia pasti akan melakukan hal yang sama. Dia mungkin mengerti posisi dari Pangeran Barbro.
“...Begitukah. Kalau begitu aku perintahkan kepadamu, Baron. Luncurkan anak panah api ke desa itu... tidak, ini lebih baik. Targetkan menara pengawasnya. Itu seharusnya menghindari adanya korban, ya kan?”
“Ooohhhh! Keputusan yang penuh ampunan! Seperti yang diduga dari Yang Mulia! Kalau begitu, anda lihat saja kami!”
---
“Ane-san! Kita sudah siap! Semuanya berlindung. Hanya kita yang akan- apa itu?”
Jugem bisa merasakan keanehan di udara sekeliling, dan menjadi waspada.
Anggota pasukan pertahanan yang tetap tinggal disini benar-benar saling berlawanan satu sama lain. Separuh dari mereka ragu-ragu ingin membuka gerbang itu untuk pasukan di luar sementara separuh lainnya sangat menentang. Akar dari perselisihan itu adalah apakah mereka ingin mengkhianati pahlawan desa itu Ainz Ooal Gown atau tidak. Hasilnya, sulit membuat keputusan.
“Sebenarnya...”
Enri ingin mengatakan sesuatu kepada Jugem ketika sebuah suara keras datang dari luar dinding.
“-Penduduk desa Carne. Karena kalian tidak segera membuka gerbang itu ketika diperintahkan, fakta bahwa apakah kalian adalah bawahan yang setia dari Kingdom telah dipertanyakan. Oleh karena itu, kami akan mengambil wakil-wakil diantara kalian ke medan perang, dimana kalian akan meyakinkan Ainz Ooal Gown agar menyerah. Dengan melakukan hal itu kalian akan bisa membuktikan kesetiaan kalian kepada Kingdom, dan kalian adalah bawahan yang setia!”
Suasana mulai berubah. Kebencian terbakar di hati para penduduk desa seperti api liar.
Enri tidak terkecuali.
Memang benar jika penduduk desa adalah penduduk dari Kingdom, dan setia. Namun, loyalitas itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan rasa terima kasih yang mereka rasakan kepada orang yang telah menyelamatkan desa mereka tanpa sedikitpun biaya atau timbal balik. Lagipula, ketika anggota keluarga, teman-teman dan keksaih mereka dibunuh, satu-satunya yang mengulurkan tangan membantu mereka adalah magic caster hebat itu.
“Aku takkan membiarkan diriku diseret ke medan perang untuk menghalangi Ainz-sama!”
“Tidak bisakah kita bersembunyi saja di dalam hutan dan melihat keadaannya sebelum membuat keputusan?”
Argumen-argumen keras seperti ini menggema dari sekeliling.
Namun, satu hal yang sama dari mereka adalah tak ada yang ingin melakukan apapun yang mungkin akan merugikan pahlawan mereka.
Saat itulah suara sesuatu yang ditarik terdengar dari luar, diikuti dengan suara beberapa obyek menusuk udara. Saat suara itu semakin dekat, titik-titik api yang cerah muncul di depan mata mereka, dan anak panah-anak panah berjatuhan seperti hujan ke arah menara pengawas. Suara anak panah yang menusuk kayu dan membakarnya memenuhi telinga setiap orang.
“...Tidak...”
Kingdom akan menggunakan senjata mematikan terhadap mereka. Fakta itu membuat Enri ternganga.
Untungnya, tak ada yang berada di menara pengawas saat itu. Mereka tahu hal itu sebelum diserang. Atau mungkin-
-Mungkin mereka tidak akan ragu jika ada orang di dalam tadinya.
“An-Ane-san! Kelihatannya mereka belum akan menyerang kita, kamu tetap tidak seharusnya berdiri di jangkauan busur mereka! Kemarilah, cepat!”
Enri, yang tetap melihat menara yang terbakar dalam keadaan bengong, diseret oleh Jugem. Dia tidak menolak saat Jugem menggenggam tangannya dan berlari, tapi wajahnya tetap tidak berpaling dari menara pengawas.
Saat pasukan pertahanan mulai tersebar ke belakang, menara pengawas itu terbakar habis.
Atap jerami itu menyala hebat dalam sekejap dan berubah menjadi onggokan kayu api yang besar.
Semua yang ada di desa bisa melihat kehancuran dari menara tersebut, tak perduli dimanapun mereka berada. Ratapan kesedihan terdengar dari sekitarnya. Satu orang yang terdengar sangat keras. Saat Enri mencoba mengatur nafasnya dan berusaha mengendalikan diri, dia melihat pria yang berteriak paling keras, yang suaranya terdengar sangat menderita.
Dia adalah seorang pria yang baru saja pindah ke desa.
Wajahnya bercampur antara kebencian dan putus asa. Enri melihat ke sekelilingnya, dan banyak pendatang yang memiliki ekspresi yang sama di wajah mereka.
Enri teringat.
Desa mereka dibakar dengan cara yang sama.
“Musuh!” Teriak pria tersebut. “Mereka adalah musuh! Bagaimana mungkin mereka bukang musuh jika mereka melakukan ini! Aku ingin melawan mereka!”
“Kerajaan milik siapa ini!? Mereka bahkan tidak membantu kita! Dan sekarang mereka ingin membakar tempat ini hingga hancur!”
Teriakan itu datangnya dari wanita yang gemuk.
“Bagaimana mungkin mereka dibiarkan saja melakukan hal ini! Jika mereka ingin membunuhku, silahkan saja! Aku akan bawa sebanyak mungkin orang-orang brengsek itu denganku juga! Aku akan membalaskan dendam kepada mereka!”
Seorang pemuda mengikutinya dengan teriakan sendiri.
Kegilaan dan kebencian bercampur di udara, semua itu berkat bagian terkecil dari anak panah api.
“..Ane-san. Sudah waktunya membuat keputusan.”
Suara lirih Jugem datang dari wajah yang sekeras armor warrior.
“Eh?..Tapi orang-orang ini sudah kehilangan kemampuan berpikir. Bukankah kita harus menunggu dulu sebelum membuat keputusan.?”
“Sudah tidak ada waktu lagi. Dan tidak ada yang bisa menjamin mereka tidak akan bertindak gila. Sebaiknya kamu memutuskan apa yang harus dilakukan oleh desa sekarang.”
Itu adalah saran yang beralasan. Pasukan sudah menghancurkan menara pengawas dengan panah api. Selanjutnya, pasukan itu mungkin akan melakukan hal yang lebih buruk. Mereka harus bertindak sekarang.
Saat Enri mengumpulkan tekad, dia mengambil nafas dalam-dalam. Dia menatap sejenak ke arah Nfirea, yang sedang memegang tangan Nemu, dan mereka mengangguk kepada Enri, seakan memberikan semangat.
Dada Enri tidak lagi terasa sesak.
Itu adalah dosis terakhir keberanian yang Enri butuhkan.
“Semuanya! Sekarang ini! Semua yang ada disini akan memutuskan apa yang akan kita, sebagai seorang penduduk desa lakukan! Apapun keputusannya, Aku harap kalian akan mematuhinya!”
Sebuah teriakan setuju yang serentak adalah jawaban untuk Enri.
“Angkat tangan kalian yang ingin agar desa melakukan apa yang diinginkan oleh Kingdom!”
Tak ada satu tanganpun yang terangkat.
Saat jantungnya berdebar hebat, Enri berteriak sekali lagi.
“Kalau begitu! Semuanya yang ingin bertarung melawan Kingdom hingga nafas terakhir, angkat tangannya!”
Dengan teriakan yang menggelegar, banyak tangan yang terangkat bersamaan. Semua yang melakukannya mengangkat tangan dengan tinju terkepal erat, seringai di wajah mereka menunjukkan tekad mereka yang ingin melawan.
Itu menakutkan. Semua yang ada disini telah memilih sebuah jalan yang hanya bisa mengakhiri hidup mereka. Meskipun begitu, ada sesuatu yang mengalahkan ketakutan akan mati yang memotivasi orang-orang disini.
Itu adalah keinginan untuk tidak ingin membayar kebaikan dan bantuan yang mereka terima dengan pengkhianatan.
“Kalau begitu – kita akan melawan! Kita akan melawan agar bisa membayar hutang kita! Jugem-san! Aku serahkan rencana pertempuran kepadamu!”
Jugem maju ke depan dan berdiri di samping Enri.
“...Aku sudah melihat tekadmu. Kalian semua akan mati disini. Apakah kalian tidak apa-apa dengan hal itu?”
Ucapan Veteran itu bertemu dengan kesepakatan.
“Kalian bisa berteriak dengan sekeras itu meskipun wajah kalian pucat. Luar biasa...Namun, maafkan aku yang menghujani apa yang sudah kalian tunjukkan, setelah kalian semua sudah berteriak keras menyatakan keputusan kalian. Bukankah kalian harus biarkan yang muda lari dahulu? Lagipula, jika semuanya mati, seharusnya kami dan yang paman-paman yang sudah tua.”
Seorang pria tua berbicara.
“Dia ada benarnya – tapi bukankah itu tidak mungkin? Musuh sudah menyegel kedua gerbang. Meskipun jika kita kita memanjat dinding, mereka pasti akan segera mengetahuinya.”
“Yah, itu benar... jika kita hanya lari dengan biasa, seperti yang anda katakan.”
Jugem menyeringai jahat saat dia melanjutkan.
“Kita tidak bisa bersembunyi lalu lari. Jadi apa yang akan kita lakukan adalah membuka gerbang utama dan memancing musuh ke dalam. Ketika mereka mengendurkan kewaspadaan, kita akan pukul mereka dengan keras. Jika kita bisa memberikan pukulan yang cukup keras, musuh akan mengumpulkan pasukan mereka yang tersebar dan terfokus pada kita.”
Jugem melihat ke sekeliling.
“Meskipun aku sudah berkata demikian, tapi musuh mungkin juga tahu itu hanya tipuan. Jika mereka tahu, selama kita memiliki kekuatan serangan yang cukup, musuh tidak akan memiliki pilihan lain selain mengumpulkan pasukan mereka. Ada pertanyaan?”
“Kelihatannya tidak, tapi Jugem-san, kemana mereka harus kabur?”
“Bukan sudah jelas, Ane-san? Ke dalam hutan Tob. Aku akan memberikan perintah kepada Agu dan Britta, yang tahu betul hutan, bergabung dengan kelompok yang kabur. Aku yakin kita bisa berhasil sementara tanpa mereka.”
Para penduduk desa sudah bersiap mati, tapi wajar saja jika mereka tidak ingin anak-anak mereka ikut binasa bersama-sama. Mengetahui anak-anak itu berada di dalam bahaya bisa membasahi semangat bertarung mereka.
Jugem menyasar mereka dengan ekspresi wajah yang serius.
“Dengarkan. Ronde pertama adalah sebuah pertempuran untuk membuat musuh menguatkan pasukannya. Ronde kedua akan menjadi pertempuran untuk menguras kekuatan tempur lawan, agar tidak ada lagi yang tersisa dari mereka. Semakin dahsyat pertempuran itu, semakin baik peluang untuk yang kabur.”
“Hahahaha! Hanya itu! Ahhh, kalau begitu, itu melegakan.”
Ucapan itu digabungkan dengan beberapa tawa. Tawa itu bukan lahir dari keputusasaan atau kegilaan – itu adalah tawa yang sederhana dan santai.
“Selama istri dan anakku bisa diselamatkan, aku tidak menyesal. Sekarang adalah waktunya untuk membalas kebaikan Ainz Ooal Gown-sama yang ditunjukkan kepada kita!”
“Ah, benar sekali! Jika aku menjadi semakin tua semakin pengecut, aku tidak akan bisa melihat diriku sendiri!”
“Lalu... bagaimana dengan tim yang kabur?”
Jugem melihat dengan seksama kepada setiap orang saat dia menjawab pertanyaan Nfirea.
“Ane-san dan Ani-san akan bertanggung jawab melindungi wanita dan anak-anak. Dan seperti yang kubilang sebelumnya, kita akan butuh Britta, Agu dan goblin lain untuk membantu menuntun mereka melewati hutan.”
“-Eh?”
Enri berseru terkejut.
Sebagai Kepala desa, dia memiliki kewajiban untuk berdiri dengan yang lainnya. Karena dia sudah memerintahkan kepada para penduduk untuk mati, maka dia mau tidak mau harus berdiri di samping mereka saat bertarung. Meskipun begitu, para penduduk berseru di depan Enri.
Mata mereka berkata mereka sepakat dengan Jugem. Saat Enri berpikir cara untuk menolaknya, masalah itu sudah dikeluarkan dari kepalanya.
“Enri-chan, aku akan serahkan kepadamu.”
“Tolong jaga anak-anakku. Meskipun istriku sudah tiada...setidaknya, anak-anak-ini..”
Para penduduk desa bergantian menggenggam tangan Enri, menyampaikan harapan dan pemikiran mereka kepadanya saat meremasnya dengan erat. Nfirea perlahan-lahan bergerak ke arah Enri, yang matanya sudah dipenuhi dengan air mata.
“Enri, ayo pergi. Perjuangan kita adalah untuk bertahan hidup. Kita tidak boleh kalah dalam pertempuran itu. Dan siapa yang tahu, Ainz Ooal Gown-sama mungkin akan datang menyelamatkan kita lagi. Saat itu, lebih baik kita masih hidup, sebagai orang yang akan melangkahkan kaki di wilayahnya.”
“Dia benar.”
“Jugem-san...”
“Tanduk yang kamu gunakan untuk memanggil kita itu... kurasa kamu harus menggunakannya nanti, ya kan? Jika kamu menggunakannya sekarang, itu akan seperti memadamkan rumah yang terbakar api dengan segelas air. Akan lebih baik jika kamu meniupnya setelah semua ini selesai dan memanggil lebih banyak lagi teman-teman kami untuk membantumu.
Enri memegang matanya, yang penuh dengan air mata.
“Aku mengerti! Aku akan melindungi istri-istri dan anak-anak dari semua orang! Ayo pergi! Enfi!”
---
Satu sisi gerbang terbuka perlahan-lahan.
“Kita harusnya menggunakan anak panah api sejak awal. Yah, anak panah api yang selanjutnya akan jadi percuma...”
Wajah pengeran Barbro berubah menjadi masam. Mereka sudah membuang waktu terlalu banyak. Agar bisa menutupi keterlambatan itu, orang-orang ini harus dipaksa berjalan. Tapi itu tidak bisa dihindari.
Ini semua adalah kesalahan dari orang-orang Marquis. Jika dia tidak memberikan perintah menggunakan anak panah api sendiri, siapa yang tahu berapa banyak lagi waktu yang terbuang?
Barbro melihat ke arah langit, mengutuk kesialannya karena sudah diberikan bawahan yang tidak kompeten.
Dia memperhitungkan waktu yang dibutuhkan nantinya – hal pertama adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menggantung para penduduk desa.
Dia akan menggantung mereka di dinding desa, untuk menunukkan kepada siapapun nasib akhir dari siapapun yang cukup bodoh membangkang perintah dari keluarga kerajaan.
Selanjutnya, dia harus menemukan siapapun yang memiliki kedekatan dengan Ainz Ooal Gown. Itu mungkin akan memakan waktu lebih banyak daripada menggantung para penduduk desa.
“Sial. Aku seharusnya membawa orang yang ahli interogasi. Pertama, kita akan pura-pura mengampuni siapapun yang bekerja sama... lalu kita bunuh mereka nantinya. Sedangkan untuk anak-anak..”
Tidak ada gunanya mereka hidup. Dari awal, anak-anak tidak akan bisa hidup tanpa orang tua mereka, jadi menggantung anak-anak itu dengan orang tua mereka adalah sebuah bentuk pengampunan.
“Apakah ada cukup banyak tali untuk mereka semua? Jika kita bisa mendapatkan beberapa tali dari desa, itu tidak apa...”
Para prajurit yang berada di dekat gerbang perlahan bergerak maju. Kebanggaan memenuhi dada Pangeran Barbro saat dia melihat bendera keluarga kerajaan bergerak maju di ujung barisan. Ketika dia naik takhta nantinya, dia akan memastikan dia memiliki penjaga upacara seperti itu.
Para prajurit yang memegang bendera merangsek maju menuju gerbang – lalu diterbangkan ke belakang.
Segera setelah itu, makhluk raksasa yang menerbangkan mereka mengintip dari celah gerbang.
“-O-O-Ogre?! Apa yang ogre lakukan disini?!”
Perkembangan yang benar-benar tidak diduga itu membuat pangera Barbro terkejut, dan dia lupa kewibawaan dari keluarga kerajaan dalam keterkejutannya.
Ya. Itu adalah demi-human yang dikenal dengan ogre. Para prajurit sama terkejutnya dengan kemunculan mereka seperti Barbro juga. Pentungan mereka yang besar mengirimkan lusinan orang terbang dengan setiap kali ayunannya.
Di tengah semburan darah kental, pasukan yang terkena serangan itu terbang ke arah jauh dan membentur tanah, bergulung-gulung dari kepala hingga kaki dan berusaha mati-matian mulai kabur dari gerbang. Lalu, seakan mengejar pasukan yang kalah itu, beberapa ogre muncul lagi dari belakang gerbang.
Saat para prajurit bergerak mundur dengan cara yang memalukan, mereka diterbangkan dengan pukulan dari pentungan ogre. Ogre itu terlihat seperti seorang anak-anak yang sedang melemparkan mainannya ke arah jauh.
Alasan dari gerakan mundur yang tidak enak ini – yang bahkan tidak bisa dianggap sebuah penarikan pasukan – adalah karena prajurit-prajurit ini semua adalah pasukan sipil milik Baron. Mereka sudah melepaskan anak panah api agar bisa memperoleh kemenangan sebagai yang pertama bisa menembus gerbang. Siapa yang mengira perjalanan kemenangan mereka bisa berbalik seburuk itu?
Pangeran Barbro mengerutkan dahi ke arah Baron, yang telah mengabaikan orang-orang yang dia pimpin dan datang dengan tergesa-gesa ke depannya. Saat ini, suara dari benturan keras menggema di udara.
Knight-knight dari Marquis telah mengangkat tombak mereka bersamaan. Itu adalah gerakan teratur yang ditunjukkan oleh prajurit profesional. Namun, kelihatannya masih sulit bagi mereka untuk bisa terjut ke dalam kermunan prajurit infanteri yang berusaha kabur dan masuk ke dalam pertempuran jarak dekat yang kacau dengan para ogre.
Sebuah serangan pasukan berkuda adalah salah satu pasukan yang paling menghancurkan di medan perang, tapi di dalam pertempuran jarak dekat, kavaleri akan kehilangan keunggulannya.
“Mengapa kamu masih belum menembaknya?!”
Teriakan itu adalah milik Barbro.
Membiarkan ogre semakin mendekat hanya akan meningkatkan jumlah kekalahan yang akan mereka terima. Akan lebih baik mengabaikan para prajurit ini dan membunuh sesama penduduk desa mereka beserta musuh.
Saat kejengkelan Barbro mulai menumpuk, para ogre itu tiba-tiba mulai mundur. Mereka menggunakan para prajurit yang sedang kabur sebagai perisai daging, mencegah pasukan kavaleri yang mengejar, dan pada akhirnya mereka mundur kembali ke dalam gerbang.
Setelah menerima yang selamat, Barbro mulai mengatur kembali formasinya, tangannya menggenggam pelana kuda lebih erat dan semakin erat saat kemarahannya menumpuk.
Pada awalnya dia berencana untuk menyelesaikan misi yang membosankan ini dengan cepat, lalu segera kembali ke medan perang untuk mendapatkan kemenangan di dalam pertempuran melawan Empire.
Sekarang, kekacauan yang tidak enak dilihat ini adalah sisa-sisa dari impiannya.
Meskipun kemunculan ogre tidak terduga, jika mereka tidak bisa membawa orang-orang yang cukup kembali ke E-Rantel, itu akan menodai reputasinya lebih jauh. Itu akan menjadi kemunduran yang sangat besar dalam perlombaannya merebut takhta dengan Zanack, pewaris cadangan.
Atau jangan-jangan – apakah semua ini sudah direncanakan sebelumnya?
Dia berdecak dengan lidah karena jengkel, mengetahui mata setiap bangsawan yang kini tertuju kepadanya.
Namun, dia tidak ada waktu lagi memikirkan mereka. Barbro menatap ke arah knight yang sedang mendekat ke arahnya. Dia adalah komandan dari pasukan elit Marquis.
“...Apa lagi itu? Apakah desa itu sudah diambil alih oleh ogre? Apa yang terjadi?!”
“Se-Seharusnya tidak begitu, Yang Mulia. Tak ada yang menduga akan ada monster disana... seharusnya ada pengumpul pajak yang berkunjung baru-baru ini. Tapi kita tidak menerima adanya berita bahwa desa ini sudah diambil alih oleh ogre. Jika mereka pergi dan tidak kembali, itu tidak biasa... apa yang sebenarnya terjadi di desa itu...”
Dia bisa merasakan kebingungan di dalam ucapan knight tersebut. Jika ada sebuah rencana untuk membuat Barbro kehilangan kewibawaannya dan jatuh ke dalam perangkap, dia mungkin tidak akan tahu pula.
Itu artinya bahwa dia berada di pihak sang pangeran sekarang.
“Bagaimanapun, kita tidak cukup tahu keadaan musuh. Yah, itu memang bisa diduga. Hanya lima ogre yang muncul. Jika mereka memiliki ogre lebih banyak lagi, mereka pasti akan terus menyerang kita. Jadi kelihatannya, mereka mungkin tidak memiliki ogre lebih dari sepuluh jumlahnya. Kamu seharusnya bisa mengalahkan lima ogre, ya kan?”
“Tentu saja! Masing-masing dari kami sekuat anggota Kelompok Warrior Kingdom. Hanya lima ogre bukanlah apa-apa bagi kami!”
“Aku tidak meragukanmu. Aku hanya bilang, kamu harus hati-hati. Ogre adalah monster yang bodoh, tapi tindakan mereka barusan jelas terlalu pintar. Mereka membuka pintu untuk memancing kita masuk, lalu menyerang balik di waktu yang paling baik. Kelihatannya pihak lain memiliki seorang komandan. Jika salah satu penduduk desa memimpin mereka....”
“Maafkan sikap kurang ajar saya. Tak ada petani yang bisa mengendalikan ogre. Saya yakin pasti ada kekuatan lain di sini. Jika kita bisa mempelajari musuh-“
Barbro tidak lagi bisa mengendalikan kesabarannya.
“Apa yang sedang kamu gumamkan? Lihatlah disana!”
Barbro menunjuk ke arah gerbang, pada bendera kerajaan yang tercabik-cabik.
“Bendera negeri sekarang sedang dalam keadaan yang menyedihkan. Kamu akan menghancurkan desa itu tak perduli bagaimana caranya. Kumpulkan pasukanmu, lepaskan anak panah api, dan bakar desa itu hingga habis. Sekarang adalah waktunya menggunakan pengalaman yang menumpuk dalam serangan itu! Kelihatannya kita tidak akan bisa menyelesaikan ini tanpa adanya kerugian. Jadi kamu akan serang mereka dengan niat untuk meratakan desa itu!”
“Tunggu sebentar! Mungkin saja ada sorcerer ogre atau beberapa demi-human yang pintar lainnya yang mungkin adalah otak dari desa ini, dan bukan para penduduk desa!”
“Kalau memang benar, terus kenapa?”
Barbro melihat ke arah knight itu, wajahnya seperti bingung, dan mulai menjelaskan kepadanya dengan perlahan, seperti orang dewasa yang menasehati anak-anak.
“Apakah kamu mendengarkan? Bagus. Tidak masalah jika para penduduk desa memiliki kendali terhadap ogre, atau jika mereka dikendalikan oleh semacam demi-human yang pandai. Para penduduk desa itu sudah membangkang terhadap penguasa yang sah akan tanah ini, yaitu keluarga kerajaan. Oleh karena itu, kita harus tunjukkan konsekuensi dari kebodohan itu kepada dunia.”
“Tapi, mungkin saja ada beberapa penduduk desa yang disandera, bukankah mereka tidak bersalah?!”
“Apakah kamu tadi mendengarkan apa yang aku katakan? Terus kenapa jika memang ada?”
Barbro mengangkat bahu ke arah knight itu, yang kelihatannya bingung menerima apa yang baru saja dia dengar.
“Aku mengerti, aku mengerti, aku mengerti bagaimana perasaanmu. Kalau begitu aku akan tunjukkan kepada mereka ampunan dalam jumlah yang besar sebisa mungkin. Tangkap penduduk desa yang tidak melawan, dan kita akan letakkan mereka dalam pengadilan nantinya, apakah itu lebih baik?”
“Mengerti, Yang Mulia!”
Knight itu membungkuk dalam-dalam kepada Barbro. Setelah mendengarkan balasan yang memaksa, Barbro mengangguk setuju.
“Tapi, aku punya satu syarat. Aku ingin kemenangan penuh. Jika kita mengalami kekalahan disini, banyak gosip yang akan menyebar. Begitu juga denganmu. Orang-orang akan membicarakan tentang bagaimana kartu as dari Marquis yang telah dikirimkan ke desa yang bukan apa-apa kembali dengan berdarah-darah.”
“Tapi itu karena ogre-“
“-Kamu takkan bisa menggunakan itu sebagai alasan. Begitulah bagaimana dunia ini berjalan.”
“Saya mengerti!”
“Jika kamu sudah mengerti, segeralah bekerja. Panggil pasukan dari gerbang belakang. Di waktu yang sama, potong pepohonan di hutan dan mulailah membuat pendobrak dinding. Aku akan serahkan detilnya kepadamu. Minimalkan korban sambil memastikan kemenangan. Bunuh siapa saja yang kabur.”
---
Sebuah aliran oli yang memenuhi bejana membentur sisi dinding, diikuti dengan panah api.
Benturan ledakan itu sebanding dengan sebuah mantra ‘Fireball’, menciptakan api merah yang cerah yang mengeluarkan gumpalan asap hitam.
Jugem bisa merasakan rasa tidak nyaman yang terpancar dari anggota-anggota pasukan pertahanan yang ada di dekatnya. Pimpinan goblin mengangkat pedang besarnya lalu meraung.
“Tahan sebentar! Api seperti ini tidak akan bisa merobohkan dinding! Begitu juga dengan pertahanan gerbangnya-“
Suara dari benturan hebat, doom, datang dari luar gerbang.
Dinding itu memang jauh lebih tebal dan besar dari menara pengawas, yang sekarang sudah berubah menjadi abu, meskipun sudah dihancurkan oleh panah api, dinding itu tidak terbakar dengan mudah. Oleh karena itu, mereka memutuskan bahwa ini adalah sebuah jebakan untuk menarik perhatian dari tujuan sebenarnya, yang adalah menerobos gerbang. Kelihatannya ini adalah keputusan yang benar. Sekali lagi, sebuah bunyi hebat doom datang dari gerbang.
Itu adalah suara yang lebih dalam dan kuat daripada benturan yang ditimbulkan oleh pentungan ogre. Itu adalah suara dari siege weapon (senjata pengepungan) – kelihatannya adalah battering ram (Pendobrak dinding).
“Lepaskan!”
Bersamaan dengan teriakan Jugem, para penduduk desa menembakkan panah mereka dengan mudah.
Teriakan perih muncul dari sisi sebaliknya dari dinding. Namun, battering ram tidak berhenti.
Mereka pasti menggunakan banyak pendobrak dalam serangan bergelombang.
“Lepaskan!”
Sekali lagi, anak panah berterbangan bersamaan dengan perintah dari Jugem. Namun, kali ini, mereka disambut oleh anak panah musuh. Beberapa kali lipat jumlah anak panah menghujani desa seperti hujan.
Namun, tak ada satupun yang mengenai orang-orang yang bertahan.
Serangan musuh adalah rentetan tembakan yang memiliki jangkauan, jadi mereka semua luput, mengenai dinding dan bangunan tanpa melukai. Namun, semakin banyak pemanah di pihak mereka, semakin tinggi peluang mereka mengenai. Oleh karena itu, jika akurasi mereka bukan lagi angka nol, keadaan akan menjadi buruk.
“Mundur! Mundur! Kita akan bergerak ke posisi baru!”
Para penduduk desa melaksanakan perintah Jugem, yang masih tetap terdengar meskipun sudah merendahkan suaranya. Mereka bergegas memindahkan lokasi mereka di tengah kepanikan yang semakin tumbuh.
Sampai sekarang, para penduduk desa hanya belajar menembak dari posisi yang tetap. Sasaran mereka adalah menarget area dengan akurat di luar gerbang utama. Oleh karena itu, ketika mereka bisa melakukan keduanya, akurasi mereka akan meningkat, tapi sebaliknya, ketika mereka pindah ke lokasi yang tidak familiar, panah mereka tidak akan lagi mengenai target lagi.
Bertarung dalam pertarungan jarak jauh sekarang akan sulit.
“Angkat tombak kalian! Kita akan pindah menjadi pertempuran jarak dekat!”
Sebuah suara ping yang keras datang dari balik dinding. Kedengarannya seperti suatu logam yang sedang menabrak dinding, benar-benar berbeda dari suara dooms dari senjata pendobrak. Kelihatannya itu adalah suara dari kapak, dan mereka datang dari mana-mana.
Jumlah adalah sebauh keunggulan yang besar. Mereka bisa menggunakan serangan pintu atau dinding sebagai jebakan agar bisa menyerang dari arah yang benar-benar di luar jangkauan. Jika Jugem adalah komandan di pihak lain, dia akan melakukan itu pula.
Seperti yang direncanakan... kelihatannya situasi berjalan dengan baik dan musuh menyebar.
Kebanyakan dari strategi serangan konvensional akan menjadi percuma di hadapan keunggulan jumlah pihak lawan. Bagi desa Carne, taruhan terbaik mereka adalah dengan terus menerus mengikis kekuatan tempur lawan.
Selama formasi musuh melemah, mereka bisa menyerang dari desa kapanpun. Idealnya, mereka akan menyerang komandan musuh dalam formasi mengapit. Dengan begitu, musuh yang panik akan langsung menguatkan pasukan mereka.
Membawa ogre kembali dalam setengah perjalanan adalah bagian dari persiapan untuk peristiwa itu. Meskipun ogre nantinya mendorong serangan mereka sendiri, akan sulit bagi mereka membuat musuh panik dan memperoleh tujuan mereka dengan menarik pasukan di gerbang belakang keluar ke depan.
Memang benar, ketika musuh yang tersebar bergegas maju untuk mengepung kita, kita tidak akan memiliki jalan mundur... Yah, kurasa apa yang mereka sebuah masuk ke dalam sarang naga meskipun tahu dia ada di rumah....
Dengan kata lain, ini adalah serangan bunuh diri.
Meskipun begitu-
“Yah, kita sudah meraih separuh dari tujuan kita.”
Jugem bergumam sendiri saat garis pandangannya bergerak ke arah gerbang belakang yang tidak bisa dia lihar dari sini.
Dia sudah mempersiapkan rute kabur untuk tuannya dengan kemungkinan selamat yang paling tinggi. Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Mungkin sedikit kejam berkata seperti itu, tapi selama para penduduk desa disini mati, tak ada yang akan tahu berapa banyak yang sudah kabur dan Enri akan tetap diselubungi oleh misteri.
Melindungi Enri adalah prioritas Jugem yang pertama dan tertinggi. Dia akan melakukan apapun untuk itu dan tidak menyesal sedikitpun. Karena itu-
“Semuanya! Tunggulah hingga gerbangnya runtuh! Kita akan segera menyerang! Target kita adalah markas musuh! Peluang kita satu-satunya adalah membunuh komandan mereka!”
“Ohhh!”
Serangkaian lolongan tekad menjawabnya. Ada sedikit getaran dalam suara itu, tapi tak ada yang terlihat ingin mundur.
Yang tersisa adalah keberanian murni dari pria yang bertempur anak-anak mereka dan yang mereka kasihi.
---
Enri dan Nfirea berlari menuruni dek pengamatan belakang, mengarahkan para wanita dan anak-anak ke arrea di depan gerbang belakang. Nenek Nfirea Lizzie tidak ada disana, karena saat ini dia sedang menyembunyikan seluruh peralatan alkimia yang dia pinjam dari Ainz.
Dia tidak akan punya waktu untuk kabur, tapi dia sudah menerima nasibnya.
“Tidak masalah! Tidak orang di sekitar! Kita akan buka gerbangnya sekarang dan menuju hutan!”
Anak-anak yang berkumpul, berwajah pucat karena ketakutan, mengangguk mati-matian.
Sementara itu, Nfirea dan Britta memutar pegangan, perlahan membuka satu sisi dari gerbang.
Saat mereka membuka gerbang, Enri mengeluarkan kepalanya untuk melihat sekeliling. Tidak ada siapapun. Sama seperti saat dia melihatnya dari dek pengamatan, tidak ada pasukan yang terlihat. Rencana Jugem berhasil.
“Kalau begitu, ayo pergi!”
Yang pertama keluar adalah Agu dan sukunya. Jika mereka dikepung di dalam hutan, mereka akan membuat jalan berdarah menembus musuh. Selanjutnya adalah Britta. Dia adalah pengintai bagi kelompok itu, dan jika Agu tidak menemukan pasukan apapun, Brita yang akan menanganinya.
Setelah memperhitungkan kaki pendek dari anak-anak itu, tim pionir akan bergerak maju ke arah hutan. Di belakang mereka, anak-anak akan mengikuti mereka dua dua. Sang ibu akan menemani anak-anaknya saat mereka berlari. Anak-anak tanpa orang tua akan dipimpin oleh anak-anak yang lebih tua.
Yang terakhir adalah Enri dan Nfirea, yang akan berlari ke depan.
Bahkan setelah keluar dari gerbang, hutan masih agak jauh. Memperhitungkan ini adalah musim dingin yang mematikan, jaraknya beberapa kali lebih jauh dari biasanya.
Mereka mati-matian berusaha memompa kaki dan berlari.
Terlalu jauh.
Tidak cukup.
Saat itu, mereka mendengar ada kuda dari belakang.
Enri sangat fit, sehingga dia sangat kaget karenanya. Meskipun begitu, hatinya berdebar dan nafasnya tidak karuan. Takut melihat ke belakang, lalu dia melihat sesuatu yang tidak bisa dia percaya ada disana – keputusasaan.
“Tidak mungkin...”
Lebih dari seratus knight berkuda muncul dari belakang. Mereka pasti sedang bersembunyi di titik butta dari dek pengamatan, menempel di dinding. Mereka hanya muncul karena mereka yakin tidak ada lagi yang lain yang akan keluar.
Itu adalah sebuah jarak yang panjang antara desa dan hutan. Namun, ada perbedaan besar antara kecepatan kuda dan manusia.
Mungkin Agu dan Britta bisa lari. Tapi tidak mungkin bagi anak-anak. Mereka pasti akan terkejar.
Para knight itu memegang benda yang berkilauan di tangan. Tidak diragukan lagi mereka ingin menebas dari belakang. Meskipun Nemu berlari di depan barisan, masih diragukan jika dia bisa kabur.
“Enri, tetaplah berlari!”
Nfirea tiba-tiba menghentikan langkahnya.
“Enfi!”
“Aku akan mencoba mengulur waktu!”
“Apakah kamu sudah gila? Jangan berpikir ini seperti terakhir kalinya ketika Lupusregina-san menyelamatkanmu!”
“Lari saja!”
Teriakan marah Nfirea diarahkan kepada Enri, yang berhenti pula.
“Jika kamu ingin mengulur waktu, aku memiliki cara yang lebih baik!”
Enri mengeluarkan tanduk tua yang sudah usang dari kantungnya.
Tanduk itu bisa memanggil 19 goblin. Meskipun tidak banyak, masing-masing goblin itu masih sangat kuat. Seharusnya cukup untuk mengulur waktu.
“Dasar bodoh! Ada banyak sekali mereka! Kamu bahkan tidak akan bisa mendapatkan 20 orang!”
Enri tidak bisa berdebar terhadap alasan Nfirea. Mereka pasti akan terkepung. Namun, tidak meniup tanduk itu adalah langkah yang bahkan lebih bodoh.
“Bukankah itu sama halnya denganmu?!”
Enri tidak lagi bisa buang-buang waktu bicara. Dia meletakkan tanduk itu di bibirnya.
-Goblin-sans! Tolong aku!
Apa yang terdengar adalah sebuah nada bass yang teramat rendah yang membuat tanah bergetar.
Enri berkedip dengan apa yang baru saja dia lakukan. Di masa lalu, ketika dia memanggil Jugem dan yang lainnya, yang dia dapatkan adalah suara poot yang lembut. Suara yang sama yang dia dapatkan dari mainan anak-anak yang usang.
“En-Enri...
Garis pandangan Nfirea yang panik berlalu dari Enri, melihat ke arah sesuatu yang ada di belakangnya. Mata Enri mengikuti Nfirea ke arah belakang dirinya.
Para knight berkuda akan segera mengejar menyusul mereka, dan mereka seharusnya bebas melakukannya, tapi entah karena suatu alasan mereka menarik pelana kudanya agar berhenti. Karena berhenti tiba-tiba, beberapa diantaranya bahkan terjatuh dari tunggangannya.
Enri melihat ke arah belakang mereka, lalu-
“-Eh? Ehhhhhhh?!”
----
Banyak item di dalam YGGDRASIL yang bisa menerima nama buatan sendiri. Namun, hanya beberapa yang memiliki pengecualian terhadap aturan itu. Itu termasuk item-item artefak yang dijatuhkan.
Salah satu artefak itu adalah Horn of the Goblin General (Tanduk Jenderal Goblin).
Tanduk itu adalah item yang biasa dan datar, tapi ada kalimat yang membuat penasaran padanya.
Dia hanya bisa memanggil 19 goblin. 19 Goblin ini adalah monster-monster sampah yang bahkan tidak layak sebagai musuh bagi para pemain YGGDRASIL. Jadi mengapa item seperti itu mendapatkan nama yang megah seperti “General”? Aneh sekali memanggilnya hanya dengan sebutan “Goblin Horn” (Tanduk goblin).
Banyak pemain di dalam YGGDRASIL yang berpikir demikian. Pada akhirnya, tak ada dari mereka yang bisa menjustifikasi nama tersebut, dan akhirnya mereka meninggalkannya begitu saja.
Namun, ada alasan tertentu dari nama itu.
Dan alasan itu adalah-
---
Jugem mengayunkan pedang besarnya yang dia rampas dari Giant of the East. Serangan yang dia buat dengan seluruh tenaganya dihadang oleh lawan. Namun, dia tidak bisa sepenuhnya menetralkan kekuatan dari benturan itu, dan itu membuatnya kehilangan keseimbangan. Biasanya, Jugem akan langsung melanjutkan serangannya, tapi prajurit yang lain menyerobot tidak membiarkannya.
Mereka mengepung Jugem dari kedua sisi, agar bisa menutupi prajurit yang membuatnya terbuka.
Dengan berdecak lidah, Jugem mengayunkan pedang itu dengan bergelombang di udara seperti sebuah perpanjangan tubuhnya sendiri, dengan rapi menangkis dua serangan pedang yang mengarah kepadanya.
“..Goblin ini jago juga. Dia benar-benar memaksa kita bertiga mundur sekaligus.”
“Orang yang luar biasa. Aku tidak tahu goblin bisa sekuat ini.”
Jugem bisa merasakan jika lawannya belum mencapai batas, itu membuatnya khawatir.
Jika dia bertarung melawan pasukan ini satu persatu, dia bisa menang. Jika dia melawan dua orang sekaligus itu akan menjadi masalah keberuntungan. Tiga sekaligus itu artinya dia akan kalah. Dan sekarang-
Ada prajurit lain yang memutar di belakangnya. Jugem mengambil satu langkah kecil mundur.
-Melawan empat orang sekaligus, yang bisa dia lakukan hanyalah mati.
Beberapa lawannya yang pertama adalah prajurit lemah, yang bisa dia tembus dengan mudah.
Warrior pemberani dari desa Carne bergerak maju tak terelakkan ke arah barisan tempur Kingdom dengan formasi capit.
Namun, lawan yang tangguh mulai bermunculan, seakan mereka baru saja masuk dari area yang berbeda. Perlengkapan mereka adalah standar tinggi. Mereka pasti pasukan elit dari prajurit musuh.
Meskipun mereka tidak jauh dari markas musuh, mereka masih belum mengalami banyak kerugian.
Namun – itu masih sulit.
Dia mengalihkan perhatiannya dari empat orang itu dan dengan sembunyi-sembunyi mengamati sekelilingnya. Goblin-goblin di bawah komandonya perlahan diungguli oleh jumlah yang lebih unggul.
Dia memang lebih kuat dan lebih tangguh daripada musuhnya... tapi di sisi sebaliknya, itu hanya memiliki dua keunggulan – termasuk ogre. Yang bisa mereka lakuakn hanyalah melihat musuh mereka mundur setelah menerima satu pukulan.
Sudah Ada beberapa martyr dari desa Carne. Meskipun para goblin telah menerima beban serangan di tepian dari formasi capit, jumlah musuh terlalu menekan, dan tidak mungkin bisa mengabaikan semua serangan mereka. Tanpa terkecuali, beberapa orang akan berhasil masuk, dan tanpa terkecuali, seseorang akan berakhir merengkuh tanah.
Itu adalah strategi yang ceroboh, dan hasil ini memang bisa diduga.
Namun, Jugem ingin percaya bahwa ini bukan masalahnya.
Dan pada saat ini-
Pedang mengenainya, menyebabkan sebuah luka yang segar.
“Chec!”
Jugem mengayunkan pedang besarnya, membuat sebuah celah.
“Kalian, siapa kalian? Aku berani bertaruh kalian bukan petani biasa.”
Jugem berada pada level 12. Dengan berpikir demikian, lawannya saat ini sekitar level 10, atau mungkin 11. Tiga orang lainnya mungkin level 9.
Penduduk desa biasa adalah level 1. Mungkin beberapa penduduk desa yang terlatih akan berhasil mencapai level 2. Pasukan yang menemani pengumpul pajak dari E-Rantel kelihatannya tidak seperti level 3. Itu artinya para prajurit yang sedang melawannya sekarang memang sangat kuat.
Disamping itu, sulit mengukur dengan tepat kekuatan dari Enri dan Nfirea karena mereka bukan petarung, tapi mereka kuat dengan cara mereka sendiri.
“Goblin ini.. tidak, apakah dia adalah hobgoblin? Atau apakah memang wajar bertemu dengan lawan yang kuat seperti ini?”
“Tapi, mereka bilang hobgoblin lebih besar... apakah dia adalah raja goblin? Mungkin orang-orang itu mengendalikan desa dengan paksaan... tapi jika memang begitu, mengapa para penduduk desa bertarung dengan keras sekali?”
“Haaa! Manusia memang punya otak yang tumpul. Itu karena kami memiliki sandera! Apakah kalian sudah paham?”
“Dia pasti bohong. Mereka tidak akan bertarung karena alasan seremeh itu. Daripada begitu, mereka akan menusukmu dari belakang. Aku bisa merasakan ada sesuatu seperti persahabatan antara kalian yang jauh melebihi batasan ras. Mengapa? Mengapa manusia dan goblin bisa bertarung bersama-sama?”
“Memangnya akan kuberitahu, dasar bodoh!”
“Jadi kurasa mereka memang teman, jika tidak-“
“Ahhhh, diam saja! Orang sepertimu membuatku marah!”
Jugem mengayunkan pedang besarnya sekali lagi.
Tapi hasilnya sama seperti sebelumnya.
Dia bisa menerima pukulan, tapi tidak sepenuhnya. Keseimbangan prajurit itu hancur, tapi ketika dia ingin melanjutkannya, dia dihadang oleh serangan yang menyasar organ vitalnya datang dari dua sisi.
Dengan berpikir demikian, Jugem memutuskan untuk tidak menghindari dari serangan.
Serangan tersebut, ditujukan kepada bagian yang tidak terlindungi oleh armor di tubuhnya, memberikan luka yang terbuka.
Daripada perih, yang dirasakan oleh Jugem adalah panas yang mengalir keluar dari dua titik tubuhnya.
Jugem menggeretakkan giginya, dan mengaktifkan skill khusus miliknya. Pedangnya berubah arah, menyerang prajurit yang menebasnya dari samping.
“[Goblin Blow]”
Serangan kuat itu membelah menembus titik lemah dari chainmail prajurit itu dan memberikan luka yang pedih pada daging di bawahnya. Saat itu, prajurit tersebut mulai mengejang.
Ini adalah kekuatan dari pedang besar tersebut – racun. Namun, itu masih bisa ditahan, dan tidak akan bisa menghabisi musuh.
Karena teralihkan perhatiannya, Jugem tidak bisa menghindari serangan pedang yang datang dari belakangnya.
Meskipun armor miliknya dimaksudkan agar lukanya tidak seberapa serius, tubuhnya mengerang dari tusukan pedang itu.
“Sial!”
“Itu seharunsya kami! Kamu sudah kehilangan kendali!”
“Biarkan dia jatuh, ayo menuju belakangnya!”
Ketika pertarungan jarak dekat, ada lebih banyak lawan daripada empat orang ini. Beberapa diantaranya mencoba untuk menyerang celah yang dibuat oleh Jugem dan akhirnya ditebas karena masalah mereka sendiri. Melihat equipment mereka yang parah, mungkin mereka adalah para petani yang melakukan wajib militer.
Meskipun begitu, ada banyak prajurit-prajurit seperti itu. Kalah dalam hal jumlah benar-benar tidak adil.
“Mundur! Goblin ini kuat! Kita akan menghadapinya. Kalian semua urus penduduk desa yang ada di belakangnya!”
“Kamu kira aku akan membiarkanmu!?”
Jugem merasa geram dengan prajurit sipil tersebut lalu mengayunkan pedangnya. Terintimidasi olehnya, mereka mundur.
Panas yang dia rasakan di dalam tubuhnya perlahan berubah menjadi perih.
Sebagai seorang warrior yang mengayunkan pedangnya untuk hidup, Jugem telah mempelajari beberapa rahasia dari medan perang, pertama adalah bagaimana bertarung meskipun sudah terluka. Rahasia lain adalah untuk mengetahui seberapa banyak luka yang bisa diterima, dan kapan harus kabur. Nalurinya berkata bahwa dia masih bisa bertarung, tapi untuk berapa lama, dia tidak tahu.
Warrior pemberani lain dari desa Carne menemui ajalnya, darahnya melumuri bumi.
Kekalahan mereka memang sudah pasti, dan pandangannya perlahan berubah menjadi merah.
Meskipun begitu, dia masih harus mengulur waktu agar Enri dan yang lainnya bisa kabur, hingga akhir nafas.
-Tujuan : Markas musuh.
-Kekuatan : Dirinya sendiri.
Mungkin dia telah melihat tekad Jugem, tapi prajurit di depannya mulai mengeras.
Saat itu, Jugem menggenggam pedangnya, bersiap untuk menyerang. Sebuah keributan besar terjadi di dalam medan perang. Dengan mata yang terpaku pada msuuh di depannya Jugem tidak bisa mengalihkan pandangannya.
Itu karena dari samping desa Carne-
---
-Alasannya sederhana. Kekuatannya yang sebenarnya bukan hanya untuk memanggil 19 goblin.
Di dalam YGGDRASIL, item ini tidak mampu menunjukkan nilainya yang sebenarnya dan dibuang sebagai sampah.
Namun, di dalam dunia baru ini, item tersebut memiliki peluang untuk mengeluarkan kekuatannya yang sebenarnya.
Mari kita lihat lagi nama dari item itu sekali lagi.
“Horn of the Goblin General”.
Kekuatannya yang sebenarnya, muncul hanya ketika tiga kondisi sudah dipenuhi, yaitu-
*********
Pukulan genderang yang berirama menggema ke seluruh penjuru medan perang dari samping desa. Saat dia melihat ke arah sumber suara itu, matanya terbuka lebar. Setidaknya lima ribu formasi kuat bergerak maju berirama dan di dalam formasi yang memiliki disiplin yang baik.
Baik penduduk desa dan Pangeran Barbro mengira itu adalah bala bantuan dari sang pangeran. Perbedaannya adalah apakah mereka tahu atau tidak siapa yang kiranya mengirimkan bantuan itu. Tapi semua orang berubah pemikirannya setelah mengamati lebih dekat.
Formasi itu terdiri dari goblin-goblin. Demi-human yang disebut “goblin” lebih kecil daripada manusia rata-rata dan memiliki ukuran kira-kira seperti seorang anak kecil. Namun, aura mereka membuatnya terlihat lebih besar dan mereka memang besar.
Tubuh mereka berbalut armor baja, dan senjata yang juga digunakan berkilauan mematikan. Ini adalah perlengkapan yang cocok dengan warrior-warrior yang sejati. Mereka bukan tentara sipil, tapi sebuah pasukan yang terdiri dari prajurit-prajurit profesional.
“Sekarang! Semua yang masih hidup, larilah sekencang-kencangnya! Itu adalah bala bantuan! Kita mendapatkan bala bantuan! Larilah ke arah mereka!”
Jugem berteriak dengan keras.
Identitas mereka masih misteri. Tidak jelas apakah mereka musuh, sekutu atau pihak ketiga yang tidak ada hubungannya. Berlari ke arah mereka hanya karena mereka adalah spesies yang sama sendiri bukanlah ide yang bagus. Tindakan yang tepat adalah berlari ke arah desa.
Namun, Jugem merasakan sesuatu yang berkata bahwa mereka adalah teman. Sebuah perasaan yang entah bagaimana merasakan bahwa mereka melayani tuan yang sama. Sebuah perasaan bahwa dia akan disambut oleh mereka.
Orang-orang yang masih selamat dari Desa Carne berlari ke arah pasukan goblin tanpa ragu lagi.
Pengepungan itu semakin mengendur dengan setiap langkah yang dia ambil. Meskipun pasukan dari Kingdom tahu mereka harus mengejarnya, mereka melambat. Memang wajar. Mendekati pasukan yang sangat disiplin itu dengan sembrono adalah tindakan yang bodoh.
Ada dua alasan mengapa mereka membiarkan para penduduk desa kabur. Pertama adalah karena markas utama telah mengumumkan untuk mundur, setelah memutuskan bahwa itu adalah saatnya merapikan barisan kembali daripada mengejar. Alasan lain adalah karena mereka takut terhadap kemungkinan balasan karena mengejar anggota spesies yang sama dengan pasukan baru itu.
Goblin-goblin itu menerima Jugem dan yang lainnya yang sedang kabur dengan seluruh tenaga mereka. Jugem dan yang lainnya terhuyung-huyung ke arah celah yang lebar di dalam formasi lalu pasukan itu menutup celah setelah mereka melewatinya. Itu seperti pintu baja yang menutup dengan erat.
Jugem melihat ke arah rekan-rekannya yang ada di sekeliling, yang berjatuhan di tanah karena kelelahan. Tidak ada satupun yang tidak terluka, dan banyak yang telah pingsan setelah tiba di tempat aman. Bahkan Jugem, hanya melihat ke sekelilingnya saja sudah membuat pandangan matanya menjadi kabur. Jumlah goblin, jumlah ogre dan jumlah penduduk desa semuanya sudah berkurang dari sejak awal pertempuran.
“Yah kurasa aku harus menganggap diriku beruntung... lebih dari separuh jumlah kami selamat. Konaa!” Dia memanggil satu-satunya goblin yang mampu menggunakan magic penyembuh, tapi Konaa menggelengkan kepalanya. Dia juga telah kelelahan dan kehabisan semua mana miliknya ketika bertempur.
“Kalau begitu siapapun yang tahu pertolongan pertama...”
Saat Jugem mencoba berteriak, seorang goblin yang memegang kipas bulu, mengenakan headscarf (selendang kepala) dan mengelus-elus jenggot panjangnya berjalan ke arah Jugem.
Sikapnya membuat Jugem menduga dia adalah seseorang yang penting di dalam pasukan goblin itu.
“Hohoho, jadi kamu adalah bagian dari rombongan Jenderal Enri. Aku adalah yang bertanggung jawab terhadap pasukan ini, Goblin Strategist. Tak ada yang bisa melukaimu lagi karena kamu sudah tiba. Beristirahatlah. Kami akan mengantarmu ke arah pasukan medis segera.”
Goblin Strategist mengulurkan kipasnya dan sekelompok goblin yang terlihat gagah berlari dengan banyak tandu.
“Hati-hati, tolong bawa mereka sesegera mungkin. Akan memalukan jika ada yang mati dalam perawatan kita.”
Yang terluka dengan cepat langsung di bawah.
“Kelihatannya kamu juga terluka. Sebaiknya kamu memeriksakan diri dengan unit medis dan kembali..”
“Tidak, maaf. Aku minta maaf, karena kamu sudah baik kepada kami, tapi aku ingin mendengar sesuatu dahulu. Lukaku tidak berat.”
Setelah memastikan Jugem tidak pura-pura berlagak kuat, Goblin Strategist mengangguk sekali sebelum bicara.
“Tentu saja, seperti yang diduga dari pemimpin dari rombongan Jenderal Enri. Apa yang ingin kamu tahu – Hohoho, tidak, hanya satu hal yang lebih menarik daripada keselamatanmu sendiri. Jenderal Enri berada di dalam tenda di belakang kita. Dia akan sangat senang jika kamu menemuinya.”
“Begitukah? Bagus sekali”
Jugem menghela nafas lega dari lubuk hatinya. Dia sangat lega, dia merasa semua tenaga pergi dari tubuhnya dan ingin pingsan, tapi dia tidak bisa menunjukkan pemandangan yang buruk itu kepada juniornya.
“Kalau begitu aku akan pergi kesana. Kurasa kelompokku tidak akan bisa ikut dalam pertempuran selanjutnya.”
“Hohoho, aku berterima kasih sudah memberikan kesempatan bagi pendatang baru ini.”
“Kalau begitu, tidak apa. Itu adalah tugas senior untuk memberikan kesempatan kepada juniornya.”
“Hohoho, kalau begitu aku harus memperlihatkan pertunjukan yang bagus bagi para senior. Sekarang, satu-satunya hal yang tersisa adalah meraih kemenangan absolut. Perintahkan kepada pasukan infanteri berat untuk maju.”
---
“Apa itu! Kita hampir saja bisa melumat mereka! Sialan!”
Barbro membuka matanya lebar-lebar dan menatap ke arah penyusup yang telah mengacaukan segalanya.
Tidak ada yang berjalan sesuai rencana. Mengapa dia harus mengahadapi pasukan goblin di desa sekecil ini? Dia ingin merobek-robek rambutnya karena marah.
JIka ini adalah pasukan milik kaisar, dia akan dengan senang hati dan akan memerintakan penyerangan langsung, tap lawannyaa adalah goblin. Meskipun dia nantinya menang, siapa yang akan menyadari perolehannya?
“Pangeranku, tolong izinkan kami untuk mundur.”
Dia mengarahkan tatapan kebenciannya ke arah kight yang menyarankan tindakan itu. Dia tidak tahu mengapa pasukan goblin sebesar itu muncul disini, tapi jika dia kembali membawa informasi yang bergunaa, dia akan mendapatkan nilai karena sudah melakukan sesuatu yang berguna.
Namun, jika dia berputar balik dan kabur, tidak sulit membayangkan dia akan mendapatkan julukan “pangeran yang lari dari goblin”.
Jika dia kalah, dia akan menjadi “pangeran yang kalah dari goblin”. Berita itu akan tersebar melalui para bangsawan yang lapar dengan gosip terbaru, dan tidak ada lagi satupun di dalam Kingdom yang tidak tahu hal itu. Mereka yang tidak ada disana tidak akan perduli seberapa kuat goblin itu. Satu-satunya hal yang diperdulikan adalah bagaimana menariknya gosip itu.
Barbro tanpa bicara mengutuk para bangsawan yang telah mengejeknya dari tempat aman.
“...Aku tidak akan memperbolehkan hal semacam itu. Lawan.”
“Pangeranku! Lihatlah perlengkapan mereka yang sempurna dan formasi mereka yang tanpa celah. Mereka pasti adalah para elit yang mengungguli goblin-goblin sebelumnya. Bagi sebuah pasukan yang terdiri dari tentara sipil seperti kita, peluang menangnya sangat tipis. Mohon perintahkan untuk mundur!”
Dia sangat tahu betul hal itu, meskipun dia tidak ingin mendengarnya, tapi tidak ada cara lain untuk melindungi kehormatannya selain melawan. Dia hanya bisa berharap pasukan goblin itu hanyalah tipuan.
“Dasar bodoh! Apakah kamu tidak mengerti seberapa berbahayanya jika mengabaikan mereka begitu saja! Sekarang ini, pasukan Kingdom sedang bergerak ke arah dataran Katze. Apa yang akan kamu lakukan jika mereka menyerang E-Rantel ketika sedang tidak dijaga!”
“Sa, Saya minta maaf.”
Satu-satunya tindakan adalah menghadapi mereka, lalu mundu jika goblin-goblin itu memang kuat seperti yang terlihat. Tujuannya yang sebenarnya adalah bertarung melawan Baharuth Empire, dan kalah disini sangat tidak diinginkan. Dia cukup tenang untuk setidaknya berpikir sejauh itu.
Para prajurit yang baru saja merapikan kembali barisannya di depan Barbro ketika goblin mulai maju.
Lawan mengambil barisan formasi yang standar, sedalam tiga tingkat.
Sebaliknya, pasukan kerajaan membentuk formasi sayap bangau. Alasan mereka tidak membentuk formasi mengepung adalah untuk memaksimalkan mobilitas dari pasukan kavaleri dan karena musuh membentuk formasi yang rapuh dengan serangan sayap.
Barisan depan goblin-goblin itu terdiri dari pasukan infanteri berat dengan perisai yang cukup besar untuk bisa melindungi seluruh tubuh mereka. Gerakan maju mereka yang mantap mengeluarkan tekanan yang berat seakan ada sebuah dinding yang menutup dengan cepat. Barbro merasakan sensasi yang tidak nyaman karena sarung tangannya penuh dengna keringat saat dia menggenggam tali pacu kudanya yang semakin erat.
Tentara sipil menggenggam tombak dan pasukan infanteri berat menyerang. Tujuan dari pasukan infanteri adalah untuk mengulur waktu gerakan maju dari lawan sementara pasukan kavaleri mengepung dari kedua sayap.
Dua sisi berbenturan satu sama lain.
Dan Barbro bisa melihat dengan jelas teriakan-teriakan goblin itu.
“Kami adalah.. milik Yang Mulia, Pasukan Goblin Infanteri Berat Jenderal Enri! Jangan pikir hal seperti ini bisa menghentikan kami!”
Sebelum dia bisa memikirkan siapa itu Jenderal Enri, suara retakan dar pasukan Kingdom menarik perhatiannya.
Tentara sipil didorong kembali oleh dinding perisai. Wajar saja, orang-orang di barisan depan ditekan oleh mereka yang berdiri di belakangnya, dan formasi itu mulai hancur. Pasukan kavaleri di kedua sisi terkejut dan mulai bergerak. Sayap kanan lebih cepat dalam merespon, jadi mereka mencoba untuk mengepung pasukan goblin dari sayap, tapi tujuh belas knight – melingkari dengan cahaya perak yang cemerlang dan mengendarai serigala perak sebagai ganti dari kuda – memacu untuk menghadang mereka.
“Yang Mulia, Pasukan Goblin Knight Paladin Jenderal Enri datang kepadamu!”
Di tengah keributan dari pertempuran pasukan kavaleri ada suara anak panah. Ketika Barbro melihat lebih dekat, anak panah dalam jumlah yang tak dapat dihitung menghujani dari atas pasukannya dan dia melihat semakin dekat ke arah formasi musuh untuk bisa mengidentifikasi siapa yang menembakkanya.
Di dalam barisan kedua dari musuh, ada goblin-goblin yang sedang memegang busur besar dan berbalur kain merah yang mencolok. Dari sisi kanan dan kiri mereka tidak seimbang, dan mereka terlihat seperti terhuyung-huyung setiap kali melangkah. Goblin yang menarik perhatiannya bahkan memiliki busur yang lebih besar dari yang lainnya, lalu dia membuka mulutnya.
“Yang Mulia, Pasukan Goblin Pemanah Jenderal Enri! Jangan kira kamu bisa kabur dari kami!”
Serangan jarak jauh dari lawan tidak berakhir disini. Ledakan magic dalam jumlah yang tak dapat dihitung berterbangan dari barisan ketiga dan, memang masih cukup jauh di depan Barbro, magic-magic itu meledak di tengah formasi pasukannya. Bunga-bunga api merah merekah dengan setiap kilatan dan ledakan yang berliku-liku di tengah-tengah udara seperti kelopak bunga. Tentara sipil berterbangan ke kiri dan kanan oleh akibat serangan magic yang terus-terusan itu.
Yang bertanggung jawab untuk hal ini memakai tudung yang menutupi wajah mereka. Di tangan mereka ada tongkat panjang yang berkilauan dengan sinar misterius. Yang berdiri di depan mereka menarik kembali tudungnya untuk menunjukkan wajah mereka yang keriput.
“Yang Mulia, Pasukan Goblin pendukung Magic goblin Jenderal Enri. Rasakan kekuatan kami dengan tubuh kalian sendiri, dan ketahuilah kami tidak saja bisa menggunakan magic untuk menguatkan atau melemahkan, tapi magic serangan pula.”
Bukan hanya itu pasukan yang menembakkan serangan-serangan magic. Di samping pasukan pendukung magic ada skuad yang memiliki pakaian yang mirip. Mereka berjumlah sedikit, hanya 5 orang, tapi mereka memiliki ekspresi sangat percaya diri di wajahnya. Para goblin yang paling menyeringai di depan mengangkap suaranya.
“Yang Mulia, Pasukan Goblin pembombardir magic Jenderal Enri! Kami memiliki spesialisasi dalam serangan magic jarak jauh dan bangga menjadi pasukan dengan kemampuan serangan yang paling besar!”
“Yang Mulia!”
Knight itu kembali kepada Barbro. Dia hampir bisa memprediksi apa yang knight itu katakan dengan wajah yang sedepresi itu. Jika ada magic caster, maka kemampuan lawan akan beberapa kali lebih besar dari yang diduga.
“Kita tidak bisa menahan mereka lagi! Itu tidak mungkin! Hanya masalah waktu sebelum lawan tiba disini pula! Tolong perintahkan untuk mundur!”
Bukan waktunya lagi mempertimbangkan apakah dia ingin mundur atau tidak. Meskipun dia memerintahkan kepada semua orang berdiri dan melawan, para bangsawan yang mengikutinya sampai sekarang akan berbalik dan berlari terbirit-birit. Membuat mereka tetap tinggal dan melawan hanya akan menyebabkan dendam di masa depan dan membuat para bangsawan menjadi musuh.
“Baiklah. Berikan perintah untuk mundur kepada Baron dahulu.”
Dia ingin menjadi yang pertama lari, tapi itu akan membuatnya tersandung reputasi sebagai seorang pengecut yang pertama kalinya kabur melawan goblin. Dia akan serahkan urusan kotor itu kepada Baron.
“Saya mengerti!”
Saat knight itu memerintakan bawahannya-
“-Kalian kira mau kemana?”
Barbro pertama kalinya menyadari bahaya nyawanya ketika dia mendengar suara yang asing dari samping.
Rombongan Pangeran langsung menghunus pedang mereka lalu melihat ke arah sekeliling untuk menemukan sumber suara itu. Yang muncul tiba-tiba dari bayangan adalah sebuah figur yang tertutup pakaian hitam legam. Wajah mereka ditutupi oleh topeng, tapi mata mereka kelihatannya seperti mengeluarkan kilauan yang tajam.
“Yang Mulia, Pasukan Goblin Assassin Jenderal Enri. Alasan kami menunjukkan diri dari kegelapan adalah karena ini akan menjadi akhirmu.”
Dan orang lain.
Yang mengikuti di belakang mereka mengenakan topi merah, sepatu baja, dan memegang sabit besar yang panjang, seperti bentuk dari kematian.
“Yang Mulia, Bodyguard Goblin Jenderal Enri – seorang anggota dari tiga belas topi merah. Yah, kurasa aku tidak akan memiliki kesempatan untuk pamer.”
“Lindungi Yang Mulia! Berikan tanda mundur!”
“Terlambat”
Bayangan itu bergerak. Bagi Barbro, hanya itu yang bisa dia lihat.
Kepala Knight tersebut hilang dan darah muncrat seperti air mancur darah dari lehernya.
Saat otaknya mencari apa yang sedang dia lihat, Barbro langsung memacu kudanya untuk berlari kencang. Tidak ada waktu lagi berpikir tentang mundur dengan teratur karena dia sedang berdiri di persimpangan antara hidup dan mati.
Saat dia kabur, dia bisa mendengar suara dari belakang: “Yang Mulia, Pasukan Goblin Musisi Jenderal Enri!” diikuti dengan suara pukulan yang keras dari genderang goblinyang mengejarnya saat berlari.
“...Tidak apa-apakah membiarkannya pergi?”
“Itu adalah perintah dari strategist. Dia bilang jika kita membunuh sang pangeran, pertempuran tidak akan berakhir.”
“Hmph, kurasa begitu. Jika Jenderal Enri mati, aku tidak akan berhenti sampai setiap musuh mati pula. Seperti yang diduga dari strategist, bisa melihat hingga beberapa langkah. Apakah itu adalah alasan yang sama kita tidak akan menghabisi pasukan itu pula?”
“Benar sekali. Mereka harus bisa kembali ke kota dengan menyeret sang pangeran. Aku bisa mengerti perasaan tidak senangmu. Aku juga merasakannya. Aku ingin membalas mereka karena berani menyerang desa Jenderal Enri... Baiklah, Topi Merah-san, Mari kita rawat mayat-mayatnya”
“Kurasa begitu. Lagipula kita harus mengambil tubuh-tubuh dari para warrior pemberani yang telah bertarung bersama dengan pemimpin senior.”
**********
Di atas dataran yang diwarnai oleh cahaya bulan yang cerah ada sebuah perkemahan. Masih diperdebatkan apakah itu benar-benar bisa dianggap sebagai sebuah perkemahan tanpa adanya tenda pagar kayu. Penjelasan yang akurat adalah ada sebuah pasukan di dalam dataran itu.
Kebanyakan dari mereka acak-acakan dan terbaring kelelahan.
Alasan mereka bisa tidur tanpa adanya alas apapun di musim dingin yang cukup bisa mengubah nafas menjadi kabut putih adalah karena semuanya benar-benar sangat kelelahan. Di tengah-tengah kelompok yang sedang roboh di tanah seperti boneka yang talinya sudah putus itu ada satu orang yang sedang berjalan-jalan.
Itu adalah Jenderal yang telah kalah dalam perang, Pangeran Barbro.
Apakah dia harus menganggap dirinya beruntung karena selamat, atau menganggap dirinya tidak beruntung karena bertemu pasukan seperti itu?
Pasukan goblin yang tiba-tiba muncul di desa Carne sangat kuat – tidak, sangat luar biasa. Pasukan Barbro dihancurkan begitu saja saat mereka melakukan kontak dan kekalahan sudah tak terelakkan lagi. Prajuritnya mati seakan mereka meleleh.
Jadi siapa goblin-goblin itu?
Barbro ingin tahu jawabannya.
Satu-satunya hal yang bisa terpikirkan adalah goblin-goblin itu sudah mendirikan kerajaan besar di dalam hutan Tob. Jika mereka bergerak ke selatan, itu adalah situasi yang bisa dimengerti. Para bangsawan yang berhasil kabur dengannya berpikir hal yang sama, dan mereka berbagi kesimpulan yang sama pula dengannya saat kabur.
Itu artinya dia tidak beruntung.
Itu artinya goblin-goblin itu adalah pasukan mereka yang paling elit.
Itu artinya kembali dengan informasi akan adanya goblin adalah peroleh yang beralasan sendiri.
“Dasar bodoh....”
Barbro mengepalkan tangannya.
Sebuah kekalahan adalah sebuah kekalahan. Dan goblin-goblin itu tidak diragukan lagi kuatnya. Siapapun yang bertarung melawan mereka akan mampu mengerti mengapa Barbro kalah.
Tapi bagi mereka yang bodoh, Barbro akan menjadi pangeran yang kalah dari goblin. Dia akan menjadi bahan tertawaan.
“Sialan! Sialan! Sialan!”
Perasaan frustasi mendidih di dalam hatinya. Ini adalah alasan mengapa dia tidak bisa pergi tidur meskipun dia sudah sama lelahnya seperti prajuritnya.
Setiap kali dia menutup mata, dia bisa mendengar suara-suara ejekan dan kebencian yang pastinya diarahkan kepadany ketika kembali ke kingdom.
Bagi Barbro, perang sudah usai. Tidak mungkin bisa pergi ke dataran Katze dan bergabung dalam pertempuran melawan Baharuth Empire sekarang.
Tiba-tiba saja – dia merasakan kehadiran seseorang. Bukan dari para prajurit yang sedang tidur, tapi dari arah sumber dia kabur.
Apakah itu adalah para pejalan kaki yang akhirnya bisa mengejar mereka, atau goblin yang mengejar?
Saat itu, Barbro mengarahkan berputar agar bisa melihat dengan hati-hati yang was-was, wajahnya mengkerut karena terkejut. Seakan figur itu menyadari Barbro yang sedang menatapnya, dia melambaikan tangan seakan menyapa dengan enteng.
“Bagaimana kabarmu~”
Bagaimana dia bisa muncul di tengah dataran ini tanpa disadari? Tidak terlalu jauh darinya – sekitar dua puluh meter jaraknya – ada seorang wanita dengan kecantikan absolut memiliki senyum yang setara dengan ekspresinya yang tulus. Jika ini adalah di tengah kota, dia tidak akan ragu untuk bermain mata dengannya, tapi ini adalah di tengah sebuah dataran. Bahkan tidak ada satupun desa yang terlihat.
Hal yang paling aneh adalah pakaiannya – yang terlihat mirip dengan pakaian pelayan.
Jika dia bersenjata, Barbro akan berpikir dia adalah seorang petualang, tapi ini tidak masuk akal sama sekali.
Seorang monster?
Pemikiran itu tiba-tiba saja mucul di dalam otaknya. Beberapa monster memiliki penampilan yang cantik. Peri-peri adalah contohnya, tapi pakaian pelayan tidak mungkin bisa dipahami.
“Hello, aku datang kemari untuk bermain~. Aku tidak sedang ada di waktu yang buruk, ya kan?”
Itu adalah sebuah pertanyaan yang jelas-jelas meremehkannya.
“Siapa kamu?”
Barbro bertanya sambil meraih pedang di pinggangnya.
Itu adalah pertanyaan yang membosankan dan tidak kreatif, tapi dia serius. Identitas gadis itu masih diselimuti misteri, dia bahkan tidak bisa berpikir apa yang harus ditanyakan pertama kalinya.
“Mereka memanggilku Lupusregina. Aku adalah salah satu orang yang melayani Ainz-sama.”
Wanita misterius ini menyapanya dengan mengangkat tangannya lagi. Sesuatu yang dikatakan oleh wanita itu – Lupusregina – tenggelam ke dalam hatinya.
“A-Apa.”
Barbro terkejut, dia lupa membangungkna para prajurit yang ada di sekelilingnya.
“Tidak, tidak, itu tidak usah dipikirkan... kamu benar-benar sudah melalui banyak hal. Tapi apakah kamu tahu, kurasa memang agak curang. Maksudku menggunakan pasukan goblin memang terlalu pengecut. Bahkan aku terkejut ketika melihat manusia itu, Enri, dari belakang dan melengking kaget. Siapa yang bisa menduga banyak sekali goblin yang keluar... hehehe.”
Lupusregina mengeluarkan suara yang mirip tawa.
Itu adalah pancingan yang jelas, tapi Barbro tidak sedang ingin meladeninya.
“jadi untuk apa kamu kemari!”
Dia bisa merasakan ada orang yang menyetir di belakangnya seakan bereaksi dengan teriakan itu.
Sebuah pancingan adalah sebuah pancingan, tapi tindakannya aneh seakan dia sedang berencana menyergap. Tidak perlu dia menunjukkan diri. Atau apakah ini adalah sebuah sikap pura-pura untuk menarik perhatiannya? Agar bisa menyerang dari belakang ketika perhatiannya teralihkan.
Tidak – dia berharga karena dia adalah pangeran pertama.
Rencana mereka mungkin adalah bernegosiasi dengannya jika dia beruntung, atau menggunakannya sebagai sandera jika tidak.
Tapi tidak mungkin negosiasi akan berjalan baik untuk pihak Barbro. Dia kelihatannya akan menjadi seorang tawanan.
Barbro bisa merasakan takhta semakin jauh dan semaki jauh lagi darinya setiap detik.
Meskipun, yang bertanggung jawab sebenarnya adalah eselon yang lebih tinggi di dalam Kingdom, yang telah mengirimnya ke desa ini tanpa memberitahukan kepadanya bahwa ada goblin disana.
Jika dia menjadi seorang tawanan, dia akan memiliki ksempatan untuk bertemu dengan Ainz Ooal Gown. Tergantung situasinya, dia harus menyerahkan seperempat wilayahnya agar bisa ditukar dengan bantuan Ainz agar bisa membuat menjadi seorang raja.
Ini mungkin adalah hal terbaik yang bisa dia pikirkan untuk bisa keluar dari situasi yang paling buruk.
Barbro berpikir begitu.
“Tidak, tidak. Hanya ada satu alasan aku datang kemari.”
Lupusregina menyatakannya setelah menghirup nafas dalam-dalam.
“Aku kemari untuk membantai semua orang!”
Barbro berkedip beberapa kali sebelum berteriak.
“Apa?! Omong kosong macam apa itu! Apakah kamu tidak tahu siapa yang sedang kamu ajak bicara?! Aku adalah pangeran pertama dari Kingdom Re-Estize, Barbro Andrean Ield Ryle Vaiself!”
“Ha. Yah, kamu berkata begitu, tapi bukankah kamu tetap hanya manusia biasa? Apakah aku salah? Bagi kami. Itu adalah sama saja. Ah, aku juga sudah tahu kamu adalah pangeran.”
“Apakah itu... benar! Kamu benar-benar ingin membunuh setiap orang selain aku? Aku tidak bisa bilang itu adalah ide yang bagus. Meskipun kamu menjadikan aku tawanan, kamu akan memerlukan orang untuk mengirim beritanya kembali kepada sang raja, atau negosiasi akan menjadi semakin sulit nantinya.”
Lupusregina memiringkan kepalanya seakan dia mengatakan hal yang aneh.
“Tidak, tidak. Kamu ngomong apa? Aku akan bilang sekali lagi. Pem~ban~tai~an. Ini adalah pembantaian karena aku akan membunuh setiap orang dari kalian. Kelihatannya otakmu tidak terlalu berkembang? Ah~ mungkin kamu memang berharga dalam hal itu, tapi aku tidak terlalu tertarik menyimpanmu.”
“Apa lagi yang kamu katakan! Apakah kamu tidak menyadari aku adalah pangeran pertama! Beraninya kamu berpikir ingin membunuhku! Biasanya kamu menawan bangsawan sebagai sandera dan meminta tebusan kepada mereka! Atau apakah kamu menginginkan wilayah! Sebaiknya tetap membuatku hidup-hidup agar bisa digunakan untuk posisi yang lebih menguntungkan dalam negosiasi daripada membunuhku!”
“..Oh ya ampun, ini manusia benar-benar membingungkan.”
Lupusregina menunjukkan senyum tidak senang di wajahnya, lalu melanjutkannya dengan nada yang terdengar seakan dia ingin mencoba menjelaskan sesuatu yang kompleks kepada bayi.
“Kamu tidak dibutuhkan di dalam rencana yang paling besar, dari Ainz-sama. Itulah kenapa kamu akan mati. Apakah kamu mengerti sekarang?”
Barbro ternganga keheranan.
Dia tahu Lupusregina tidak mengatakannya hanya karena bercanda atau ancaman sederhana.
Dia menelan air liurnya secara tidak sadar.
“...Apakah kamu akan benar-benar? Benar-benar akan membunuhku...”
“Ah, itu adalah ekspresi yang bagus. Itu adalah ekspresi favoritku. Kamu menjadi semakin yang teratas di dalam peringkat favoritku.”
“Kalau begitu-“
Lupusregina berbicara kepada Barbro dengan ekspresi kosong. Barbro mencoba untuk tersenyum meskipun ekspresi di wajahnya kaku.
“Perintah dari AInz-sama adalah membantai kalian semua. Oleh karena itu, tak ada yang bisa pergi dari tempat ini hidup-hidup.”
Lupusregina tiba-tiba merubah ekspresinya dan berbicara dengan bercanda.
“Jadi, aku tadi sudah memikirkannya begini dan begitu. ‘Lawan mana yang akan paling menyenangkan?’ Jadi – aku bawakan lawan terbaik bagi kalian semua, yang sudah kewalahan dengan goblin itu.”
Lupusregina mengangkat tangannya dan bersikap ‘ta-da’. Tiba-tiba, bayangan berjumlah berlipat-lipat muncul dari bayangannya, memotong jalan dari ruang yang kosong.
“Ini adalah si topi merah yang aku panggil!”
Mereka berjumlah tiga puluh.
Mereka terlihat seperti goblin bertampang keji dan aneh yang mirip dengan yang dia lihat sebelumnya.
Mereka semua mengenakan topi yang lancip dan sepatuh baja. Di tangan mereka ada kapak yang kelihatannya seperti mengeluarkan cahaya biru di bawah sinar bulan.
“Serangan musuh! Apa yang kamu lakukan! Bangunlah! Bersiap! Musuh ada disini!”
Para prajurit yang bangun dari tidurnya karena teriakan Barbro melihat musuh di bawah sinar bulan yang hampir menyilaukan.
“...Level 43. Agak berlebihan sebenarnya, tapi tidak ada goblin dengan level yang lebih rendah lagi di dalam perpustakaan.”
Teriakanpun meledak.
Karena mereka adalah para prajurit yang baru saja mengalami pertempuran seperti neraka melawan prajurit goblin, mereka tidak sepenuh hati ingin melawan goblin lagi.
Mereka berlari dengan cara yang tidak teratur bahkan tanpa mencoba melawan.
“Jangan berlari! Lawan! Lawan! Berdiri dan lawan! Lindungi aku segera!”
Tidak ada satupun yang mendengarkan Barbro. Bahkan para bangsawan lari dengan kuda mereka.
“Ahhahahaha! Ini benar-benar masterpiece! Tidak kukira kalian bisa kabur begitu saja di dataran terbuka seperti ini! Ah~ ini terlalu lucu! Memang yang terbaik! Aku sangat menyukainya!”
Suara ejekan Lupusregina adalah suara yang sangat dikenal dengan baik oleh Barbro.
Hanya ada satu cara untuk selamat. Itu adalah dengan membunuh musuh.
“Kamu kira kamu bisa kabur jika mengendarai kuda... kurasa memang ada orang-orang bodoh yang berpikir demikian. Bisakah kalian potong kaki-kaki dari orang-orang bodoh itu untukku?”
Topi Merah berlarian, bersorak menyambut pembantaian yang akan terjadi.
Mereka seperti binatang buas.
Mereka meluncur masuk di antara orang-orang yang bertebaran dan mencoba lari.
Lalu.... sebuah teriakan bergema di udara.
Itu adalah salah bangsawan yang mencoba kabur dengan kuda.
Teriakan itu berlanjut.
“Yah, kurasa aku tidak akan terlalu lama menikmatinya karena sudah tidak banyak musuh yang tersisa. Tapi mau bagaimana lagi. Aku akan mencoba sebaik mungkin, dan menikmatinya sebanyak mungkin. Aku mungkin tidak memiliki kemampuan seperti Sol-chan, tapi aku akan tunjukkan padamu kalau aku tidak terlalu buruk juga.”
Lupusregina berjalan ke arah Barbro, yang sudah menghunus pedangnya. Dia melangkah dengan santai seakan dia datang untuk jalan-jalan.
Tapi senyum yang muncul seperti belahan di wajahnya yang cantik membuat Barbro bergidik.
Hanya setelah tiga puluh menit itu Barbro akhirnya bisa diperkenankan memeluk kematian yang manis.
================