Overlord Vol 11 Bab 5 Bagian kesatu

Frost Dragon Lord
Image


Di pagi hari berikutnya. Ainz telah memutuskan berangkat lebih awal untuk mengambil kembali ibukota negeri dwarf, Feoh Berkanan, namun saat dia akan berangkat, sebuah wajah yang akrab muncul di pintu.

Dia adalah Gondo.

Ainz memiringkan kepalanya. Dia tidak tahu mengapa dia ada di sana.

“-Apakah kamu di sini untuk mengantarkan kepergianku?”

“Tidak, saya datang kemari untuk menunjukkan jalannya.”

Ainz berkedip. Memang benar, dia telah menyebutkan bahwa dia perlu seorang dwarf untuk penunjuk jalan. Melihat dari sikap dewan yang langsung memenuhi permintaan itu, Ainz menduga bahwa misi dwarf ini adalah untuk mengawasi dirinya, jadi dia berpikir mereka mungkin akan memilihkan dwarf yang tidak ada hubungan sama sekali dengan dirinya.


“Setelah berpisah dengan anda kemarin, saya dengar banyak hal dari runesmith-runesmith lain. Saya rasa saya tahu rute menuju ibukota kerajaan lebih baik daripada dwarf lain.”

“Terus, bisakah kamu menemukan rute alternatif jika terowongan menuju ibukota runtuh? Kamu mungkin harus beradaptasi dengan perubahan dalam situasi yang nantinya akan datang. Apakah itu tidak apa?”

“Saya telah mempelajari banyak hal tentang itu sebisa mungkin. Perkenankan saya menunjukkan jalan untuk anda.”

“Umu.”

Ainz mulai berpikir.

Sebenarnya, membawa serta Gondo lebih banyak kekurangannya daripada keuntungannya. Namun, jika dewan telah setuju, maka jika Ainz adalah satu-satunya orang yang tidak setuju dan minta perubahan, peluang dirinya mendapatkan orang lain sebagai penunjuk jalan sangatlah rendah.

“...Apakah kamu seorang warrior, ataukah kamu memiliki cara untuk bertarung?”

“Tidak. Saya tidak percaya diri dengan kemampuan dalam bidang tersebut. Namun, saya siap menghadapi segala bahaya, dan tak ada orang yang akan menyalahkan anda jika saya binasa. Ditambah lagi, saya memiliki jubah ayah saya. Itu juga alasan mengapa mereka memilih saya.”

Jubat tembus pandang itu memberikan beban yang besar dalam argumentasinya.

Sementara Ainz telah merencanakan bagaimana melindungi penunjuk jalannya, dia merasa tidak tenang membawa serta seorang dwarf yang tidak memiliki kemampuan bertempur. Meskipun Ainz memang masih bisa menghidupkan kembali dwarf tersebut dengan magic meskipun jika nantinya dia tewas (setelah dianggap memiliki level yang cukup), Gondo mungkin memiliki cara berpikir “selesai sudah semuanya” jika dia tewas.

“Apakah kamu perlu memastikan apakah aku telah mengusir seluruh Quagoa dari ibukota kerajaan? Jika kamu nantinya tewas di tengah jalan, keadaan akan sangat sulit bagiku.. dan juga ada masalah runesmith-runesmith itu. Aku lebih memilih kamu tetap di sini.”

Gondo perlahan mendekati Ainz dan berkata dengan lirih:

“Ibukota kerajaan memiliki ruang harta karun yang luas. Jika masih belum dicuri, maka ruangan itu akan mengandung banyak sekali harta karun dwarf. Seharusnya ada beberapa senjata ayahku dan manuskrip-manuskrip teknis dari keluarga kerajaan di sana. Siapa yang tahu, mungkin saja ada manual rahasia yang ditinggalkan oleh runesmith di masa lalu.”

“Hoh....”

Dengan respon itu, Ainz memberi isyarat agar Gondo seharusnya melanjutkan ceritanya.

“Saya ingin mendapatkannya dengan sembunyi-sembunyi... Memang kelihatannya tidak sopan meminta hal ini kepada Yang Mulia, tapi bolehkah saya meminta anda untuk memalingkan muka atas hal ini ketika anda sudah mengambil kembali ibukota?”

“..Sebelum itu, apakah kamu punya cara untuk membuka ruang harta karun itu?”

“Tidak. Namun... Saya yakin Yang Mulia mampu melakukan sesuatu tentang itu, ya kan?”

Apakah dia benar-benar berpikir aku bisa melakukan semua hal?

“Jadi kamu ingin aku menjadi pembantu dalam pencurian kelas teri?”

“Saya yakin penjelasan yang benar terhadap apa yang terjadi adalah Yang Mulia ingin melihat apakah ruang harta telah dibobol, oleh karena itu lalu dibuka. Terus, anda teralihkan perhatian sesaat, cukup lama. Saya yang akan menjadi pencuri kelas teri itu, dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan Yang Mulia.”

“... Garis keturunan dari keluarga kerajaan dwarf telah terputus, apakah itu benar? Apakah ada sebuah catatan yang mencatat harta yang seharusnya ada di dalam ruangan itu?”

“Saya rasa tidak ada.”

“Sangat penting sekali memastikan hal itu. Akan sangat berbahaya jika memang ada sebuah catatan, ya kan? Aku tidak bisa menyetujui hal ini... Yang lebih penting lagi, bukankah harta karun itu milik negerimu? Apakah kamu tidak malu mencurinya?”

Gondo tertawa dengan nada menghina.

“Yah, manual-manual itu tidak berarti apapun bagi sebuah negeri yang sudah menyerah terhadap kami dan seni kerajinan rune (runecraft), bukankah begitu?”

Berarti ini pengkhianatan? Meskipun pemikiran itu berkelebat di kepala Ainz, sebenarnya adalah itu tidak merugikannya. Malahan sebaliknya, membiarkan buku-buku itu merana di negeri dwarf adalah hal yang sia-sia.

Terlebih lagi, Pencurian Gondo akan menjadi pemutusan hubungan sepenuhnya terhadap kerajaan dwarf. Kerajaan dwarf tidak akan membiarkan seorang kriminal yang telah mencuri harta mereka. Masalah ini bisa digunakan sebagai sebuah bentuk pemerasan, dan itu akan menjadi belenggu yang membuat Gondo benar-benar tidak bisa mengkhianati Sorcerous Kingdom nantinya.

Namun, itu juga bisa digunakan untuk melawan Ainz dengan cara yang sama.

“... Memang benar. Tidak ada gunanya membiarkan orang-orang yang tidak memerlukannya memiliki buku-buku itu. Memang benar, mungkin saja mataku yang salah saat itu. Tetap saja, seperti yang kusebutkan sebelumnya, kamu harus memeriksa catatan apapun dalam harta karun itu. Aku ingin menghindari keributan di masa depan.”

“Saya mengerti. Saya akan melakukan seperti titah Yang Mulia.”

“Kalau begitu, kita akan sampai di situ saja.”

Sementara mereka sudah agak menjauh untuk mendiskusikan ini, seseorang dengan pendengaran yang tajam mungkin sedang menguping mereka.

“Kalau begitu, mari kita rubah topiknya. Katakan kepadaku tentang bahaya yang mungkin akan kita hadapi sebelum tiba di ibukota dwarf. Secara garis besarnya saja tidak apa.”

“Pertanyaan yang bagus. Siapapun yang ingin tiba di ibukota dwarf harus melewati tiga ujian.”

“Ujian? Menarik. Ceritakan secara singkat ujian itu.”

“Mm, ujian pertama adalah Great Rift, ada sebuah lorong yang menurun di depan gerbang menuju benteng tersebut. Setelah benteng adalah Great Rift yang membelah bumi. Sekarang setelah jembatannya sudah ada, sulit menganggap itu sebagai sebuah ujian. Namun, ketika menyeberanginya, seseorang harus mempersiapkan diri untuk menerima serangan terkonsentrasi dari musuh.”

“Apakah Quagoa menggunakan senjata jarak jauh?”

“Umu, saya belum pernah dengar itu sebelumnya. Namun, mungkin berbahaya jika mengasumsikan mereka tidak menggunakannya, ya kan?”

Memang sangat masuk akal. Kemungkinannya mereka bisa menggunakan senjata magic dari benteng tersebut juga ada.

“kalau begitu, ujian selanjutnya adalah area lahar/lava yang mengalir. Bahkan udara yang panas saja bisa fatal. Seseorang harus menyeberanginya melalui sebuah jalan sempit dari bebatuan yang dipangkas. Ada juga penampakan monster besar dari waktu ke waktu.”

“Monster katamu?”

Bentuk tubuh Guren, Guardian Area dari lantai 7, muncul di pikiran.

Jika monster tersebut mirip dengannya, situasinya mungkin  akan sangat menyusahkan nanti.

“...Setelah dipikir-pikir, perkumpulan manusia dan slime sangat berhubungan sekali. Apakah di negeri ini juga begitu? Jika mereka memiliki slime yang langka di sini, aku ingin membawanya pulang.

Saat Ainz memikirkan slime-slime yang hidup di dekat saringan selokan, Gondo masuk ke dalam ujian terakhir.

“Ujian terakhir adalah Labirin kematian. Itu adalah sebuah gua dengan percabangan berjumlah banyak, dipenuhi dengan uap beracun. Jika menghirup uap itu, anggota badan akan menjadi kaku dan jantung akan berhenti berdetak.”

Gondo melihat ke arah Aura dan Shalltear.

Isyarat tubuh itu kelihatannya mengatakan bahwa Ainz mungkin tidak apa, tapi mereka berdua akan bermasalah.

Mereka tidak akan apa-apa.. Yah, kurasa aku bisa bilang begitu kepadanya ketika nanti sudah tiba di sana.

“Dan apa jalan yang benar untuk menembus gua itu?”

“Sayangnya, saya tidak tahu. Saya sudah mencarinya ke semua kenalan saya, tetapi bahkan para tetua pun tidak tahu. Begitu juga dengan para anggota dewan. Mungkin saja sudah tercatat dalam arsip...”

“Tapi kamu juga tidak menemukannya pula, ya kan? Yah, aku ragu kamu bisa dengan mudah mencari sebuah dokumen yang sangat penting bagi keamanan negara. Kita akan mengumpulkan informasi ketika tiba saatnya dan beradaptasi terhadap situasi.”

Ainz menyimpan informasi tentang ujian itu ke dalam ingatannya, dan memberikan isyarat kepada yang lain.

“Kalau begitu ayo pergi.”

Ainz, Shalltear dan Aura memimpin di depan. Gondo berbaris dengan kurang lebih sepuluh pasukan dan komandan mereka dalam perjalanan mengambil kembali benteng tersebut, gerbang itu perlahan terbuka. Bau kematian tersaring melewati celahnya, jadi mereka tidak tahu apa yang menanti, namun pemandangan mengerikan terhampar sendiri kepada semua yang hadir.

Terowongan yang rendah melandai ke bawah sangatlah lebar dan sudah diratakan agar bisa dilewati dengan mudah. Namun, dinding-dinding dan lantainya ditutupi oleh darah, organ tubuh dan gumpalan daging. Mayat Quagoa berserakan di tanah.

“Urk!”

Bau amis darah, dari semua yang telah mati itu memenuhi ruangan tersebut. Itu agak berlebihan bagi Gondo, yang tidak memiliki pengalaman sebagai seorang warrior, lalu dia mulai mual. Wajah para prajurit dwarf pun berubah hijau, dan bukan karena ada tipuan cahaya apapun.

Tubuh Ainz tidak memiliki konsep mual dan pusing, jadi itu tidak bermasalah baginya. Namun, dia tidak menikmati bau ini.

Suara terinjak datang dari bawah kaki. Kelihatannya dia baru saja menginjak organ tubuh yang keluar dari Quagoa yang telah terpotong.

Ainz menghela nafas lalu merapalkan mantra [Mass Fly], membuat semua orang terbang.

Kelihatannya Death Knight bersuka cita dalam pembantaian di sini. Siapapun yang terpeleset dan jatuh di dalam terowongan berdarah itu pasti akan kehilangan tenaga karena bau dan kotoran yang menjijikkan. Yang lebih penting lagi, Pemandangan ada orang yang merangkak tiba-tiba sambil berlumuran darah di samping mereka adalah pemandangan yang mengerikan.

Kelompok tersebut turun di jalan yang menurun, tak terkena noda sama sekali karena mantra terbang.

Berkat remang-remangnya cahaya dari bebatuan yang bersinar di sepanjang jalan, masih ada sedikit cahaya untuk bisa melihatnya. Namun, jarak antara masing-masing bebatuan dipenuhi dengan kegelapan. Tentu saja, Ainz memiliki penglihatan dalam kegelapan (darkvision), dan itu tidak masalah baginya.

Setelah menuruni jalan itu – sekitar jarak 100 meter – mereka bisa melihat pintu masuk benteng di depan sana. Tidak, lebih akurat dikatakan bahwa itu adalah pintu belakang benteng tersebut.

Ketika mereka melewati pintu yang telah terbuka itu untuk masuk ke dalam benteng, mereka bisa melewati benteng tersebut lalu menyeberangi jembatan di depan. Setelah bepergian ke barat dari sana beberapa hari, mereka seharusnya bisa melihat bekas ibukota negeri dwarf.

Pintu masuk benteng itu dipenuhi dengan mayat-mayat Quagoa, beberapa diantaranya terlihat seakan mereka bukan dibunuh oleh Death Knight, tapi digerogoti. Itu pasti korban dari zombi-zombi yang dihasilkan Death Knight.

Deteksi undead Ainz tidak merasakan kontak apapun. Mungkin karena zombi-zombi itu sudah kembali menjadi mayat yang semula, setelah Death Knight – Death Knight itu dikalahkan.

Ainz melihat ke sekeliling. Tidak ada reaksi undead sekarang, tapi jika dia membiarkannya seperti ini, keadaan mungkin akan menjadi berbahaya, melihat karakteristik undead dunia ini.

“Memang secara umum membiarkan mayat-mayat begitu saja akan memunculkan undead. Apa yang kalian rencanakan?” Ainz bertanya kepada para prajurit yang tadi mengikutinya.

“Ya Tuan. Kami akan membersihkannya” Jawab sang komandan. “Yah kami bilang bersihkan, tapi lebih tepatnya membuang mereka ke dalam Great Rift tempat dimana tidak ada masalah meskipun nantinya akan mandatangkan monster.”

“Dan setelah itu, kalian harus memperbaiki benteng itu, lalu mencari tahu bagaimana Quagoa menyerang? Kelihatannya kalian punya banyak pekerjaan nantinya.”

Mereka akan berpisah di sini. Yang akan ikut dalam mengambil kembali ibukota negeri dwarf adalah Ainz, Aura, Shalltear dan Gondo. Yah, para Hanzo juga ada di sekeliling, tapi mereka tidak perlu tahu itu.

Para dwarf tersenyum pahit. Memang benar jika investigasi nanti akan sangat rawan – lagipula mereka harus menghadapi resiko bertemu dengan Quagoa, - itu bukan apa-apa dibandingkan dengan tugas Ainz menyerang markas utama Quagoa. Itu mungkin yang mereka maksud.

“Kalau begitu, kami akan masuk ke dalam benteng. Kami akan masuk dahulu untuk memastikan aman tidaknya, jadi tunggulah di luar sampai saat itu. Untuk berjaga-jaga, bisakah kalian melindungi Gondo?”

Setelah sang komandan membalas mengerti, Ainz melangkah masuk melalui pintu yang terbuka.

Saat dia berdiri di tengah-tengah tragedi itu, Ainz bertanya kepada Aura (yang sedang berdiri di belakangnya).

“Aura, bisakah kamu merasakan ada orang yang bersembunyi di sini menggunakan kemampuan stealth?”

“Tidak ada. Tidak ada yang hidup di dalam benteng ini.”

Aura meletakkan tangan di telinganya yang panjang, dan membuat isyarat mendengar saat dia menjawab. Jika Aura yang seorang ranger berkata demikian, maka tidak ada makhluk hidup apapun di dalam benteng ini.

Tetap saja, mereka tidak boleh lengah.

Orang yang telah mengalahkan Death Knight Ainz seharusnya melewati sini. Jika orang itu mengambil banyak kelas dalam spesialisasi stealth (sembunyi-sembunyi), mereka mungkin bisa membohongi kemampuan perseptif Aura.

Tetap saja, siapapun yang seperti itu pada umumnya memiliki kekuatan serang yang payah, dan mereka akan mudah dihadapi meskipun melakukan penyergapan.

Ada banyak mayat di dalam benteng ini, tapi tak seperti lorong yang menurun sebelumnya, ada mayat dwarf dimana-mana.

Ainz melewati benteng itu dan menuju gerbang di sisi berlawanan dari yang dipakai untuk masuk. Setelah membuka gerbang tersebut, Ainz melihat Great Rift yang sedang menguap lebar di depan dirinya, dan bahkan pandangan Ainz pun tak bisa melihat dasarnya.

Karena tidak ada Quagoa di sekitar sana, kelihatannya mereka telah mundur tanpa mendirikan markas operasi di sini.

“Seharusnya ini adalah Great Rift itu...”

Ainz menoleh dari kiri ke kanan.

“Tapi kelihatannya tidak ada semacam jembatan gantung di sini... tidak, apakah itu tonggak jembatan? Jika itu ada di sana, maka itu artinya..”

“Mungkin saja musuh menghancurkan jembatan ketika mereka mundur,” kata Shalltear dari samping.

“Hm...”

Jika musuh mereka adalah makhluk yang kuat dan bisa dengan mudah mengalahkan seorang Death Knight, apakah perlu menghancurkan jembatan itu? Jika ini dimaksudkan untuk menghadang serangan mereka, itu artinya mereka tidak percaya diri dengan kekuatannya – Tidak.

Ainz menggelengkan kepalanya.

Death Knight bukanlah makhluk langka di dunia ini. Jadi, musuh pasti mengira ada entitas kuat lain yang mengendalikan dua Death Knight tersebut. Oleh karenanya, kehilangan jembatan itu bukanlah sebuah kerugian besar.

“Tidak buruk.. Katakan kepada para dwarf kalau jalannya aman.”

“Saya mengerti!”

Saat Ainz melihat Shalltear menuju para dwarf, dia melihat Aura sedang jongkok. Ainz ingin bertanya apa yang sedang dia lakukan, tapi melihat ekspresi Aura yang tekun, sebaiknya tidak mengganggu fokusnya.

Ainz menoleh untuk melihat ke arah Great Rift, lalu mengambil sebuah batu dan melemparkannya ke dalam Great Rift. Tidak ada maksud khusus melakukan itu, dia melakukannya karena iseng saja. Tetap saja, Ainz tidak bisa mendengar batu itu menyentuh dasarnya.

“Kedalamannya tidak diketahui, Yang Mulia,” kata komandan yang Shalltear bawa dengannya. Dia pasti melihat apa yang sedang Ainz lakukan. “Kami telah mengirimkan dua ekspedisi untuk menyelidikinya, tapi tak ada satupun dari mereka yang kembali.”

“Ternyata begitu. Mungkin ada monster-monster di sana... Apakah monster-monster itu pernah keluar?”

“Tuan, tak ada yang seperti itu sama sekali sampai hari ini. Oleh karenanya, kami memutuskan untuk tidak mengirim ekspedisi lagi. Terlalu jauh menyelidikinya adalah tindakan yang tidak bijak.”

“Yah, memang benar.”

Ainz bisa membuat undead tanpa badan seperti hantu-hantu, dan dengan menggunakan magic berbagi panca indera dengan mereka, dia akan bisa melakukan penyelidikan penuh. Namun, sekarang bukanlah waktunya untuk hal semacam itu.

Melihat keadaan saat ini, menyelidiki Great Rift adalah prioritas yang rendah. Tetap saja, itu harus dilakukan. Di dalam Yggdrasil, tempat-tempat seperti ini seringkali menyembunyikan item-item atau dungeon berharga.

Jika developer brengsek itu ada maunya, mereka akan menyembunyikan sebuah terowongan di dasar Great Rift, dan akan ada ore langka di dalam terowongan itu. Tidak, mereka pasti melakukannya. Kenyataannya, itu pernah terjadi sebelumnya.

“-Kalau begitu, kita akan menyeberang ke sisi lain, mengejar Quagoa yang kabur, lalu menekan mundur mereka ke dalam ibukota kerajaan.”

Mantra terbangnya masih berlaku, jadi itu tidak ada masalah sama sekali. Namun, yang membuat Ainz khawatir adalah ada atau tidaknya sesuatu yang merayap keluar dari kegelapan itu.

Itu adalah sebuah insiden dari Yggdrasil, tapi Ainz pun mau tidak mau teringat saat ketika dia menyeberangi sebuah danau dan melihat sebuah monster seperti ular raksasa yang berenang di bawah. Itu bukanlah kenangan yang menyenangkan, tapi pengalaman itu dimanfaatkan untuk menciptakan lantai ke – 5-

Setelah berpisah dengan komandan tersebut, keempat orang itu terbang, Shalltear dan Aura melihat ke bawah. Kekhawatiran Ainz barusan tidaklah terjadi, dan mereka tiba di sisi lain tanpa melihat ada apapun di bawah.

Meskipun begitu, Ainz menghela nafas lega ketika kakinya mendarat dengan kuat tertanam di terra firma (bahasa spanyol : daratan) sekali lagi. Memang benar, dia harus merahasiakan hal itu dari yang lainnya.

Ainz mengamati keadaan sekeliling.

Ada empat mayat musuh di sini, itu artinya Death Knight dikalahkan di tempat ini.

“Shalltear, ada beberapa hal yang harus kukatakan kepadamu sekarang.”

Setelah memanggil Shalltear, Ainz mengintip Aura, dan melihat Aura sedang memeriksa tanah.

Mungkin lebih baik memanggil Aura juga. Pikir Ainz, namun dia berpikir kembali dan ingin Shalltear yang memimpin kali ini. Dia bisa menjelaskan versi yang lebih sederhana kepada Aura setelah itu.

“Tunggu sebentar, Ainz-sama!”

Shalltear mengeluarkan sebuah buku catatan dan membukanya.

“Silahkan teruskan.”

“Oh. Umu. Buku Catatan, huh... Perhatian sekali dirimu. Ahem! Er-sekarang kita akan memasuki area yang sangat berbahaya. Alasan mengapa berbahaya, itu karena ada makhluk yang bisa mengalahkan dua Death Knight milikku. Memang membandingkan Death Knight dengan dirimua adalah sebuah penghinaan-“

“-Sama sekali tidak, Ainz-sama. Saya akan menggunakan kekuatan penuh untuk melawan makhluk kuat apapun yang bisa mengalahkan Death Knight yang anda ciptakan.”

“Tidak, jangan menggunakan kekuatan penuhmu.”

“Mengapa, mengapa begitu? Jika musuhnya kuat, bukankah harusnya saya menyerangnya dengan sepenuh hati – maafkan saya karena sudah bertanya demikian, Ainz-sama!”

“Tidak sama sekali. Pertanyaanmu sangat beralasan.”

Ainz meletakkan tangannya ke belakang, lalu berkata kepada Shalltear bagaimana caranya menghadapi musuh yang tidak diketahui.

“Meskipun begitu, kamu harus waspada dengan tindakan yang sudah diduga oleh musuh kita. Apa yang paling diiingkan oleh musuh adalah informasi – kemampuan tempur kita, dengan kata lain. Mereka mungkin menggunakan pasukan penyergap yang bisa dibuang dan semacamnya untuk mengukur kekuatan tempur kita. Dengan kata lain, mereka akan memastikan kemampuan tempur kita lalu ketika mereka merasa bisa meraih kemenangan, mereka akan menyerang kita dengan cara yang membuat mereka tidak bisa kalah dan kita tidak bisa kabur.”

“Tidak kukira mereka akan benar-benar melakukan itu..”

“Memang benar, kita tidak tahu apakah musuh akan bertindak sejauh itu-“

“Ah... Ainz-sama....”

Aura memanggil Ainz dengan nada gugup, itu adalah hal yang sangat tidak biasa bagi Aura. Di bawah keadaan normal, Ainz akan menghentikan penjelasannya kepada Shalltear dan mendengarkan Aura.

Namun, dia sedang memiliki suasana hati yang sangat baik karena ini adalah peluang untuk bicara panjang lebar tentang satu hal yang merupakan keahliannya.

Oleh karena itu, Ainz menoleh ke arah Aura lalu meletakkan jari telunjuknya ke mulut.

“Ah, ya!”

Aura pun memahami. Ainz sedang memberikan nasehat yang tulus, jadi dia ingin Aura diam. Dia mengerti apa yang Ainz coba katakan.

“Seperti yang kubilang, Shalltear. Aku akan melakukan hal yang sama jika aku menghadapi lawan yang kuat. Tidak, teman-temanku akan melakukan hal yang sama pula.”

“Supreme Being akan melakukannya juga? Tapi, membandingkan musuh dengan Supreme Being agak sedikit...”

“Benarkah? Kamu seharusnya menganggap musuh bisa melakukan semua yang bisa kulakukan. Hanya orang bodoh yang menganggap diri mereka spesial dan kelewat percaya diri. Tetaplah berhati-hati. Bagaimanapun, aku tidak ingin membiarkan musuh melihat kekuatan tempur penuh milik kita.”

Tetap membuat Hanzo bersembunyi juga untuk mengacaukan rencana musuh.

“Oleh karena itu, Shalltear, aku akan memberikan beberapa pantangan kepadamu ketika kamu sedang bepergian denganku ke ibukota negeri dwarf – sebelum kita tiba di markas musuh.”

“Ya! Pantangan apa saja itu?”

“Umu. Mengenai magic... aku mengizinkanmu menggunakan mantra hingga tingkat sepuluh, namun kamu tak boleh menggunakan terlalu banyak mantra yang berbeda. Paling banyak, batasi dirimu hingga satu atau dua saja.”

“...Oh begitu, ini untuk menipu musuh dan membuat mereka terlalu percaya diri, lalu mengalahkan mereka dengan sebuah serangan balik. Oleh karenanya.. mengapa tidak membatasi diri hingga magic tingkat 5 atau yang lebih rendah”

“Tidak, musuh tidak akan terperdaya merasa sangat percaya diri dengan cara itu. Saat musuh berpikir mereka telah mengukur kekuatan kita yang sebenarnya dan ingin menghancurkan kita sepenuhnya, kita akan memiliki peluang untuk mengirimkan sebuah pukulan fatal bagi musuh. Kalau aku, ketika aku melihat musuh hanya menggunakan beberapa teknik dan tak ada mantra lebih dari tingkat 5, aku akan langsung menyimpulkan bahwa musuh sedang mencoba menyimpan kekuatan mereka.”

“Dalam situasi semacam itu, apa yang akan anda lakukan melawan musuh semacam itu?”

“Aku akan berpikir untuk mempelajari lebih banyak hal tentang mereka. Contohnya, aku akan langsung mengabaikan markas yang bisa dibuang. Lalu, perlahan mengumpulkan informasi. Ketika musuh mendapatkan sebuah markas, mereka akan sangat ingin mempertahankannya. Sikap semacam itu akan membatasi tindakan lawan, dan mereka akan tidak sengaja menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya.”

“Apakah perlu sehati-hati itu?”

Di dalam sebuah game, seseorang masih bisa bangkit dari sebuah kekalahan, di dunia ini, ada peluang mereka tidak akan bisa lagi bangkit. Terutama bagi Ainz, yang belum menyelesaikan percobaannya pada kematian seorang pemain.

“Semua hal ini dilakukan untuk merespon situasinya. Shalltear, kamu harus berpikir, ya kan?”

Dalam keadaan apapun, Ainz harusnya membiarkan demikian. Ainz lalu menoleh ke arah Aura.

“Lalu, Aura, ada apa?”

“Tidak, bukan apa-apa.”

Mata Aura berkilauan.

Ainz tidak tahu apa yang menyebabkannya seperti itu, tapi mungkin saja Aura merasa terkesan dengan taktik-taktik yang dia jelaskan kepada Shalltear.

Hm~ Mungkin saja itu memang hal  yang paling mendasar, tapi kurasa aku harus memberikan nasehat kepada Aura juga, ya kan? Apakah aku harus meminjamkan kepadanya buku taktik-taktik PK? Tapi itu adalah satu-satunya benda yang memberiku sebuah keunggulan atas NPC... Apa yang harus kulakukan. Dan juga, membiarkan informasi tersebar terlalu luas juga tidaklah bagus, seseorang pernah mengatakan hal ini kepadaku sebelumnya...

Saat Ainz tenggelam dalam lamunannya, Gondo berbicara.

“Ah, maafkan saya sudah mengganggu anda saat mendiskusikan strategi, tapi bukankah seharusnya kita meneruskan perjalanan? Jika jalannya runtuh, kita harus mencari rute lain...”

“Itu benar... Mari kita bepergian dengan magical beast (binatang-binatang buas magis)?”

“Mungkin sebaiknya jangan. Kita mungkin akan menemui lorong kecil di perjalanan, dan jika kita sedang menungganggi mereka, kita harus meninggalkan binatang itu di sana.”

Ainz berpikir menggunakan makhluk undead yang bisa dikendarai seperti Soul Eater. Dia bisa dengan mudah menciptakannya kembali jika ada masalah apapun. Namun, akan lebih bijak untuk mendengarkan ucapan dari penunjuk jalannya.

“Aku mengerti. Kalau begitu ayo pergi.”


***

Yang Mulia telah berangkat!”

Saat mereka mendengar hal ini, enam kanselir (dewan) negeri dwarf – Pendeta Tinggi Bumi, Direktur produksi makanan, Sekretaris Kabinet, Brewmaster (Penanggung Jawab Minuman), Master of Caves and Mines (Penanggung Jawab Gua dan Pertambangan), serta Guildmaster Merchant (Guildmaster pedagang) – semuanya terlihat senang.

TL Note : Sekretaris Kabinet atau di dalam Sistem Pemerintahan Amerika disebut sebagai secretary of state memiliki tugas yang mirip dengan Menteri Luar Negeri di Indonesia.

Memang benar Sorcerer King belum melakukan apapun sejauh ini. Tetap saja, mereka tidak bisa merasa tenang ketika seorang makhluk undead – yang membenci makhluk hidup – dengan kekuatan seperti itu jalan-jalan.

Orang-orang di sini berkumpul untuk memastikan keselamatan kota dan orang-orangnya. Jadi, mereka harus mempertimbangkan berbagai pencegahan dan saran yang berguna.

Sekarang setelah obyek diskusi pembicaraan mereka tidak lagi ada di sini, apakah salah menikmati manisnya beban yang sudah lepas?

“Keluarkan winenya! Bawa winenya!”

Saat bumi yang panas itu mendambakan hujan, alkohol penting untuk menyembuhkan hati yang kepayahan.

Tak ada yang mungkin menolak itu.

“Tetap saja, dia akan kembali, ya kan?”

Suasana tiba-tiba terdiam, dan sebuah wajah suram terpancar dari mereka semua.

Genggaman tangan mereka yang bersemangat menjadi turun tak bertenaga.

“Haruskah kita lari?”

“Memangnya mau kemana? Jika kita kabur setelah menandatangani perjanjian dengannya... Dan juga, kita telah memintanya untuk mengambil kembali ibukota kerajaan, ya kan? Jika kita berada di posisinya, bukankah kita akan marah dengan hal ini?”

“Yah, dia mungkin marah... tapi aku tidak percaya diri bisa bersikap keras terhadap makhluk seperti itu.”

“Ah. Ya, aku mengerti bagaimana perasaanmu.”

“... Apakah itu tidak apa? Apa yang terjadi dengan harga dirimu, Merchant Guildmaster?”

“Ah, memangnya kita bisa membuat perjanjian yang adil dengan makhluk semacam itu, ya kan? Pada umumnya, perjanjian itu dibuat antara dua pihak yang setara dengan situasi yang setara, ya kan? Oleh karena itu, secara de facto tidak mungkin membuat perjanjian yang benar dengan orang yang jauh lebih kuat darimu.”

Para dwarf menghela nafas bersamaan.

Tak ada di sini yang merasa bahwa Sorcerer King akan gagal mengambil kembali ibukota kerajaan. Itu jelas sekali hanya dengan sekali tatap kepada magical beast yang dia tinggalkan. Lagipula, dia adalah orang bisa begitu saja meninggalkan monster-monster seperti itu ketika dia tahu ada seekor naga yang sedang menunggu.

“Kalau begitu, mari kita rubah topiknya. Adakah yang bisa mengestimasi kapan dia akan kembali?”

“Bagaimana mungkin kami tahu? Bukannya seolah-seolah kita bisa bertanya kepada orangnya sendiri. Jika dia tertawa lalu berkata ‘Sekarang juga’, aku sangat yakin akan kencing sambil berdiri.”

Itu adalah ucapan memalukan, tapi tak ada dwarf yang menertawainya.

“...Mau bagaimana lagi. Jika da melakukan itu kepadaku, aku juga bisa kencing sambil berdiri.”

“Aku juga sama. Aku bahkan mungkin berak di celana.”

Mereka saling melihat satu sama lain saat mengeluarkan ucapan-ucapan kasar itu.

“Apakah kita sudah memperoleh informasi yang baru? Apa yang kita ketahui tentang Gondo?”

“Tak ada sama sekali, dia hanya mengumpulkan para runesmith.”

“Runesmith? Apakah itu ada hubungannya dengan kepergian mereka ke Sorceous Kingdom?”

“Siapa yang tahu? Mengapa tidak kita panggil saja salah satu dari mereka dan menanyainya?”

“Itu ide yang bagus, tapi itu akan memberitahukan rencana kita kepada Yang Mulia, ya kan? Terlalu berbahaya bertindak gegabah. Lagipula, hanya orang idiot yang akan menyentuh krusibel yang panas.”

(TL Note : krusibel adalah wadah untuk mencairkan logam)

“Jika memang begitu, maka kita harus bilang kepada para runesmith bahwa kita ingin mereka pergi ke Sorcerous Kingdom. Lalu kita bisa bertanya seperti biasa tentangnya. Bagaimana?”

“...Aku tidak percaya diri bisa melakukannya.”

Para dwarf bergumam, “Aku juga” membalasnya.

“Baiklah, kalau begitu mari lupakan saja ingin menanyai mereka. Tindakan yang bodoh menggali lubang yang tak perlu dan akhirnya jatuh sendiri dan membuat kita mati.”

Semua yang ada di sini setuju dengan hal itu. Jika mereka membuat Ainz marah dengan menggali informasi terlalu dalam, banyak nyawa yang mungkin akan hilang.

“kalau begitu, mari kita beritahukan kepada mereka berdua yang tidak ada di sini tentang urusan besok dan tidak mengganggu para penempa (runesmith) itu. Aku dengar panglima akan datang kemari setelahnya, tapi bagaimana dengan forgemaster?”

“Aku yang akan pergi kalau begitu,” kata Sekretaris Kabinet. “Aku tertarik dengan hasil karya yang akan dia hasilkan. Dan juga, aku penasaran logam macam apa yang diberikan oleh Sorcerer King kepadanya.”

“Dia hanya bilang itu adalah logam yang langka, tapi tak ada yang lebih langka dari adamantite, ya kan?”

“Jadi itu lebih seperti orichalcum?”

Dwarf adalah ras bawah tanah. Meskipun pekerjaan mereka tidak ada hubungannya dengan metalurgi, mereka akan sangat tertarik dengan sebuah logam yang tak pernah mereka lihat sebelumnya.

“Jika saja kita bisa menariknya dan membuat dia menunjukkan logam itu kepada kita. Dia sangat sibuk akhir-akhir ini, ya kan?”

Setelah menerima logam dari Sorcerer King, Forgemaster cepat-cepat kembali ke tempat kerjanya. Semua orang tahu alasan dia terburu-buru, jadi mereka tidak menghentikannya.

“Yah, proses penempaan yang dilakukan harusnya berjalan dengan baik, mengingat dia yang melakukannya. Membuat sebuah chain shirt harusnya menghasilkan beberapa proses putaran tambahan, jadi mungkin kita bisa meminjam beberapa darinya.”

Setelah itu, tubuh mereka yang kelelahan mendambakan istirahat, tapi dwarf adalah seorang ras yang mengadakan pesta minum bahkan saat mereka sedang istirahat.

“Apalagi rasa wine bagus di tempat kerja,” mereka berkata begitu sambil meneguk minuman yang spesial dan hanya untuk dwarf dengan kadar alkohol yang tinggi. Ditengah-tengah itu, sekretaris kabinet tiba-tiba terpikirkan sesuatu lalu keluar diam-diam dari ruang rapat yang sekarang sudah menjadi aula bir.

Tak usah dikatakan lagi, dia akan menemui Forgemaster.

Tempat kerja Forgemaster memang besar, cocok dengan orang yang bertanggung jawab terhadap para penempa negeri dwarf. Kelihatannya, itu adalah salah satu bangunan terbesar di dalam Feoh GÄ“r. Bangunan itu mempekerjakan banyak perajin dwarf dan udara panas – yang bisa melelehkan adamantite – serta benturan palu pada landasan tempa itu tak pernah berhenti sebelumnya.

Namun, hari ini hening sekali – sebuah kejadian yang membuat rambut sekretaris kabinet berdiri.

Dia yakin bahwa krusibelnya nyala.

Itu karena suhu udaranya semakin tinggi saat dia mendekatinya.

Kalau begitu, apa alasan dari kesunyian ini?

Sekretaris Kabinet mempercepat langkah kakinya, seakan terdorong oleh perasaan tidak enak yang mengalir keluar dari tubuh.

Dia pernah datang kemari sebelumnya, jadi tidak ragu lagi saat dia masuk ke dalam krusibel dimana para penempa seharusnya bekerja.

Dia melihat para penempa, mereka semua adalah wajah-wajah yang sudah terlihat tidak asing lagi.

Mau tak mau dia menghela nafas lega. Namun, ketika dia menyadari kekhawatiran di wajah para penempa dan arah yang mereka lihat, rasa tidak tenang yang telah menutupi hatinya kelihatannya telah kembali hidup.

“Ada apa?”

Saat dia memanggil, mata para penempa menjadi bersinar, seakan penyelamat mereka telah tiba.

“Beliau mengunci diri di dalam sana dan menolak keluar.”

Selain dari krusibel raksasa, tempat kerja ini juga mengandung sebuah tempat kerja pribadi untuk digunakan oleh Forgemaster, meskipun lebih mirip tempat kerja miniatur dengan ukurannya sendiri. Forgemaster adalah pekerja yang berdedikasi, dan ketika menangani proyek-proyek penting, dia sering mengunci diri di dalam dan tidak keluar selama beberapa hari.

Itu adalah kejadian yang cukup sering.  Para murid Forgemaster dan para penempa lain seharusnya tidak terlihat tertekan.

“...Itu tidak aneh, ya kan?”

“Memang benar jika beliaun sering mengunci diri... tapi tak ada suara pukulan palu. Dan ini sudah separuh hari – tidak, hampir seharian penuh.”

“... Mungkin saja dia sedang menggambar rencana desainnya?”

“Itu tak pernah terjadi sebelumnya.”

Sekretaris kabinet itu mengusap janggutnya.

Dia tidak merasa ini mengejutkan. Namun, jika semua penempa merasakan hal yang sama, maka mungkin saja ini adalah keadaan darurat.

“Lalu mengapa kalian tidak membuka pintunya? Apakah terkunci?”

“Tidak, pintunya tak terkunci. Namun, kapanpun Forgemaster masuk ke ruangan itu, dia benci orang-orang membuka pintu itu.”

“Ternyata begitu... jadi kamu ingin aku membukanya, ya kan?”

Akan sulit bagi para murid Forgemaster. Tapi seseorang dengan pangkat yang setara mungkin memiliki peluang yang lebih baik sehingga tidak memicu kemarahan Forgemaster tersebut.

Aku menarik sedotan yang pendek. Yah, mau bagaimana lagi.

“Aku mengerti. Kalau begitu, biarkan aku melakukannya. Kalian seharusnya pergi dahulu. Anggap saja seakan aku memaksa masuk dan kalian tidak akan terlibat.”

Setelah para penempa berterima kasih kepadanya, Sekretaris Kabinet melangkah maju dan mengetuk pintu itu.

Namun, tidak ada balasan, tak perduli berapa kalipun dia mengetuk.

Takut ada kejadian yang terburuk, dia menghempaskan pintu itu agar terbuka dengan seluruh tenaga.

Itu adalah ruangan yang tidak asing. Ternyata, tidak ada panas, meskipun dia hanya berjarak satu pintu dari krusibel besar. Itu karena pendingin udara magis. Ketika dia mengalihkan tatapannya, dia melihat sebuah api merah yang berkobar di dalam krusibel.

Dan kemudian, dia melihat seserang yang menghadapi api tersebut.

Apa, dia ada di sana, ya kan?  Saat Sekretaris kabinet itu mau menghela nafas lega, sekali lagi dia menahan nafas.

Itu karena dia bisa merasa ada hal yang aneh dan tidak bisa dijelaskan di sana. Mengapa Forgemaster terdiam? Menurut para penempa di luar, dia harusnya langsung bereaksi ketika ada gangguan.

“Oi.”

Ucapan itu tidak lebih dari sebuah hembusan nafas, tapi pria itu seharusnya mendengar. Namun tidak ada respon dari Forgemaster.

“Oi!”

Sekretaris kabinet itu sekarang gugup dan dia berteriak, tapi seperti yang diduga, Forgemaster tidak bereaksi.

Terengah-engah, dia mendekat ke samping Forgemaster.

“-Hey!”

“Apa?”

Sebuah jawaban akhirnya. Sekretaris kabinet itu hampir pingsan karena tenaga telah kabur dari anggota badannya.

“Apa? Apa? Jangan membuatku-“

Ucapan Sekretaris kabinet itu terputus.

Mengapa Forgemaster tidak berpaling melihat dirinya?

Khawatir terhadap temannya, Sekretaris kabinet itu memutar untuk melihat wajah Forgemaster.

Dia terlihat berbeda dari biasanya – seakan dia adalah seekor binatang buruan. Yang lebih penting lagi dari itu, dia mengeluarkan ekspresi mengerikan di wajah, seakan siap membantai orang-orangnya sendiri.

“Ada apa? Ada.. apa? Hmph!”

Tangan Forgemaster bergerak. Dia mengambil penjepitnya, menjepit keluar batangan logam yang panas dari api krusibel, lalu menyorongkannya ke arah Sekretaris Kabinet.

“Uwaaaaah!”

Sekretaris kabinet itu berusaha mati-matian menjauh, lalu batang logam itu mendarat di tanah dengan suara thud.

“Dasar brengsek! Kamu mencoba membunuhku?!”

Dia tidak bisa mentolerir ini, bahkan dari seorang teman.

Namun, Forgemaster tersenyum dingin.

“Membunuhmu? Yah, kamu memang akan berpikir demikian.”

Lalu, dia mengulurkan tangan untuk menggenggam batangan logam yang dipanaskan tadi dengan tangan kosong.

Ceroboh sekali dan menggelikan gerakan itu bagi Sekretaris tersebut dia bisa membayangkan bau dan mendengar daging Forgemaster yang mendesis. Forgemaster hampir meludahkan ucapannya ke arah Sekretaris kabinet yang membelalak.

“Logam ini tidak panas!”

“Apa, apa kamu bilang?”

“Benda menjengkelkan ini tidak panas sama sekali!”

Sebelum dia tahu, Sekretaris kabinet itu telah menangkap batang logam yang dilemparkan ke arahnya. Untuk sesaat, dia membayangkan benda itu mengeluarkan panas yang membakar, tapi tidak panas sama sekali. Kenyataannya, herannya dingin.

“Apa, apa ini?”

Itu adalah pertanyaan yang tidak ada gunanya. Dari sepengetahuan Sekretaris kabinet itu, hanya ada satu hal yang sesuai untuk menjelaskan sebuah logam yang tidak panas meskipun sudah dipanaskan. Jadi, pertanyaan itu hanyalah sebuah formalitas.

Memang benar, ucapan Forgemaster selanjutnya memastikan kecurigaannya.

“Itu adalah batang logam yang diberikan undead terkutuk itu kepadaku! Aku sudah memanaskannya seharian penuh dan logam itu tidak mau panas! Aku sudah memukulnya berkali-kali namun tidak berubah bentuk! Aku bahkan tidak bisa meninggalkan sebuah tanda padanya! Bagaimana aku harus membuat armor dengan benda ini?!”

“Kamu, Jangan-jangan kamu mengira dia memberimu logam yang bahkan tidak bisa kamu kerjakan?”

“Aku ingin berpikir demikian. Tapi lihat, ada sebuah pedang pendek yang dibuat dengan logam yang sama! Aku bisa menandai logam ini dengan pedang itu! Apa maksudnya dengan ‘perajin yang berpengalaman’?! Aku tidak lebih dari seorang idiot yang hanya bisa menatap dengan bodoh kepada seonggok logam yang tidak dikenal!”

Sekretaris kabinet itu berusaha untuk memikirkan bagaimana cara menenangkan Forgemaster yang mudah tersinggung itu.

“kalau begitu, bagaimana kalau kamu tanya saja kepada makhluk undead itu bagaimana cara mengerjakannya-“

“Mereka yang bertanya ketika mereka tidak tahu lebih bijak daripada mereka yang tidak bertanya ketika mereka tidak tahu? Seperti itu ya kan? Memang benar. Dwarf-dwarf di masa lalu memang ada benarnya. Tapi – apa nilainya pengalamanku itu? Lihat tangan ini.”

Dia memaksa menjulurkan tangannya keluar. Itu adalah sepasang tangan dari seorang perajin; tebal, berat dan penuh luka dari luka bakar lama. Perajin manapun bisa membanggakan tangah seperti itu.

“Aku telah menyentuh logam sejak aku masih menjadi murid yang bodoh. Aku sudah melakukannya lebih lama dari siapapun, sampai sekarang. Karena itu, memang wajar dipuji sebagai perajin yang paling luar biasa dari teman sebayaku. Dan alasan untuk itu adalah karena aku bekerja lebih keras dari siapapun yang lainnya!”

Wajah Forgemaster berubah menjadi simpul.

“Aku sudah mendedikasikan hidupku untuk menempa. Aku tidak berpikir ada yang tidak mungkin, dan aku selalu percaya bahwa logam apapun bisa dibentuk menurut keinginan – Betapa menggelikannya diriku! Apa yang sudah kugunakan untuk membohongi diri ini? Aku tidak lebih dari seekor katak kecil di dalam sumur!! Dan tidak kukira aku berani memanggil diriku seorang jenius. Aku bodoh sekali.”

“Tidak, yang kamu perlukan adalah mulai belajar lagi, ya kan?”

“Benar juga. Ya, kamu benar. Meskipun sakit mendengarnya..”

Forgemaster tersebut menggenggam erat batang logam itu di tangannya.

Kenyataan bahwa wajah Forgemaster benar-benar kosong membuat sekretaris kabinet khawatir.

“Tidak apa. Kamu benar. Yang aku perlukan adalah mulai belajar lagi. Lalu, apa yang sedang kamu lakukan di sini?”

“Apa yang sedang aku.. kamu... Ah, lupakan saja. Raja undead itu sudah pergi dari kota ini. Kita akan mengadakan pertemuan dewan besok, dan aku datang untuk menjemputmu. Dan juga, jangan ikut campur dengan para runesmith.”

“Begitukah... Aku mengerti. Kalau begitu, sampai jumpa besok.”

Sekretaris kabinet tersebut masih merasa tidak tenang, tapi dia tidak tega menunjukkan itu di wajahnya.

Rasa lelah tubuh menerjemahkan lelahnya semangat. Forgemaster mungkin akan pulih setelah istirahat semalaman. Setelah memaksa diri menerima penjelasan itu, Sekretaris kabinet tersebut kembali ke rumah.

Namun, di hari selanjutnya, dia mengetahui jika Forgemaster telah hilang dengan batang logam tersebut.


**********



Dikatakan bahwasanya ada tiga ujian selama perjalanan menuju bekas ibukota kerajaan negeri dwarf.

Yang pertama adalah Great Rift.

Tak perlu dikatakan lagi, seseorang tidak bisa menyeberanginya hanya dengan jalan kaki. Tentu saja, dia bisa mencari jalan memutar, tapi itu meningkatkan kemungkinan bertemu dengan monster. Monster-monster yang sedang menunggu di dalam medan seperti itu adalah ancaman menakutkan bagi para dwarf.

Sangat sulit menghindari penyergapan yang dilakukan oleh monster-monster yang bisa merasakan langkah kaki target mereka dan menyerang dari bawah tanah. Satu gerakan salah saja mungkin akan membuat dia tertelan dan dicerna. Ditambah lagi, ada monster-monster yang bisa meluncurkan serangan-serangan fisik dan memberikan pukulan fatal sementara otak korbannya masih bingung.

Di tempat seperti ini, humanoid seperti manusia, dwarf dan elf tidak lebih dari sekedar mangsa.


Sementara cara yang paling aman untuk menyeberanginya adalah mengambil rute di atas tanah dengan melintasi rangkaian pegunungan, jalan itu masih dianggap berbahaya meskipun bagi para penghuni yang ada di atas tanah. Dia harus mewaspadai serangan makhluk-makhluk dari atas seperti Peryton, Harpy, Itsumade, Gigant Eagles (Elang raksasa) dan monster-monster lain, begitu juga dengan binatang-binatang terbang yang besar. Karena manusia memiliki bidang pandangan yang kecil baik ke atas maupun ke bawah, kecerobohan sesaat saja mungkin akan melewatkan sergapan dari atas, yang mana beresiko dibantai dengan sekali tebas.

Jadi, hanya menyeberangi Great Rift saja adalah ujian tersendiri.

Karena itu, para dwarf membangun sebuah kota di dekat sana dan mendirikan jembatan gantung. Ketika jembatannya roboh, tak ada yang akan bisa menyeberang, dan Great Rift akan menjadi pelindung yang tak bisa dilewati sehingga melindungi kota tersebut.

Sekarang setelah jembatan gantungnya telah dipotong oleh Quagoa, Great Rift memberikan sebuah tantangan.

Namun-

Tidak masalah sama sekali bagi Ainz dan kelompoknya. Lagipula, menggunakan mantra [Fly] membuat ujian itu menjadi remeh.

Lalu, ada ujian kedua –Daratan Magma Cair

Lautan yang amat panas ini bersinar menyilaukan. Itu adalah daerah yang sangat berbahaya, dimana menghirup satu kali saja udara yang keluar dari sana bisa menghanguskan paru-paru di dada seseorang.

Alasan mengapa lahar ini bisa mengalir tak terhitung berapa kilometer di bawah bumi kemungkinan karena dunia ini adalah dunia magis. Ada portal-portal yang terbentuk secara alami dan mirip dengan [Gate] kekuatannya, yang menghubungkan aliran magma daerah sini ke daerah yang jauh.

Di tengah lautan yang menghanguskan ini ada alasan mengapa tempat ini dianggap sebagai sebuah ujian.

Itu adalah karena monster yang berenang dengan malas di dalam lautan yang amat panas itu.

Monster tersebut memiliki panjang 50 meter, mirip seekor ikan. Lebih tepatnya, mirip dengan anglerfish. Namun, monster itu tidak memiliki umpan di kepalanya, tapi sebuah tentakel yang menggantikan tangan. Tentakel itu bisa menggapai musuh yang ada di kejauhan dan mengirimkannya ke dalam rahang milik monster tersebut yang luar biasa besarnya.

Kulit monster itu kokoh dan kuat, dan tumbuh seperti sisik ikan biasa, tapi kekerasannya jauh melebihi bahkan orichalcum.

Banyak monster yang tumbuh sangat kuat karena mereka telah hidup lama. Individu-individu ini terkenal sebagai spesimen yang unggul, dan di dalam banyak kasus mereka diklasifikasikan sebagai makhluk berbeda dari ras induknya. Monster ini telah menyelesaikan bentuk evolusi khusus, dan menjadi makhluk unik, yang tak ditemukan di tempat lain di dunia ini.

Inilah tiga penguasa Gunung Rappaslea, yang dihubungkan dengan [Gate]-

Phoenix Lord, yang menguasai langit.

Ancient Flame Dragon, yang menguasai bumi;

Dan La-Angler Lava Lord, yang menguasai lautan magma bawah tanah.

Jika dikelompokkan menurut perkiraan tingkat kesulitan milik para petualang, Penguasa lautan yang mencair sekitar 140. Kemungkinan tak ada yang bisa selamat bertarung dengannya.

Untungnya, dia lemah dengan target yang hidup di dalam tanah. Seseorang tidak akan diserang jika dia menjauhi magma. Namun, jalan menuju ibukota kerajaan negeri dwarf berada pada jalan yang tidak rata dan sempit, memanjang sedikit lebih tinggi dari lautan batu yang mencair di bawahnya.

Cukup banyak Quagoa yang jatuh ke dalam magma ketika penyerbuan. Tak mampu bertahan terhadap udara yang luar biasa panas yang berhembus dari bawah, tubuh mereka gemetaran, akhirnya terjatuh ke dalam lautan batu mencair itu.

Namun-

Menyeberangi bukanlah masalah bagi para traveler yang telah mempersiapkan magic terbang dan kebal api. Mereka bisa terbang di udara, jauh di atas gapaian La-Angler Lava Lord, dan tak ada kelompok yang menyadari keberadaan satu sama lain.

Begitulah Ainz dan kelompoknya menyeberangi lautan magma.

Ujian-ujian itu hingga saat ini mudah diatasi dengan magic terbang, jadi sulit menganggapnya sebagai ujian. Namun, ujian terakhir adalah sebuah tantangan yang sebenarnya, karena itu adalah gua panjang yang memiliki banyak cabang dan rumit.

Memang layak mendapatkan gelar ‘labirin’.

Tetap saja, itu saja akan terlalu mudah dianggap sebagai sebuah ujian. Tidak ada monster di daerah ini, jadi selama seseorang dengan santai membuat peta, dia bisa dengan mudah mengatasinya. Dan jika hanya itu, maka labirin itu hanya layak dianggap sebagai sebuah ujian bagi mereka yang kekurangan makan dan air – atau, dengan kata lain, mereka yang memiliki waktu terbatas.

Ya – ada alasan lain mengapa tempat ini dianggap sebagai sebuah ujian.

Area ini dipenuhi dengan saluran-saluran udara yang menyemburkan gas-gas vulkanik secara berkala, dan ada tempat-tempat dimana gas-gas itu terkumpul. Dengan kata lain, itu adalah area seperti neraka racun yang tak terlihat dan fatal, dihempaskan oleh angin.

Ada beberapa rute yang menuju tempat keluar, tapi hanya ada satu yang benar dan juga terhindar dari gas. Bahkan mungkin rute itu nantinya bisa dipenuhi dengan gas juga jika seseorang tidak berjalan dengan cepat.

Bahkan penggunaan mantra [Fly] – yang telah mengungguli setiap tantangan sejauh ini – hanya akan bisa merapat ke atap. Gas yang tersembur itu akan memenuhi udara bahkan di atas sana dan beracun pula. Paling banter, seluruh mantra itu hanya akan membuat seseorang bisa menghindari area-area dimana gas-gas tersebut sudah reda dan terkumpul.

Namun-

Ainz dan para guardian memiliki cara-cara pencegahan yang cukup banyak melawan serangan-serangan gas vektor, jadi itu tidak masalah bagi mereka. Namun, satu-satunya yang kemungkinan bisa terkena oleh serangan-serangan gas tersebut adalah Gondo. Undead memiliki kekebalan, jika gas-gas itu tidak memberikan damage asam atau api tidak akan melukai mereka sama sekali. Aura memiliki sebuah item magic yang membuat dirinya dikelilingi oleh udara segar, jadi gas seperti itu tidak ada gunanya terhadap Aura.

Dengan kata lain, selama Gondo dilindungi oleh magic, dia bisa berjalan dengan aman menembus asap kematian yang mengepul tersebut.

Dengan demikian, tiga ujian – medan berbahaya yang dianggap tak bisa dilewati untuk mereka yang tak memiliki persiapan atau pengetahuan sebelumnya – bisa dengan mudah ditaklukkan oleh Ainz dan kelompoknya.

Mantra Ainz – [Bless of Titania], yang bisa memberi tahu kepada penggunanya jalan terbaik menembus sebuah dungeon – perlahan menghilang. Itu karena tanda durasinya telah hilang, atau mungkin tujuannya telah berakhir.

“..Hm. Kelihatannya ada mayat Quagoa yang baru di dalam gua itu. Tapi kita masih belum menyusul mereka. Kurasa sehari saja bisa membuat perbedaan yang besar.”

“Bagaimanapun juga, kita sudah memotong jarak yang panjang dengan mereka. Sekarang mereka sudah hampir terkejar,” Aura berkata begitu setelah memeriksa jejak kaki di tanah.

“... Benarkah. Kalau begitu, mari kita diskusikan apa yang akan kita lakukan setelah ini... Gondo, kita akan segera tiba di ibukota kerajaan, ya kan?”

“Ya, saya hanya pernah mendengarnya dalam legenda, tapi jika itu adalah gua-gua dari labirin kematian itu, maka kita akan segera tiba di sana.”

Sebuah ekspresi pahit muncul di wajah Gondo.

“Apakah itu benar-benar labirin kematian... Legenda berkata mereka yang tidak tahu jalannya hanya akan bertemu kematian di akhir perjalanan...”

Ainz tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Lagipula, itu adalah tantangan yang terlalu sederhana. Mungkin itu hanya tipuan, dirancang untuk menipu lawan agar berpikir mereka sudah menyelesaikannya sebelum jebakan sebenarnya muncul. Itu masih ada kemungkinannya.

“...Jika itu terjadi, yang harus kita lakukan adalah menembus semua jebakan yang menunggu. Meskipun begitu, masuk ke dalam jebakan adalah kebodohan yang tinggi. Mari kita berjalan perlahan sambil tetap waspada.”

Mereka sudah bergerak dengan kecepatan yang tinggi untuk bisa menyusul musuh. Namun, mereka masih belum terkejar, bahkan setelah sampai di sini. Harusnya mereka memikirkan kembali strategi yang akan digunakan sambil berjalan dibawah asumsi musuh sudah kembali ke markas mereka.

“Kalau begitu, kita harus mempertimbangkan apa yang akan kita lakukan setelah tiba di markas musuh.”

Setelah memastikan semua orang mengangguk, Ainz menoleh ke arah Gondo.

“Pada awalnya, Gondo dan aku akan mengambil alih Istana kerajaan. Aku akan menghadapi naga yang ada di sana.”

Tak ada guardian ataupun Gondo yang keberatan dengan hal ini.

Naga-naga dengan peringkat tertinggi adalah beberapa lawan yagn terkuat di dalam Yggdrasil. Sangat berbahaya untuk bergerak secara terpisah dari para guardian ketika mereka tidak tahu kekuatan lawan. Namun, Ainz memiliki sebuah item kelas dunia (World Class Item). Benda itu memiliki banyak kekuatan, dan salah satunya sangat efektif terhadap naga. Oleh karena itu, bahkan dalam skenario terburuk, dia harusnya bisa kabur dari mereka.

Sebaliknya, jika dia membawa para guardian dan lawan lebih tangguh dari yang diduga, maka dia harus bekerja lebih keras agar bisa kabur.

Dengan Gondo di sana, hal terburuk yang bisa terjadi adalah Ainz harus mengabaikan dia. Dia tidak bisa membuang nyawa dari anak-anak temannya. Oleh karena itu, solusi terbaik adalah tidak bersama mereka sejak awal.

Naga, huh... aku sangat menantikan ini.

Di dalam Yggdrasil, naga adalah lawan yang tangguh dan juga memiliki banyak hadiah.

Mereka meninggalkan kristal data yang bagus, dan memiliki peluang yang lebih tinggi meninggalkan artefak daripada monster biasa. Seseorang bisa mengambil kulit, daging, darah, taring, cakar, bola mata, sisi, dan bagian-bagian tubuh mereka lainnya untuk berbagai kegunaan.

Bisa dikatakan mereka adalah musuh yang enak.

Mengetahui bahwa dia akan segera menghadapi naga pertama di dunia ini membuat hati Ainz penuh dengan campuran perasaan tidak tenang, berharap dan tidak sabar. Ainz sangat senang sampai hampir tidak mampu membendung diri.

Menurut para dwarf, Frost Dragon kuat yang telah membumihanguskan kota barat mungkin ada di sana. Jika situasi menjadi buruk, dia mungkin harus menghadapi pertempuran lain dengan peluang menang yang dipertanyakan, mirip seperti pertarungan dengan Shalltear.

Apakah jangan-jangan naga itu yang telah mengalahkan Death Knigt? Aku masih bisa menghadapinya jika itu adalah makhluk yang sama. Tapi akan menyusahkan jika ada yang lain. Apakah aku harus tetap tersembunyi dan memunculkan semua orang kecuali para Hanzo – tidak, ini harusnya pilihan yang benar.

“-Ainz-sama?”

“Hm? Ahh, Shalltear. Maafkan aku karena telah melamun. Kalau begitu, aku akan memberikan perintah kepada kalian berdua pula. Aura dan Shalltear, kalian hadapi Quagoa dan buat mereka tunduk pada kekuasaanku. Jika mereka berani menentang, maka tunjukkan kekuatan Nazarick kepada mereka!”

Dua Guardian itu mengiyakan dengan kuat.

Tatapan Ainz beralih kepada Gondo. Dia tidak terlihat ingin berkata sesuatu. Sikap itu kelihatannya menandakan bahwa dia akan setuju saja dengan semua keputusan yang Ainz buat.

Meskipun Ainz telah setuju untuk membersihkan Quagoa, Ainz tidak berniat untuk membinasakan mereka semua. Dia merasa bahwa genosida terhadap sebuah ras yang tidak ada di dalam Yggdrasil agak sia-sia. Memang benar, membunuh mereka semua mungkin akan menghapus mereka dari dunia ini. Tidak, meskipun begitu, mungkin saja mereka akan menguntungkan bagi Nazarick di masa depan.

Tentu ada kemungkinan mereka membahayakan bagi Nazarick juga. Namun, memusnahkan mereka sebelum memastikan hal itu adalah hal yang sangat disayangkan.

Menghabisi itu mudah, tapi membangkitkan kembali itu sulit. Jadi, hanya ada satu jalan yang bisa kuambil. Dan selain itu-

“Jika mereka adalah orang-orang bodoh yang tidak mau bersumpah setia kepadaku, maka kurangi jumlah mereka hingga hanya kurang lebih 10.000 saja. Cobalah untuk menyimpan yang kuat hidup-hidup. Namun, setelah mempertimbangkan masalah di masa depan, jangan pilih mereka hanya berdasarkan kekuatan saja. Kalian harus memastikan jumlah wanitanya seimbang. Ditambah lagi, kalian tidak boleh membiarkan satupun kabur, apakah kalian mengerti? Terutama mereka yang setara dengan raja.”

“Tapi.. Ainz-sam...”

Ainz mempersilahkan Aura – yang kelihatannya terlihat gundah – untuk melanjutkan bicara.

“Kami tidak tahu dengan tepat seberapa besar ibukota negeri dwarf itu, tapi kelihatannya itu adalah area yang sangat luas. Akan sulit hanya dengan kami berdua saja untuk memastikan tak ada Quagoa yang akan kabur dari wilayah yang luas seperti itu. Apa yang harus kami lakukan?”.

“Hm. Sebuah pertanyaan yang masuk akal. Karena itu – Aura, sudah waktunya kamu bersinar. Gunakan World Class item yang kuberikan kepadamu sebelumnya.”

“A, Apakah itu tidak apa-apa?”

“Umu. Inilah waktunya untuk digunakan.”

“Sa, Saya mengerti!”

Ketegangan terpancar di seluruh wajah mereka.

“Memang tidak ada batasan penggunaan World Class Item itu, jika musuh memenuhi kondisi tertentu dan kabur, kepemilikan item itu akan langsung berpindah kepada mereka. Itu adalah skenario terburuk dan harus dihindari bagaimanapun caranya.”

Ainz mengingat insiden dimana Ainz Ooal Gown mengambil alih benda tersebut.

Sudah berapa banyak surat yang dikirimkan oleh lawan, memohon kepada mereka untuk “memberikan benda itu lagi”?

Ainz mendengus.

“Jika kalian tidak ingin kehilangan benda tersebut, tidak seharusnya kalian menggunakannya,” adalah balasan yang dia berikan. Tak ada yang lebih bodoh daripada sebuah guild yang tidak bisa menerima akhir yang masuk akal seperti itu. Jika mereka tidak ingin benda miliknya diambil, seharusnya mereka menyimpannya di dalam ruang penyimpanan mereka dan tak pernah mengeluarkannya. Oleh karena itu, Ainz terus mengomel, meskipun dia juga merasa tidak ada salahnya dalam menggunakan benda itu.

“Dan juga, kalian harus berhati-hati terhadap lawan yang tidak bisa kalian hisap ke dalamnya, karena musuh seperti itu juga memiliki World Class item.”

“Itu artinya anda tidak akan bisa masuk juga, benar begitu, Ainz-sama?”

“Tidak ketika terbuka. Namun, ada cara untuk masuk ke dalam jika kamu memilih untuk melakukannya. Kalian harus memperhatikan jeda waktu ketika itu terjadi... Baiklah, ayo pergi.”

Dengan dipimpin oleh Aura, kelompok tersebut berangkat.

Mungkin mereka sudah di dekat bekas ibukota kerajaan negeri dwarf, bahkan gua-gua yang terbentuk secara alami mudah dilewati. Semua stalaktit dan stalagmit telah dipotong, mungkin agar lebih mudah dilewati. Saat ini mereka meneruskan perjalanan, dengan dikelilingi hasil kerja dari para dwarf.

Aura – yang berjalan di depan – tiba-tiba berhenti. Lalu dia mengarahkan tangannya ke telinga, mendengarkan dengan baik-baik.

Ainz dan yang lainnya diam, menunggu Aura bicara.

“Ainz-sama, aku bisa mendengar banyak makhluk hidup di depan, jumlahnya sekitar ratusan, aku tak bisa mengukur jarak tepatnya, tapi kurasa kita akan bertemu dengan mereka dalam beberapa menit.”

“Hoh... kita sudah menyusul mereka?”

“Tidak, mereka tidak terdengar seperti sedang bergerak. Rasanya mereka seperti sedang menunggu....”

“Oh begitu. Apakah mereka sudah merasakan pengejaran kita? Apakah mereka pasukan penyergap?”

Jika memang begitu, mereka mungkin telah menggunakan semacam magic divinasi (peramalan) untuk memata-matai Ainz dan yang lainnya.

Ainz tersenyum tipis.

Sampai sekarang, dia tak pernah membiarkan lawan mengamati kekuatan mereka. Karena itu, mereka ingin melemparkan pasukan kepada Ainz sambil mengamati kemampuannya.

Dari tekad dan tindakan lawan, Ainz bisa merasakan kegugupan dan kerelaan lawan untuk berkorban agar bisa memperoleh informasi. Itu membuat Ainz merasa dia telah memenangkan perang kecerdasan ini dari lawannya.

“Ainz-sama, haruskan kami menangkap mereka?”

“Hm, setelah dipikir-pikir, kita belum terlalu banyak menunjukkan kemampuan kita kepada musuh. Jadi, mari kita kumpulkan informasi dahulu sebelum menyasar markas mereka dengan sekali sapu.”

“Dimengerti!”

Ditambah lagi, meskipun sudah memperoleh informasi, mereka tidak bisa merancang strategi serangan balik semudah itu.

Ada dua tipe karakter utama di dalam Yggdrasil.

Mereka yang ahli dalam bidang tertentu, dan mereka yang kemampuannya merata.

Untuk yang pertama, meskipun dia sudah memperoleh informasi lawan, mereka akan sulit menghadapinya jika informasi yang didapatkan tidak cocok dengan keahliannya. Sedangkan yang kedua, mereka mungkin bisa menghadapinya, tapi melihat kemampuan musuh mereka yang merata, pencegahan yang dimaksud pasti memiliki celah.

Tentu saja, mungkin ada orang seperti Ainz yang tahu banyak mantra dan memiliki banyak item yang ditinggalkan oleh rekan-rekannya, dan itu membuatnya bisa beradaptasi terhadap banyak situasi, atau seseorang seperti Touch Me dengan stat keseluruhan yang sangat tinggi, tapi mereka adalah pengecualian untuk aturan itu. Jadi, hanya ada satu hal yang harus mereka khawatirkan.

....Jumlah dari entitas yang kuat. Kenyataannya aku tidak tahu  membuatku sedikit takut. Karena aku tidak bisa memastikan poin tersebut, harusnya aku mempersiapkan rencana mundur untuk berjaga-jaga – hm. Yah, bagaimanapun kita tidak bisa maju tanpa harus memukul mereka dahulu dan melihat apa yang dimiliki oleh lawan – Ohh, semangat dari Yamaiko-san menguasaiku...

“Shalltear. Kamu tak boleh mengamuk kali ini, mengerti?”

“Tentu saja!”

Shalltear mempersiapkan Spuit Lance miliknya.

“Bagus sekali. Biasanya, kita harusnya menghindari pertunjukan item kelas divine yang kita miliki kepada lawan. Namun, mereka tidak akan bisa mengetahuinya tanpa memiliki skill deteksi yang sangat bagus. Kalau begitu pergilah.”

“Dimengerti!”


***

Di dalam Feoh Berkanan – bekas ibukota kerajaan negeri dwarf yang megah dan indah, dibangun ketika peradaban mereka sedang berkembang – bangunan terbesar di samping istana kerajaan itu adalah Guild Merchant (Guild Pedagang) karena bangunan itu mengandung banyak ruangan yang digunakan ketika rapat dan kamar-kamar sementara yang digunakan untuk menyimpan sumber daya sementara.

Bangunan ini digunakan oleh banyak dwarf, dan lebih lebar dari struktur lain manapun di dalam kota. Namun, itu bukanlah kediaman dari Kepala Klan Quagoa, Pe Riyuro.

Ketika Yozu kembali, Riyuro sedang duduk – hampir tenggelam – di dalam kursi lembut yang besar. Sikapnya seperti yang biasa dia tunjukkan, tanpa memperlihatkan kemungkinan marah atau gugup, bahkan setelah mendengar kegagalan Yozu.

Yozu membungkuk, dan menjelaskan apa yang telah terjadi.

Sementara detil yang penting telah dikirimkan melalui utusan, dia di sini untuk menjelaskan informasi yang lebih detil lagi. Khususnya, dia perlu menguraikan kartu as dari kerajaan dwarf, si armor hitam yang dia lihat dengan mata kepala sendiri.

Riyuro mendengarkan tanpa bicara, lalu perlahan menggerakkan tangannya, menggapai masuk ke dalam sebuah sangkar di samping. Dia mengambil seekor kadal yang mendecit; seekor kadal yang gemuk dan banyak airnya, sebuah makanan ringan untuk seorang raja.

Riyuro mengulurkan tangannya yang sedang memegang kadal itu kepada Yozu.

“-Mau satu gigitan?”

“Tidak, tidak terima kasih.”

“Benarkah,” gumam Riyuro. Lalu dia meremukkan kepala kadal itu dengan rahangnya, dan Yozu mencium bau darah dan anggota tubuh yang samar.

Seluruh kadal dengan panjang 20 sentimeter hilang di dalam mulut Riyuro dalam tiga kali gigitan.

Riyuro mengusap tangan dan mulut yang terkena darah itu dengan handuk di dekatnya.

“- Lalu kamu mundur. Bagaimana dengan para pengejarmu?”

“Kami tidak yakin dengan itu. Namun-“

Karena jembatan gantungnya telah jatuh, dia tidak berpikir musuh akan melanjutkan pengejaran mereka. Dan sejujurnya, mereka sudah mendapatkan tenggorokan para dwarf. Yang bisa dilakukan oleh para dwarf itu hanyalah memperkuat pertahanan mereka, cari dan segel rute samping, dan mungkin saja mereka akan melakukan serangan balik ke tempat ini.

Alasan mengapa mereka hanya berhadapan dengan dua armor hitam itu karena mereka cukup bodoh untuk membagi pasukan atau karena hanya itu jumlah kekuatan militer mereka.

Itu adalah pendapat Yozu, yang dia ceritakan dengan Riyuro.

“Tidak aneh jika ada satu atau dua lagi.”

Riyuro kelihatannya telah merasakan perasaan terkejut Yozu yang tidak disadari. Dia menusuk-nusuk kadal yang ada di dalam kandang berkali-kali sambil menjelaskan maksud ucapannya dengan malas.

Para dwarf percaya diri dengan pertahanan benteng mereka. Jika benteng itu diruntuhkan, mereka akan merasa bahwa peluang kota mereka diduduki sangatlah besar. Jadi, tidak salah jika mengasumsikan si armor hitam yang mereka kirimkan adalah jumlah porsi pasukan terakhir.

Namun, karena mereka tidak tahu bagaimana tepatnya benteng itu diduduki, mengirimkan semua kekuatan di garis depan adalah pertaruhan yang berbahaya. Jika ada banyak jalan untuk penyusupan, mungkin saja mereka akan kalah.

Memang itu bukanlah situasi dimana mereka bisa membagi kekuatan sedikit demi sedikit, mereka tidak memiliki informasi untuk bisa melakukan serangan balik dengan seluruh pasukan pula.

Oleh karena itu, meskipun masih ada lebih banyak lagi, paling juga hanya ada satu, mungkin dua lagi. Inilah yang dia simpulkan.

Yozu merasa sama seperti yang dikatakan oleh sang tuan, dan dia merasa kagum dengan pengetahuannya.

“kalau begitu, siapa yang kamu anggap bisa mengalahkan golem-golem itu?”

“Saya yakin anda bisa mengalahkannya, tuanku!”

Riyuro adalah makhluk terkuat diantara delapan klan Quagoa. Meman benar, kemampuan bertarungnya patut dicontoh.

Mungkin saja dia mampu melawan seluruh ras Quagoa sendirian dan berhasil menang. Tak pernah ada orang yang sekuat dirinya di dalam sejarah Quagoa.

Yozu teringat Riyuro saat melawan monster di masa lalu. Dia sangat yakin sekali kekuatan Riyuro lebih unggul dari golem-golem itu.

“Tidak usah memuji. Apakah kamu benar-benar berpikir demikian?”

“Ya! Saya yakin itu!”

Riyuro tertawa pahit, tapi balasan Yozu memang tulus. Dia tidak memiliki jawaban selain itu.

“... Kamu berasal dari klan mana?”

Sebuah pertanyaan yang mengejutkan. Setelah Yozu menjelaskan asal klan dirinya, Riyuro jatuh dalam renungan sekali lagi.

“Ternyata begtiu... kamu pasti benar-benar berpikir aku bisa menang, lalu?”

“A, Apa maksudnya itu?”

“Aku hanya curiga kamu mungkin akan mempertimbangkan peluang ini untuk menghabisi diriku. Memang benar aku lebih kuat dari siapapun yang ada di seluruh spesies. Karena itu, mungkin kamu ingin membuatku bertarung melawan golem-golem itu setelah menganggap remeh kekuatan mereka, Golem-golem itu akan membunuhku. Jika kamu melakukanya, maka takkan ada orang yang bisa mengalahkan golem-golem itu... tapi mereka akan terluka selama bertarung denganku, kemudian mungkin saja kamu bisa menghancurkan mereka dengan unggul jumlah.”

Meskipun sang tuan yang dia patuhi mencurigainya, hati Yozu hanya dipenuhi rasa hormat.

Jika dia di posisi Riyuro, mungkin dia tidak akan terpikir sedalam itu terhadap masalah tersebut.

Yozu sangat yakin Riyuro adalah pemimpin sebenarnya dari Quagoa, sehingga loyalitas Yozu semakin dalam.

Riyuro tidak seberapa memahami pria di depannya, dan bertanya sesuatu.

“.. Mengapa kamu tidak langsung menjawab kamu tidak memiliki niat seperti itu?”

“Ya! Ma, Maafkan saya sebesar-besarnya! Saya hanya takjub dengan pemikiran anda yang dalam tuanku! Seperti yang anda katakan, saya tidak memiliki niat seperti itu!”

Riyuro tertawa keras.

“Kamu adalah orang yang menarik!... Orang-orang yang telah kuberikan kepadamu habis percuma, jadi harus ada hukuman untuk itu. Tapi aku tidak akan melukaimu, itu mungkin akan berakibat pada perkembanganmu di masa depan. Sebenarnya, kamu telah mempelajari golem-golem itu dan kembali setelah menyadari bahwa itu adalah informasi yang penting. Ditambah lagi, Tindakan antisipasimu terhadap pengejaran dari musuh dan pengalokasian sebagian dari pasukan untuk pertahan kota menunjukkan dalamnya pemikiranmu.”

“Terima kasih banyak!”

Yozu membungkuk dalam-dalam.

“Sekarang, aku punya pertanyaan untuk pemimpin hebat sepertimu. Bagaimana aku harus mengumpulkan informasi lebih banyak tentang golem-golem itu?”

“Dengan menyerang negeri si pendek itu.”

“Itu adalah satu cara untuk melakukannya. Jika demikian, mungkin kita bisa mempelajari apakah ada cadangan golem yang sebenarnya.”
“Ya! Jika memang tidak ada lagi, maka kita harus menaklukkan kota tersebut sesegera mungkin tak perduli berapapun korbannya.”

“Umu”, Riyuro mengangguk.

Jika hanya masalah nyawa, maka banyak waktu yang diperlukan untuk meningkatkannya. Namun, Golem hanya perlu dibangun. Waktu tidak untuk mereka, tapi untuk musuh.

“Metode lain apa yang ada?”

“Maafkan saya, tapi saya tidak bisa memikirkannya saat ini.”

Riyuro mengulurkan tangannya ke dalam kandang yang dipenuhi kadal lalu menarik satu kadal.

“...Apakah kamu mau?”

Apakah aku terlihat selapar itu?

Memang benar Yozu harus kembali kesini dengan seluruh tenaga, dan dia bahkan tidak makan atau istirahat dengan benar sampai sejauh ini. Namun, dia tidaklah sehaus atau selapar itu sehingga harus memintanya dari meja sang raja.

“Tidak, terima kasih.”

“Benarkah,” balas Riyuro. Lalu, dia mengunyah kepala kadal tersebut seperti sebelumnya. Setelah menelannya seperti tadi, Yozu bertanya kepada Riyuro.

“Kalau begitu, tuanku. Apakah anda telah memikirkan metode lainnya?”

“Ah, ya. Kita bisa meminta dia. Kemampuannya jauh melebihi diriku... Meskipun hal yang menyusahkan adalah bayaran yang dia minta akan setara tingginya.”

“Bayaran yang anda maksud.. jangan-jangan!”

Yozu langsung menebaknya dari ucapan Riyuro.

“Benar. Kita harus memberikan para naga –“

Saat Riyuro akan bicara, ada sebuah keributan di luar, lalu pintu tersebut terbuka dengan bunyi yang keras.

“Pimpinan klan!”

Itu adalah salah satu penjaga.

“Kelihatannya gawat. Apa yang terjadi?”

“Benar! Kelihatannya ada seseorang yang sedang menuju ke kota ini!”

“Darimana datangnya mereka?”

Menurut penjaga tersebut, mereka datangnya dari sisi dimana Yozu menempatkan pasukannya. Dengan kata lain, mereka datang dari negeri dwarf.

“Jadi mereke mengirimkan pasukan pengejar.... Aku meremehkan orang-orang kerdil itu.”

Lalu, Riyuro pun bangkit berdiri.

Mata Yozu kelihatannya ingin bertanya kepada sang tuan mau kemana. Riyuro merasakan ini, lalu membalas:

“Kelihatannya kita sudah diselamatkan dari banyak waktu untuk membuat keputusan. Aku akan menemui para naga sekarang.”

“Apakah anda akan bertanya kepada mereka tentang golem-golem itu?”

“Tidak, aku akan meyakinkan kepada mereka untuk menghadapi para cebol yang sedang mendekat. Karena mereka hanya para cebol, pasti mereka membawa Golem juga. Lalu, kita buat mereka melawan para naga dan melemahkan kedua sisi... Hmph... Mungkin juga sebaiknya biarkan saja mereka mendapatkannya.”

Pimpinan klan Quagoa tersebut sangat marah saat para naga itu mengambil tempat terbaik di kota ini– istana kerajaan – untuk mereka sendiri. Ini hanya diketahui oleh para pembantunya yang paling setia, ditambah dengan bagaimana pimpinan klan itu dengan pintarnya menyembunyikan perasaan dan membungkuk kepada para naga.

Ada perbedaan kekuatan yang luar biasa diantara para naga dan Quagoa.

Oleh karenanya, mereka harus bersikap seperti pelayan sampai mereka bisa menyamai kekuatan para naga. Namun, hanya ada sedikit makhluk yang bisa melawan mereka dengan setara di rangkaian pegunungan ini. Dengan satu pengecualian, mungkin mereka adalah para Frost Giant (Raksasa Beku).

Dan sekarang kesempatan itu telah datang, kata Riyuro.

“Yozu, memang tidak terlihat, tapi untuk jaga-jaga, mulailah bergerak ke arah distrik reruntuhan. Aku tidak ingin kamu terlibat dalam pertempuran dengan para naga.”

Satu distrik di ibukota kerajaan dwarf telah benar-benar hancur sebelum Quagoa mengambil alih. Quagoa tidak membangun area ini, agar bisa menggunakannya sebagai tempat mengumpulkan pasukan dalam jumlah besar. Kelihatannya tempat itu akan digunakan pada akhirnya.

“Dimengerti.”

“kalau begitu.. bisakah kamu membantuku mempersiapkan persembahan untuk bertemu dengan para naga? Mereka menyukai permata, jadi persiapkan beberapa diantaranya. Aku yakin kamu juga tahu jika mereka sangat rakus dan tidak setuju dengan pembayaran pertama saat itu juga. Mereka pasti akan menaikkan harga. Dengan itu, persiapkan item-item bernilai rendah pula.”

Setelah mengangguk kepada Riyuro menunjukkan dia mengerti, Yozu langsung memulai persiapannya.

***


Spesies terkuat di dunia ini adalah para naga. Ada ras-ras yang bisa beradaptasi dengan tanah yang keras dimana manusia tidak bisa melakukannya. Rangkaian pegunungan Azellisia tidak terkecuali, dan para naga menguasai sarang di sini.

Naga-naga ini dikenal sebagai Frost Dragon (Naga Beku).

Biasanya, para naga memiliki tubuh yang ramping. Tidak mirip dengan bentuk kadal yang merangkak begitu juga dengan kucing. Diantara mereka, Frost Dragon bahkan lebih ramping, seperti ular.

Sisik mereka biru keputihan, tapi semakin mereka tumbuh, berubah menjadi putih seperti salju. Setelah beradaptasi dengan lingkungan, mereka memiliki kekebalan terhadap hawa dingin, tapi sebaliknya, mereka rentan terhadap api.

Ditambah lagi, ada kartu as daripada draconic race (ras naga). Mereka memiliki kekuatan menakutkan yaitu nafas naga pembeku.

Pemimpin dari Frost Dragon ini, Olasird’arc=Haylilyal, melingkari singgasananya, melihat ke arah Quagoa dengan remeh yang sedang menghadap kepada dirinya.

“jadi, kau datang juga. Ada apa?”

“Ya, saya sangat terhormat bisa bertemu dengan Pemimpin para naga putih yang terkuat, Olasird’arc=Haylilyal—”

“- Tidak usah lagi bertele-tele. Langsung saja.”

Setelah berkata demikian, mata Olasird’arc sedikit memicingkan mata.

Menjadi seorang pemimpin naga (Dragon Lord) memiliki perlakukan khusus diantara para naga. Itu adalah sebuah gelar yang hanya diberikan kepada mereka yang telah mencapai kategori usia tertinggi (Ancient/Kuno) diantara para naga, atau naga kuat yang memiliki kekuatan spesial, atau naga yang bisa menggunakan magic yang aneh. Naga-naga luar biasa ini diberi gelar sebagai Lord (Pemimpin).

Dipanggil dengan gelar sedemikian agungnya sangat menyenangkan.

“Ya! Pertama, saya ingin berterima kasih telah diperbolehkan untuk bertemu.”

Quagoa yang sedang menunggu di belakang pimpinan Quagoa itu mengeluarkan karung yang lusuh.

Mereka membuka karung itu, dan seperti yang diduga, kilauan emas memenuhinya.

Itu tidaklah cukup untuk membuatnya puas, tapi jumlah itu harusnya jumlah yang bisa dipenuhi oleh Quagoa, jadi dia harus puas dengan itu.

“Baiklah kalau begitu, apa yang kamu inginkan.”

“Ya! Sebenarnya, ada beberapa tamu yang tak diundang menuju rumah kami, jadi saya ingin tahu apakah kami bisa melihat kekuatan anda yang luar biasa, Tuan Pemimpin Naga Putih.”

“Hm...”

Bagi Olasird’arc, Quagoa adalah spesies rendahan. Mereka adalah makhluk-makhluk yang harus mengagungkan para naga, dan mereka setara dengan para budak. Agak berat juga membiarkan mereka terbunuh sia-sia. Namun, cukup membuatnya marah jika dia harus bertindak sendiri demi makhluk rendahan seperti itu.

Tatapan Olasird’arc jatuh dari singgasananya yang berkilauan – sebuah gunung kecil emas dan batuan permata.

Satu kebiasaan yang menyatukan seluruh naga adalah kecintaan mereka kepada logam, permata, item magic dan kekayaan sejenis. Olasird’arc tidak terkecuali dalam hal ini.

Namun, sementara mungkin dia memang bisa menggali terowongan dan mengeluarkan logam-logam berharga dan permata-permata mentah, dia tidak bisa memprosesnya. Ditambah lagi, yang kuat seharusnya tidak melakukan hal semacam itu. Itulah gunanya budak.

Jadi, tidak masalah sebenarnya jika dia harus bertindak sendiri demi para budaknya. Hatinya penuh dengan perasaan kebaikan.

“Dan siapa orang-orang ini?”

“Kami tidak yakin. Kami belum memperoleh identitas mereka yang sebenarnya. Namun, harusnya mereka adalah para dwarf.”

“Dwarf...Umu.”

Olasird’arc menatap gerbang besar di belakangnya.

Dibalik pintu itu adalah bekas ruang harta kota dari negeri dwarf.

Tak perduli berapa kali Olasird’arc menyerangnya, pintu itu tidak bisa terbuka atau dihancurkan. Magic yang melindunginya dikerjakan oleh para runesmith yang telah menjaga harta mereka dari semua serangan yang dia lakukan untuk bisa mendapatkannya.

Obsesinya terhadap isi dari ruang itu telah lama pudar, dan pintu itu tidak lebih daripada tempat untuk menggores cakarnya. Namun, ketika dia mendengar tentang para dwarf, api gelora di hatinya menyala sekali lagi.

Jika dwarf-dwarf ini bisa sampai di sini, mungkin mereka memiliki cara untuk membuka ruangan ini.

Apakah sudah waktunya membuang Quagoa? Dwarf lebih berguna dalam berbagai cara.

Saat Olasird’arc merenung terhadap masalah ini, dia menatap Quagoa di bawahnya dengan dingin, lalu permohonan pimpinan Quagoa diakhiri.

“Saya yakin anda bisa mengalahkan para dwarf itu dengan mudah, Tuan Pemimpin Naga Putih. Kami mohon, pinjamkan kekuatan anda kepada kami! Tidak usah dikatakan, ketika mereka kalah kami akan menawarkan dua kali jumlah dari ini, tidak lebih dari itu!”

Kerakusannya tergerak oleh kalimat terakhir itu, wajah Olasird’arc berubah.

“... Oh begitu. Aku akan mempertimbangkannya.”

“Tunggu sebentar! Tuan Naga Putih (White Dragon Lord), musuh sudah dekat! Dan para dwarf bertujuan mengambil kembali kota ini!”

Olasird’arc memalingkan tatapannya yang tajam ke arah Quagoa itu.

“Apa maksudmu dengan itu! Maksudmu dwarf-dwarf yang sedikit itu bisa mengusirku dari sarang ini?”

“Saya tidak berkata demikian! Tapi, tidak ada yang tahu apa niat para dwarf itu! Yang kami tahu, mereka mungkin saja punya cara untuk menghancurkan kota ini!”

“Jika memang begitu, bukankah mereka sudah melakukannya dari dulu?”

“Besar kemungkinannya mereka bermaksud menghancurkan kota dari dalam!”

“Hm,” pikir Olasird’arc. Kelihatannya agak melenceng, tapi tidak sepenuhnya bisa dibiarkan.

Tempat ini memang benar-benar diperlukan untuk membangun Draconic Empire.

Setelah mengambil istana kerajaan dwarf, dia telah memerintahkan kepada para istrinya untuk menetaskan telur mereka di sini, lalu membesarkannya.

Di masa lalu, mereka bertelur di sembarang tempat lalu meninggalkannya di sana, atau menendang mereka keluar dari sarang setelah satu atau dua tahun sejak menetas. Itu tidak akan memperkuat ras Draconic.

Aku harus meningkatkan jumlah keturunanku, lalu menaklukkan Frost Giant. Saat itulah, aku bisa benar-benar menaklukkan rangkaian pegunungan ini, pikir Olasird’arc.

Frost Giant kebal terhadap hawa dingin, itu artinya kartu as dari Frost Dragon yaitu nafas naga pembeku tidak bisa melukai mereka. Kekuatan dari senjata besar yang dimiliki oleh Frost Giant tidak bisa dianggap remeh, bahkan bagi para naga. Jika mereka datang dengan jumlah besar, para naga mungkin akan kalah. Memang benar, ada beberapa Frost Dragon yang kalah dari Frost Giant, dan digunakan sebagai anjing mereka.

Biasanya, Frost Dragon tahu hal itu juga, jika Olasird’arc salah satunya, dia tidak akan melewatkan peluang menghancurkan musuh yang kuat sebelum jumlah mereka bisa bertambah. Jika dia harus membuang wilayah ini, maka suku Frost Giant pasti akan bersatu menyerang mereka sebelum dia bisa mengambil alih kursi kekuasaan.

Olasird’arc memanggil para selirnya, yang tergeletak malas di sekeliling ruangan itu.

Ada tiga naga perempuan.

Ada yangpaling muda, dengan satu tanduk pualam, Mianatalon=Fuviness.

Yang bertarung memperebutkan wilayah berkali-kali dengan Olasird’arc, Munuinia=Ilyslym.

Dan ada satu-satunya naga di kediaman ini yang bisa menggunakan divine magic (meskipun hanya tingkat 1), Kilystran=Denshushua.

“Bagaimana menurutmu?”

“...Mengapa tidak membantu mereka? Lagipula, dwarf-dwarf menyedihkan itu sama sekali bukanlah musuh yang menakutkan.”

“Aku juga setuju. Sejujurnya. Aku tidak perduli dengan apa yang mereka katakan. Tapi jika para dwarf menyerang, mengetahui kita ada di sini, itu sama dengan meremehkan kita. Harusnya kita ukir rasa takut di hati makhluk-makhluk kecil sombong itu.”

Dia mengalihkan tatapannya dari Muninia – yang sedang menggaruk lantai dengan cakar yang tajam – ke arah Kilystran.

“Dan menurutmu?”

Setelah dipanggil, Kilystran memiringkan kepalanya.

“Aku menentang dan menyetujuinya. Aku menentangnya karena kita tidak yakin para penyerang ini benar-benar dwarf. Ditambah lagi, jika mereka menyerang setelah tahu keberadaan kita, mereka pasti sudah memperhitungkan kekuatan kita. Namun, meskipun ide menghancurkan kota terdengar konyol, sebuah mekanisme yang mampu melakukannya masih dalam jangkauan teknologi negeri dwarf. Adalah hal yang bodoh tidak merespon hal itu.”

Olasird’arc tersenyum pahit. Dia memang memiliki kepribadian yang aneh. Itulah kenapa dia menyukai Kilistran.

“Jadi, sebagian besar setuju – kalau begitu. Aku akan terima permintaanmu, Quagoa rendahan.”

“Kami menghaturkan rasa terima kasih yang sangat besar!”

Saat Olasird’arc menatap dengan dingin ke arah Quagoa yang membungkuk di depannya, dia membuat sebuah pengumuman.

“Namun, kamu harus menawarkan tribut sepuluh kali dari jumlah sebelumnya.”

“Se-Sepuluh kali!?”

Olasird’arc mendengus kepada pimpinan Quagoa, yang mengangkat kepalanya.

“Kamu bahkan tidak tahu siapa yang menyerang. Itu saja harusnya sudah terhitung... Lalu, apa yang kamu ingin aku lakukan? Jika kamu tidak bisa menghasilkan jumlah yang diminta, maka kamu hadapi saja sendiri.”

“Tu, Tunggu sebentar! Kami akan mempersembahkan upetinya! Biarkan kami mempersembahkan upetinya!”

Tiba-tiba saja, Olasird’arc terpikirkan sesuatu.

Bisakah Quagoa benar-benar membayar emas sebanyak itu? Atau apakah itu karena para dwarf adalah lawan kuat yang tidak bisa dibayangkan, itulah kenapa mereka mencoba sebisa mungkin agar dia mau melakukannya tak perduli berapa banyak mereka harus membayarnya?

Yah, itu tidak masalah. Jika mereka tidak bisa membayarnya, maka seperti kata Munuinia, aku akan mengukirkan teror yang tak dapat dihilangkan ke dalam hati orang-orang lemah itu (Quagoa).

“Kalau begitu, pergilah.”

“Ya! Tapi.. kapan kami bisa mengharapkan kedatangan anda?”

“Segera.. Sampai saat itu, tunggu saja.”

“Baik!”

Saat Olasird’arc menatap Quagoa yang pergi, Mianatalon bertanya: “Apakah kamu akan pergi sendiri?”

“Pergi sendiri. Tentu saja tidak.”

Olasird’arc adalah naga yang paling kuat di sini. Meskipun begitu, adalah hal yang bodoh baginya untuk benar-benar bertarung demi para budaknya meskipun dia dibayar. Oleh karena itu-

“Siapa yang akan kukirimkan... Anak siapa sebaiknya?”

Mereka semua adalah anaknya. Setiap naga di sini dengan pengecualian para selirnya merupakan garis keturunan Olasird’arc.

“Kalau begitu, kirimkan saja anakku.”

“Anakmu? Siapa?”

Kilystran telah melahirkan empat anak untuk Olasird’arc, dan masing-masingnya adalah seekor naga dengan usia lebih dari satu abad. Mereka jauh lebih kuat daripada Quagoa.

“Tentu saja yang tertua.”

“Hejinmal?”

Olasird’arc mengerutkan dahi.

“Bocah itu mungkin memang terlihat seperti itu, tapi dia memiliki kepala yang bagus di bahunya dan dia akan melihat siapa sebenarnya lawan kita. Jika mereka ternyata adalah para dwarf, bukankah menurutmu dia akan memberikan negosiasi yang paling cocok? Kamu pasti sudah capek dengan budak Quagoa, ya kan?”

“Bisakah dia melakukan semua itu? Tidak bisakah anak-anak yang lain melakukannya?”

Olasird’arc setuju dengan perkataan Munuinia.

“Setidaknya lebih baik daripada Toranjelit”

“...Kilystran. Hal yang paling penting dari para naga adalah kekuatan tubuh mereka. Tak ada yang bisa mengalahkan kekuatan dan kecepatan dengan kepala saja. Olasird’arc mengalahkanku karena tubuhnya lebih kuat daripada tubuhku. Ingat itu. Tubuh Toranjelit yang unggul jauh lebih baik daripada Hejinmal’s!”

Toranjelit adalah salah satu anak Olasird’arc dari Munuinia. Dalam hal tenaga kasar, dia adalah yang terbaik diantara keturunannya.

“Tapi keadaan akan menjadi buruk jika kamu tidak berpikir. Jika kamu mengirimkan anakmu – yang mungkin akan membunuh Quagoa tanpa alasan – siapa yang tahu bagaimana mereka nantinya?”

“Itu cukup.”

Olasird’arc menghentikan Munuinia, yang akan berkata sesuatu, lalu melihat ke arah wajah Mianatalon. Kelihatannya dia memandang cekcok ini sangat membosankan.

“Kita ambil saja ide Kilystran dan panggil Hejinmal kemari.”

“Tidak ada gunanya. Dia tidak akan datang.”

Olasird’arc merasakan rencananya hancur berantakan sejak awal.

Munuinia tertawa kecil, sebuah suara tidak senang yang tipis. Menjengkelkan jika mereka berdebat lagi, dan Olasird’arc mengangkat suaranya.

“Hancurkan saja pintu itu atau bagaimana dan seret dia keluar.”

“Ara. Aku tidak menghancurkan bentengmu karena kamu memintaku untuk tidak melakukannya. Apakah itu artinya kamu memberiku izin? Meskipun, bukan hanya pintu saja yang akan hancur nantinya.”

Memang benar, dia ingat pernah mengatakan itu. Memang para naga memiliki keahlian, mereka tidak bisa membangun lagi pintu yang sudah dihancurkan, dan mereka tidak tahu magic yang bisa melakukan itu. Jadi, jika mereka menghancurkan sesuatu, mereka akan membiarkannya seperti itu.

Sebagai White Dragon Lord, akan memalukan hidup di dalam sebuah istana dengan penuh lubang. Oleh karena itu dia meminta para selir dan keturunannya untuk mematuhi peraturan itu.

Meskipun para selirnya mungkin akan pergi jika diperintahkan-

“Mau bagaimana lagi, kalau begitu aku yang akan pergi.”

“Silahkan.”

Olasird’arc melihat ke arah Kilystran dengan ekspresi di wajah yang sulit dijelaskan.

Kenyataannya dia harus pergi sendiri meskipun menjadi seorang pimpinan tidak enak baginya. Menyadari hal itu, apakah dia harus membiarkan beberapa Quagoa hidup di sini dan bekerja untuk dirinya?

Namun, Olasird’arc membuang kemungkinan itu.

Dia tidak tahan memikirkan makhluk rendahan seperti Quagoa berlarian di sekeliling bentengnya. Suatu hari, ketika dia mengalahkan para raksasa (Frost Giant), dia akan membuat mereka bekerja untuknya sebagai budak.

Sampai saat itu, dia harus menahan diri.

***


Ketika seseorang memiliki tinggi seperti para dwarf, istana kerajaan mereka berukuran mencengangkan. Itu karena istana tersebut sangat besar sehingga para naga bisa tinggal di sini, dan jaraknya jauh dari satu titik ke titik lainnya.

Olasird’arc memanjat dan memanjat, sampai tiba di pintu lantai teratas.

Lalu, dia berteriak:

“Ini aku, buka.”

Dia menunggu sebentar, tapi tidak ada gerakan dari sisi lain pintu itu.

Tidak mungkin dia tidak ada di dalam. Anak yang tinggal di kamar ini adalah seorang hikkikomori (pengurung diri). Dia tidak ingat pernah melihatnya meninggalkan kamar. Bahkan makanannyapun dikirimkan oleh saudaranya.

Sangat menyakitkan hati jika dia berani pura-pura tidak ada di dalam, di depan ayahnya sendiri, seorang Dragon Lord.

“Aku akan berkata sekali lagi. Ini aku. Buka.”

Para naga memiliki panca indera yang tajam. Cara dia berteriak, siapapun yang ada di dalam harusnya sudah mendengar, dan mereka akan terbangun meskipun sedang tidur.

Namun – pintu itu tidak terbuka.

Kemarahan menyala berubah menjadi gerakan.

Dia mencambuk pintu itu dengan ekornya.

Terkena ekor dengan ukuran sebesar batang pohon dan ditutupi dengan sisik-sisik yang lebih keras dari baja, pintu tersebut berderit saat meliuk. Para dwarf yang membangun pintu ini mungkin tidak menduga pintu itu akan menerima tamparan dari ekor naga.

Ada tanda-tanda pergerakan di dalam, tapi ini tidak cukup meredamkan kemarahan Olasird’arc.

Dia membanting pintu itu sekali lagi, menghancurkannya jadi dua. Rontoh dan hancur sehingga batu-batuan beterbangan ke dalam seperti peluru.

Sebuah suara tidak suka “Hieeeeeee” datang dari dalam.

“Keluar sekarang!”

Merespon teriakan itu, seekor naga meloncat keluar.

Frost Dragon memiliki tubuh yang ramping, tapi tidak dengan yang ini. Sederhananya, terlihat kegemukan.

Naga itu memiliki sepasang kacamata kecil di hidungnya, dan dia memperhatikan Olasird’arc dari kepala hingga ujung kaki dengan tatapan mata gugup.

Ini adalah putranya, tapi pemandangan yang memalukan ini membuat Olasird’arc menghela nafas.

Yah, melihat caranya berdiri di depan seorang penguasa seperti dirinya, gemetaran dan kejang-kejang seperti ini tidak bisa dihindari. Tetap saja, dia berharap melihat sedikit kekuatan di mata anaknya.

Lalu tubuhnya yang gemuk menjijikkan. Dia leibh mirip seperti babi daripada seekor naga.

Sebenarnya, mengirimkan seorang anak seperti ini keluar untuk bertarung menggantikan dirinya mungkin akan merusak reputasinya.

Saat Olasird’arc merenungkan hal ini, putranya – yang kelihatannya ketakutan dengan cara ayahnya yang menatap tajam ke arah dirinya – memberanikan diri bertanya.

“A-Ayah, a, apa yang engkau inginkan dariku?”

Mungkin saja dia tidak layak menjadi seekor naga, tapi dia masih tetap seekor naga. Naga semakin kuat ketika usianya bertambah. Dengan begitu, mungkin tubuh yang lembek miliknya itu masih bisa bermanfaat.

“Aku punya pekerjaan untukmu, Hejinmal.”

“Pe,Pekerjaan?”

“Ahh, Quagoa kelihatannya telah diserang oleh para dwarf atau semacamnya. Tangkis mereka.”

“Hieeee.”

“Hieeee?”

“Ti- Tidak. Bukan apa-apa, Ayah. Ha-Hanya saja, aku, aku, er, bagaimana aku harus mengatakannya, aku er, tidak percaya diri dengan kekuatanku...”

‘’Lalu apa yang bisa kamu banggakan? Apakah kamu merasa bisa mengalahkan lawan dengan magic?”

Naga perlahan mendapatkan kemampuan menggunakan arcane magic selama tumbuh, tapi itu tidak lebih dari bakat sejak lahir. Mereka tidak bisa dibandingkan dengan magic caster sama sekali. Namun, ada beberapa naga yang belajar menggunakan magic sebenarnya.

Contohnya, ada salah satu selir Olasird’arc sendiri, Kilystran=Denshushua. Ada juga salah satu kanselir dari Republik, “Blue Sky Dragon Lord” Suveria=Myronsilk, yang memiliki kekuatan seorang druid dan bisa menggunakan divine magic. Juga dikatakan jauh di timur sana, ada beberapa naga yagn telah mendapatkan kelas Paladin dan bisa menggunakan magic dari sistem lain.

“....Yah, itu satu hal. Aku harus belajar sendiri karena aku tidak memiliki guru yang mengajariku...”

“Lalu apa saja yang kamu lakukan di dalam sana selama ini?”

Ada sebuah sinar kuat di mata Hejinmal.

“Belajar. Aku sedang mengumpulkan pengetahuan.”

“...Apa? Pengetahuan? Bukankah kamu sedang mempelajari cara menggunakan arcane magic?”

“Tidak, bukan seperti itu ayah. Pengetahuan yang aku cari bukan untuk menggunakan magic, tapi untuk memperdalam pelajaranku, mempelajari bagaimana kota ini dibangun, ras macam apa di dunia ini dan seterusnya. Aku sedang mempelajari hal semacam itu.”

“.... Aku tidak mengerti sama sekali. Apakah mempelajari hal ini akan membuatmu kuat? Itu semua akan percuma jika kamu tidak menjadi kuat.”

Tidak ada yang lebih penting di dunia ini selain menjadi lebih kuat. Karena ini adalah sebuah dunia dimana hanya yang kuat yang bisa selamat, seseorang harus bertambah kuat untuk bisa hidup. Sebaliknya, seseorang yang tidak ingin menjadi kuat pada dasarnya menolak untuk hidup.

Barusan, dia melihatnya. Hejinmal mecoba untuk menutupi sesuatu, tapi dia melihat putranya itu melakukan sesuatu, seperti isyarat tanpa kata.

“Apa? Katakan saja.”

Putranya tetap terdiam. Sikap yang memalukan itu membuat kemarahan Olasird’arc semakin membara lagi.

Saat dia akan mulai melenguh kepadanya, dia ingat mengapa dia datang kemari.

Sementara dia tidak perduli dengan apa yang terjadi kepada Quagoa, hutang harus dibayar.

“Tidak masalah jika kamu mengunci diri di dalam kamar sampai kamu kehilangan kelincahanmu, tapi tidak ada gunanya kehilangan dirimu karena buku. Jika kamu ingin mendapatkan pengetahuan, tinggalkan tempat ini dan pergilah mengelilingi dunia.”

Olasird’arc sudah mulai hilang rasa ketertarikan kepada Hejinmal. Dia telah mengabaikan tubuhnya untuk bisa ditukar dengan sesuatu yang tidak berguna. Tidak ada hal lain yang bisa dia katakan tentang ini, dia sudah kehilangan rasa yang mirip dengan keprihatinan untuk putranya sendiri.

“Aku, aku sedang mempersiapkan untuk itu. Jika aku tidak tahu orang-orang macam apa yang ada di luar sana, mungkin saja aku akan mati sebelum berhasil melihatnya.”

“Lalu mengapa kamu tidak mati saja? – Kamu jadi terlalu bodoh. Mengapa kamu tidak mencari kekuatan sejak awal? Ketika kamu kuat, kamu akan ditakuti bahkan ketika kamu pergi dari tempat ini, ya kan? Sepertiku.”

“Tapi ayah. Mengetahui makhluk kuat semacam itu di dunia juga sangat penting bagi kita. Sama halnya denganmu, ya kan, Ayah? Bukankah Frost Giant kuat? Jika ayah melawan mereka tanpa tahu apapun-“

“-Aku tidak takut dengan Frost Giant itu.”

“Ma-Maafkan aku, ayah.”

Saat dia menatap ke arah Hejinmal, yang kepalanya tergeletak di tanah, Olasird’arc menurunkan bahunya tak bertenaga.

“Sudah cukup. Aku perintahkan kepadamu untuk menyelesaikan tugas ini. Llau, aku akan menendangmu keluar setelah satu bulan. Kamu bisa hidup sesukamu mulai saat itu.”



===========
Bagian kedua



No comments:

Post a Comment

Comments

Contact Us

Name

Email *

Message *