Preparations for the Battle
Persiapan-persiapan untuk perang
Satu bulan kemudian
Rapat diadakan di dalam istana Valencia dari Re-Estize Kingdom. Gazef Stronoff - yang berdiri tak bergerak di samping raja Ranpossa III selama ini - melebarkan matanya saat dia melihat pemandangan dari enam pimpinan dari keluarga bangsawan agung Kingdom.
Enam orang itu berkumpul bersama adalah sebuah kejadian yang memang langka.
Masing-masing dari mereka mengendalikan cukup banyak kekayaan, tanah dan wilayahnya menyaingi, jika bukan secara langsung melampaui, sang raja. Karena ini, mereka secara rutin menemukan alasan terhadap pemanggilan dari raja, terutama pemimpin dari Fraksi anti keluarga kerajaan - Marquis Bowlrob, yang bahkan tidak ingin repot-repot menyembunyikan penghinaannya terhadap sang raja. Itu sudah cukup buruk hingga sementara, orang-orang mengira Kingdom mungkin akan runtuh dari dalam.
Selanjutnya, mata Gazef menuju ke arah tiga anak dari sang raja.
Yang paling mencolok mata adalah putri ketiga dari sang raja, 'Putri Emas', Renner Theiere Chardelon Ryle Vaiself.
Setelah itu adalah Pangeran kedua, Zanack Valurean Igana Ryle Vaiself. Ketika kericuhan akibat iblis, dia telah mendapatkan banyak pujian ketika dia, sebagai seorang keturunan raja, bergerak keluar demi rakyat.
Yang terakhir adalah putra tertua, Pangeran mahkota Barbro Andorean Ield Ryle Vaiself. Dengan tubuhnya yang kuat dan potongan rambut yang rapi, dia adalah pria yang coba ditempatkan ke singgasana oleh Marquis Bowlrob. Agaknya, Bowlrob menghadiri rapat istana ini atas permintaan Barbro.
Setiap rapat yang dihadiri oleh Marquis Bowlrob dari Fraksi Bangsawan pasti akan menjadi sengit. Gazef mengalihkan matanya dari suasana ruangan yang berat, yang kelihatannya suram di atas kepala seperti ada awan badai yang sedang berkumpul, lalu melihat ke arah bangsawan yang tersisa.
Dari tiga orang yang hadir, yang menjadi milik Fraksi Kerajaan, yang pertama mencolok mata adalah Marquis Volumlash, orang yang berpakaian paling mewah di istana.
Dia adalah pria yang mendekati usia empat puluh tahun, dengan ciri-ciri simetris. Wilayahnya memiliki tambang emas dan mythril, itu membuatnya sebagai orang terkaya di dalam Kingdom. Namun, bisikan-bisikan gelap yang beredar jika dia sangatlah rakus, hingga titik dimana dia bahkan akan mengkhianati keluarganya sendiri demi koin emas.
Ada juga rumor bahwa dia telah mengkhianati Kingdom dan sedang memperjualbelikan informasi kepada Empire. Namun, karena kurangnya bukti yang kuat, tak ada yang bisa dilakukan kepadanya. Lagipula, memenggal kepala Marquis Volumlash - seorang pendukung Fraksi kerajaan yang mencolok - tanpa adanya bukti sedikitpun hanya akan menghasilkan bangsawan lainnya berbondong-bondong masuk ke Fraksi bangsawan. Jika dia sadar dengan hal ini dan mengambil keuntungan dari hal itu untuk terus menjual informasi, maka dia akan benar-benar menjadi orang yang paling hina yang hadir disini.
Selanjutnya, mata Gazef mengarah kepada bangsawan yang paling muda dan paling tampan, Marquis Pespeya.
Dia menikahi putri tertua sang raja, dan menjadi kepala keluarga di waktu yang sama dengan pernikahannya. Meskipun sedikit yang tahu kemampuannya dan kepribadiannya, ayahnya memiliki kepribadian yang luar biasa dan merupakan pria yang kompeten, jadi Gazef merasa bahwa Pespeya mungkin mewarisi pendahulunya.
Sebaliknya, yang paling tua dari Enam Bangsawan itu adalah Margrave Urovana. Rambutnya sudah memutih, dan sangat sedikit yang tersisa mungkin bisa juga tidak ada sama sekali. Meskipun tubuh dan anggota badannya terlihat seperti kayu keriput, dia masih memiliki sikap yang sangat serius seperti yang dimiliki seorang tetua.
Urovana adalah yang paling persuasif diantara para bangsawan besar.
Disusun melawan mereka adalah tiga anggota Fraksi Bangsawan.
Pertama sebagai inti dari Fraksi bangsawan, Marquis Bowlrob, yang mengendalikan wilayah yang paling banyak diantara para bangsawan besar. Wajahnya memiliki banyak luka, seperti seorang jenderal perang.
Saat dia sudah menginjak usia lima puluh tahun, tubuhnya yang pernah perkasa dan terus ditempat dengan latihan tanpa lelah sekarang hanya tersisa sedikit saja dari ingatan masa lalu, namun suara dan tatapannya sebagai predator membuat orang-orang berpikir pasti ada sesuatu yang tersisa sedikit dari jiwanya sebagai seorang warrior.
Meskipun dia - sebagai seorang warrior - telah kehilangan banyak kekuaannya karena usia, sebagai seorang komandan, dia adalah komandan yang lebih baik bahkan daripada Gazef, yang membuatnya tidak bisa tergantikan bagi Kingdom sebagai seorang Kapten Warrior.
Di sampingnya adalah Count Ritton.
Dia adalah seorang pria yang penampilannya disebut menyerupai serigala, dan juga salah satu dari anggota dengan peringkat yang lebih rendah dari Enam bangsawan. Oleh karena itu, dia mati-matian mencoba untuk meningkatkan statusnya. Namun, kepribadiannya yang tidak peduli dengan penderitaan orang lain jika itu bisa memperluas kekuasaannya tidak bisa diterima dengan baik oleh bangsawan lain. Bergabung dengan Bowlrob pasti adalah gerakan strategis agar bisa keluar dari musuhnya.
Orang terakhir dari Fraksi Bangsawan memiliki rambut pirang yang disisir ke belakang dan mata biru yang sempit.
Wajahnya pucat, dengan sedikit tanda-tanda terkena pancaran sinar matahari. Dia memiliki tubuh yang tinggi dan kurus. Digabungkan dengan kulit pucat, dia mengeluarkan kesan seekor ular. Dia belum mencapai usia empat puluh tahun, tapi terlihat lebih tua karena warna pucat tubuhnya yang tidak sehat.
Dengan emosi yang tercampur berputar di dalam hatinya, Gazef mengalihkan pandangan dari dirinya - dari Marquis Raeven.
Perebutan kekuasaan yang kompleks dan terus meningkat akan menjadi masalah pada raja selanjutnya.
Marquis Bowlrob dan Count Ritton dari Fraksi Bangsawan, begitu juga Margrave Urovana dari Fraksi Kerajaan, semuanya mendukung Putra Mahkota Barbro, sementara sebagian besar bangsawan yang tidak ada hubungannya mendukung Marquis Pespeya, yang menikahi Putri pertama. Raeven di samping Pangeran kedua Zanack, sementara Marquis Volumlash kelihatannya tidak begitu memperhatikan masalah penerus kerajaan.
Untuk semua alasan ini, sang raja duduk di singgasananya tanpa membuat keributan. Jika dia menunjukkan sebuah jari kepada setiap orang, ada bahaya perang sipil yang akan pecah.
Hingga saat ini, Gazef tidak memiliki pendapat atas siapa yang seharusnya menjadi raja. Tapi sekarang, hatinya condong ke arah Zanack. Selain itu, atau Putri Renner sebagai kuda hitam, tapi Kingdom, di dalam seluruh sejarahnya, tak pernah diperintah oleh seorang ratu, jadi itu mungkin sudah diluar pertanyaan.
"Kalau begitu sekarang, mari kita mulai."
Nada suara sang raja terdengar sedikit berbeda dari biasanya. Mereka yang memiliki telinga sensitif mungkin akan menduga alasan berkumpul hari ini dan menunjukkan kecurigaannya.
"Bacakan proklamasi yang dikirimkan oleh utusan dari Baharuth Empire."
Menurut perintah sang raja, para bawahan yang ada di samping kanan dan kirinya mulai membacakan isi dari perkamen itu.
Isinya secara kasar berikut ini:
Baharuth Empire telah mengakui kedaulatan dari Kerajaan independen Nazarick, yang dikuasai oleh Sorcerer King Ainz Ooal Gown, dan secara resmi mengakuinya sebagai sekutu dari Kekaisaran.
Pada awalnya, daerah yang ada di dekat E-Rantel adalah wilayah dari Sorcerer King Ainz Ooal Gown. Kingdom Re-Estize telah melawan hukum menguasai wilayah ini dan sekarang harus mengembalikannya ke pemilik asli.
Jika Kingdom tidak mematuhi permintaan ini, Baharuth Empire akan membantu Sorcerer King Ainz Ooal Gown dalam mengambil kembali wilayahnya.
Ini akan menjadi perang yang adil, bertarung hingga akhir terhadap pendudukan yang tidak benar.
Setelah isinya dibaca dengan keras, ruangan itu meledak ke dalam keriuhan diskusi. Syarat ini memang gila, dan siapapun setuju dengan itu.
"Sebagai jaga-jaga, aku juga sudah memerintahkan kepada para terpelajar untuk memeriksa sejarah Kingdom, dan tak ditemukan satupun individu yang bernama Ainz Ooal Gown yang berkuasa di sekitar E-Rantel. Tidak ada legitimasi terhadap klaim ini."
"Ini benar-benar omong kosong yang edan, ocehan orang gila mana ini?!"
Teriakan yang riuh terdengar di seluruh penjuru ruangan.
Kehadiran dari Marquis Bowlrob's - sebuah bukti dari kejayaannya di masa lalu sebagai seorang warrior - kelihatannya telah memberikan keberanian kepada para bangsawan lain, dan mereka mengembalikan teriakannya dengan persetujuan.
"Meskipun sudah terlambat, bukankah ini sama saja dengan penyerangan lama dari Imperial yang diumumkan setiap tahunnya? Merkea selalu mencari alasan bodoh untuk mendeklarasikan perang, jadi kali ini, mereka benar-benar sudah mengorek-ngorek hingga bagian tong yang paling bawah untuk melemparkan nama dari magic caster ini ya kan? Aku ingin lihat badut macam apa yang mereka berikan gelar menggelikan dari 'Sorcerer King'."
Ucapan Count Ritton diikuti oleh tawa yang mengejek oleh bangsawan lainnya.
"Namun..."
Count mengarahkan matanya yang seperti serigala - dipenuhi dengan kebencian - ke arah Gazef.
"Aku yakin kita pernah mendengar Sorcerer King gila ini sebelumnya, ya kan. Wahai Kapten Warrior Stronoff?"
"Memang benar, dia adalah magic caster yang membantuku di perbatasan E-Rantel."
Count Ritton mengantarkan ejekannya yang dingin dengan tawa yang menjengkelkan.
"Oh begitu, dia pasti membantu karena dia pikir mereka adalah rakyatnya sendiri."
Tawa sinis dari para bangsawan bisa terdengar di sekitar, namun tak ada yang menghentikannya, karena Gazef, yang dilahirkan sebagai seorang rakyat biasa, dibenci oleh banyak anggota dari Fraksi Bangsawan.
Jika itu adalah anggota dari Fraksi Kerajaan, sang Raja akan ikut menyela, tapi karena Count Ritton miliki pihak oposisi, sang raja hanya bisa mengerutkan alisnya.
"Kelihatannya memang Empire yang membakar desa petani di dekat E-Rantel, ya kan? Kapten Warrior memang berkata sesuatu tentang Slaine Theocracy, lalu menerima bantuan dari seorang yang bernama Gown, ya kan? Bukankah dia terlibat dengan Empire? Dan bukankah orang lain juga berkata mayat-mayat dari para penyergap yang hampir membunuh Kapten Warrior hilang tanpa jejak?"
Di dalam ingatannya, Gazef teringat dengan pemandangan dari anggota terkuat dari Six Scriptures, begitu juga dengan siluet agung Ainz Ooal Gown.
"Meskipun mayat-mayat itu menghilang seperti yang dikatakan oleh Count Ritton, aku tidak merasa Empire ikut terlibat. Ketika aku berada di desa Carne, para knight yang menyerang kami jauh lebih kuat daripada Empire. Mereka menggunakan angel, dan tidak diragukan lagi jika mereka adalah sebuah unit dari Slane Theocracy."
"Dan mengapa Theocracy melakukan itu?"
Bagaimana aku tahu?
Memang benar, jika Gazef bisa memberikan jawaban seperti itu, akan membuat jauh lebih baik.
Saat rapat akan jatuh ke dalam petengkaran karena diamnya Gazef, sebuah suara bantuan terdengar dari samping Ritton.
"Magic caster gila itu tidak ada hubungannya! Apa yang harus kita putuskan adalah bagaimana merespon Kaisar palsu, bukankah begitu, Yang Mulia?"
"Seperti yang dikatakan oleh Marquis Bowlrob. Kita harus memutuskan apa jawaban Kingdom nantinya."
"Aku mohon izin untuk bicara." Marquis Pespeya berkata terlebih dahulu. "Menerima syarat sang kaisar akan sangat sulit. Satu-satunya pilihan kita adalah perang."
Penyebutan perang sontak memicu aktivitas diantara barisan para bangsawan.
"Ah-ah, sekarang adalah waktunya menghajar mereka untuk selamanya, lalu membawa peperangan itu ke pintu Baharuth Empire."
"Kamu memang bena, aku sudah lelah dengan penyerang Baharuth Empire yang terus menerus."
"Sudah waktunya kita beritahu pada orang-orang bodoh di Empire itu siapa yang mereka hadapi!"
"Tepat sekali, seperti yang dikatakan oleh Marquis."
Ucapan ini, digencet oleh tawa yang tersebar dan berulang kali ke seluruh penjuru kerumunan para bangsawan, membuat Gazef jengkel tak tertahankan di telinganya.
Dalam beberapa tahun belakang ini, mereka telah bertemu dengan sang Kaisar di medan perang Katze Plain.
Sebagian besar, mereka hanya menarik garis pertempuran dan saling berhadapan satu sama lain, atau bertukar senjata dengan kekalahan kecil pada Kingdom. Tahun ini mungkin tidak lebih akan sama, dan para bangsawan menghirup udara kelemahan saat mereka membayangkan kejadian yang lama terulang lagi.
Namun, Gazef berbicara, didorong oleh teriakan nalurinya sebagai warrior.
"Jangan dikira pertempuran ini akan berakhir seperti peperangan kecil yang selalu terjadi!"
Para bangsawan terlihat seakan mereka baru saja diguyur dengan air dingin satu ember, lalu menoleh dengan tampang benci kepadanya.
"Oh begitu, Ini adalah apa yang dipercayai oleh Kapten Warrior. Bisakah kamu memberikan kepada kami sebuah alasan untuk itu?"
"Ya, Yang Mulia, itu adalah-"
Bayangan dari orang tertentu membunyikan alarm di hatinya.
"-Bisa dikatakan, itu karena magic caster hebat itu, Ainz Ooal Gown."
"Meskipun begitu, satu-satunya dari kami yang benar-benar melihat wajahnya langsung adalah anda, Kapten Warrior. Itu artinya kami harus memberikan beban kepada ucapanmu. Bisakah kamu katakan kepada kami apa yang membuatmu berkata begitu?"
Gazef tidak tahu bagaimana menjawabnya. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi naluri warriornya berkata kepadanya bahwa membuat keputusan perang seperti itu akan sangat berbahaya.
"Yang MUlia, tidak bisakah anda menyerahkan perbatasan E-Rantel ke Empire, tidak, ke magic caster itu?"
Setelah sejenak terdiam, teriakan beterbangan seperti hujan.
"Dasar pengecut dan penakut! Sampai seberapa memalukannya kamu, dasar berhati ayam?!"
Teriakan ini datangnya dari bangsawan-bangsawan di Fraksi Kerajaan.
"Setelah Yang Mulia menunjukkan kepadamu kebaikan, kamu berpaling dan mengatakan kepadanya untuk menyerahkan kepemilikannya kepada orang luar? Sejak kapan kamu mulai melayani Kaisar Palsu?! Apalagi, kamu bahkan belum menjawab pertanyaan Yang Mulia!"
Di hadapan hinaan yang layak seperti itu, Gazef tidak bisa menjawab. Jika dia ada di posisi mereka, dia mungkin akan melakukan hal yang sama.
"Cukup."
Yang mengulurkan tangan ke arah Gazef kali ini adalah rajanya yang dicintai.
"Tapi, Yang Mulia!"
"Aku sangat berterima kasih terhadap bawahanku sangat tersentuh karena diriku. Karena alasan itulah aku meminta kalian mengingat bahwa Kapten Warriorku takkan pernah mengkhianatiku. Demi diriku, dia sudah berulang kali tanpa mengenal takut menusukkan diirnya ke dalam bahaya. Seseorang seperti itu takan pernah melakukan apapun yang akan melukaiku."
Para bangsawan yang berteriak kepada Gazef membungkuk kepada sang raja. sambil mengakui kenyataan ini, dia melanjutkan berbicara kepada Gazef.
"Kapten Warrior, yang aku percayai seperti tangan kananku. Meskipun kamu adalah yang mengajukan proposal itu, aku tidak bisa menyetujuinya. Tak ada penguasa yang akan menyerahkan tanahnya tanpa sebuah pertarungan. Tindakan seperti itu tidak bisa diperbolehkan demi orang-orang yang hidup di atasnya."
Menyerahkan tanah sambil memindahkan seluruh penghuninya tanpa melukai mereka tak lain hanyalah dongen. Meskipun itu bisa dilakukan, tidak mungkin para penduduk yang pindah akan hidup seperti dulu, dan pada akhirnya hidup mereka akan jauh lebih buruk dari itu.
"Memang tidak diragukan begitu, Yang Mulia, dan saya harap anda akan memaafkan saya atas perkataan saya yang bodoh."
Gazef merendahkan kepalanya kepada sang raja, yang sangat mencintai rakyatnya, bicara kepadanya. Jika dia seorang bangsawan yang hanya melihat rakyatnya sebagai cara untuk mengeruk keuntungan, raja takkan berbicara seperti itu. Karena kebaikan hati sang raja yang membuat Gazef rela bersumpah mempertaruhkan hidup untuknya.
Dia mengingat ucapan yang dia katakan kepada wakil kaptenya setengah tahun yang lalu.
"Ketika kamu mencari bantuan, yang akan datang adalah para bangsawan. Yang kuat akan membawa bantuan."
"Merekalah yang akan datang membantu yang lemah, tak perduli bahayanya."
Gazef yang sebelum memasuki turnamen beladiri besar takkan pernah berkata demikian. Terlebih lagi wakil kaptennya, dia akan berpikir tak ada bangsawan yang akan membahayakan diri mereka untuk orang biasa.
Setelah dia mulai melayani sang raja, bagaimanapun, Gazef menyadari untuk pertama kalinya jika bangsawan seperti itu ada. Sayangnya, bangsawan itu kurang dalam hal kekuasaan.
Ada banyak nyawa yang tidak bisa dia selamatkan, dan setara dengan banyaknya insiden dimana harga diri tidak berguna dari para bangsawan telah membuat mereka melemparkan rintangan di jalannya.
Meskipun begitu, orang yang dia layani tidak menyerah. Dia terus bekerja membangun sebuah kerajaan dimana rakyatnya akan bisa hidup lebih baik dari hari demi hari.
Gazef sangat bangga dengan rajanya, Ranpossa III. Jika bukan karena itu, dia sudah pasti akan beralih kepada Empire ketika sang Kaisar sendiri telah mencoba untuk mendapatkannya.
Tapi memang karena dia adalah orang seperti itu sehingga awan gelap menggantung di hatinya.
Apa yang diucapkan oleh sang raja itu memang benar, dan dia memiliki sudut pandang yang benar. Raja selalu penuh kasih sayang, tapi Gazef tahu alasan mengapa sang raja harus mengucapkan nada yang kasar itu.
Setelah kekacauan yang disebabkan oleh iblis, keseimbangan kekuatan antara dua fraksi berubah drastis.
Setelah waktu yang lama, Kingdom telah dipecah ke dalam dua Fraksi yang sebagian besar setara hingga saat ini, namun sekarang Fraksi Kerajaan telah melebar, sementara Fraksi bangsawan telah berkurang.
Karena sang raja dengan beraninya berkuda maju dan mendorong Jaldabaoth mundur, dia terlihat oleh orang-orang sebagai seorang penguasa yang kuat, dan sejumlah bangsawan mendukung di belakang sang raja. Oleh karena itu, sang raja tidak bisa menunjukkan kelemahan disini. Namun, berkata demikian itu artinya-
"Tetap saja, Kapten Warrior ada benarnya, ya kan? Kita tidak bisa menghindari perang hanya karena satu kota. Seorang raja juga memiliki tugas untuk mencegah penderitaan rakyatnya. Bukankah raja yang sebenarnya akan rela mengorbankan tubunya sendiri demi rakyatnya?"
Yang berbicara itu adalah dari Fraksi Bangsawan. Ucapan itu memang indah, tapi itu sudah diperhitungkan untuk mengurangi jumlah tanah yang dikendalikan oleh raja, dan oleh karena itu, Fraksi bangsawan membantah mereka.
"Tanah itu diatur oleh sang raja! Jika kamu ingin menyerahkan tanah kerajaan, mengapa kamu tidak menyerahkan milikmu dahulu?!"
Fraksi Bangsawan juga membalas dengan cepat.
"Omong kosong apa itu?! Empire telah meminta E-Rantel dan sekitanya! Apakah kamu benar-benar mereka akan menerima tanah dari sisi lain Kingdom? mengapa kamu tidak berpikir dahulu sebelum bicara?!"
Fraksi Kerajaan telah menjadi lebih besar, sedangkan Fraksi bangsawan semakin lemah. Itu hanya membuat Fraksi bangsawan bahkan lebih mati-matian melumpuhkan sang raja.
Keseimbangan yang kacau diantara dua fraksi itu adalah sumber tidak enak Gazef. Di dalam usaha mereka yang mati-matian ntuk mengikis kekuasaan dari Fraksi Kerajaan, mereka mungkin akan membuat Kingdom jatuh ke dalam perang saudara.
Karena itu, wajar bagi sang raja yang ingin meredakan potensi pemberontakan dengan mendemonstrasikan kekuatannya. Tapi itu berarti-
Jika dia tidak bisa mengakui kelemahannya, bukankah itu adalah bahaya tersendiri?
Tersesat dalam pemikirannya, Gazef kembali kepada kenyataan setelah beberapa tatapan keras dari anggota Fraksi Kerajaan. Karena dia sudah menyarankan penyerahan wilayan Kingdom, mereka pasti berpikir dia sudah pergi ke arah Fraksi Bangsawan.
Mereka memberikannya tatapan yang berkata, "Dasar kamu rakyat rendahan yang baru naik kelas, apakah kamu sudah lupa kebaikan yang telah diberikan sang raja kepadamu?"
"Lalu, mengapa bukan kamu yang menawarkan pertukaran tanahmu dengan E-Rantel, lalu menyerahkannya?!"
"Memangnya tanah bisa dibeli dan dijual seperti babi di pasar! Dasar bodoh!"
"Kamu yang bodoh disini."
Pertengkaran anak-anak telah menelan seluruh ruang rapat. Di masa lalu, pertengkaran seperti ini akan berakhir dengan jalan buntu karena keseimbangan kekuatan yang sama, tapi sekarang suara dari Fraksi Kerajaan lebih keras dari Fraksi Bangsawan.
Biasanya, sang raja akan menghentikan ini. Dia kelihatannya tidak berniat melakukannya sekarang, mungkin karena pihak kerajaan memiliki keunggulan.
Tak ada yang akan menghentikan keadaan yang menguntungkan diri mereka. Sang raja pasti juga ingin mengalirkan frustasinya dengan Fraksi Bangsawan.
Sepertinya dia sedang mabuk oleh racun yang manis.
Perlahan, Gazef mulai merasakan sebuah keyakinan hitam dan dingin di mata Fraksi bangsawan.
Secara tak sadar, dia bergidik.
Serangan dari demon terkuat Jaldabaoth menjadi awal semuanya.
Waktu itu, keputusan raja untuk ikut ambil bagian dalam medang perang memang diperdebatkan apakah memang yang terbaik. Tanpa bantuannya, garis pertempuran mungkin akan hancur dan para petualang akan dikalahkan. Jika 'Blue Rose' juga ikut dengan mereka, Kingdom akan berada dalam keadaan yang sangat sulit.
Namun, saat Gazef melihat ke arah pemandangan yang terbuka di depannya, dia mau tidak mau penasaran apakah mereka seharusnya melakuakn hal lain malahan.
Apa yang terjadi dengan sesi pertemuan ini jika keadaan dari kedua Fraksi menjadi setara?
Entahlah, tapi..ah, benar sekali, bagaimana jika kita kalah dalam peperangan dengan Empire ini? Apakah kita akan terus melawan sampai akhir? Kekuatan dari Fraksi Kerajaan akan sangat berkurang banyak, sementara Fraksi bangsawan akan naik. Apakah kita akan kembali ke hari-hari ketika keduanya seimbang? Atau apakah keseimbangan kekuatan akan hancur sama sekali dan menjadikan negeri ini jatuh ke dalam perang saudara? Apakah itu tidak apa?
Dia tidak senang dengan perasaan ini... Perasaan yang meskipun dia sudah membuat keputusan sendiri, dia pada akhirnya masih menari dalam nyanyian orang lain.
Jangan-jangan semua ini sudah direncanakan sejak aku bertemu dengan Gown-dono? Aku tidak ingin berpikir seperti itu, tapi aku tidak merasakannya saat kami berbicara satu sama lain di waktu yang pendek itu.
Dari cara Gazef menyapanya dengan gelar bahkan dalam cara bicaranya - dan dia pikir - jelas sekali dia tidak berniat jahat kepada magic caster Ainz Ooal Gown.
...Mungkin dia bisa mengambil alih dengan aman .... ah, tidak, jika aku terus berpikir seperti ini akan menjadi pengkhianatan.
"Kurasa sudah waktunya kita menghentikan pertengkaran kecil ini."
Sebuah suara pria yang dalam membelah keributan - semuanya terdiam saat mereka mencoba menemukan sumbernya.
Gazef menggigit bibirnya saat orang lain merampas peran yang seharusnya dimainkan sang raja.
Kemenangan itu semanis madu...
Dia tidak berpikir itu adalah hal yang besar. Namun, apakah sang raja sudah lupa dengan kemanisan itu? Apakah sang raja yang sangat dibanggakan oleh Gazef sudah hilang? Dia tidak bisa menghapus pemikiran itu dari otaknya.
"Yang Mulia, jika penyerangan Empire adalah keputusan yang tak dapat dielakkn, maka kita harus mempersiapkan diri."
"Marquis Raeven, yang mulia sendiri-"
Ucapan dari Fraksi bangsawan itu disela oleh Raeven.
"-Aku akan berterima kasih jika mau memikirkannya. Jika pasukan yang mulia dikalahkan, siapa yang tahu kemana Empire akan menyerang selanjutnya? Jadi, demi melindungi daerahku, aku akan melindungi Yang Mulia."
Keheningan terjadi.
Pasukan Kingdom adalah wajib militer sipil. Tidak mungkin mereka menandingi para knight dari Empire. Satu-satunya cara mengalahkan keunggulan Empire dalam kualitas pasukan adalah dengan jumlah pasukan. Begitulah keadaan yang terjadi selama beberapa tahun, tapi jika mereka tidak bisa mengumpulkan pasukan yang cukup untuk menandingi Empire, maka hasil dari peperangan itu sudah menjadi kesimpulan yang tak terelakkan.
Setelah mendengar ucapan dari Raeven, anggota dari Fraksi bangsawan membayangkan para knight dari Imperial memporak-porandakan wilayahnya pula.
Yang pertama mendukung sang raja adalah para bangsawan yang memiliki tanah di antara ibukota dan E-Rantel, diikuti oleh para bangsawan yang terikat erat dengan kelompok pertama, dan pada akhirnya, semua bangsawan menyerahkan seluruh dukungannya.
"Baiklah. Kalau begitu, kita akan menunda balasan kita kepada Empire, dan mengumpulkan pasukan di tempat biasa sebelum kita menjawab mereka. biasanya, aku akan pergi pula."
"Tolong biarkan aku bergabung denganmu di medan perang, ayah!"
Yang berteriak adalah Pangeran Barbro, yang menunggu tanpa bicara di samping hingga sekarang.
"...Tidak, tidak. Tidak perlu anak tertua dan pewaris takhta pergi ke medan. Aku akan menangani ini."
Pangeran mahkota Barbro menoleh ke arah yang bicara, pangeran kedua Zanack. Jawaban barbro singkat dan langsung ke permasalahannya.
"Tidak perlu?!"
Bantahannya dipenuhi dengan kemarahan.
Tawaran Zanack adalah hal yang beralasan. Karena sang raja sudah menuju medan perang, akan terlalu berbahaya membawa putra tertuanya bersama dengannya. Barbro mengerti ini, meskipun begitu, penolakannya datang dari kebencian kepada Zanack.
Kebencian itu sekali lagi timbul dari kekacauan iblis.
Ketika kekacauan oleh iblis, Zanack berpatroli di ibukota dan mendapatkan pujian dari banyak penduduk. Barbro, di lain pihak, bersembunyi di dalam istana, dan oleh karena itu, jumlah bangsawan yang mendukung Zanack meningkat pula.
Sekali tatap, Zanack tidak tampak sangat heroik, dan berlawanan antara tampang dan keberaniannya menarik perhatian. Sebaliknya, Barbro terlihat menakjubkan, namun ketiadaan tindakannya membuatnya terlihat seperti pengecut. Agar bisa menghapus rasa malu ini, Barbro ingin pergi ke medan perang untuk menunjukkan keberaniannya.
Putra mahkota memang warrior yang cukup berbakat, sesuai dengan penampilannya. Meskipun dia dibawa ke dalam kehidupan yang mewah, dan tidak setara dengan bodyguard dari Putri Renner Climb yang tanpa lelah terus melatih dirinya, dia masih bisa dikatakan sebagai petarung terkuat dari keluarga kerajaan. Baginya, tidak terpikirkan sama sekali jika Zanack - yang akan kehilangan keseimbangannya setelah mangayunkan sebuah pedang sekali saja, karena berat badannya - bisa dianggap sebagai warrior yang lebih hebat daripada dirinya. Itu adalah rasa malu yang tidak bisa dia tahan. Meskipun Marquis Raeven pernah berkata, "Apa gunanya kemampuan berpedang seorang raja?", Barbro lebih lemah dalam hal hal intelektual dari Zanack, dan oleh karena itu, dia bahkan lebih bertekad untuk tidak kalah dalam bidang perang yang dia pilih.
Tak perduli bagaimanapun, seseorang tak bisa terus-terusan menguntik di belakang lawannya dalam permainan takhta.
Perut Gazef terasa sakit saat dia mempertimbangkan potensi krisis yang bersembunyi di dalam Kingdom.
Meskipun dia ingin berhenti dari tugas setelah sang raja turun takhta dan mendedikasikan dirinya untuk melindungi Ranpossa III, realistisnya, itu akan sangat sulit dilakukan.
Ditambah lagi, mungkin akan menjadi kegagalan dirinya sebagai seorang bawahan yang setia kepada Yang Mulia jika dia bahkan tidak bisa menyelamatkan sebuah nyawa yang tidak bisa dia selamatkan. Apalagi turun takhta sang raja sendiri masih dipertanyakan.
Jika ada seseorang yang bisa menggantikannya, maka dia akan dengan senang hati menyerahkan posisinya. Namun, orang seperti itu memiliki persediaan sangat sedikit. Ada satu orang yang bisa setara dengan Gazef, tapi dia sendiri takkan pernah setuju menjadi Kapten Warrior.
Apa yang Brain rencakan di masa depan? Apakah dia memiliki sesuatu dalam rencananya?
Meskipun Brain telah menjadi bawahan langsung Putri Renner, Gazef merasa dia akan segera pergi. Jika dia menghilang, mungkin untuk mengasah kemampuan berpedangnya. Sebagai seorang pria yang diikat oleh istana, Gazef mau tidak mau mengagumi cara hidupnya itu.
Dia teringat dengan kemampuan berpedang Brain yang sangat terasah.
Setelah keributan oleh iblis, Gazef dan Brain telah bertarung dalam sparring persahabatan.
Meskipun gazef menang dalam pertandingan yang tak resmi itu, dia bisa merasakan lamanya Brain dalam mengasah pedangnya saat angin dari pedangnya bertiup melewati rambutnya.
Siapa yang tahu, di dalam beberapa tahun nanti, Brain mungkin akan menjadi lebih kuat dari dirinya.
Jika Brain setuju untuk mengambil alih tempatku, aku akan memfokuskan energi milikku untuk melatih generasi selanjutnya, agar Kingdom akan memiliki cadangan warrior yang terlatih di masa depan.
"Aku sangat setuju!"
Suara Marquis Bowlrob menghentikan pemikiran Gazef. Sekarang bukan waktunya untuk mengkhawatirkan masa depan yang masih jauh.
"Jika anda izinkan saya, saya akan dengan senang hati menambahkan pasukan terkuat saya untuk berusaha melindungi Yang Mulia sendiri. Bagaimana dengan itu, Yang Mulia?"
"Umu. Kapten Warrior, bagaimana menurutmu?"
Dia tidak bisa pura-pura tidak mendengar itu. Itu akan menjadi sebuah kebohongan. Gazef mempertimbangkannya dengan sungguh-sungguh, sambil mengabaikan perubahan alis dari Raeven.
Mungkin saja itu adalah tawaran dari Bowlrob, yang mendukung Barbro sebagai raja selanjutnya, karena Barbro bertarung di depan. Namun, Gazef tidak mempunyai bukti untuk ini, jadi hanya ada satu jawaban yang bisa dia berikan.
"Saya yakin itu semua tergantung dari pendapat Yang Mulia."
Raja mengangguk dalam-dalam, dan Gazef tiba-tiba merasakan perasaan bersalah.
"Begitukah... kalau begitu, jika memang begitu... maka kamu seharusnya ikut juga."
"Ya! Biarkan saya mempersembahkan kepala kaisar palsu kepada anda, Ayah!"
Saat dia mendengarkan balasan antusias dari Barbro, Gazef hanya bisa berharap jika persiapan yang akan datang akan menyingkirkan awan ketidak tenangan yang terbentuk di hatinya.
-----
Kemampuan politik Marquis Raeven memang tidak ada tandingannya diantara Enam Bangsawan Besar, jadi bisa diduga kantor dimana dia menunjukkan kemampuannya memang menakjubkan. Namun, bukan itu masalahnya. Banyak orang yang akan terkejut dengan bagaimana perintah-perintah yang akan menentukan masa depan Kingdom Re-Estize dibuat di tempat yang sempit dan sederhana tersebut.
Interior ruangan itu dipenuhi dengan rak-rak buku, dan buku-buku serta gulungan-gulungan itu ditata rapi dengan cara yang menunjukkan kepribadian dari pemiliknya. Namun, bukan karena hal ini ruangan itu terlihat sangat kecil, meskipun sebagian memang adalah alasannya.
Alasan terbesar tidak terlihat oleh mata telanjang.
Rumah Raeven dibangun dari batu bata yang dibungkus oleh plesteran. Ini memang hal yang biasa di kalangan rumah bangsawan, dan kantor Raeven bukan pengecualian.
Namun, interior dari dinding-dinding ini dibungkus dengan lapisan tembaga yang menutup seluruh ruangan.
Ini dilakukan agar bisa menghadang mantra yang digunakan untuk menguping, mengamati atau mendeteksi lokasinya.
Ruangan tanpa jendela itu terasa sedikit klaustrofobia, tapi dari sudut pandang efektifitas biaya, itu adalah praktis dan harus ditanggung.
Setelah kembali dari istana Valencia, Raeven langsung menuju kantor ini, yang memang bisa menghadang magic. Dia menyeberang ke sisi lain dari meja kerjanya sebelum menjatuhkan diri ke kursinya, tubuhnya sudah kehabisan energi.
Lalu, dia menutupi wajahnya dengan tangan. Dia tidak terlihat sedikitpun seperti bangsawan besar yang mengkomandoi kekuatan yang tak tertandingi dan memiliki keistimewaan dari Kingdom. Malahan, dia terlihat seperti seorang pria paruh baya, yang kelelahan oleh beratnya stres dan tanggung jawab.
Dia menaikkan untaian rambut pirangnya yang lemas dengan jari, menyisirnya kembali ke atas saat wajahnya berubah.
Setelah mengambil nafas dalam-dalam, stres yang terkumpul selama sesi rapat berubah menjadi marah, yang memenuhi hatinya. Dalam sekejap kemarahan itu sudah melampau batas, dan meledak seperti sebuah ledakan.
"Dasar mereka orang yang sangat, sangat, sangat, sangat bodoh itu!"
Tak ada yang mengerti apa yang terjadi. Tidak, jika seseorang mengerti dan memanfaatkan situasinya, mereka malahan akan menjadi ahli dalam strategi.
Sekarang ini, Kingdom sedang menghadapi bahaya besar.
Hasutan perang dari Empire yang terus-terusan membuat masalah yang sangat gawat seperti kurang pasokan pangan, dan juga ada masalah lain yang mulai muncul. Satu-satunya alasan mengapa tidak ada keretakan di dalam Kingdom yang muncul sejauh ini adalah karena para bangsawan yang benar-benar percaya "kita hanya perlu bertahan sedikit lebih lama lagi sampai fraksi lain jatuh dahulu."
Empire mempekerjakan warrior-warrior profesional yang dikenal sebagai knight, tapi Kingdom tidak memiliki prajurit yang setara diantara barisan mereka. Untuk melawan serangan Baharuth Empire, mereka membutuhkan rakyat untuk wajib militer demi keuntungan mereka. Dan tentu saja, itu artinya desa-desa akan segera kekurangan pekerja mereka.
Dengan hal itu sebagai tujuannya, Empire bertujuan untuk menyerang Kingdom selama musim gugur, musim panen. ketika mereka mereka sangat membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
Selama musim yang paling sibuk dari desa petani, dampak dari pria dewasa mereka - yang merupakan sumber tenaga kerja yang paling penting - menjadi hilang tidak bisa dianggap remeh. Tentu saja, ide untuk tidak melakukan wajib militer kepada banyak orang pernah terpikirkan, tapi menghadapi kekuatan militer Baharuth Empire, yang jauh terlatih dan bersenjata lebih baik, Kingdom tidak bisa mengerahkan perlawanan tanpa jumlah yang besar di pihak mereka.
Hanya ada satu kesempatan ketika kurangnya prajurit rakyat yang membuat kerugian besar untuk Kingdom. Untungnya, serangan balik yang dipimpin oleh Gazef berhasil, membunuh dua dari Empat Knight aslinya dan menghentikan perang, karena kedua pihak telah menang dan kalah. Namun, sebenarnya adalah kekuatan nasional dari Kingdom telah berkurang, dan karena kehilangan banyak penduduk, Kingdom keluar sebagai pihak yang kalah dalam hitungan.
Dan bahkan ketika saat itu...
"Dasar pengkhianat-pengkhianat kotor itu! Perebutan kekuasaan yang bodoh ini! Orang-orang yang bodoh itu, saling bertarung memperebutkan kursi yang bodoh!"
Marquis Volumlash, salah satu enam bangsawan besar, telah mengkhianati Kingdom dengan menjual informasi kepada Empire. Para bangsawan telah terpecah menjadi dua Fraksi dan berusaha mendominasi. Kedua Pangeran saling mengincar pewaris takhta seperti anjing-anjing yang berebut tulang.
Marquis Raeven memukul mejanya berkali-kali, menyalurkan kemarahannya.
"Raja juga tidak lebih baik! Dia memang tidak bodoh dan mabuk kekuasaan, tapi dia tidak berpikir sama sekali! Cara dia yang terus memegang takhta hanya akan mengipasi api dari krisis pergantian takhta menjadi semakin tinggi! Putri Renner memberinya kesempatan yang baik dengan membuat keadaan lebih menguntungkan kepada Fraksi Kerajaan, jadi dia seharusnya sudah segera memindahkan kekuasaan!"
Selama peristiwa keributan oleh iblis, yang satu-satunya menyemangati sang raja untuk ikut bertarung secara pribadi adalah Putri Renner.
Karena itu, pengaruh dari Fraksi Kerajaan semakin meningkat, dan mereka seharusnya bisa mewariskan takhta kepada Pangeran Zanack jika mereka sudah mengajukannya. Namun-
"Akhirnya berakhir seperti ini karena dia mengasihani putra pertamanya. Bukannya aku tidak mengerti perasaannya, tapi tak ada yang berpikir tentang apa yang penting! Tak ada sama sekali!"
Sejujurnya, ini tidak benar. Ada beberapa orang di dalam Kingdom yang memikirkan masa depan dan apa yang penting untuk negeri. Masalahnya adalah mereka semua adanya di kamp Raeven.
Dia seharusnya tidak memusatkan mereka semua di bawah sayapnya. Malahan, dia seharusnya secara hati-hati menyebarkannya ke fraksi lain dan mempengaruhi pemimpin mereka dari dalam. Namun, kejengkelannya tidak ditujukan kepada dirinya sendiri karena tidak melakukan hal ini sebelumnya, tapi kepada para anggota dari fraksi lain, yang kebodohannya memberikan sakit kepala kepada Raeven.
"Dasar bodoh, tiap-tiap mereka itu."
Raeven berteriak karena frustasi saat dia mengingat mereka, orang-orang bodoh yang hanya bisa melihat umpan yang diletakkan di depan mereka, yang kecerdasannya tidak lebih baik dari goblin.
"-Meskipun begitu, apa yang harus kulakukan? Pikir, Raeven, pikir!"
Kefrustasian Raeven semakin meningkat saat nafasnya tenang.
Dia harus berpikir bagaimana membuat Kingdom Re-Estize tetap berjalan, bahkan dihadapan bahaya sekalipun.
"Sebagai awalnya, perang dengan Empire ini berbahaya, terutama jika Ainz Ooal Gown itu memiliki komando kekuatan besar. Aku harusnya mulai dengan mengasumsikan dia bisa menyebabkan 10.000 korban nyawa sendiri sebelum aku mulai merencanakan strategi. Lalu di waktu yang sama, aku akan mendorong sang pangeran untuk menjadi raja selanjutnya... Apakah itu terlalu sulit?"
Raeven mengucapkan pemikirannya keras-keras sambil menatanya di pikiran. Sejujurnya, dia ingin berbagi masalah ini dengan seseorang dan mendiskusikannya.
Itulah kenapa Raeven mendukung Pangeran Zanack, Pangeran Kedua adalah satu-satunya sekutu bagi dia - meskipun sekarang ada orang lain lagi, Putri Renner - diantara para bangsawan. Keduanya mengerti bahaya yang akan dihadapi oleh Kingdom, dan dia menganggap putri itu sebagai seorang rekan seperjuangan ketika itu adalah perencanaan untuk masa depan.
Jika saja pangeran kedua bisa naik takhta, itu akan mengangkat beban dari bahu kanannya.
"...Kurasa dia tidak bercanda ketika dia menjanjikan untuk membuatku sebagai Perdana Menteri. Meskipun aku tidak bisa melepaskan beban di bahu kiriku, setidaknya itu akan meningkatkan kondisi Kingdom."
Tujuan Raeven saat ini adalah untuk menempatkan Pangeran Zanack ke dalam takhta. Jika dia gagal dengan itu, negeri ini akan selangkah lebih maju menuju keruntuhan.
"Dengan bantuan Putri Renner, tugasku akan lebih mudah, setidaknya."
Raeven menghela nafas berat saat dia mengeluarkan suara pemikiran dan rencana masa depannya.
Bahkan dia pun memiliki hari-hari ketika dia ingin begitu saja meletakkan semuanya dan menjauh.
Suatu ketika, kekhawatiran berlebihan bahkan membuatnya merenung menghancurkan Kingdom dengan tangannya sendiri, meskipun pemikiran tertentu itu hanya datang sekali dua kali.
Itu seperti sedang membangun istana dari pasir, dikelilingi oleh anak kecil yang mencoba untuk menendangnya. Suatu ketika, dia serasa ingin menghancurkannya sendiri, hanya agar membuat mereka tidak merasa puas. Tetap saja, dia memiliki alasan untuk mengabaikan keinginan menghancurkan itu dan tetap melakukan apa yang seperti biasanya.
Ada sebuah ketukan di pintu.
Suara itu kelihatannya datang dari posisi yang lebih bawah dari biasanya. Untuk sesaat, Raeven menunjukkan sebuah ekspresi yang tidak seperti biasanya. Mungkin bisa dikatakan ekspresinya meleleh; alisnya turun, dan bahkan sudut mulutnya bersikap santai tidak seperti biasanya.
"Oh, itu tidak baik. Aku tidak bisa menunjukkan wajah seperti ini."
Raeven memukul pelan wajahnya, karena semangatnya saja tidak cukup untuk mengembalikan sikap yang tepat. Setelah merapikan rambutnya yang acak-acakan, dia menoleh ke arah pintu logam dan berbicara kepada orang yang ada dibalik pintu itu agar bisa didengar. Meskipun suaranya keras, namun mengandung kelembutan yang mengejutkan menandakan bahwa dia tidak merah.
"Masuklah."
Kecepatan dari terbukanya pintu itu menandakan seberapa besar pihak lain sangat menantikannya.
Di sisi lain dari pintu ada seorang bocah laki-laki.
Sebuah wajah yang samar tersipu terlihat pada kulitnya yang pucat dari wajah bocah itu. Dia kelihatannya sekitar lima tahun, lalu dia melangkah menyeberangi lantai, berhenti di lutut Raeven.
"Wah wah, kamu tahu kamu tak boleh seharusnya berlarian di dalam, itu tidak sopan."
Sebuah suara wanita mengikuti bocah itu ke arah Raeven.
Dia adalah seorang wanita dengan wajah cantik yang dibayangi oleh kesuraman. Dia tidak terlihat seperti wanita yang bahagia. Pakaiannya memang mewah, tapi warnanya mati.
Wanita itu membungkuk tegak kepada Raeven, lalu tersenyum.
Dengan sedikit malu, Raeven membalas dengan senyum.
Istrinya mulai tersenyum baru-baru ini.
Raeven mau tidak mau teringat hari-hari itu.
Ketika dia masih muda, hatinya dipenuhi dengan ambisi dan dorongan tanda pemuda. Dan target ambisinya adalah singgasana.
Mengincar takhta adalah impian pengkhianatan.
Marquis Raeven yang masih muda, dipenuhi dengan kepercayaan diri dengan kemampuannya, mungkin merasa bahwa dia tidak memiliki tujuan lain yang layak sebagai tujuan selama hidupnya. Pada akhirnya, dia bekerja dengan lirih, membesarkan pengaruhnya, mengumpulkan kekayaan, memperluas koneksinya, menghancurkan musuhnya-
Mengambil istri tidak lebih dari sebagian dari rencananya. Selama dia bisa menjual posisi dari janda seorang bangsawan dengan harga tinggi, dia tidak perduli wanita macam apa yang nantinya dia dapatkan. Ternyata dia adalah seorang wanita cantik, namun suram, tapi Raeven tidak keberatan. Lagipula, hal terpenting adalah koneksi yang dia buat dengan keluarga istrinya.
Rumah mereka memang biasa.
Tidak, begitulah Raeven merasakannya. Dia menganggap wanita yang dia nikahi sebagai sebuah alat, tapi tidak ada cinta diantara mereka.
Saat takdir berjalan, ada suatu hal yang kecil yang merubah Raeven.
Dia menolehkan matanya ke arah bocah laki-laki di depannya.
Hal pertama yang dia pikirkan ketika dia tahu dia memiliki seorang anak adalah dia memiliki alat lain untuk digunakan. Namun, saat bocah itu lahir memegang jarinya dengan tangannya yang mungil, sesuatu terlihat hancur di dalam tubuhnya.
Ini adalah putranya, yang terlihat seperti monyet manusia. Dia memang tidak menganggapnya menggemaskan. Namun, ketika dia merasakan kehangatan yang memancar dari jarinya, hal-hal lain kelihatannya seperti menghilang.
Siapa yang perduli dengan takhta?
Pria yang didorong oleh ambisi telah hilang, tidak terlihat dan tidak bersedih.
Lalu, ketika Raeven tersenyum berterima kasih kepada istrinya yang baru saja melahirkan putranya, dia secara gamblang teringat ekspresi wajah istrinya, yang memang lucu, meskipun dia tidak mengatakannya dengan keras. Dia teringat bertanya, "Siapa dia?"
Waktu itu, istrinya menganggap bahwa ini hanya sebuah keanehan yang disebabkan karena tahu dia memiliki keturunan. Namun, Raeven terus-terusan berubah setelah ini, dan itu membuat istrinya bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan suaminya.
Pada akhirnya, ketika istrinya mempertimbangkan suaminya yang sebelum ini dan sesudah perubahannya, dia memutuskan bahwa dia lebih memilih Raeven yang baru, dan sikapnya berubah pula. Dua orang itu, pada akhirnya, menjadi sepasang suami istri yang biasa.
Raeven membungkuk dan mengangkat putranya, yang mencoba merangkul lutut Raeven.
Si bocah tertawa gembira saat dia dipangku oleh Raeven. Dia bisa merasakan panas dari tubuhnya melalui pakaiannya, dan berat badan yang sudah akrab terasa nyaman. Sebuah kepuasan yang hangat dan menenangkan terpancar tiada akhir dari hatinya.
Sekarang, Raeven hanya punya satu tujuan.
'Aku ingin meninggalkan wilayah yang dijaga dengan baik kepada putraku' Itu adalah tujuan yang dimiliki oleh ayah bangsawan manapun.
Raeven melihat hangat kepada bocah yang ada di kakinya, lalu berbicara kepadanya.
"Ada apa-chu? Rii-tan? Chuchu~"
Hanya dua orang di dunia ini yang bisa melihat seorang bangsawan besar yang mengerucutkan bibirnya dan membentuk "~chu".
Salah satunya, si bocah itu, yang tertawa kegirangan.
"...Sayang, berbicara dengan bahasa bayi hanya akan mengganggu tata bahasanya."
"Hmph! Omong kosong, itu tak lebih hanyalah rumor yang tak berdasar."
Meskipun mulutnya berkata demikian, Raeven sadar bahwa gawat nantinya jika dia membesarkan putranya dengan buruk.
Karena dia adalah putranya, itu artinya dia pasti memiliki semacam bakat. Atau lebih tepatnya, tidak perduli meskipun dia tidak memiliki bakat, tapi sebagai orang tuanya, mereka memiliki kewajiban untuk menemukan dan mengasah kemampuan dari anak-anak mereka. Oleh karena itu, menjadi pengaruh yang buruk kepadanya adalah hal yang tidak mungkin. Tetap saja, dia tidak akan membuang nama kesayangan baginya.
Lagipula cinta adalah guru terbaik.
"Bukankah itu benar, ya kan Rii-tan? Ada apa? Apakah kamu ingin mengatakan sesuatu kepada Papa?"
Raeven mengabaikan ekspresi gelisah istrinya dan bertanya lagi.
"Ehehehe, tentang hal itu~"
Dia terlihat seperti ingin berbagi semacam suatu rahasia, melihat dari caranya yang menutupi mulut dengan tangan kecilnya. Saat dia melihat gerakan itu, sudut mata Raeven menjadi tenang, dan dia membuat satu wajah yang takkan diduga dibuat oleh pria yang dianggap sebagai ular itu.
"Yah, apa itu? Bisakah kamu bilang kepada Papa~n? Uwah~ apa itu?"
"Makan malam hari ini~"
"Mm, mm!"
"Itu adalah kesukaan Papa!"
"Mm! Papa~n akan sangat senang! Apa makan malam hari ini?"
"ikan Gabra a la meuniere."
"Begitukah- Ada apa? Rii-tan?"
Raeven melihat ekspresi tidak senang di wajah putranya lalu cepat-cepat bertanya.
"Seharusnya aku yang mengatakannya!"
Sebuah petir terlihat seakan berkelebat di punggung Raeven.
"Apakah itu -chu er, maksudku, benarkah itu? Yah, kalau begitu Papa~n yang salah. Maafkan Papa. Rii-tan, apakah kamu ingin mengatakan sesuatu?"
Saat Raeven melihat ke arah istrinya dengan alis yang mengkerut, istrinya, yang tak tahu apa yang harus dilakukan, menutupi wajahnya.
"Rii-tan, mengapa kamu tidak bilang kepada Papa~n?"
Dengan sebuah suara 'hmph' jengkel, bocah itu membuang wajahnya ke samping. Gerakan kecil itu memiliki benturan besar kepada Raeven. Dengan wajahnya yang dipenuhi keputusasaan, dia terlihat seperti baru saja diperintahkan bunuh diri.
"Aku benar-benar minta maaf Rii-tan, Papa~n itu bodoh dan lupa semuanya, bisakah kamu katakan kepada Papa?"
Putranya menoleh ke arah Raeven dari sudut matanya. Dia kelihatannya belum siap membuat keputusan.
"Tidak mau bilang kepada Papa~n? Papa~n akan nangis nih~"
"Itu - Tentang itu, itu adalah ikan kesukaan Papa~"
"Benarkah? Papa gembira sekali mendengarnya!"
Raeven tidak bisa menahan keinginan untuk mencium pipi putranya. Karena geli, bocah itu tertawa polos.
"Baiklah, ayo pergi makan malam!"
"---Kurasa masih belum siap."
"-Apa."
Ekspresi jengkel menyebar di muka Raeven, seakan sebuah baskom berisi air dingin disiramkan ke kepalanya. Meskipun itu adalah masalah yang mudah memerintahkan kepada koki untuk bergegas, mereka masih butuh waktu untuk mengikuti langkah yang tepat melakukan pekerjaan mereka, dan langkah-langkah itu harus dilakukan dengan timing yang spesifik. Oleh karena itu, jika dia dengan egoisnya mengganggu rutinitas mereka, makanan tidak akan seenak biasanya.
Oleh karena itu, meskipun dia tidak senang menunggu. Raeven tidak memberikan perintah itu. Karena dia ingin putranya makan dengan makanan yang terbaik.
"Baiklah, ayah harus kerja. Ayo pergi."
"Kay~"
Raeven tidak bisa menyembunyikan kesedihan yang dia rasakan saat dia mendengar balasan dari putranya.
"Koff! Tunggu, sebenarnya, aku sudah selesai bekerja."
"Benarkah?"
"Ya, benar kok. Jangan khawatir, pekerjaan sudah selesai."
"...Begitukah? Tidak baik menundanya."
"..."
Meskipun sang istri menatap dengan tatapan dingin, Raeven tidak ingin melepaskan putranya. Dia memeluk bocah itu dengan erat, lalu menghela nafas saat dia merasakan kehangatan dari tubuh putranya mengalir kepadanya.
"...Yah, aku juga lagi buntu," gumam Raeven. "Kelihatannya aku tidak bisa menyelesaikannya dalam sehari."
Ini bukan alasan. Dia tidak punya sesuatu yang mendesak untuk diselesaikan.
Istrinya mengangguk menyambutnya.
"Aku mengerti, tapi tetap saja... kelihatannya benar-benar susah."
"Itu yang kukatakan. Aku tidak perlu tambahan tangan dan kaki untuk bekerja, cuman kepala yang bagus."
"Bagaimana dengan saudaraku?"
"Dia memang berbakat, tapi karena keluargamu sudah cukup sibuk dengan wilayahnya sekarang. Kurasa aku tidak bisa memanggilnya kemari, ya kan? Apakah kamu tahu orang lain lagi yang bisa dipercaya?"
Raeven sudah menanyakan pertanyaan ini berulang kali, dan istrinya telah memberikan jawaban yang sama; tidak ada bangsawan yang bisa menghadapi masalah ini seperti dirimu.
Sebenarnya adalah jika orang lain seperti itu, kehidupannya tidak akan sesulit ini sekarang. Pada akhirnya, yang bisa dia lakukan hanyalah mencari di kalangan orang biasa. Jika ini adalah tempat seperti Empire, dimana sistem pendidikannya terpusat untuk melatih orang-orang agar siap untuk melayani umum, maka keadaan akan baik-baik saja, tapi di dalam Kingdom, mencari bakat tersembunyi seperti mencari sebuah jarum di dalam tumpukan jerami. Yang bisa dia lakukan adalah mendengar rumor orang berbakat dan merekrut mereka.
Saat dia berpikir betapa banyak waktu dan usaha yang dibutuhkan, hati Raeven tenggelam. Saat ini, putranya memiliki ide yang bagus.
"Papa~n, aku ingin membantumu bekerja juga~"
"Uwah~ Rii-tan, terima kasih banyak! Aku paling menyayangi-chu!"
Raeven tidak berhenti menciumi putranya saat dia melanjutkan bahasa bayinya. Ini tidak diragukan lagi adalah saat-saat paling membahagiakan dalam hidupnya.
Dia bisa melupakan stres dalam sehari-harinya dan mendapatkan sebuah kedamaian kecil.
Meskipun aku harus mengorbankan diriku, aku akan melindungi semua ini, Raeven bersumpah di dalam hatinya.
Rapat diadakan di dalam istana Valencia dari Re-Estize Kingdom. Gazef Stronoff - yang berdiri tak bergerak di samping raja Ranpossa III selama ini - melebarkan matanya saat dia melihat pemandangan dari enam pimpinan dari keluarga bangsawan agung Kingdom.
Enam orang itu berkumpul bersama adalah sebuah kejadian yang memang langka.
Masing-masing dari mereka mengendalikan cukup banyak kekayaan, tanah dan wilayahnya menyaingi, jika bukan secara langsung melampaui, sang raja. Karena ini, mereka secara rutin menemukan alasan terhadap pemanggilan dari raja, terutama pemimpin dari Fraksi anti keluarga kerajaan - Marquis Bowlrob, yang bahkan tidak ingin repot-repot menyembunyikan penghinaannya terhadap sang raja. Itu sudah cukup buruk hingga sementara, orang-orang mengira Kingdom mungkin akan runtuh dari dalam.
Selanjutnya, mata Gazef menuju ke arah tiga anak dari sang raja.
Yang paling mencolok mata adalah putri ketiga dari sang raja, 'Putri Emas', Renner Theiere Chardelon Ryle Vaiself.
Setelah itu adalah Pangeran kedua, Zanack Valurean Igana Ryle Vaiself. Ketika kericuhan akibat iblis, dia telah mendapatkan banyak pujian ketika dia, sebagai seorang keturunan raja, bergerak keluar demi rakyat.
Yang terakhir adalah putra tertua, Pangeran mahkota Barbro Andorean Ield Ryle Vaiself. Dengan tubuhnya yang kuat dan potongan rambut yang rapi, dia adalah pria yang coba ditempatkan ke singgasana oleh Marquis Bowlrob. Agaknya, Bowlrob menghadiri rapat istana ini atas permintaan Barbro.
Setiap rapat yang dihadiri oleh Marquis Bowlrob dari Fraksi Bangsawan pasti akan menjadi sengit. Gazef mengalihkan matanya dari suasana ruangan yang berat, yang kelihatannya suram di atas kepala seperti ada awan badai yang sedang berkumpul, lalu melihat ke arah bangsawan yang tersisa.
Dari tiga orang yang hadir, yang menjadi milik Fraksi Kerajaan, yang pertama mencolok mata adalah Marquis Volumlash, orang yang berpakaian paling mewah di istana.
Dia adalah pria yang mendekati usia empat puluh tahun, dengan ciri-ciri simetris. Wilayahnya memiliki tambang emas dan mythril, itu membuatnya sebagai orang terkaya di dalam Kingdom. Namun, bisikan-bisikan gelap yang beredar jika dia sangatlah rakus, hingga titik dimana dia bahkan akan mengkhianati keluarganya sendiri demi koin emas.
Ada juga rumor bahwa dia telah mengkhianati Kingdom dan sedang memperjualbelikan informasi kepada Empire. Namun, karena kurangnya bukti yang kuat, tak ada yang bisa dilakukan kepadanya. Lagipula, memenggal kepala Marquis Volumlash - seorang pendukung Fraksi kerajaan yang mencolok - tanpa adanya bukti sedikitpun hanya akan menghasilkan bangsawan lainnya berbondong-bondong masuk ke Fraksi bangsawan. Jika dia sadar dengan hal ini dan mengambil keuntungan dari hal itu untuk terus menjual informasi, maka dia akan benar-benar menjadi orang yang paling hina yang hadir disini.
Selanjutnya, mata Gazef mengarah kepada bangsawan yang paling muda dan paling tampan, Marquis Pespeya.
Dia menikahi putri tertua sang raja, dan menjadi kepala keluarga di waktu yang sama dengan pernikahannya. Meskipun sedikit yang tahu kemampuannya dan kepribadiannya, ayahnya memiliki kepribadian yang luar biasa dan merupakan pria yang kompeten, jadi Gazef merasa bahwa Pespeya mungkin mewarisi pendahulunya.
Sebaliknya, yang paling tua dari Enam Bangsawan itu adalah Margrave Urovana. Rambutnya sudah memutih, dan sangat sedikit yang tersisa mungkin bisa juga tidak ada sama sekali. Meskipun tubuh dan anggota badannya terlihat seperti kayu keriput, dia masih memiliki sikap yang sangat serius seperti yang dimiliki seorang tetua.
Urovana adalah yang paling persuasif diantara para bangsawan besar.
Disusun melawan mereka adalah tiga anggota Fraksi Bangsawan.
Pertama sebagai inti dari Fraksi bangsawan, Marquis Bowlrob, yang mengendalikan wilayah yang paling banyak diantara para bangsawan besar. Wajahnya memiliki banyak luka, seperti seorang jenderal perang.
Saat dia sudah menginjak usia lima puluh tahun, tubuhnya yang pernah perkasa dan terus ditempat dengan latihan tanpa lelah sekarang hanya tersisa sedikit saja dari ingatan masa lalu, namun suara dan tatapannya sebagai predator membuat orang-orang berpikir pasti ada sesuatu yang tersisa sedikit dari jiwanya sebagai seorang warrior.
Meskipun dia - sebagai seorang warrior - telah kehilangan banyak kekuaannya karena usia, sebagai seorang komandan, dia adalah komandan yang lebih baik bahkan daripada Gazef, yang membuatnya tidak bisa tergantikan bagi Kingdom sebagai seorang Kapten Warrior.
Di sampingnya adalah Count Ritton.
Dia adalah seorang pria yang penampilannya disebut menyerupai serigala, dan juga salah satu dari anggota dengan peringkat yang lebih rendah dari Enam bangsawan. Oleh karena itu, dia mati-matian mencoba untuk meningkatkan statusnya. Namun, kepribadiannya yang tidak peduli dengan penderitaan orang lain jika itu bisa memperluas kekuasaannya tidak bisa diterima dengan baik oleh bangsawan lain. Bergabung dengan Bowlrob pasti adalah gerakan strategis agar bisa keluar dari musuhnya.
Orang terakhir dari Fraksi Bangsawan memiliki rambut pirang yang disisir ke belakang dan mata biru yang sempit.
Wajahnya pucat, dengan sedikit tanda-tanda terkena pancaran sinar matahari. Dia memiliki tubuh yang tinggi dan kurus. Digabungkan dengan kulit pucat, dia mengeluarkan kesan seekor ular. Dia belum mencapai usia empat puluh tahun, tapi terlihat lebih tua karena warna pucat tubuhnya yang tidak sehat.
Dengan emosi yang tercampur berputar di dalam hatinya, Gazef mengalihkan pandangan dari dirinya - dari Marquis Raeven.
Perebutan kekuasaan yang kompleks dan terus meningkat akan menjadi masalah pada raja selanjutnya.
Marquis Bowlrob dan Count Ritton dari Fraksi Bangsawan, begitu juga Margrave Urovana dari Fraksi Kerajaan, semuanya mendukung Putra Mahkota Barbro, sementara sebagian besar bangsawan yang tidak ada hubungannya mendukung Marquis Pespeya, yang menikahi Putri pertama. Raeven di samping Pangeran kedua Zanack, sementara Marquis Volumlash kelihatannya tidak begitu memperhatikan masalah penerus kerajaan.
Untuk semua alasan ini, sang raja duduk di singgasananya tanpa membuat keributan. Jika dia menunjukkan sebuah jari kepada setiap orang, ada bahaya perang sipil yang akan pecah.
Hingga saat ini, Gazef tidak memiliki pendapat atas siapa yang seharusnya menjadi raja. Tapi sekarang, hatinya condong ke arah Zanack. Selain itu, atau Putri Renner sebagai kuda hitam, tapi Kingdom, di dalam seluruh sejarahnya, tak pernah diperintah oleh seorang ratu, jadi itu mungkin sudah diluar pertanyaan.
"Kalau begitu sekarang, mari kita mulai."
Nada suara sang raja terdengar sedikit berbeda dari biasanya. Mereka yang memiliki telinga sensitif mungkin akan menduga alasan berkumpul hari ini dan menunjukkan kecurigaannya.
"Bacakan proklamasi yang dikirimkan oleh utusan dari Baharuth Empire."
Menurut perintah sang raja, para bawahan yang ada di samping kanan dan kirinya mulai membacakan isi dari perkamen itu.
Isinya secara kasar berikut ini:
Baharuth Empire telah mengakui kedaulatan dari Kerajaan independen Nazarick, yang dikuasai oleh Sorcerer King Ainz Ooal Gown, dan secara resmi mengakuinya sebagai sekutu dari Kekaisaran.
Pada awalnya, daerah yang ada di dekat E-Rantel adalah wilayah dari Sorcerer King Ainz Ooal Gown. Kingdom Re-Estize telah melawan hukum menguasai wilayah ini dan sekarang harus mengembalikannya ke pemilik asli.
Jika Kingdom tidak mematuhi permintaan ini, Baharuth Empire akan membantu Sorcerer King Ainz Ooal Gown dalam mengambil kembali wilayahnya.
Ini akan menjadi perang yang adil, bertarung hingga akhir terhadap pendudukan yang tidak benar.
Setelah isinya dibaca dengan keras, ruangan itu meledak ke dalam keriuhan diskusi. Syarat ini memang gila, dan siapapun setuju dengan itu.
"Sebagai jaga-jaga, aku juga sudah memerintahkan kepada para terpelajar untuk memeriksa sejarah Kingdom, dan tak ditemukan satupun individu yang bernama Ainz Ooal Gown yang berkuasa di sekitar E-Rantel. Tidak ada legitimasi terhadap klaim ini."
"Ini benar-benar omong kosong yang edan, ocehan orang gila mana ini?!"
Teriakan yang riuh terdengar di seluruh penjuru ruangan.
Kehadiran dari Marquis Bowlrob's - sebuah bukti dari kejayaannya di masa lalu sebagai seorang warrior - kelihatannya telah memberikan keberanian kepada para bangsawan lain, dan mereka mengembalikan teriakannya dengan persetujuan.
"Meskipun sudah terlambat, bukankah ini sama saja dengan penyerangan lama dari Imperial yang diumumkan setiap tahunnya? Merkea selalu mencari alasan bodoh untuk mendeklarasikan perang, jadi kali ini, mereka benar-benar sudah mengorek-ngorek hingga bagian tong yang paling bawah untuk melemparkan nama dari magic caster ini ya kan? Aku ingin lihat badut macam apa yang mereka berikan gelar menggelikan dari 'Sorcerer King'."
Ucapan Count Ritton diikuti oleh tawa yang mengejek oleh bangsawan lainnya.
"Namun..."
Count mengarahkan matanya yang seperti serigala - dipenuhi dengan kebencian - ke arah Gazef.
"Aku yakin kita pernah mendengar Sorcerer King gila ini sebelumnya, ya kan. Wahai Kapten Warrior Stronoff?"
"Memang benar, dia adalah magic caster yang membantuku di perbatasan E-Rantel."
Count Ritton mengantarkan ejekannya yang dingin dengan tawa yang menjengkelkan.
"Oh begitu, dia pasti membantu karena dia pikir mereka adalah rakyatnya sendiri."
Tawa sinis dari para bangsawan bisa terdengar di sekitar, namun tak ada yang menghentikannya, karena Gazef, yang dilahirkan sebagai seorang rakyat biasa, dibenci oleh banyak anggota dari Fraksi Bangsawan.
Jika itu adalah anggota dari Fraksi Kerajaan, sang Raja akan ikut menyela, tapi karena Count Ritton miliki pihak oposisi, sang raja hanya bisa mengerutkan alisnya.
"Kelihatannya memang Empire yang membakar desa petani di dekat E-Rantel, ya kan? Kapten Warrior memang berkata sesuatu tentang Slaine Theocracy, lalu menerima bantuan dari seorang yang bernama Gown, ya kan? Bukankah dia terlibat dengan Empire? Dan bukankah orang lain juga berkata mayat-mayat dari para penyergap yang hampir membunuh Kapten Warrior hilang tanpa jejak?"
Di dalam ingatannya, Gazef teringat dengan pemandangan dari anggota terkuat dari Six Scriptures, begitu juga dengan siluet agung Ainz Ooal Gown.
"Meskipun mayat-mayat itu menghilang seperti yang dikatakan oleh Count Ritton, aku tidak merasa Empire ikut terlibat. Ketika aku berada di desa Carne, para knight yang menyerang kami jauh lebih kuat daripada Empire. Mereka menggunakan angel, dan tidak diragukan lagi jika mereka adalah sebuah unit dari Slane Theocracy."
"Dan mengapa Theocracy melakukan itu?"
Bagaimana aku tahu?
Memang benar, jika Gazef bisa memberikan jawaban seperti itu, akan membuat jauh lebih baik.
Saat rapat akan jatuh ke dalam petengkaran karena diamnya Gazef, sebuah suara bantuan terdengar dari samping Ritton.
"Magic caster gila itu tidak ada hubungannya! Apa yang harus kita putuskan adalah bagaimana merespon Kaisar palsu, bukankah begitu, Yang Mulia?"
"Seperti yang dikatakan oleh Marquis Bowlrob. Kita harus memutuskan apa jawaban Kingdom nantinya."
"Aku mohon izin untuk bicara." Marquis Pespeya berkata terlebih dahulu. "Menerima syarat sang kaisar akan sangat sulit. Satu-satunya pilihan kita adalah perang."
Penyebutan perang sontak memicu aktivitas diantara barisan para bangsawan.
"Ah-ah, sekarang adalah waktunya menghajar mereka untuk selamanya, lalu membawa peperangan itu ke pintu Baharuth Empire."
"Kamu memang bena, aku sudah lelah dengan penyerang Baharuth Empire yang terus menerus."
"Sudah waktunya kita beritahu pada orang-orang bodoh di Empire itu siapa yang mereka hadapi!"
"Tepat sekali, seperti yang dikatakan oleh Marquis."
Ucapan ini, digencet oleh tawa yang tersebar dan berulang kali ke seluruh penjuru kerumunan para bangsawan, membuat Gazef jengkel tak tertahankan di telinganya.
Dalam beberapa tahun belakang ini, mereka telah bertemu dengan sang Kaisar di medan perang Katze Plain.
Sebagian besar, mereka hanya menarik garis pertempuran dan saling berhadapan satu sama lain, atau bertukar senjata dengan kekalahan kecil pada Kingdom. Tahun ini mungkin tidak lebih akan sama, dan para bangsawan menghirup udara kelemahan saat mereka membayangkan kejadian yang lama terulang lagi.
Namun, Gazef berbicara, didorong oleh teriakan nalurinya sebagai warrior.
"Jangan dikira pertempuran ini akan berakhir seperti peperangan kecil yang selalu terjadi!"
Para bangsawan terlihat seakan mereka baru saja diguyur dengan air dingin satu ember, lalu menoleh dengan tampang benci kepadanya.
"Oh begitu, Ini adalah apa yang dipercayai oleh Kapten Warrior. Bisakah kamu memberikan kepada kami sebuah alasan untuk itu?"
"Ya, Yang Mulia, itu adalah-"
Bayangan dari orang tertentu membunyikan alarm di hatinya.
"-Bisa dikatakan, itu karena magic caster hebat itu, Ainz Ooal Gown."
"Meskipun begitu, satu-satunya dari kami yang benar-benar melihat wajahnya langsung adalah anda, Kapten Warrior. Itu artinya kami harus memberikan beban kepada ucapanmu. Bisakah kamu katakan kepada kami apa yang membuatmu berkata begitu?"
Gazef tidak tahu bagaimana menjawabnya. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi naluri warriornya berkata kepadanya bahwa membuat keputusan perang seperti itu akan sangat berbahaya.
"Yang MUlia, tidak bisakah anda menyerahkan perbatasan E-Rantel ke Empire, tidak, ke magic caster itu?"
Setelah sejenak terdiam, teriakan beterbangan seperti hujan.
"Dasar pengecut dan penakut! Sampai seberapa memalukannya kamu, dasar berhati ayam?!"
Teriakan ini datangnya dari bangsawan-bangsawan di Fraksi Kerajaan.
"Setelah Yang Mulia menunjukkan kepadamu kebaikan, kamu berpaling dan mengatakan kepadanya untuk menyerahkan kepemilikannya kepada orang luar? Sejak kapan kamu mulai melayani Kaisar Palsu?! Apalagi, kamu bahkan belum menjawab pertanyaan Yang Mulia!"
Di hadapan hinaan yang layak seperti itu, Gazef tidak bisa menjawab. Jika dia ada di posisi mereka, dia mungkin akan melakukan hal yang sama.
"Cukup."
Yang mengulurkan tangan ke arah Gazef kali ini adalah rajanya yang dicintai.
"Tapi, Yang Mulia!"
"Aku sangat berterima kasih terhadap bawahanku sangat tersentuh karena diriku. Karena alasan itulah aku meminta kalian mengingat bahwa Kapten Warriorku takkan pernah mengkhianatiku. Demi diriku, dia sudah berulang kali tanpa mengenal takut menusukkan diirnya ke dalam bahaya. Seseorang seperti itu takan pernah melakukan apapun yang akan melukaiku."
Para bangsawan yang berteriak kepada Gazef membungkuk kepada sang raja. sambil mengakui kenyataan ini, dia melanjutkan berbicara kepada Gazef.
"Kapten Warrior, yang aku percayai seperti tangan kananku. Meskipun kamu adalah yang mengajukan proposal itu, aku tidak bisa menyetujuinya. Tak ada penguasa yang akan menyerahkan tanahnya tanpa sebuah pertarungan. Tindakan seperti itu tidak bisa diperbolehkan demi orang-orang yang hidup di atasnya."
Menyerahkan tanah sambil memindahkan seluruh penghuninya tanpa melukai mereka tak lain hanyalah dongen. Meskipun itu bisa dilakukan, tidak mungkin para penduduk yang pindah akan hidup seperti dulu, dan pada akhirnya hidup mereka akan jauh lebih buruk dari itu.
"Memang tidak diragukan begitu, Yang Mulia, dan saya harap anda akan memaafkan saya atas perkataan saya yang bodoh."
Gazef merendahkan kepalanya kepada sang raja, yang sangat mencintai rakyatnya, bicara kepadanya. Jika dia seorang bangsawan yang hanya melihat rakyatnya sebagai cara untuk mengeruk keuntungan, raja takkan berbicara seperti itu. Karena kebaikan hati sang raja yang membuat Gazef rela bersumpah mempertaruhkan hidup untuknya.
Dia mengingat ucapan yang dia katakan kepada wakil kaptenya setengah tahun yang lalu.
"Ketika kamu mencari bantuan, yang akan datang adalah para bangsawan. Yang kuat akan membawa bantuan."
"Merekalah yang akan datang membantu yang lemah, tak perduli bahayanya."
Gazef yang sebelum memasuki turnamen beladiri besar takkan pernah berkata demikian. Terlebih lagi wakil kaptennya, dia akan berpikir tak ada bangsawan yang akan membahayakan diri mereka untuk orang biasa.
Setelah dia mulai melayani sang raja, bagaimanapun, Gazef menyadari untuk pertama kalinya jika bangsawan seperti itu ada. Sayangnya, bangsawan itu kurang dalam hal kekuasaan.
Ada banyak nyawa yang tidak bisa dia selamatkan, dan setara dengan banyaknya insiden dimana harga diri tidak berguna dari para bangsawan telah membuat mereka melemparkan rintangan di jalannya.
Meskipun begitu, orang yang dia layani tidak menyerah. Dia terus bekerja membangun sebuah kerajaan dimana rakyatnya akan bisa hidup lebih baik dari hari demi hari.
Gazef sangat bangga dengan rajanya, Ranpossa III. Jika bukan karena itu, dia sudah pasti akan beralih kepada Empire ketika sang Kaisar sendiri telah mencoba untuk mendapatkannya.
Tapi memang karena dia adalah orang seperti itu sehingga awan gelap menggantung di hatinya.
Apa yang diucapkan oleh sang raja itu memang benar, dan dia memiliki sudut pandang yang benar. Raja selalu penuh kasih sayang, tapi Gazef tahu alasan mengapa sang raja harus mengucapkan nada yang kasar itu.
Setelah kekacauan yang disebabkan oleh iblis, keseimbangan kekuatan antara dua fraksi berubah drastis.
Setelah waktu yang lama, Kingdom telah dipecah ke dalam dua Fraksi yang sebagian besar setara hingga saat ini, namun sekarang Fraksi Kerajaan telah melebar, sementara Fraksi bangsawan telah berkurang.
Karena sang raja dengan beraninya berkuda maju dan mendorong Jaldabaoth mundur, dia terlihat oleh orang-orang sebagai seorang penguasa yang kuat, dan sejumlah bangsawan mendukung di belakang sang raja. Oleh karena itu, sang raja tidak bisa menunjukkan kelemahan disini. Namun, berkata demikian itu artinya-
"Tetap saja, Kapten Warrior ada benarnya, ya kan? Kita tidak bisa menghindari perang hanya karena satu kota. Seorang raja juga memiliki tugas untuk mencegah penderitaan rakyatnya. Bukankah raja yang sebenarnya akan rela mengorbankan tubunya sendiri demi rakyatnya?"
Yang berbicara itu adalah dari Fraksi Bangsawan. Ucapan itu memang indah, tapi itu sudah diperhitungkan untuk mengurangi jumlah tanah yang dikendalikan oleh raja, dan oleh karena itu, Fraksi bangsawan membantah mereka.
"Tanah itu diatur oleh sang raja! Jika kamu ingin menyerahkan tanah kerajaan, mengapa kamu tidak menyerahkan milikmu dahulu?!"
Fraksi Bangsawan juga membalas dengan cepat.
"Omong kosong apa itu?! Empire telah meminta E-Rantel dan sekitanya! Apakah kamu benar-benar mereka akan menerima tanah dari sisi lain Kingdom? mengapa kamu tidak berpikir dahulu sebelum bicara?!"
Fraksi Kerajaan telah menjadi lebih besar, sedangkan Fraksi bangsawan semakin lemah. Itu hanya membuat Fraksi bangsawan bahkan lebih mati-matian melumpuhkan sang raja.
Keseimbangan yang kacau diantara dua fraksi itu adalah sumber tidak enak Gazef. Di dalam usaha mereka yang mati-matian ntuk mengikis kekuasaan dari Fraksi Kerajaan, mereka mungkin akan membuat Kingdom jatuh ke dalam perang saudara.
Karena itu, wajar bagi sang raja yang ingin meredakan potensi pemberontakan dengan mendemonstrasikan kekuatannya. Tapi itu berarti-
Jika dia tidak bisa mengakui kelemahannya, bukankah itu adalah bahaya tersendiri?
Tersesat dalam pemikirannya, Gazef kembali kepada kenyataan setelah beberapa tatapan keras dari anggota Fraksi Kerajaan. Karena dia sudah menyarankan penyerahan wilayan Kingdom, mereka pasti berpikir dia sudah pergi ke arah Fraksi Bangsawan.
Mereka memberikannya tatapan yang berkata, "Dasar kamu rakyat rendahan yang baru naik kelas, apakah kamu sudah lupa kebaikan yang telah diberikan sang raja kepadamu?"
"Lalu, mengapa bukan kamu yang menawarkan pertukaran tanahmu dengan E-Rantel, lalu menyerahkannya?!"
"Memangnya tanah bisa dibeli dan dijual seperti babi di pasar! Dasar bodoh!"
"Kamu yang bodoh disini."
Pertengkaran anak-anak telah menelan seluruh ruang rapat. Di masa lalu, pertengkaran seperti ini akan berakhir dengan jalan buntu karena keseimbangan kekuatan yang sama, tapi sekarang suara dari Fraksi Kerajaan lebih keras dari Fraksi Bangsawan.
Biasanya, sang raja akan menghentikan ini. Dia kelihatannya tidak berniat melakukannya sekarang, mungkin karena pihak kerajaan memiliki keunggulan.
Tak ada yang akan menghentikan keadaan yang menguntungkan diri mereka. Sang raja pasti juga ingin mengalirkan frustasinya dengan Fraksi Bangsawan.
Sepertinya dia sedang mabuk oleh racun yang manis.
Perlahan, Gazef mulai merasakan sebuah keyakinan hitam dan dingin di mata Fraksi bangsawan.
Secara tak sadar, dia bergidik.
Serangan dari demon terkuat Jaldabaoth menjadi awal semuanya.
Waktu itu, keputusan raja untuk ikut ambil bagian dalam medang perang memang diperdebatkan apakah memang yang terbaik. Tanpa bantuannya, garis pertempuran mungkin akan hancur dan para petualang akan dikalahkan. Jika 'Blue Rose' juga ikut dengan mereka, Kingdom akan berada dalam keadaan yang sangat sulit.
Namun, saat Gazef melihat ke arah pemandangan yang terbuka di depannya, dia mau tidak mau penasaran apakah mereka seharusnya melakuakn hal lain malahan.
Apa yang terjadi dengan sesi pertemuan ini jika keadaan dari kedua Fraksi menjadi setara?
Entahlah, tapi..ah, benar sekali, bagaimana jika kita kalah dalam peperangan dengan Empire ini? Apakah kita akan terus melawan sampai akhir? Kekuatan dari Fraksi Kerajaan akan sangat berkurang banyak, sementara Fraksi bangsawan akan naik. Apakah kita akan kembali ke hari-hari ketika keduanya seimbang? Atau apakah keseimbangan kekuatan akan hancur sama sekali dan menjadikan negeri ini jatuh ke dalam perang saudara? Apakah itu tidak apa?
Dia tidak senang dengan perasaan ini... Perasaan yang meskipun dia sudah membuat keputusan sendiri, dia pada akhirnya masih menari dalam nyanyian orang lain.
Jangan-jangan semua ini sudah direncanakan sejak aku bertemu dengan Gown-dono? Aku tidak ingin berpikir seperti itu, tapi aku tidak merasakannya saat kami berbicara satu sama lain di waktu yang pendek itu.
Dari cara Gazef menyapanya dengan gelar bahkan dalam cara bicaranya - dan dia pikir - jelas sekali dia tidak berniat jahat kepada magic caster Ainz Ooal Gown.
...Mungkin dia bisa mengambil alih dengan aman .... ah, tidak, jika aku terus berpikir seperti ini akan menjadi pengkhianatan.
"Kurasa sudah waktunya kita menghentikan pertengkaran kecil ini."
Sebuah suara pria yang dalam membelah keributan - semuanya terdiam saat mereka mencoba menemukan sumbernya.
Gazef menggigit bibirnya saat orang lain merampas peran yang seharusnya dimainkan sang raja.
Kemenangan itu semanis madu...
Dia tidak berpikir itu adalah hal yang besar. Namun, apakah sang raja sudah lupa dengan kemanisan itu? Apakah sang raja yang sangat dibanggakan oleh Gazef sudah hilang? Dia tidak bisa menghapus pemikiran itu dari otaknya.
"Yang Mulia, jika penyerangan Empire adalah keputusan yang tak dapat dielakkn, maka kita harus mempersiapkan diri."
"Marquis Raeven, yang mulia sendiri-"
Ucapan dari Fraksi bangsawan itu disela oleh Raeven.
"-Aku akan berterima kasih jika mau memikirkannya. Jika pasukan yang mulia dikalahkan, siapa yang tahu kemana Empire akan menyerang selanjutnya? Jadi, demi melindungi daerahku, aku akan melindungi Yang Mulia."
Keheningan terjadi.
Pasukan Kingdom adalah wajib militer sipil. Tidak mungkin mereka menandingi para knight dari Empire. Satu-satunya cara mengalahkan keunggulan Empire dalam kualitas pasukan adalah dengan jumlah pasukan. Begitulah keadaan yang terjadi selama beberapa tahun, tapi jika mereka tidak bisa mengumpulkan pasukan yang cukup untuk menandingi Empire, maka hasil dari peperangan itu sudah menjadi kesimpulan yang tak terelakkan.
Setelah mendengar ucapan dari Raeven, anggota dari Fraksi bangsawan membayangkan para knight dari Imperial memporak-porandakan wilayahnya pula.
Yang pertama mendukung sang raja adalah para bangsawan yang memiliki tanah di antara ibukota dan E-Rantel, diikuti oleh para bangsawan yang terikat erat dengan kelompok pertama, dan pada akhirnya, semua bangsawan menyerahkan seluruh dukungannya.
"Baiklah. Kalau begitu, kita akan menunda balasan kita kepada Empire, dan mengumpulkan pasukan di tempat biasa sebelum kita menjawab mereka. biasanya, aku akan pergi pula."
"Tolong biarkan aku bergabung denganmu di medan perang, ayah!"
Yang berteriak adalah Pangeran Barbro, yang menunggu tanpa bicara di samping hingga sekarang.
"...Tidak, tidak. Tidak perlu anak tertua dan pewaris takhta pergi ke medan. Aku akan menangani ini."
Pangeran mahkota Barbro menoleh ke arah yang bicara, pangeran kedua Zanack. Jawaban barbro singkat dan langsung ke permasalahannya.
"Tidak perlu?!"
Bantahannya dipenuhi dengan kemarahan.
Tawaran Zanack adalah hal yang beralasan. Karena sang raja sudah menuju medan perang, akan terlalu berbahaya membawa putra tertuanya bersama dengannya. Barbro mengerti ini, meskipun begitu, penolakannya datang dari kebencian kepada Zanack.
Kebencian itu sekali lagi timbul dari kekacauan iblis.
Ketika kekacauan oleh iblis, Zanack berpatroli di ibukota dan mendapatkan pujian dari banyak penduduk. Barbro, di lain pihak, bersembunyi di dalam istana, dan oleh karena itu, jumlah bangsawan yang mendukung Zanack meningkat pula.
Sekali tatap, Zanack tidak tampak sangat heroik, dan berlawanan antara tampang dan keberaniannya menarik perhatian. Sebaliknya, Barbro terlihat menakjubkan, namun ketiadaan tindakannya membuatnya terlihat seperti pengecut. Agar bisa menghapus rasa malu ini, Barbro ingin pergi ke medan perang untuk menunjukkan keberaniannya.
Putra mahkota memang warrior yang cukup berbakat, sesuai dengan penampilannya. Meskipun dia dibawa ke dalam kehidupan yang mewah, dan tidak setara dengan bodyguard dari Putri Renner Climb yang tanpa lelah terus melatih dirinya, dia masih bisa dikatakan sebagai petarung terkuat dari keluarga kerajaan. Baginya, tidak terpikirkan sama sekali jika Zanack - yang akan kehilangan keseimbangannya setelah mangayunkan sebuah pedang sekali saja, karena berat badannya - bisa dianggap sebagai warrior yang lebih hebat daripada dirinya. Itu adalah rasa malu yang tidak bisa dia tahan. Meskipun Marquis Raeven pernah berkata, "Apa gunanya kemampuan berpedang seorang raja?", Barbro lebih lemah dalam hal hal intelektual dari Zanack, dan oleh karena itu, dia bahkan lebih bertekad untuk tidak kalah dalam bidang perang yang dia pilih.
Tak perduli bagaimanapun, seseorang tak bisa terus-terusan menguntik di belakang lawannya dalam permainan takhta.
Perut Gazef terasa sakit saat dia mempertimbangkan potensi krisis yang bersembunyi di dalam Kingdom.
Meskipun dia ingin berhenti dari tugas setelah sang raja turun takhta dan mendedikasikan dirinya untuk melindungi Ranpossa III, realistisnya, itu akan sangat sulit dilakukan.
Ditambah lagi, mungkin akan menjadi kegagalan dirinya sebagai seorang bawahan yang setia kepada Yang Mulia jika dia bahkan tidak bisa menyelamatkan sebuah nyawa yang tidak bisa dia selamatkan. Apalagi turun takhta sang raja sendiri masih dipertanyakan.
Jika ada seseorang yang bisa menggantikannya, maka dia akan dengan senang hati menyerahkan posisinya. Namun, orang seperti itu memiliki persediaan sangat sedikit. Ada satu orang yang bisa setara dengan Gazef, tapi dia sendiri takkan pernah setuju menjadi Kapten Warrior.
Apa yang Brain rencakan di masa depan? Apakah dia memiliki sesuatu dalam rencananya?
Meskipun Brain telah menjadi bawahan langsung Putri Renner, Gazef merasa dia akan segera pergi. Jika dia menghilang, mungkin untuk mengasah kemampuan berpedangnya. Sebagai seorang pria yang diikat oleh istana, Gazef mau tidak mau mengagumi cara hidupnya itu.
Dia teringat dengan kemampuan berpedang Brain yang sangat terasah.
Setelah keributan oleh iblis, Gazef dan Brain telah bertarung dalam sparring persahabatan.
Meskipun gazef menang dalam pertandingan yang tak resmi itu, dia bisa merasakan lamanya Brain dalam mengasah pedangnya saat angin dari pedangnya bertiup melewati rambutnya.
Siapa yang tahu, di dalam beberapa tahun nanti, Brain mungkin akan menjadi lebih kuat dari dirinya.
Jika Brain setuju untuk mengambil alih tempatku, aku akan memfokuskan energi milikku untuk melatih generasi selanjutnya, agar Kingdom akan memiliki cadangan warrior yang terlatih di masa depan.
"Aku sangat setuju!"
Suara Marquis Bowlrob menghentikan pemikiran Gazef. Sekarang bukan waktunya untuk mengkhawatirkan masa depan yang masih jauh.
"Jika anda izinkan saya, saya akan dengan senang hati menambahkan pasukan terkuat saya untuk berusaha melindungi Yang Mulia sendiri. Bagaimana dengan itu, Yang Mulia?"
"Umu. Kapten Warrior, bagaimana menurutmu?"
Dia tidak bisa pura-pura tidak mendengar itu. Itu akan menjadi sebuah kebohongan. Gazef mempertimbangkannya dengan sungguh-sungguh, sambil mengabaikan perubahan alis dari Raeven.
Mungkin saja itu adalah tawaran dari Bowlrob, yang mendukung Barbro sebagai raja selanjutnya, karena Barbro bertarung di depan. Namun, Gazef tidak mempunyai bukti untuk ini, jadi hanya ada satu jawaban yang bisa dia berikan.
"Saya yakin itu semua tergantung dari pendapat Yang Mulia."
Raja mengangguk dalam-dalam, dan Gazef tiba-tiba merasakan perasaan bersalah.
"Begitukah... kalau begitu, jika memang begitu... maka kamu seharusnya ikut juga."
"Ya! Biarkan saya mempersembahkan kepala kaisar palsu kepada anda, Ayah!"
Saat dia mendengarkan balasan antusias dari Barbro, Gazef hanya bisa berharap jika persiapan yang akan datang akan menyingkirkan awan ketidak tenangan yang terbentuk di hatinya.
-----
Kemampuan politik Marquis Raeven memang tidak ada tandingannya diantara Enam Bangsawan Besar, jadi bisa diduga kantor dimana dia menunjukkan kemampuannya memang menakjubkan. Namun, bukan itu masalahnya. Banyak orang yang akan terkejut dengan bagaimana perintah-perintah yang akan menentukan masa depan Kingdom Re-Estize dibuat di tempat yang sempit dan sederhana tersebut.
Interior ruangan itu dipenuhi dengan rak-rak buku, dan buku-buku serta gulungan-gulungan itu ditata rapi dengan cara yang menunjukkan kepribadian dari pemiliknya. Namun, bukan karena hal ini ruangan itu terlihat sangat kecil, meskipun sebagian memang adalah alasannya.
Alasan terbesar tidak terlihat oleh mata telanjang.
Rumah Raeven dibangun dari batu bata yang dibungkus oleh plesteran. Ini memang hal yang biasa di kalangan rumah bangsawan, dan kantor Raeven bukan pengecualian.
Namun, interior dari dinding-dinding ini dibungkus dengan lapisan tembaga yang menutup seluruh ruangan.
Ini dilakukan agar bisa menghadang mantra yang digunakan untuk menguping, mengamati atau mendeteksi lokasinya.
Ruangan tanpa jendela itu terasa sedikit klaustrofobia, tapi dari sudut pandang efektifitas biaya, itu adalah praktis dan harus ditanggung.
Setelah kembali dari istana Valencia, Raeven langsung menuju kantor ini, yang memang bisa menghadang magic. Dia menyeberang ke sisi lain dari meja kerjanya sebelum menjatuhkan diri ke kursinya, tubuhnya sudah kehabisan energi.
Lalu, dia menutupi wajahnya dengan tangan. Dia tidak terlihat sedikitpun seperti bangsawan besar yang mengkomandoi kekuatan yang tak tertandingi dan memiliki keistimewaan dari Kingdom. Malahan, dia terlihat seperti seorang pria paruh baya, yang kelelahan oleh beratnya stres dan tanggung jawab.
Dia menaikkan untaian rambut pirangnya yang lemas dengan jari, menyisirnya kembali ke atas saat wajahnya berubah.
Setelah mengambil nafas dalam-dalam, stres yang terkumpul selama sesi rapat berubah menjadi marah, yang memenuhi hatinya. Dalam sekejap kemarahan itu sudah melampau batas, dan meledak seperti sebuah ledakan.
"Dasar mereka orang yang sangat, sangat, sangat, sangat bodoh itu!"
Tak ada yang mengerti apa yang terjadi. Tidak, jika seseorang mengerti dan memanfaatkan situasinya, mereka malahan akan menjadi ahli dalam strategi.
Sekarang ini, Kingdom sedang menghadapi bahaya besar.
Hasutan perang dari Empire yang terus-terusan membuat masalah yang sangat gawat seperti kurang pasokan pangan, dan juga ada masalah lain yang mulai muncul. Satu-satunya alasan mengapa tidak ada keretakan di dalam Kingdom yang muncul sejauh ini adalah karena para bangsawan yang benar-benar percaya "kita hanya perlu bertahan sedikit lebih lama lagi sampai fraksi lain jatuh dahulu."
Empire mempekerjakan warrior-warrior profesional yang dikenal sebagai knight, tapi Kingdom tidak memiliki prajurit yang setara diantara barisan mereka. Untuk melawan serangan Baharuth Empire, mereka membutuhkan rakyat untuk wajib militer demi keuntungan mereka. Dan tentu saja, itu artinya desa-desa akan segera kekurangan pekerja mereka.
Dengan hal itu sebagai tujuannya, Empire bertujuan untuk menyerang Kingdom selama musim gugur, musim panen. ketika mereka mereka sangat membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
Selama musim yang paling sibuk dari desa petani, dampak dari pria dewasa mereka - yang merupakan sumber tenaga kerja yang paling penting - menjadi hilang tidak bisa dianggap remeh. Tentu saja, ide untuk tidak melakukan wajib militer kepada banyak orang pernah terpikirkan, tapi menghadapi kekuatan militer Baharuth Empire, yang jauh terlatih dan bersenjata lebih baik, Kingdom tidak bisa mengerahkan perlawanan tanpa jumlah yang besar di pihak mereka.
Hanya ada satu kesempatan ketika kurangnya prajurit rakyat yang membuat kerugian besar untuk Kingdom. Untungnya, serangan balik yang dipimpin oleh Gazef berhasil, membunuh dua dari Empat Knight aslinya dan menghentikan perang, karena kedua pihak telah menang dan kalah. Namun, sebenarnya adalah kekuatan nasional dari Kingdom telah berkurang, dan karena kehilangan banyak penduduk, Kingdom keluar sebagai pihak yang kalah dalam hitungan.
Dan bahkan ketika saat itu...
"Dasar pengkhianat-pengkhianat kotor itu! Perebutan kekuasaan yang bodoh ini! Orang-orang yang bodoh itu, saling bertarung memperebutkan kursi yang bodoh!"
Marquis Volumlash, salah satu enam bangsawan besar, telah mengkhianati Kingdom dengan menjual informasi kepada Empire. Para bangsawan telah terpecah menjadi dua Fraksi dan berusaha mendominasi. Kedua Pangeran saling mengincar pewaris takhta seperti anjing-anjing yang berebut tulang.
Marquis Raeven memukul mejanya berkali-kali, menyalurkan kemarahannya.
"Raja juga tidak lebih baik! Dia memang tidak bodoh dan mabuk kekuasaan, tapi dia tidak berpikir sama sekali! Cara dia yang terus memegang takhta hanya akan mengipasi api dari krisis pergantian takhta menjadi semakin tinggi! Putri Renner memberinya kesempatan yang baik dengan membuat keadaan lebih menguntungkan kepada Fraksi Kerajaan, jadi dia seharusnya sudah segera memindahkan kekuasaan!"
Selama peristiwa keributan oleh iblis, yang satu-satunya menyemangati sang raja untuk ikut bertarung secara pribadi adalah Putri Renner.
Karena itu, pengaruh dari Fraksi Kerajaan semakin meningkat, dan mereka seharusnya bisa mewariskan takhta kepada Pangeran Zanack jika mereka sudah mengajukannya. Namun-
"Akhirnya berakhir seperti ini karena dia mengasihani putra pertamanya. Bukannya aku tidak mengerti perasaannya, tapi tak ada yang berpikir tentang apa yang penting! Tak ada sama sekali!"
Sejujurnya, ini tidak benar. Ada beberapa orang di dalam Kingdom yang memikirkan masa depan dan apa yang penting untuk negeri. Masalahnya adalah mereka semua adanya di kamp Raeven.
Dia seharusnya tidak memusatkan mereka semua di bawah sayapnya. Malahan, dia seharusnya secara hati-hati menyebarkannya ke fraksi lain dan mempengaruhi pemimpin mereka dari dalam. Namun, kejengkelannya tidak ditujukan kepada dirinya sendiri karena tidak melakukan hal ini sebelumnya, tapi kepada para anggota dari fraksi lain, yang kebodohannya memberikan sakit kepala kepada Raeven.
"Dasar bodoh, tiap-tiap mereka itu."
Raeven berteriak karena frustasi saat dia mengingat mereka, orang-orang bodoh yang hanya bisa melihat umpan yang diletakkan di depan mereka, yang kecerdasannya tidak lebih baik dari goblin.
"-Meskipun begitu, apa yang harus kulakukan? Pikir, Raeven, pikir!"
Kefrustasian Raeven semakin meningkat saat nafasnya tenang.
Dia harus berpikir bagaimana membuat Kingdom Re-Estize tetap berjalan, bahkan dihadapan bahaya sekalipun.
"Sebagai awalnya, perang dengan Empire ini berbahaya, terutama jika Ainz Ooal Gown itu memiliki komando kekuatan besar. Aku harusnya mulai dengan mengasumsikan dia bisa menyebabkan 10.000 korban nyawa sendiri sebelum aku mulai merencanakan strategi. Lalu di waktu yang sama, aku akan mendorong sang pangeran untuk menjadi raja selanjutnya... Apakah itu terlalu sulit?"
Raeven mengucapkan pemikirannya keras-keras sambil menatanya di pikiran. Sejujurnya, dia ingin berbagi masalah ini dengan seseorang dan mendiskusikannya.
Itulah kenapa Raeven mendukung Pangeran Zanack, Pangeran Kedua adalah satu-satunya sekutu bagi dia - meskipun sekarang ada orang lain lagi, Putri Renner - diantara para bangsawan. Keduanya mengerti bahaya yang akan dihadapi oleh Kingdom, dan dia menganggap putri itu sebagai seorang rekan seperjuangan ketika itu adalah perencanaan untuk masa depan.
Jika saja pangeran kedua bisa naik takhta, itu akan mengangkat beban dari bahu kanannya.
"...Kurasa dia tidak bercanda ketika dia menjanjikan untuk membuatku sebagai Perdana Menteri. Meskipun aku tidak bisa melepaskan beban di bahu kiriku, setidaknya itu akan meningkatkan kondisi Kingdom."
Tujuan Raeven saat ini adalah untuk menempatkan Pangeran Zanack ke dalam takhta. Jika dia gagal dengan itu, negeri ini akan selangkah lebih maju menuju keruntuhan.
"Dengan bantuan Putri Renner, tugasku akan lebih mudah, setidaknya."
Raeven menghela nafas berat saat dia mengeluarkan suara pemikiran dan rencana masa depannya.
Bahkan dia pun memiliki hari-hari ketika dia ingin begitu saja meletakkan semuanya dan menjauh.
Suatu ketika, kekhawatiran berlebihan bahkan membuatnya merenung menghancurkan Kingdom dengan tangannya sendiri, meskipun pemikiran tertentu itu hanya datang sekali dua kali.
Itu seperti sedang membangun istana dari pasir, dikelilingi oleh anak kecil yang mencoba untuk menendangnya. Suatu ketika, dia serasa ingin menghancurkannya sendiri, hanya agar membuat mereka tidak merasa puas. Tetap saja, dia memiliki alasan untuk mengabaikan keinginan menghancurkan itu dan tetap melakukan apa yang seperti biasanya.
Ada sebuah ketukan di pintu.
Suara itu kelihatannya datang dari posisi yang lebih bawah dari biasanya. Untuk sesaat, Raeven menunjukkan sebuah ekspresi yang tidak seperti biasanya. Mungkin bisa dikatakan ekspresinya meleleh; alisnya turun, dan bahkan sudut mulutnya bersikap santai tidak seperti biasanya.
"Oh, itu tidak baik. Aku tidak bisa menunjukkan wajah seperti ini."
Raeven memukul pelan wajahnya, karena semangatnya saja tidak cukup untuk mengembalikan sikap yang tepat. Setelah merapikan rambutnya yang acak-acakan, dia menoleh ke arah pintu logam dan berbicara kepada orang yang ada dibalik pintu itu agar bisa didengar. Meskipun suaranya keras, namun mengandung kelembutan yang mengejutkan menandakan bahwa dia tidak merah.
"Masuklah."
Kecepatan dari terbukanya pintu itu menandakan seberapa besar pihak lain sangat menantikannya.
Di sisi lain dari pintu ada seorang bocah laki-laki.
Sebuah wajah yang samar tersipu terlihat pada kulitnya yang pucat dari wajah bocah itu. Dia kelihatannya sekitar lima tahun, lalu dia melangkah menyeberangi lantai, berhenti di lutut Raeven.
"Wah wah, kamu tahu kamu tak boleh seharusnya berlarian di dalam, itu tidak sopan."
Sebuah suara wanita mengikuti bocah itu ke arah Raeven.
Dia adalah seorang wanita dengan wajah cantik yang dibayangi oleh kesuraman. Dia tidak terlihat seperti wanita yang bahagia. Pakaiannya memang mewah, tapi warnanya mati.
Wanita itu membungkuk tegak kepada Raeven, lalu tersenyum.
Dengan sedikit malu, Raeven membalas dengan senyum.
Istrinya mulai tersenyum baru-baru ini.
Raeven mau tidak mau teringat hari-hari itu.
Ketika dia masih muda, hatinya dipenuhi dengan ambisi dan dorongan tanda pemuda. Dan target ambisinya adalah singgasana.
Mengincar takhta adalah impian pengkhianatan.
Marquis Raeven yang masih muda, dipenuhi dengan kepercayaan diri dengan kemampuannya, mungkin merasa bahwa dia tidak memiliki tujuan lain yang layak sebagai tujuan selama hidupnya. Pada akhirnya, dia bekerja dengan lirih, membesarkan pengaruhnya, mengumpulkan kekayaan, memperluas koneksinya, menghancurkan musuhnya-
Mengambil istri tidak lebih dari sebagian dari rencananya. Selama dia bisa menjual posisi dari janda seorang bangsawan dengan harga tinggi, dia tidak perduli wanita macam apa yang nantinya dia dapatkan. Ternyata dia adalah seorang wanita cantik, namun suram, tapi Raeven tidak keberatan. Lagipula, hal terpenting adalah koneksi yang dia buat dengan keluarga istrinya.
Rumah mereka memang biasa.
Tidak, begitulah Raeven merasakannya. Dia menganggap wanita yang dia nikahi sebagai sebuah alat, tapi tidak ada cinta diantara mereka.
Saat takdir berjalan, ada suatu hal yang kecil yang merubah Raeven.
Dia menolehkan matanya ke arah bocah laki-laki di depannya.
Hal pertama yang dia pikirkan ketika dia tahu dia memiliki seorang anak adalah dia memiliki alat lain untuk digunakan. Namun, saat bocah itu lahir memegang jarinya dengan tangannya yang mungil, sesuatu terlihat hancur di dalam tubuhnya.
Ini adalah putranya, yang terlihat seperti monyet manusia. Dia memang tidak menganggapnya menggemaskan. Namun, ketika dia merasakan kehangatan yang memancar dari jarinya, hal-hal lain kelihatannya seperti menghilang.
Siapa yang perduli dengan takhta?
Pria yang didorong oleh ambisi telah hilang, tidak terlihat dan tidak bersedih.
Lalu, ketika Raeven tersenyum berterima kasih kepada istrinya yang baru saja melahirkan putranya, dia secara gamblang teringat ekspresi wajah istrinya, yang memang lucu, meskipun dia tidak mengatakannya dengan keras. Dia teringat bertanya, "Siapa dia?"
Waktu itu, istrinya menganggap bahwa ini hanya sebuah keanehan yang disebabkan karena tahu dia memiliki keturunan. Namun, Raeven terus-terusan berubah setelah ini, dan itu membuat istrinya bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan suaminya.
Pada akhirnya, ketika istrinya mempertimbangkan suaminya yang sebelum ini dan sesudah perubahannya, dia memutuskan bahwa dia lebih memilih Raeven yang baru, dan sikapnya berubah pula. Dua orang itu, pada akhirnya, menjadi sepasang suami istri yang biasa.
Raeven membungkuk dan mengangkat putranya, yang mencoba merangkul lutut Raeven.
Si bocah tertawa gembira saat dia dipangku oleh Raeven. Dia bisa merasakan panas dari tubuhnya melalui pakaiannya, dan berat badan yang sudah akrab terasa nyaman. Sebuah kepuasan yang hangat dan menenangkan terpancar tiada akhir dari hatinya.
Sekarang, Raeven hanya punya satu tujuan.
'Aku ingin meninggalkan wilayah yang dijaga dengan baik kepada putraku' Itu adalah tujuan yang dimiliki oleh ayah bangsawan manapun.
Raeven melihat hangat kepada bocah yang ada di kakinya, lalu berbicara kepadanya.
"Ada apa-chu? Rii-tan? Chuchu~"
Hanya dua orang di dunia ini yang bisa melihat seorang bangsawan besar yang mengerucutkan bibirnya dan membentuk "~chu".
Salah satunya, si bocah itu, yang tertawa kegirangan.
"...Sayang, berbicara dengan bahasa bayi hanya akan mengganggu tata bahasanya."
"Hmph! Omong kosong, itu tak lebih hanyalah rumor yang tak berdasar."
Meskipun mulutnya berkata demikian, Raeven sadar bahwa gawat nantinya jika dia membesarkan putranya dengan buruk.
Karena dia adalah putranya, itu artinya dia pasti memiliki semacam bakat. Atau lebih tepatnya, tidak perduli meskipun dia tidak memiliki bakat, tapi sebagai orang tuanya, mereka memiliki kewajiban untuk menemukan dan mengasah kemampuan dari anak-anak mereka. Oleh karena itu, menjadi pengaruh yang buruk kepadanya adalah hal yang tidak mungkin. Tetap saja, dia tidak akan membuang nama kesayangan baginya.
Lagipula cinta adalah guru terbaik.
"Bukankah itu benar, ya kan Rii-tan? Ada apa? Apakah kamu ingin mengatakan sesuatu kepada Papa?"
Raeven mengabaikan ekspresi gelisah istrinya dan bertanya lagi.
"Ehehehe, tentang hal itu~"
Dia terlihat seperti ingin berbagi semacam suatu rahasia, melihat dari caranya yang menutupi mulut dengan tangan kecilnya. Saat dia melihat gerakan itu, sudut mata Raeven menjadi tenang, dan dia membuat satu wajah yang takkan diduga dibuat oleh pria yang dianggap sebagai ular itu.
"Yah, apa itu? Bisakah kamu bilang kepada Papa~n? Uwah~ apa itu?"
"Makan malam hari ini~"
"Mm, mm!"
"Itu adalah kesukaan Papa!"
"Mm! Papa~n akan sangat senang! Apa makan malam hari ini?"
"ikan Gabra a la meuniere."
"Begitukah- Ada apa? Rii-tan?"
Raeven melihat ekspresi tidak senang di wajah putranya lalu cepat-cepat bertanya.
"Seharusnya aku yang mengatakannya!"
Sebuah petir terlihat seakan berkelebat di punggung Raeven.
"Apakah itu -chu er, maksudku, benarkah itu? Yah, kalau begitu Papa~n yang salah. Maafkan Papa. Rii-tan, apakah kamu ingin mengatakan sesuatu?"
Saat Raeven melihat ke arah istrinya dengan alis yang mengkerut, istrinya, yang tak tahu apa yang harus dilakukan, menutupi wajahnya.
"Rii-tan, mengapa kamu tidak bilang kepada Papa~n?"
Dengan sebuah suara 'hmph' jengkel, bocah itu membuang wajahnya ke samping. Gerakan kecil itu memiliki benturan besar kepada Raeven. Dengan wajahnya yang dipenuhi keputusasaan, dia terlihat seperti baru saja diperintahkan bunuh diri.
"Aku benar-benar minta maaf Rii-tan, Papa~n itu bodoh dan lupa semuanya, bisakah kamu katakan kepada Papa?"
Putranya menoleh ke arah Raeven dari sudut matanya. Dia kelihatannya belum siap membuat keputusan.
"Tidak mau bilang kepada Papa~n? Papa~n akan nangis nih~"
"Itu - Tentang itu, itu adalah ikan kesukaan Papa~"
"Benarkah? Papa gembira sekali mendengarnya!"
Raeven tidak bisa menahan keinginan untuk mencium pipi putranya. Karena geli, bocah itu tertawa polos.
"Baiklah, ayo pergi makan malam!"
"---Kurasa masih belum siap."
"-Apa."
Ekspresi jengkel menyebar di muka Raeven, seakan sebuah baskom berisi air dingin disiramkan ke kepalanya. Meskipun itu adalah masalah yang mudah memerintahkan kepada koki untuk bergegas, mereka masih butuh waktu untuk mengikuti langkah yang tepat melakukan pekerjaan mereka, dan langkah-langkah itu harus dilakukan dengan timing yang spesifik. Oleh karena itu, jika dia dengan egoisnya mengganggu rutinitas mereka, makanan tidak akan seenak biasanya.
Oleh karena itu, meskipun dia tidak senang menunggu. Raeven tidak memberikan perintah itu. Karena dia ingin putranya makan dengan makanan yang terbaik.
"Baiklah, ayah harus kerja. Ayo pergi."
"Kay~"
Raeven tidak bisa menyembunyikan kesedihan yang dia rasakan saat dia mendengar balasan dari putranya.
"Koff! Tunggu, sebenarnya, aku sudah selesai bekerja."
"Benarkah?"
"Ya, benar kok. Jangan khawatir, pekerjaan sudah selesai."
"...Begitukah? Tidak baik menundanya."
"..."
Meskipun sang istri menatap dengan tatapan dingin, Raeven tidak ingin melepaskan putranya. Dia memeluk bocah itu dengan erat, lalu menghela nafas saat dia merasakan kehangatan dari tubuh putranya mengalir kepadanya.
"...Yah, aku juga lagi buntu," gumam Raeven. "Kelihatannya aku tidak bisa menyelesaikannya dalam sehari."
Ini bukan alasan. Dia tidak punya sesuatu yang mendesak untuk diselesaikan.
Istrinya mengangguk menyambutnya.
"Aku mengerti, tapi tetap saja... kelihatannya benar-benar susah."
"Itu yang kukatakan. Aku tidak perlu tambahan tangan dan kaki untuk bekerja, cuman kepala yang bagus."
"Bagaimana dengan saudaraku?"
"Dia memang berbakat, tapi karena keluargamu sudah cukup sibuk dengan wilayahnya sekarang. Kurasa aku tidak bisa memanggilnya kemari, ya kan? Apakah kamu tahu orang lain lagi yang bisa dipercaya?"
Raeven sudah menanyakan pertanyaan ini berulang kali, dan istrinya telah memberikan jawaban yang sama; tidak ada bangsawan yang bisa menghadapi masalah ini seperti dirimu.
Sebenarnya adalah jika orang lain seperti itu, kehidupannya tidak akan sesulit ini sekarang. Pada akhirnya, yang bisa dia lakukan hanyalah mencari di kalangan orang biasa. Jika ini adalah tempat seperti Empire, dimana sistem pendidikannya terpusat untuk melatih orang-orang agar siap untuk melayani umum, maka keadaan akan baik-baik saja, tapi di dalam Kingdom, mencari bakat tersembunyi seperti mencari sebuah jarum di dalam tumpukan jerami. Yang bisa dia lakukan adalah mendengar rumor orang berbakat dan merekrut mereka.
Saat dia berpikir betapa banyak waktu dan usaha yang dibutuhkan, hati Raeven tenggelam. Saat ini, putranya memiliki ide yang bagus.
"Papa~n, aku ingin membantumu bekerja juga~"
"Uwah~ Rii-tan, terima kasih banyak! Aku paling menyayangi-chu!"
Raeven tidak berhenti menciumi putranya saat dia melanjutkan bahasa bayinya. Ini tidak diragukan lagi adalah saat-saat paling membahagiakan dalam hidupnya.
Dia bisa melupakan stres dalam sehari-harinya dan mendapatkan sebuah kedamaian kecil.
Meskipun aku harus mengorbankan diriku, aku akan melindungi semua ini, Raeven bersumpah di dalam hatinya.
**********
Sudah dua bulan sejak deklarasi perang dari Empire, dan sekarang adalah musim dingin.
Di desa-desa di seluruh Kingdom, sebagian besar pekerjaan telah berpindah dari luar ruangan menjadi di dalam ruangan. Lebih sedikit orang-orang yang bepergian keluar sekarang, dan tidak banyak orang yang masih tetap bekerja. Ini juga terjadi kepada para petualang, yang memang terbiasa bekerja setiap tahunnya.
Meskipun ada kasus dimana monster-monster yang lapar tiba-tiba muncul di desa dan permintaan pun dibuat dengan terburu-buru, dari sebagian besarnya, hanya sedikit yang mau melakukannya. Jauh lebih berbahaya menjelajahi reruntuhan atau perbatasan yang tidak diketahui selama musim ini. Karena itu, para petualang menganggap musim ini sebagai suatu liburan, dan mengalirkan energi mereka ke dalam latihan, rekreasi atau bisnis sampingan mereka.
Meskipun begitu, Kota Benteng E-Rantel tidak seperti itu. Kota itu dipenuhi dengan kehidupan dan energi.
Keributan ini, bagaimanapun, entah bagaimana berbeda dari kota-kota lainnya. Aktifitas disini tidak terlahir dari energi yang biasa ada di kehidupan kota.
Sumber dari energi ini datangnya dari sektor paling luar dari Benteng Tiga.
Tak terhitung orang-orang sedang berkumpul disini dengan berpakaian lusuh, dan mungkin adalah rakyat biasa. Tapi jumlah mereka menakjubkan - ada sekitar 250.000 orang.
Tentu saja, E-Rantel tidak selalu punya orang sebanyak ini.
Memang benar E-Rantel adalah perhubungan perdagangan dan lalu linta antara tiga kerajaan, dengan orang, uang, barang dan hal lainnya mengalir dengan bebas melalui kota ini. Karena itu, kota ini memang besar.
Namun, itu saja bukanlah alasan yang cukup hanya untuk satu sektor saja dipenuhi dengan 250.000 orang.
Kalau begitu, mengapa banyak sekali orang berkumpul disini?
Yang paling bisa menjelaskan hal ini adalah sekelompok pemuda.
Dengan membawa tombak tanpa mata pisau - lebih seperti tongkat biasa - banyak pemuda yang menusuk dan mendorong tongkat itu ke arah orang-orangan yang terbuat dari kayu dan jerami, yang dibungkus dengan armor yang berkarat dan perisai.
Ini adalah latihan tempur. Semuanya berkumpul disini hari ini - 250.000 penduduk diambil dari Kingdom - telah diwajibkan militer untuk melawan Empire.
Teriakan perang yang keras terdengar dimanapun. Tentu saja, tidak banyak dari mereka yang benar-benar berteriak dengan sungguh-sungguh. Kebanyakan dari mereka digenggam oleh ketakutan akan adanya peperangan yang menyambut, dan mereka berlatih untuk mengalihkan diri mereka dari omelan khawatir jika mereka tidak pulang setelah ini.
Meskipun begitu, tidak semuanya yang berlatih dengan sungguh-sungguh.
Perang dengan Empire adalah kejadian tahunan. Sebagai hasilnya, banyak orang yang kehilangan semangat bertarung. Ada mereka yang sedang merebahkan diri di dalam cekungan yang tidak menonjol di sepanjang tangga batu, seperti boneka yang talinya putus. Ada mereka yang mengalirkan keputusasaan mereka kepada sekitarnya. Ada yang duduk-duduk dan memeluk lutut meeka serta menunggu akhir.
Saat tentara sipil semakin tua, mereka lebih sering seperti ini.
Mereka tidak memiliki semangat bertempur sama sekali dan hanya ingin pulang.
Ini adalah wajah sebenarnya dari Pasukan kerajaan. Namun, mau bagaimana lagi. Pada awalnya, mereka dikumpulkan dengan paksa. Lalu mereka dibilang harus mempertaruhkan nyawa mereka dalam pertempuran berdarah yang tidak ada untungnya bagi mereka. Meskipun mereka berhasil kembali hidup-hidup, mereka kembali untuk menghabiskan hasil panen, dan kehidupan mereka akan sangat sulit, seperti sebuah jerat yang perlahan mencekik mereka.
Ini tidak ada bedanya dengan eksekusi yang diulur-ulur.
Kereta berjalan melewati pasukan itu. Di dasarnya dipenuhi dengan jumlah makanan yang sangat banyak.
Secara logis, akan sangat sulit merumahkan dan memberi makan 3% Populasi Kingdom di dalam satu kota. Namun, E-Rantel adalah baris depan dari peperangan dengan Empire, dan didesain untuk bisa mengakomodir kekuatan militer dari Kingdom.
Sebagai hasil dari persiapan berkepanjangan yang dibuat untuk kota ini, bisa menampung 250.000 orang dengan mudah. Gudang mereka sangat besar, dan mungkin merupakan bangunan terbesar di kota.
Suplai di dalam gudang-gudang itu diangkut dengan angkutan untuk hilir mudik.
Orang-orang yang tidak bersemangat itu menjadi ketakutan ke arah kereta tersebut. Seakan mereka telah melihat Kematian yang perlahan merangkak ke arah mereka.
Semuanya tahu apa yang selanjutnya terjadi.
Ini adalah perpindahan bahan makanan dalam jumlah besar.
Itu artinya perang dengan Empire akan segera terjadi.
----
Bagian paling dalam dari tiga dinding E-Rantel.
Di pusat kota ada sebuah rumah mewah milik walikota E-Rantel, Panasolei Guruze Dale Rettenmaier. Meskipun itu adalah rumah mewah yang layak sebagai pemimpin kota, masih kalah jika dibndingkan dengan bangunan di sampingnya.
Banguan itu adalah yang paling menakjubkan di kota - villa VIP. Biasanya tersegel, dan hanya keluarga kerajaan atau mereka yang dekat dengan mereka yang boleh menggunakannya.
Dan sekarang, di dalam villa itu, beberapa pria berkumpul mengelilingi Raja Ranpossa III dan para bangsawan agung.
Gazef berdiri tanpa suara di sisi raja, yang duduk di atas tahkta yang kasar.
Sebuah meja besar mendominasi pusat ruangan, dikelilingi oleh para bangsawan, yang sedang mempelajari peta besar yang dibuka gulungannya di atas meja itu. Di sekitar peta tersebut berserakan dokumen-dokumen dalam jumlah yang tak bisa dihitung, gulungan-gulungan nominal, laporan pengintaian, catatan peperangan, laporan kemunculan monster-monster dan sebagainya. Meskipun ada para pelayan di belakang sedang membawa ceret air, hanya tersisa sedikit air.
Itu adalah bukti dari debat-debat yang sangat kuat terjadi disini.
Sebenarnya keletihan mulai muncul di wajah-wajah berbeda dan terlihat baik dari bangsawan besar. Saat satu kekuatan tumbuh semakin besar, akan ada lebih banyak masalah logistik yang harus dipenuhi, dan lebih banyak keputusan yang harus dibuat. Sementara masalah level rendah bisa ditangani oleh bawahan, mereka harus berkoordinasi tentang masalah bangsawan di dalam fraksi mereka secara pribadi.
Saat para bangsawan dengan harga diri mereka sebagai taruhan, mereka bahkan tidak bisa menunjukkan ketegangan semakin menjerat mereka, membuat pekerjaan semakin berat.
Namun, sekarang sudah selesai.
Marquis Raeven, yang terlihat paling sedikit lelahnya dari semua yang ada disini, membuka mulutnya untuk bicara.
Sebenarnya sudah sangat umum dirinya mengambil inisiatif untuk menyapa para bangsawan. Dia mungkin sedikit seperti 'kelelawar', tapi tak ada yang meragukan kecerdasannya. Jelas sekali dengan membuatnya bicara, adalah sebuah cara untuk memotong baris Fraksional, adalah cara yang tercepat untuk membuat semuanya diam.
"Terima kasih atas kerja keras anda. Setidaknya, kita sudah menyelesaikan persiapan kita di dalam waktu yang terbatas. Mulai sekarang kita akan mulai mendiskusikan strategi melawan Empire dalam perang yang akan datang."
Tatapan Raeven menyapu ke semua orang yang hadir, dan dia memegang sebuah perkamen agar semuanya melihat.
"Ini adalah surat resmi dari Empire yang tiba beberapa hari yang lalu. Menyatakan tempat yang ditawarkan untuk medan perang."
Karena medang perang selalu dikotori dengan mayat-mayat, tanahnya nanti akan terkutuk, dan akan menjadi tempat munculnya para undead. Oleh karena itu, sebagai sebuah spesies, manusia akan menentukan tempat yang spesifik untuk perang mereka. Ketika kedua pihak setuju di tempat itu, mereka bisa melakukan pertempuran sesuka hati mereka tanpa harus melukai masing-masing negeri.
Tentu saja, tidak semua peperangan dilakukan seperti itu. Atau lebih tepatnya, jarang sekali pertempuran dilakukan seperti itu. Hanya ketika Kingdom dan Empire maju peranglah situasi ini datang, dan selama beberapa tahu belakangan, mereka terlah berperang di medan perang yang telah ditentukan.
Meskipun jika mereka mengambil tanah bau, akan jadi lebih merugikan daripada menguntungkan jika itu menjadi tempat munculnya undead, dan tidak ada gunanya menjaga tempat dari penyerang jka nantinya berakhir menjadi tempat terkutuk dan tidak bisa ditinggali lagi. Kedua pihak memiliki sudut pandang yang sama, akhirnya terbentuklah perjanjian.
Karena alasan itu, sebuah helaan nafas datang dari entah darimana saat Raeven mengumumkan surat penting itu. Para bangsawan pasti berpikir perang ini akan sama seperti sebelum-sebelumnya, karena sifat dari deklarasi yang sudah akrab.
"Kalau begitu, medang perangnya akan ada di-"
"Bukankah itu adalah tempat yang sama, Marquis Raeven? Dimana lagi memangnya?"
"Memang benar. Seperti yang dikatakan oleh Marquis Bowlrob, medang perang itu adalah salah satu yang sangat akrab dengan kita. Tanah terkutuk yang diselimuti oleh kabut, area barat laut dari dataran Katze."
"Karena tempatnya sama, bukankah itu artinya Empire akan melakukan hal yang sama?"
Meskipun Empire mengklaim hanya membantu magic caster Ainz Ooal Gown mengambil kembali wilayahnya yang menjadi hak, sebagian besar bangsawan merasa ini hanyalah sebuah 'casus belli' bagi mereka untuk bisa mendeklarasikan perang seperti yang selalu mereka lakukan.
Jika hanya itu saja, Gazef akan setuju, tapi Raeven menggelengkan kepalanya.
"Sayang sekali, Marquis Volumlash, kelihatannya bukan begitu, Menurut sumber saya, Empire telah menggerakkan sebuah kekuatan militer dalam jumlah yang sangat besar untuk perang ini. Aku mengirimkan mantan tim petualang dengan peringkat orichalcum milikku untuk memperjelas ini, dan ketika mereka tidak yakin dengan figur yang tepat, melihat simbol dan lencana dari unit yang aktif, Empire telah mengeluarkan enam legiun penuh."
"Enam Legiun?!"
perbedaan pendapat mengalir pada para bangsawan yang sedang berkumpul.
Empire memiliki delapan legiun, tapi sampai saat ini mereka hanya mengeluarkan empat legion paling banyak. Tapi kali ini, mereka membawa satu setengah jumlah itu.
"Apakah mereka... serius?"
Pertanyaan itu datangnya dari seorang bangsawan dengan ekpresi tidak tenang di wajahnya.
Enam legiun. 60.000 orang. Kingdom memiliki 250.000 orang, tapi meskipun mereka memiliki keunggulan jumlah, hal sebaliknya memang bena dalam hal kualitas pasukan.
"Kita mungkin harus mempertimbangkan jika ini mungkin tidak akan berakhir dalam pertempuran kecil yang biasa."
Di masa lalu, dengan 40.000 orang Empire melawan 200.000 orang, Empire akan meluncurkan serangan, Kingdom akan menahannya lalu perang akan berakhir. Tujuan Empire adalah perlahan membuat Kingdom lelah dan membuang stok makanan mereka, jadi dengan membuat Kingdom melakukan perang sudah memenuhi salah satu tujuan mereka.
Jika mereka berencana melakukan hal yang sama, seharusnya tidak perlu menggerakkan 60.000 orang. Itu artinya mereka memiliki motif lain melakukan ini, pikir Raeven.
"Kelihatannya menaikkan pajak adalah keputusan yang benar."
Namun, biaya yang meningkat dari lebih banyak prajurit yang diberangkatkan juga membuat sakit kepala.
Di masa lalu, peperangan dilakuakn ketika musim panen saat musim gugur. Perang ini akan dilakukan ketika musim dingin, dan biaya tambahan terhadap hal-hal seperti kayu bakar, pakaian hangat dan seterusnya mulai bertambah.
Perang ini dibiayai oleh Fraksi Bangsawan. Jika kekuatan dari Fraksi kerajaan tidak meningkat, akan sangat sulit mengumpulkan donasi, dan kekuatan raja sendiri akan turun sangat drastis.
"Memang begitu, Marquis Raeven. Empire telah menggerakkan lebih banyak pasukan sekarang, di bawah alasan yang dibuat untuk membantu raja magic caster. Mereka akan menganggap mereka akan kehilangan wajah jika mereka tidak mengeluarkan pertunjukan yang bagus dalam membantu sekutu."
"Aku yakin memang begitu. Sebenarnya, karena kita tidak menerima komunikasi dari Ainz Ooal Gown ini, aku curiga insiden ini mungkin didalangi oleh Empire dan Ainz Ooal Gown ini hanyalah penonton yang ditarik ke dalamnya. Dia mungkin bahkan tidak ikut berpartisipasi di dalam perang ini dengan kemauan sendiri."
Bagi Gazef, jika itu memang benar adalah hal yang sangat menggembirakan. Mereka tidak perlu bermusuhan dengan seorang musuh yang mungkin adalah magic caster itu. Namun, mungkin itu terlalu optimis.
Gazef membuka mulutnya yang terkunci rapat sampai sekarang.
"Bolehkah saya bicara?"
"Silahkan."
Dengan izin sang raja, Gazef mulai melepaskan beban keraguannya.
"Saya tidak setuju, begitu juga dengan dokumen dari Slaine Theocracy. Saya tidak mengira deklarasi perang ini hanyalah isapan jempol."
Rasa tidak senang jelas terbukti di wajah para bangsawan.
E-Rantel dan sekelilingnya adalah titik temu dari tiga negara. Setiap kali Kingdom dan Empire pergi berperang, Theocracy akan mengumumkan pendapatnya.
"Pada awalnya, mereka bilang, E-Rantel dan sekitarnya pada awalnya milik dari Slaine Theocracy. Kingdom telah mengambil alih secara tidak benar dan mereka harus mengembalikannya ke pemilik yang sebenarnya. Sayang sekali wilayang yang sama sekali tidak layak itu harus menjadi obyek perebutan kekuasaan," dan seterusnya.
Dua negara, kelihatannya seakan Theocracy akan ikut campur dengan perang mereka, tapi hingga tanggal mereka menggerakkan pasukan mereka. Perselisihan mereka hanyalah di mulut.
Kali ini, bagaimanapun, nada dari statemen resmi mereka telah berubah.
"Theocracy tidak memiliki catatan pemerintahannya, tapi jika Ainz Ooal Gown memang mengendalikan E-Rantel dan sekitarnya di masa lalu, Theocracy akan mengakui kenyataan itu dan kedaulatannya."
Itulah pengumuman resmi mereka.
Kepada para bangsawan di Kingdom, deklarasi itu tidak lain adalah gurauan belaka, seperti seorang badut istana yang muncul entah darimana dan berbicara ngawur. Namun, ada juga mereka yang mengerti arti sebenarnya dibalik dokumen itu.
Slaine Theocracy bilang, "Kami tidak berniat membuat marah Ainz Ooal Gown" di level nasional.
Itu artinya Slaine Theocracy, negeri terkuat di kawasan, tidak mau memusuhi satu orang magic caster.
Tapi itu memang bisa dimengerti, pikir Gazef.
"Dia dengan mudah menghabisi salah satu dari Enam Scripture... dan meskipun dia bilang dia tidak membunuh mereka, Slaine Theocracy merasa bermusuhan dengan orang level kekuatan seperti ini adalah ide yang buruk. Jika Ainz Ooal Gown ditarik ke dalam perang ini leh Empire, mereka tidak perlu bergulung-gulung seperti ini."
"Hmph. Memangnya kenapa kalau mereka memiliki satu orang lagi Magic caster? Bukankah kita memiliki 250.000 orang?"
Count Lindon tertawa di hadapan Gazef yang waspada, ejekan adalah bukti dari suaranya.
Gazef melawan keinginan untuk mengerutkan alisnya. Meskipun dia mengerti kekuatan mengejutkan dari seorang magic caster hebat, di waktu yang sama, dia juga mengerti dari mana Lindon berasal.
Jika dia tidak tahu hal lain, Gazef akan berpikir hal yang sama juga.
Seperti contohnya, ada magic caster yang terkenal di Empire, Fluder Paradyne. Namanya dikenal hingga negeri yang jauh. Dia dirumorkan mampu menggunakan magic tingkat ke-5 atau ke-6, tapi sejujurnya, tak ada yang tahu seberapa kuat dia sebenarnya.
Itu karena dia tak pernah ambil bagian di dalam peperangan Empire, ataupun menggunakan magicnya untuk memutarbalikkan pasukan dari Kingdom.
Sedangkan magic tingkat ke-6 memang menakjubkan, sebenarnya seberapa mengagumkannya itu masih tetap belum dilihat.
Gazef merasa begitu sebagai orang yang selamat dari jumlah yang tak terhitung dari pertarungannya sebagai Kapten Warrior.
Para bangsawan bukanlah magic caster, tapi hanya diajarkan magic sebagai bagian dari pendidikan mereka. Banyak bangsawan Kingdom yang menganggap kecil Fluder, berpikir dia bukanlah apa-apa kecuali hanyalah 'poster boy' untuk propaganda Empire. Para bangsawan yang hanya memiliki sedikit kontak dengan magic user seperti para petualang memang akan lebih berpikir demikian.
Count Lindon adalah salah satunya. Baginya, magic caster tidak lebih dari artis jalanan. Tentu saja, para priest yang menjadi tumpuannya ketika dia sakit adalah masalah lain.
"..Kurasa itu tidak benar juga. Mereka bisa sangat sulit diatasi jika mereka menggunakan mantra 'Flight' dan menyerang dengan magic yang memiliki efek area. Memang menjengkelkan jika mereka hanya menyerang dari jarak jauh. Tentu saja, magic caster profesional tidak akan melakukan hal-hal yang tidak menguntungkan mereka. Tetap saja, Aliansi Empire dengan Ainz Ooal Gown terlalu aneh. Mereka tidak akan bertindak sejauh ini jika dia hanyalah magic caster biasa, jadi kita sebaiknya waspada."
Kalimat yang menyakitkan itu diucapkan oleh Margrave Urovana, yang kepalanya penuh rambut putih dan wajah keriputnya membawa kewibawaan seorang individu senior. Sebagai yang paling tua dari Enam bangsawan besar, dia jelas sekali berlawanan dengan Count Lindon yang muda. Setiap ucapan dan gerak tubuhnya membuat Count mengangguk mengakui. Namun, yang melawannya justru adalah Marquis Bowlrob.
"Hmph! Siapa Ainz Ooal Gown ini? Seperti yang Lindon katakan, apa yang bisa dilakukan oleh satu orang saja? Jika dia terbang, kita akan tembak dia dengan busur. Sama halnya jika dia menyerang dari jarak jauh. Apa yang bisa satu orang magic caster lakukan? Cerita-cerita tentang magic caster yang merubah medan pertempuran hanya itu saja, cuman cerita!"
"...Saya minta maaf, tapi bukankah beberapa cerita yang dinyanyikan oleh para bard mungkin saja benar?"
"Saya yakin Kapten Warrior - dono tidak memiliki semua faktanya. Para bard melebih-lebihkan fakta untuk membesarkan daya tarik. Setelah melebih-lebihkan kenyataan, cerita yang sebenarnya terhapus dari kenyataan. Ini hanya membuat lebih buruk saat para bard memutar balikkan cerita yang diambil dari bard-bard lain, karena tradisi dari mulut ke mulut rawan dibelokkan."
"Namun, jika mereka bisa mengumpulkan banyak magic caster yang bisa menggunakan 'Fireball'-"
"Dan tepatnya berapa kemungkin perkumpulan dari magic caster yang anda katakan itu nantinya, hm? Silahkan katakan kepada kami, Wahai Kapten Warrior dono."
"Itu... kurasa tidak banyak."
'Fireball' adalah mantra tingkat ke-3. Tidak mungkin bisa mengumpulkan magic caster yang bisa menggunakan mantra itu dalam jumlah yang besar, meskipun Empire memiliki akademi magic.
"Kalau begitu, bukankah itu adalah jawabannya? Magic adalah senjata yang bagus, tapi tak perduli seberapa kuat dia, satu orang tidak bisa merubah medan perang! Anda - maafkan saya - Kapten Warrior adalah contoh yang sempurna. ketika tidak ada yang bisa menandingi anda dalam duel, bahkan anda sendiri tidak bisa membantai beberapa ribu orang dalam sekali!"
Dia benar. Gazef tidak menemukan apapun untuk bisa menangkal argumen Marquis Bowlrobs.
Cerita-cerita tentang menghancurkan sepuluh ribuan dalam sekali pukul sangat diragukan kebenarannya. Bahkan si nenek itu. Salah satu dari Tiga belas Pahlawan, Rigrit Bers Carau, tidak bisa melakukan hal semacam itu.
Namun, rasa tidak nyaman masih menggantung di dalam hati Gazef.
Jangan-jangan dia tidak bertemu magic caster yang luar biasa, namun hanya tidak tahu?
"...Lalu, bagaimana jika itu adalah naga?"
"Marquis Volumlash...magic caster itu adalah manusia, mengapa kamu bahkan memunculkan seekor naga?"
"Tidak, maksudku dalam hal kemampuan bertempur satu orang melawan satu brigade."
"Pada awalnya, tidak ada gunanya menyebutkan naga ketika kita sedang mendiskusikan manusia! Aku tidak tahu apa yang kalian semua pikirkan, ketakutan sekali hanya karena seorang magic caster kecil-"
Dia mengalihkan pandangan tajam kepada Gazef.
"Sebagai bangsawan Kingdom, seharusnya kamu malu dengan dirimu, ketakutan dengan hanya bayangan saja! Tetap saja, bukannya aku tidak mengerti kekhawatiran Kapten Warrior... kalau begitu, mari kita anggap Ainz Ooal Gown sebagai kekuatan yang mampu setara dengan lima ribu orang."
"Li-Lima ribu?!"
Mata Lindon melebar.
"Bukankah itu terlalu banyak, menilai satu orang setara dengan lima ribu? menyamakannya dengan separuh saja sudah terlalu banyak."
"Aku, sebagai contohnya, menganggap Kapten Warrior-dono setara dengan seribu orang, dan karena Kapten Warrior kita sangat mewaspadai individu ini, kita seharusnya menghitungnya sebagai orang yang mampu melawan lima kali jumlah itu. Aku yakin dengan penilaian Kapten Warrior dengannya."
"Anda terlalu memuji saya."
Meskipun dia masih ragu jika kemampuan tempur Ainz Ooal Gown hanya setara lima ribu orang, segitu sudah sulit dipercaya. Akan lebih baik berterima kasih kepadanya dan mencoba mendapatkan sedikit niat baik. Dengan begitu, Gazef menurunkan kepalanya.
Dalam keadaan seperti itu, Pangeran mahkota Barbro yang diam sampai saat ini membuka mulutnya.
"Jika mungkin saya diperbolehkan mendapatkan sedikit waktu anda... saya telah berpikir. Mengapa kita tidak memaksa para petualang itu ke dalam pasukan? Lagipula, mereka bekerja di dalam Kingdom, jadi bukankah mereka adalah wajib memenuhi panggilan militer? Mengapa mereka tidak diperbolehkan bergabung dengan militer? Saya tidak ingat ada hukum apapun di dalam Kingdom yang melaran itu."
Para bangsawan saling melihat satu sama lain. Sebagai tuan tanah, mereka jelas sekali mengerti nilai dan kekuatan dari para petualang. Karena itu, mereka tidak menerima alasan dari Barbro.
Bagi Gazef, dia merasa alasan mengapa Barbro berpikir demikian adalah karena dia adalah anggota dari keluarga kerajaan. Jika dia memiliki perkebunan untuk dikelola, dia tidak akan berpikir seperti itu.
Marquis Raeven terbatuk.
"Pangeranku. Saya yakin anda mengerti itu selain dari mereka yang berplat tembaga, setiap petualang lebih kuat dari pasukan rata-rata?"
"Um. Tentu saja. Itulah kenapa kita harus menarik mereka. Ketika sudah ditarik. mereka akan menghasilkan hasil yang luar biasa. Mereka akan bisa mengalahkan knight-knight dari Imperial dengan mudah!"
"Saya tidak menentang hal itu. Namun, jika kita melakukan itu, maka musuh kita - Empire, sebagai contohnya - juga akan mewajibkan para petualang untuk melawan kita dengan menggunakan mereka. Dengan begitu, daripada pertempuran diantara para petualang, itu akan menjadi pembantai tersistematik dari jajaran petualang. Kerugian akan jauh lebih besar, dan banyak wajib militer yang akan mati. Inilah kenapa kedua pihak tidak menggunakan petualang, untuk menghindai perlombaan senjata. Ditambah lagi, Guild Petualang tidak akan pernah memperbolehkan."
Worker juga tidak digunakan untuk alasan yang sama. Ditambah lagi, mereka biasanya lebih mahal daripada petualang, kurang sedikit bisa diandalkan.
"Begitukah... meskipun aku tidak senang dengan ide itu, aku bisa menerimanya. Kalau begitu bagaimana jika kota diserang? Jika mereka tidak bergabung mempertahankan, bukankah itu adalah pengkhianatan, bagi penduduk Kingdom?"
"Saya mengerti poin yang anda coba buat. Namun, mereka akan merasa bahwa mereka kebebasan bertindak terhadap apakan mereka dianggap penduduk atau tidak dari Kingdom. Ditambah lagi, mereka mungkin juga akan bepergian jauh suatu ketika. Hal terpenting adalah semakin baik mereka, semakin besar nantinya negeri itu akan berkurang ketika mereka musnah di dalam peperangan. Itu mungkin akan membuat situasi menjadi tak terkendali ketika monster-monster muncul, tapi tidak ada petualang yang mampu menghentikannya. Oleh karena itu, kita harus menangani para petualang dengan hati-hati."
"Marquis Raeven, bukankah anda tadi menyebutkan bahwa anda telah mewajibkan beberapa petualang yang sudah pensiun ke dalam pasukan anda? Sesuatu tentang - mantan orichalcum? Mengapa itu boleh?"
"Itu tidak apa. Mereka tidak lagi diikat oleh peraturan dari Guild Petualang ketika mereka sudah pensiun dan tidak lagi menjadi anggota. Itulah kenapa saya mempekerjakan mereka."
"..Ternyata begitu. Meskipun, saya mendengarnya, tapi saya tidak seberapa mengerti itu." Tawa lirih dan suara setuju datang dari rombongan bangsawan.
"Tetap saja, Itu hanya berlaku untuk petualang dengan peringkat orichalcum. Petualang dengan peringkat Adamantite adalah masalah yang sangat berbeda sama sekali. Dari dua petualang adamantite di Kingdom..."
Tidak ada siapapun disini yang tidak tahu keberanian mengeksploitasi Blue Rose ketika kekacauan yang disebabkan oleh iblis.
"Sebelum mereka ambil bagian, ada kelompok adamantite lain. Meskipun mereka semua sudah pensiun, mereka belum dipekerjakan sama sekali sejak... benar kan, Kapten Warrior-dono?"
"Benar sekali. Ada empat orang. Satu orang membuka sekolah berpedang eksklusif untuk murid-murid yang dia pilih. Dua orang lain pergi berkelana. Yang terakhir adalha nenek yang menghabiskan beberapa saat di Blue Rose sebelum pergi entah kemana."
Gazef menghitung wajah yang familiar di jarinya saat dia mengingat mereka.
ketika dia berjalan-jalan di ibukota, dia telah ditarik ke dalam aula latihan oleh guru masa depannya, dan dia mulai mengalami cara hidup seperti neraka dari latihan dan ilmu pedang.
Karena pertemuan itu, Gazef yang seharusnya hanyalah tentara bayaran akhirnya menjadi juara sang raja, tapi meskipun begitu-
Tidak, setelah dipikir-pikir, itu adalah ingatan yang indah juga.
"Ternyata begitu. Aku juga mendengar kota ini dijadikan markas oleh tim petualang yang disebut 'Darkness'. Jika saja kita bisa mengandalkan 'Beatiful Princess' Nabe untuk melawan Ainz Ooal Gown... Meskipun itu kelihatannya agak sulit."
Memang itu adalah ide yang bagus, Guild Petualang tidak akan pernah memperbolehkannya.
Beberapa bangsawan mulai mengutuk dengan keras guild itu.
Contohnya, "mereka bukan apa-apa selain rakyat jelata!"
contohnya, "mereka pikir siapa yang membayar mereka?!"
contohnya, "jika mereka adalah penduduk Kingdom, mereka seharusnya membantuk kita!"
Memang wajar jika mereka yang memiliki kekuasaan tidak akan senang dengan Guild Petualang yang menolak tunduk kepada kekuasaan itu. Namun, itu juga adalah kenyataan bahwa mereka adalah satu-satunya yang bisa menghadapi monster-monster itu.
Jika Guild Petualang pergi dari Kingdom, mereka tidak akan memiliki cara untuk memukul balik monster-monster yang kuat itu. Sebagai hasilnya, Kingdom akan terus hancur, dan bahkan Gazef sekalipun takkan bisa mengubah hal itu.
Monster-monster memiliki kemampuan spesial, dan mengalahkan mereka akan membutuhkan macam-macam serangan berbeda yang sama, pertahanan dan metode penyembuhan. Karena ini, para petualang memang tidak bisa digantikan. Fakta bahwa Empire mengumpulkan magic caster dan ranger ke dalam legiunnya adalah masalah lain.
"Se-Seperti yang diduga dari Yang Mulia! Saya merasa ini adalah ide yang luar biasa!"
Yang berbicara seperti itu adalah seorang baron yang dikumpulkan dari bagian yang tidak diketahui.
Dia adalah tuan kecil diantara orang-orang yang hadir, itu artinya dia adalah bawahan dari seseorang.
"Sebagai seorang magic caster, dia mungkin memiliki semacam pandangan terhadap situasi ini. Mungkin bagus sekali untuk mendengarkan apa yang akan dia katakan. Mungkin kita harus mengirimkan utusan kepadanya, untuk jaga-jaga."
Ide itu menemui jumlah persetujuan yang sedikit. Paling banyak dari mereak yang setuju adalah bangsawan dengan kelas rendah, dan dari cara mereka memuji Barbro, mereka mungkin adalah bawahan dari Fraksi Bangsawan.
Semakin banyak orang-orang bermata tajam yang membuat wajah masam, namun kelihatannya yang lain tidak menyadari.
"Kalau begitu pergilah." Sang raja memerintakan dengan suara lelah. "Momon-dono adalah seorang petualang peringkat adamantite. Kamu boleh membuatnya marah dengan alasan apapun!"
"Saya mengerti! Cheneko ini akan melaksanakan perintah dari kerajaan dengan seksama!"
"Begitukah. Kalau begitu, jaga baik-baik jangan sampai membuat Momon-dono marah."
Sang raja melambaikan tangan lagi setelah mengulangi perintahnya. Bangsawan itu pergi dari ruangan tersebut.
Dia kelihatannya tidak menyadari jika ada yang salah, dia akan dengan keji dibuang.
"Hah... kita sudah melenceng jauh dari topik awal. Sekarang, dimana kita..ah. Jadi untuk kekuatan tempur Ainz Ooal Gown, kurasa tidak ada yang menyangkalnya kita menganggap dia berkekuatan lima ribu orang?"
Marquis Raeven melihat ke arah Gazef.
"Saya tidak masalah dengan penilaian itu."
Secara pribadi, Gazef merasa angka itu agak melenceng jauh dari jangkauan minimalnya, tapi dia bisa mengerti mereka yang tidak melihat sendiri kekuatan dari Ainz Ooal Gown mungkin sulit percaya.
"Kalau begitu, saat Empire sudah setuju dengan pilihan medang perangnya, saya yakin kita semua bisa mulai menggerakkan tentara kita ke arah dataran Katze?"
Garis pandangan Marquis Raeven menyapu ke seluruh ruangan, dan satu demi satu para bangsawan menjawab setuju. Ketika dia tiba pada Marquis Bowlrob terakhir kalinya, pria itu membalas dengan jelas dan keras.
"Akan dilaksanakan, Marquis Raeven. Pasukanku sudah siap bergerak kapanpun. Kalau begitu, Yang Mulia, bolehkah saya memiliki saran? Ini mengenai masalah sang Pangeran..."
Hanya ada satu Pangeran yang hadir. Mata semua orang tertuju kepada Barbro.
"Kelihatannya Ainz Ooal Gown pernah muncul untuk menyelamatkan sebuah pemukiman yang disebut desa Carne. Jika itu memang murni karena kebaikan hati, itu boleh-boleh saja. Namun, dia mungkin memiliki motif strategis di pikirannya. Saya merasa yang terbaik adalah menggerakkan beberapa pasukan dan mencoba menanyai para penduduk detilnya. Saya ingin mempercayakan perintah unit perintah itu kepada Pangeran."
"-Marquis!"
Barbro menatap Marquis Bowlrob.
"Diam" kata sang raja. "Itu bukan ide yang buruk. Putraku, aku perintahkan kepadamu - pergilah ke desa Carne dan pelajari apa yang kamu bisa dari para penduduk desa."
Gazef mencoba sebaik mungkin untuk tidak mengerutkan dahinya.
Jika mereka pergi ke desa Carne sekarang, mereka kelihatannya tidak akan mempelajari informasi yang berguna tentang magic caster itu. Ditambah lagi, membagi pasukan mereka sulit dilihat sebagai gerakan yang bijak, meskipun itu adalah jumlah yang sangat kecil.
"...Sang raja telah memerintahkan dan saya laksanakan. Namun, saya ingin mengutarakan bahwa penempatan ini bukanlah kehendak saya."
Melihat sang raja tidak berniat menarik kembali perintahnya, Barbro membungkukkan kepalanya, sebuah ekspresi tidak senang muncul di wajahnya.
"Aku akan meminjamkan beberapa pasukan elit. Aku juga akan mengirimkan seorang tuan rumah bangsawan untuk menemani pangeran. Total kekuatan unit anda sekitar lima ribu orang."
"Oh begitu. Kamu mewaspadai pasukan khusus dari Empire. Seperti yang kuduga dari Marquis Bowlrob, anda memang berpandangan jauh ke depan."
Gazef bisa melihat logika dalam ucapan Raeven. Namun, dia masih ragu jika Pasukan Imperial akan menggunakan metode yang sanga licik itu bahkan setelah menyetujui medan pertempuran. Meskipun itu benar jika semua peperangan berdasarkan tipuan, serangan sembunyi-sembunyi seperti ini setelah setuju hanya mempermalukan diri mereka terhadap negeri tetangga. Empire hanya akan 'menembak kakimu sendiri' (membuat masalah bagi diri sendiri).
"Meskipun saya tidak merasa membutuhkan banyak prajurit, karena Marquis telah dengan senang hati menawarkan ide itu, saya tidak ada pilihan lain selain menerimanya."
"Terima kasih banyak, Yang Mulia. Kalau begitu, saya punya satu pertanyaan lagi."
Marquis Bowlrob berhenti sejenak. Daripada untuk bernafas, jeda itu adalah untuk menarik perhatian terhadap apa yang akan dikatakannya.
"Siapa yang akan menjadi Komandan Umum untuk perang ini? Saya yakin tidak ada yang menolak diri saya sendiri?"
Suasana di ruangan itu berubah.
Ini adalah deklarasi secara tidak langsung. Itu diucapkan sebagai pertanyaan, tapi jelas membawah berat yang tidak diucapkan dan kekuatan memilih orang yang akan memegang otoraitas terhadap seluruh pasukan.
Jika ditanya siapa yang lebih baik dalam mengkomandoi diantara Raja Ranpossa III dan Marquis Bowlrob, banyak bangsawan akan menunjuk yang terakhir. Ini memang benar karena pasukan Marquis sendiri terdiri dari seperlima dai pasukan kerajaan - 50.000 orang.
Ditambah lagi, Marquis Bowlrob juga mengomandani pasukan elit. Dia telah menjadi inspirasi dari kelompok warrior Gazef, dan oleh karena itu menciptakan sebuah unit dari warrior profesional.
Mereka adalah pasukan yang sangat bagus. Meskipun mereka masih lebih lemah dari kelompok warrior di bawah Gazef, mereka masih menjadi tandingan terhadap para knight Empire - mungkin lebih dari setara. Dalam catatan tertentu adalah jumlah mereka, yang berjumlah sekitar 5.000. Jika mereka beradu pedang dengan kelompok warrior Gazef, Pasukan elit Bowlrob akan menang murni karena jumlah.
Jika raja tidak hadir secara pribadi, otoritas komandan tidak diragukan lagi jatuh kepada Marquis Bowlrob. Tapi karena raja ada disini, sewajarnya raja Ranpossa III adalah Komandan Tertinggi, meskipun para bangsawan mungkin tidak akan menerima itu.
Ekspresi Gazef mengeras saat Marquis Bowlrob menempatkan tekanan kepada sang raja. tapi Marquis Bowlrob tetap tidak bergeming bahkan saat dia melihat ekspresi Gazef. Bagi Bowlrob, Gazef hanyalah orang biasa yang bagus dalam berpedang, dan membiarkan bukan seorang bangsawan tetap disini adalah hal yang tidak bisa ditoleransi.
"..Marquis Raeven."
"Ya, Yang Mulia!"
"Aku akan serahkan padamu. Pimpin pasukan dengan aman ke dataran Katze. Dari sana, kamu akan bertanggung jawab dalam perkemahan dan pertahanan."
"Saya mengerti."
Raeven mengangguk menerima perintah kerajaan. Meskipun tempat yang diinginkan Bowlrob telah dicuri darinya, Jika itu adalah Raeven, Bowlrob tidak bisa protes. Dia tahu pria itu sangat berbakat, dan sebagai hasilnya, mengkritisinya akan sangat sulit. Terlebih penting lagi, Raeven memiliki koneksi yang luas, dan banyak orang-orang Bowlrob berhutang budi kepadanya. Jika dia mencoba mengkritisi Raeven di depan mereka, mereka hanya akan meragukannya malahan. Oleh karena itu, Bowlrob tidak ada pilihan lain selain menyengir dan menerimanya.
"Marquis Raeven, pasukanku akan berada dalam tanggung jawabmu. Tolong beritahu saya jika kamu perlu apapun."
"Terima kasih banyak, Marquis Bowlrob. Saya akan mengandalkan anda saat itu."
Gazef senang dengan keputusan brilian dari sang raja seakan itu adalah miliknya.
"Apakah ada hal lainnya?"
Sang raja menunggu sebentar, tapi tak ada yang membalas.
"...kalau begitu mari kita mulai persiapan untuk bergerak. Kita akan pergi besok. Akan memakan waktu dua hari untuk bisa tiba di medang perang, jadi jangan lengah dalam mempersiapkannya. Kalau begitu, rapat dibubarkan. Marquis Raeven, silahkan teruskan."
"Saya mengerti, Yang Mulia."
Para bangsawan terus keluar dari ruangan itu untuk mulai persiapan bergerak maju, meninggalkan hanya sang raja dan Gazef.
Ranpossa III perlahan menolehkan kepalanya. Sebuah suara gemeretak sampai kepada telinga Gazef. Dia pasti sangat kaku. Setelah peregangan, sebuah ekspresi lega berkembang di wajah sang Raja.
"Terima kasih atas kerja keras anda, Yang Mulia."
"Ahhh, itu memang kerja keras. Aku lelah sekali."
Gazef tersenyum masam kepada sang raja. "Lelah" adalah sebuah kapsul kesimpulan dalam mangatur Fraksi Kerajaan dan Fraksi Bangsawan. Namun, masih ada orang-orang yang lebih lelah daripada Ranpossa III.
"Sudah waktunya-"
Saat Ranpossa akan melanjutkan, beberapa ketukan datang dari arah pintu. Lalu pintu itu perlahan terbuka, dan tamu yang sedang menunggu mulai masuk.
Dia adalah seorang pria yang bulat sepergi babi, selain itu tidak ada tanda-tanda yang istimewa. Rambutnya jarang sampai tidak ada, dan apa yang tersisa adalah putih seperti salju.
Tubuhnya bulat, perutnya gendut, dan dagu serta rahangnya lembek.
Namun, cahaya kecerdasan bersinar di dalam mata manusia yang tidak mengesankan ini. Ranpossa III tersenyum ramah kepadanya.
"Selamat datang, Panasolei."
"Yang Mulia," kata walikota E-Rantel saat dia membungkuk kepada tuannya. Lalu, dia mengalihkan pandangannya.
"Sudah lama sekali, Stronoff-dono."
Panasolei adalah seorang bangsawan, namun dia masih sangat hormat kepada Gazef, orang biasa. Tepat karena itulah menjadikannya ditempatkan di tempat ini.
"Anda sudah merawat saya dulu, Pak walikota. Saya berterima kasih sudah menyembuhkan bawahan saya. Saya sedang terburu-buru melaporkan ke ibukota, jadi saya bergegas pergi tanpa berterima kasih dengan baik kepada anda. Tolong terimalah maaf saya."
"Ah, tidak, tidak, tidak usah dipikirkan. Saya mengerti pentingnya Kapten Warrior melaporkan pengepungan itu. Bagaimana mungkin saya berkeras hati dan mendendam kepada anda karena itu?"
Melihat kedua pihak saling membungkuk, sang raja tertawa senang.
"Panasolei, apakah kamu tidak menguik dengan hidungmu?"
"Yang Mulia... tidak perlu melakukan hal itu di dekat orang-orang yang tidak menggurui saya. Atau mungkin Yang MUlia dan Stronoff-dono merasa saya adalah seorang pelawak yang berdagang tindakan tertentu seperti itu?"
"Maaf, maaf, itu hanya guyonan. Tolong maafkan aku, Panasolei."
"Ah, tidak, pelayan anda yang mulia ini telah melangkahi batasannya. Harusnya saya yang harus meminta maaf kepada anda, Yang Mulia. Kalau begitu... mari kita mulai?"
"Tidak..." Sang raja ragu-ragu, lalu membalas, "Tidak, masih ada satu lagi orang yang belum datang. Mari kita tunggu dia."
"Begitukah. Kalau begitu, bolehkah kami mendiskusikan biaya makan di dalamkota? Setelah itu, saya akan melaporkan proyeksi dari kekuatan nasional kita untuk tahun berikutnya, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Marquis."
"Umu, semakin cepat kita menyingkirkan sakit kepala ini semakin baik."
Saat Panasolei mulai bicara, bahkan Gazef, yang tidak terbiasa mengatur urusan domestik negara, akhirnya mengerutkan dahi.
Laporannya terhadap bahaya dari pengeluaran negara saat ini dan masa depan. Pengumpulkan makanan ke seluruh wilayah membuat kekurangan bahan pangan semakin buruk. Dari catatan tertentu adalah kenyataan bahwa negeri akan terus merosot bahkan setelah para penduduk disini dilepaskan dari wajib militer.
Prediksi Panasolei adalah di sisi optimis, dan masih tergambar sangat buruk.
Sedangkan untuk raja, wajahnya sebuah topeng datar.
"Bagaimana bisa seperti ini..."
"Jika...Jika Empire terus-terus melanjutkan serangan tahunannya, peluang perang sipil akan sangat tinggi. Karena keadaan pajak sekarang, banyak orang yang menjadi kelaparan hingga mati, dan jika kita mengurangi pajak, kita tidak akan cukup dalam membiayai peraturan kita."
Ranpossa III meletakkan tangannya ke dahinya, menutupi mukanya.
Ini adalah hasil dari merespon pertempuran tahunan dari Empire. Ketika saatnya mereka menyadari tujuan Empire, sudah terlambat - Kingdom sudah berada dalam keadaan menurun.
"Yang Mulia..."
"Betapa... Menjengkelkan. Jika kita tahu lebih awal... Jika kita menghadapi ini sebelum para bangsawan sepenuhnya terbagi dalam fraksi-fraksi mereka... betapa bodohnya."
"Tentu saja tidak, Yang Mulia. Mungkin saja saat menghadapi perpecahan fraksi, Empire mungkin akan mengambil peluang ini untuk menyerang dan menaklukkan kita."
Gazef sangat yakin dengan hal ini - sang raja, Ranpossa III, telah melakukan pekerjaan yang bagus.
Kondisi yang akhirnya membuat situasi begini adalah hasil dari keputusan buruk dari raja sebelumnya. Tidak mungkin satu generasi bisa menghapus dosa-dosa yang terkumpul dari seluruh leluhurnya.
"Aku hanya ingin meninggalkan kerajaan yang layak kepada selanjutnya - kepada anak-anakku."
Meskipun sang raja berbicara perlahan, setiap ucapan dicampur dengan tujuan yang kuat.
"Kalau begitu... apakah ini bukan waktu yang tepat? Saya memiliki banyak pendukung sekarang karena kekacauan itu. Bukankah kita harus menyerang Empire, tak perduli berapapun biayanya, jadi kita bisa memenangkan beberapa tahun kedamaian untuk Kingdom?"
Gazef bisa melihat sebuah cahaya di mata sang raja. Cahaya itu membuatnya khawatir. Sebenarnya, dia harus menolak ini, tapi dia tidak bisa mengeluarkan suara.
Jika sang raja sudah berbiara memajukan ambisi dan hasratnya sendiri, mungkin dia bisa menegurnya. Tapi saat dia menydari sang raja berbicara tentang memastikan keamanan rakyat dan negerinya, ucapan itu terperangkap di tenggorokannya.
Sebagai saksi pertama terhadap raja yang menyiksa negerinya, Kapten Warrior tidak bisa mengeluarkan suara menolaknya.
"Memang itu sangat mungkin, saya yakin anda juga sadar bahwa ini adalah gerakan yang sangat berbahaya. Jika anda bertindak untuk mengurangi kekuatan dari bangsawan, negeri itu mungkin akan jatuh ke dalam keributan."
Sang raja menyimpulkan alisnya, dan hati Gazef terasa sakit.
"Panasolei, seperti biasa, kamu telah memalu tepat di kepala. Meskipun seseorang bisa saja mati karena operasi, ada juga peluang dia mungkin saja hidup. Tak perduli apapun yang kita lakukan, penyakit itu akan menyebar ke seluruh tubuh dan perlahan membunuh kita. Kalau begitu, bukankah kita harusnya melangkah maju dan meraih hari?"
"Rajaku, operasi bedah tidak bisa diandalkan. Akan lebih baik untuk mencari solusi lain malahan."
"Jika ada solusi ajaib untuk menyelamatkan Kingdom, semua orang pasti akan menggunakannya. Tapi metode barbar dalam membuka tubuh untuk mengeluarkan bagian penyakit adalah satu-satunya obat bagi keadaan sulit kita."
Prosedur yang kasar dan menakutkan ini, diianjurkan oleh Minotaur Sage, adalah satu-satunya obat bagi Kingdom.
Sebuah keheningan yang suram mendominasi ruangan, yang melihat seorang raja memaksa tindakan drastis untuk menyelamatkan negerinya.
Kalau begitu, saat suasana yang menyesakkan ini akan bertahan lama, sebuah ketukan terdengar dari pintu, seakan memecah ketergantungan yang ada di udara.
Orang yang masuk tanpa menunggu respon adalah Marquis Raeven.
"Hadiri, saya minta maaf sudah terlambat."
Kelegaan tersebar ke seluruh penjuru ruangan.
"Ah, orang yang sangat kunantikan. Marquis Raeven, aku sudah memberikan beban yang sangat besar kepadamu."
Sebuah tampang bingung muncul di wajah Raeven sesaat karena dia kaget, tai dia langsung bereaksi dengan menggantinya dengan ekspresi lelah.
"Tidak, tolong jangan dimasukkan hati, Yang Mulia. Sebenarnya, mempercayakan komando kepada Marquis Bowlrob adalah kebodohan yang sangat. Lagipula, dia hanya tahu bagaimana memerintahkan cara menyerang dan mundur."
Tidak jelas apakah Raeven memang tulus dengan kritiknya yang kasar. Mungkin dia mengatakan ini dengan sengaja untuk meringankan suasana hati ketika dia merasakan kesuraman di dalam ruangan.
"Ditambah lagi, jika Yang Mulia berasumsi mengambil kendali pasukan, sebuah kesalahan dalam melangkah mungkin akan menghasilkan Fraksi bangsawan yang mundur dalam puncak peperangan. Oleh karena itu, tidak ada komandan yang cocok dengan peran itu selain diri saya. Meskipun begitu, bekerja terus menerus tanpa istirahat sudah banyak membebaniku. Saya ingin mengumumkan sebelumnya bahwa setelah perang ini selesai, saya ingin beristirahat di tanah saya sendiri selama beberapa bulan."
Dengan begitu, ekspresi Raeven tiba-tiba berubah serius.
"Saya minta maaf atas kurang sopannya saya, tapi kita tidak bisa membuang waktu disini, jadi mari kita selesaikan ini dengan cepat-cepat."
Meskipun wajahnya tetap dingin seperti ular, Gazef bisa merasakan emosi manusia di dalam dirinya, begitu juga dengan kualitas yang bisa membuatnya terkagum-kagum.
Aku memang bodoh tidak bisa melihat sifat asli dari seseorang sebelumnya. Apakah aku benar-benar seburuk itu dalam membaca orang lain?
Dengan penyesalan ini di hati, Gazef mengingat pertemuan di ruangan Raja sebelum mereka pergi ke ibukota. Ada lima orang yang hadir; Raja Ranpossa III, Gazef sendiri, Putri Ketiga Renner, Pangeran Kedua Zanack dan Marquis Raeven. Setelah mendengar dua orang yang terakhir, Gazef merasa terkejut sekali hingga bisa meruntuhkan istana itu. Terutama, ada orang itu yang sangat dibenci oleh Gazef, pria yang mengingatkannya kepada ular dan kalajengking.. sebuah ucapan seperti kejutan yang tidak bisa sepenuhnya mengekspresikan reaksinya ketika dia tahu bahwa Raeven adalah salah satu bangsawan yang paling tekun dan setia, bekerja tanpa henti demi keuntungan sang raja.
"Kelihatannya saya terus-terusan menyebabkan masalah untukmu Marquis Raeven, begitu juga dengan putriku."
Ranpossa III merendahkan kepalanya kepada Raeven yang sedang duduk, sebuah ekspresi tulus di wajahnya.
"Yang Mulia, tolong jangan melakukan hal itu. Saya sudah bertindak sendiri tanpa berkonsultasi kepada anda; saya hanya menyesal tidak bertindak lebih awal."
"Marquis Raeven, biarkan saya minta maaf kepada anda pula," Gazef berkata seperti itu saat dia merendahkan kepalanya, "Saya telah ditipu oleh kesan yang ada di permukaan dan sudah memiliki pemikiran yang tidak sopan tentang anda tanpa memahami niat anda yang sebenarnya. Tolong maafkan saya yang bodoh ini."
"Kapten Warrior-dono, tidak perlu khawatir dengan hal itu."
"Meskipun begitu, jika saya tidak dihukum atas kebodohan saya, itu akan menusuk seperti duri di dalam hati."
Wajah Raeven seperti berkata "Benarkah?" lalu dia menggelengkan kepalanya. Setelah itu, dia mengucapkan sesuatu kepada Gazef.
"Saya mengerti.. kalau begitu, mulai sekarang saya tidak akan memanggil anda seagai Kapten Warrior-dono, tapi sebagai Gazef-dono. Anggap itu sebagai satu rasa hormat saya kepada anda."
Itu adalah hukuman yang bahkan tidak terhitung sebagai hukuman.
Sebuah pemikiran - dia memiliki mata, tapi tidak bisa melihat - mulai muncul di hatinya, dan Gazef membalas dengan rasa terima kasih yang tulus.
"Terima kasih banyak, Marquis Raeven."
"Gazef-dono, tidak usah dipikirkan. Kalau begitu, mari kita mulai diskusi ke arah mana Kingdom ini akan dibawa mulai hari ini."
Di desa-desa di seluruh Kingdom, sebagian besar pekerjaan telah berpindah dari luar ruangan menjadi di dalam ruangan. Lebih sedikit orang-orang yang bepergian keluar sekarang, dan tidak banyak orang yang masih tetap bekerja. Ini juga terjadi kepada para petualang, yang memang terbiasa bekerja setiap tahunnya.
Meskipun ada kasus dimana monster-monster yang lapar tiba-tiba muncul di desa dan permintaan pun dibuat dengan terburu-buru, dari sebagian besarnya, hanya sedikit yang mau melakukannya. Jauh lebih berbahaya menjelajahi reruntuhan atau perbatasan yang tidak diketahui selama musim ini. Karena itu, para petualang menganggap musim ini sebagai suatu liburan, dan mengalirkan energi mereka ke dalam latihan, rekreasi atau bisnis sampingan mereka.
Meskipun begitu, Kota Benteng E-Rantel tidak seperti itu. Kota itu dipenuhi dengan kehidupan dan energi.
Keributan ini, bagaimanapun, entah bagaimana berbeda dari kota-kota lainnya. Aktifitas disini tidak terlahir dari energi yang biasa ada di kehidupan kota.
Sumber dari energi ini datangnya dari sektor paling luar dari Benteng Tiga.
Tak terhitung orang-orang sedang berkumpul disini dengan berpakaian lusuh, dan mungkin adalah rakyat biasa. Tapi jumlah mereka menakjubkan - ada sekitar 250.000 orang.
Tentu saja, E-Rantel tidak selalu punya orang sebanyak ini.
Memang benar E-Rantel adalah perhubungan perdagangan dan lalu linta antara tiga kerajaan, dengan orang, uang, barang dan hal lainnya mengalir dengan bebas melalui kota ini. Karena itu, kota ini memang besar.
Namun, itu saja bukanlah alasan yang cukup hanya untuk satu sektor saja dipenuhi dengan 250.000 orang.
Kalau begitu, mengapa banyak sekali orang berkumpul disini?
Yang paling bisa menjelaskan hal ini adalah sekelompok pemuda.
Dengan membawa tombak tanpa mata pisau - lebih seperti tongkat biasa - banyak pemuda yang menusuk dan mendorong tongkat itu ke arah orang-orangan yang terbuat dari kayu dan jerami, yang dibungkus dengan armor yang berkarat dan perisai.
Ini adalah latihan tempur. Semuanya berkumpul disini hari ini - 250.000 penduduk diambil dari Kingdom - telah diwajibkan militer untuk melawan Empire.
Teriakan perang yang keras terdengar dimanapun. Tentu saja, tidak banyak dari mereka yang benar-benar berteriak dengan sungguh-sungguh. Kebanyakan dari mereka digenggam oleh ketakutan akan adanya peperangan yang menyambut, dan mereka berlatih untuk mengalihkan diri mereka dari omelan khawatir jika mereka tidak pulang setelah ini.
Meskipun begitu, tidak semuanya yang berlatih dengan sungguh-sungguh.
Perang dengan Empire adalah kejadian tahunan. Sebagai hasilnya, banyak orang yang kehilangan semangat bertarung. Ada mereka yang sedang merebahkan diri di dalam cekungan yang tidak menonjol di sepanjang tangga batu, seperti boneka yang talinya putus. Ada mereka yang mengalirkan keputusasaan mereka kepada sekitarnya. Ada yang duduk-duduk dan memeluk lutut meeka serta menunggu akhir.
Saat tentara sipil semakin tua, mereka lebih sering seperti ini.
Mereka tidak memiliki semangat bertempur sama sekali dan hanya ingin pulang.
Ini adalah wajah sebenarnya dari Pasukan kerajaan. Namun, mau bagaimana lagi. Pada awalnya, mereka dikumpulkan dengan paksa. Lalu mereka dibilang harus mempertaruhkan nyawa mereka dalam pertempuran berdarah yang tidak ada untungnya bagi mereka. Meskipun mereka berhasil kembali hidup-hidup, mereka kembali untuk menghabiskan hasil panen, dan kehidupan mereka akan sangat sulit, seperti sebuah jerat yang perlahan mencekik mereka.
Ini tidak ada bedanya dengan eksekusi yang diulur-ulur.
Kereta berjalan melewati pasukan itu. Di dasarnya dipenuhi dengan jumlah makanan yang sangat banyak.
Secara logis, akan sangat sulit merumahkan dan memberi makan 3% Populasi Kingdom di dalam satu kota. Namun, E-Rantel adalah baris depan dari peperangan dengan Empire, dan didesain untuk bisa mengakomodir kekuatan militer dari Kingdom.
Sebagai hasil dari persiapan berkepanjangan yang dibuat untuk kota ini, bisa menampung 250.000 orang dengan mudah. Gudang mereka sangat besar, dan mungkin merupakan bangunan terbesar di kota.
Suplai di dalam gudang-gudang itu diangkut dengan angkutan untuk hilir mudik.
Orang-orang yang tidak bersemangat itu menjadi ketakutan ke arah kereta tersebut. Seakan mereka telah melihat Kematian yang perlahan merangkak ke arah mereka.
Semuanya tahu apa yang selanjutnya terjadi.
Ini adalah perpindahan bahan makanan dalam jumlah besar.
Itu artinya perang dengan Empire akan segera terjadi.
----
Bagian paling dalam dari tiga dinding E-Rantel.
Di pusat kota ada sebuah rumah mewah milik walikota E-Rantel, Panasolei Guruze Dale Rettenmaier. Meskipun itu adalah rumah mewah yang layak sebagai pemimpin kota, masih kalah jika dibndingkan dengan bangunan di sampingnya.
Banguan itu adalah yang paling menakjubkan di kota - villa VIP. Biasanya tersegel, dan hanya keluarga kerajaan atau mereka yang dekat dengan mereka yang boleh menggunakannya.
Dan sekarang, di dalam villa itu, beberapa pria berkumpul mengelilingi Raja Ranpossa III dan para bangsawan agung.
Gazef berdiri tanpa suara di sisi raja, yang duduk di atas tahkta yang kasar.
Sebuah meja besar mendominasi pusat ruangan, dikelilingi oleh para bangsawan, yang sedang mempelajari peta besar yang dibuka gulungannya di atas meja itu. Di sekitar peta tersebut berserakan dokumen-dokumen dalam jumlah yang tak bisa dihitung, gulungan-gulungan nominal, laporan pengintaian, catatan peperangan, laporan kemunculan monster-monster dan sebagainya. Meskipun ada para pelayan di belakang sedang membawa ceret air, hanya tersisa sedikit air.
Itu adalah bukti dari debat-debat yang sangat kuat terjadi disini.
Sebenarnya keletihan mulai muncul di wajah-wajah berbeda dan terlihat baik dari bangsawan besar. Saat satu kekuatan tumbuh semakin besar, akan ada lebih banyak masalah logistik yang harus dipenuhi, dan lebih banyak keputusan yang harus dibuat. Sementara masalah level rendah bisa ditangani oleh bawahan, mereka harus berkoordinasi tentang masalah bangsawan di dalam fraksi mereka secara pribadi.
Saat para bangsawan dengan harga diri mereka sebagai taruhan, mereka bahkan tidak bisa menunjukkan ketegangan semakin menjerat mereka, membuat pekerjaan semakin berat.
Namun, sekarang sudah selesai.
Marquis Raeven, yang terlihat paling sedikit lelahnya dari semua yang ada disini, membuka mulutnya untuk bicara.
Sebenarnya sudah sangat umum dirinya mengambil inisiatif untuk menyapa para bangsawan. Dia mungkin sedikit seperti 'kelelawar', tapi tak ada yang meragukan kecerdasannya. Jelas sekali dengan membuatnya bicara, adalah sebuah cara untuk memotong baris Fraksional, adalah cara yang tercepat untuk membuat semuanya diam.
"Terima kasih atas kerja keras anda. Setidaknya, kita sudah menyelesaikan persiapan kita di dalam waktu yang terbatas. Mulai sekarang kita akan mulai mendiskusikan strategi melawan Empire dalam perang yang akan datang."
Tatapan Raeven menyapu ke semua orang yang hadir, dan dia memegang sebuah perkamen agar semuanya melihat.
"Ini adalah surat resmi dari Empire yang tiba beberapa hari yang lalu. Menyatakan tempat yang ditawarkan untuk medan perang."
Karena medang perang selalu dikotori dengan mayat-mayat, tanahnya nanti akan terkutuk, dan akan menjadi tempat munculnya para undead. Oleh karena itu, sebagai sebuah spesies, manusia akan menentukan tempat yang spesifik untuk perang mereka. Ketika kedua pihak setuju di tempat itu, mereka bisa melakukan pertempuran sesuka hati mereka tanpa harus melukai masing-masing negeri.
Tentu saja, tidak semua peperangan dilakukan seperti itu. Atau lebih tepatnya, jarang sekali pertempuran dilakukan seperti itu. Hanya ketika Kingdom dan Empire maju peranglah situasi ini datang, dan selama beberapa tahu belakangan, mereka terlah berperang di medan perang yang telah ditentukan.
Meskipun jika mereka mengambil tanah bau, akan jadi lebih merugikan daripada menguntungkan jika itu menjadi tempat munculnya undead, dan tidak ada gunanya menjaga tempat dari penyerang jka nantinya berakhir menjadi tempat terkutuk dan tidak bisa ditinggali lagi. Kedua pihak memiliki sudut pandang yang sama, akhirnya terbentuklah perjanjian.
Karena alasan itu, sebuah helaan nafas datang dari entah darimana saat Raeven mengumumkan surat penting itu. Para bangsawan pasti berpikir perang ini akan sama seperti sebelum-sebelumnya, karena sifat dari deklarasi yang sudah akrab.
"Kalau begitu, medang perangnya akan ada di-"
"Bukankah itu adalah tempat yang sama, Marquis Raeven? Dimana lagi memangnya?"
"Memang benar. Seperti yang dikatakan oleh Marquis Bowlrob, medang perang itu adalah salah satu yang sangat akrab dengan kita. Tanah terkutuk yang diselimuti oleh kabut, area barat laut dari dataran Katze."
"Karena tempatnya sama, bukankah itu artinya Empire akan melakukan hal yang sama?"
Meskipun Empire mengklaim hanya membantu magic caster Ainz Ooal Gown mengambil kembali wilayahnya yang menjadi hak, sebagian besar bangsawan merasa ini hanyalah sebuah 'casus belli' bagi mereka untuk bisa mendeklarasikan perang seperti yang selalu mereka lakukan.
Jika hanya itu saja, Gazef akan setuju, tapi Raeven menggelengkan kepalanya.
"Sayang sekali, Marquis Volumlash, kelihatannya bukan begitu, Menurut sumber saya, Empire telah menggerakkan sebuah kekuatan militer dalam jumlah yang sangat besar untuk perang ini. Aku mengirimkan mantan tim petualang dengan peringkat orichalcum milikku untuk memperjelas ini, dan ketika mereka tidak yakin dengan figur yang tepat, melihat simbol dan lencana dari unit yang aktif, Empire telah mengeluarkan enam legiun penuh."
"Enam Legiun?!"
perbedaan pendapat mengalir pada para bangsawan yang sedang berkumpul.
Empire memiliki delapan legiun, tapi sampai saat ini mereka hanya mengeluarkan empat legion paling banyak. Tapi kali ini, mereka membawa satu setengah jumlah itu.
"Apakah mereka... serius?"
Pertanyaan itu datangnya dari seorang bangsawan dengan ekpresi tidak tenang di wajahnya.
Enam legiun. 60.000 orang. Kingdom memiliki 250.000 orang, tapi meskipun mereka memiliki keunggulan jumlah, hal sebaliknya memang bena dalam hal kualitas pasukan.
"Kita mungkin harus mempertimbangkan jika ini mungkin tidak akan berakhir dalam pertempuran kecil yang biasa."
Di masa lalu, dengan 40.000 orang Empire melawan 200.000 orang, Empire akan meluncurkan serangan, Kingdom akan menahannya lalu perang akan berakhir. Tujuan Empire adalah perlahan membuat Kingdom lelah dan membuang stok makanan mereka, jadi dengan membuat Kingdom melakukan perang sudah memenuhi salah satu tujuan mereka.
Jika mereka berencana melakukan hal yang sama, seharusnya tidak perlu menggerakkan 60.000 orang. Itu artinya mereka memiliki motif lain melakukan ini, pikir Raeven.
"Kelihatannya menaikkan pajak adalah keputusan yang benar."
Namun, biaya yang meningkat dari lebih banyak prajurit yang diberangkatkan juga membuat sakit kepala.
Di masa lalu, peperangan dilakuakn ketika musim panen saat musim gugur. Perang ini akan dilakukan ketika musim dingin, dan biaya tambahan terhadap hal-hal seperti kayu bakar, pakaian hangat dan seterusnya mulai bertambah.
Perang ini dibiayai oleh Fraksi Bangsawan. Jika kekuatan dari Fraksi kerajaan tidak meningkat, akan sangat sulit mengumpulkan donasi, dan kekuatan raja sendiri akan turun sangat drastis.
"Memang begitu, Marquis Raeven. Empire telah menggerakkan lebih banyak pasukan sekarang, di bawah alasan yang dibuat untuk membantu raja magic caster. Mereka akan menganggap mereka akan kehilangan wajah jika mereka tidak mengeluarkan pertunjukan yang bagus dalam membantu sekutu."
"Aku yakin memang begitu. Sebenarnya, karena kita tidak menerima komunikasi dari Ainz Ooal Gown ini, aku curiga insiden ini mungkin didalangi oleh Empire dan Ainz Ooal Gown ini hanyalah penonton yang ditarik ke dalamnya. Dia mungkin bahkan tidak ikut berpartisipasi di dalam perang ini dengan kemauan sendiri."
Bagi Gazef, jika itu memang benar adalah hal yang sangat menggembirakan. Mereka tidak perlu bermusuhan dengan seorang musuh yang mungkin adalah magic caster itu. Namun, mungkin itu terlalu optimis.
Gazef membuka mulutnya yang terkunci rapat sampai sekarang.
"Bolehkah saya bicara?"
"Silahkan."
Dengan izin sang raja, Gazef mulai melepaskan beban keraguannya.
"Saya tidak setuju, begitu juga dengan dokumen dari Slaine Theocracy. Saya tidak mengira deklarasi perang ini hanyalah isapan jempol."
Rasa tidak senang jelas terbukti di wajah para bangsawan.
E-Rantel dan sekelilingnya adalah titik temu dari tiga negara. Setiap kali Kingdom dan Empire pergi berperang, Theocracy akan mengumumkan pendapatnya.
"Pada awalnya, mereka bilang, E-Rantel dan sekitarnya pada awalnya milik dari Slaine Theocracy. Kingdom telah mengambil alih secara tidak benar dan mereka harus mengembalikannya ke pemilik yang sebenarnya. Sayang sekali wilayang yang sama sekali tidak layak itu harus menjadi obyek perebutan kekuasaan," dan seterusnya.
Dua negara, kelihatannya seakan Theocracy akan ikut campur dengan perang mereka, tapi hingga tanggal mereka menggerakkan pasukan mereka. Perselisihan mereka hanyalah di mulut.
Kali ini, bagaimanapun, nada dari statemen resmi mereka telah berubah.
"Theocracy tidak memiliki catatan pemerintahannya, tapi jika Ainz Ooal Gown memang mengendalikan E-Rantel dan sekitarnya di masa lalu, Theocracy akan mengakui kenyataan itu dan kedaulatannya."
Itulah pengumuman resmi mereka.
Kepada para bangsawan di Kingdom, deklarasi itu tidak lain adalah gurauan belaka, seperti seorang badut istana yang muncul entah darimana dan berbicara ngawur. Namun, ada juga mereka yang mengerti arti sebenarnya dibalik dokumen itu.
Slaine Theocracy bilang, "Kami tidak berniat membuat marah Ainz Ooal Gown" di level nasional.
Itu artinya Slaine Theocracy, negeri terkuat di kawasan, tidak mau memusuhi satu orang magic caster.
Tapi itu memang bisa dimengerti, pikir Gazef.
"Dia dengan mudah menghabisi salah satu dari Enam Scripture... dan meskipun dia bilang dia tidak membunuh mereka, Slaine Theocracy merasa bermusuhan dengan orang level kekuatan seperti ini adalah ide yang buruk. Jika Ainz Ooal Gown ditarik ke dalam perang ini leh Empire, mereka tidak perlu bergulung-gulung seperti ini."
"Hmph. Memangnya kenapa kalau mereka memiliki satu orang lagi Magic caster? Bukankah kita memiliki 250.000 orang?"
Count Lindon tertawa di hadapan Gazef yang waspada, ejekan adalah bukti dari suaranya.
Gazef melawan keinginan untuk mengerutkan alisnya. Meskipun dia mengerti kekuatan mengejutkan dari seorang magic caster hebat, di waktu yang sama, dia juga mengerti dari mana Lindon berasal.
Jika dia tidak tahu hal lain, Gazef akan berpikir hal yang sama juga.
Seperti contohnya, ada magic caster yang terkenal di Empire, Fluder Paradyne. Namanya dikenal hingga negeri yang jauh. Dia dirumorkan mampu menggunakan magic tingkat ke-5 atau ke-6, tapi sejujurnya, tak ada yang tahu seberapa kuat dia sebenarnya.
Itu karena dia tak pernah ambil bagian di dalam peperangan Empire, ataupun menggunakan magicnya untuk memutarbalikkan pasukan dari Kingdom.
Sedangkan magic tingkat ke-6 memang menakjubkan, sebenarnya seberapa mengagumkannya itu masih tetap belum dilihat.
Gazef merasa begitu sebagai orang yang selamat dari jumlah yang tak terhitung dari pertarungannya sebagai Kapten Warrior.
Para bangsawan bukanlah magic caster, tapi hanya diajarkan magic sebagai bagian dari pendidikan mereka. Banyak bangsawan Kingdom yang menganggap kecil Fluder, berpikir dia bukanlah apa-apa kecuali hanyalah 'poster boy' untuk propaganda Empire. Para bangsawan yang hanya memiliki sedikit kontak dengan magic user seperti para petualang memang akan lebih berpikir demikian.
Count Lindon adalah salah satunya. Baginya, magic caster tidak lebih dari artis jalanan. Tentu saja, para priest yang menjadi tumpuannya ketika dia sakit adalah masalah lain.
"..Kurasa itu tidak benar juga. Mereka bisa sangat sulit diatasi jika mereka menggunakan mantra 'Flight' dan menyerang dengan magic yang memiliki efek area. Memang menjengkelkan jika mereka hanya menyerang dari jarak jauh. Tentu saja, magic caster profesional tidak akan melakukan hal-hal yang tidak menguntungkan mereka. Tetap saja, Aliansi Empire dengan Ainz Ooal Gown terlalu aneh. Mereka tidak akan bertindak sejauh ini jika dia hanyalah magic caster biasa, jadi kita sebaiknya waspada."
Kalimat yang menyakitkan itu diucapkan oleh Margrave Urovana, yang kepalanya penuh rambut putih dan wajah keriputnya membawa kewibawaan seorang individu senior. Sebagai yang paling tua dari Enam bangsawan besar, dia jelas sekali berlawanan dengan Count Lindon yang muda. Setiap ucapan dan gerak tubuhnya membuat Count mengangguk mengakui. Namun, yang melawannya justru adalah Marquis Bowlrob.
"Hmph! Siapa Ainz Ooal Gown ini? Seperti yang Lindon katakan, apa yang bisa dilakukan oleh satu orang saja? Jika dia terbang, kita akan tembak dia dengan busur. Sama halnya jika dia menyerang dari jarak jauh. Apa yang bisa satu orang magic caster lakukan? Cerita-cerita tentang magic caster yang merubah medan pertempuran hanya itu saja, cuman cerita!"
"...Saya minta maaf, tapi bukankah beberapa cerita yang dinyanyikan oleh para bard mungkin saja benar?"
"Saya yakin Kapten Warrior - dono tidak memiliki semua faktanya. Para bard melebih-lebihkan fakta untuk membesarkan daya tarik. Setelah melebih-lebihkan kenyataan, cerita yang sebenarnya terhapus dari kenyataan. Ini hanya membuat lebih buruk saat para bard memutar balikkan cerita yang diambil dari bard-bard lain, karena tradisi dari mulut ke mulut rawan dibelokkan."
"Namun, jika mereka bisa mengumpulkan banyak magic caster yang bisa menggunakan 'Fireball'-"
"Dan tepatnya berapa kemungkin perkumpulan dari magic caster yang anda katakan itu nantinya, hm? Silahkan katakan kepada kami, Wahai Kapten Warrior dono."
"Itu... kurasa tidak banyak."
'Fireball' adalah mantra tingkat ke-3. Tidak mungkin bisa mengumpulkan magic caster yang bisa menggunakan mantra itu dalam jumlah yang besar, meskipun Empire memiliki akademi magic.
"Kalau begitu, bukankah itu adalah jawabannya? Magic adalah senjata yang bagus, tapi tak perduli seberapa kuat dia, satu orang tidak bisa merubah medan perang! Anda - maafkan saya - Kapten Warrior adalah contoh yang sempurna. ketika tidak ada yang bisa menandingi anda dalam duel, bahkan anda sendiri tidak bisa membantai beberapa ribu orang dalam sekali!"
Dia benar. Gazef tidak menemukan apapun untuk bisa menangkal argumen Marquis Bowlrobs.
Cerita-cerita tentang menghancurkan sepuluh ribuan dalam sekali pukul sangat diragukan kebenarannya. Bahkan si nenek itu. Salah satu dari Tiga belas Pahlawan, Rigrit Bers Carau, tidak bisa melakukan hal semacam itu.
Namun, rasa tidak nyaman masih menggantung di dalam hati Gazef.
Jangan-jangan dia tidak bertemu magic caster yang luar biasa, namun hanya tidak tahu?
"...Lalu, bagaimana jika itu adalah naga?"
"Marquis Volumlash...magic caster itu adalah manusia, mengapa kamu bahkan memunculkan seekor naga?"
"Tidak, maksudku dalam hal kemampuan bertempur satu orang melawan satu brigade."
"Pada awalnya, tidak ada gunanya menyebutkan naga ketika kita sedang mendiskusikan manusia! Aku tidak tahu apa yang kalian semua pikirkan, ketakutan sekali hanya karena seorang magic caster kecil-"
Dia mengalihkan pandangan tajam kepada Gazef.
"Sebagai bangsawan Kingdom, seharusnya kamu malu dengan dirimu, ketakutan dengan hanya bayangan saja! Tetap saja, bukannya aku tidak mengerti kekhawatiran Kapten Warrior... kalau begitu, mari kita anggap Ainz Ooal Gown sebagai kekuatan yang mampu setara dengan lima ribu orang."
"Li-Lima ribu?!"
Mata Lindon melebar.
"Bukankah itu terlalu banyak, menilai satu orang setara dengan lima ribu? menyamakannya dengan separuh saja sudah terlalu banyak."
"Aku, sebagai contohnya, menganggap Kapten Warrior-dono setara dengan seribu orang, dan karena Kapten Warrior kita sangat mewaspadai individu ini, kita seharusnya menghitungnya sebagai orang yang mampu melawan lima kali jumlah itu. Aku yakin dengan penilaian Kapten Warrior dengannya."
"Anda terlalu memuji saya."
Meskipun dia masih ragu jika kemampuan tempur Ainz Ooal Gown hanya setara lima ribu orang, segitu sudah sulit dipercaya. Akan lebih baik berterima kasih kepadanya dan mencoba mendapatkan sedikit niat baik. Dengan begitu, Gazef menurunkan kepalanya.
Dalam keadaan seperti itu, Pangeran mahkota Barbro yang diam sampai saat ini membuka mulutnya.
"Jika mungkin saya diperbolehkan mendapatkan sedikit waktu anda... saya telah berpikir. Mengapa kita tidak memaksa para petualang itu ke dalam pasukan? Lagipula, mereka bekerja di dalam Kingdom, jadi bukankah mereka adalah wajib memenuhi panggilan militer? Mengapa mereka tidak diperbolehkan bergabung dengan militer? Saya tidak ingat ada hukum apapun di dalam Kingdom yang melaran itu."
Para bangsawan saling melihat satu sama lain. Sebagai tuan tanah, mereka jelas sekali mengerti nilai dan kekuatan dari para petualang. Karena itu, mereka tidak menerima alasan dari Barbro.
Bagi Gazef, dia merasa alasan mengapa Barbro berpikir demikian adalah karena dia adalah anggota dari keluarga kerajaan. Jika dia memiliki perkebunan untuk dikelola, dia tidak akan berpikir seperti itu.
Marquis Raeven terbatuk.
"Pangeranku. Saya yakin anda mengerti itu selain dari mereka yang berplat tembaga, setiap petualang lebih kuat dari pasukan rata-rata?"
"Um. Tentu saja. Itulah kenapa kita harus menarik mereka. Ketika sudah ditarik. mereka akan menghasilkan hasil yang luar biasa. Mereka akan bisa mengalahkan knight-knight dari Imperial dengan mudah!"
"Saya tidak menentang hal itu. Namun, jika kita melakukan itu, maka musuh kita - Empire, sebagai contohnya - juga akan mewajibkan para petualang untuk melawan kita dengan menggunakan mereka. Dengan begitu, daripada pertempuran diantara para petualang, itu akan menjadi pembantai tersistematik dari jajaran petualang. Kerugian akan jauh lebih besar, dan banyak wajib militer yang akan mati. Inilah kenapa kedua pihak tidak menggunakan petualang, untuk menghindai perlombaan senjata. Ditambah lagi, Guild Petualang tidak akan pernah memperbolehkan."
Worker juga tidak digunakan untuk alasan yang sama. Ditambah lagi, mereka biasanya lebih mahal daripada petualang, kurang sedikit bisa diandalkan.
"Begitukah... meskipun aku tidak senang dengan ide itu, aku bisa menerimanya. Kalau begitu bagaimana jika kota diserang? Jika mereka tidak bergabung mempertahankan, bukankah itu adalah pengkhianatan, bagi penduduk Kingdom?"
"Saya mengerti poin yang anda coba buat. Namun, mereka akan merasa bahwa mereka kebebasan bertindak terhadap apakan mereka dianggap penduduk atau tidak dari Kingdom. Ditambah lagi, mereka mungkin juga akan bepergian jauh suatu ketika. Hal terpenting adalah semakin baik mereka, semakin besar nantinya negeri itu akan berkurang ketika mereka musnah di dalam peperangan. Itu mungkin akan membuat situasi menjadi tak terkendali ketika monster-monster muncul, tapi tidak ada petualang yang mampu menghentikannya. Oleh karena itu, kita harus menangani para petualang dengan hati-hati."
"Marquis Raeven, bukankah anda tadi menyebutkan bahwa anda telah mewajibkan beberapa petualang yang sudah pensiun ke dalam pasukan anda? Sesuatu tentang - mantan orichalcum? Mengapa itu boleh?"
"Itu tidak apa. Mereka tidak lagi diikat oleh peraturan dari Guild Petualang ketika mereka sudah pensiun dan tidak lagi menjadi anggota. Itulah kenapa saya mempekerjakan mereka."
"..Ternyata begitu. Meskipun, saya mendengarnya, tapi saya tidak seberapa mengerti itu." Tawa lirih dan suara setuju datang dari rombongan bangsawan.
"Tetap saja, Itu hanya berlaku untuk petualang dengan peringkat orichalcum. Petualang dengan peringkat Adamantite adalah masalah yang sangat berbeda sama sekali. Dari dua petualang adamantite di Kingdom..."
Tidak ada siapapun disini yang tidak tahu keberanian mengeksploitasi Blue Rose ketika kekacauan yang disebabkan oleh iblis.
"Sebelum mereka ambil bagian, ada kelompok adamantite lain. Meskipun mereka semua sudah pensiun, mereka belum dipekerjakan sama sekali sejak... benar kan, Kapten Warrior-dono?"
"Benar sekali. Ada empat orang. Satu orang membuka sekolah berpedang eksklusif untuk murid-murid yang dia pilih. Dua orang lain pergi berkelana. Yang terakhir adalha nenek yang menghabiskan beberapa saat di Blue Rose sebelum pergi entah kemana."
Gazef menghitung wajah yang familiar di jarinya saat dia mengingat mereka.
ketika dia berjalan-jalan di ibukota, dia telah ditarik ke dalam aula latihan oleh guru masa depannya, dan dia mulai mengalami cara hidup seperti neraka dari latihan dan ilmu pedang.
Karena pertemuan itu, Gazef yang seharusnya hanyalah tentara bayaran akhirnya menjadi juara sang raja, tapi meskipun begitu-
Tidak, setelah dipikir-pikir, itu adalah ingatan yang indah juga.
"Ternyata begitu. Aku juga mendengar kota ini dijadikan markas oleh tim petualang yang disebut 'Darkness'. Jika saja kita bisa mengandalkan 'Beatiful Princess' Nabe untuk melawan Ainz Ooal Gown... Meskipun itu kelihatannya agak sulit."
Memang itu adalah ide yang bagus, Guild Petualang tidak akan pernah memperbolehkannya.
Beberapa bangsawan mulai mengutuk dengan keras guild itu.
Contohnya, "mereka bukan apa-apa selain rakyat jelata!"
contohnya, "mereka pikir siapa yang membayar mereka?!"
contohnya, "jika mereka adalah penduduk Kingdom, mereka seharusnya membantuk kita!"
Memang wajar jika mereka yang memiliki kekuasaan tidak akan senang dengan Guild Petualang yang menolak tunduk kepada kekuasaan itu. Namun, itu juga adalah kenyataan bahwa mereka adalah satu-satunya yang bisa menghadapi monster-monster itu.
Jika Guild Petualang pergi dari Kingdom, mereka tidak akan memiliki cara untuk memukul balik monster-monster yang kuat itu. Sebagai hasilnya, Kingdom akan terus hancur, dan bahkan Gazef sekalipun takkan bisa mengubah hal itu.
Monster-monster memiliki kemampuan spesial, dan mengalahkan mereka akan membutuhkan macam-macam serangan berbeda yang sama, pertahanan dan metode penyembuhan. Karena ini, para petualang memang tidak bisa digantikan. Fakta bahwa Empire mengumpulkan magic caster dan ranger ke dalam legiunnya adalah masalah lain.
"Se-Seperti yang diduga dari Yang Mulia! Saya merasa ini adalah ide yang luar biasa!"
Yang berbicara seperti itu adalah seorang baron yang dikumpulkan dari bagian yang tidak diketahui.
Dia adalah tuan kecil diantara orang-orang yang hadir, itu artinya dia adalah bawahan dari seseorang.
"Sebagai seorang magic caster, dia mungkin memiliki semacam pandangan terhadap situasi ini. Mungkin bagus sekali untuk mendengarkan apa yang akan dia katakan. Mungkin kita harus mengirimkan utusan kepadanya, untuk jaga-jaga."
Ide itu menemui jumlah persetujuan yang sedikit. Paling banyak dari mereak yang setuju adalah bangsawan dengan kelas rendah, dan dari cara mereka memuji Barbro, mereka mungkin adalah bawahan dari Fraksi Bangsawan.
Semakin banyak orang-orang bermata tajam yang membuat wajah masam, namun kelihatannya yang lain tidak menyadari.
"Kalau begitu pergilah." Sang raja memerintakan dengan suara lelah. "Momon-dono adalah seorang petualang peringkat adamantite. Kamu boleh membuatnya marah dengan alasan apapun!"
"Saya mengerti! Cheneko ini akan melaksanakan perintah dari kerajaan dengan seksama!"
"Begitukah. Kalau begitu, jaga baik-baik jangan sampai membuat Momon-dono marah."
Sang raja melambaikan tangan lagi setelah mengulangi perintahnya. Bangsawan itu pergi dari ruangan tersebut.
Dia kelihatannya tidak menyadari jika ada yang salah, dia akan dengan keji dibuang.
"Hah... kita sudah melenceng jauh dari topik awal. Sekarang, dimana kita..ah. Jadi untuk kekuatan tempur Ainz Ooal Gown, kurasa tidak ada yang menyangkalnya kita menganggap dia berkekuatan lima ribu orang?"
Marquis Raeven melihat ke arah Gazef.
"Saya tidak masalah dengan penilaian itu."
Secara pribadi, Gazef merasa angka itu agak melenceng jauh dari jangkauan minimalnya, tapi dia bisa mengerti mereka yang tidak melihat sendiri kekuatan dari Ainz Ooal Gown mungkin sulit percaya.
"Kalau begitu, saat Empire sudah setuju dengan pilihan medang perangnya, saya yakin kita semua bisa mulai menggerakkan tentara kita ke arah dataran Katze?"
Garis pandangan Marquis Raeven menyapu ke seluruh ruangan, dan satu demi satu para bangsawan menjawab setuju. Ketika dia tiba pada Marquis Bowlrob terakhir kalinya, pria itu membalas dengan jelas dan keras.
"Akan dilaksanakan, Marquis Raeven. Pasukanku sudah siap bergerak kapanpun. Kalau begitu, Yang Mulia, bolehkah saya memiliki saran? Ini mengenai masalah sang Pangeran..."
Hanya ada satu Pangeran yang hadir. Mata semua orang tertuju kepada Barbro.
"Kelihatannya Ainz Ooal Gown pernah muncul untuk menyelamatkan sebuah pemukiman yang disebut desa Carne. Jika itu memang murni karena kebaikan hati, itu boleh-boleh saja. Namun, dia mungkin memiliki motif strategis di pikirannya. Saya merasa yang terbaik adalah menggerakkan beberapa pasukan dan mencoba menanyai para penduduk detilnya. Saya ingin mempercayakan perintah unit perintah itu kepada Pangeran."
"-Marquis!"
Barbro menatap Marquis Bowlrob.
"Diam" kata sang raja. "Itu bukan ide yang buruk. Putraku, aku perintahkan kepadamu - pergilah ke desa Carne dan pelajari apa yang kamu bisa dari para penduduk desa."
Gazef mencoba sebaik mungkin untuk tidak mengerutkan dahinya.
Jika mereka pergi ke desa Carne sekarang, mereka kelihatannya tidak akan mempelajari informasi yang berguna tentang magic caster itu. Ditambah lagi, membagi pasukan mereka sulit dilihat sebagai gerakan yang bijak, meskipun itu adalah jumlah yang sangat kecil.
"...Sang raja telah memerintahkan dan saya laksanakan. Namun, saya ingin mengutarakan bahwa penempatan ini bukanlah kehendak saya."
Melihat sang raja tidak berniat menarik kembali perintahnya, Barbro membungkukkan kepalanya, sebuah ekspresi tidak senang muncul di wajahnya.
"Aku akan meminjamkan beberapa pasukan elit. Aku juga akan mengirimkan seorang tuan rumah bangsawan untuk menemani pangeran. Total kekuatan unit anda sekitar lima ribu orang."
"Oh begitu. Kamu mewaspadai pasukan khusus dari Empire. Seperti yang kuduga dari Marquis Bowlrob, anda memang berpandangan jauh ke depan."
Gazef bisa melihat logika dalam ucapan Raeven. Namun, dia masih ragu jika Pasukan Imperial akan menggunakan metode yang sanga licik itu bahkan setelah menyetujui medan pertempuran. Meskipun itu benar jika semua peperangan berdasarkan tipuan, serangan sembunyi-sembunyi seperti ini setelah setuju hanya mempermalukan diri mereka terhadap negeri tetangga. Empire hanya akan 'menembak kakimu sendiri' (membuat masalah bagi diri sendiri).
"Meskipun saya tidak merasa membutuhkan banyak prajurit, karena Marquis telah dengan senang hati menawarkan ide itu, saya tidak ada pilihan lain selain menerimanya."
"Terima kasih banyak, Yang Mulia. Kalau begitu, saya punya satu pertanyaan lagi."
Marquis Bowlrob berhenti sejenak. Daripada untuk bernafas, jeda itu adalah untuk menarik perhatian terhadap apa yang akan dikatakannya.
"Siapa yang akan menjadi Komandan Umum untuk perang ini? Saya yakin tidak ada yang menolak diri saya sendiri?"
Suasana di ruangan itu berubah.
Ini adalah deklarasi secara tidak langsung. Itu diucapkan sebagai pertanyaan, tapi jelas membawah berat yang tidak diucapkan dan kekuatan memilih orang yang akan memegang otoraitas terhadap seluruh pasukan.
Jika ditanya siapa yang lebih baik dalam mengkomandoi diantara Raja Ranpossa III dan Marquis Bowlrob, banyak bangsawan akan menunjuk yang terakhir. Ini memang benar karena pasukan Marquis sendiri terdiri dari seperlima dai pasukan kerajaan - 50.000 orang.
Ditambah lagi, Marquis Bowlrob juga mengomandani pasukan elit. Dia telah menjadi inspirasi dari kelompok warrior Gazef, dan oleh karena itu menciptakan sebuah unit dari warrior profesional.
Mereka adalah pasukan yang sangat bagus. Meskipun mereka masih lebih lemah dari kelompok warrior di bawah Gazef, mereka masih menjadi tandingan terhadap para knight Empire - mungkin lebih dari setara. Dalam catatan tertentu adalah jumlah mereka, yang berjumlah sekitar 5.000. Jika mereka beradu pedang dengan kelompok warrior Gazef, Pasukan elit Bowlrob akan menang murni karena jumlah.
Jika raja tidak hadir secara pribadi, otoritas komandan tidak diragukan lagi jatuh kepada Marquis Bowlrob. Tapi karena raja ada disini, sewajarnya raja Ranpossa III adalah Komandan Tertinggi, meskipun para bangsawan mungkin tidak akan menerima itu.
Ekspresi Gazef mengeras saat Marquis Bowlrob menempatkan tekanan kepada sang raja. tapi Marquis Bowlrob tetap tidak bergeming bahkan saat dia melihat ekspresi Gazef. Bagi Bowlrob, Gazef hanyalah orang biasa yang bagus dalam berpedang, dan membiarkan bukan seorang bangsawan tetap disini adalah hal yang tidak bisa ditoleransi.
"..Marquis Raeven."
"Ya, Yang Mulia!"
"Aku akan serahkan padamu. Pimpin pasukan dengan aman ke dataran Katze. Dari sana, kamu akan bertanggung jawab dalam perkemahan dan pertahanan."
"Saya mengerti."
Raeven mengangguk menerima perintah kerajaan. Meskipun tempat yang diinginkan Bowlrob telah dicuri darinya, Jika itu adalah Raeven, Bowlrob tidak bisa protes. Dia tahu pria itu sangat berbakat, dan sebagai hasilnya, mengkritisinya akan sangat sulit. Terlebih penting lagi, Raeven memiliki koneksi yang luas, dan banyak orang-orang Bowlrob berhutang budi kepadanya. Jika dia mencoba mengkritisi Raeven di depan mereka, mereka hanya akan meragukannya malahan. Oleh karena itu, Bowlrob tidak ada pilihan lain selain menyengir dan menerimanya.
"Marquis Raeven, pasukanku akan berada dalam tanggung jawabmu. Tolong beritahu saya jika kamu perlu apapun."
"Terima kasih banyak, Marquis Bowlrob. Saya akan mengandalkan anda saat itu."
Gazef senang dengan keputusan brilian dari sang raja seakan itu adalah miliknya.
"Apakah ada hal lainnya?"
Sang raja menunggu sebentar, tapi tak ada yang membalas.
"...kalau begitu mari kita mulai persiapan untuk bergerak. Kita akan pergi besok. Akan memakan waktu dua hari untuk bisa tiba di medang perang, jadi jangan lengah dalam mempersiapkannya. Kalau begitu, rapat dibubarkan. Marquis Raeven, silahkan teruskan."
"Saya mengerti, Yang Mulia."
Para bangsawan terus keluar dari ruangan itu untuk mulai persiapan bergerak maju, meninggalkan hanya sang raja dan Gazef.
Ranpossa III perlahan menolehkan kepalanya. Sebuah suara gemeretak sampai kepada telinga Gazef. Dia pasti sangat kaku. Setelah peregangan, sebuah ekspresi lega berkembang di wajah sang Raja.
"Terima kasih atas kerja keras anda, Yang Mulia."
"Ahhh, itu memang kerja keras. Aku lelah sekali."
Gazef tersenyum masam kepada sang raja. "Lelah" adalah sebuah kapsul kesimpulan dalam mangatur Fraksi Kerajaan dan Fraksi Bangsawan. Namun, masih ada orang-orang yang lebih lelah daripada Ranpossa III.
"Sudah waktunya-"
Saat Ranpossa akan melanjutkan, beberapa ketukan datang dari arah pintu. Lalu pintu itu perlahan terbuka, dan tamu yang sedang menunggu mulai masuk.
Dia adalah seorang pria yang bulat sepergi babi, selain itu tidak ada tanda-tanda yang istimewa. Rambutnya jarang sampai tidak ada, dan apa yang tersisa adalah putih seperti salju.
Tubuhnya bulat, perutnya gendut, dan dagu serta rahangnya lembek.
Namun, cahaya kecerdasan bersinar di dalam mata manusia yang tidak mengesankan ini. Ranpossa III tersenyum ramah kepadanya.
"Selamat datang, Panasolei."
"Yang Mulia," kata walikota E-Rantel saat dia membungkuk kepada tuannya. Lalu, dia mengalihkan pandangannya.
"Sudah lama sekali, Stronoff-dono."
Panasolei adalah seorang bangsawan, namun dia masih sangat hormat kepada Gazef, orang biasa. Tepat karena itulah menjadikannya ditempatkan di tempat ini.
"Anda sudah merawat saya dulu, Pak walikota. Saya berterima kasih sudah menyembuhkan bawahan saya. Saya sedang terburu-buru melaporkan ke ibukota, jadi saya bergegas pergi tanpa berterima kasih dengan baik kepada anda. Tolong terimalah maaf saya."
"Ah, tidak, tidak, tidak usah dipikirkan. Saya mengerti pentingnya Kapten Warrior melaporkan pengepungan itu. Bagaimana mungkin saya berkeras hati dan mendendam kepada anda karena itu?"
Melihat kedua pihak saling membungkuk, sang raja tertawa senang.
"Panasolei, apakah kamu tidak menguik dengan hidungmu?"
"Yang Mulia... tidak perlu melakukan hal itu di dekat orang-orang yang tidak menggurui saya. Atau mungkin Yang MUlia dan Stronoff-dono merasa saya adalah seorang pelawak yang berdagang tindakan tertentu seperti itu?"
"Maaf, maaf, itu hanya guyonan. Tolong maafkan aku, Panasolei."
"Ah, tidak, pelayan anda yang mulia ini telah melangkahi batasannya. Harusnya saya yang harus meminta maaf kepada anda, Yang Mulia. Kalau begitu... mari kita mulai?"
"Tidak..." Sang raja ragu-ragu, lalu membalas, "Tidak, masih ada satu lagi orang yang belum datang. Mari kita tunggu dia."
"Begitukah. Kalau begitu, bolehkah kami mendiskusikan biaya makan di dalamkota? Setelah itu, saya akan melaporkan proyeksi dari kekuatan nasional kita untuk tahun berikutnya, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Marquis."
"Umu, semakin cepat kita menyingkirkan sakit kepala ini semakin baik."
Saat Panasolei mulai bicara, bahkan Gazef, yang tidak terbiasa mengatur urusan domestik negara, akhirnya mengerutkan dahi.
Laporannya terhadap bahaya dari pengeluaran negara saat ini dan masa depan. Pengumpulkan makanan ke seluruh wilayah membuat kekurangan bahan pangan semakin buruk. Dari catatan tertentu adalah kenyataan bahwa negeri akan terus merosot bahkan setelah para penduduk disini dilepaskan dari wajib militer.
Prediksi Panasolei adalah di sisi optimis, dan masih tergambar sangat buruk.
Sedangkan untuk raja, wajahnya sebuah topeng datar.
"Bagaimana bisa seperti ini..."
"Jika...Jika Empire terus-terus melanjutkan serangan tahunannya, peluang perang sipil akan sangat tinggi. Karena keadaan pajak sekarang, banyak orang yang menjadi kelaparan hingga mati, dan jika kita mengurangi pajak, kita tidak akan cukup dalam membiayai peraturan kita."
Ranpossa III meletakkan tangannya ke dahinya, menutupi mukanya.
Ini adalah hasil dari merespon pertempuran tahunan dari Empire. Ketika saatnya mereka menyadari tujuan Empire, sudah terlambat - Kingdom sudah berada dalam keadaan menurun.
"Yang Mulia..."
"Betapa... Menjengkelkan. Jika kita tahu lebih awal... Jika kita menghadapi ini sebelum para bangsawan sepenuhnya terbagi dalam fraksi-fraksi mereka... betapa bodohnya."
"Tentu saja tidak, Yang Mulia. Mungkin saja saat menghadapi perpecahan fraksi, Empire mungkin akan mengambil peluang ini untuk menyerang dan menaklukkan kita."
Gazef sangat yakin dengan hal ini - sang raja, Ranpossa III, telah melakukan pekerjaan yang bagus.
Kondisi yang akhirnya membuat situasi begini adalah hasil dari keputusan buruk dari raja sebelumnya. Tidak mungkin satu generasi bisa menghapus dosa-dosa yang terkumpul dari seluruh leluhurnya.
"Aku hanya ingin meninggalkan kerajaan yang layak kepada selanjutnya - kepada anak-anakku."
Meskipun sang raja berbicara perlahan, setiap ucapan dicampur dengan tujuan yang kuat.
"Kalau begitu... apakah ini bukan waktu yang tepat? Saya memiliki banyak pendukung sekarang karena kekacauan itu. Bukankah kita harus menyerang Empire, tak perduli berapapun biayanya, jadi kita bisa memenangkan beberapa tahun kedamaian untuk Kingdom?"
Gazef bisa melihat sebuah cahaya di mata sang raja. Cahaya itu membuatnya khawatir. Sebenarnya, dia harus menolak ini, tapi dia tidak bisa mengeluarkan suara.
Jika sang raja sudah berbiara memajukan ambisi dan hasratnya sendiri, mungkin dia bisa menegurnya. Tapi saat dia menydari sang raja berbicara tentang memastikan keamanan rakyat dan negerinya, ucapan itu terperangkap di tenggorokannya.
Sebagai saksi pertama terhadap raja yang menyiksa negerinya, Kapten Warrior tidak bisa mengeluarkan suara menolaknya.
"Memang itu sangat mungkin, saya yakin anda juga sadar bahwa ini adalah gerakan yang sangat berbahaya. Jika anda bertindak untuk mengurangi kekuatan dari bangsawan, negeri itu mungkin akan jatuh ke dalam keributan."
Sang raja menyimpulkan alisnya, dan hati Gazef terasa sakit.
"Panasolei, seperti biasa, kamu telah memalu tepat di kepala. Meskipun seseorang bisa saja mati karena operasi, ada juga peluang dia mungkin saja hidup. Tak perduli apapun yang kita lakukan, penyakit itu akan menyebar ke seluruh tubuh dan perlahan membunuh kita. Kalau begitu, bukankah kita harusnya melangkah maju dan meraih hari?"
"Rajaku, operasi bedah tidak bisa diandalkan. Akan lebih baik untuk mencari solusi lain malahan."
"Jika ada solusi ajaib untuk menyelamatkan Kingdom, semua orang pasti akan menggunakannya. Tapi metode barbar dalam membuka tubuh untuk mengeluarkan bagian penyakit adalah satu-satunya obat bagi keadaan sulit kita."
Prosedur yang kasar dan menakutkan ini, diianjurkan oleh Minotaur Sage, adalah satu-satunya obat bagi Kingdom.
Sebuah keheningan yang suram mendominasi ruangan, yang melihat seorang raja memaksa tindakan drastis untuk menyelamatkan negerinya.
Kalau begitu, saat suasana yang menyesakkan ini akan bertahan lama, sebuah ketukan terdengar dari pintu, seakan memecah ketergantungan yang ada di udara.
Orang yang masuk tanpa menunggu respon adalah Marquis Raeven.
"Hadiri, saya minta maaf sudah terlambat."
Kelegaan tersebar ke seluruh penjuru ruangan.
"Ah, orang yang sangat kunantikan. Marquis Raeven, aku sudah memberikan beban yang sangat besar kepadamu."
Sebuah tampang bingung muncul di wajah Raeven sesaat karena dia kaget, tai dia langsung bereaksi dengan menggantinya dengan ekspresi lelah.
"Tidak, tolong jangan dimasukkan hati, Yang Mulia. Sebenarnya, mempercayakan komando kepada Marquis Bowlrob adalah kebodohan yang sangat. Lagipula, dia hanya tahu bagaimana memerintahkan cara menyerang dan mundur."
Tidak jelas apakah Raeven memang tulus dengan kritiknya yang kasar. Mungkin dia mengatakan ini dengan sengaja untuk meringankan suasana hati ketika dia merasakan kesuraman di dalam ruangan.
"Ditambah lagi, jika Yang Mulia berasumsi mengambil kendali pasukan, sebuah kesalahan dalam melangkah mungkin akan menghasilkan Fraksi bangsawan yang mundur dalam puncak peperangan. Oleh karena itu, tidak ada komandan yang cocok dengan peran itu selain diri saya. Meskipun begitu, bekerja terus menerus tanpa istirahat sudah banyak membebaniku. Saya ingin mengumumkan sebelumnya bahwa setelah perang ini selesai, saya ingin beristirahat di tanah saya sendiri selama beberapa bulan."
Dengan begitu, ekspresi Raeven tiba-tiba berubah serius.
"Saya minta maaf atas kurang sopannya saya, tapi kita tidak bisa membuang waktu disini, jadi mari kita selesaikan ini dengan cepat-cepat."
Meskipun wajahnya tetap dingin seperti ular, Gazef bisa merasakan emosi manusia di dalam dirinya, begitu juga dengan kualitas yang bisa membuatnya terkagum-kagum.
Aku memang bodoh tidak bisa melihat sifat asli dari seseorang sebelumnya. Apakah aku benar-benar seburuk itu dalam membaca orang lain?
Dengan penyesalan ini di hati, Gazef mengingat pertemuan di ruangan Raja sebelum mereka pergi ke ibukota. Ada lima orang yang hadir; Raja Ranpossa III, Gazef sendiri, Putri Ketiga Renner, Pangeran Kedua Zanack dan Marquis Raeven. Setelah mendengar dua orang yang terakhir, Gazef merasa terkejut sekali hingga bisa meruntuhkan istana itu. Terutama, ada orang itu yang sangat dibenci oleh Gazef, pria yang mengingatkannya kepada ular dan kalajengking.. sebuah ucapan seperti kejutan yang tidak bisa sepenuhnya mengekspresikan reaksinya ketika dia tahu bahwa Raeven adalah salah satu bangsawan yang paling tekun dan setia, bekerja tanpa henti demi keuntungan sang raja.
"Kelihatannya saya terus-terusan menyebabkan masalah untukmu Marquis Raeven, begitu juga dengan putriku."
Ranpossa III merendahkan kepalanya kepada Raeven yang sedang duduk, sebuah ekspresi tulus di wajahnya.
"Yang Mulia, tolong jangan melakukan hal itu. Saya sudah bertindak sendiri tanpa berkonsultasi kepada anda; saya hanya menyesal tidak bertindak lebih awal."
"Marquis Raeven, biarkan saya minta maaf kepada anda pula," Gazef berkata seperti itu saat dia merendahkan kepalanya, "Saya telah ditipu oleh kesan yang ada di permukaan dan sudah memiliki pemikiran yang tidak sopan tentang anda tanpa memahami niat anda yang sebenarnya. Tolong maafkan saya yang bodoh ini."
"Kapten Warrior-dono, tidak perlu khawatir dengan hal itu."
"Meskipun begitu, jika saya tidak dihukum atas kebodohan saya, itu akan menusuk seperti duri di dalam hati."
Wajah Raeven seperti berkata "Benarkah?" lalu dia menggelengkan kepalanya. Setelah itu, dia mengucapkan sesuatu kepada Gazef.
"Saya mengerti.. kalau begitu, mulai sekarang saya tidak akan memanggil anda seagai Kapten Warrior-dono, tapi sebagai Gazef-dono. Anggap itu sebagai satu rasa hormat saya kepada anda."
Itu adalah hukuman yang bahkan tidak terhitung sebagai hukuman.
Sebuah pemikiran - dia memiliki mata, tapi tidak bisa melihat - mulai muncul di hatinya, dan Gazef membalas dengan rasa terima kasih yang tulus.
"Terima kasih banyak, Marquis Raeven."
"Gazef-dono, tidak usah dipikirkan. Kalau begitu, mari kita mulai diskusi ke arah mana Kingdom ini akan dibawa mulai hari ini."
**********
Gazef melewati gerbang utama dan tiba di kandang kuda perusahaan di cincin luar kota. Dia menghela nafas dalam-dalam, untuk menghilangkan kelelahan yang mengaburkan otaknya.
Dia kelelahan.
Pertemuan yang baru saja dia datangi membuatnya sangat sadar bahwa dia hanyalah orang biasa saja.
Saat dia berdiri di samping raja dan bergerak ke seluruh perkumpulan bangsawan, perlahan dia akhirnya mengerti cara berpikir mereka.
Meskipun begitu, dia sering menemui balasan-balasan dan sikap-sikap yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang bangsawan sejak lahir. Gazef tidak mengerti mengapa mereka berpikir seperti itu, terutama konsep menghargai kebanggaan sebagai bangsawan yang melebihi keuntungan yang nyata.
Atau bukan, bahkan yang lebih tidak bisa dimengerti lagi adalah ide memprioritaskan harga diri seseorang daripada nyawa penduduk.
Gazef perlahan memeriksa sekitarnya.
Para prajurit, berteriak saat mereka berlari maju mundur... mereka adalah rakyat, rakyat dari Kingdom, yang tiba dari seluruh desa di seluruh negeri untuk bertarung dalam peperangan ini. Meskipun mereka tidak terlihat terlalu bisa diandalkan sebagai prajurit, itu tidak bisa dihindari; tangan mereka memang dimaksudkn untuk menggenggam cangkul dan sekop.
Melindungi mereka seharusnya adalah tugas dari yang memerintah mereka.
Jika mereka menyerahkan E-Rantel, mereka akan melukai orang-orang yang hidup di dalam kota, seperti yang raja bilang.
Namun-
Gazef teringat dengan gambaran dari Ainz Ooal Gown, yang memakai topeng aneh.
Dia baru saja kembali ke desa setelah senja, tanpa ada tanda-tanda satupun sepeti baru melakukan pertempuran yang keras.
Itu memang benar. Dua orang itu dengan mudah mengalahkan musuh yang sama sekali menghancurkan Gazef dan pasukannya.
Seperti yang diduga dari makhluk superior yang memberikan gelar diri Sorcerer King.
Daripada melawannya secara langsung - tidak, itu hanya akan membuat orang-orang menderita.
"Sial!"
Gazef menyumpah serapah, tak mampu menemukan jawaban. Apa yang harus dia lakukan? Kebingungan di medan perang adalah sebuah tanda kematian yang tak terelakkan. Bahkan pria yang dianggap sebagai yang terkuat di wilayah itu masih bisa tewas jika dia tidak fokus.
Dan terlebih dari itu, lawannya adalah Ainz Ooal Gown.
Memang benar dia tidak menyaksikan sendiri pertempuran yang menyelamatkan desa Carne. Dan dia sendiri tidak bilang menang, hanya saja dia berhasil mengusir mereka.
Tapi siapapun tahu itu adalah kebohongan yang mencolok.
"Ngomong-ngomong... mengapa dia harus berbohong mereka sudah kabur?"
Setelah Ainz dan Albedo pergi, Gazef pergi ke dataran tempat mereka bertarung, tapi tak ada tanda-tanda pembantaian. Dia tidak bisa menemukan satu mayat pun, tapi mengubur lusinan mayat akan memakan banyak waktu. Tanpa mayat-mayat itu - tanpa bukti fisik - kalimat 'mereka telah kabur' bisa dipercaya.
Namun, itu diasumsikan jika Ainz Ooal Gown tidak menggunakan magic. Siapa yang tahu, mungkin saja ada mantra yang bisa memindahkan mayat-mayat itu atau menhancurkannya.
Ditambah lagi, Gazef memiliki sebuah firasat.
Meskipun itu murni berasal dari naluri warriornya, tapi ketika dia melihat Ainz yang tak terluka sedikitpun kembali ke desa, dia bisa mencium bau kematian yang sama keluar darinya.
Daripada dikatakan 'dia membiarkan mereka kabur', lebih akurat dikatakan 'dia membiarkan mereka hidup'.
Karena itu, Gazef mempercayai nalurinya atas apa yang dikatakan oleh Ainz. Tidak ada bukti untuk ini sama sekali. Mayat-mayat dari Sunlight Scripture tidak ditemukan sama sekali, tapi mereka tidak mati.
"...aku tidak mengerti..."
Magic caster itu, bisa melumat tanpa sedikitpun menerima goresan dari musuh yang bisa mengalahkan Gazef.
Seberapa kuat dia? Setidaknya, Gazef dan para prajuritnya bukan tandingannya.
Jika seorang makhluk seertinya muncul di medan perang dan menggunakan magic, apa yang akan terjadi?
Gazef sekali lagi melihat ke arah orang-orang itu, yang dipenuhi dengan kegembiraan, ketakutan, keputusasaan dan frustasi.
Diantara dua magic caster dengan tingkatan yang sama, magic caster yang lebih kuat pasti bisa mengeluarkan mantra yang lebih kuat.
Lalu, kengerian macam apa yang dihasilkan jika Ainz Ooal Gown merapal sebuah 'Fireball'?
Ayah yang memberi makan anak-anaknya yang masih bayi, anak-anak yang harus mendukung orang tua mereka yang sedang sakit, para pemuda yang akan menikah, semua orang in itelah meninggalkan keluarga mereka di belakang untuk datang kemari. Bagaimana kelihatannya jika mereka menerima serangan seperti itu?
Itu tidak akan mungkin, ya kan?
Tak ada yang bisa selamat ketika seorang magic caster hebat seperti itu mengangkat tangannya untuk menyerang.
Mereka pasti akan binasa oleh api, beku oleh es, atau tersengat oleh petir. Itu sudah tidak usah ditanyakan lagi.
Lalu, bagaimana dengan Gazef? Bisakah dia menerimanya?
Dia sangat yakin dia bisa menerima satu pukulan tanpa perlu mati.
Namun, pemikiran semacam itu mungkin terlalu naif.
"Ahhhh... mengapa ini berubah menjadi seperti ini?"
Melawan Ainz Ooal Gown adalah sebuah kesalahan.
Gazef erasa bahwa Ainz Ooal Gown bukanlah seorang monster, terlihat dari caranya menyelamatkan desa Carne. Namun, di waktu yang sama, dia merasakan bahwa dia bukanlah orang baik biasa. Kesan yang dia dapatkan dari Ainz adalah bahwa dia tidak akan memberi ampun kepada mereka yang melawannya.
Apa yang seharusnya dilakukan oleh Kingdom untuk menghindari konflik dengannya dan memperlakukan dia dengan hormat. Setelah itu, dia mungkin bisa menerima memilih lokasi yang berbeda.
Saat Gazef melihat orang-orang yang mengelilinginya, sebuah perasaan yang berat menggantung di hatinya, dia melihat seorang pemuda berarmor putih dari sudut matanya. Bersamanya adalah seorang ahli pedang yang kelihatannya seperti mengambang di atas kakinya. Itu adalah Climb dan Brain.
Ada orang ketiga di belakang mereka, dan mereka dengan tidak sabar sedang mendiskusikan sesuatu.
"Siapa itu? Aku merasa seperti pernah melihatnya...ah! Dia adalah salah satu dari mantan petualang peringkat orichalcum di bawah Marquis Raeven."
Karena mereka semua adalah orang biasa, Gazef sangat akrab dengan tim mantan petualang, karena mereka adalah yang menjadi tumpuan harapan orang-orang. Dengan kata lain, mereka adalah seniornya, yang datang sebelum dirinya.
Paladin of the Fire God (Paladin api dewa), yang kelas jobnya unggul dalam menghadapi monster-monster yang bersekutu dengan setan, Evil Slayer (Pembantai Setan), Boris Axelson, usia 41 tahun.
Priest dari Dewa Angin, seorang priest warrior yang bisa bertahan sendirian dalam pertarungan dengan petarung manapun, Yorlan Dixgort, usia 46 tahun.
Warrior yang menggabungkan pedang-pedang menari dengan gaya bertarung empat pedangnya, Francen, usia 39 tahun.
Pelajar yang menjadi seorang magician yang telah menciptakan beberapa item magic yang memiliki namanya, Lundquist, usia 45 tahun.
Dan akhirnya, Thief yang dikenal sebagaih 'The Unseen' (Yang tak terlihat), Lockmeyer, usia 40 tahun.
Gazef mengingat mereka saat dia menghitungnya dengan jari. Yang sedang bercakap-cakap dengan Climb adalah thief itu, Lockmeyer. Ngomong-ngomong, dia kelihatannya bekerja dengan Climb serta Brain ketika keributan iblis, membantu mereka menyusup ke wilayah musuh untuk menyelamatkan orang-orang.
Kelihatannya mereka tidak menyadari Gazef, tapi rasanya salah tidak bergabung seperti itu.
Oleh karena itu, masih tidak sopan jika tidak menyapa mereka setidaknya. Disamping itu, mereka semua akan segera pergi menuju ke medan perang. Meskipun peluang mereka masuk ke dalam pertarungan sangat rendah, karena mereka akan melindungi sang raja, siapa yang tahu apa yang mungkin akan terjadi.
-Mungkin saja ini adalah terakhir kalinya mereka bisa saling menyapa satu sama lain.
Jika mungkin, dia ingin mengobrol secara pribadi dengan keduanya. Seakan dunia mengabulkan keinginannya, Lockmeyer melambai kepada mereka berdua lalu pergi.
Climb dan Brain ditinggalkan, sedang menertawakan sesuatu.
Ketika keributan iblis di ibukota, ikatan diantara mereka berdua telah semakin kuat. Baik sebagai teman atau murid atau rekan, mereka telah membangun hubungan positif yang sama-sama menguntungkan dan kompleks.
Dan itu karena hubungan itulah Brain sekarang adalah rekan dari Climb, seorang prajurit dibawah Putri Renner.
Gazef mau tidak mau menyesali kenyataan telah membiarkan seorang warrior yang bisa setara dengannya dicuri begitu saja.
Namun, dia berhaisl menenangkan diri saat dia melihat mereka berdua.
Gazef tersenyum saat mendekati pasangan itu.
Ngomong-ngomong, itu benar-benar armor yang sangat mencolok, ini masih malam di ibukota, tapi di medan perang dia akan dengan mudah dikenali. Apakah aku harus memperingatkan Climb tentang itu?
Ada banyak sekali prajurit di medan perang, tapi Climb sangat mencolok diantara mereka karena hampir tak ada yang memakai armor full plate. Selain itu, armornya dicat dengan warna putih cerah. Pemakai busur akan mengarahkan busurnya kepada dia, dan pasukan berkuda akan menggunakannya sebagai target. Meskipun Climb entah bagaimana lebih kuat daripada para knight Empire rata-rata, masih ada warrior yang lebih kuat darinya. Empat Knight dari Empire adalah salah satu contohnya.
Jika aku tidak salah, Putri Renner yang memberinya armor itu... dia pasti sangat tidak akrab dengan medang perang jika dia mewarnainya dengan warna itu.
Dia memang bagus dalam taktik, tapi kelihatannya dia kurang dalam hal kenyataan di medang perang.
Jika Climb mati, dia akan sedih.
Dengan magic, mereka bisa secara sementara merubah warna armor itu, dan mengembalikannya ke warna biasa ketika mereka kembali ke ibukota.
Dia mendekati mereka berdua dari belakang sambil memikirkan ini. Brain menolehkan wajahnya, lalu tangannya meraih genggaman katana miliknya.
Seperti yang diduga dari Brain. Dia bisa merasakan diriku dari jarak seperti ini.
Armor logam membuat suara ketika penggunanya bergerak.
Tidak aneh jika orang-orang menyadari dan bereaksi dengan suara jika semakin dekat dengan mereka.
Namun, ada banyak orang disini, semuanya bersiap untuk perang. Di bawah keadaan yang berisik ini, sambil fokus melangkah maju, menyadari suara lain akan sangat sulit. Tentu saja, seorang thief dengan latihan khusus adalah masalah lain.
Brain melebarkan matanya. Lalu, dia menatap Climb lalu menyeringai, ini juga bagus.
Sambil tersenyum sama seperti Brain, Gazef semakin mendekat, mencoba untuk tidak membuat suara saat dia melangkah maju, perlahan memperpendek jarak diantara dirinya dan Climb yang masih belum sadar. Meskipun dia belum dilatih dalam bergerak secara diam-diam dan sedang mengenakan armor logam, Climb masih tidak menydarinya, dan kelihatannya sedang mendiskusikan sesuatu dengan Brain.
Tantangannya adalah bsa tiba di titik langsung di belakang Climb, yang sukses dia lakukan.
Gazef menurunkan tangannya untuk memberikan pukulan lirih, langsung kepada kepala Climb yang tidak dijaga.
"Uwah!"
Climb tersandung mundur sambil menjerit dengan cara yang tidak jantan. Saat matanya mengenali Gazef, menjadi semakain membelalak.
"Ini! Bukan ini adalah Stron-"
"-Diam."
Setelah Climb menelan ucapannya yang separuh terbentuk, Gazef melanjutkan.
"Diamlah. Membuka identitask disini akan sangat bermasalah. Panggil saja aku Gazef."
Meskipun dia adalah Kapten Warrior, banyak penduduk desa dari daerah yang pelosok dari Kingdom tidak tahu seperti apa mukanya. Siapa yang tahu, di dalam bayangan mereka, Kapten Warrior mungkin memiliki tinggi dua meter, memakai pedang raksasa, dan memakai armor satu set plat emas yang berkilauan.
Gazef tidak ingin menghancurkan ekspektasi mereka, dan disamping itu, menarik perhatian adalah hal yang menjengkelkan.
"Sa-Saya minta maaf karena kurang-"
"Tidak, kamu tidak salah," kata Gazef saat dia menyela permintaan maaf Climb dengan sebuah seringai masam. Lalu, seringai itu memiliki arti baru.
"Meskipun begitu, aku harus bilang padamu untuk lebih waspada lagi. Lagipula, Kamu melewatkan seseorang dengan armor full plate yang bergerak mengendap-endap kepadamu. Memang sih, tidak ada musuh disini."
"Apa yang anda katakan, Gazef? Bersantai itu tidak sepenuhnya buruk. Terluka karena terlalu tegang itu masalah."
"Kalau begitu, Brain, bagaimana kamu bisa menemukanku dari jarak yang sangat jauh?"
"Bukankah itu sudah jelas? Ada perasaan aneh di udara."
Gazef menyadari Climb melihat ke arah Brain dan dirinya dengan mata penuh terkejut.
"Climb, sebagai pengawal pribadi Putri Renner, kamu harus bisa merasakan kehadiran seperti itu. Jika kamu melewatkan seorang assassin tersembunyi, yang menjadi tanggunganmu bisa terluka."
"Ah, jadi itu. Aku penasaran apa tujuanmu. Sekarang aku tahu. Climb-kun, jika aku tidak salah, kamu menggunakan gaya temuan sendiri, ya kan? Apakah itu termasuk merasakan kehadiran?"
"Ah, tidak, tidak ada. Saya fokus pada teknik bertarung. Maafkan saya."
"Aku tidak sedang memarahimu. Aku hanya ingin memastikan. Sejujurnya, aku dulu memang seperti itu juga. Memang mudah melupakan pelatihan terhadap kemampuan sensor seperti itu ketika berlatih sendirian. Itu adalah kebiasaan yang berbahaya. Lagipula, banyak sekali waktu kamu tidak akan bertarung dengan pertarungan jujur melawan seorang penyerang yang tidak kamu ketahui."
Wajah Gazef sedikit merah. Tampangnya saat melihat ke arah Brain terlihat mengatakan, "Kamu tidak usah mengatakan itu disini."
Pada awalnya, melatih warrior muda juga adalah tugas dari Kapten Warrior. Dia merasa malu tidak bisa menyelesaikan itu.
Karena Climb dilahirkan oleh orang biasa seperti dirinya, memang penting tidak membiarkan para bangsawan melihat mereka jatuh ketika melayani keluarga kerajaan. Seperti contohnya, jika Gazef menghajar Climb dalam latihan, para bangsawan akan berbisik bahwa Climb tidak layak melindungi sang putri. Sementara itu, jika Gazef roboh melawan Climb, mereka akan menggosipkan keburukannya.
Itulah kenapa dia merasa malu; karena sudah membuang swordmen muda untuk melayani sang raja, dan karena dia dipanggil orang baik meskipun jasanya tidaklah begitu menakjubkan.
Tidak, aku seharusnya tidak merasa malu. Jika aku punya waktu melakukan itu, aku harusnya-
"-Ah, lupakan saja, aku serahkan itu padamu. Karena kamu sudah berbaik hati menunjukkan kelemahan Climb di depanku, aku akan berusaha sebaik-baiknya untuk membuatnya ingat itu."
"Terima kasih, Gazef-sama."
"...Bisakah kamu tidak bersikap formal? Kamu juga melayani keluarga kerajaan seperti aku - itu membuatmu bawahanku. Meskipun begitu, aku tidak mengajarimu, dan malahan memberikan pekerjaan itu kepada orang lain. Kamu tidak perlu berterima kasih kepada orang seperti itu."
Semakin Climb berterima kasih, semakin bersalah dia merasa.
"Bukankah itu menjengkelkan, menjadi seseorang dengan sebuah kaki di dalam kalangan bangsawan. Orang-orang menarikmu kembali untuk hal yang tidak berguna, dan kamu bahkan tidak bisa melakukan apa yang ingin kamu lakukan."
"Karena kamu adalah rekan dari Climb, melindungi Putri Renner bersamanya, bukankah itu membuat salah satu dari orang-orang itu juga?"
"Aku bukan orang yang hampir seketat mereka. Menjadi penjilat dari sang Putri atau... tidak, maafkan aku. Seharusnya aku tidak berkata begitu. Menjadi penjaga dari Putri hanyalah hal sementara. Ketika aku sudah bosan, aku akan pinda."
Brain tersenyum, ekspresinya sekeren dan sejelas langit musim gugur. Tetesan hujan mengoyak sifat manusia yang dilihat oleh Gazef di ibukota tidak terlihat disini.
Dia iri dengan bagaimana Brain bisa hidup dengan cara yang sangat bebas.
"Ngomong-ngomong, apakah tidak apa bagi anda ngobrol dengan kami, Gazef-sama?"
"Yah, sebenarnya aku agak sibuk sekarang. Aku hanya ingin beristirahat.. Ngomong-ngomong, apakah kalian sedang bebas?"
Brain dan Climb saling melihat satu sama lain merespon pertanyaan Gazef.
"Bebas..huh."
"Yeah, kurasa. Tidak banyak yang ingin dikerjakan, hanya mempersiapkan perlengkapan perangku."
"Kalau begitu, aku harap kamu... benar juga," Gazef berkata saat dia melihat ke arah salah satu menara pengawas di dinding kota. "Mau coba pergi kesana?"
Tak ada yang menolak, dan Gazef memimpin perjalanan.
Sebagai Kapten Warrior, tak ada prajurit yang menghentikannya. Dengan begini, mereka berhasil tiba di tempat yang diingkan oleh Gazef, tempat dengan pemandangan terbaik di kota.
Dinding terluar dari E-Rantel adalah titik tertinggi di dalam kota yang mana dikatakan, memiliki pemandangan terbaik dan yang terjauh bisa terlihat dari sana.
Dan karena udara yang dihangatkan oleh banyak orang di bawah sana tidak sampai di tempat ini, udara yang dingin dan segar dibawa oleh angin musim dingin menyegarkan tubuh mereka.
"Pemandangan yang hebat!"
Climb berseru dengan senang saat dia melihat ke arah tenggara.
"Itu adalah dataran Katze, ya kan?"
"Benar sekali. Dataran itu diselubungi oleh kabut sepanjang tahun, dan undead banyak berkeliling disana. Dalam beberapa hari, itu akan menjadi medan perang kita juga."
Setelah menjawab, Gazef menghirup nafas dalam-dalam lalu memaksa mengeluarkannya. Udara yang segar memenuhi tubuhnya, dan dia berharap itu akan mengeluarkan perasaan tidak enak yang dia miliki tentang Ainz Ooal Gown.
"Ini adalah pemandangan yang luar biasa. Layak menjadi bawahan sang putri untuk ini. Apakah ini yang dilihat oleh para magician yang bisa menggunakan mantra 'Flight' setiap saat? Tidak heran banyak sekali orang gila diantara mereka."
"Apakah kamu pikir sudut pandang mereka berubah setelah melihat dunia yang luas?"
"Aku meragukannya. Mengapa kamu tidak membawa beberapa bangsawan dan melihatnya apakah itu berhasil? Jika mereka tidak merubah nada suara mereka, kita akan lemparkan mereka ke sisi luar dari dinding. Yang manapun, semuanya berhasil."
Gazef tersenyum masam dengan candaan Brain. Jika orang-orang bisa dirubah seperti ini, dia akan menyeret mereka dengan rantai jika perlu.
Climb terlihat tidak tahu bagaimana merespon, yang membuat Gazef merasa lebih baik.
"Ha...Datang kemari dengan kalian memang adalah hal yang benar. Aku merasa lega sekarang."
"yah, itu bagus didengar. Kalau begitu...mengapa kamu memanggil kami kemari? Apakah kamu yakin tidak ada yang melihat kita? Jangan katakan kamu mengumpulkan tiga orang disini hanya untuk melihat pemandangan ini? Atau apakah ada seseorang yang kamu ingin dia mati?"
Gelombang agresi tiba-tiba dari Brain membuat Gazef bingung.
"Yah, kurasa aku takkan bisa melindungi sang Putri dan sayang sekali rasanya tidak bisa melatih Climb lagi... tapi Gazef, aku berhutang padamu. Aku akan melakukan hal kotor apapun yang kamu inginkan dengan senyum di wajah."
Brain tidak bercanda. Tatapan matanya terlihat serius.
"Bukan seperti itu, Brain. Aku tidak ingin kamu melakukan hal semacam itu."
"..Kamu tahu kan kalau tanganku tidak benar-benar bersih, ya kan?"
"Memang, tidak sepenuhnya bersih. Brain, pedangmu sudah bersimbah darah. Namun, begitu juga denganku."
"Kalau milikmu, itu adalah darah dari musuh Kingdom ya kan? Aku akan adalah hasil dari hasratku sendiri, dan darah yang aku tumpahkan tidak sama sepertimu."
"...Apakah kamu mencoba untuk membersihkan dosa?"
"Tidak, bukan seperti itu. Aku telah melakukan banyak hal untuk bisa mengalahkanmu. Aku mengabdikan diriku untuk itu. Tapi meskipun setelah mengetahui tujuan yang selama ini aku ingin capai bukanlah hal yang spesial, aku tidak merasakan rasa bersalah apapun atas apa yang telah kulakukan. Tapi karena kamu baik kepadaku, aku ingin mengembalikan hutang budi itu. Hanya itu - tidak usah terlalu dipikirkan."
"Kalau begitu, permintaanku adalah jangan berpikir melakukannya. Disamping itu, apa maksudmu 'baik kepadamu'? Apakah yang kamu maksud adalah saat kita bertemu lagi di ibukota?"
Jawaban Brain adalah senyum pahit.
"Jangan khawatir dengan hal itu, aku hanya merasa kamu sudah membantuku."
"Semakin kamu bilang padaku untuk tidak mengkhawatirkannya, semakin khawatir jadinya..."
Di hadapan penolakan yang kokoh ini, Gazef memutuskan untuk merubah topik.
"Ah, ngomong-ngomong, kamu tahu kan kalah aku tidak punya alasan yang khusus untuk membawamu kemari?"
"Eh?"
Climb berbicara, tapi Brain hanya mengangkat alis.
"..Aku hanya sedang berpikir bahwa bagus juga jika kita bertiga mengobrol ketika sedang senggang, dan hanya ini tempat satu-satunya dimana aku bisa dengan santai berbicara tanpa khawatir tentang apa yang dipikirkan oleh orang lain. Jika kita di ibukota, kita juga bisa minum-minum dengan santai."
"Apa, cuman itu? Aku kira kamu punya semacam perintah rahasia untukku..."
"Tidak, bukan begitu. Bagaimana aku harus mengatakannya..."
Kita bisa saja mati setiap waktu di medan perang, dan ini mungkin adalah terakhir kalinya kita saling bertemu. Namun, bagaimana mungkin dia bisa mengatakan hal yang penuh harapan seperti itu?
"Lupakan saja. Oh, benar juga, Climb, armor itu terlalu mencolok. Bukan sebaiknya kamu mewarnainya dengan warna yang berbeda? Kalau begini, kamu mungkin akan menjadi target prioritas di medan perang."
"Maafkan saya Stronoff-sama, tapi saya tidak bisa melakukannya."
Penolakan kuat dari Climb dikirimkan dengan tekad yang kuat.
"Ketika saya memakai armor yang mencolok dan memperoleh hal yang besar di medang perang, saya akan membawa nama Putri Renner. Ditambah lagi, banyak bangsawan tahu saya memakai armor putih. Jika saya merubah warna karena takut mati, saya akan menjadi bahan tawa bagi mereka, dan itu akan terpantul buruk kepada sang putri pula. Daripada seperti itu, saya lebih memilih untuk menemui takdir di medan perang, dan melayaninya baik saat hidup maupun mati."
Saat dia melihat ke arah mata Climb, Gazef menelan ucapan yang ingin dia katakan.
"Putri Renner tidak ingin kamu mati."
"Jangan campurkan adukkan antara keberanian dan kebodohan."
"Tahanlah sedikit kekerasan saat ini sekarang untuk masa depan yang lebih baik."
Dia sudah mempersiapkan seluruh kalimat ini sebelumnya, tapi tak ada satupun yang cukup persuasif untuk merubah pikiran Climb.
Seperti yang dikatakan oleh Climb. Armornya seperti bendera milik putri Renner. Tindakan kepahlawanannya akan meningkatkan derajat sang putri, dan sebaliknya, tindakan memalukan akan menodai reputasinya pula.
Climb telah diselamatkan oleh putri Renner, dan di dalam hatinya ada sebuah catatan "Hidupku adalah milik sang putri". Gazef tidak mungkin menggoyahkan keteguhan semacam itu.
Itu mirip dengan loyalitasnya kepada sang raja, oleh karena itu-
"Aku akan dengan senang hati membuang nyawa demi Putri Renner."
Gazef tidak tahu bagaimana merespon pemuda yang sudah membulatkan tekadnya.
"Oi, oi, oi. Mengapa kamu mengatakan ini seperti kamu akan mati setiap saat? Jangan khawatir, Gazef, aku akan menjaga Climb. Aku tidak akan membiarkannya melakukan tindakan bodoh. Tidak perduli masalah macam apa yang dia hadapi, aku akan menariknya keluar dari sana."
"Jika memang hanya Empat Knight dari Empire, tidak diragukan lagi kamu akan menang, Brain. Namun... melawan orang itu, Ainz Ooal Gown.. aku takut bahkan kamu pun akan kehilangan nyawamu."
"...Apakah Ainz Ooal Gown benar-benar sekuat itu? Ah, aku ingat kamu pernah menyebutkannya sebelum ini di tempatmu."
Setelah keributan karena iblis, Gazef dan Brain pernah berdiskusi bagaimana kehidupan mereka sudah hilang sejak turnamen besar selesai saat minum-minum. Itulah bagaimana nama Ainz muncul.
"Aku bisa dengan percaya diri berkata tidak ada knight dari Empire yang bisa mengalahkanmu. Empat Knight, sekuat apapun mereka, tidak akan bisa menjadi tandinganmu. Bahkan magic caster terkuat dari Empire, Fluder Paradyne, yang masuk ke dalam medan, kamu mungkin bisa keluar jika keberuntungan bersamamu. Tapi melawan Ainz Ooal Gown-dono... Brain, maafkan aku, tapi nyawamu bisa berakhir disana."
"Sekuat itu, huh. Seberapa kuat dia, sebenarnya?"
"...Yang bisa kukatakan adalah, Brain, dia jauh diluar apa yang kamu bayangkan. Lalu kamu bisa ambil apapun yang kamu bayangkan setelah itu dan mengalikannya berkali lipat."
"wah, jika dia memang sekuat itu... aku penasaran jika dia bisa bertahan menghadapi Sebas-sama?"
"Sebas? Apakah itu adalah pak tua yang dibicarakan oleh Climb? Meskipun pak tua itu kelihatannya memang luar biasa kuat, aku masih merasa Gown-dono akan lebih kuat darinya."
"Aku kelihatannya sulit menerima, secara pribadi. Aku yakin tidak bisa membayangkan ada yang lebih kuat dari Sebas-sama... tapi yang lebih penting lagi, mengapa kamu memanggil musuh dengan sehormat itu."
"Dia adalah musuh yang layak. Meskipun, berkata seperti itu akan membuat raja bermasalah, karena siapa yang mengucapkannya."
Brain mengangkat bahu.
"Kamu sudah melakukan hal yang besar untuk kami, Kapten Warrior-sama. Climb-kun, kamu sudah melakukan hal yang sama untuk Kingdom. Sedangkan aku, aku tidak apa dengan apapun. Putri-sama yang bodoh itu benar-benar keterlalu baiknya."
Ucapan itu memang cocok dengan Brain. Namun, sikapnya terhadap keluarga kerajaan tidak bisa dibuang begitu saja.
Meskipun Gazef Stronoff yang merupakan abdi setia dari raja mungkin akan mengerutkan dahi karena jengkel, Gazef Stronoff yang merupakan seorang warrior hanya bisa tertawa dengan kenekatan dari pria ini.
Jika orang lain melihat, dia pasti akan memarahi Brain, tapi sekarang ini, hanya mereka bertiga yang ada disini. Itu artinya bahwa dia hanya perlu menjadi dirinya yang warrior sekarang.
"Meskipun memang benar Putri Renner terlalu bebas... yah, cukup dengan itu. Aku mengerti jika Climb tidak ingin merubah warna armornya. Kalau begitu, tolong jaga dirimu."
"Saya sangat berterima kasih sekali atas kekawatiran yang telah anda tunjukkan pada saya. Namun, Putri Renner bilang kepada saya sebelumnya bahwa saya harus bekerja keras untuk bisa layak dengan armor ini. Jadi, meskipun saya minta maaf tidak bisa melakukan permintaan anda, saya tidak akan merubah pikiran saya."
"Begitukah? Kalau begitu kurasa itu boleh juga."
Angin yang dingin bertiup melewati mereka bertiga. Langit sudah hampir terang warna birunya. Rasanya seperti tidak ada perang yang akan terjadi sama sekali. Terhadap latar seperti ini, Gazef melihat Climb, dengan muka serius. Saat dia memikirkan tentang tidak membiarkan terlalu banyak orang mati, hatinya dipenuhi dengan kegembiraan dan kesedihan.
Seakan menghapus perasaa ini, Gazef memutuskan untuk merubah topik.
"Ngomong-ngomong, apa yang sedang kalian bicara barusan?"
Brain dan Climb saling melihat satu sama lain, lalu Brain bicara.
"Yah, kamu tahu kami tidak seperti dirimu, kami memang bebas, sampai suatu batasan. Jadi bagaimanapun, akulah yang memulai. Climb hanya mengikutiku. Meskipun ada satu orang lagi, Lockmeyer, aku harus membuatnya mengajakku berkeliling. Dan kami berencana untuk mengagumi sang messiah dari ibukota, petualang peringkat adamantite itu. Kami dengar dia memiliki markas di kota ini, jadi kami memutuskan untuk mengunjunginya."
"Oh, Momon-dono, benar kan?"
"Benar, benar, itu dia. Aku melihatnya saat melewati ibukota. Aku dengar mereka menyebutnya sebagai warrior terkuat yang pernah ada-"
Disini sikap Brain berubah. Dia lebih serius sekarang.
"-Jadi aku ingin mendiskusikan beberapa hal dengannya."
"Mendiskusikan?"
Gazef mengulangi ucapan itu seperti seekor burung nuri yang baru belajar bicara. Ekspresi Brain sulit dibaca.
"Tentang Vampir itu. Shalltear Bloodfallen."
Shalltear Bloodfallen.
Vampir terkuat, yang telah mengoyak semangat Brain Unglaus, rival Gazef.
Dia adalah seorang monster yang tidak bisa dikalahkan oleh umat manusia, dan dia telah muncul di ibukota.
Brain berpikir dia mungkin ada hubungannya dengan Jaldabaoth, tapi-
"...Apakah anda tahu ada vampir lain disini, Henyupenyuko, yang dikalahkan dengan item magic luar biasa yang digunakan oleh Momon-dono? Kelihatannya, sebagian dari hutan hancur oleh ledakan yang sangat besar, dan ketika Momon-dono kembali, armornya sudah dipenuhi dengan tanda-tanda pertempuran besar."
Gazef memang mendengar itu dari pak Walikota.
"Ah, ya, aku juga mendengarnya. Itulah kenapa aku ingin bicara dengannya. Pada awalnya, menurut pendapatku, Shalltear Bloodfallen adalah makhluk yang bahkan tidak bisa dikalahkan oleh petualang adamantite. Dan bukannya saya mencurigainya atau apalah, tapi saya ingin bertanya jika dia sudah menghabisinya dengan penghabisan. Dan saya juga tertarik dengan Henyupenyuko pula."
"Maksudmu, mungkin saja ada vampir lain seperti itu?"
"Benar sekali, Climb-kun. Dari yang kudengar, Momon mengejar dua vampir. Aku ingin memastikan jika itu adalah Henyupenyuko dan Shalltear."
"Lalu apa yang terjadi?"
"Yah, tentang itu..."
Brain mengangkat bahu.
"Sayangnya, dia sedang tidak ada. Dia lagi keluar kota karena sebuah permintaan. Saya tidak tahu kapan dia pulang."
"Yah, sayang sekali. Aku juga tidak beruntung. Aku tidak memiliki kesempatan untuk bicara dengan Momon-dono. Jika aku punya waktu, aku ingin bicara dengannya. Jika tidak ada hal lain, aku ingin berterima kasih kepadanya karena sudah menyelamatkan ibukota."
"Begitukah? Kalau begitu... setelah perang ini selesai, mengapa kita tidak pergi sama-sama? Jika kita beruntung, kita akan bisa melihatnya. Climb-kun, ingin datang dengan kita?"
"Aku juga ingin sekali!"
"Luar biasa. Kita pasti akan belajar sesuatu. Musuh macam apa yang pernah dia lawan... Aku sangat menantikan cerita sepak terjangnya!"
"Wah, tidak kuduga. Gazef, kamu suka dengan hal semacam itu?"
"Ah, ya. Lagipula, aku adalah seorang warrior; wajar saja aku tertarik...Jadi sebaiknya kamu pulang dengan selamat, ok?"
"Gazef menolehkan matanya ke arah dataran Katze."
"Ada kedai di ibukota dengan makanan yang enak. Ketika perang ini selesai, kita akan pergi kesana untuk merayakannya. Uang yang kusimpang memang untuk waktu-waktu seperti itu."
"Mari kita berharap bisa pergi kesana untuk merayakan kemenangan."
Brain berjalan ke samping Gazef, dan melihat ke arah yang sama dengannya.
"Kalau begitu... bisakah aku ikut juga?"
"Climb-kun, apakah kamu bisa minum?"
Meskipun hukum di dalam Kingdom tidak secara spesifik mengatur usia yang boleh minum, tak ada yang menjual alkohol kepada bocah lima belas tahun.
"Tidak, aku belum pernah, jadi aku tidak yakin."
"Begitukah? Kalau begitu kamu harus minum sedikit dan kita lihat. Mungkin ada waktunya kamu harus minum dengan orang lain, seperti sekarang."
"Memang benar. Mungkin itu adalah percobaan yang bagus untuk minum pertama kalinya sebelum nantinya."
"Aku mengerti! kalau begitu, aku harap kamu biarkan aku menemanimu."
"Bagus! Kalau begitu, semoga kita bertiga bisa kembali dengan selamat disini. Jangan sampai kehilangan nyawa tanpa alasan yang bagus!"
Brain dan Climb mengangguk merespon ucapan Gazef.
Dia kelelahan.
Pertemuan yang baru saja dia datangi membuatnya sangat sadar bahwa dia hanyalah orang biasa saja.
Saat dia berdiri di samping raja dan bergerak ke seluruh perkumpulan bangsawan, perlahan dia akhirnya mengerti cara berpikir mereka.
Meskipun begitu, dia sering menemui balasan-balasan dan sikap-sikap yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang bangsawan sejak lahir. Gazef tidak mengerti mengapa mereka berpikir seperti itu, terutama konsep menghargai kebanggaan sebagai bangsawan yang melebihi keuntungan yang nyata.
Atau bukan, bahkan yang lebih tidak bisa dimengerti lagi adalah ide memprioritaskan harga diri seseorang daripada nyawa penduduk.
Gazef perlahan memeriksa sekitarnya.
Para prajurit, berteriak saat mereka berlari maju mundur... mereka adalah rakyat, rakyat dari Kingdom, yang tiba dari seluruh desa di seluruh negeri untuk bertarung dalam peperangan ini. Meskipun mereka tidak terlihat terlalu bisa diandalkan sebagai prajurit, itu tidak bisa dihindari; tangan mereka memang dimaksudkn untuk menggenggam cangkul dan sekop.
Melindungi mereka seharusnya adalah tugas dari yang memerintah mereka.
Jika mereka menyerahkan E-Rantel, mereka akan melukai orang-orang yang hidup di dalam kota, seperti yang raja bilang.
Namun-
Gazef teringat dengan gambaran dari Ainz Ooal Gown, yang memakai topeng aneh.
Dia baru saja kembali ke desa setelah senja, tanpa ada tanda-tanda satupun sepeti baru melakukan pertempuran yang keras.
Itu memang benar. Dua orang itu dengan mudah mengalahkan musuh yang sama sekali menghancurkan Gazef dan pasukannya.
Seperti yang diduga dari makhluk superior yang memberikan gelar diri Sorcerer King.
Daripada melawannya secara langsung - tidak, itu hanya akan membuat orang-orang menderita.
"Sial!"
Gazef menyumpah serapah, tak mampu menemukan jawaban. Apa yang harus dia lakukan? Kebingungan di medan perang adalah sebuah tanda kematian yang tak terelakkan. Bahkan pria yang dianggap sebagai yang terkuat di wilayah itu masih bisa tewas jika dia tidak fokus.
Dan terlebih dari itu, lawannya adalah Ainz Ooal Gown.
Memang benar dia tidak menyaksikan sendiri pertempuran yang menyelamatkan desa Carne. Dan dia sendiri tidak bilang menang, hanya saja dia berhasil mengusir mereka.
Tapi siapapun tahu itu adalah kebohongan yang mencolok.
"Ngomong-ngomong... mengapa dia harus berbohong mereka sudah kabur?"
Setelah Ainz dan Albedo pergi, Gazef pergi ke dataran tempat mereka bertarung, tapi tak ada tanda-tanda pembantaian. Dia tidak bisa menemukan satu mayat pun, tapi mengubur lusinan mayat akan memakan banyak waktu. Tanpa mayat-mayat itu - tanpa bukti fisik - kalimat 'mereka telah kabur' bisa dipercaya.
Namun, itu diasumsikan jika Ainz Ooal Gown tidak menggunakan magic. Siapa yang tahu, mungkin saja ada mantra yang bisa memindahkan mayat-mayat itu atau menhancurkannya.
Ditambah lagi, Gazef memiliki sebuah firasat.
Meskipun itu murni berasal dari naluri warriornya, tapi ketika dia melihat Ainz yang tak terluka sedikitpun kembali ke desa, dia bisa mencium bau kematian yang sama keluar darinya.
Daripada dikatakan 'dia membiarkan mereka kabur', lebih akurat dikatakan 'dia membiarkan mereka hidup'.
Karena itu, Gazef mempercayai nalurinya atas apa yang dikatakan oleh Ainz. Tidak ada bukti untuk ini sama sekali. Mayat-mayat dari Sunlight Scripture tidak ditemukan sama sekali, tapi mereka tidak mati.
"...aku tidak mengerti..."
Magic caster itu, bisa melumat tanpa sedikitpun menerima goresan dari musuh yang bisa mengalahkan Gazef.
Seberapa kuat dia? Setidaknya, Gazef dan para prajuritnya bukan tandingannya.
Jika seorang makhluk seertinya muncul di medan perang dan menggunakan magic, apa yang akan terjadi?
Gazef sekali lagi melihat ke arah orang-orang itu, yang dipenuhi dengan kegembiraan, ketakutan, keputusasaan dan frustasi.
Diantara dua magic caster dengan tingkatan yang sama, magic caster yang lebih kuat pasti bisa mengeluarkan mantra yang lebih kuat.
Lalu, kengerian macam apa yang dihasilkan jika Ainz Ooal Gown merapal sebuah 'Fireball'?
Ayah yang memberi makan anak-anaknya yang masih bayi, anak-anak yang harus mendukung orang tua mereka yang sedang sakit, para pemuda yang akan menikah, semua orang in itelah meninggalkan keluarga mereka di belakang untuk datang kemari. Bagaimana kelihatannya jika mereka menerima serangan seperti itu?
Itu tidak akan mungkin, ya kan?
Tak ada yang bisa selamat ketika seorang magic caster hebat seperti itu mengangkat tangannya untuk menyerang.
Mereka pasti akan binasa oleh api, beku oleh es, atau tersengat oleh petir. Itu sudah tidak usah ditanyakan lagi.
Lalu, bagaimana dengan Gazef? Bisakah dia menerimanya?
Dia sangat yakin dia bisa menerima satu pukulan tanpa perlu mati.
Namun, pemikiran semacam itu mungkin terlalu naif.
"Ahhhh... mengapa ini berubah menjadi seperti ini?"
Melawan Ainz Ooal Gown adalah sebuah kesalahan.
Gazef erasa bahwa Ainz Ooal Gown bukanlah seorang monster, terlihat dari caranya menyelamatkan desa Carne. Namun, di waktu yang sama, dia merasakan bahwa dia bukanlah orang baik biasa. Kesan yang dia dapatkan dari Ainz adalah bahwa dia tidak akan memberi ampun kepada mereka yang melawannya.
Apa yang seharusnya dilakukan oleh Kingdom untuk menghindari konflik dengannya dan memperlakukan dia dengan hormat. Setelah itu, dia mungkin bisa menerima memilih lokasi yang berbeda.
Saat Gazef melihat orang-orang yang mengelilinginya, sebuah perasaan yang berat menggantung di hatinya, dia melihat seorang pemuda berarmor putih dari sudut matanya. Bersamanya adalah seorang ahli pedang yang kelihatannya seperti mengambang di atas kakinya. Itu adalah Climb dan Brain.
Ada orang ketiga di belakang mereka, dan mereka dengan tidak sabar sedang mendiskusikan sesuatu.
"Siapa itu? Aku merasa seperti pernah melihatnya...ah! Dia adalah salah satu dari mantan petualang peringkat orichalcum di bawah Marquis Raeven."
Karena mereka semua adalah orang biasa, Gazef sangat akrab dengan tim mantan petualang, karena mereka adalah yang menjadi tumpuan harapan orang-orang. Dengan kata lain, mereka adalah seniornya, yang datang sebelum dirinya.
Paladin of the Fire God (Paladin api dewa), yang kelas jobnya unggul dalam menghadapi monster-monster yang bersekutu dengan setan, Evil Slayer (Pembantai Setan), Boris Axelson, usia 41 tahun.
Priest dari Dewa Angin, seorang priest warrior yang bisa bertahan sendirian dalam pertarungan dengan petarung manapun, Yorlan Dixgort, usia 46 tahun.
Warrior yang menggabungkan pedang-pedang menari dengan gaya bertarung empat pedangnya, Francen, usia 39 tahun.
Pelajar yang menjadi seorang magician yang telah menciptakan beberapa item magic yang memiliki namanya, Lundquist, usia 45 tahun.
Dan akhirnya, Thief yang dikenal sebagaih 'The Unseen' (Yang tak terlihat), Lockmeyer, usia 40 tahun.
Gazef mengingat mereka saat dia menghitungnya dengan jari. Yang sedang bercakap-cakap dengan Climb adalah thief itu, Lockmeyer. Ngomong-ngomong, dia kelihatannya bekerja dengan Climb serta Brain ketika keributan iblis, membantu mereka menyusup ke wilayah musuh untuk menyelamatkan orang-orang.
Kelihatannya mereka tidak menyadari Gazef, tapi rasanya salah tidak bergabung seperti itu.
Oleh karena itu, masih tidak sopan jika tidak menyapa mereka setidaknya. Disamping itu, mereka semua akan segera pergi menuju ke medan perang. Meskipun peluang mereka masuk ke dalam pertarungan sangat rendah, karena mereka akan melindungi sang raja, siapa yang tahu apa yang mungkin akan terjadi.
-Mungkin saja ini adalah terakhir kalinya mereka bisa saling menyapa satu sama lain.
Jika mungkin, dia ingin mengobrol secara pribadi dengan keduanya. Seakan dunia mengabulkan keinginannya, Lockmeyer melambai kepada mereka berdua lalu pergi.
Climb dan Brain ditinggalkan, sedang menertawakan sesuatu.
Ketika keributan iblis di ibukota, ikatan diantara mereka berdua telah semakin kuat. Baik sebagai teman atau murid atau rekan, mereka telah membangun hubungan positif yang sama-sama menguntungkan dan kompleks.
Dan itu karena hubungan itulah Brain sekarang adalah rekan dari Climb, seorang prajurit dibawah Putri Renner.
Gazef mau tidak mau menyesali kenyataan telah membiarkan seorang warrior yang bisa setara dengannya dicuri begitu saja.
Namun, dia berhaisl menenangkan diri saat dia melihat mereka berdua.
Gazef tersenyum saat mendekati pasangan itu.
Ngomong-ngomong, itu benar-benar armor yang sangat mencolok, ini masih malam di ibukota, tapi di medan perang dia akan dengan mudah dikenali. Apakah aku harus memperingatkan Climb tentang itu?
Ada banyak sekali prajurit di medan perang, tapi Climb sangat mencolok diantara mereka karena hampir tak ada yang memakai armor full plate. Selain itu, armornya dicat dengan warna putih cerah. Pemakai busur akan mengarahkan busurnya kepada dia, dan pasukan berkuda akan menggunakannya sebagai target. Meskipun Climb entah bagaimana lebih kuat daripada para knight Empire rata-rata, masih ada warrior yang lebih kuat darinya. Empat Knight dari Empire adalah salah satu contohnya.
Jika aku tidak salah, Putri Renner yang memberinya armor itu... dia pasti sangat tidak akrab dengan medang perang jika dia mewarnainya dengan warna itu.
Dia memang bagus dalam taktik, tapi kelihatannya dia kurang dalam hal kenyataan di medang perang.
Jika Climb mati, dia akan sedih.
Dengan magic, mereka bisa secara sementara merubah warna armor itu, dan mengembalikannya ke warna biasa ketika mereka kembali ke ibukota.
Dia mendekati mereka berdua dari belakang sambil memikirkan ini. Brain menolehkan wajahnya, lalu tangannya meraih genggaman katana miliknya.
Seperti yang diduga dari Brain. Dia bisa merasakan diriku dari jarak seperti ini.
Armor logam membuat suara ketika penggunanya bergerak.
Tidak aneh jika orang-orang menyadari dan bereaksi dengan suara jika semakin dekat dengan mereka.
Namun, ada banyak orang disini, semuanya bersiap untuk perang. Di bawah keadaan yang berisik ini, sambil fokus melangkah maju, menyadari suara lain akan sangat sulit. Tentu saja, seorang thief dengan latihan khusus adalah masalah lain.
Brain melebarkan matanya. Lalu, dia menatap Climb lalu menyeringai, ini juga bagus.
Sambil tersenyum sama seperti Brain, Gazef semakin mendekat, mencoba untuk tidak membuat suara saat dia melangkah maju, perlahan memperpendek jarak diantara dirinya dan Climb yang masih belum sadar. Meskipun dia belum dilatih dalam bergerak secara diam-diam dan sedang mengenakan armor logam, Climb masih tidak menydarinya, dan kelihatannya sedang mendiskusikan sesuatu dengan Brain.
Tantangannya adalah bsa tiba di titik langsung di belakang Climb, yang sukses dia lakukan.
Gazef menurunkan tangannya untuk memberikan pukulan lirih, langsung kepada kepala Climb yang tidak dijaga.
"Uwah!"
Climb tersandung mundur sambil menjerit dengan cara yang tidak jantan. Saat matanya mengenali Gazef, menjadi semakain membelalak.
"Ini! Bukan ini adalah Stron-"
"-Diam."
Setelah Climb menelan ucapannya yang separuh terbentuk, Gazef melanjutkan.
"Diamlah. Membuka identitask disini akan sangat bermasalah. Panggil saja aku Gazef."
Meskipun dia adalah Kapten Warrior, banyak penduduk desa dari daerah yang pelosok dari Kingdom tidak tahu seperti apa mukanya. Siapa yang tahu, di dalam bayangan mereka, Kapten Warrior mungkin memiliki tinggi dua meter, memakai pedang raksasa, dan memakai armor satu set plat emas yang berkilauan.
Gazef tidak ingin menghancurkan ekspektasi mereka, dan disamping itu, menarik perhatian adalah hal yang menjengkelkan.
"Sa-Saya minta maaf karena kurang-"
"Tidak, kamu tidak salah," kata Gazef saat dia menyela permintaan maaf Climb dengan sebuah seringai masam. Lalu, seringai itu memiliki arti baru.
"Meskipun begitu, aku harus bilang padamu untuk lebih waspada lagi. Lagipula, Kamu melewatkan seseorang dengan armor full plate yang bergerak mengendap-endap kepadamu. Memang sih, tidak ada musuh disini."
"Apa yang anda katakan, Gazef? Bersantai itu tidak sepenuhnya buruk. Terluka karena terlalu tegang itu masalah."
"Kalau begitu, Brain, bagaimana kamu bisa menemukanku dari jarak yang sangat jauh?"
"Bukankah itu sudah jelas? Ada perasaan aneh di udara."
Gazef menyadari Climb melihat ke arah Brain dan dirinya dengan mata penuh terkejut.
"Climb, sebagai pengawal pribadi Putri Renner, kamu harus bisa merasakan kehadiran seperti itu. Jika kamu melewatkan seorang assassin tersembunyi, yang menjadi tanggunganmu bisa terluka."
"Ah, jadi itu. Aku penasaran apa tujuanmu. Sekarang aku tahu. Climb-kun, jika aku tidak salah, kamu menggunakan gaya temuan sendiri, ya kan? Apakah itu termasuk merasakan kehadiran?"
"Ah, tidak, tidak ada. Saya fokus pada teknik bertarung. Maafkan saya."
"Aku tidak sedang memarahimu. Aku hanya ingin memastikan. Sejujurnya, aku dulu memang seperti itu juga. Memang mudah melupakan pelatihan terhadap kemampuan sensor seperti itu ketika berlatih sendirian. Itu adalah kebiasaan yang berbahaya. Lagipula, banyak sekali waktu kamu tidak akan bertarung dengan pertarungan jujur melawan seorang penyerang yang tidak kamu ketahui."
Wajah Gazef sedikit merah. Tampangnya saat melihat ke arah Brain terlihat mengatakan, "Kamu tidak usah mengatakan itu disini."
Pada awalnya, melatih warrior muda juga adalah tugas dari Kapten Warrior. Dia merasa malu tidak bisa menyelesaikan itu.
Karena Climb dilahirkan oleh orang biasa seperti dirinya, memang penting tidak membiarkan para bangsawan melihat mereka jatuh ketika melayani keluarga kerajaan. Seperti contohnya, jika Gazef menghajar Climb dalam latihan, para bangsawan akan berbisik bahwa Climb tidak layak melindungi sang putri. Sementara itu, jika Gazef roboh melawan Climb, mereka akan menggosipkan keburukannya.
Itulah kenapa dia merasa malu; karena sudah membuang swordmen muda untuk melayani sang raja, dan karena dia dipanggil orang baik meskipun jasanya tidaklah begitu menakjubkan.
Tidak, aku seharusnya tidak merasa malu. Jika aku punya waktu melakukan itu, aku harusnya-
"-Ah, lupakan saja, aku serahkan itu padamu. Karena kamu sudah berbaik hati menunjukkan kelemahan Climb di depanku, aku akan berusaha sebaik-baiknya untuk membuatnya ingat itu."
"Terima kasih, Gazef-sama."
"...Bisakah kamu tidak bersikap formal? Kamu juga melayani keluarga kerajaan seperti aku - itu membuatmu bawahanku. Meskipun begitu, aku tidak mengajarimu, dan malahan memberikan pekerjaan itu kepada orang lain. Kamu tidak perlu berterima kasih kepada orang seperti itu."
Semakin Climb berterima kasih, semakin bersalah dia merasa.
"Bukankah itu menjengkelkan, menjadi seseorang dengan sebuah kaki di dalam kalangan bangsawan. Orang-orang menarikmu kembali untuk hal yang tidak berguna, dan kamu bahkan tidak bisa melakukan apa yang ingin kamu lakukan."
"Karena kamu adalah rekan dari Climb, melindungi Putri Renner bersamanya, bukankah itu membuat salah satu dari orang-orang itu juga?"
"Aku bukan orang yang hampir seketat mereka. Menjadi penjilat dari sang Putri atau... tidak, maafkan aku. Seharusnya aku tidak berkata begitu. Menjadi penjaga dari Putri hanyalah hal sementara. Ketika aku sudah bosan, aku akan pinda."
Brain tersenyum, ekspresinya sekeren dan sejelas langit musim gugur. Tetesan hujan mengoyak sifat manusia yang dilihat oleh Gazef di ibukota tidak terlihat disini.
Dia iri dengan bagaimana Brain bisa hidup dengan cara yang sangat bebas.
"Ngomong-ngomong, apakah tidak apa bagi anda ngobrol dengan kami, Gazef-sama?"
"Yah, sebenarnya aku agak sibuk sekarang. Aku hanya ingin beristirahat.. Ngomong-ngomong, apakah kalian sedang bebas?"
Brain dan Climb saling melihat satu sama lain merespon pertanyaan Gazef.
"Bebas..huh."
"Yeah, kurasa. Tidak banyak yang ingin dikerjakan, hanya mempersiapkan perlengkapan perangku."
"Kalau begitu, aku harap kamu... benar juga," Gazef berkata saat dia melihat ke arah salah satu menara pengawas di dinding kota. "Mau coba pergi kesana?"
Tak ada yang menolak, dan Gazef memimpin perjalanan.
Sebagai Kapten Warrior, tak ada prajurit yang menghentikannya. Dengan begini, mereka berhasil tiba di tempat yang diingkan oleh Gazef, tempat dengan pemandangan terbaik di kota.
Dinding terluar dari E-Rantel adalah titik tertinggi di dalam kota yang mana dikatakan, memiliki pemandangan terbaik dan yang terjauh bisa terlihat dari sana.
Dan karena udara yang dihangatkan oleh banyak orang di bawah sana tidak sampai di tempat ini, udara yang dingin dan segar dibawa oleh angin musim dingin menyegarkan tubuh mereka.
"Pemandangan yang hebat!"
Climb berseru dengan senang saat dia melihat ke arah tenggara.
"Itu adalah dataran Katze, ya kan?"
"Benar sekali. Dataran itu diselubungi oleh kabut sepanjang tahun, dan undead banyak berkeliling disana. Dalam beberapa hari, itu akan menjadi medan perang kita juga."
Setelah menjawab, Gazef menghirup nafas dalam-dalam lalu memaksa mengeluarkannya. Udara yang segar memenuhi tubuhnya, dan dia berharap itu akan mengeluarkan perasaan tidak enak yang dia miliki tentang Ainz Ooal Gown.
"Ini adalah pemandangan yang luar biasa. Layak menjadi bawahan sang putri untuk ini. Apakah ini yang dilihat oleh para magician yang bisa menggunakan mantra 'Flight' setiap saat? Tidak heran banyak sekali orang gila diantara mereka."
"Apakah kamu pikir sudut pandang mereka berubah setelah melihat dunia yang luas?"
"Aku meragukannya. Mengapa kamu tidak membawa beberapa bangsawan dan melihatnya apakah itu berhasil? Jika mereka tidak merubah nada suara mereka, kita akan lemparkan mereka ke sisi luar dari dinding. Yang manapun, semuanya berhasil."
Gazef tersenyum masam dengan candaan Brain. Jika orang-orang bisa dirubah seperti ini, dia akan menyeret mereka dengan rantai jika perlu.
Climb terlihat tidak tahu bagaimana merespon, yang membuat Gazef merasa lebih baik.
"Ha...Datang kemari dengan kalian memang adalah hal yang benar. Aku merasa lega sekarang."
"yah, itu bagus didengar. Kalau begitu...mengapa kamu memanggil kami kemari? Apakah kamu yakin tidak ada yang melihat kita? Jangan katakan kamu mengumpulkan tiga orang disini hanya untuk melihat pemandangan ini? Atau apakah ada seseorang yang kamu ingin dia mati?"
Gelombang agresi tiba-tiba dari Brain membuat Gazef bingung.
"Yah, kurasa aku takkan bisa melindungi sang Putri dan sayang sekali rasanya tidak bisa melatih Climb lagi... tapi Gazef, aku berhutang padamu. Aku akan melakukan hal kotor apapun yang kamu inginkan dengan senyum di wajah."
Brain tidak bercanda. Tatapan matanya terlihat serius.
"Bukan seperti itu, Brain. Aku tidak ingin kamu melakukan hal semacam itu."
"..Kamu tahu kan kalau tanganku tidak benar-benar bersih, ya kan?"
"Memang, tidak sepenuhnya bersih. Brain, pedangmu sudah bersimbah darah. Namun, begitu juga denganku."
"Kalau milikmu, itu adalah darah dari musuh Kingdom ya kan? Aku akan adalah hasil dari hasratku sendiri, dan darah yang aku tumpahkan tidak sama sepertimu."
"...Apakah kamu mencoba untuk membersihkan dosa?"
"Tidak, bukan seperti itu. Aku telah melakukan banyak hal untuk bisa mengalahkanmu. Aku mengabdikan diriku untuk itu. Tapi meskipun setelah mengetahui tujuan yang selama ini aku ingin capai bukanlah hal yang spesial, aku tidak merasakan rasa bersalah apapun atas apa yang telah kulakukan. Tapi karena kamu baik kepadaku, aku ingin mengembalikan hutang budi itu. Hanya itu - tidak usah terlalu dipikirkan."
"Kalau begitu, permintaanku adalah jangan berpikir melakukannya. Disamping itu, apa maksudmu 'baik kepadamu'? Apakah yang kamu maksud adalah saat kita bertemu lagi di ibukota?"
Jawaban Brain adalah senyum pahit.
"Jangan khawatir dengan hal itu, aku hanya merasa kamu sudah membantuku."
"Semakin kamu bilang padaku untuk tidak mengkhawatirkannya, semakin khawatir jadinya..."
Di hadapan penolakan yang kokoh ini, Gazef memutuskan untuk merubah topik.
"Ah, ngomong-ngomong, kamu tahu kan kalah aku tidak punya alasan yang khusus untuk membawamu kemari?"
"Eh?"
Climb berbicara, tapi Brain hanya mengangkat alis.
"..Aku hanya sedang berpikir bahwa bagus juga jika kita bertiga mengobrol ketika sedang senggang, dan hanya ini tempat satu-satunya dimana aku bisa dengan santai berbicara tanpa khawatir tentang apa yang dipikirkan oleh orang lain. Jika kita di ibukota, kita juga bisa minum-minum dengan santai."
"Apa, cuman itu? Aku kira kamu punya semacam perintah rahasia untukku..."
"Tidak, bukan begitu. Bagaimana aku harus mengatakannya..."
Kita bisa saja mati setiap waktu di medan perang, dan ini mungkin adalah terakhir kalinya kita saling bertemu. Namun, bagaimana mungkin dia bisa mengatakan hal yang penuh harapan seperti itu?
"Lupakan saja. Oh, benar juga, Climb, armor itu terlalu mencolok. Bukan sebaiknya kamu mewarnainya dengan warna yang berbeda? Kalau begini, kamu mungkin akan menjadi target prioritas di medan perang."
"Maafkan saya Stronoff-sama, tapi saya tidak bisa melakukannya."
Penolakan kuat dari Climb dikirimkan dengan tekad yang kuat.
"Ketika saya memakai armor yang mencolok dan memperoleh hal yang besar di medang perang, saya akan membawa nama Putri Renner. Ditambah lagi, banyak bangsawan tahu saya memakai armor putih. Jika saya merubah warna karena takut mati, saya akan menjadi bahan tawa bagi mereka, dan itu akan terpantul buruk kepada sang putri pula. Daripada seperti itu, saya lebih memilih untuk menemui takdir di medan perang, dan melayaninya baik saat hidup maupun mati."
Saat dia melihat ke arah mata Climb, Gazef menelan ucapan yang ingin dia katakan.
"Putri Renner tidak ingin kamu mati."
"Jangan campurkan adukkan antara keberanian dan kebodohan."
"Tahanlah sedikit kekerasan saat ini sekarang untuk masa depan yang lebih baik."
Dia sudah mempersiapkan seluruh kalimat ini sebelumnya, tapi tak ada satupun yang cukup persuasif untuk merubah pikiran Climb.
Seperti yang dikatakan oleh Climb. Armornya seperti bendera milik putri Renner. Tindakan kepahlawanannya akan meningkatkan derajat sang putri, dan sebaliknya, tindakan memalukan akan menodai reputasinya pula.
Climb telah diselamatkan oleh putri Renner, dan di dalam hatinya ada sebuah catatan "Hidupku adalah milik sang putri". Gazef tidak mungkin menggoyahkan keteguhan semacam itu.
Itu mirip dengan loyalitasnya kepada sang raja, oleh karena itu-
"Aku akan dengan senang hati membuang nyawa demi Putri Renner."
Gazef tidak tahu bagaimana merespon pemuda yang sudah membulatkan tekadnya.
"Oi, oi, oi. Mengapa kamu mengatakan ini seperti kamu akan mati setiap saat? Jangan khawatir, Gazef, aku akan menjaga Climb. Aku tidak akan membiarkannya melakukan tindakan bodoh. Tidak perduli masalah macam apa yang dia hadapi, aku akan menariknya keluar dari sana."
"Jika memang hanya Empat Knight dari Empire, tidak diragukan lagi kamu akan menang, Brain. Namun... melawan orang itu, Ainz Ooal Gown.. aku takut bahkan kamu pun akan kehilangan nyawamu."
"...Apakah Ainz Ooal Gown benar-benar sekuat itu? Ah, aku ingat kamu pernah menyebutkannya sebelum ini di tempatmu."
Setelah keributan karena iblis, Gazef dan Brain pernah berdiskusi bagaimana kehidupan mereka sudah hilang sejak turnamen besar selesai saat minum-minum. Itulah bagaimana nama Ainz muncul.
"Aku bisa dengan percaya diri berkata tidak ada knight dari Empire yang bisa mengalahkanmu. Empat Knight, sekuat apapun mereka, tidak akan bisa menjadi tandinganmu. Bahkan magic caster terkuat dari Empire, Fluder Paradyne, yang masuk ke dalam medan, kamu mungkin bisa keluar jika keberuntungan bersamamu. Tapi melawan Ainz Ooal Gown-dono... Brain, maafkan aku, tapi nyawamu bisa berakhir disana."
"Sekuat itu, huh. Seberapa kuat dia, sebenarnya?"
"...Yang bisa kukatakan adalah, Brain, dia jauh diluar apa yang kamu bayangkan. Lalu kamu bisa ambil apapun yang kamu bayangkan setelah itu dan mengalikannya berkali lipat."
"wah, jika dia memang sekuat itu... aku penasaran jika dia bisa bertahan menghadapi Sebas-sama?"
"Sebas? Apakah itu adalah pak tua yang dibicarakan oleh Climb? Meskipun pak tua itu kelihatannya memang luar biasa kuat, aku masih merasa Gown-dono akan lebih kuat darinya."
"Aku kelihatannya sulit menerima, secara pribadi. Aku yakin tidak bisa membayangkan ada yang lebih kuat dari Sebas-sama... tapi yang lebih penting lagi, mengapa kamu memanggil musuh dengan sehormat itu."
"Dia adalah musuh yang layak. Meskipun, berkata seperti itu akan membuat raja bermasalah, karena siapa yang mengucapkannya."
Brain mengangkat bahu.
"Kamu sudah melakukan hal yang besar untuk kami, Kapten Warrior-sama. Climb-kun, kamu sudah melakukan hal yang sama untuk Kingdom. Sedangkan aku, aku tidak apa dengan apapun. Putri-sama yang bodoh itu benar-benar keterlalu baiknya."
Ucapan itu memang cocok dengan Brain. Namun, sikapnya terhadap keluarga kerajaan tidak bisa dibuang begitu saja.
Meskipun Gazef Stronoff yang merupakan abdi setia dari raja mungkin akan mengerutkan dahi karena jengkel, Gazef Stronoff yang merupakan seorang warrior hanya bisa tertawa dengan kenekatan dari pria ini.
Jika orang lain melihat, dia pasti akan memarahi Brain, tapi sekarang ini, hanya mereka bertiga yang ada disini. Itu artinya bahwa dia hanya perlu menjadi dirinya yang warrior sekarang.
"Meskipun memang benar Putri Renner terlalu bebas... yah, cukup dengan itu. Aku mengerti jika Climb tidak ingin merubah warna armornya. Kalau begitu, tolong jaga dirimu."
"Saya sangat berterima kasih sekali atas kekawatiran yang telah anda tunjukkan pada saya. Namun, Putri Renner bilang kepada saya sebelumnya bahwa saya harus bekerja keras untuk bisa layak dengan armor ini. Jadi, meskipun saya minta maaf tidak bisa melakukan permintaan anda, saya tidak akan merubah pikiran saya."
"Begitukah? Kalau begitu kurasa itu boleh juga."
Angin yang dingin bertiup melewati mereka bertiga. Langit sudah hampir terang warna birunya. Rasanya seperti tidak ada perang yang akan terjadi sama sekali. Terhadap latar seperti ini, Gazef melihat Climb, dengan muka serius. Saat dia memikirkan tentang tidak membiarkan terlalu banyak orang mati, hatinya dipenuhi dengan kegembiraan dan kesedihan.
Seakan menghapus perasaa ini, Gazef memutuskan untuk merubah topik.
"Ngomong-ngomong, apa yang sedang kalian bicara barusan?"
Brain dan Climb saling melihat satu sama lain, lalu Brain bicara.
"Yah, kamu tahu kami tidak seperti dirimu, kami memang bebas, sampai suatu batasan. Jadi bagaimanapun, akulah yang memulai. Climb hanya mengikutiku. Meskipun ada satu orang lagi, Lockmeyer, aku harus membuatnya mengajakku berkeliling. Dan kami berencana untuk mengagumi sang messiah dari ibukota, petualang peringkat adamantite itu. Kami dengar dia memiliki markas di kota ini, jadi kami memutuskan untuk mengunjunginya."
"Oh, Momon-dono, benar kan?"
"Benar, benar, itu dia. Aku melihatnya saat melewati ibukota. Aku dengar mereka menyebutnya sebagai warrior terkuat yang pernah ada-"
Disini sikap Brain berubah. Dia lebih serius sekarang.
"-Jadi aku ingin mendiskusikan beberapa hal dengannya."
"Mendiskusikan?"
Gazef mengulangi ucapan itu seperti seekor burung nuri yang baru belajar bicara. Ekspresi Brain sulit dibaca.
"Tentang Vampir itu. Shalltear Bloodfallen."
Shalltear Bloodfallen.
Vampir terkuat, yang telah mengoyak semangat Brain Unglaus, rival Gazef.
Dia adalah seorang monster yang tidak bisa dikalahkan oleh umat manusia, dan dia telah muncul di ibukota.
Brain berpikir dia mungkin ada hubungannya dengan Jaldabaoth, tapi-
"...Apakah anda tahu ada vampir lain disini, Henyupenyuko, yang dikalahkan dengan item magic luar biasa yang digunakan oleh Momon-dono? Kelihatannya, sebagian dari hutan hancur oleh ledakan yang sangat besar, dan ketika Momon-dono kembali, armornya sudah dipenuhi dengan tanda-tanda pertempuran besar."
Gazef memang mendengar itu dari pak Walikota.
"Ah, ya, aku juga mendengarnya. Itulah kenapa aku ingin bicara dengannya. Pada awalnya, menurut pendapatku, Shalltear Bloodfallen adalah makhluk yang bahkan tidak bisa dikalahkan oleh petualang adamantite. Dan bukannya saya mencurigainya atau apalah, tapi saya ingin bertanya jika dia sudah menghabisinya dengan penghabisan. Dan saya juga tertarik dengan Henyupenyuko pula."
"Maksudmu, mungkin saja ada vampir lain seperti itu?"
"Benar sekali, Climb-kun. Dari yang kudengar, Momon mengejar dua vampir. Aku ingin memastikan jika itu adalah Henyupenyuko dan Shalltear."
"Lalu apa yang terjadi?"
"Yah, tentang itu..."
Brain mengangkat bahu.
"Sayangnya, dia sedang tidak ada. Dia lagi keluar kota karena sebuah permintaan. Saya tidak tahu kapan dia pulang."
"Yah, sayang sekali. Aku juga tidak beruntung. Aku tidak memiliki kesempatan untuk bicara dengan Momon-dono. Jika aku punya waktu, aku ingin bicara dengannya. Jika tidak ada hal lain, aku ingin berterima kasih kepadanya karena sudah menyelamatkan ibukota."
"Begitukah? Kalau begitu... setelah perang ini selesai, mengapa kita tidak pergi sama-sama? Jika kita beruntung, kita akan bisa melihatnya. Climb-kun, ingin datang dengan kita?"
"Aku juga ingin sekali!"
"Luar biasa. Kita pasti akan belajar sesuatu. Musuh macam apa yang pernah dia lawan... Aku sangat menantikan cerita sepak terjangnya!"
"Wah, tidak kuduga. Gazef, kamu suka dengan hal semacam itu?"
"Ah, ya. Lagipula, aku adalah seorang warrior; wajar saja aku tertarik...Jadi sebaiknya kamu pulang dengan selamat, ok?"
"Gazef menolehkan matanya ke arah dataran Katze."
"Ada kedai di ibukota dengan makanan yang enak. Ketika perang ini selesai, kita akan pergi kesana untuk merayakannya. Uang yang kusimpang memang untuk waktu-waktu seperti itu."
"Mari kita berharap bisa pergi kesana untuk merayakan kemenangan."
Brain berjalan ke samping Gazef, dan melihat ke arah yang sama dengannya.
"Kalau begitu... bisakah aku ikut juga?"
"Climb-kun, apakah kamu bisa minum?"
Meskipun hukum di dalam Kingdom tidak secara spesifik mengatur usia yang boleh minum, tak ada yang menjual alkohol kepada bocah lima belas tahun.
"Tidak, aku belum pernah, jadi aku tidak yakin."
"Begitukah? Kalau begitu kamu harus minum sedikit dan kita lihat. Mungkin ada waktunya kamu harus minum dengan orang lain, seperti sekarang."
"Memang benar. Mungkin itu adalah percobaan yang bagus untuk minum pertama kalinya sebelum nantinya."
"Aku mengerti! kalau begitu, aku harap kamu biarkan aku menemanimu."
"Bagus! Kalau begitu, semoga kita bertiga bisa kembali dengan selamat disini. Jangan sampai kehilangan nyawa tanpa alasan yang bagus!"
Brain dan Climb mengangguk merespon ucapan Gazef.
*********
Sebuah hamparan merah. Sebuah gurun yang tandus, hampir tidak ada tumbuhan-tumbuhan sama sekali. Sebuah tanah kematian.
Dataran Katze - sebuah tempat dimana undead dan monster lain berkeliaran, ditakuti sebagai tempat yang bertentangan dengan kehidupan.
Hal yang paling berbahaya adalah kabut tipis yang menyelubungi monsternya tak perduli kapanpun. Kabut ini membawa sedikit jejak energi yang menyebabkan reaksi undead.
Kabutnya sendiri, sama sekali tidak ada pengaruhnya dengan makhluk hidup. Tidak menghisap energi kehidupan, ataupun melukai. Namun, karena kabut itu terdaftar sebagai mantra untuk makhluk undead, kabut itu menghasilkan reaksi positif palsu yang menggagalkan usaha untuk mendeteksi makhluk undead yang lain, dan sebagai hasilnya banyak petualang yang dikepung oleh undead ketika berada di dalamnya.
Namun, saat ini tidak ada kabut. Pandangan mata sangat bagus dan bisa melihat jarak yang jauh. Seakan tanah ini menyambut para petarung dari peperangan yang akan terjadi nantinya sebagai undead masa depan.
Undead telah menghilangkan kabut itu, dan tak ada satupun yang terlihat. Tidak ada makhluk hidup disini, dan keheningan menguasai dataran itu.
Menara yang roboh, dibangun ratusan tahun yang lalu, menjorok keluar dari bumi seperti batu nisan yang tersebar. Tentu saja, tak ada yang masih utuh.
Menara-menara itu pada asalnya memiliki tinggi enam tingkat, tpai semua yang ada di atas lantai tiga sudah roboh, dan reruntuhannya ada dimana-mana. Kurang dari separuh dinding yang tebal yang sekarang tersisa. Penyebabnya bukanlah karena pelapukan akibat dari pertempuran antar monster.
Pemandangan seperti ini ada bersebelahan dengan dataran yang ditutupi oleh rumput, terpisah hanya dengan garis yang tak terlihat. Inilah kenapa dataran Katze disebut tanah terkutuk.
Matahari menyinari tanah yang hampir tidak melihat cahaya selama hampir setahun. Seakan memandang remeh sebagian dari wilayah yang tidak suci tersebut, sebuah struktur besar menjulang tinggi di sisi lain dari tanah tersebut - dunia makhluk hidup.
Dibangun dari kayu-kayu yang besar yang entah darimana, dengan tembok yang kokoh yang kelihatannya seperti menolak siapapun yang lewat kesana. Dikelilingi oleh parit dangkal yang juga digali dengan hati-hati dan dipenuhi dengan tombak-tombak yang ditajamkan. Ini digunakan untuk menahan serangan dari undead yang tidak memiliki kecerdasan.
Di sisi lain dari parit itu berkibar puluhan bendera. Dari bendera ini, yang paling banyak adalah bendera dari Empire - membawa simbol dari Baharuth Empire.
Itu memang bisa diduga. Lagipula, bangunan ini, benteng ini, adalah Garnisun prajurit pasukan Empire di dataran Katze.
Baharuth Empire telah menggerakkan 60.000 knight untuk operasi ini. Garnisun itu bisa menampung mereka semua, yang mana sudah menjelaskan kapasitas dari ukuran markas tersebut. Dan benteng yang hebat ini, sekuat benteng, yang dibangun pada sebagian dari medan yang bisa dipertahankan dengan mudah.
Dibangun di atas bukit. Bukit ini bukanlah termasuk wilayah dataran Katze, tapi dibangun seluruhnya melalui seni landskap magis.
Bahkan Baharuth Empire, yang menggunakan magic caster sebagai bagian dari pertahanan nasional mereka, tidak bisa menyelesaikan pekerjaan seperti ini dalam waktu yang singkat. Bangunan ini telah dibangun dengan periode lebih dari beberapa tahun.
Pada awalnya, tempat ini dimaksudkan untuk menjadi titik awal penyerbuan untuk menargetkan E-Rantel. Untuk itu, benteng yang besar ini dibangun dengan niat bisa menahan serbuan yang lama dari ratusan ribu pasukan Kingdom.
Kingdom tidak memiliki jawaban terhadap pembangunan benteng ini, karena mereka hanya tidak memiliki tenaga atau sumber daya untuk menyerang garnisun tersebut.
Meskipun mereka akan bergabung ketika Empire menyerang negeri mereka sendiri, ketika berbicara tentang peluncuran serangan, ada beberapa masalah untuk dipertimbangkan - yaitu masing-masing Fraksi memiliki kekhawatiran sendiri selain dari serangan, yaitu mereka tidak akan mendapatkan tanah yang bisa digunakan, atau siapapun yang melakukan ini akan membayar serangan itu dari kantung mereka sendiri.
Pada akhirnya, tidak ada bangsawan yang repot-repot melakukan ini kecuali mereka berada di garis api.
Tiga griphon terbang di langit di atas benteng besar itu. Mereka mulai dengan orbit udara yang luas, diikuti dengan penurunan perlahan. Knight manapun akan tahu jika ini adalah cara dari unit "Penjaga Udara Imperial" - pasukan di bawah kendali perintah langsung kaisar - memberi hormat ketika terbang, yang mana mengatakan bahwa upacara turun mereka adalah berarti untuk menunjukkan bahwa utusan dari Empire telah tiba.
Di permukaan, ada sekitar sepuluh knight berkuda dengan formasi melingkar, masing-masing mengangkat bendera Imperial. Ini adalah balasan penghormatan dari tanah - upacara menyambut agen Imperial. Griphon itu mendarat di pusat lingkaran, dan akurasi dari pendaratannya adalah ujian untuk kemampuan pengendaranya, tapi ketiga pengendara itu lolos dengan warna terbang, yang mana menunjukkan kemampuan mereka yang luar biasa.
Setelah mendarat, uturan Imperaial menunjukkan diri. Meskipun knight-knight ini ditugaskan untuk menjaga wibawa ketika upacara penyambutan, keterkejutan mereka terhadap keanehan dari utusan ini membuat mereka terkejut hingga titik dimana bendera yang sedang dipegang bergoyang.
Alasannya adalah pria yang berpakaian itu benar-benar berbeda dari dua orang yang menemaninya.
Ketika dia melepaskan penutup kepala dan menunjukkan tampangnya yang tampan, setiap orang langsung tahu siapa itu.
Rambutnya yang pirang sedikit ditiup oleh angin, dan matanya yang biru seperti laut. Mulutnya, yang menandakan tekad yang kuat, tertutup rapat. Dia adalah gambaran dari knight sempurna.
Tidak ada siapapun yang tidak tahu siapa knight itu.
Yang lebih penting lagi, tidak ayang tidak tahu armor yang dia pakai. Dibuat dari logam adamantite yang langka, dan ditempat lebih jauh ke dalam sebuah armor full plate magic. Hanya ada sedikit armor seperti ini di Empire.
Pengguna dari armor ini adalah salah satu dari knight dengan peringkat tertinggi di Empire.
Salah satu dari Empat Knight Empire, "Gale" Nimble Ark dale Anock.
Dengan suara yang lantang cocok dengan gambaran yang dia pancarkan, Nimble menyapa salah satu knight.
"Aku mencari komandan anda, Jenderal Kabein dari legiun kedua. Apakah anda tahu dimana dia?"
"Sir! Jenderal Kabein sedang rapat sekarang untuk merencanakan serangan terhadap Kingdom! Saya akan mengantarkan tuan Anock kepada Praetorium Jenderal (Sejenis Tenda untuk Jenderal)!"
"Oh begitu. Kalau begitu... apakah Sorcerer King Gown-dono sudah tiba disini pula?"
"Sir! Belum Sir! Sorcerer King-dono belum terlihat disini."
"Aku mengerti."
Karena ucapan sudah dikirimkan dan dia tiba lebih cepat darinya, Nimble menghela nafas lega.
"Kalau begitu, bolehkah aku memintamu untuk menunjukkan jalan? Ada masalah yang harus kuberikan kepadanya."
Nimble perlahan mendekatkan tangannya kepada sesuatu yang ditutupi di kantung dadanya.
----
Nimble dibawa ke sebuah tenda yang mewah, dimana dia menunggu hampir satu jam, ditemani banyak penjaga, hingga si pemilik tenda kembali.
Dia adalah seorang pria paruh baya yang rambutnya sudah putih semua, dan dia memiliki hawa yang ramah.
Meskipun dia berarmor seperti semua knight lainnya, dia memberikan kesan yang sama sekali berbeda dari mereka. Bisa dikatakan dia terlihat seperti seorang bangsawan, daripada seorang prajurit.
"Selamat datang, Nimble."
Senyum di wajahnya membuatnya terlihat seakan lebih seperti bangsawan daripada seorang knight. Suaranya lembut, terlalu jauh tidak sesuai dengan tempat yang suram sepeti medang perang.
Nimble merespon dengan gaya upacara yang disetujui.
Natel Inyem dale Kabein.
Dia adalah seorang bangsawan yang telah kehilangan peluang untuk maju dalam gelar kebangsawanannya, tapi dia telah diakui oleh kaisar terdahulu karena bakatnya, dan diletakkan sebagai pimpinan dari legiun kedua. Meskipun dia tidak memiliki kepandaian dalam bela diri sebagai individu, dia terkenal dengan kemampuannya dalam memerintah, dengan rumor yang mengatakan dia tidak pernah kalah dalam perang. Dengan kepemimpinannya, legiun kedua menikmati moral yang sangat tinggi.
Para knight yang menemani Kabein tidak mampu menyembunyikan rasa hormat mereka kepadanya.
"Aku tidak tahu bagaimana untuk mulai berterima kasih kepada Jenderal-dono, yang sudah datang hingga kemari untuk melihat saya meskipun seorang Komandan Tertinggi dari ekspedisi ini."
Pasukan Imperial dibagi menjadi delapan legiun, dan setiap legiun dipimpin oleh pejabat yang diberi gelar "Jenderal". Jenderal dari legiun pertama dikenal sebagai Panglima Tertinggi, dan dia adalah Pimpinan Komandan dari seluruh pasukan Imperial.
Jika legiun pertama - jika Panglima Tertinggi tidak ada, jenderal dari legiun berikutnya akan mengambil posisinya sebagai pejabat pimpinan seluruhnya. Itu artinya, Jenderal Kabein dari legiun kedua menjadi pimpinan dari seluruh Pasukan Imperial.
"Tidak, tidak, Nimble. Buang saja formalitasnya. Anda kemari karena perintah Yang Mulia, ya kan? Anda tidak berada di bawah saya. Anda hanya perlu berbicara kepada saya dengan sederajat."
Meskipun dia berkata begitu, Nimble tersenyum pahit.
Pasukan Imperial pertama setia kepada sang kaisar, lalu para jenderalnya.
Empat Knight dari Empire, Petarung terkuatnya, sering ditugaskan dengan membawa perintah kaisar. Dalam hal otoritas, mereka dianggap setara dengan seorang jenderal. Namun, dalam hal usia, pengalaman dan kehormatan, tak ada yang setara dengan Kabein. Sulit bagi mereka bersikap setara ketika ada orang luar yang hadir.
Kabein tersenyum, seakan menikmati kegelisahan di wajah Nimble.
"Bagiku gatal sekali jika salah satu dari Empat Knight, Warrior terkuat dari Empire, bersikap sangat kaku dan formal di dekat orang tua seperti diriku. Bagaimana kalau membuang gelar kehormatannya saja?"
"Saya mengerti, Jenderal Kabein."
Jenderal Kabein mengangguk, seakan setuju.
"Sungguh, anda mengambil waktu yang bagus untuk datang. Kabutnya telah hilang, seakan menyambut anda."
"Jenderal Kabein, kurasa sambutannya bukan untuk saya, tapi untuk tragedi yang akan terungkap. Saya merasa ngeri membayangkan apa yang akan terjadi."
"Tragedi, hm... baiklah kalau begitu, Nimble. Bisakah kamu katakan kepadaku apa yang ingin dicapai oleh perang ini? Hingga sekarang, tujuan strategis kita adalah untuk membuat Kingdom kelelahan, tapi kali ini, berbeda. Tujuan kita sekarang adalah untuk mengambil alih E-Rantel dengan cara diplomatik, dan untuk itu kita harus mengalahkan Kingdom dengan menyeluruh di dalam perang."
Mata Kabein semakin keras saat mengatakan ini.
"...Kita menghadapi pasukan terbesar yang pernah dikumpulkan oleh Kingdom di dalam catatan sejarah. Meskipun para knight kita lebih dari cukup menandingi tentara sipil manapun yang bisa dikumpulkan oleh Kingdom, tentara sipil itu akan diterjunkan dengan jumlah yang luar biasa besar. Sebuah medan perang terbuka akan menghasilkan banyak korban. Dan semua ini untuk tujuan merebut E-Rantel, yang mana lalu akan kita serahkan kepada Sorcerer King ini. Apa yang sedang dipikirkan oleh Yang Mulia?"
"Sebelum aku menjawab pertanyaan ini, aku harap kamu membubarkan orang-orang yang hadir disini."
Jenderal tua itu membuka mulutnya seakan berbicara, lalu menganggukkan kepalanya sebagai gantinya.
"Kalian semua keluar."
Bawahan Kabein membungkuk saat mereka mundur.
"Terima kasih atas kerjasamamu."
"Membuang waktu adalah hal yang bodoh. Sekarang, bisakah kamu katakan kepadaku kenapa?"
"Ya. Pada dasarnya saya dikirim untuk memberitahukan kepada Panglima Tertinggi tujuan dari perang ini."
Nimble bergeser dari tempat duduknya.
"Tujuan dari perang ini adalah membangun hubungan baik dengan Sorcerer King, Ainz Ooal Gown. Oleh karena itu, kita harus merebut E-Rantel berapapun nyawa yang harus dibayar, lalu melepaskannya dengan gratis kepada Ainz Ooal Gown, agar bisa memperkuat hubungan dengan kedua pihak."
"Jadi kita akan memerah darah pasukan knight yang melindungi kerajaan kita hingga kering, lalu menceburkannya ke dalam bahaya, ditambah dengan menyerahkan E-Rantel. Apakah Sorcerer King benar-benar layak dengan semua itu?"
"Ya."
Kabein menutup tangannya di hati dan menutup matanya. Lalu dia menjawab.
"Aku mengerti. Jika ini adalah keinginan dari Yang Mulia Kaisar, maka saya akan melaksanakannya."
"Saya sangat berterima kasih sekali."
"Tidak perlu berterima kasih... meskipun persetujuan dari Sorcerer King adalah hal yang lain."
"Tentang itu, aku punya permintaan," kata Nimble.
Ini adalah tujuan utama datang kemari.
"Kami akan meminta Sorcerer King melepaskan mantra untuk memulai serangan. Aku akan memintamu untuk menahan serangan para knight terlebih dahulu hingga mantra itu selesai."
"Dan apa artinya itu? Apakah kita bukan seharusnya mengulur waktu untuk mendapatkan simpati dari Sorcerer King dengan darah kita?"
"Memang benar, itu adalah tujuannya. Namun, kita juga bermaksud untuk menyelidiki kekuatan dari Sorcerer King. Oleh karena itu, kita bermaksud agar Sorcerer King menggunakan mantra terkuat yang dia bisa. Yang Mulia Kaisar telah meminta hal ini agar bisa melihat magic macam apa kemungkinan itu."
"...Jadi, Sorcerer King... apakah dia adalah musuh?"
"Kelihatannya kamu mengerti. Sorcerer King - Ainz Ooal Gown - adalah musuh bagi Empire."
"Jika memang begitu, maka aku akan meminta kepada para knight untuk menerobos celah musuh yang dibuat oleh mantra Sorcerer King agar bisa melebarkannya. Tapi mantra macam apa itu nantinya? Aku harap bukan mantra sederhana seperti 'Fireball'"
"Seperti yang anda katakan. Kita harus mencari tahu apa yang dia mampu. Namun, kita mungkin bisa mengasumsikan lebih kuat daripada serangan magic dari Paradyne-sama."
Mata Kabein melebar, tapi itu hanya sesaat.
"Ternyata begitu, meskipun sulit menerimanya ada orang yang bisa lebih kuat daripada magic caster kuat itu, tapi jika dia benar-benar memiliki kekuatan semacam itu, aku bisa mengerti kenapa Yang Mulia Kaisar ingin membangun hubungan baik dengannya."
Nimble tetap terdiam.
"Membanti ratusan dalam sekali tebas adalah pukulan yang luar biasa. Akan menjadi peluang yang bagus untuk menerobos. Dengan kekuatan semacam itu di pihak kami, kita akan mengalami kerugian yang lebih sedikit."
Setelah berbicara dengan sesama anggota dari Empat Knight, "Heavy Explosion" dan "Lightning Bolt", dia menyadari jika kekuatan Ainz melebihi bayangan dari manusia biasa. Dia mungkin bisa menggunakan sebuah mantra yang bisa membantai ribuan, mungkin sepuluh ribuan jika dikumpulkan dengan rapat. Meskipun kedengarannya mencurigakan, jika dua orang itu memiliki pendapat yang mirip, ada peluang yang besar itu adalah benar.
Seperti yang Kabein katakan, kehilangan para knight yang melindungi Empire akan menjadi kerugian besar.
Sementara itu akan menjadi peristiwa yang menggembirakan jika Ainz, musuh laten mereka, ternyata tidak memiliki gigi, hanya sekali saja, dia ingin percaya dengan apa yang dikatakan oleh rekan-rekannya.
"Ah, Jenderal. Ada hal lain yang ingin saya minta pada anda. Sorcerer King akan membawa pasukannya ke baris depan. Aku harap anda membiarkan mereka menemani anda ke medan perang."
"Oh begitu. Berapa ribu orang yang dia bawa?"
"Tentang hal itu-"
"Maafkan saya sudah menyela percakapan anda, Kabein-dono, Nimble-dono!"
Sebuah teriakan hebat terdengar dari para knight di luar tenda.
Kabein terlihat minta maaf kepada Nimble, sebelum bicara kepada orang di luar.
"Masuklah."
Pria yang datang itu adalah seorang knight senior.
"Tuan! Sebuah kereta dengan bendera Sorcerer King telah tiba di gerbang utama. Mereka meminta masuk. Apakah kita mengizikan mereka masuk?"
Mata knight itu menoleh ke arah Nimble, lalu kepada Kabein. Dia mengangguk kepada Nimble.
"..Aku mengerti, biarkan mereka lewat."
"Tuan! Lalu... apakah kita harus memeriksa kereta itu?"
Tak ada yang bisa masuk ke dalam garnisun tanpa dibersihkan oleh petugas jaga. Prosedur biasa adalah menggunakan magic untuk memeriksa personel yang menjadi tanda tanya, untuk memastkan mereka bukan penyusup yang menyamar dengan ilusi.
Jika ini adalah Kingdom, mereka tidak akan menggunakan magic untuk memeriksa. Alasan mengapa itu digunakan disini adalah karena magic adalah landasan dari kekuatan Empire. Mereka paham dengan kekuatan mengerikan dari magic, dan oleh karena itu waspada terhadap penggunaannya.
Ini terutama benar bagi sebuah markas militer yang besar seperti ini yang mempekerjakan teknologi magic yang terbaru. Jika teknologi ini bocor, mungkin akan menyebabkan luka yang besar bagi Empire. Meskipun Kaisar Jircniv sendiri yang muncul, dia masih akan diperiksa dengan teliti oleh para penjaga.
Sebagai hasilnya, bahkan para pengunjung dari negeri sekutu - tidak, terutama karena mereka adalah dari negeri sekutu, mereka akan menjadi subyek pemeriksaan.
Namun, ada situasi dimana hal seperti itu tidak diperbolehkan.
Kabein menatap kepada Nimble lagi.
Terbebani oleh suasana yang berat dan kekuatan dari item di dadanya, Nimble hanya bisa tersenyum pahit membalasnya.
"Jenderal Kabein, maafkan saya. Mereka adalah tamu yang sangat penting bagi Empire. Sebagai pengecualian diantara pengecualian, persilahkan mereka memasuki seperti itu."
Wajah Kabein, yang tadinya tersenyum hangat barusan, membeku menjadi topeng tanpa emosi.
Nimble telah memberikan sebuah perintah yang melebihi otoritasnya.
Tak perduli pria macam apa itu, dia tidak akan senang jika orangnya diberikan perintah oleh orang lain.
Nimble mengerti alasan dari kejengkelan dari Kabein, tapi itu adalah perintah yang harus dia berikan.
Jika tidak-
Ketika Nimble ragu-ragu apakah dia akan mengeluarkan item yang sedang dia sembunyikan di kantung dadanya, Jenderal Kabein berbicara.
"Jika itu adalah perintah dari sang Kaisar, maka kita harus patuhi. Lagipula, Empire dan yang ada di dalamnya berada di bawah perintah dari Yang Mulia Kaisar."
"Saya sangat senang anda mengerti, Jenderal."
Obyek yang dipegang oleh Nimble adalah titah kaisar. Itu adalah perkamen tertulis, dan dikatakan bawah pemegangnya memiliki kekuatan untuk bertindak dengan otoritas penuh dari kaisar. Wewenangnya memanjang hingga kepada setiap orang yang terlibat dengan perang ini. Di dalam perang ini, Nimble akan memiliki tingkatan melebihi Kabein, dan akan bisa memutuskan nasib dari Jenderal jika diminta.
Untuk sesaat, Nimble lega karena dia tidak harus memperburuk hubungan antara seorang pejabat tua yang dia hormati. Lalu dia menegang lagi, karena sekarang bukan waktunya bersantai.
"Kalau begitu, mari kita temui Sorcerer King ini? Lagipula dia sudah menerima begitu banyak dukungan dari Yang Mulia Kaisar, jadi pastinya dia adalah seorang pria yang bisa menyamai pahlawan-pahlawan besar."
Secara pribadi, Nimble tidak ingin pergi.
Setelah bicara dengan Empat Knight lain - tidak, sekarang hanya tiga, termasuk dirinya - dan teringat apa yang mereka katakan tentangnya, ekspresi Nimble berubah menjadi pahit. Namun, dia tidak ada pilihan lagi selain mengikuti sang Jenderal.
"Tentu saja, Jenderal. biarkan saya berjalan dengan anda."
Di luar garnisun, sebuah kereta yang megah bergerak maju, digembargemborkan oleh para knight. Apa yang membuat orang-orang melihatnya terperangah adalah kenyataan bahwa kereta itu tidak memiliki kusir, dan tidak ditarik oleh kuda biasa, tapi seekor monster yang terlihat seperti kuda bersisik.
Nimble memanggil para knight yang ada di sekeliling dan Kabein.
"Persembahkan senjata kepada tamu kita (Berikan kehormatan tertinggi kepada tamu kita)."
TL Note : Kehormatan tertinggi dalam militer dengan mengarahkan senjata, yang hanya dipersembahkan untuk pejabat senior dan Orang terkemuka dengan pangkat tinggi.
Apa? Nimble bisa membayangkan itulah yang sedang dipikirkan oleh Kabein dan para prajurit, dari ekspresi di wajah mereka.
Secara diplomatis, mempersembahkan senjata kepada kepala negara dari kekuatan sekutu adalah hal yang wajar.
Namun, kewajaran itu tidak ada di dalam militer. Pada awalnya, tak ada yang menyambut orang terkemuka asing di markas militer.
Bahkan dengan negeri-negeri manusia, pasti akan ada percekcokan dan pertengkaran internal. Tak ada yang bepemikiran seterbuka itu.
Mempersembahkan senjata kepada orang luar adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan di sebuah tempat yang terbuka dan aman, bukan di instalasi militer. Itu pasti adalah yang dipikirkan oleh para prajurit yang hadir di sini.
Ada maksud lain.
Mempersembahkan senjata juga berarti tidak akan ambil bagian dalam medan perang.
Sebagai salah satu dari Empat Knight, Nimble mengerti perasaan mereka dengan sempurna. Namun-
"Hadirin, harap persembahkan senjata kalian."
Nimble mengulang dirinya dengan suara seperti baja.
Setelah itu, dia mendengar helaan nafas Kabein.
"Kalian sudah dengar, ya kan? Persembahkan senjata kalian untuk menyambut Sorcerer King."
Perintah Kabein menenangkan para prajurit yang gelisah. Jika itu adalah sebuah perintah, maka yang harus mereka lakukan adalah mengikuti perintah. Tidak perlu terlalu banyak memikirkannya.
Nimble menatap Kabein dengan tampang sangat berterima kasih, tapi saat dia melakukannya, dia tahu ekspresi terluka di wajah Kabein. Kelihatannya seperti mengatakan ini mungkin sulit bagimu, tapi lebih keras bagiku.
Kereta itu berhenti di depan mereka.
Nimble terperangah, karena lebih dari satu alasan.
Pertama karena kereta itu sendiri sangat cantik. Warna dasarnya adalah hitam seakan seperti dipotong dari langit malam itu sendiri, disorot dengan dekorasi yang rumit yang menutupi seluruh sasis dari kendaraan. Dekorasi itu memiliki pancaran tenang dari emas dan perunggu, memberikan suasana yang elegan dan klasik. Meskipun hiasannya mungkin sedikit terlalu berlebihan, tidak sampai pada titik buruk. Malahan, mirip sekali dengan kotak harta karun raksasa.
Nimble pernah mengendarai kereta pribadi Kaisar kadang kala, dan dia yakin kereta di depannya ini membuat kereta kaisar terlihat seperti kereta pengangkut jerami.
Alasan lain yang mengejutkannya adalah binatang buas yang menarik kereta. Itu adalah seekor binatang buas, karena tidak mungkin hanya kuda biasa. Makhluk itu berdeguk lirih, sebuah suara cair "gurururu", dan giginya yang tajam bisa terliat dari mulutnya yang sedikit terbuka. Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan sisik yang terlihat seperti milik dari reptil, dan dibalik sisik itu ada sekumpulan otot yang bergelombang dan menonjol.
Itu seperti avatar berbentuk kuda dari kebrutalan dan kekerasan.
Setiap orang dipenuhi perasaan bahaya. Nimble sendiri mulai bernafas tidak karuan, dan keringat muncul di punggung dan telapak tangannya. Binatang buas itu mengerikan.
Di tengah badai nafas panik, pintu kereta itu terbuka.
Seorang gadis dark elf mendarat.
Semua pemikiran menjadi berhenti.
Tak ada yang bisa bicara. Mata mereka tertarik sekali olehnya.
Gadis itu memegang tongkat hitamnya yang melintir dengan manis. Ketika dia sudah besar, dia pasti akan banyak mematahkan hati. Kencantikannya akan menjadi kecantikan yang akan membuat para pria mau melakukan apapun untuknya. Bahkan ekspresi sopannya seperti sebuah bunga yang merekah dibawah cahaya rembulan.
Namun, benda-benda di tangannya benar-benar aneh dengan gambaran yang dia proyeksikan.
Itu adalah gauntlet (sarung tangan).
Gauntlet kiri terlihat sangat kejam mirip dengan tangan iblis. Kelihatannya dibuat dari semacam logam hitam, yang menutupi duri-durinya yang bengkok. Ujung jarinya ditajamkan hingga menjadi lancip, dan pancaran kotor mengelilinginya mirip dengan semacam sekresi aneh. Hanya dengan satu kali tatap saja membuat siapapun yang melihatnya dipenuhi dengan teror yang berasal dari jiwa mereka yang terdalam.
Sebaliknya, gauntlet kanan seperti tangan dari seorang perawan yang suci dan sempurna. Warnanya putih dan proporsinya yang ramping dipenuhi dengan hiasan emas yang rumit, yang mengeluarkan kencantikan luar biasa yang lebih jauh. Menarik mata seperti tawon yang tertarik oleh maud, dan seperti melihat sebuah kecantikan kelas dunia, orang-orang yang melihat merasa mereka mungkin akan kehilangan jiwa mereka karenanya.
"A-Ah, Ainz-sama. Kurasa kita sudah tiba."
"Benarkah. Terima kasih, Mare."
Dengan begitu, figur lain muncul dengan sendirinya.
Dalam sekejap, suasana tiba-tiba berubah menjadi berat dan suram.
Tubuh dari setiap orang yang hadir dipenuhi dengan degup jantung. Ini bukan kebencian, tapi sebuah perasaan yang sulit dijelaskan.
Ainz Ooal Gown berpakaian rangkap yang bisa dihubungkan dengan seorang magic caster arcane. Pada awalnya, dia mengenakan jubah hitam legam dan di atasnya, mantel hitam lagi, yang semakin membuat penasaran. Dia memegang sebuah tongkat, yang tidak dihias dengan sangat mewah seperti yang diduga. Di sekitar lehernya ada sebuah kalung perak lengkap dengan batu permatanya. Dan di wajahnya ada sebuah topeng aneh.
"Kami menyambut anda dan rombongan, Yang Mulia Sorcerer King Ainz Ooal Gown."
Nimble merendahkan kepalanya. Namun, dia tidak mendengar siapapun yang mengikutinya.
Meskipun tahu itu tidak sopan, dia harus menoleh ke belakang untuk melihat.
Jenderal dan para knight di belakangnya terdiam di tempat. Mereka sama sekali takjub dengan kehadiran dari Sorcerer King dan tidak bisa bergerak.
Sebanyak itu dia bisa mengerti. Namun, jika ini terus terjadi, akan gawat jadinya.
Pada akhinya, jenderal lah yang mengirimkan penghormatan terhadap keadaan sulit dari Nimble.
"Legiun!"
Teriakan milik Kabein. Itu adalah perintah yang renyah dan kuat yang tidak cocok dengan bangsawan seperti dirinya, tapi cocok dengan pangkatnya sebagai jenderal.
"Hormat! Kepada Yang Mulia, Sorcerer King!"
"Tuan!"
Para knight membalas dengan bersamaan, dan menjadi satu, mereka mempersembahkan senjata kepada Ainz.
"Saya berterima kasih atas sambutan kalian, wahai para knight yang menjadi kebanggaan dari Empire."
Itu adalah respon menyeluruh yang biasa, yang membuatnya jauh lebih menakutkan. Rasanya seperti ada sesuatu yang besar mencoba sebisa mungkin bersikap seperti seorang manusia. Setelah mendengar dari wajah dibalik topeng tersebut, Nimble mengalami sensasi yan bahkan lebih akut daripada yang lainnya.
"Tolong angkat kepala kalian."
Pertama kalinya dia mengatakan, tak ada yang merespon.
"Tidak bisakah kalian mengangkat kepala?"
Setelah kedua kalinya, mereka melakukannya. Lagipula, menunggu hingga ketiga kalinaya adalah sebuah kehormatan yang hanya diberikan kepada penguasa seseorang.
"Yang Mulia, tolong maafkan mereka yang tidak langsung mengangkat kepala."
Sebuah tatapan ke seluruh knight menunjukkan bibir mereka putih dan wajah mereka pucat.
"Mereka sangat senang melihat Yang Mulia sehingga lupa diri."
"Tidak, seharusnya saya yang minta maaf. Saya sangat kegirangan karena kita akan menuju medan perang. Aku harap anda mengerti jika aku tidak menyalahkan siapapun."
Ainz melepas mantel hitam di bahunya. Kain hitam legam terkepak seperti sayap gagak saat terbuka lebar. Dalam sesaat, suasana yang dingin dan berat mengelilinginya seperti hilang entah kemana.
Yang tersisa hanyalah manusia biasa, dengan kehadiran seperti manusia biasa.
Itu menakutkan.
Itu adalah emosi yang paling tajam yang dirasakan oleh Nimble sekarang.
Dia pernah mendengar sifat luar biasa Ainz dari rekannya. Meskipun begitu, pria yang sedang berdiri di depannya terlihat terlalu biasa, yang mana hanya semakin memperdalam ketakutannya. Dia merasa seperti seorang predator besar yang perlahan sedang mendekat ke arahnya.
Para knight, yang tidak tahu apa-apa, mungkin mulai merasakan keanehan situasi itu. Udara dipenuhi dengan kegelisahan yang semakin besar. Kabein kelihatannya mengerti. Dia tidak menggunakan otaknya, tapi hati dan jiwanya. Melalui hal itu dia tahu sikap macam apa yang harus dia tunjukkan kepada orang di depannya.
"Perkenankan saya, Nimble Ark dale Anock, mengantarkan anda ke tenda lapangan kami."
"Begitukah. Wah, meskipun aku merasa sudah menyusahkan anda, kalau begitu aku akan mengandalkan anda."
"Saya mengerti. Kalau begitu, ini adalah pimpinan dari komando ekspedisi kali ini, Jenderal Kabein."
"Saya adalah Kabein, Yang Mulia. Jika anda merasa tidak nyaman terhadap apapun di garnisun ini, silahkan beritahukan kepada saya dan kami akan segera memperbaikinya. Silahkan, pilih knight yang ada disini sebagai pelayan anda..."
"Itu tidak perlu. Aku memiliki bawahan disini."
Dia mengisyaratkan kepada gadis dark elf itu.
"Dan aku akan memenuhi kebutuhkanku sendiri jika kurang."
Kabein terdiam.
Niatnya yang sebenarnya adalah untuk menugaskan seseorang agar bisa menjaga Ainz melakukan hal-hal yang aneh di markas.
Namun, jawabannya adalah penolakan datar, sebuah jawaban yang hanya bisa diberikan oleh yang kuat.
Namun, karena keadaan dari Kabein, dia tidak bisa membiarkan hal semacam itu terjadi. Kalau begitu, mereka tidak akan mendapatkan kesimpulan yang sama.
Meskipun Nimble jelas sekali mendukung Kabein, dia tidak bisa membiarkan masalah ini.
"Begitukah... yang mulia, silahkan saja memberitahukan kepada kami jika anda membutuhkan apapun. Jenderal Kabein, saya harap anda membiarkan saya menanganinya dari sini."
"-Saya mengerti."
"Ah... ada sesuatu yang lupa aku beritahukan."
"Ada ada, yang mulia?"
"Aku yakin harus membuka peperangan ini dengan sebuah mantra. Kalau begitu, aku akan membuat pasukanku ikut serta dalam pertempuran ini pula. Aku harap kamu mengijinkan hal ini."
"Kami tidak bisa berharap lebih banyak lagi."
Karena hal itu sudah didiskusikan, Kabein segera menyetujuinya.
Namun, sebuah dorongan hati membuatnya mengerutkan alis.
"...Bagaimanapun, peperangan akan berlangsung dalam beberapa hari, mungkin sedini hari esok. Dari mana pasukan anda akan tiba, yang mulia? Kami tidak bisa menunggu terlalu lama..."
"Itu tidak masalah. Mereka sudah ada di dekat."
Jawaban itu membuat keraguan di hati Nimble. Melihat ke langit, kelihatannya tidak ada pasukan udara yang mendekat.
Kabein pasti memiliki kecurigaan yang sama dengannya. Wajarnya, garnisun itu dikelilingi oleh jaring pengaman yang ketat. Siapapun yang mendekat selain dari pasukan Imperial akan langsung dilaporkan kepada personel berpangkat Jenderal. Janga-jangan laporannya nyasar?
Nimble melihat ke sekeliling, tapi kelihatannya tidak ada yang tahu disini tentang itu.
"Maafkan aku. Bukan, berkata mereka sudah dekat itu bermasalah. Yah, aku hanya ingin berkata mereka bisa langsung tiba."
"Apa...?"
Dia masih memiliki pertanyaan, tapi dia kesampingkan dahulu saat Kabein bertanya selanjutnya, "Berapa banyak pasukan yang datang?"
"Sekitar lima ratus."
"Lima ratus.."
Meskipun Kabein menyembunyikan reaksinya dengan ahli, Nimble tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
"Jenderal, apakah ada masalah nantinya menggabungkan unit yang mulia dengan pasukan Imperial?"
Agar bisa menunjukkan loyalitas mereka kepada Ainz, Empire harus mengguyur lautan dengan darah rakyatnya. Oleh karena itu, unit Ainz tidak akan punya peluang untuk diterjunkan, jadi meletakkan mereka di dalam formasi pasukan Imperial tidak apa-apa.
"Jika hanya lima ratus, maka kami tidak perlu lagi mengatur ulang formasi. Sedangkan untuk penjaga dari Yang Mulia, mungkin kami harus serahkan tugas itu kepada bawahan beliau."
Dia ingin mencoba mengatakan "Jangan terlalu buru-buru memancing keributan." Pasukan Imperaial akan pergi dahulu dan menerima kerugian agar bisa membuktikan niat tulus mereka kepada Ainz, jadi membiarkan unit Ainz melakukan hal terlalu banyak akan sangat menyusahkan.
Ainz mengangguk menerima tawaran dari Nimble. Nimble menghela nafas lega, tapi ketika dia memikirkannya dengan tenang, itu seharusnya tidak logis. Apa yang bisa dilakukan oleh hanya sekedar lima ratus pasukan? Kelihatannya mereka hanyalah hiasan iringan.
Namun, apa yang terjadi selanjutnya jauh melebihi prediksi Nimble.
Setelah merapal semacam mantra, Ainz kelihatannya seperti berbicara di udara yang tipis.
"Bisakah kamu mendengarkan aku - Shalltear? Bukalah sebuah 'Gate' ke posisiku lalu kirimkan pasukan kemari."
Mata di bawah topeng Ainz kelihatannya seperti bergerak.
"Bagus, Jenderal, saya telah memanggil unit saya."
Saat dia selesai berkata begitu, udara menjadi melengkung.
Sebuah obyek separuh lingkaran yang hitam muncul di belakang Ainz.
Nimble ingat sesuatu tentang sebuah 'Gate' yang disebutkan sebelumnya.
Sebuah gerbang terbuka, dan apa yang muncul dari situ adalah-
Dunia menjadi hening.
Sebuah ketiadaan suara yang aneh memenuhi sekitar. Sebuah gelombang keheningan muncul.
Lima ratus pasukan menunjukkan bentuk mereka. Dibandingkan dengan 60.000 pasukan Imperial yang kuat, mereka terlalu sedikit. Namun, tak ada yang meremehkan lima ratus pasukan ini.
Unit dari pasukan monster di depan mereka membuat kekuatan mereka jelas.
"Ini adalah pasukanku."
Di depan para hadirin yang terdiam, Ainz memperkenalkan pasukannya.
Dataran Katze - sebuah tempat dimana undead dan monster lain berkeliaran, ditakuti sebagai tempat yang bertentangan dengan kehidupan.
Hal yang paling berbahaya adalah kabut tipis yang menyelubungi monsternya tak perduli kapanpun. Kabut ini membawa sedikit jejak energi yang menyebabkan reaksi undead.
Kabutnya sendiri, sama sekali tidak ada pengaruhnya dengan makhluk hidup. Tidak menghisap energi kehidupan, ataupun melukai. Namun, karena kabut itu terdaftar sebagai mantra untuk makhluk undead, kabut itu menghasilkan reaksi positif palsu yang menggagalkan usaha untuk mendeteksi makhluk undead yang lain, dan sebagai hasilnya banyak petualang yang dikepung oleh undead ketika berada di dalamnya.
Namun, saat ini tidak ada kabut. Pandangan mata sangat bagus dan bisa melihat jarak yang jauh. Seakan tanah ini menyambut para petarung dari peperangan yang akan terjadi nantinya sebagai undead masa depan.
Undead telah menghilangkan kabut itu, dan tak ada satupun yang terlihat. Tidak ada makhluk hidup disini, dan keheningan menguasai dataran itu.
Menara yang roboh, dibangun ratusan tahun yang lalu, menjorok keluar dari bumi seperti batu nisan yang tersebar. Tentu saja, tak ada yang masih utuh.
Menara-menara itu pada asalnya memiliki tinggi enam tingkat, tpai semua yang ada di atas lantai tiga sudah roboh, dan reruntuhannya ada dimana-mana. Kurang dari separuh dinding yang tebal yang sekarang tersisa. Penyebabnya bukanlah karena pelapukan akibat dari pertempuran antar monster.
Pemandangan seperti ini ada bersebelahan dengan dataran yang ditutupi oleh rumput, terpisah hanya dengan garis yang tak terlihat. Inilah kenapa dataran Katze disebut tanah terkutuk.
Matahari menyinari tanah yang hampir tidak melihat cahaya selama hampir setahun. Seakan memandang remeh sebagian dari wilayah yang tidak suci tersebut, sebuah struktur besar menjulang tinggi di sisi lain dari tanah tersebut - dunia makhluk hidup.
Dibangun dari kayu-kayu yang besar yang entah darimana, dengan tembok yang kokoh yang kelihatannya seperti menolak siapapun yang lewat kesana. Dikelilingi oleh parit dangkal yang juga digali dengan hati-hati dan dipenuhi dengan tombak-tombak yang ditajamkan. Ini digunakan untuk menahan serangan dari undead yang tidak memiliki kecerdasan.
Di sisi lain dari parit itu berkibar puluhan bendera. Dari bendera ini, yang paling banyak adalah bendera dari Empire - membawa simbol dari Baharuth Empire.
Itu memang bisa diduga. Lagipula, bangunan ini, benteng ini, adalah Garnisun prajurit pasukan Empire di dataran Katze.
Baharuth Empire telah menggerakkan 60.000 knight untuk operasi ini. Garnisun itu bisa menampung mereka semua, yang mana sudah menjelaskan kapasitas dari ukuran markas tersebut. Dan benteng yang hebat ini, sekuat benteng, yang dibangun pada sebagian dari medan yang bisa dipertahankan dengan mudah.
Dibangun di atas bukit. Bukit ini bukanlah termasuk wilayah dataran Katze, tapi dibangun seluruhnya melalui seni landskap magis.
Bahkan Baharuth Empire, yang menggunakan magic caster sebagai bagian dari pertahanan nasional mereka, tidak bisa menyelesaikan pekerjaan seperti ini dalam waktu yang singkat. Bangunan ini telah dibangun dengan periode lebih dari beberapa tahun.
Pada awalnya, tempat ini dimaksudkan untuk menjadi titik awal penyerbuan untuk menargetkan E-Rantel. Untuk itu, benteng yang besar ini dibangun dengan niat bisa menahan serbuan yang lama dari ratusan ribu pasukan Kingdom.
Kingdom tidak memiliki jawaban terhadap pembangunan benteng ini, karena mereka hanya tidak memiliki tenaga atau sumber daya untuk menyerang garnisun tersebut.
Meskipun mereka akan bergabung ketika Empire menyerang negeri mereka sendiri, ketika berbicara tentang peluncuran serangan, ada beberapa masalah untuk dipertimbangkan - yaitu masing-masing Fraksi memiliki kekhawatiran sendiri selain dari serangan, yaitu mereka tidak akan mendapatkan tanah yang bisa digunakan, atau siapapun yang melakukan ini akan membayar serangan itu dari kantung mereka sendiri.
Pada akhirnya, tidak ada bangsawan yang repot-repot melakukan ini kecuali mereka berada di garis api.
Tiga griphon terbang di langit di atas benteng besar itu. Mereka mulai dengan orbit udara yang luas, diikuti dengan penurunan perlahan. Knight manapun akan tahu jika ini adalah cara dari unit "Penjaga Udara Imperial" - pasukan di bawah kendali perintah langsung kaisar - memberi hormat ketika terbang, yang mana mengatakan bahwa upacara turun mereka adalah berarti untuk menunjukkan bahwa utusan dari Empire telah tiba.
Di permukaan, ada sekitar sepuluh knight berkuda dengan formasi melingkar, masing-masing mengangkat bendera Imperial. Ini adalah balasan penghormatan dari tanah - upacara menyambut agen Imperial. Griphon itu mendarat di pusat lingkaran, dan akurasi dari pendaratannya adalah ujian untuk kemampuan pengendaranya, tapi ketiga pengendara itu lolos dengan warna terbang, yang mana menunjukkan kemampuan mereka yang luar biasa.
Setelah mendarat, uturan Imperaial menunjukkan diri. Meskipun knight-knight ini ditugaskan untuk menjaga wibawa ketika upacara penyambutan, keterkejutan mereka terhadap keanehan dari utusan ini membuat mereka terkejut hingga titik dimana bendera yang sedang dipegang bergoyang.
Alasannya adalah pria yang berpakaian itu benar-benar berbeda dari dua orang yang menemaninya.
Ketika dia melepaskan penutup kepala dan menunjukkan tampangnya yang tampan, setiap orang langsung tahu siapa itu.
Rambutnya yang pirang sedikit ditiup oleh angin, dan matanya yang biru seperti laut. Mulutnya, yang menandakan tekad yang kuat, tertutup rapat. Dia adalah gambaran dari knight sempurna.
Tidak ada siapapun yang tidak tahu siapa knight itu.
Yang lebih penting lagi, tidak ayang tidak tahu armor yang dia pakai. Dibuat dari logam adamantite yang langka, dan ditempat lebih jauh ke dalam sebuah armor full plate magic. Hanya ada sedikit armor seperti ini di Empire.
Pengguna dari armor ini adalah salah satu dari knight dengan peringkat tertinggi di Empire.
Salah satu dari Empat Knight Empire, "Gale" Nimble Ark dale Anock.
Dengan suara yang lantang cocok dengan gambaran yang dia pancarkan, Nimble menyapa salah satu knight.
"Aku mencari komandan anda, Jenderal Kabein dari legiun kedua. Apakah anda tahu dimana dia?"
"Sir! Jenderal Kabein sedang rapat sekarang untuk merencanakan serangan terhadap Kingdom! Saya akan mengantarkan tuan Anock kepada Praetorium Jenderal (Sejenis Tenda untuk Jenderal)!"
"Oh begitu. Kalau begitu... apakah Sorcerer King Gown-dono sudah tiba disini pula?"
"Sir! Belum Sir! Sorcerer King-dono belum terlihat disini."
"Aku mengerti."
Karena ucapan sudah dikirimkan dan dia tiba lebih cepat darinya, Nimble menghela nafas lega.
"Kalau begitu, bolehkah aku memintamu untuk menunjukkan jalan? Ada masalah yang harus kuberikan kepadanya."
Nimble perlahan mendekatkan tangannya kepada sesuatu yang ditutupi di kantung dadanya.
----
Nimble dibawa ke sebuah tenda yang mewah, dimana dia menunggu hampir satu jam, ditemani banyak penjaga, hingga si pemilik tenda kembali.
Dia adalah seorang pria paruh baya yang rambutnya sudah putih semua, dan dia memiliki hawa yang ramah.
Meskipun dia berarmor seperti semua knight lainnya, dia memberikan kesan yang sama sekali berbeda dari mereka. Bisa dikatakan dia terlihat seperti seorang bangsawan, daripada seorang prajurit.
"Selamat datang, Nimble."
Senyum di wajahnya membuatnya terlihat seakan lebih seperti bangsawan daripada seorang knight. Suaranya lembut, terlalu jauh tidak sesuai dengan tempat yang suram sepeti medang perang.
Nimble merespon dengan gaya upacara yang disetujui.
Natel Inyem dale Kabein.
Dia adalah seorang bangsawan yang telah kehilangan peluang untuk maju dalam gelar kebangsawanannya, tapi dia telah diakui oleh kaisar terdahulu karena bakatnya, dan diletakkan sebagai pimpinan dari legiun kedua. Meskipun dia tidak memiliki kepandaian dalam bela diri sebagai individu, dia terkenal dengan kemampuannya dalam memerintah, dengan rumor yang mengatakan dia tidak pernah kalah dalam perang. Dengan kepemimpinannya, legiun kedua menikmati moral yang sangat tinggi.
Para knight yang menemani Kabein tidak mampu menyembunyikan rasa hormat mereka kepadanya.
"Aku tidak tahu bagaimana untuk mulai berterima kasih kepada Jenderal-dono, yang sudah datang hingga kemari untuk melihat saya meskipun seorang Komandan Tertinggi dari ekspedisi ini."
Pasukan Imperial dibagi menjadi delapan legiun, dan setiap legiun dipimpin oleh pejabat yang diberi gelar "Jenderal". Jenderal dari legiun pertama dikenal sebagai Panglima Tertinggi, dan dia adalah Pimpinan Komandan dari seluruh pasukan Imperial.
Jika legiun pertama - jika Panglima Tertinggi tidak ada, jenderal dari legiun berikutnya akan mengambil posisinya sebagai pejabat pimpinan seluruhnya. Itu artinya, Jenderal Kabein dari legiun kedua menjadi pimpinan dari seluruh Pasukan Imperial.
"Tidak, tidak, Nimble. Buang saja formalitasnya. Anda kemari karena perintah Yang Mulia, ya kan? Anda tidak berada di bawah saya. Anda hanya perlu berbicara kepada saya dengan sederajat."
Meskipun dia berkata begitu, Nimble tersenyum pahit.
Pasukan Imperial pertama setia kepada sang kaisar, lalu para jenderalnya.
Empat Knight dari Empire, Petarung terkuatnya, sering ditugaskan dengan membawa perintah kaisar. Dalam hal otoritas, mereka dianggap setara dengan seorang jenderal. Namun, dalam hal usia, pengalaman dan kehormatan, tak ada yang setara dengan Kabein. Sulit bagi mereka bersikap setara ketika ada orang luar yang hadir.
Kabein tersenyum, seakan menikmati kegelisahan di wajah Nimble.
"Bagiku gatal sekali jika salah satu dari Empat Knight, Warrior terkuat dari Empire, bersikap sangat kaku dan formal di dekat orang tua seperti diriku. Bagaimana kalau membuang gelar kehormatannya saja?"
"Saya mengerti, Jenderal Kabein."
Jenderal Kabein mengangguk, seakan setuju.
"Sungguh, anda mengambil waktu yang bagus untuk datang. Kabutnya telah hilang, seakan menyambut anda."
"Jenderal Kabein, kurasa sambutannya bukan untuk saya, tapi untuk tragedi yang akan terungkap. Saya merasa ngeri membayangkan apa yang akan terjadi."
"Tragedi, hm... baiklah kalau begitu, Nimble. Bisakah kamu katakan kepadaku apa yang ingin dicapai oleh perang ini? Hingga sekarang, tujuan strategis kita adalah untuk membuat Kingdom kelelahan, tapi kali ini, berbeda. Tujuan kita sekarang adalah untuk mengambil alih E-Rantel dengan cara diplomatik, dan untuk itu kita harus mengalahkan Kingdom dengan menyeluruh di dalam perang."
Mata Kabein semakin keras saat mengatakan ini.
"...Kita menghadapi pasukan terbesar yang pernah dikumpulkan oleh Kingdom di dalam catatan sejarah. Meskipun para knight kita lebih dari cukup menandingi tentara sipil manapun yang bisa dikumpulkan oleh Kingdom, tentara sipil itu akan diterjunkan dengan jumlah yang luar biasa besar. Sebuah medan perang terbuka akan menghasilkan banyak korban. Dan semua ini untuk tujuan merebut E-Rantel, yang mana lalu akan kita serahkan kepada Sorcerer King ini. Apa yang sedang dipikirkan oleh Yang Mulia?"
"Sebelum aku menjawab pertanyaan ini, aku harap kamu membubarkan orang-orang yang hadir disini."
Jenderal tua itu membuka mulutnya seakan berbicara, lalu menganggukkan kepalanya sebagai gantinya.
"Kalian semua keluar."
Bawahan Kabein membungkuk saat mereka mundur.
"Terima kasih atas kerjasamamu."
"Membuang waktu adalah hal yang bodoh. Sekarang, bisakah kamu katakan kepadaku kenapa?"
"Ya. Pada dasarnya saya dikirim untuk memberitahukan kepada Panglima Tertinggi tujuan dari perang ini."
Nimble bergeser dari tempat duduknya.
"Tujuan dari perang ini adalah membangun hubungan baik dengan Sorcerer King, Ainz Ooal Gown. Oleh karena itu, kita harus merebut E-Rantel berapapun nyawa yang harus dibayar, lalu melepaskannya dengan gratis kepada Ainz Ooal Gown, agar bisa memperkuat hubungan dengan kedua pihak."
"Jadi kita akan memerah darah pasukan knight yang melindungi kerajaan kita hingga kering, lalu menceburkannya ke dalam bahaya, ditambah dengan menyerahkan E-Rantel. Apakah Sorcerer King benar-benar layak dengan semua itu?"
"Ya."
Kabein menutup tangannya di hati dan menutup matanya. Lalu dia menjawab.
"Aku mengerti. Jika ini adalah keinginan dari Yang Mulia Kaisar, maka saya akan melaksanakannya."
"Saya sangat berterima kasih sekali."
"Tidak perlu berterima kasih... meskipun persetujuan dari Sorcerer King adalah hal yang lain."
"Tentang itu, aku punya permintaan," kata Nimble.
Ini adalah tujuan utama datang kemari.
"Kami akan meminta Sorcerer King melepaskan mantra untuk memulai serangan. Aku akan memintamu untuk menahan serangan para knight terlebih dahulu hingga mantra itu selesai."
"Dan apa artinya itu? Apakah kita bukan seharusnya mengulur waktu untuk mendapatkan simpati dari Sorcerer King dengan darah kita?"
"Memang benar, itu adalah tujuannya. Namun, kita juga bermaksud untuk menyelidiki kekuatan dari Sorcerer King. Oleh karena itu, kita bermaksud agar Sorcerer King menggunakan mantra terkuat yang dia bisa. Yang Mulia Kaisar telah meminta hal ini agar bisa melihat magic macam apa kemungkinan itu."
"...Jadi, Sorcerer King... apakah dia adalah musuh?"
"Kelihatannya kamu mengerti. Sorcerer King - Ainz Ooal Gown - adalah musuh bagi Empire."
"Jika memang begitu, maka aku akan meminta kepada para knight untuk menerobos celah musuh yang dibuat oleh mantra Sorcerer King agar bisa melebarkannya. Tapi mantra macam apa itu nantinya? Aku harap bukan mantra sederhana seperti 'Fireball'"
"Seperti yang anda katakan. Kita harus mencari tahu apa yang dia mampu. Namun, kita mungkin bisa mengasumsikan lebih kuat daripada serangan magic dari Paradyne-sama."
Mata Kabein melebar, tapi itu hanya sesaat.
"Ternyata begitu, meskipun sulit menerimanya ada orang yang bisa lebih kuat daripada magic caster kuat itu, tapi jika dia benar-benar memiliki kekuatan semacam itu, aku bisa mengerti kenapa Yang Mulia Kaisar ingin membangun hubungan baik dengannya."
Nimble tetap terdiam.
"Membanti ratusan dalam sekali tebas adalah pukulan yang luar biasa. Akan menjadi peluang yang bagus untuk menerobos. Dengan kekuatan semacam itu di pihak kami, kita akan mengalami kerugian yang lebih sedikit."
Setelah berbicara dengan sesama anggota dari Empat Knight, "Heavy Explosion" dan "Lightning Bolt", dia menyadari jika kekuatan Ainz melebihi bayangan dari manusia biasa. Dia mungkin bisa menggunakan sebuah mantra yang bisa membantai ribuan, mungkin sepuluh ribuan jika dikumpulkan dengan rapat. Meskipun kedengarannya mencurigakan, jika dua orang itu memiliki pendapat yang mirip, ada peluang yang besar itu adalah benar.
Seperti yang Kabein katakan, kehilangan para knight yang melindungi Empire akan menjadi kerugian besar.
Sementara itu akan menjadi peristiwa yang menggembirakan jika Ainz, musuh laten mereka, ternyata tidak memiliki gigi, hanya sekali saja, dia ingin percaya dengan apa yang dikatakan oleh rekan-rekannya.
"Ah, Jenderal. Ada hal lain yang ingin saya minta pada anda. Sorcerer King akan membawa pasukannya ke baris depan. Aku harap anda membiarkan mereka menemani anda ke medan perang."
"Oh begitu. Berapa ribu orang yang dia bawa?"
"Tentang hal itu-"
"Maafkan saya sudah menyela percakapan anda, Kabein-dono, Nimble-dono!"
Sebuah teriakan hebat terdengar dari para knight di luar tenda.
Kabein terlihat minta maaf kepada Nimble, sebelum bicara kepada orang di luar.
"Masuklah."
Pria yang datang itu adalah seorang knight senior.
"Tuan! Sebuah kereta dengan bendera Sorcerer King telah tiba di gerbang utama. Mereka meminta masuk. Apakah kita mengizikan mereka masuk?"
Mata knight itu menoleh ke arah Nimble, lalu kepada Kabein. Dia mengangguk kepada Nimble.
"..Aku mengerti, biarkan mereka lewat."
"Tuan! Lalu... apakah kita harus memeriksa kereta itu?"
Tak ada yang bisa masuk ke dalam garnisun tanpa dibersihkan oleh petugas jaga. Prosedur biasa adalah menggunakan magic untuk memeriksa personel yang menjadi tanda tanya, untuk memastkan mereka bukan penyusup yang menyamar dengan ilusi.
Jika ini adalah Kingdom, mereka tidak akan menggunakan magic untuk memeriksa. Alasan mengapa itu digunakan disini adalah karena magic adalah landasan dari kekuatan Empire. Mereka paham dengan kekuatan mengerikan dari magic, dan oleh karena itu waspada terhadap penggunaannya.
Ini terutama benar bagi sebuah markas militer yang besar seperti ini yang mempekerjakan teknologi magic yang terbaru. Jika teknologi ini bocor, mungkin akan menyebabkan luka yang besar bagi Empire. Meskipun Kaisar Jircniv sendiri yang muncul, dia masih akan diperiksa dengan teliti oleh para penjaga.
Sebagai hasilnya, bahkan para pengunjung dari negeri sekutu - tidak, terutama karena mereka adalah dari negeri sekutu, mereka akan menjadi subyek pemeriksaan.
Namun, ada situasi dimana hal seperti itu tidak diperbolehkan.
Kabein menatap kepada Nimble lagi.
Terbebani oleh suasana yang berat dan kekuatan dari item di dadanya, Nimble hanya bisa tersenyum pahit membalasnya.
"Jenderal Kabein, maafkan saya. Mereka adalah tamu yang sangat penting bagi Empire. Sebagai pengecualian diantara pengecualian, persilahkan mereka memasuki seperti itu."
Wajah Kabein, yang tadinya tersenyum hangat barusan, membeku menjadi topeng tanpa emosi.
Nimble telah memberikan sebuah perintah yang melebihi otoritasnya.
Tak perduli pria macam apa itu, dia tidak akan senang jika orangnya diberikan perintah oleh orang lain.
Nimble mengerti alasan dari kejengkelan dari Kabein, tapi itu adalah perintah yang harus dia berikan.
Jika tidak-
Ketika Nimble ragu-ragu apakah dia akan mengeluarkan item yang sedang dia sembunyikan di kantung dadanya, Jenderal Kabein berbicara.
"Jika itu adalah perintah dari sang Kaisar, maka kita harus patuhi. Lagipula, Empire dan yang ada di dalamnya berada di bawah perintah dari Yang Mulia Kaisar."
"Saya sangat senang anda mengerti, Jenderal."
Obyek yang dipegang oleh Nimble adalah titah kaisar. Itu adalah perkamen tertulis, dan dikatakan bawah pemegangnya memiliki kekuatan untuk bertindak dengan otoritas penuh dari kaisar. Wewenangnya memanjang hingga kepada setiap orang yang terlibat dengan perang ini. Di dalam perang ini, Nimble akan memiliki tingkatan melebihi Kabein, dan akan bisa memutuskan nasib dari Jenderal jika diminta.
Untuk sesaat, Nimble lega karena dia tidak harus memperburuk hubungan antara seorang pejabat tua yang dia hormati. Lalu dia menegang lagi, karena sekarang bukan waktunya bersantai.
"Kalau begitu, mari kita temui Sorcerer King ini? Lagipula dia sudah menerima begitu banyak dukungan dari Yang Mulia Kaisar, jadi pastinya dia adalah seorang pria yang bisa menyamai pahlawan-pahlawan besar."
Secara pribadi, Nimble tidak ingin pergi.
Setelah bicara dengan Empat Knight lain - tidak, sekarang hanya tiga, termasuk dirinya - dan teringat apa yang mereka katakan tentangnya, ekspresi Nimble berubah menjadi pahit. Namun, dia tidak ada pilihan lagi selain mengikuti sang Jenderal.
"Tentu saja, Jenderal. biarkan saya berjalan dengan anda."
Di luar garnisun, sebuah kereta yang megah bergerak maju, digembargemborkan oleh para knight. Apa yang membuat orang-orang melihatnya terperangah adalah kenyataan bahwa kereta itu tidak memiliki kusir, dan tidak ditarik oleh kuda biasa, tapi seekor monster yang terlihat seperti kuda bersisik.
Nimble memanggil para knight yang ada di sekeliling dan Kabein.
"Persembahkan senjata kepada tamu kita (Berikan kehormatan tertinggi kepada tamu kita)."
TL Note : Kehormatan tertinggi dalam militer dengan mengarahkan senjata, yang hanya dipersembahkan untuk pejabat senior dan Orang terkemuka dengan pangkat tinggi.
Apa? Nimble bisa membayangkan itulah yang sedang dipikirkan oleh Kabein dan para prajurit, dari ekspresi di wajah mereka.
Secara diplomatis, mempersembahkan senjata kepada kepala negara dari kekuatan sekutu adalah hal yang wajar.
Namun, kewajaran itu tidak ada di dalam militer. Pada awalnya, tak ada yang menyambut orang terkemuka asing di markas militer.
Bahkan dengan negeri-negeri manusia, pasti akan ada percekcokan dan pertengkaran internal. Tak ada yang bepemikiran seterbuka itu.
Mempersembahkan senjata kepada orang luar adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan di sebuah tempat yang terbuka dan aman, bukan di instalasi militer. Itu pasti adalah yang dipikirkan oleh para prajurit yang hadir di sini.
Ada maksud lain.
Mempersembahkan senjata juga berarti tidak akan ambil bagian dalam medan perang.
Sebagai salah satu dari Empat Knight, Nimble mengerti perasaan mereka dengan sempurna. Namun-
"Hadirin, harap persembahkan senjata kalian."
Nimble mengulang dirinya dengan suara seperti baja.
Setelah itu, dia mendengar helaan nafas Kabein.
"Kalian sudah dengar, ya kan? Persembahkan senjata kalian untuk menyambut Sorcerer King."
Perintah Kabein menenangkan para prajurit yang gelisah. Jika itu adalah sebuah perintah, maka yang harus mereka lakukan adalah mengikuti perintah. Tidak perlu terlalu banyak memikirkannya.
Nimble menatap Kabein dengan tampang sangat berterima kasih, tapi saat dia melakukannya, dia tahu ekspresi terluka di wajah Kabein. Kelihatannya seperti mengatakan ini mungkin sulit bagimu, tapi lebih keras bagiku.
Kereta itu berhenti di depan mereka.
Nimble terperangah, karena lebih dari satu alasan.
Pertama karena kereta itu sendiri sangat cantik. Warna dasarnya adalah hitam seakan seperti dipotong dari langit malam itu sendiri, disorot dengan dekorasi yang rumit yang menutupi seluruh sasis dari kendaraan. Dekorasi itu memiliki pancaran tenang dari emas dan perunggu, memberikan suasana yang elegan dan klasik. Meskipun hiasannya mungkin sedikit terlalu berlebihan, tidak sampai pada titik buruk. Malahan, mirip sekali dengan kotak harta karun raksasa.
Nimble pernah mengendarai kereta pribadi Kaisar kadang kala, dan dia yakin kereta di depannya ini membuat kereta kaisar terlihat seperti kereta pengangkut jerami.
Alasan lain yang mengejutkannya adalah binatang buas yang menarik kereta. Itu adalah seekor binatang buas, karena tidak mungkin hanya kuda biasa. Makhluk itu berdeguk lirih, sebuah suara cair "gurururu", dan giginya yang tajam bisa terliat dari mulutnya yang sedikit terbuka. Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan sisik yang terlihat seperti milik dari reptil, dan dibalik sisik itu ada sekumpulan otot yang bergelombang dan menonjol.
Itu seperti avatar berbentuk kuda dari kebrutalan dan kekerasan.
Setiap orang dipenuhi perasaan bahaya. Nimble sendiri mulai bernafas tidak karuan, dan keringat muncul di punggung dan telapak tangannya. Binatang buas itu mengerikan.
Di tengah badai nafas panik, pintu kereta itu terbuka.
Seorang gadis dark elf mendarat.
Semua pemikiran menjadi berhenti.
Tak ada yang bisa bicara. Mata mereka tertarik sekali olehnya.
Gadis itu memegang tongkat hitamnya yang melintir dengan manis. Ketika dia sudah besar, dia pasti akan banyak mematahkan hati. Kencantikannya akan menjadi kecantikan yang akan membuat para pria mau melakukan apapun untuknya. Bahkan ekspresi sopannya seperti sebuah bunga yang merekah dibawah cahaya rembulan.
Namun, benda-benda di tangannya benar-benar aneh dengan gambaran yang dia proyeksikan.
Itu adalah gauntlet (sarung tangan).
Gauntlet kiri terlihat sangat kejam mirip dengan tangan iblis. Kelihatannya dibuat dari semacam logam hitam, yang menutupi duri-durinya yang bengkok. Ujung jarinya ditajamkan hingga menjadi lancip, dan pancaran kotor mengelilinginya mirip dengan semacam sekresi aneh. Hanya dengan satu kali tatap saja membuat siapapun yang melihatnya dipenuhi dengan teror yang berasal dari jiwa mereka yang terdalam.
Sebaliknya, gauntlet kanan seperti tangan dari seorang perawan yang suci dan sempurna. Warnanya putih dan proporsinya yang ramping dipenuhi dengan hiasan emas yang rumit, yang mengeluarkan kencantikan luar biasa yang lebih jauh. Menarik mata seperti tawon yang tertarik oleh maud, dan seperti melihat sebuah kecantikan kelas dunia, orang-orang yang melihat merasa mereka mungkin akan kehilangan jiwa mereka karenanya.
"A-Ah, Ainz-sama. Kurasa kita sudah tiba."
"Benarkah. Terima kasih, Mare."
Dengan begitu, figur lain muncul dengan sendirinya.
Dalam sekejap, suasana tiba-tiba berubah menjadi berat dan suram.
Tubuh dari setiap orang yang hadir dipenuhi dengan degup jantung. Ini bukan kebencian, tapi sebuah perasaan yang sulit dijelaskan.
Ainz Ooal Gown berpakaian rangkap yang bisa dihubungkan dengan seorang magic caster arcane. Pada awalnya, dia mengenakan jubah hitam legam dan di atasnya, mantel hitam lagi, yang semakin membuat penasaran. Dia memegang sebuah tongkat, yang tidak dihias dengan sangat mewah seperti yang diduga. Di sekitar lehernya ada sebuah kalung perak lengkap dengan batu permatanya. Dan di wajahnya ada sebuah topeng aneh.
"Kami menyambut anda dan rombongan, Yang Mulia Sorcerer King Ainz Ooal Gown."
Nimble merendahkan kepalanya. Namun, dia tidak mendengar siapapun yang mengikutinya.
Meskipun tahu itu tidak sopan, dia harus menoleh ke belakang untuk melihat.
Jenderal dan para knight di belakangnya terdiam di tempat. Mereka sama sekali takjub dengan kehadiran dari Sorcerer King dan tidak bisa bergerak.
Sebanyak itu dia bisa mengerti. Namun, jika ini terus terjadi, akan gawat jadinya.
Pada akhinya, jenderal lah yang mengirimkan penghormatan terhadap keadaan sulit dari Nimble.
"Legiun!"
Teriakan milik Kabein. Itu adalah perintah yang renyah dan kuat yang tidak cocok dengan bangsawan seperti dirinya, tapi cocok dengan pangkatnya sebagai jenderal.
"Hormat! Kepada Yang Mulia, Sorcerer King!"
"Tuan!"
Para knight membalas dengan bersamaan, dan menjadi satu, mereka mempersembahkan senjata kepada Ainz.
"Saya berterima kasih atas sambutan kalian, wahai para knight yang menjadi kebanggaan dari Empire."
Itu adalah respon menyeluruh yang biasa, yang membuatnya jauh lebih menakutkan. Rasanya seperti ada sesuatu yang besar mencoba sebisa mungkin bersikap seperti seorang manusia. Setelah mendengar dari wajah dibalik topeng tersebut, Nimble mengalami sensasi yan bahkan lebih akut daripada yang lainnya.
"Tolong angkat kepala kalian."
Pertama kalinya dia mengatakan, tak ada yang merespon.
"Tidak bisakah kalian mengangkat kepala?"
Setelah kedua kalinya, mereka melakukannya. Lagipula, menunggu hingga ketiga kalinaya adalah sebuah kehormatan yang hanya diberikan kepada penguasa seseorang.
"Yang Mulia, tolong maafkan mereka yang tidak langsung mengangkat kepala."
Sebuah tatapan ke seluruh knight menunjukkan bibir mereka putih dan wajah mereka pucat.
"Mereka sangat senang melihat Yang Mulia sehingga lupa diri."
"Tidak, seharusnya saya yang minta maaf. Saya sangat kegirangan karena kita akan menuju medan perang. Aku harap anda mengerti jika aku tidak menyalahkan siapapun."
Ainz melepas mantel hitam di bahunya. Kain hitam legam terkepak seperti sayap gagak saat terbuka lebar. Dalam sesaat, suasana yang dingin dan berat mengelilinginya seperti hilang entah kemana.
Yang tersisa hanyalah manusia biasa, dengan kehadiran seperti manusia biasa.
Itu menakutkan.
Itu adalah emosi yang paling tajam yang dirasakan oleh Nimble sekarang.
Dia pernah mendengar sifat luar biasa Ainz dari rekannya. Meskipun begitu, pria yang sedang berdiri di depannya terlihat terlalu biasa, yang mana hanya semakin memperdalam ketakutannya. Dia merasa seperti seorang predator besar yang perlahan sedang mendekat ke arahnya.
Para knight, yang tidak tahu apa-apa, mungkin mulai merasakan keanehan situasi itu. Udara dipenuhi dengan kegelisahan yang semakin besar. Kabein kelihatannya mengerti. Dia tidak menggunakan otaknya, tapi hati dan jiwanya. Melalui hal itu dia tahu sikap macam apa yang harus dia tunjukkan kepada orang di depannya.
"Perkenankan saya, Nimble Ark dale Anock, mengantarkan anda ke tenda lapangan kami."
"Begitukah. Wah, meskipun aku merasa sudah menyusahkan anda, kalau begitu aku akan mengandalkan anda."
"Saya mengerti. Kalau begitu, ini adalah pimpinan dari komando ekspedisi kali ini, Jenderal Kabein."
"Saya adalah Kabein, Yang Mulia. Jika anda merasa tidak nyaman terhadap apapun di garnisun ini, silahkan beritahukan kepada saya dan kami akan segera memperbaikinya. Silahkan, pilih knight yang ada disini sebagai pelayan anda..."
"Itu tidak perlu. Aku memiliki bawahan disini."
Dia mengisyaratkan kepada gadis dark elf itu.
"Dan aku akan memenuhi kebutuhkanku sendiri jika kurang."
Kabein terdiam.
Niatnya yang sebenarnya adalah untuk menugaskan seseorang agar bisa menjaga Ainz melakukan hal-hal yang aneh di markas.
Namun, jawabannya adalah penolakan datar, sebuah jawaban yang hanya bisa diberikan oleh yang kuat.
Namun, karena keadaan dari Kabein, dia tidak bisa membiarkan hal semacam itu terjadi. Kalau begitu, mereka tidak akan mendapatkan kesimpulan yang sama.
Meskipun Nimble jelas sekali mendukung Kabein, dia tidak bisa membiarkan masalah ini.
"Begitukah... yang mulia, silahkan saja memberitahukan kepada kami jika anda membutuhkan apapun. Jenderal Kabein, saya harap anda membiarkan saya menanganinya dari sini."
"-Saya mengerti."
"Ah... ada sesuatu yang lupa aku beritahukan."
"Ada ada, yang mulia?"
"Aku yakin harus membuka peperangan ini dengan sebuah mantra. Kalau begitu, aku akan membuat pasukanku ikut serta dalam pertempuran ini pula. Aku harap kamu mengijinkan hal ini."
"Kami tidak bisa berharap lebih banyak lagi."
Karena hal itu sudah didiskusikan, Kabein segera menyetujuinya.
Namun, sebuah dorongan hati membuatnya mengerutkan alis.
"...Bagaimanapun, peperangan akan berlangsung dalam beberapa hari, mungkin sedini hari esok. Dari mana pasukan anda akan tiba, yang mulia? Kami tidak bisa menunggu terlalu lama..."
"Itu tidak masalah. Mereka sudah ada di dekat."
Jawaban itu membuat keraguan di hati Nimble. Melihat ke langit, kelihatannya tidak ada pasukan udara yang mendekat.
Kabein pasti memiliki kecurigaan yang sama dengannya. Wajarnya, garnisun itu dikelilingi oleh jaring pengaman yang ketat. Siapapun yang mendekat selain dari pasukan Imperial akan langsung dilaporkan kepada personel berpangkat Jenderal. Janga-jangan laporannya nyasar?
Nimble melihat ke sekeliling, tapi kelihatannya tidak ada yang tahu disini tentang itu.
"Maafkan aku. Bukan, berkata mereka sudah dekat itu bermasalah. Yah, aku hanya ingin berkata mereka bisa langsung tiba."
"Apa...?"
Dia masih memiliki pertanyaan, tapi dia kesampingkan dahulu saat Kabein bertanya selanjutnya, "Berapa banyak pasukan yang datang?"
"Sekitar lima ratus."
"Lima ratus.."
Meskipun Kabein menyembunyikan reaksinya dengan ahli, Nimble tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
"Jenderal, apakah ada masalah nantinya menggabungkan unit yang mulia dengan pasukan Imperial?"
Agar bisa menunjukkan loyalitas mereka kepada Ainz, Empire harus mengguyur lautan dengan darah rakyatnya. Oleh karena itu, unit Ainz tidak akan punya peluang untuk diterjunkan, jadi meletakkan mereka di dalam formasi pasukan Imperial tidak apa-apa.
"Jika hanya lima ratus, maka kami tidak perlu lagi mengatur ulang formasi. Sedangkan untuk penjaga dari Yang Mulia, mungkin kami harus serahkan tugas itu kepada bawahan beliau."
Dia ingin mencoba mengatakan "Jangan terlalu buru-buru memancing keributan." Pasukan Imperaial akan pergi dahulu dan menerima kerugian agar bisa membuktikan niat tulus mereka kepada Ainz, jadi membiarkan unit Ainz melakukan hal terlalu banyak akan sangat menyusahkan.
Ainz mengangguk menerima tawaran dari Nimble. Nimble menghela nafas lega, tapi ketika dia memikirkannya dengan tenang, itu seharusnya tidak logis. Apa yang bisa dilakukan oleh hanya sekedar lima ratus pasukan? Kelihatannya mereka hanyalah hiasan iringan.
Namun, apa yang terjadi selanjutnya jauh melebihi prediksi Nimble.
Setelah merapal semacam mantra, Ainz kelihatannya seperti berbicara di udara yang tipis.
"Bisakah kamu mendengarkan aku - Shalltear? Bukalah sebuah 'Gate' ke posisiku lalu kirimkan pasukan kemari."
Mata di bawah topeng Ainz kelihatannya seperti bergerak.
"Bagus, Jenderal, saya telah memanggil unit saya."
Saat dia selesai berkata begitu, udara menjadi melengkung.
Sebuah obyek separuh lingkaran yang hitam muncul di belakang Ainz.
Nimble ingat sesuatu tentang sebuah 'Gate' yang disebutkan sebelumnya.
Sebuah gerbang terbuka, dan apa yang muncul dari situ adalah-
Dunia menjadi hening.
Sebuah ketiadaan suara yang aneh memenuhi sekitar. Sebuah gelombang keheningan muncul.
Lima ratus pasukan menunjukkan bentuk mereka. Dibandingkan dengan 60.000 pasukan Imperial yang kuat, mereka terlalu sedikit. Namun, tak ada yang meremehkan lima ratus pasukan ini.
Unit dari pasukan monster di depan mereka membuat kekuatan mereka jelas.
"Ini adalah pasukanku."
Di depan para hadirin yang terdiam, Ainz memperkenalkan pasukannya.
=============